Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Gerhana Merah

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Part13
True Love



POV TANTE BILLA



Pria itu berdiri dengan seringai kemenangan dan memuakan melewati batas kesusilaan.
Setidaknya untuk saat ini, wajahnya tidak menampakan wajah manusia yang kulihat seperti muka binatang yang dilanda birahi. Orang yang dihadapanku ini kayak sudah putus urat malunya. Dika menyeringai bak seorang psikopat, menatapku tajam dan segera mendorong tubuhku hingga mundur beberapa langkah setelah itu dia menutup pintu rumahku.

“Aku datang untuk sesuatu yang aku harus dapatkan ... He he he ...” Tawa Dika penuh kemenangan. Aku memutar bola mataku marah dengan tingkah menjijikannya.

“Apa yang ada dipikiranmu, Dika?” Bentakku kasar.

“Tubuhmu ... Aku ingin tubuhmu jadi milikku ...” Katanya tanpa malu.

Aku merasa darah disekujur tubuhku berhenti mengalir dengan jantung berdegub kencang saat mendengar ucapanya yang sudah tak waras.

“Gila ... Sudah miring otakmu ...!” Hardikku sambil mundur beberapa langkah.

“Kamu tak salah dengar, sayang ... Aku menginginkanmu ...” Kata Dika seraya melangkah pelan mengikuti laju mundurku.

“Apakah kau sudah Gila ...!!! Aku istri sahabatmu !!! Beraninya kau meminta ini padaku !!!”
Amarah menyelimutiku namun rasa takut yang melanda melebihi amarahku.

“Permintaanku tidak sulit, sayang ... Bahkan, kamu juga akan memperoleh kesenangan dariku
... Ayolah, jangan menolak!” Ucap Dika yang terlihat wajahnya memerah dilanda nafsu
birahi.

“Jangan bersikap bodoh, Dika ... Aku akan berteriak supaya tetanggaku datang dan menghajarmu.” Aku berusaha bersikap tenang, setidaknya Dika tidak boleh melihatku panik.

“Berteriaklah, sayang ... Aku semakin suka kalau kamu berteriak.” Seringainya sambil
menerjang tubuhku lewat pelukan dan ciumannya ke tubuhku.

Aku berontak mati-matian untuk melepaskan diri dari pelukannya, tetapi percuma, tenagaku
tidak lebih kuat dari tenaganya. Dika tidak melepaskanku malah semakin menenggelamkanku
dalam dekapannya. Aku meronta dengan segenap tenaga, namun sia-sia karena aku tidak memiliki tenaga yang kuat untuk itu.

Tangisku meledak saat Dika mendekatkan wajahnya dan menciumku dengan kasar. Rasanya, bibirku perih karena gigitannya itu. Dan aku sangat sangat tidak mau hal menjijikan itu terjadi padaku.

“Lepaskan aku! bajingan!” Teriakku sambil berusaha melepaskan tangan Dika yang memeluk punggungku kuat-kuat, membuatku meringis kesakitan karena kuku Dika sedikit menancap pada punggungku.

“Diam ...!!!” Ucap Dika sambil menelusuri wajahku dengan sesuatu yang membuatku membelalakkan mata. Pisau. Ya, Dika kini menelusuri wajahku dengan pisau yang terlihat tajam dan mengkilap.

“Apa yang akan kau lakukan?” Tanyaku dengan suara bergetar dan berhenti meronta.

Dengan takut-takut aku menatap mata bengisnya yang sangat terlihat mengerikan bak seorang serigala yang sudah mendapatkan mangsanya.

“Ikuti saja perintahku, kalau tidak mau wajah cantikmu tergores oleh pisau ini!” Seringai liciknya itu begitu memuakan.

“A... apa... Maumu?” Tanyaku penuh ketakutan.

“Tanggalkan pakaianmu ... Sekarang!!!” Perintah Dika yang kini dengan nada mengancam seraya melepaskan pelukannya namun pisau itu masih menempel di pipiku.

“Tidak ... Dika ... Aku mohon ...!” Bibirku bergetar sejalan dengan detak jantungku.

“Lakukan!!!” Bentaknya. Dika menjambak rambutku dengan tangan kirinya hingga rasanya sakit sekali.

Dengan rasa takut yang membuncah aku hanya bisa diam. Air mataku mengalir deras keluar dari sarangnya. Dika menjambak rambutku lagi dan mulai menciumku dengan lebih kasar dari sebelumnya. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku, ia kembali mengigit ujung
bibirku lagi, hingga rasanya ada darah yang keluar dari sana.

Ia berhenti saat aku mulai tak bisa bernafas lagi. Tangannya menarik bajuku, ia merobeknya dengan satu sentakan hingga baju yang kupakai itu terlepas begitu saja. Dengan refleks aku segera menutupi dadaku dengan menyilangkan kedua tanganku.

“Jangan Dika ... Jangan!!” Suaraku serak, karena tangisanku yang tak kunjung berhenti.

Dika tidak menghiraukanku. Ia merebahkan tubuku secara paksa di atas lantai, lalu menarik tanganku dari dadaku dan menguncinya di atas kepalaku. Kakiku mencoba menendang apa saja yang bisa kutendang, tetapi ia segera mengapit kakiku dengan kedua kakinya. Sekarang,
tubuhnya telah berada tepat di atas tubuhku. Aku pasrah. Aku sudah tidak tau lagi bagaimana
caranya melepaskan diri dari pria yang sekarang tersenyum merendahkan ke arahku itu.
Tangannya yang bebas meremas dada kananku yang masih tertutupi bra dengan sangat kuat.
Aku meringis, rasanya sungguh sangat sakit.

"Arrgggghh ...!" Pekikku. Dika tertawa sumbang. Ia mendekatkan wajahnya padaku. Diciumnya
tenggukku sejenak dan kembali menatapku tajam.

"Gimana? Masih mau lagi?" Tanyanya. Aku menggeleng dan ia berkata, "Beginilah akhirnya
kalau loe macam-macam sama gue!" Tangannya menarik bra ku ke atas, hingga dadaku
menyembul begitu saja di depan wajahnya. Dengan gerakkan cepat, ia melahap puting dadaku
itu. Tangannya yang bebas masih meremas dadaku yang lain.

"Uugghh...!" Rintihku. Tak beberapa lama, hisapan itu menjadi sangat kasar. Ia menggigit permukaan dadaku. Sakit, iya rasanya sangat sakit. Air mataku menetes begitu saja dari pelupuk mataku. Kalau bisa, aku lebih baik mati daripada disentuh oleh pria biadab ini. Setelahnya, aku tidak merasakan apa-apa lagi. Tubuhku terkulai lemas dan aku tak sadarkan diri karena rasa takut yang sangat teramat sangat.
###

POV GERHANA

Setelah berpamitan pada kakek, aku keluar padepokan dengan membawa perasaan yang cukup aneh. Selang beberapa menit, aku semakin bingung dengan perasaan tidak enak ini.
Perasaanku semakin lama semakin mengganjal hati, bahkan sampai dadakku terasa sakit. “Ada apa ini?” batinku sambil mengusap-usap dadaku sendiri. Ketika jalanku sampai di depan rumah Tante Billa, dadaku terasa semakin sakit hingga sesak yang kurasakan kini.

Namun, ketika langkah kaki ini ingin kulajukan menuju rumah, entah kenapa rasanya kakiku seperti ada yang menggerakkan agar aku memasuki halaman rumah Tante Billa. Sambil memegang dada yang sesak, aku terus berjalan sampai ke depan pintu rumah wanita yang
selalu menggodaku ini. ‘DEGGH..!’ Alangkah terkejutnya aku, saat melihat dari kaca jendela seorang pria sedang melucuti pakaiannya sendiri sementara Tante Billa tergeletak tak berdayadengan tubuh polosnya di lantai.

Tanpa berpikir panjang tapi sambil kuatur tempo nafasku, aku langsung dobrak pintu rumah Tante Billa dengan sekuat tenaga menggunakan tendanganku.
“Braaakkkk ...!!!” Suara pintu terbuka dengan kasar akibat tendanganku.

“Kurang ajar, dasar manusia tak tau diuntung!!!” Teriakku saat aku melihat orang asing bugil di hadapan Tante Billa yang tidak berdaya.

“Eh ... Bocah ... Berani sekali menggangguku!!!” Orang asing itu memaki dan menganggapku remeh.

Orang asing itu langsung berjalan mendekatiku sambil melayangkan pukulan hendak menghantam kepalaku. Untunglah instingku cepat sehingga pukulannya dapat aku tahan dengan mudah. Tanpa membuang waktu, orang itu mulai
melayangkan pukulannya lagi, sekali lagi pukulannya dapat kuhindari, dengan jurus ‘egos luar’. Setelahnya, aku ambil tangannya dengan tangan kiri di sikunya dan tangan kananku memegang genggaman tangannya.

“Kreek ...!” Aku berhasil mematahkan tangan orang asing itu.

“Aaaakkk!!!” Jerit orang itu kesakitan dengan posisi agak membungkuk.

“Buuukkkk ...!!!” Aku melayangkan pukulan telak ke wajahnya yang membuat tulang hidungnya patah seketika. Sementara dia tertunduk memegangi hidungnya yang mengucurkan darah segar, aku kembali mendaratkan tendangan tepat di telinganya dengan sangat keras. Berhubung pusat saraf keseimbangan manusia berada di sekitar daerah telinga, dia langsung tersungkur ke samping, namun aku mengakui ketahanan tubuhnya karena belum cukup membuatnya pingsan, padahal setelah menerima serangan telak seperti itu.

Orang itu bangkit lagi dengan tubuh yang gontai penuh memar ditambah darah mencucur dari hidungnya. Sekali lagi orang itu langsung melancarkan kombinasi serangan asal-asalan kepadaku. Untuk
beberapa alasan tertentu, aku hanya menerima serangannya yang entahlah, jauh dari kata sakit.

Setelah kami berada dekat dengan tembok, aku menarik lehernya dan mengarahkan kepalanya tepat ke tembok di dekatku, membenturkannya sekeras mungkin sehingga dia berteriak kesakitan.
Selagi kepalanya masih berada dekat dengan tembok, aku melayangkan
tendangan keras tepat di samping kepalanya. Dengan kakiku mendarat sangat keras di sebelah kiri kepalanya, dan sebelah kanannya kembali terbentur tembok, beberapa tetes darah pun mengucur keluar dari kepalanya yang terbentur tembok dua kali itu.

Orang itu menggeliat di lantai sambil memegangi kepalanya yang bocor, sepertinya masih berusaha mengumpulkan keseimbangannya. Tiada ampun, Aku menendang kepalanya
lagi, membuatnya terbaring kembali di lantai. Dengan tubuhku di atasnya, aku mulai melayangkan pukulan overhand bertubi-tubi secara membabi buta di wajahnya yang terlihat seperti babi, tetapi tidak buta.
“Bukk... Bukk... Bukk... Bukk... Bukk... Bukk... Bukk...!” Kuukir wajahnya dengan pukulan-
pukulan kerasku membuat wajah orang itu menjadi rata, darah bercucuran dari robek kulitnya karena hantamanku.

Orang itu sudah tak berdaya dan pingsan. Aku pun bangkit dari atas tubuhnya. Aku lihat tubuh Tante Billa yang polos, lalu aku mencari sesuatu untuk menutupi tubuh bugilnya.
Ada selimut lebar di dalam kamar, aku raih dan kugunakan untuk menutupi tubuh Tante Billa. Aku segera keluar rumah memanggil tetangga terdekat dan menceritakan kejadian di rumah Tante
Billa. Tak lama, beberapa warga berdatangan dan segera mengurus Tante Billa dan meringkus orang yang telah kulumpuhkan tadi.

Sementara aku tidak ingin mengikuti proses selanjutnya di rumah Tante Billa. Aku terus
melanjutkan perjalanan pulangku. Aneh, dadaku tidak terasa sakit lagi. Perasaanku sangat damai seperti tidak ada lagi keluh kesah dalam hidup ini. Aku ada di titik di mana perasaanku
sangat damai dan senang, karena telah menolong seseorang yang memang membutuhkan pertolonganku.

Akhirnya aku sampai juga di rumah, namun ibu nampaknya masih belum pulang dari
kerjanya. Aku segera mandi membersihkan badan dari keringat dan sisa-sisa tanah, lalu kuganti pakaianku dengan yang baru dan langsung menuju teras rumah untuk bersantai sambil menunggu ibuku pulang.

Ternyata waktu sudah menuju senja, entah mengapa pada sore ini
suasana di sekitar rumahku menjadi sepi hanya terlihat satu dua orang yang berlalu lalang naik motor atau berjalan kaki, angin dingin mulai berhembus menambah suasana sepi ini menjadi sangat terasa, apalagi ditambah dengan suaranya yang mengilir.
Remang petang suara adzan maghrib berkumandang, tetapi ibuku belum juga datang. Beberapa saat, aku masih duduk termenung.

Tiba-tiba mataku menangkap pergerakan mobil mewah yang sering kulihat. Aku terperangah dan gembira karena aku sangat yakin kalau ibu berada di mobil itu. Perkiraanku tidak meleset, ibu keluar dari mobil mewah itu dan langsung
berjalan ke arahku setelah sebelumnya menutup pintu mobil.

“Maaf ... Ibu telat, Nak ...” Sapa ibu padaku. Aku hanya tersenyum kemudian mengambil tangan ibu menciumnya berkali-kali.

“Gak apa-apa, Bu ...” Kataku sambil menggandeng tangan ibu dan masuk ke dalam rumah.

“Nih ... Ibu bawakan makanan ... Pasti kamu belum makan.” Kata ibu sambil memberikan sebuah bungkusan padaku saat kami sudah duduk berhadapan di meja makan.

Aku pun tak banyak berkata lagi, segera aku ambil bungkusan nasi yang ibu berikan. Ibu sangat tahu makanan kesukaanku. Rendang Padang sudah dinobatkan menjadi makanan paling enak di dunia bagiku. Ibu diam dengan senyumnya memperhatikan aku yang makan sedikit tergesa-gesa.
Dari cara memandang ibu padaku, jelas ibu sedang menyimpan sesuatu.
Ada sinyal tertentu dari isyarat sorot matanya.

“Gerhana ... Ibu mau bicara sesuatu yang penting.” Benar juga dugaanku, ternyata ibu memang memendam sesuatu yang sebentar lagi akan aku dengar apa yang dipendamnya.

“Ya, Bu ... Ada apa? Sepertinya serius banget.” Reaksiku sambil menatap mata ibu.

“Gerhana ... Eehhmm ... Sudah saatnya ...” Perkataan ibu menggantung penuh keraguan.

“Katakan saja, Bu ...” Ucapku setelah menunggu agak lama kelanjutan ucapan ibu.

“Sudah saatnya ... Kamu mempunyai ... Ayah baru ...” Ucap ibu terbata-bata. Jujur, aku agak terkejut dengan penuturan ibu, tetapi rasanya aku sangat mengerti arah pembicaraan ibu.

“Ibu mau menikah lagi?” Lirihku.

“Ya ... Kalau kamu izinkan ...” Kata ibu dengan guratan wajah gelisahnya.

“Kalau ibu bisa bahagia ... Aku tidak keberatan ...” Kataku meyakinkan ibu sambil ku berikan senyuman termanisku.

“Justru ibu khawatir padamu, Nak ... Khawatir jika kamu tidak bahagia.” Kata ibuku lagi.

“Ibu tidak perlu khawatir. Bahagia ibu adalah bahagiaku.” Ucapku sambil meneruskan makanku yang tertunda.

“Kamu yakin, Nak?” Terdengar suara ibu masih belum yakin.

“Ya ...” Kataku.

“Kalau begitu izinkan ibu menikah lagi ya?” Sambil sedikit meneteskan air mata, ibu mengambil tangan kiriku dan
menggenggamnya sangat erat.

“Ya ...” Jawabku seraya melepaskan genggaman tangan ibu, tapi langsung kutangkup muka ibuku sambil ku seka air mata kebahagiaan yang ada disana.

“Putraku memang yang terbaik.” Ucap ibu memelukku dengan erat.

“Ibu akan menikah dengan siapa?” Tanyaku.

“Om Benny, Nak ...” Jawab ibu sambil mengulum senyumnya.

Aku melihat kebahagiaan di rona mata ibu. Aku melihat kebahagiaan itu seperti melihat pelangi. Kebahagiaan ibu adalah prioritasku. Melihat ibu tersenyum adalah hal utama bagiku.

Aku tahu, kalau ibu sangat menyayangiku dan semua ini ia lakukan demi kebahagianku.
Tidak ada alasan bagiku untuk menghalangi keinginan ibu. Dan aku berdoa dalam hati,
semoga ini adalah jalan yang terbaik bagi hidup kami di masa yang akan datang.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam berkali-kali dari depan rumah. Ibu langsung beranjak dan berjalan menuju ruang depan, sementara aku cepat-cepat menghabiskan makananku yang tinggal beberapa suap lagi. Kubuang bungkusan nasi bekas
makan dan mencuci tanganku di kamar mandi. Saat aku keluar dari kamar mandi,

DEGGH’.!’

jantungku seakan loncat dari tempatnya. Aku hampir tidak percaya, karena dihadapanku berdiri seorang polisi dan Tante Billa di sampingnya.

“Gerhana ... Terima kasih ...!” Tante Billa menghampiriku yang sedang tertegun di depan kamar mandi dan langsung memelukku sangat erat. Terasa sekali, pucuk kepalaku diciumnya
berkali-kali. Sebenarnya aku sangat risih dan malu, tapi aku menahan diri untuk tidak melakukan apapun untuk menghentikannya.

“Bu ... Kami akan melakukan pembicaraan dengan anak Ibu. Tidak usah khawatir, kami hanya meminta keterangan kepada anak ibu.” Kata Pak Polisi yang terdengar jelas oleh telingaku.

“Tante ... Sudah ya ...” Kataku pelan sedikit resah.

“Terima kasih, Gerhana ... Terima kasih ...” Ucap Tante Billa sembari mengecup keningku.

Aku pun menghampiri Pak Polisi dan siap untuk diinterogasi. Ibu mempersilahkan duduk kepada polisi dan Tante Billa, dan aku pun duduk di samping ibu. Tangan ibu yang gemetar hebat terus menggenggam tanganku, terasa sekali kalau hati ibu sangat gelisah. Polisi yang kuhadapi memintaku menjawab semua pertanyaannya. Aku pun menjawab semua pertanyaan Pak Polisi yang terlihat keheranan dan berkali-kali menanyakan hal yang sama.

Kerutan kening dan tatapan matanya, selalu terlihat saat bertanya yang menandakan keheranannya.
Setengah jam terlewati, proses interogasi pun selesai. Polisi itu pun akhirnya meninggalkan rumahku. Lagi-lagi tanpa persetujuanku, Tante Billa terus memelukku dan berulang kali mengucapkan terima kasih.

Rasanya seperti badanku menjadi mainan Tante Billa. Sungguh, aku sangat tidak nyaman seperti ini. Aku menatap ibu meminta sesuatu dari sorot mataku, namun percuma, ibu tidak mengerti bahasa mataku dan hanya tersenyum melihatku terus menjadi obyek pelukan Tante Billa.

“Ibu sangat bangga padamu, Nak ...” Ucap ibu yang tidak kuharapkan.

“Ya ... Gerhana ... Tante bersyukur sekali ... Kamu sudah menolong tante beberapa kali.” Kata Tante Billa yang tangannya tidak mau lepas melingkari tubuhku.

“Sudah kewajiban menolong orang mah tante ...!” Kataku sedikit kesal.

“Ya ... Tapi kenapa selalu kamu yang menolong tante ...” Kata Tante Billa yang bibirnya kini menyosor ke pipiku.

“Kebetulan ...!” Jawabku dengan pipi yang memerah.

“Tante sayang kamu, Gerhana!” Tante Billa seakan tidak malu mengucapkan kata-kata itu.

Malam ini, mungkin menjadi malam yang bahagia untuk kedua wanita itu. Dan tak terasa waktu pun semakin larut malam. Aku sangat bersyukur saat Tante Billa berpamitan pulang.
Lega sekali rasanya hatiku terlepas dari genggaman Tante Billa. Ibu mengantarkan Tante Billa ke halaman rumah, sementara aku secepatnya masuk ke dalam kamar tidurku.

Aku rebahkan tubuhku pada kasur, tercium olehku wangi parfum Tante Billa di sekujur tubuh. Walaupun aku jengah dengan perlakuannya tadi, namun kuakui Tante Billa adalah seorang wanita yang sangat cantik. Memang, aku masih kecil, usiaku masih 16 tahun, tetapi aku pun bisa melihat mana wanita cantik dan yang tidak.

Aku mulai lelah, kurasa mataku mulai berat untuk terus menerima cahaya. Perlahan tapi pasti aku menuju alam mimpi. Beberapa episode mimpiku meminjam taman itu sebagai lokasi dan
selalu diawali dengan cuaca yang cerah. Aku lihat Bulan sedang asik bermain dengan ayunannya sambil tersenyum manis. Namun tiba-tiba, tubuh bulan berubah menjadi kepulan asap putih yang terbang tinggi meninggalkan diriku. Aku berteriak-teriak memanggil Bulan
dan tak sadar menetes air mataku.
###

POV IBU GERHANA (DILLA RAHMADANI)



Sayup-sayup terasa belaian sinar matahari pagi. Aku berdiri di halaman rumah, di antara pohon dan hamparan kerikil. Hatiku kini sangat segar, sesegar embun dipagi hari, sesegar udara yang kupakai kini.

Dengan tenang aku melepaskan seluruh rasa gelisah, takut, ragu di hati, dan ingin kusematkan satu nama di dalamnya. Rasanya begitu tentram, damai, sangat
menyenangkan. Jadi beginilah rasanya jatuh cinta.

Aku bersukur menyukai dia. Wajahku berseri ketika mobilnya berhenti di depan rumahku. Aku berjalan menghampiri
mobil itu dan melihat seorang pria tampan keluar dari dalamnya. Senyuman manis menghiasi wajah tampannya menyapaku dengan sedikit anggukan. Pria ini kemudian membukakan pintu untukku dan segera aku masuk ke dalam mobilnya.

Dari sudut mataku, aku melihat Gerhana sedang memperhatikan kami dari teras rumah. Anakku memberikan senyuman pada pria itu yang kini sudah berada di sampingku.

“Maaf telat ... Tadi anakku rewel ... Jadi aku tertahan sebentar.” Kata Benny sambil membuang nafasnya kuat.

“Gak apa-apa kok ... Kita masih punya banyak waktu.” Jawabku dengan suara yang terdengar sedikit bergetar.

“Bagaimana? Kamu sudah bicara dengan anakmu?” Tanya Benny dengan santun.

“Sudah ....” Jawabku pelan.

“Terus bagaimana?” Tanyanya lagi begitu penasaran.

“Anakku memberikan izinnya ...” Jawabku semakin pelan sambil menundukkan mukaku.

“Alhamdulillah ... Terima kasih ya Tuhan ...” Pekik Benny seraya mengambil tanganku.

“Tapi ....” Ucapanku tak laju karena lidahku terasa membeku.

“Tapi apa?” Tanya Benny sambil memandangku sekilas.

“Apakah Bapak tidak malu ... Menikahi ... Saya.” Aku ingin menuntaskan keraguanku saat ini juga.

“Aku sangat mencintaimu, Dilla ... Percayalah ... Aku akan membahagiakanmu juga Gerhana.” Ucapannya begitu meyakinkan.

Kata-katanya itu membuka mataku sepenuhnya dan membuat keraguanku pupus seketika. Aku sangat percaya dengan kata-kata manisnya. Aku sangat percaya apa yang dia perlakukan
untukku.

Ya, aku sangat percaya dengan indahnya rencana Tuhan padaku. Akhirnya dengan kesadaran tinggi, aku kecup pipi Benny sebagai tanda terima kasihku padanya karena dia mau mencintaiku. Benny menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan. Mata Pria ini menatapku syahdu, menjelmakan oase peneduh sendu.

Saat itu aku tahu kalau dia menginkannya. Perlahan aku dekatkan wajahku padanya dan kini jarak kami hanya dua centi kemudian kunaikkan wajahku lalu kukecup keningnya sekilas. Namun, sebelah tangannya menarik daguku untuk menatap wajahnya membuat aku harus melihat ke matanya. Mata kami jelajah-menjelajahi sampai ke akar paling dalam. Kami saling tersenyum bahagia sambil memandang satu sama lain mengalirkan sinyal cinta dari mata kami.

“Kita menikah sekarang.” Kata-katanya sangat lembut, namun cukup membuatku terhanyut.

Aku tidak menolak karena dia pantas mendapat predikat suamiku. Aku anggukan kepala tanda setuju.Benny kembali melajukan kendaraannya yang ditujunya adalah rumah orangtuaku. Berselang beberapa menit, kami sudah berada di padepokan tempat ayahku melatih pencak silat. Kami memasuki padepokan dan menemukan ayahku sedang berjemur di halaman menikmati sinar matahari pagi.

“Assalamualaikum ...” Sapaku pada ayah.

“Waalaikumsalam ...” Jawabnya sambil matanya memandang kami penuh kecurigaan.

“Abah ... Perkenalkan ini ... Benny ...” Aku memperkenalkannya pada ayahku.

“Benny ...” Kata calon suamiku sambil mengambil tangan ayahku dan mencium punggungnya.

“Ya ... ya ... Nak ... Tapi ada apa?” Naluri jawari ‘kolot’ ayahku masih mengalir dalam darahnya.

“Aku ingin menikahi Dilla, Bah ...!” Terucap kata-kata itu dari mulut Benny tanpa keraguan sedikit pun.

“Menikah?” Tanya ayahku sedikit terkejut.

“Ya, Bah ... Restui kami untuk menikah.” Kataku pelan.

“He he he ... Abah memang sudah lama menghendaki ini ...” Tiba-tiba ayahku terkekeh senang, tangannya menepuk-nepuk bahu Benny.

“Aku akan menikahi Dilla sekarang, Bah!” Kata Benny.

“Ya, aku nikahkan kalian sekarang ... Reno ... Reno ... Ke sini cepat!” Ayah berteriak-teriak memanggil murid kesayangannya.

Tak lama, Reno pun menghadap ayah. Begitu tangkas ayah memerintahkan Reno dan beberapa murid padepokan untuk mempersiapkan akad pernikahan kami. Tak lupa, ayah memerintahkan murid padepokan untuk menjemput Gerhana di rumahku.

Aku bahagia dengan kebaikan-kebaikan yang kudapat dalam persiapan pernikahanku ini. Semua berjalan begitu cepat dan sangat lancar. Singkat cerita, semua pihak telah berkumpul di padepokan ayahku. Sementara itu, aku dan Benny sudah berhadapan dengan seorang ustad yang akan segera menikahkan kami. Prosesi
ijab kabul pun dimulai. Benny menjabat tangan sang ustad.


“Saya nikahkan dan kawinkan engkau Benny Arya Mulyadi bin Mulyadi dengan Dilla Rahmadani binti Wardani dengan mas kawin uang tunai seratus ribu rupiah dibayar tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Dilla Rahmadani binti Wardani dengan mas kawin tersebut tunai.”

“Bagaimana saksi ... Sah?”

“Saaahhhh ......”ucap para saksi serempak

(Skip)
###

Hari ini aku sah menjadi istri dari Benny bin Mulyadi. Perkawinan kilat tanpa direncanakan berjalan mulus dan sempurna. Anakku terlihat sangat bahagia dengan pernikahan ini. Tak canggung lagi, kini anakku memanggil Benny dengan sebutan ayah. Benny pun tak ragu memanggil Gerhana dengan sebutan ‘kakak’, karena sekarang Gerhana memiliki seorang adik perempuan yang sayangnya belum mengetahui pernikahan ayahnya.

Pesta kecil-kecilan, semacam syukuran kami lakukan sekedar memberitahukan warga sekitar untuk menyaksikan pernikahan kami. Banyak warga memberikan selamat dan mendoakan
kami menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Atas doa warga itulah, akan aku sambut takdirku bersamanya dan ini lembaran baru yang akan aku tuliskan bersamanya.

Hari semakin siang, namun warga tak henti-hentinya berdatangan ke acara pernikahan kami yang sangat sederhana ini. Terasa sekali, suamiku sudah mulai gelisah. Aku menyadari apa yang dia gelisahkan, aku tahu kalau suamiku sudah tidak sabar lagi ingin merasakan madu dari pernikahan ini.

Aku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu. Lama-lama aku merasa kasihan juga, aku tarik tangannya hingga kami masuk ke dalam kamar pengantin yang telah disiapkan walau dalam keadaan seadanya.

“Ayah gak sabaran banget, sih ...” Godaku.

“Aku ... Aku ... Ahhh ...” Tak ada yang aku mengerti dari ucapan suamiku itu. Namun gerakan merangkul dan menciumnya yang aku pahami.

Tiba-tiba Benny menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuannya yang saat itu sudah duduk di tepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku membiarkan ketika bibir dan kumis halus Benny menempel ke bibirku hingga beberapa saat.

Dadaku semakin berdegub kencang ketika kurasakan bibir halus suamiku ini melumat
mulutku. Lidahnya menelusup ke celah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding.

“Sabar ... Ayah ... Sabar ...!” Kataku di sela-sela ciuman kami. Suamiku memang melepas ciumannya, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampaingku dengan erat. Aku juga masih terduduk dipangkuannya.

“Aku sudah tidak sabar, Mah ...” Ujar Benny yang terdengar seperti desahan.

Setelah itu, Benny kembali mendaratkan ciuman. Ia menjilati dan menciumi seluruh wajahku, lalu merambat ke leher dan telingaku. Aku memang pasif dan diam, namun perlahan tetapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Benny sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya ke leherku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan. Benny sendiri tampaknya sudah sangat terangsang.

Aku dapat merasakan nafasnya yang
terengah-engah. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku.

Setelah itu, tiba-tiba tangan Benny yang kekar itu membuka kancing bajuku. Tak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna putih bersih itu terbuka di depannya.
Kini, dipelukannya, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai kain pun. Aku menggoda suamiku dengan menutupi dengan mendekapkan lengan di dadaku, tetapi dengan cepat tangan Benny memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu, Benny mengangkat dan merebahkan tubuhku di tempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibir Benny melumat salah satu buah dadaku sementara salah satu tangannya juga langsung meremas-remas buah dadaku
yang lainnya.

Kini aku menikmatinya dengan nafas yang mulai terengah-engah dan mengerang karena kenikmatan yang mencengkeramku. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Benny menjilat dan melumat puting susuku.

Kemudian Benny juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai sekali
mengelitik buah dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu.

Tanpa kuduga, dengan cepat Benny melepas celana dan celana dalamku dalam sekali tarikan. Sekarang tubuhku yang ramping dan putih itu benar-benar telanjang total dihadapannya.

“Aaaahhhh ... Sayyy ...yaaannggg!!!” Tak kuasa aku menahan desahanku karena begitu nikmatnya rasa yang kudapati saat ini.
Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, sementara tangan yang satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkanganku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara nafasku juga semakin terengah-engah.

Tiba-tiba Benny beranjak dan dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Kini ia sama denganku, telanjang bulat-bulat. Aku melihat tubuh Benny yang
memang benar-benar atletis, besar dan kekar terutama otot-otot perutnya. Ia lebih tinggi dan
lebih besar dibandingkan dengan suamiku terdahulu yang berperawakan sedang-sedang saja.
Tetapi yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda di selangkangannya. Benda yang besarnya hampir sama dengan lenganku itu berwarna coklat muda dan kini tegak mengacung.

Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemes dan penasaran. Kini tubuh telanjang Benny mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidangnya menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku.

Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga
tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.

Bermenit-menit kami terus bercumbu saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur di tubuhku dan tubuhnya. Dalam posisi itu, tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal di atas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluannya.

Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat di bibir lubang kemaluanku. Rupanya Benny sedang
berusaha memasukkan batang penisnya ke vaginaku.

“Aaaahhh, Yah ... Masukin ...!” Pintaku memelas.

Kemudian Benny kembali memasang ujung penisnya tepat di celah vaginaku. Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala batang penis itu menyentuh bibir vaginaku.
Namun karena batang zakar suamiku memang berukuran cukup besar, Benny kesulitan memasukkannya ke dalam celah bibir vaginaku. Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Benny berhasil menerobos bibir vaginaku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis yang besar itu mulai menerobos masuk.

Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tada tiara.

“Aaaaahhhhhh .....!!!” Desahku tertahan menikmati rasa nikmat di selangkanganku.

Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua ke vaginaku. ‘Bleeeesssss!’ Perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak ke dalam lubang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang penis Benny yang sangat-sangat besar itu.

“Aaahhh ... Punyamu sempit ... Sayang ...” Ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara perlahan.

Ketika batang penis itu amblas semua di vaginaku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tak tertahankan. Begitu besarnya penis Benny, sehingga lubang vaginaku terasa sangat sempit. Sementara karena tubuhnya yang berat, batang penis Benny semakin tertekan ke dalam vaginaku dan melesak hingga ke dasar rongga vaginaku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding vaginaku.

Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Benny dengan menggoyang pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam di atas kasur ditindih oleh tubuh besar dan kekarnya.
Semakin lama, genjotan Benny semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak
dengan hebat. ‘Cleeeppp... cleeeepppp... cleeeepppp... cleeeeeppp...’ begitulah bunyi batang
zakar Benny yang terus memompa selangkanganku.

“Teerruss ... oohhh...! Aakuu... nggaak... kuuaatt...!” Erangku berulang-ulang.

Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan.
Aku benar-benar melayang. Benny, suamiku, benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan. Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar di bawah gencetan tubuh Benny. Seketika
itu seperti tidak sadar, kuciumi bibir Benny dan kupeluk erat-erat tubuhnya.

“Sayyyaaannggg... aakkuu... haaammpiirr...!” Desahku ketika hampir mencapai puncak kenikamatan.

Tahu aku hampir orgasme, Benny semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya ke selangkanganku. Saat itu tubuhku semakin meronta-ronta di bawah dekapan Benny yang kuat. Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai
puncak.

“Aaaaaccchhhhh .... !!!!” Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Benny, sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan ke atas agar batang kemaluan Benny dapat menancap sedalam-dalamnya.

Belum reda kenikmatan orgasme yang kurasakan, tiba-tiba Benny mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tak bisa bergerak, dan nafasnya terus memburu.
Genjotannya di vaginaku semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.

“Aaaaaccchhh ... Keluar ... Saayyaanngg!!!” Erangnya tidak tertahankan lagi.
“Croott.. croott.. croott..!” Sperma Benny terasa sangat deras muncrat di lubang vaginaku.

Benny memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di dalam vaginaku. Aku merasa lubang vaginaku terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kemaluannya.
Untuk beberapa saat suamiku masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. setelah itu ia berguling ke sampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar. Kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran masing-masing. Bermenit-menit kemudian tak
ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua.
Aku bangkit dan meletakkan kepalaku di dada bidangnya.

“Aku mencintaimu, sayang ...” Lirihku sambil tersenyum.

“Aku sangat mencintaimu ...” Balas suamiku seraya tangannya mengusap-usap kepalaku.

“Aku ingin ... Perkawinan ini yang terakhir bagiku ...” Ucapku.

“Ya sayang ... Ini yang terakhir bagi kita.” Katanya lagi sangat merdu kudengar.

Hari ini adalah hari terbahagia yang pernah kurasa. Benny benar-benar mengembalikan senyumku yang dahulu sempat dibunuh masa lalu. Akan kuberikan segenap cinta dan jiwa serta waktuku, untuk bersamanya membangun sebuah rumah tangga yang bahagia. Akan kucurahkan semua rasa kasih dan cinta yang ada pada diriku untuk mereka, suami dan anak-anakku.
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kirain dah amnesia neh si bos, lupa sm cerita yg dibuat, hingga q dibuat gak sbaran nunggu, dah 3x lebaran. . Eh slah deng. . Bru skali lebaran....
Thanks mas bro atas updatex... Jgn lama2 klu mau update, ....hehehehe ;)
 
Suhu is back.......lama nunggunya ni

Maaf om baru bisa update, dan semoga terhibur

yess... akhirnya update juga....

semangat gerhanaaa....
ditunggu kelanjutan ceritanya

Thanks om, sudah mau menunggu kelanjutannya..

Kita nantikan aksi berikutnya dari Gerhana.

Kirain dah amnesia neh si bos, lupa sm cerita yg dibuat, hingga q dibuat gak sbaran nunggu, dah 3x lebaran. . Eh slah deng. . Bru skali lebaran....
Thanks mas bro atas updatex... Jgn lama2 klu mau update, ....hehehehe ;)

Sama-sama om, semoga update dapat meluncur secepatnya

akhirnya setelah sekian lama update mantap suhu, gerhana sang penyelamat tante bila haha

Ditunggu aksi penyelamatan-penyelamatan berikutnya dari Gerhana y om.

Ooh om Rebel comeback .... Terima kasih updatenya om .
Semoga diberi kelancaran buat update2 selanjutnya... :):semangat:

Sama-sama om, moga aja update'an berikutnya dapat segera meluncur
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Thank suhu update nya ciamik bsnget Bella terselamatkan dan ibu nya menikah lagi tampa proses yang panjang. Lanjut suhu update nya bikin greget.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd