Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Menurut pembaca siapa tokoh yang bakal MATI di episode akhir cerita 'Astaga Bapak' ?

  • Suhardi

    Votes: 92 16,4%
  • Dahlia

    Votes: 24 4,3%
  • Yuda

    Votes: 27 4,8%
  • Bayu

    Votes: 23 4,1%
  • Mang Ujang

    Votes: 394 70,4%

  • Total voters
    560
Status
Please reply by conversation.
Nunggu adegan ibunya selingkuh hu.cepetan updatelah kaga sabar nih.hhahahaha
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Keren bgt ceritanya, tambah keren kalau updatenya di percepat.. Hehehe

Haha.. tergantung mood saya juga hu. Saya kan bukan penulis yang hobinya nulis kayak para grandmaster di sini :)
 
Update



Matahari pagi ini sinarnya cerah sekali, seolah-olah sang surya tampaknya sedang bahagia, biasanya tidak seterang ini cahayanya.

"Hoaahheeemm...ngantuk".

"Heh, yudaa... lo di lihatin guru tuh..."
"Tumben-tumbenan gini sih lo ngantuk di sekolah..."
"Begadang lo?".

Suara teman yang duduk di sebelahku, dimas, tak aku hiraukan. Pak Guru sekarang yang mengajar dengan suara lantang saja aku tak simak baik. Wajahnya yang memberi kesan menakutkan saja tak kupedulikan. Wajar saja, Aku sedang mengantuk berat, bercampur dengan tubuh yang lunglai menuntut istirahatnya. Meskipun sempat tidur semalam, itu juga cuma sebentar. Selanjutnya,, aku menuntaskan impian pendek nan mesumku selama ini, walau belum seutuhnya tercapai. Tante linda benar-benar luar biasa dini hari tadi. Tubuh yang awalnya hanya dapat kubayangkan, akhirnya dapatku sentuh dan nikmati. Tak hanya itu, aku juga sepatutnya berterima kasih pada bapak. Karena dia, aku tak harus melulu melakukan rutinitas sebagai seorang lelaki remaja, yakni masturbasi. Kalau bukan karenanya pula bagaimana bisa aku orgasme di dalam mulut tante linda.

"Hemmm, bapak.... bapak...."
"Ternyata dia yang menutup layar laptopku saat aku ketiduran nonton film porno.."
"Ternyata dia juga yang punya itu gantungan pakaian yang ternyata kamera video mini.."
"Hubunganku dengan dia tampaknya akan sangat baik ke depan...hee", aku tersenyum kecil.

Meski amat senang dan puas diriku ini dengan peristiwa yang terjadi dini hari tadi, agaknya aku heran. Kok bisa tante linda mau melayani nafsuku dan bapak. Apa dia tidak khawatir kalau om firman sampai tahu. Apa dia juga benar tidak khawatir kalau tiba-tiba ternyata dia akhirnya hamil. Hhmmm, bukan urusanku juga sih. Buat apa aku repot repot memikirkan. Tante linda saja masih santai apalagi bapak yang entah sudah berapa kali menyetubuhinya.

Duh, jam pelajaran belum juga selesai. Aku sungguh mengantuk berat. Selain itu, perutku yang lapar minta segera diisi karena aku belum sempat sarapan di rumah. Bagaimana mau sarapan, ibu saja tidak ada di rumah. Mau menyiapkan sendiri, sudah kepepet untuk pergi ke sekolah. Tambahlah penderitaanku akibat nikmat sesaat yang kulakukan.

"Dim, kantin, yuk?"
"Laper nih...", ajakku pelan kepada dimas.

"Belum istirahat woy, udah mau ke kantin aja lo..".
"Lagian, yakin lo mau ke kantin pas pelajaran pak bambang sekarang?".

"Hmmm iya yak...", ucapku mengundurkan niat.

Dimas tiba-tiba melirik heran ke arahku,
"lo perasaan kemarin hari semangat banget belajar...".
"Kambuh lagi nih ceritanyaa sekarang...", ledek dimas sambil tetap fokus memperhatikan pak bambang mengajar.

Mendengar ucapan dimas, aku agak tersinggung. Sejujurnya Aku memang tidak lagi kambuh dari penyakit malasku dahulu. Namun, harus kuakui sekarang penyakit malas itu sedang muncul ke permukaan. Sayangnya, Dimas tidak tahu saja peristiwa yang kualami akhir-akhir ini. Kalau ia tahu, dia bisa memaklumi dan banyak bertanya, bahkan ngiri! Tapi, mau bagaimana lagi. Dia tidak tahu. Sepatutnya aku cukup memahaminya saja.

"Yuda...!"

"Eh?!"

"Yuda..!"

"Eh?! Iyaa pak...", wajahku pucat mendengar suara keras pak bambang memanggil

"Mampus lo, yud..".

Pak bambang melotot tajam ke arahku, mendadak suasana kelas amat hening seperti hutan belantara.

"Kamu mikirin apa?! hah?!"
"Dari tadi bapak lihatin penglihatanmu kosong..."
"Apa kamu tadi perhatiin bapak lagi nerangin?!"

"Enggak mikir apa-apa kok pak"
"Merhatiin kok pak...", jawabku menatapnya.

"Hmmm..ckck"
"Anak-anak, pelajaran kali ini cukul sampai di sini. Jangan lupa tugas yang bapak beritahukan tadi".
"Yuda, kamu ikut bapak ke ruang BP...."

"Aduuhhh............".

Pak bambang menyudahi jam mengajarnya lebih awal, yang sebetulnya sebentar lagi habis. Kulihat kawan-kawanku nampak sumringah dan menghela nafas. Sialan, malah aku yang harus menahan nafas. Tak perlu waktu lama bagi pak bambang untuk meninggalkan kelasku. Apalagi yang ia bawa hanya satu buku cetak mata pelajaran yang dia ajarkan, bahasa Indonesia. Ia yang kulihat sudah keluar kelas duluan, lekas kukejar.

Aku digiring pak bambang ke ruang bp. Merdekalah kawanku semua di kelas yang sesaat lagi menikmati waktu istirahat, karena pak bambang tak lagi mengajar dan malah berurusan denganku seorang. Pak bambang berjalan lebih dulu meninggalkanku yang berada di belakang. Ada kesempatanku untuk menghindar. Tapi, tak mungkin bagiku ambil langkah seribu. Jarak ruang bp dan kelasku terlalu dekat. Bel istirahat pun belum berbunyi. Aku hanya berharap tak lagi masalah baru menimpa. Apalagi sampai orang tuaku dipanggil. Pembuktianku bahwa aku sudah berubah lebih baik selama ini akan sia sia saja. Ternodai ulah yang tak disengaja hari ini.

"Yuda... kenapa lo?", sapa rina, teman wanitaku.

"Eh, elo rin..."
"Gak papa kok. Cuma ada persoalan sedikit", ucapku enteng sambil berjalan meninggalkannya.

Saat mengikuti langkah demi langkah kaki pak bambang. Tiba-tiba aku bersua dengan rina yang tampaknya baru saja keluar dari kamar mandi. Ia menyapaku lebih dulu seraya bertanya ada urusan apa aku dengan pak bambang. Aku hanya mampu menjawab singkat. Itu pun sambil berjalan dan tak sempat berhenti karena ruang bp telah di depan mata. Namun, rina yang kulihat sekilas tadi, membuatku teringat akan sesuatu. Hmmm apa yaa...

"Bu Zul, tolong urus yuda nih..."

"Kenapa lagi dia? Setahu saya, dia sudah komitmen mau berubah pak", ucap bu zulfiah, seorang guru sepuh di sekolah.

"Tanya saja sama anaknya langsung.."
"Saya masih ada urusan lain..."
"Yuk, bu zul.. saya ke ruang guru duluan...", pamit pak bambang tak menegurku, lewat begitu saja".

Setiba berdiri di ruang BP, kulihat bu Zulfiah, guru bp sepuh di sekolahku yang sedang duduk santai sendirian sembari membaca majalah pendidikan yang tak kuketahui judulnya. Tampaknya ia tak ada jam mengajar, tak sibuk pula. Akan tetapi, kini ia akan dibuat sibuk mengurusi persoalanku (lagi). "Huh....".

"Kamu kenapa lagi, yud?"
"Katanya mau berubah, kan?.....", tanya beliau yang amat pas jadi nenekku.

"Hmmm, gini bu zul...", sembari tersenyum, aku mendekati bu zulfiah dengan mengambil posisi duduk di dekatnya.


Tante Lisa

Hanya saja, belum kulanjutkan ucapanku tiba-tiba ada seorang wanita yang menyapa.

"Yuda?"
"Ngapain kamu di sini?".

"Tante lisa?"
"Kok tante bisa ada di sini", ucapku terkejut.

Aku amat terkejut melihat tante lisa ada di sekolahku, di ruang bp tepatnya. Tidak hanya aku, dia pun juga terkejut. Tak menyangka ia bisa ketemu keponakannya. Bu zulfiah yang melihat kami saling menyapa dan tampak saling mengenal pun terheran-heran.

"Kalian udah saling kenal sebelumnya?".

"Udah bu..."
"Dia kan keponakan saya".
"Namanya yuda...", ucap tante lisa memberi tahu sambil berdiri.

"Ohhh keponakan kamuuuuu, Lis", balas bu zulfiah yang mendadak memgeraskan suaranya.

"Iya bu".
"Yuda, kok kamu bisa di sini?"

"Ihh tante, ada juga aku yang nanya".
"Kok tante bisa ada di sini..?".

Tante lisa baru ingin menjawab, Bu zulfiah menyelak, "tante kamu ini guru bp pindahan dari sekolah lain, yud".
"Dia dimutasi ke sini".

"Oohhh".

Sejujurnya Aku baru tahu tante lisa seorang guru. Kok Ibuku tidak pernah cerita ya. Emmm Mungkin juga aku yang tak pernah bertanya pada ibu atau malah aku yang lupa sebenarnya ibu pernah menceriterakan. Biarlah, yang terpenting senang bisa melihat tante cantik nan jelita idolaku ini di sini. Berharap, ia akan mengajar di kelasku. Setiap hari kalau bisa. Tiap hari pula aku berharap bisa pulang bersama dengannya, bahkan kalau bisa tidur bersama. "Hussshh... jangan....". Tante lisa beda dengan tante linda..... Ada memori yang ibu ceritakan tentang tante lisa kepadaku. Itu mengapa aku begitu mengidolainya, mengaguminya, dan amat menghormatinya.

"Yaudah lisa... kamu urus keponakan kamu ini..."

"Memangnya kenapa dengan yuda bu?", ucap tante lisa sambil menoleh ke arahku.

Bu Zulfiah lalu beranjak dari tempat duduknya. Ia bergerak sedikit menghampiri tante lisa yang sedang berdirj. Tiba-tiba, entah mengapa suara guru tua tersebut yang tadi dapat kudengar, berubah pelan. Seolah-olah ia berbisik kepada tante lisa. Cukup lama kuperhatikan. Kemudian,

"Yudaa..... tante bilangin bapak sama ibu lohhh!", ancam manis tante lisa melotot sembari tersenyum ke arahku.

"Adddduhhhhh jangan tante!", teriakku.

Aku takut bapak dan ibu kecewa untuk kejadian yang sebenarnya tak kumau juga. Apalagi mereka sudah yakin kalau aku sudah tak seperti dulu lagi. Ya habis mau bagaimana lagi. Aku bukannya malas, tapi ngantuk. Ngantuk juga pasti ada sebabnya. Itu karena aku kurang tidur. Gara-garanya dini hari tadi,,, masa iya sih diceritakan ke guru bp.

###​

Linda, istri firman, jalannya lesu sekali. Padahal, ia ke kantor diantar oleh kakak iparnya, suhardi. Bagaimana tidak lemas. Kemarin dan dini hari tadi ia harus melayani nafsu kakak ipar dan keponakannya. Tidurnya juga sebentar. Belum sempat sarapan lagi. Sebetulnya pula ia tidak mau ngantor hari ini. Tapi, kemarin hari ia sudah libur. Kalau libur lagi, entah alasan apa yang musti linda persiapkan. Bisa-bisa dipecat. Nanti mau makan apa. Suaminya saja sebagai pencari nafkah menganggur. Yaa, mau tak mau linda memaksakan tubuhnya untuk berdiri dan berjalan. Di lain hal matanya yang masih sayu sempat mengingat-ngingat apa yang ia lakukan kemarin hari.

"Mas suhar sama yuda, udah tahu aku udah cape banget..."
"Mereka juga..."
"Eh, masih sempet-sempetnya mereka mainin payudara aku.. hhm.."

Sembari mengingat apa yang baru terjadi, linda yang berjalan tatih disapa oleh pak tigor, satpam kantornya, lelaki yang juga pernah menyetubuhinya. Sapaan lelaki berwajah sangar itu tampak manis, mengumbar senyum. Mencoba menanyakan kabar, sebenarnya cari perhatian. Ujungnya memang ada maunya. Linda tentu tahu. Itu mengapa sapaan pak tigor tidak digubrisnya, cuek. Lagipula, linda sudah berjanji pada dirinya untuk tidak lagi berhubungan dekat dengan petugas keamanan kantornya tersebut, yang dulu kerap berbagi cerita. Bisa-bisa dia disetubuhi lagi. Pada akhirnya, Linda lewati saja pak tigor yang menyambut dari pos jaganya, seperti tak melihat dan mendengar apa-apa.

"Sombong yaa sekarang mbak linda...", gerutu pak tigor karena dicuekki.

Usai melewati pak tigor beserta pos jaganya, linda langkahkan kakinya masuk ke kantor. Ia lihat beberapa temannya ada yang belum datang, adapula yang sudah datang. Kebanyakan mereka yang sudah datang sedang menyeduh secangkir teh maupun kopi hangat, sambil mengobrol, sambil mempersiapkan pekerjaan yang akan dikerjakan.

Lihat arif. Lelaki yang selalu berusaha mencoba dan mendekati linda, yang biasanya menyambut manis nan ramah linda yang baru datang, tidak begitu hari ini. Tugasnya sedang banyak. Linda lihat arif sedang sibuk membaca bolak balik berkas dengan tumpukan kertas. Entah apa isinya. Sementara Linda yang tidak sedang ada pekerjaan menumpuk, menganggap hari ini ia bisa tenang, bisa merehatkan diri dan pikirannya sejenak.

"Untung mas suhar mau...".
"Kalau enggak dari mana aku dapet pinjaman".
"Biarlah ia nikmati tubuh aku ini, masih keluarga juga"
"Lagipula aku susah hamil".
"Lagipula firman ternyata udah berbohong selama ini..."
"Coba aku tahu dari awal, gak jadi deh nikah sama dia...."
"Tapi mau bagaimana lagi... semua udah terjadi...", keluh kesah hati linda yang sebenarnya sedang gundah.

Karena belum masuk jam kerja, linda coba sempatkan menelepon teman karibnya, mira, dengan menggunakan telepon kantor. Sesuatu yang selayaknya tak patut ditiru. Linda menghubungi mira karena hendak mengutarakan maksudnya untuk membatalkan pinjaman uang. Meskipun mira kaya dan tak sungkan meminjamkan, linda tidak enak karena mira punya tanggung jawab sebagai seorang ibu dan juga sebagai seorang kepala rumah tangga, pasca sang suami meninggal dunia.

"Kok gak jadi sih lin?"
"Gak usah pake gak enak deh sama aku"
"Kamu kan teman baik aku, lin...".

"Gak usah, mir".
"Bener kok gak apa apa. Uang yang aku butuhin juga udah ada kok".
"Jadi simpan aja uangnya".
"Oh yaa mir... kamu ada kegiatan apa hari ini?", tanya linda mencoba mengalihkan pembicaraan

"Emmm kayaknya temenin adikku, nia, jalan-jalan sama bayinya".
"Memangnya kenapa ya lin?".

"Oohh.***papa kok"
"Yaudah deh aku tutup teleponnya ya mir..."
"Salem buat nia.."

"Iya lin"

"Daahhh",

"Daahhh".

......tut...tut...tut........

###​



Hujan semalaman akhirnya berhenti pada pagi hari. Sinar hangat matahari menyusup masuk. Itu yang dilihat Dahlia seketika bangun dari tidurnya, seraya melihat ke arah luar jendela rumah pak ujang, sembari mengucek-ngucek kedua matanya. Entah kapan berhentinya dahlia tidak tahu. Yang jelas suasana hujan dan dingin semalam mampu membuatnya tertidur nyenyak dalam balutan selimut pemberian pak ujang. Selepas meluruskan kedua kaki dan merapikan ranjang tempat ia tidur, Wanita itu bertekad keluar kamar seraya mencuci muka dan melihat sang adik, firman, yang tertidur beralaskan tikar di ruang tamu semalam.

Dengan menapak pelan, dahlia berjalan ke depan pintu kamar. Kemudian Ia buka perlahan pintu kamarnya yang berhadapan langsung dengan tempat firman tidur. Dan ternyata, dahlia perhatikan firman sedang duduk sambil menyeduh kopi panas.

"Eh mbak.. udah bangun?"
"Ngopi dulu mbak, yuk" tawar firman melihat sang kakak.

"Enggak.. makasih, mbak mana doyan ngopi"
"Eh iya, pak ujang mana?", tanya dahlia sembari berjalan menghampiri firman.

Sambil mengangkat dan meniup-niup secangkir kopinya yang panas firman menjawab, "pagi-pagi dia tadi pamit berangkat ke sawah. Terus dia bilang kalau mau ngopi atau ngeteh buat sendiri aja".

"Ohhh".

"Mmm..Jadi kan mbak kita pulang hari ini?", tanya balik firman seraya menoleh ke arah wajah sang kakak yang duduk di sebelahnya.

"Yaa jadi dong. Mau ngapain kita lama-lama di sini".
"Eh Tapi, mbak gak tega ngomong sama pak ujangnya".
"Apa rasanya coba, udah terbiasa sama seorang anak. Terus anaknya kita bawa".
"Apalagi pak ujang gak punya siapa-siapa lagi kan di rumah ini, kecuali rido...".
"Man...kali ini Kamu bener mau ngurus rido kan?".

Firman menghela nafas sejenak,..
"Yaiyalah mbak. Apalagi linda selalu nanya masalah anak".
"Aku juga kan pusing ditanya begitu mulu".
"Kalau masalah pak ujang, biar aku aja yang ngomong mbak".

"Terserah kamu deh man. Mbak sebenernya kalo urusan yang itu gak mau ikut campur".
"Hhmmm...yaudah mbak permisi mau mandi dulu", balas dahlia yang beranjak masuk kembali ke kamarnya.

Kemarin malam, terpisah dari pak ujang, dahlia bicara empat mata dengan firman. Serius sekali pembicaraan mereka. Sampai-sampai dahlia agak naik tensinya semalam. Yang dibahas keduanya ialah kemauan firman untuk mengurus rido, anak kandungnya sendiri. Tentu itu bagus. Hanya saja, niat awal mereka yang cuma ingin melihat dan menengok rido, sudah berubah. Kini Firman berniat mengurus rido dan juga membawanya ke Jakarta. Namun, Dahlia kurang setuju. Bagi dahlia, itu terlalu mendadak. Kalaupun mau demikian, butuh proses. Jadi, firman bilang dulu ke pak ujang tentang niatnya tersebut. Dan biarkan pak ujang memikirkan lebih dulu. Seandainya pak ujang setuju barulah firman dengan gampang boleh membawa anak kandungnya ke jakarta.

Tapi, sayangnya, firman tetap ngotot ingin membawa rido langsung tanpa memberikan kesempatan pak ujang berpikir sejenak sembari menikmati masa-masa akan berpisah dengan anak itu. Bagi dahlia kemauan firman sangat egois. firman tidak tahu betapa besar jasa pak ujang dan istrinya, almarhumah ibu sri, membesarkan rido dari sejak bayi. Keduanya pula mau dan tanpa sungkan mengurusi hidup bayi yang bukan anak kandungnya sendiri. Sedangkan firman? Tega ia tak mau mengurusi. Dan, malah menyerahkannya ke dahlia, sang kakak. Eh sekarang, tiba-tiba mau mengurusi.

Setelah dahlia masuk ke kamar, firman kembali asyik masyuk menikmati secangkir kopi panasnya. Akan tetapi, tak lama muncul rido yang berjalan perlahan ke arah firman. Sambil menyapu belek di sisi kelopak mata, bocah yang baru bangun itu bertanya,

"Mang, mamang firman lihat abah?", ucap rido dengan nada polosnya.

"Eh rido... baru bangun?"
"Abahnya lagi ke sawah...".
"Ayo sini, duduk dulu deket mamang", tersenyum firman seraya memberi sinyal kepada rido untuk duduk dipangkuannya.

Tak malu, rido lalu duduk dipangkuan firman. Bocah itu awalnya 'malu-malu kucing' ketika pertama kali bertemu firman. Wajar saja, rido tak biasa menghadapi orang yang belum dikenal dekat dengannya. Namun, firman mencoba mencairkan hubungan yang pada awalnya kaku itu. Kemarin sepanjang hari ia banyak mengajak rido bermain dan bercanda bersama. Percakapan di antara keduanya pun tampak dekat terlihat seringnya mereka tertawa usai bersenda gurau. Yaa, tampaknya firman dan rido secara tidak langsung sedang merayakan pertemuan mereka sebagai bapak dan anak.

"Rido... mamang mau tanya"
"ibunya rido kemana?", tanya firman dengan suara lembut, seraya memangku rido.

"Ibu rido udah meninggal mang.."
"Waktu rido umur.... hmmm..berapa yaa.."
"Lupa mang...", ucap rido sambil mengingat-ngingat.

"Yaudah gapapa", balas firman sambil mengelus mesra kepala rido.

"Rido... kamu ikut bapak yaa. Maafin kalau bapak dulu nelantarin kamu. Situasinya juga saat itu bapak gak punya apa-apa. Bapak takut kamu malah menderita sama bapak. Makanya, waktu kamu diserahin, bapak gak ikut lihat. Bapak gak kuat. Bapak merasa gak berdaya....Tapi, mulai hari ini bapak janji kok gak bakal nyia-nyiain kamu lagi...", ucap firman dalam hatinya sembari mengecup ubun-ubun rido dan merangkulnya dari belakang.

Bersambung.
 
Guru bp nya tantenya lagi,,, duh bisa bisa skandal lagi nii hehe
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd