Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Bimabet
anjir gara2 ini cerita dan jkt48 lainnya w kyaknya bakal kembali kedunia gelap peridolan, adrian dan hansen akan saya minta pertanggungjawabannya
 
Gw yakin adrian pasti nyesel ngajari stepi haki....
Udah bikin adrian ketawan nguping dan sekarang di bacain masa depanya
 
Stefi's said:

"Firasat aku bilang kalo mulai besok perasaan kamu ke ci Shani bakal bener-bener diuji"

"Gracia!! Adrian!!" teriak Shani.

IMG-20190119-215454.jpg


"Jadi gimana kak Ads?"
MANTAPP ESGEEEEHHH!!!1!1!:kangen:

Iman adrian mulai goyang sepertinya sodara-sodara ehehehe.:pandaketawa:

Kudu kuat kuat ya dri, kalo lu sampe bikin mamah sunni nangid lagi partai aj laa kita wkwkwk.

Spot jantung coeg semalem, yg penting 3 poin lhh #ynwa
 
Lah kok jadi saya yang kampret sih?!! :sendirian:
Salahnya sendiri, soalnya di cerita ini asiknya itu karena Shani buat momen yang bikin gesrek-gesrek romantis, Gre yang unch-unch dan "ngganggu" itu bikin ceritanya makin asik dan meriah, kalo member lain mau diena-ena ya terserah asal bukan 2 nama tadi. Tapi sebagai penikmat cerita ini saya juga sangat menghormati slogan suhu ini, alias BODO AMAT.
 
Stefi's said:

"Firasat aku bilang kalo mulai besok perasaan kamu ke ci Shani bakal bener-bener diuji"

"Gracia!! Adrian!!" teriak Shani.

IMG-20190119-215454.jpg


"Jadi gimana kak Ads?"
Waini waktu lihat foto ini ngerasa "Buseett Greee punya "sisi dewasa" juga yaak", tapi kemudian lihat ig story Lidya yang Gre gerak-gerak gak jelas (karena kebanyakan makan gula kayaknya) jadi bingung ini anak sebenernya gimana sih.. tapi kok ya bikin makin tambah sayang. eh.

Semoga Gre, Shani, dan member lainnya segera dibuka mata batinnya dan menyadari kalo Adrian itu sebenarnya kampret.:p
 
Stefi's said:

"Firasat aku bilang kalo mulai besok perasaan kamu ke ci Shani bakal bener-bener diuji"

"Gracia!! Adrian!!" teriak Shani.

IMG-20190119-215454.jpg


"Jadi gimana kak Ads?"
Waini waktu lihat foto ini ngerasa "Buseett Greee punya "sisi dewasa" juga yaak", tapi kemudian lihat ig story Lidya yang Gre gerak-gerak gak jelas (karena kebanyakan makan gula kayaknya) jadi bingung ini anak sebenernya gimana sih.. tapi kok ya bikin makin tambah sayang. eh.

Semoga Gre, Shani, dan member lainnya segera dibuka mata batinnya dan menyadari kalo Adrian itu sebenarnya kampret.:p
 
Terakhir diubah:
Part 4: Ujian


Tapi ini bukan ujian negara atau ujian CPNS, apalagi chuunin. Bukan!

Langsung aja ya.
.
.
.
.
IMG-20190120-154552.jpg

.
.
.
.
Dari sudut mataku, aku bisa melihat pintu kamarku terbuka perlahan, lalu.....

"Gracia!! Adrian!!" teriak Shani.

Sontak, aku mendorong tubuh Gracia yang tengah menindihku sehingga ciuman kami terlepas.

"Shan, ini gak kayak yang kamu pikirin" kataku yang sedang panik dan bingung. "Aku,.... Aku gak....."

Aku tidak salah?
Apa benar aku tidak salah?
Lalu siapa yang salah?
Gracia?
Apa aku akan menyalahkan Gracia?
Apa aku tega melakukannya?

"Udah, kak. Biar aku yang jelasin ke ci Shani" kata Gracia sambil mendorong tubuhku agar tetap berbaring di tempat tidur ku. "Kakak tenang aja"

Gracia lalu bangkit dan berjalan kearah Shani yang masih berdiri terpaku di depan kamarku.

Tunggu!
Jika Gracia berkata yang tidak-tidak bagaimana?, pikirku.

Aku ikut berdiri dan berniat untuk menyusul Gracia. Tapi kali ini aku kalah cepat, Gracia yang sudah terlebih dahulu keluar kamar segera menutup pintu kamarku dan menahannya.

"Gracia!" panggilku.

"Diem dulu, kak" balasnya dari balik pintu.

"Gre, kamu kok-"

"Ssstt"

Terdengar perkataan Shani yang dipotong oleh Gracia.
Tapi setelah itu aku tidak bisa mendengar apa-apa.

Apa mereka sedang berbisik?

Tak lama, pintu kamarku kembali terbuka. Terlihat Shani yang menatap sinis ke arahku dan Gracia yang sedang senyum-senyum tidak jelas.

"Shan, aku... Aku gak tau kenapa Gracia-"

"Udah" potong Shani. "Gak usah dibahas lagi. Gracia udah jelasin" tambahnya.

Aku langsung menengok kearah Gracia, menatapnya dengan bingung berharap dia memberikan penjelasan. Tapi Gracia malah meresponnya dengan mengacungkan dua jarinya dan melebarkan senyuman di wajahnya.

IMG-20180806-001013.jpg


"Sekarang aku mau mandi, kamu jangan macem-macem" kata Shani lagi sambil menunjuk wajahku. "Ngerti?" tanyanya kemudian.

Aku langsung mengangguk pelan mengiyakannya. Shani membalasnya dengan sedikit senyuman kemudian menjawil hidungku. Setelah itu dia berjalan kearah kamarnya dan masuk kedalam.

Tunggu, aku masih bingung.
Aku kembali menoleh kearah Gracia, bermaksud menanyakan sesuatu padanya.

"Hei, lo tadi ngomong apa ke Shan-"

"Ssttt...." potong Gracia menyuruhku diam dengan menempelkan telunjuknya ke bibirku.

Kemudian Gracia mendorongku masuk kembali kedalam kamarku.

"Gracia, lo sebenernya kenapa?" tanyaku lagi.

Aku masih tidak mengerti apa yang terjadi dengannya pagi ini, maksudku kemarin malam dia 'marah' padaku bukan.
Kenapa sekarang dia malah bersikap agresif? Sangat agresif malah.

Lalu Gracia mendorongku sampai aku jatuh terduduk di tempat tidur ku. Sebelum sempat kembali berdiri, Gracia sudah terlebih dahulu duduk di pangkuanku dengan menghadap ke arahku dan mengalungkan lengannya kebelakang leherku sehingga sekarang wajah kami jadi begitu dekat.

35478712-908487226024935-6279995253432778752-o.jpg


"Udah lah, kak. Gak usah dipikirin soal itu" kata Gracia yang akhirnya kembali berbicara. "Mendingan, sekarang kita lanjutin aja yang tadi. Lagian, ci Shani kalo mandi lama kan" tambahnya dengan tatapan menggoda dan satu kedipan mata.

Glup~
Aku sedikit menelan ludah.

Kenapa Gracia bisa terlihat begitu menggoda sekarang?
Apa sebaiknya aku,....

Ah, tidak.

"Enggak. Enggak" kataku sambil memegang kedua bahunya. "Gracia, enggak"

"Enggak?" tanyanya bingung

"Gue gak bisa" kataku lagi lalu mulai memeluk tubuhnya.

Gracia lalu mendorongku untuk melepaskan pelukanku.

"Kenapa sih, kak?" tanyanya lagi. "Jarang lho ada kesempatan kedua"

Iya, itu memang benar. Sangat jarang sekali yang namanya mendapatkan kesempatan kedua. Tapi tetap saja.

"Lagian anggep aja ini fanservice dari aku" tambahnya.

"Tapi-"

"Aku gak nafsuin ya?!!" potongnya setengah berteriak. "Gak kayak Thacil?! Gak kayak Okta?!! Gak kayak kak Shania?!!! Iya?! Iya?!!" tanyanya beruntun setengah berteriak.

"Bukan gitu" jawabku tenang sambil menatap matanya dalam-dalam.

"Terus kenapa kak?!!" tanyanya lagi yang masih tidak mengerti.

IMG-20180726-231546.jpg


"Karna gue sayang sama lo!!" teriakku akhirnya.

Ah, sial!
Akhirnya aku mengungkapkannya juga.

"S-Sayang?" tanyanya balik berusaha memastikan.

"Bukan berarti gue gak sayang sama Shania dan yang lainnya" kataku lagi.

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

"Tapi lo itu beda, lo oshi gue. Dan gue ngoshiin lo bukan karna gue tertarik sama badan lo atau nafsu sama lo" terangku. "Tapi karna perkembangan lo selama ini"

Ditambah karna tingkah laku lo yang bikin gue kepikiran terus, batinku.

"K-Kak" kata Gracia sambil menatapku dengan tatapan seperti tidak percaya.

"Sini" ajakku sambil menepuk ranjangku. "Duduk sini" kataku memintanya duduk di sebelahku.

Gracia langsung menuruti permintaanku, dia turun dari pangkuanku dan duduk di sebelahku.

"Soal apa yang udah gue lakuin sama Shania dan yang lain, itu kesalahan gue. Gue waktu itu belum cukup dewasa, gue gak mikir dampak kedepannya" kataku berusaha menjelaskan padanya. "Tapi setelah gue ketemu Shani, gue perlahan berusaha memperbaiki diri gue"

Ya, meskipun kadang masih bisa kumat sih, batinku.

"Apalagi lo sahabatnya Shani sekaligus oshi gue. Gue gak mungkin tega sama lo" tambahku.

Gracia diam tidak merespon penjelasanku. Dia tidak menjawab apapun, dia hanya diam. Mungkin dia sedang memikirkan perkataanku tadi.

"Kak" panggilnya tiba-tiba.

"Ya" jawabku.

"Itu tadi bener?" tanyanya memastikan.

"Iya" jawabku lagi. "Bener"

"Kakak beneran sayang sama aku?" tanyanya lagi.

Eh?!
Aku kira dia tadi menanyakan perkataanku tentang alasan kenapa aku memilihnya sebagai oshi dan alasanku kenapa aku 'menolaknya'.
Kenapa dia fokusnya malah kesana?

"Ah,... Ehm.... Itu,....."

"Kok ragu? Jadi sebenernya kakak sayang sama aku apa gak?" tanyanya. "Kakak tadi itu cuma bohong?"

Wajah Gracia berubah menjadi sedih.

"Bukan gitu, tapi....."

"Jadi kakak sayang gak sama aku?" tanya Gracia kembali berusaha memastikan.

"Iya. Gue sayang sama lo" jawabku tegas.

"Sama kayak kakak sayang ke ci Shani?" tanya Gracia sekali lagi.

Pertanyaan itu benar-benar membuatku terdiam.
Kali ini aku bingung hendak menjawab apa.
Aku sendiri masih bingung dengan apa yang sebenarnya kurasakan pada Gracia.

"Gue sayang lo sebagai fans" balasku mencoba menjawab aman. "Karna lo oshi gue"

"Tapi, kak...."

"Ssstt...." aku menyuruhnya diam dengan menempelkan telunjukku pada bibirnya, seperti yang dia lakukan padaku tadi. "Mendingan sekarang lo mandi, kayaknya lo akhir-akhir ini keseringan nonton bokep ya? Otak lo agak korslet"

"Aah..... kak Ads mah, aku kan-"

Perkataannya terhenti saat aku mencium keningnya.

Setelah kurasa cukup, aku kemudian menjauhkan bibirku dari keningnya dan melihat wajahnya. Kulihat wajah Gracia mulai memerah dan semakin merah.

"Waktu itu, lo minta dicium keningnya kan. Udah gue turutin. Sekarang lo yang turutin gue, mandi sana!" perintahku.

Gracia mengangguk-angguk pelan., kemudian dia langsung berdiri dan menuju kamar mandi ku.

Oh iya, aku lupa memastikan satu hal.

"Gracia!" panggilku.

Gracia langsung menoleh lalu melihatku dengan wajah bingung dan mulut sedikit terbuka.

"Kenapa, kak?" tanyanya.

Ekspresinya gemesin banget sih!!, batinku.

"Kakak berubah pikiran? Mau ngelanjutin yang tadi sama aku?" tanyanya lagi.

"Bukan!"

"Terus apa?"

"Kenapa lo tadi tiba-tiba tidur disebelah gue?" tanyaku padanya.

"Kalo itu,.... rahasia ya. Nanti juga kakak tau" jawabnya sambil tersenyum.

Rahasia?
Rahasia apa lagi ini?

"Ada lagi kak?" tanyanya.

"Lo kemaren itu ngambeknya boongan kan" tanyaku padanya.

"Kirain apa'an" balasnya.

Gracia membalikkan badannya hingga benar-benar menghadap ke arahku.

"Aku ini sama kayak ci Shani, kak. Aku gak bisa marah sama kakak. Aku sayang kakak" jawabnya sambil tersenyum sekali lagi lalu kembali berbalik badan dan berjalan masuk ke kamar mandi ku.

Ah, sial!
Senyumannya itu kenapa bisa terlihat begitu menawan.
Apa karena Gracia tersenyum setelah mengatakan kalau dia sayang padaku?
Entah kenapa kata-katanya itu membuat hatiku jadi bahagia.

Tunggu, kenapa aku harus bingung.
Sudah jelas aku bahagia karena oshi ku mengatakan kalau dia juga sayang padaku.
Ya, pasti karena itu.

"Kak!" panggil Gracia lagi yang sekarang hanya memunculkan kepalanya dari dalam kamar mandi.

Aku langsung menoleh dan bertanya....

"Apa?"

"Gak mau mandiin aku? Atau mandi bareng gitu?" katanya menawarkan diri.

"Gracia!!"

"Hehe, bercanda kak. Ya siapa tau kan" katanya polos lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi.

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

"Kalo berubah pikiran, masuk aja ya kak!!" teriaknya dari dalam kamar mandi.

37583231-435602636956366-5341829797322424320-n.jpg


Oshi gue kok gini amat ya?, pikirku.

Mendingan gue mandiin yang lain, batinku.
.
.
.
.
.
.
.
"Gosok! Gosok! Gosok!
Gosok! Gosok! Gosok!" gumamku sambil menggosok bagian yang memang harus digosok.

"Ngapain kak?" tanya Gracia yang tiba-tiba muncul dan berjongkok di sebelahku.

"Hah? Skydiving" jawabku.

"Eh?!" kagetnya.

"Udah jelas nyuci motor, pake ditanya lagi" kataku.

Ya, aku sedang menyuci motor. Sebagai balas jasa karena dia sudah membantuku kemarin malam.
Kalau kalian berpikir aku memandikan Shani saat tadi membatin, 'mendingan gue mandiin yang lain'. Itu artinya pikiran kalian ngeres.

"Hehe, basa-basi dulu dong kak" balasnya. "Orang aja kalo pacaran harus PDKT dulu. Ya, kan"

Kayak pernah pacaran aja, batinku.

Memangnya ada yang bisa tahan lama-lama dengannya?

"Lah, lo udah selesai mandinya?" tanyaku.

"Udah dong~"

"Lah, cepet banget?" tanyaku lagi. "Mandi yang bersih!"

"Emangnya ci Shani, mandinya lama" balasnya

Iya juga, Shani daritadi mandi belum selesai-selesai juga, pikirku.

"Lagian kakak tadi aku tunggu gak masuk-masuk" tambah Gracia sambil mengembungkan pipinya.

"Mandi lagi sana biar pikiran lo gak ngeres" balasku.

"Yee... Sendirinya belum mandi nyuruh orang lain mandi. Gak pantes" kata Gracia. "Lagian kakak belum mandi kok udah mandiin motornya?" tanya Gracia kemudian.

"Lah, aturan emang gitu. Kalo gue mandi dulu baru nyuci motor, ya percuma dong, basah lagi nanti. Keringetan" jawabku.

"Mau aku bantuin gak kak?" tawar Gracia.

"Gak usah, lo nanti keringetan lagi" tolakku. "Lagian ini juga kurang dikit lagi kok"

35763239-931369833711003-4513941801245081600-o.jpg


"Gapapa kok, kak" balas Gracia. "Aku mau kok keringetan sama kakak"

Oke, kalimat terakhirnya itu sedikit ambigu.

"Mendingan lo bantuin, tolong nyala'in keran air nya ya" kataku meminta tolong.

"Siap, kak Ads!" balasnya sambil berdiri dam memberi hormat seperti sedang upacara bendera lalu berjalan kearah keran air.

Dasar bocah, batinku.

Setelah keran air menyala dan menyalurkan airnya melalui selang air, aku langsung menyiram motorku, membersihkannya dari sabun-sabun yang menempel.

"Gimana kak?" tanya Gracia yang sudah kembali ke sebelahku.

Cuma nyalahin keran air doang, batinku.

"Mundur!" perintahku. "Nanti kamu kecipratan"

"Ihh~ . Aku mau dicipratin kak Ads ihh~" balasnya dengan nada manja.

"Apa'an sih" balasku sambil menoleh ke arahnya dan sedikit tertawa karena tingkah lakunya.

"Hehehe" Gracia juga membalasnya dengan sedikit tertawa.

Tapi tak lama, aku merasakan satu keanehan. Tidak ada lagi air yang mengalir melalui selang air ini.

Tentunya aku tidak akan menghadapkan wajahku ke arah lubang selang air sehingga nanti tiba-tiba airnya akan mengalir lagi dan mengenai wajahku. Tentu aku tidak melakukan itu, itu tindakan bodoh.
Lalu apa yang aku lakukan?
Tentu saja melihat ke sumber airnya, ke keran air. Dan yang terlihat disana adalah,....

IMG-20180806-001031.jpg


"Enak ya, pagi-pagi udah pacaran" kata Shani.

"Kenapa lagi sih, Shan?" tanyaku yang tidak mengerti dengan mood nya pagi ini.

Tadi, saat dia memergokiku dan Gracia di kamarku, dia seperti ingin marah. Tapi kemudian dia kembali tenang dan ceria setelah 'bicara' dengan Gracia. Dan sekarang, dia seperti ingin marah lagi hanya karena melihatku dan Gracia 'tertawa bersama'.

"Nyala'in lagi kerannya, aku lagi nyuci motor, Shan" pintaku pada Shani.

"Gre, masuk!" perintah Shani.

"Iya iya, ci" jawab Gracia yang langsung menuruti perkataan Shani.

Setelah Gracia masuk kedalam rumah, Shani berjalan ke arahku.

"Kamu kenapa sih?" tanyaku. "Kram?"

"Hah? Enggak!!" bantahnya. "Kok mikirnya kesana sih?"

"Ya, habisnya mood kamu pagi ini aneh, Shan" balasku.

"Udah, pokoknya kamu cepetan beresin ini, terus mandi, aku mau nyiapin sarapan, habis itu kita bertiga sarapan bareng" kata Shani lalu berjalan hendak masuk kedalam rumah.

Dia kenapa sih?, batinku.

"Gara-gara hari ini jadwalnya Shania ya" kataku.

Shani langsung menghentikan langkahnya.

IMG-20180806-001018.jpg


"Gak usah takut, Shan. Masih inget omongan aku semalem kan" kataku lagi. "Kemanapun aku pergi,..."

"Kembalinya ke aku kan" kata Shani melanjutkan omonganku. "Iya, aku ngerti. Tapi, kamu yang masih belum ngerti satu hal" kata Shani lagi sambil menengok ke arahku.

"Maksudnya, Shan?" tanyaku.

"Nanti aku jelasin" jawab Shani. "Sekarang kamu cepet selesaiin nyuci motornya" tambahnya lalu kembali melangkahkan kaki masuk kedalam rumah.

"Shan!" panggilku mencegahnya masuk.

Shani kembali menghentikan langkanya dan menoleh kepadaku.

"Minta senyumnya dikit dong" pintaku. "Dikit aja, jangan banyak-banyak, aku takut diabetes nanti"

"Apa'an sih!"
.
.
.
.
.
Setelah selesai membereskan ember, selang air, kain lap dan alat-alat lain untuk mencuci motor tadi, aku berniat untuk langsung mandi.
Tapi setelah melihat sesuatu yang menarik perhatianku, aku mengurungkan niat awalku tadi.

Terlihat Shani dengan wajah kebingungan sedang berdiri didepan kulkas yang pintunya sudah dia buka. Secara perlahan dan berhati-hati aku mendekatinya, berusaha agar tidak ketahuan.
Dan setelah sudah berada di dekatnya, aku langsung memeluknya dari belakang dan menopangkan daguku di pundaknya.

IMG-20180815-WA0027.jpg


"Adrian...." kata Shani yang sebelumnya sempat tersentak kaget. "Jangan peluk-peluk dulu, kamu masih bau" katanya seakan menolak tapi tubuhnya tidak menunjukkan penolakkan.

"Kamu ngapain bengong-bengong didepan kulkas?" tanyaku.

"Aku tadi bingung mau masak apa" jawabnya. "Sup ayam aja ya"

"Shan...."

"Ya?"

"Gak setiap kali giliran kamu yang masak, kamu masaknya sup ayam" kataku. "Gak harus"

"Trus apa dong? Waktu itu aku masak sayur lodeh, kamu malah bercanda" balasnya.

"Aku gak bercanda, Shan. Sayur lodeh bikinan kamu waktu itu emang kemanisan" balasku. "Itu aku gak lagi nge-gombal"

"Ya habisnya kamu waktu itu ngomongnya pake senyum-senyum gitu" balasnya lagi tidak mau kalah.

Lah, gue senyum gak boleh?, batinku.

"Lagian juga gak harus sayur sup atau sayur lodeh kan, kan bisa tumis-tumisan. Atau biar lebih gampang lagi, tahu sama tempe digoreng ditambah sambel pake nasi anget-anget. Beuh,... pasti aku habisin kok, Shan" terangku. "Aku ini orangnya sederhana kok"

"Terus, sekarang kamu maunya sarapan pake apa?" tanya Shani kemudian.

"Beli bubur ayam aja ya. Hehehe" jawabku cengengesan.

"Gimana sih kamu" balasnya bingung.

IMG-20180820-180948.jpg


"Aku lagi pengen, Shan" rengekku sambil sedikit mempererat pelukanku padanya.

"Eh?!"

"Pengen makan bubur ayam maksudnya" kataku meluruskan.

32411110-910731719108148-6367722541728923648-o.jpg


"E'hem!!"

Terdengar seseorang berdehem.

Bodo amatlah, batinku.

Aku masih ingin memeluk Shani. Tapi tiba-tiba Shani bergerak berusaha melepaskan pelukanku.

"Gimana sih, ci" kata Gracia dengan nada ketus.

"Hihi. Maaf, Gre" balas Shani meminta maaf.

Tunggu, kenapa Shani meminta maaf?

"Jadi sarapan apa kita?" tanya Gracia.

"Adrian minta bubur ayam. Kamu mau juga"

"Mau" jawab Gracia cepat.

"Ya udah kita sarapan bubur ayam ya" kata Shani. "Tapi beli dimana?" tanyanya kemudian.

"Abangnya sering mangkal depan rumah kok" jawabku.

"Emang iya? Kenapa? Kita kan jarang beli" tanya Shani keheranan.

"Ya soalnya, tempatnya strategis" jawabku lagi.

Ya, strategis karena akan banyak ibu-ibu yang membeli bubur ayam si abangnya hanya sebagai alasan agar bisa melihatku.
Setelah menguping Shani dan yang lainnya kemarin, aku akhirnya sadar. Ibu-ibu komplek ini serem-serem. Maksudnya kelakuannya.

"Kamu mandi dulu sana, nanti peluk-peluk lagi" kata Shani pelan.

"Ci Shan!!" teriak Gracia.

"Apa sih, Gre?"

Mereka ini kenapa sih, batinku.

"Ya udah, aku mandi dulu ya" kataku lalu mulai berjalan menuju ke tangga.

"Eh, tunggu!" cegah Shani tiba-tiba. "Kamu ikut aja deh, aku gak tau kamu pake kacang apa gak, sambelnya dipisah apa gak. Nanti salah lagi"

"Eh, ya udah deh"
.
.
.
.
.
"Bang, bubur tiga ya. Dua pake kacang, satunya enggak pake. Sambelnya dipisah semua" kataku pada abang tukang bubur yang belum naik haji.

"Makan sini atau dibungkus?" tanya si abang tukang bubur.

"Makan dirumah aja" sahut Shani.

"Ya udah, berarti gak makan disini, bang tapi gak dibungkus" kataku. "Lho, Shan. Kamu gak bawa mangkok?" tanyaku pada Shani.

"Oh iya, lupa. Gre, tolong ambilin mangkok ya" pinta Shani.

"Kok aku?" balas Gracia.

"Udah lah, lo aja" kataku.

"Ya udah iya" jawab Gracia sambil berjalan malas-malasan.

"Mangkok lho, Gre. Bukan baskom" kata Shani lagi mengingatkan.

"Iya, ci. Aku tau. Aku bisa bedain mana mangkok mana baskom" jawab Gracia.

"Hahaha"

"Kak Ads, jangan ketawa!"

Gracia kembali melanjutkan langkahnya, kali ini tidak dengan malas-malasan.
Shani tersenyum padaku setelahnya. Tapi tiba-tiba,....

"Astaga!" Shani seperti baru menyadari sesuatu.

Dia kemudian menoleh kearah pintu depan dan berteriak,....

"Gre! Tiga. Tiga mangkoknya"

Gracia yang sudah berada di ambang pintu langsung berbalik badan dan kembali masuk ke dalam rumah.

Ya ampun, masa masih harus diingetin sih, batinku.

Barusan Gracia hanya membawa satu mangkok yang dia bawa diatas kepalanya. Dan ekspresinya itu sangat lucu saat menyadari kalau dia harusnya membawa tiga mangkok sekaligus.

"Ya udah, Shan. Aku masuk juga ya, mandi dulu" kataku pada Shani.

"Iya"

"Mas" panggil si abang tukang bubur. "Ceweknya dua gitu gak repot, mas? Gak mau bagi-bagi gitu?" tanyanya.

"Gak kok, saya gak repot dan gak mau bagi-bagi juga" jawabku. "Malah ada rencana mau nambah" kataku pelan.

"Hei!!" teriak Shani.
.
.
.
.
.
Saat aku menaiki tangga, sekilas aku melihat Gracia yang tampak seperti sedang kebingungan sambil memandangi tiga mangkok kosong di depannya.

"Hei!" panggilku.

Gracia menoleh.

"Ngapain?" tanyaku.

37618202-960081464173173-8213574463346704384-o.jpg


"Aku bingung, kak. Ini bawanya gimana?" tanya Gracia. "Tangan aku kan cuma dua"

Astaga, batinku.

"Itu mangkoknya kosong kan" kataku.

Gracia mengangguk-angguk.

"Ya ditumpuk aja" tambahku.

"Oh iya" jawabnya.

"Tapi nanti di depan gimana?"

"Kan ada Shani"

"Oh iya ya, aku kok gak kepikiran ya" celetuknya.

Aku tidak membalasnya, dan lebih memilih melanjutkan langkahku menaiki tangga.

"Aku kepikiran kakak terus sih" teriaknya dari bawah.
.
.
.
.
.
Setelah selesai mandi, aku kembali kebawah dan mendapati Shani dan Gracia duduk di meja makan (maksudnya di kursinya, bukan di mejanya). Tapi mereka belum menyentuh bubur mereka.
Oke, Shani mungkin menungguku. Tapi Gracia?
Dia mau menunggu dulu untuk makan?
Hal yang langka.

"Kok belum makan, Shan?" tanyaku basa-basi.

"Kan aku nungguin kamu" jawab Shani.

Tuh kan, bener. Tapi yang satunya ini kenapa?, batinku.

"Kalo lo?" tanyaku pada Gracia.

Gracia tidak menjawabnya, dia hanya memandangi mangkok buburnya dengan konsentrasi tinggi.

Ya sudahlah, batinku.

"Udah dibayar, Shan?" tanyaku lagi pada Shani.

"Belum. Hehehe"

"Ya udah, aku bayar dulu ya" kataku sambil berjalan ke pintu depan.

"Kak Ads~" panggil Gracia tiba-tiba saat aku sudah di dekat pintu. "Cepetan.... aku udah laper"

Padahal gue gak nyuruh nunggu, batinku.
.
.
.
.
.
"Kenapa cemberut sih?" tanya Shani. "Tadi minta bubur"

"Kamu sengaja ya tadi, gak bayar dulu. Biar aku yang bayar, biar aku ketemu-"

"Fans-fans kamu" sahut Shani.

"Ya masa fans aku ibu-ibu komplek sih?" balasku.

"Oh, kamu maunya cewek-cewek abg?" tuduh Shani.

"Ya gak gitu juga" balasku.

Cuma risih aja diwawancarai ibu-ibu, batinku.

Apalagi si abang tukang bubur itu ngeselin lagi, uangku lebih, tapi tidak diberi kembalian olehnya.
Pakai pura-pura lupa, kalau aku tidak menagih, mungkin tidak akan diberi kembaliannya.

"Kak" panggil Gracia.

Lah, udah selesai aja nih anak makannya, batinku saat menoleh ke arahnya dan melihat mangkoknya yang sudah kosong.

"Hmm?" balasku. "Mau nambah?"

"Emang aku kerjanya makan doang?" balas Gracia sambil cemberut.

"Ya udah, ada apa?" tanyaku kemudian.

"Nanti temenin aku jalan-jalan ya" pinta Gracia. "Please~"

"Lah, bukannya jadwal kamu besok? Nanti kan-"

"Biar aku yang ngomong ke Shania" potong Shani.

"Y-Ya udah deh" balasku. "Kamu ikut kan, Shan?"

"Enggak lah, kasihan ci Shani nanti jadi obat nyamuk dong" sahut Gracia.

"Heh?"

38779930-961380134068977-3947072114640551936-o.jpg


"Kan kita mau pacaran" tambah Gracia sambil tersenyum.

"Oh. Eh, HEEH?!!!" kagetku. "Shan?"

"Iya. Mulai hari ini Gracia jadi pacar kamu" jawab Shani enteng.

"Tapi kok-. Ini ada apa sih? Kalian ngerencanain apa?" tanyaku.

"Nanti aku jelasin. Habisin dulu sarapan kamu" balas Shani.

Apa lagi ini?, batinku.
.
.
.
.
.
"Shan, maksud kamu apa?" tanyaku pada Shani yang sedang mencuci mangkok bekas kami bertiga makan.

Hanya ada kami berdua sekarang, Gracia sedang berada di kamar Shani untuk bersiap-siap pergi.
Maka dari itu aku menanyakan hal tersebut pada Shani. Aku ingin tahu apa maksudnya.

"Kenapa aku harus pacaran sama Gracia sih?" tanyaku lagi.

Shani hanya diam dan fokus mencuci mangkok.

"Katanya kamu mau jelasin" kataku menagih janjinya.

"Katanya kamu gak suka ada jadwal-jadwal itu" balas Shani.

"Tapi-"

"Dan kamu bilang kalo jadwal itu bisa dibatalin kalo kamu punya pacar. Dengan gini, jadwal itu udah batal kan" kata Shani lagi.

Aku yakin bukan itu maksudnya, firasat ku tidak mengatakan hal seperti itu.

"Tapi kenapa yang jadi pacar aku harus Gracia? Kenapa bukan kamu?" tanyaku.

"Aku gak mau"

"Hah?!!"

"Aku gak mau cuma jadi pacar kamu, kita udah tunangan kok" katanya menjelaskan.

"Aku masih gak ngerti maksud kamu, Shan" kataku lagi. "Kamu punya maksud lain kan?" tanyaku kemudian.

Shani tidak menjawabku. Setelah selesai mencuci, dia berjalan melewatiku begitu saja.

"Kamu mau nge-test aku?" kataku berusaha menebak yang dia rencanakan.

Huft~
Shani menghela nafas sebentar.

"Percuma dong kalo kamu udah tau" kata Shani lalu menoleh ke arahku dan tersenyum.

Aku berjalan mendekatinya.

"Kamu masih ragu sama aku?" tanyaku padanya.

"Kayaknya kamu yang masih ragu" balas Shani sambil menunjuk dadaku.

"Maksud kamu?" tanyaku tidak mengerti.

IMG-20180815-WA0038.jpg


"Pastiin dulu perasaan kamu ke Gracia itu aslinya gimana, baru kita bisa bener-bener serius" katanya sambil menatap mataku dalam-dalam.

Kali ini aku terdiam oleh perkataannya.
Shani benar.
Aku memang masih belum bisa memastikan perasaanku terhadap Gracia seperti apa.

"Mungkin kalo kamu ngabisin waktu berdua terus sama Gracia, kamu bakal nemu jawabannya" tambah Shani.

"Tapi kata kamu, aku sama Gracia gak boleh berduaan aja" kataku heran.

Shani hanya memberikan senyuman manis menanggapinya.

Tunggu, kenapa aku tidak bisa langsung mengerti.
Justru disitu poin pentingnya. Itu ujiannya. Aku harus bisa menahan nafsuku pada Gracia.

Oke, sepertinya itu mudah. Sebelumnya aku sudah pernah 'menolaknya'. Dua kali.

Firasat ku bagus soal ini.

Aku ikut tersenyum membalas senyuman Shani.

"Cek! Cek! E'hem!!"

Sepertinya 'pacarku' sudah selesai berdandan, batinku.

Aku dan Shani reflek berbarengan menoleh ke sumber suara.

37392882-960081400839846-5146081178133987328-o.jpg


"Ci Shan!! Jangan godain pacar aku!" kata Gracia yang sedang berdiri di dekat tangga.

"Tapi dia ini tetep tunangan aku, Gre" balas Shani tidak mau kalah.

"Udah! Udah! Gak usah ribut" kataku melerai mereka. "Ya udah. Shani,.... tunangan aku, aku ijin pacaran dulu sama Gracia ya, sahabat kamu" kataku meminta ijin.

"Kok ngomongnya kayak gitu sih?" kata Shani cemberut.

"Kak Ads ihh, ada-ada aja" sahut Gracia. "Kuy lah kita pacaran!" ajaknya kemudian yang sudah berada di sampingku.

"Kuy lah. Y X G kuy" balasku.

Baru beberapa menit, kenapa omongan gue jadi gini ya?, batinku.

Apakah ini 'Gracia Effect'?

Aku sedikit melirik kearah Shani. Dan ternyata dia sedang menatap sinis ke arahku.

"Cium dulu dong!" pinta Gracia.

"Ehh....."

"Padahal tadi udah berani nyium" kata Gracia lagi. "Eh, ci. Tadi kak Ads nyium aku dong. Di kening" tambahnya

"Oh, berarti udah dua kali ya" balas Shani.

Dua kali?

"Shan, kamu jangan cemburu dong"

Kan ini kamu yang ngerencanain, batinku.

"Siapa yang cemburu" bantah Shani.

"Kak" panggil Gracia memintaku sedikit mendekatkan telingaku. "Bikin ci Shani cemburu yuk" bisiknya.

Aku langsung tersenyum penuh arti kearah Shani.

"Kalian ngerencanain apa?" tanya Shani curiga.
.
.
.
.
.
"Ayo!" ajakku pada Gracia.

"Gak mau" tolak Gracia.

Lah, gimana sih nih anak, batinku.

"Udah berapa cewek yang dibonceng pake motor ini" kata Gracia lagi. "Kemaren malem aja ada empat. Gak mau!"

"Lah, kan mobil gue lagi rewel" balasku.

"Ya udah, tapi aku gak mau pake helm-nya" kata Gracia lagi.

"Nanti lo kenapa kenapa dong"

"Habisnya, helm nya bekas cewek lain"

"Yakin gak mau pake?" tanyaku padanya sambil memegang salah satu helm-nya.

"Ihh~ Warnanya kok ups-"

Gracia langsung menutup mulutnya sendiri berusaha menyembunyikan kalau sebenarnya dia suka dengan helm-ku yang berwarna ungu. Warna favoritnya.

Setelah kupikir lagi,....

Kenapa gue milih warna ini ya dulu waktu beli?, pikirku.

Hmm,.... mungkin waktu itu aku hanya mengikuti firasat ku yang ternyata berguna untuk hari ini.

"Ya udah, aku mau pake. Tapi ini gara-gara aku pengen aman ya" kata Gracia akhirnya.

Padahal aslinya seneng, batinku.

Ya udah nih!" kataku sambil menyerahkan helm padanya.

IMG-20180720-WA1631.jpg


"Pakein" pinta Gracia.

"Hah?"

"Pa-ke-in" pinta Gracia lagi.

"Ya udah" balasku lalu memakaikan helm ke kepala Gracia dan merapikan rambutnya.

Kemudian aku tersenyum ke arahnya.

"Harus gitu?" kata Shani tiba-tiba.

Sebenarnya aku sudah tahu kalau dia daritadi mengintip.

"Naik motor doang pake drama segala" sindir Shani.

"Kenapa sih, Shan?" tanyaku pura-pura tidak mengerti. "Cemburu?"

"Aahhh....." balas Shani yang ngambek lalu masuk kembali ke dalam kerumah.

"Mission success, kak. Hehehe"

"Hehehe"

Aku dan Gracia tertawa bersama.
.
.
.
.
.
Kok motor gue gak enak gini ya tiba-tiba dikendarainya, pikirku.

Aku kemudian meminggirkan motorku berniat memeriksa keadaan motorku.

"Kenapa kak? Mogok? Bensinnya habis?" tanya Gracia. "Katanya kemaren baru ngisi bensin. Hayoo, kemaren bo'ong ya. Ngapain hayo sama Stefi"

"Bannya bocor" jawabku. "Kayaknya kena paku"

"Yah...." Gracia terlihat kecewa. "Terus gimana dong"

"Kalo lo buru-buru, pesen ojek online aja ke mall-nya. Nanti pulangnya gue jemput" saranku. "Sekarang gue mau cari tukang tambal ban dulu"

"Aku ikut~" balas Gracia. "Aku gak buru-buru kok, aku mau nemenin maka Ads nyari tukang tambal ban" kata Gracia sambil tersenyum.

"Yakin?" tanyaku. "Kalo antri lama lho" kataku memperingatkannya.

"Yakin" jawab Gracia lalu langsung mengangguk mantap.

Astaga, pacar idaman banget sih kalo gini ceritanya, batinku.

"Y-Ya udah ayo" ajakku. "Lo jalan di sebelah kiri gue ya, biar gak keserempet"

"Aku dibelakang kakak aja" balas Gracia. "Aku bantuin maka dorong motor"

Shani ngijinin gak ya kalo Gracia ikut gue nafkahin juga nantinya, batinku.
.
.
.
.
.
Setelah menemukan tukang tambal ban terdekat. Aku langsung memberitahu Gracia yang ada di belakangku.

"Itu didepan ada tukang tambal ban" kataku. "Lo masih kuat gak? Kalo gak kuat, jangan dipaksain"

"Aku gapapa kok, kak" balas Gracia.
.
.
.
"Pak, nambel ya" kataku saat sampai di tempat tukang tambal ban.

"Iya, mas. Duduk aja dulu, mas. Habis yang satu ini ya" jawab si bapak-bapak tukang tambal ban yang sedang sibuk mengerjakan satu motor, sepertinya bocor juga.

"Iya, pak" jawabku lalu berjalan kearah bangku panjang yang sepertinya memang disediakan si tukang tambal ban. "Capek?" tanyaku pada Gracia yang sudah duduk duluan.

"Lumayan kak" jawabnya sambil menyeka keringatnya.

Anjir, nih anak kalo keringetan kok kelihatan....
Ah, enggak! Enggak! Enggak!

Pergi kau pikiran kotor, batinku.

Aku pacaran dengan Gracia bukan untuk itu. Bukan untuk mendapatkan tubuhnya, bukan.
Tapi untuk memastikan perasaanku padanya.

"Tapi seru kok, kak" kata Gracia lagi. "Kapan-kapan lagi ya"

"Lah? Jangan dong, masa ban motor gue harus bocor terus" balasku.

"Hehehe"

Malah cengengesan nih anak, batinku.

"Haus gak?" tanyaku.

Gracia mengangguk-angguk pelan.
.
.
.
"Satu lagi dari kanan" kataku.

Sembari menunggu motorku yang sedang ditambal, aku dan Gracia mengisi waktu dengan menghitung mobil-mobil yang lewat sambil memakan es krim. Aku menghitung mobil yang lewat dari kanan, sedangkan Gracia menghitung mobil yang lewat dari kiri.
Kedengarannya gak penting ya?
Tapi, bodo amatlah ya. Buat mengisi kekosongan aja, Gracia juga tidak protes. Mau-mau aja kok.

"Hei! Itu ada yang dari kiri lho" kataku mengingatkan Gracia karena saat ada mobil yang lewat dari kiri, dia malah tidak menghitungnya.

Aku menoleh kearah Gracia dan mendapati dirinya yang sedang berkonsentrasi penuh memakan es krim nya. Saking konsentrasinya, sepertinya dia tidak sadar kalau ada es krim yang menempel di hidungnya.

Dasar bocah, batinku.

"Hidungnya jangan ikutan makan es krim dong" kataku sambil mengusap es krim yang menempel di hidungnya.

Tiba-tiba Gracia menahan tanganku dan berkata,....

"Emang sengaja, kak" Gracia menoleh ke arahku. "Aku pengen tau, kakak memeperhatikan aku apa enggak" tambahnya lalu menjilat jariku.

Anjir! Gue jadi bayangin kalo yang dijilatnya bukan cuma jari gue, batinku.

Setelah menjilat jariku, Gracia kembali menjilati es krimnya. Dan karena Gracia lebih peduli pada es krimnya, akhirnya aku memutuskan untuk memperhatikan si bapak-bapak tukang tambal ban yang sedang mengerjakan motorku. Dan setelah aku perhatikan, aku seperti mengenal motor yang sebelumnya dikerjakan oleh si bapak tukang tambal ban tadi.

"Itu kan motornya,...."

"Udah selesai pak motor saya?" tanya seseorang yang baru tiba bersama seorang gadis, majik eh, pacarnya.

Tuh kan, bener firasat gue.
Biarin aja lah, pura-pura gak tau. Bahaya kalo gue diinterogasi, gue kan lagi bareng sama Gracia, batinku.

"Udah, mas" jawab si bapak tukang tambal ban.

"Nih" kata orang itu sambil menyerahkan uang. "Makasih ya, pak" orang itu lalu naik ke motornya.

"Iya mas"

Kayaknya mereka gak sadar deh, batinku sedikit lega.

"Adrian" kata gadis itu.

Ya elah, baru juga lega sebentar, batinku.

"Eh, kampret! Ngapain lo disini?"

"Ban motor gue bocor" jawabku.

"Makanya, punya motor yang keren kayak motor gue nih" kata orang itu mengejek.

Apa urusannya, kalo bocor ya bocor aja. Gak peduli keren atau gak motornya, pikirku.

"Jose, motor kamu tadi juga bocor" sahut si gadis.

"Pffftt~"

"Dinda...." balas orang itu.

Ya, orang itu adalah Jose dan dan gadis yang bersamanya adalah Dinda. Dinda yang kumaksud benar-benar Dinda lho ya, bukan yang....
Ah, sudahlah.

Kayaknya gue harus nyiapin jawaban buat sesi wawancara bentar lagi, batinku.

"Bocor kenapa?" tanya Jose. "Kena paku kayaknya" jawabku. "Iya pak?" tanyaku memastikan pada si bapak tukang tambal ban.

"Iya, kena paku ini" jawab si bapak tukang tambal ban.

"Sama tadi gue juga kena paku" sahut Jose.

"Iya, belakangan ini banyak yang ban nya bocor gara-gara kena paku, mas" sahut si bapak tukang tambal ban.

"Pak, kalo situ ngomong kayak gitu,...." kataku sedikit menggantung.

"Kita jadi curiga sama situ lho" sambung Jose.

"Kak" panggil Gracia tiba-tiba. "Itu temennya kakak?" tanyanya kemudian.

Jose langsung turun dari motor dan menarikku agar sedikit menjauh, membelakangi Dinda, Gracia dan si bapak tukang tambal ban.

"Itu siapa, kampret?" tanya Jose berbisik. "Kok beda ama cerita Samuel"

"Emang beda orangnya" jawabku.

"Ganti lagi lo?" tanya Jose lagi masih dengan berbisik.

"Bukan gitu, tapi-"

"Kalian bisik-bisik apa?" tanya Dinda tiba-tiba.

"Ini, Nda. Tadi Jose nanya, 'itu siapa anjir? cakep banget kenalin ke gue dong', gitu katanya" balasku.

"Jose!!"

"Enggak, Nda enggak! Jangan percaya sama si kampret ini" kata Jose sambil berusaha menginjak kakiku tapi sukses kuhindari.

"Adrian" panggil Dinda.

"Iya?" sahutku.

"Ini siapa? Kok beda sama ceritanya Samuel?" tanya Dinda.

"Emang beda orang" jawabku sama seperti saat ditanya Jose tadi. "Lagian gue kan udah bilang berkali-kali kalo yang dilihat Samuel itu sahabat gue" terangku.

"Terus ini siapa? Pacar baru?" tanya Dinda.

"Iya. Aku pacarnya kak Ads" jawab Gracia terlebih dulu sebelum aku sempat menjawab.

"Kak Ads?" tanya Dinda dan Jose bersamaan.

"Itu panggilan sayang dari aku buat kak Adrian" jawab Gracia lagi.

"Kak? Kok manggil 'kak'? Umur kamu berapa emang?" tanya Dinda.

Aduh, Dinda sudah mulai masuk ke mode cerewetnya. Dia akan mengorek informasi sebanyak-banyaknya dari Gracia untuk dilaporkan pada sahabatnya, Sarah.

Untuk apa?
Ya tentu saja untuk dijadikan bahan gosip di kampus nanti.

Kampret lah, batinku.

Untung saja sekarang sedang libur semester, jadi proses penyebaran gosip ini akan sedikit lebih lambat dari biasanya.
Ya, sedikit lambat. Efeknya sama tetap menyebar hanya saja tidak secepat biasanya.

"Aku lebih muda satu tahun dari kak Ads" jawab Gracia.

"Waduh, si kampret sekarang doyannya sama yang lebih muda" celetuk Jose.

Aku langsung memukul pinggang Jose agar dia visa diam sebentar.

Bahaya!
Dinda cerdas juga, dia tidak berusaha menanyaiku.
Dinda pasti berfikir kalau mengorek informasi dariku pasti akan lebih sulit. Maka dari itu, dia berusaha mengorek informasi dari Gracia.

"Oh iya, sampe lupa. Adinda Victoria. Panggil aja Dinda" kata Dinda memperkenalkan diri.

Wanjer, Dinda berusaha memancing informasi lebih dengan menyebutkan nama lengkapnya. Semoga Gracia tidak menyebutkan nama lengkapnya juga.

Bisa berbahaya jika Gracia menyebutkan nama lengkapnya, pasti Dinda akan mencari nama itu di internet. Identitas Gracia bisa ketahuan.

"Gracia" jawab Gracia singkat.

Good job Gracia, batinku.

Untunglah Gracia tidak menyebutkan nama lengkapnya.

"Jose" kata Jose memperkenalkan diri dan mengulurkan tangan.

"Gak usah!!" kata Dinda sambil melotot kearah Jose. "Nama lengkapnya siapa?" tanyanya kemudian pada Gracia.

Kampret nih cewek, batinku.

"Sh-"

"Mas udah" kata si bapak tukang tambal ban memotong perkataan Gracia.

Makasih pak, batinku.

"Oh ya udah, ayo" ajakku pada Gracia sebelum dia diinterogasi lebih banyak. "Ini, pak" kataku membayar biaya penambalan ban motorku.

"Kebanyakan, mas" jawab si bapak tukang tambal ban.

"Ambil aja kembaliannya" balasku cepat.

Itung-itung buat rasa terimakasih udah nyelametin barusan, pikirku.

"Eh, tunggu!" cegah Dinda.

Mau apa lagi sih nih anak, batinku.

"Selamat ya" kata Dinda memberi selamat pada Gracia.

Selamat?
Selamat untuk apa?, batinku.

"Susah lho dapetin hatinya Adrian, kalo salah salah bisa...." kata-kata Dinda sedikit menggantung sambil sedikit melirik kearah Jose.

"Pffftt...." aku berusaha menahan tawa sebisa mungkin karena aku tahu maksud Dinda yang sebenarnya.

"Jangan sampe dia lepas ya" kata Dinda lagi.

"Iya, makasih. Pasti aku perjuangin kok" jawab Gracia.

Aku sedikit terdiam mendengar kalimat terakhir Gracia.

Kayaknya kamu yang layak diperjuangin Gracia, batinku.

37888996-948020338738290-6439641854999789568-o.jpg


-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:

"Pahit, pahit, pahit, pahit, pahit, pahit, pahit, pahit"

"Kenapa lo? Kesambet?"

"Udah lah, langsung aja biar cepet. Males gue kalo lama-lama ama lo"

"Sok-sokan lo. Mentang-mentang catatan penulis sebelumnya sama-"

"Satu pertanyaan aja ya. Udah tau pertanyaannya kan, langsung jawab!"

"Sama kayak pertanyaan catatan penulis sebelumnya?"

"Y"

"Satu kata yang mendeskripsikan tentang gue?"

"Ya enggak lah! Gantian. Tentang mereka berenam. Masing-masing!"

"Gue harus mikir enam kali dong"

"Biar otak lo isinya bukan ngentot doang"

"Sialan lo. Ya udah, gue jawab. Tapi gue mau tanya dulu, kenapa harus satu kata doang sih?"

"Biar lo mikir, kalo tiga kata. Nanti terlalu biasa, 'I love you', 'I need you', 'I miss you', 'I want you'. Lah, dikira nyanyi hebirote"

"Oh iya juga ya, pinter juga lo. Biar gak template ya. Ya udah, mulai dari siapa nih enaknya?"

"Sesuai urutan kemunculan di cerita aja"

"Berarti Thacil yang pertama ya. Apa ya? Montok mungkin"

"Bener kata Thacil, mesum lo! Lanjut"

"Hehe. Selanjutnya Nia. Nanti dulu aja deh, lewatin dulu, buat terakhir aja. Kata-katanya pas buat terakhir soalnya"

"Ya udah. Stefi"

"Aduh, masih bingung gue. Lewatin juga dulu"

"Eh, kampret! Mau lo apa? Dilewatin mulu, lo pikir pengamen"

"Lanjut. Okta kan ya, Okta itu,..... tinggi. Eh, jangan deh, kesannya gue lihat fisik melulu daritadi"

"Terserah lo lah kampret"

"Okta itu,.... lucu"

"Ciee,.... lucu"

"Apa'an sih? Lanjut"

"Stefi"

"Heh?!"

"Lo bilang lewatin bukan berarti ditaruh terakhir kan"

"Iya sih. Aduh, apa ya? Misterius. Iya, Stefi itu misterius. Gue gak tau apa tujuannya selama ini soalnya"

"Hmm,...."

"Apalagi semakin gue kenal dia, entah emang dia dari awal gitu atau ngikutin gue, tapi dia akhir-akhir ini emang sering pake firasat juga kan"

"Oo..."

"O doang lagi"

"Selanjutnya terserah lo, mau Shani atau Gracia dulu"

"Pilihan sulit. Shani dulu deh"

"Bilangin Gracia ah~"

"Woi! Shani itu..... selamanya"

"Anjir! Pinter juga nih anak. Kalo Gracia?"

"Gracia ya Gracia. Sesuai arti namanya, anugrah"

"Shani itu buat gue untuk selamanya, kalo Gracia anugrah dihidup gue"

"Terakhir. Harus pamungkas nih, tapi gak pake 'Bambang' ya. Satu kata buat Nia. Shani sama Gracia tadi udah keren banget. Nia buat penutupan harus lebih keren lagi"

"Satu kata untuk Shania yaitu..... makasih"

"Sip. Mantap"

"Tambahan deh, satu kata dari gue buat lo. Brengsek"

"Si kampret, sempet-sempetnya ngatain gue"


Makasih.
• TTD Si Brengsek & Si Kampret

*Woi!! Ini siapa yang ganti?


Makasih.
• TTD H4N53N & Si Kampret

NB:
Gracia = Anugrah.
Gracias = Terimakasih.
Itu bedanya.

#TraineeChallenge
IMG-20180914-WA0236.jpg

IMG-20180914-WA0235.jpg
 
Terakhir diubah:
Suka banget ama cerita ni, ada ngakaknya ada romantisnya ada "serem"nya, keep update master... Maaf bacanya sambil ngakak, lucu tapi bagus buanget
 
anjir gara2 ini cerita dan jkt48 lainnya w kyaknya bakal kembali kedunia gelap peridolan, adrian dan hansen akan saya minta pertanggungjawabannya
Lah, kok yang diminta pertangungjawaban saya sama si kampret?
Harusnya si kampret aja eh, harusnya penulis lain juga dong :pandaketawa:

Gw yakin adrian pasti nyesel ngajari stepi haki....
Udah bikin adrian ketawan nguping dan sekarang di bacain masa depanya
Penyesalan selalu datang di akhir, kalau di awal namanya pendaftaran (lah, ngetik apa sih gue)

MANTAPP ESGEEEEHHH!!!1!1!:kangen:

Iman adrian mulai goyang sepertinya sodara-sodara ehehehe.:pandaketawa:

Kudu kuat kuat ya dri, kalo lu sampe bikin mamah sunni nangid lagi partai aj laa kita wkwkwk.

Spot jantung coeg semalem, yg penting 3 poin lhh #ynwa
Nangis lagi gak ya?
Hehe

Tuh kan, hampir gak dapet poin penuh lho padahal kalo kiper lawan gak blunder
Faktor luck-nya gede

Kok waktu threesome hantunya gk keluar ya, membuat ku bertanya tanya
Karena waktu diajak threesome, Adrian mau aja. Jadi gak masalah dan gak ganggu sang setan.
Tapi yang terbaru ini, mereka berlima rengek-rengek minta nginep, Adrian gak ngasih ijin. Jadi masalah deh dan setannya merasa keganggu.

Paham?
Gak?
Bodo amat
Setan kok dipermasalahin

Salahnya sendiri, soalnya di cerita ini asiknya itu karena Shani buat momen yang bikin gesrek-gesrek romantis, Gre yang unch-unch dan "ngganggu" itu bikin ceritanya makin asik dan meriah, kalo member lain mau diena-ena ya terserah asal bukan 2 nama tadi. Tapi sebagai penikmat cerita ini saya juga sangat menghormati slogan suhu ini, alias BODO AMAT.
Berarti kalo nanti ada scene threesome sama 2 nama itu gapapa ya, katanya tadi 'bodo amat'

Waini waktu lihat foto ini ngerasa "Buseett Greee punya "sisi dewasa" juga yaak", tapi kemudian lihat ig story Lidya yang Gre gerak-gerak gak jelas (karena kebanyakan makan gula kayaknya) jadi bingung ini anak sebenernya gimana sih.. tapi kok ya bikin makin tambah sayang. eh.

Semoga Gre, Shani, dan member lainnya segera dibuka mata batinnya dan menyadari kalo Adrian itu sebenarnya kampret.:p
Saya gesrek anjir ngeliatnya.
Dalam hati, 'ngapain sih nih anak?'

Tapi kok lucu ya

Waini waktu lihat foto ini ngerasa "Buseett Greee punya "sisi dewasa" juga yaak", tapi kemudian lihat ig story Lidya yang Gre gerak-gerak gak jelas (karena kebanyakan makan gula kayaknya) jadi bingung ini anak sebenernya gimana sih.. tapi kok ya bikin makin tambah sayang. eh.

Semoga Gre, Shani, dan member lainnya segera dibuka mata batinnya dan menyadari kalo Adrian itu sebenarnya kampret.:p
Kalo dibuka mata batinnya, jadi bisa lihat mbak-mbak penunggu kamar dong :pandaketawa:

Bilang aja biar jadi page selanjutnya hu,
Bukan itu padahal maksudnya

Update dong suhu

Update please :(
Sabar ya

boleh hu asal gak kentang lagi :pandaketawa:
Yah, saya maunya ngasih kentang

semangat ya kak ads~
Semangat menuju 'Pucchi no Sex-ai'!! :pandajahat:

Shani aja belum, Gre malah udah :groa:
Udah?
Udah apa ini maksudnya?

Update oii update

Nggak usahlah update, kami masih nungguin TYVH sama bego story buat update
Dasar plin plan
Gak asyik ah, kalo plin plan gini.
Jangan jangan nanti, hari ini direstuin, besoknya batal, gak jadi.
Eh? Gimana sih maksud gue?

Apded huu ajak mamah shani party hehehe.
Shani to Adrian

"Ajak aku party, mas"

Suka banget ama cerita ni, ada ngakaknya ada romantisnya ada "serem"nya, keep update master... Maaf bacanya sambil ngakak, lucu tapi bagus buanget
Hehe, makasih.
Aduh sampe disebut master, adi mayu (jadi malu maksudnya, iya mungkin sebagian besar dari kalian jijik tapi BODO AMAT lah)
Banyak cerita lain yang bagus juga kok.

tidak seperti ini :(
Cih, bikin Della nangis, pulang lewat mana lo
(gak sadar diri, sendirinya pernah ehm, sering bikin Shani nangis)

*Edited*

Lah, kok malah dopost(?)


Kasih spoiler aja ya.
"Aku lagi pengen, Shan" rengekku sambil sedikit mempererat pelukanku padanya.

"Eh?!"
Lah, kena quote juga :pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd