Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Bimabet
Part

Eh, enggak deng bercanda doang
Belum update kok
Spoiler aja ya


Janganlah saling jatuh cinta,
Karena kita baru dekat.
Sebenarnya ku sedikit takut,
Maafkanlah aku~

Jangan berjanji tuk setia,
Tak tahu esok bagaimana.


Seketika Gracia langsung melepas earphone dari telinganya lalu menatapku dengan tatapan penuh tanya. Kemudian dia berkata,....

"Kak?"


kak?mau ngentot gak?
 
Saya baper suhu dengan bullyan anda :sendirian:



Sebagai gantinya disegerakan updatenya dong :pandaketawa:
Bisa ae, injekan mesin jahit :pandaketawa:

Kalo lu bikin gracia nangid, partai aja lah kita dri.
Kalo dibikin enak? :pandajahat:

kak?mau ngentot gak?
Ini maksudnya apa?
Gracia ngajak? Atau cuma nanya?

spoilernya kenapa gak langsung satu par gitu kak
Karena enggak aja :pandaketawa:

Ternyata kak ads beneran lelaki
Lah, selama dikira apa'an? :bingung:

Jangan apa apain gracia huu
Tapi Gracia nya kayak minta diapa-apain tuh :pandaketawa:

Wah kok dp nya suhu jd jinan ?? Apakah ini suatu pertanda ??? :confused::spy:
Pertanda apa?
Orang cuma lagi terpesona sama Jinan gara-gara penampilannya waktu bawain Yokaze kok
Yah, tau sendiri kan Yokaze dulu itu dibawain sama siapa
 
Tolong updatenya di percepat!

Sekarang sudah minggu malam. Tolong anda sadar diri.


Yakin? jujur terkadang kalo baca ulang terus ngereview cerita sendiri suka agak kesel dan kecewa,
kenapa alurnya lambat? kenapa MC gini?, kenapa endingnya dibuat mind fuck. Dan warna cerita owe lebih gloomy dan dark.
jadi pas mau ngeberesin juga suka mikir2 ulang, post jangan... post jangan, terakhir di cerita sebelomya entah kebetulan atau kehendak semesta, 2 file part akhir rusak. Otomatis gak bisa lanjut. Mau bikin ulang udah banyak yang lupa. :((

Alias kenapa malah curcol di Thread orang, gomenasai :ampun::ampun:

Ane sudah membaca cerita-cerita suhu. Bagus kok. Jangan minder dulu dong hu. Ayo bikin cerita lagi :semangat:
 
Part 6: What's Wrong?


Diam.
Ya, Diam.

Tidak, aku tidak meminta kalian untuk diam. Aku tidak meminta siapapun untuk diam.
Aku hanya memberitahu apa yang sedang dilakukan Gracia sekarang.
Dia sedang diam.

Ya, meskipun sebenarnya diam itu artinya tidak melakukan apapun sih.
Maksudku dia hanya diam tanpa berbicara sedikitpun. Seperti judul lagu, diam tanpa kata.

Sepanjang perjalanan pulang, Gracia hanya diam, aku sudah mengajaknya untuk bicara. Tapi tidak juga dijawab olehnya.
Bahkan dia juga tidak melakukan hal-hal 'aneh' seperti biasanya, Gracia hanya diam. Dan bagiku, justru itu terlihat aneh.

Bahkan sekarang dia hanya memegang pinggangku saja, padahal saat berangkat tadi, dia memelukku dengan erat.

Mungkin aku akan mencobanya sekali lagi.

"Ge- Gracia..." panggilku.

Tidak ada jawaban.
Gracia hanya diam dibelakangku.

Apa mungkin gara-gara kejadian tadi?, pikirku.
.
.
.
.
.
*Sekitar 1 jam 37 menit dan 21 detik sebelumnya.

"Kak! Kak! Kak Adrian!!"

"Ah! Iya?"

"Ngelamun?" tanya Gracia. "Ngelamunin apa?"

"Ah, enggak. Ini habis hapus chat yang gak penting" jawabku.

"Oh.. aku kira tadi kak Adrian ngelamun"

"Enggak kok, cuma- Heh?! Lo manggil gue apa tadi?" tanyaku.

"Kak Adrian" jawab Gracia.

"Kok... kok manggil gitu?" tanyaku. "Tumben"

"Iya... aku baru inget, ci Shani pernah cerita, katanya kakak lebih suka kalo dipanggil pake nama. Jadi aku panggil kayak gitu" terang Gracia.

"Sebenernya,..... itu khusus buat Shani doang sih" balasku.

"Maksudnya kak?" tanya Gracia.

"Ya.... Shani kan cadel, dia kalo nyebut nama gue jadi lucu gitu kedengerannya" jelasku.

"Ooh..... 'Adyian,.. Adyian,...' gitu ya. Iya juga sih, ci Shani kalo manggil aku juga lucu didengernya 'Gee,.. Gee,...' gitu. Hehehe" balasnya sambil cengengesan.

"Nah, itu tau. Makanya, panggil kayak biasanya aja. Lo manggil gue kayak tadi, kayak bukan lo aja" balasku. "Lagian, tadi katanya itu panggilan kesayangan"

"Hmm,.... iya deh. Kak Ads~" Gracia tersenyum saat mengucapkannya.

"Nah, gitu dong, Gee..."

"Oh jadi tadi kakak itu niru-niru ci Shani ya?" tuduh Gracia.

"Hehehe. Iya" jawabku. "Sst... Jangan bilang-bilang Shani ya, terutama soal dia yang kedengeran lucu waktu manggil nama gue"

"Iihhhh.... ngerjain ci Shani ya ternyata" kata Gracia.

Gaya berpacaran macam apa ini?
Kenapa kami malah membahas gadis lain?

"Jangan bilang-bilang ya, please~" kataku memohon.

"Aku gak janji ya"

"Ayolah, Gee"

"Apa'an 'Gee'? Manggil aku tapi sebenernya yang diinget ci Shani. Gamau" tolaknya dengan ekspresi lucu.

Ya, sebenarnya aku tahu kalau dia hanya bercanda.

"Gracia..."

"Panggil 'Gre' aja kak" pintanya.

"Biar apa sih?" tanyaku penasaran.

"Ya biar,..... eemmm....."

Gracia terlihat kebingungan hendak menjawab apa.

"Biar apa?" tanyaku sekali lagi.

Aku hanya ingin tahu alasannya saja. Tidak salah bukan.
Kenapa dia harus kebingungan?

"Masa gak ngerti sih?" tanya Gracia balik.

Bagaimana aku bisa mengerti kalau dia tidak menjelaskannya?
Aku jadi ikut kebingungan karena tidak tahu apa yang dimaksudkannya.

"Biar jadi,.... GreAds couple" jawabnya dengan suara pelan. "Ah, kakak mah. Sampe aku harus ngomong sendiri, malu kan" tambahnya sambil menutup wajahnya sendiri.

"Heh? Couple? Couple apa'an? Emang kita udah pacaran?" tanyaku.

"Eh?! Lho? Emang belum? Trus apa dong?" tanyanya bingung. "Emang kakak gak mau pacaran sama aku?"

"Bukan gitu. Tapi kan,... lo emang belum gue tembak" balasku.

"Oh iya" katanya. "Ya udah, kak. Tembak aku sekarang" pinta Gracia kemudian.

Kampret!
Langsung ditodong orangnya langsung.

"Gak" tolakku. "Cinta itu butuh proses, Gee"

"Iihhhh..... Manggil aku 'Gee' lagi"

"Anggep aja kita ini sekarang lagi PDKT dulu" tambahku sambil mengelus kepalanya.

Dan gue juga harus mastiin dulu, perasaan gue ke lo itu apa?
Rasa kagum seorang fans ke idolanya atau rasa cinta seorang anak manusia ke anak manusia yang lain, batinku.

"Jadi itu?" tanya Gracia tiba-tiba. "Jadi itu alasan kenapa tadi kakak gak nyium aku waktu ditantang-"

"Bukan" bantahku. "Emang tadi gak dengerin?" tanyaku kemudian.

"Dengerin kok. Cuma gak paham, hehehe" balasnya sambil cengengesan.

Ya ampun nih anak ya. Untung sayang, batinku.

"Tapi kakak mau kan sebenernya nyium aku?" tanyanya lagi.

"Eehhh..."

Gue harus jawab apa, batinku.

"Tadi pagi kan udah" balasku sekenanya.

"Gak mau nyium lagi?" tanyanya sekali lagi sambil tersenyum lebar.

"Eehhh..."

"Kak?" panggilnya.

"Emm..."

"Kak Ads~" panggilnya lagi, kali ini dengan nada manja.

"Mau" jawabku akhirnya. "Tapi gak sekarang. Gak disini" tambahku.

"Trus dimana? Dirumah? Emang berani? Kan ada ci Shani"

"Ya..... jangan sampe Shani tau lah" balasku.

"Oh, kak Ads udah mulai berani nakal ya... Eh, udah dari dulu sih"

Sialan nih anak, batinku.

"Tapi aku mau kok diajak 'nakal-nakalan' sama kak Ads" tambah Gracia.

"Hei!"

"Hehehe. Kakak juga sebenarnya mau kan" tuduh Gracia.

"Enggak" bantahku. "Apa'an. Lo mah ember! Nanti cerita-cerita lagi. Kayak tadi, pake cerita ke Shani segala. Padahal cuma dicium keningnya"

"Yah,..... kak Ads mah" keluh Gracia. "Kalo aku janji aku gak bakal cerita gimana?" tawarnya.

"Bisa bahas yang lain gak?" tanyaku.

"Tapi aku percaya kok kalo kakak bakal nurutin permintaan aku, meskipun gak saat itu juga diturutinnya" kata Gracia. "Buktinya, aku minta cium kening kapan, dikasihnya kapan"

"Eh?!"

v-AR3-Rw-EI-o.jpg


"Jadi, kak...." kata Gracia sedikit menggantung. "Nanti cium aku ya, terserah kakak mau cium dimana"

Glup~
Aku sedikit menelan ludah.

"Lo kok hari ini beda gini sih?" tanyaku curiga.

"Beda gimana?" tanyanya balik.

"Kemaren lo bilang, kalo lo susah dapetin, kita ini cuma fans sama idola. Yah.... gitulah" kataku. "Tapi hari ini, sikap lo sama sekali gak gambarin kata-kata lo kemaren"

"Itu kan pura-pura, kak" jawabnya.

"Heh?!"

"Biar kak Shania sama yang lain gak curiga" tambahnya. "Lagian, emang sih aku cantik dan susah untuk didapetin. Tapi buat kakak kayaknya gak berlaku deh"

"A-Ah, udahlah Gee...l" kataku berusaha mengakhiri pembicaraan ini. "Mau kemana lagi kita ini?" tanyaku kemudian.

"Aahhh..... 'Gee' lagi"

"Oh iya, nanti lo gak usah cerita-cerita ke Shani ya kalo tadi kita ketemu sama Manda" kataku lagi mengingatkannya.

"Kenapa kak?" tanya Gracia.

"Tau sendiri kan sifatnya Shani itu kayak gimana, gue takut nanti dia jadi kepikiran" jawabku.

"Oh. Iya kak. Aku gak akan cerita" balasnya. "Tapi, sebenarnya tadi kakak ngomongin apa aja sih sama kak Manda?" tanyanya kemudian.

"Udah lah, gak usah dibahas. Gak penting" jawabku.

Tapi kenapa firasat ku mengatakan kalau Manda tidak akan berhenti 'mengganggu' kehidupanku.

"Iihhh.... Bahas kak Manda gak mau, tapi bahas ci Shani mau" ledek Gracia.

"Ya, kan Manda itu masa lalu, kalo Shani masa depan" balasku.

"Kalo aku?" tanya Gracia.

"Masa bodo" jawabku bercanda.

"Iihhh.... kok gitu?"

"Bercanda. Kalo lo itu masa sekarang"

"Nah, kan. Ya udah, karna aku 'masa sekarang', sekarang kita bahas tentang kita aja" balasnya dengan nada ceria.

Entah kenapa, tapi aku seperti baru melihat Gracia seceria ini.
Atau mungkin hanya perasaanku saja?

"Gimana?" tanyanya lagi.

"Eh, kalo itu..."


You make me feel so special tonight~
With You Tonight


"Bentar, Gee. Ada telfon" kataku sambil mengambil HP dari saku celanaku.

Gracia tidak menjawabku, dia malah menghilangkan wajah cerianya dan menggantinya dengan ekspresi cemberut.

Waduh, batinku saat melihat nama yang ada di HP-ku.

"Kenapa, kak?" tanya Gracia tiba-tiba.

"Ini,.... Nia nelfon" jawabku.

"Nia?"

"Shania"

"Oh"

Angkat gak ya?
Firasat gue gak enak sih, gak usahlah, batinku.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya HP-ku berhenti berbunyi.
Tapi tidak lama kemudian, HP-ku kembali berbunyi lagi menandakan ada telfon masuk lagi.

Aduh, apa lagi sih?, batinku.

Eh?!
Ini bukan telfon dari Shania. Huruf 'A' dibelakangnya hilang.
Ini telfon dari Shani.
Tentu tanpa berfikir lama-lama lagi, aku langsung mengangkatnya.

"Halo, Shan" sapaku.

"Hai" balasnya.

"Kenapa nelfon? Kangen?" tanyaku menggodanya.

"Ah, enggak juga. Apa sih kamu" balasnya seperti membantah tapi nada bicaranya terdengar malu-malu.

Dasar. Masih aja malu-malu, batinku.

"Gimana?"

"Apanya?" tanyaku.

"Gimana Gracia?"

"Baik. Lagi seneng kok anaknya" jawabku.

Tapi saat aku menoleh kearah Gracia, ternyata dia sedang memasang wajah cemberutnya lagi.

Kenapa lagi nih anak?, batinku.

"Shani" aku menggerakkan bibirku tanpa bersuara.

Gracia langsung membalasnya dengan,...

"Oohhh..."

"Oh iya, aku lupa sebenernya mau tau. Nanti kalo Shania nelfon, gak usah diangkat. Aku udah jelasin sih, tapi kayaknya dia masih gak mau nerima" terang Shani. "Eh, dia udah nelfon belum sih?"

"Udah" jawabku. "Kamu telat ngasih tau nya"

"Kamu angkat?"

"Enggak. Firasat aku bilang kalo mendingan jangan diangkat"

"Hmm,.... bagus deh. Udah kali ya, itu aja" kata Shani.

"Eh, tunggu!" cegahku. "Kamu tadi manggil Shania gak pake 'kak'?" tanyaku.

"Gapapa, kalo soal urusan JKT, aku masih manggil dia 'kak' kok. Tapi kalo udah menyangkut kamu, itu lain ceritanya" terang Shani.

Setelah sempat terdiam karena penjelasannya, aku pun berkata,...

"I Love You, Shani Indira"

"Ih, apa'an sih?!" Shani kaget.

Tapi aku hanya diam karena aku ingin dia menjawabnya terlebih dahulu.

"Love You too" balasnya kemudian.

"Love You too ke siapa?" tanyaku menggodanya.

"Love You too Adriansyah" jawab Shani malu-malu. "Kamu jangan lupa makan siang ya, bentar lagi udah waktunya makan siang lho" kata Shani mengingatkan.

Duh, Shan. Kamu perhatian banget sih, batinku.

"Gracia juga, jangan lupa dikasih makan" tambah Shani.

"Heh?! Seakan-akan dia itu hewan peliharaan aja" balasku.

"Bukan gitu. Dia itu kalo lagi laper suka rese'. Jadi harus cepet-cepet dikasih makan" terang Shani.

"Oh, gitu" balasku. "Kamu juga, jangan lupa makan. Atau kita makan bertiga aja? Aku sama Gracia pulang sekarang ya" tawarku.

"Aku gampang, tinggal beli nanti. Ini juga lagi nunggu yang lewat apa"

"Aku pulang" balasku. "Kamu mau dibawain apa?" tanyaku kemudian.

"Gak usah" tolaknya. "Kamu fokus dulu aja. Pastiin dulu-"

"Shan" potongku.

IMG-20180826-115144.jpg


"Gak usah bawa apa-apa. Cepet ya pulangnya, tapi jangan ngebut. Hati-hati di jalan" balas Shani. "Aku sayang kamu" tambahnya lalu menutup telfon.

"Aku juga sayang kamu, Shan" gumamku sambil memandang layar HP-ku.

Saat aku kembali menoleh kearah Gracia, dia langsung menyambutku dengan wajah cemberutnya lagi.
Dan sebelum aku sempat bertanya, Gracia sudah berkata duluan,....

"Lagi pacaran kok nelfonin cewek lain"

Nih anak otaknya kenapa ya?, batinku.

"Ya, sorry. Gimanapun juga dia kan tunangan gue" jawabku.

"Iihhh.... Malah dijawab serius" balas Gracia.

Padahal maksudku hanya bercanda.
Yah, meskipun soal aku dan Shani itu tidak bercanda sih.

"Bukannya dirayu aku nya" kata Gracia merajuk.

"Ya gimana ya, Gee. Gue tau gue keren, tapi gue susah lho buat didapetin. Tapi hal itu gak berlaku buat Shani" kataku menirukan kata-katanya. "Lo bisa gak ngebuat gue ngelupain Shani sebentar" tambahku menantangnya.

"Ee.... kak. Se-Seri-"

"Udah, yuk! Pulang!" potongku lalu menggandeng tangannya. "Yakin nih belanjaannya gak mau gue bawain?" tanyaku kemudian.

"Iihhh..... kak Ads mesum" balasnya sambil sedikit tersenyum.

"Hehehe" aku cengengesan sambil menggandeng tangannya.

Tapi baru beberapa langkah, aku menghentikan langkahku lagi. Aku merasakan sesuatu.

"Lo tunggu sini bentar ya" kataku pada Gracia.

"E-Eh, i-iya, kak" jawabnya seperti kebingungan.

Aku lalu berjalan sendiri menuju,....

"Eh, kak mau kemana?" tanya Gracia.

"Toilet" jawabku. "Gue kebelet"

"Oh" balasnya. "Mau dibantu?" tawarnya.
.
.
.
.
.
Belajar dari pengalaman.
Ini ada satu pintu bilik toilet yang menutup, biasanya ada sesuatu yang seharusnya sudah tidak disana lagi.
Kenapa aku berkesimpulan seperti itu?
Karena aku tidak merasakan hawa keberadaan manusia disana.
Lain ceritanya kalau aku merasakan hawa keberadaan manusia. Kalau satu orang, berarti ada dua kemungkinan, memang ada yang sedang 'bersemedi' didalamnya atau yah.... seperti Vanka dulu. Tapi kalau dua orang dan yang tertutup hanya satu, yah.... sudah tahu kan ini arahnya kemana.
Jadi pastinya adalah dugaan awal.

Nih orang-orang kenapa pada jorok ya? Tinggal siram aja apa susahnya sih?, batinku.

Tunggu, kenapa malah bahas ginian sih?
Udah kebelet juga.

Akhirnya kuputuskan untuk membiarkannya saja dulu dan segera menuju ke tempat kencing karena memang aku sudah kebelet.

Kenapa?
Gracia?
Ya, tentu saja aku menolak tawaran 'bantuan'nya itu.
Kenapa ditolak?
Hmm,.... Entahlah.

Setelah selesai kencing dan menyiramnya, aku langsung mencuci tangan. Lalu aku menuju ke bilik toilet yang pintunya tertutup tadi, tapi ternyata pintunya tidak bisa dibuka.

Ya sudah, keluar saja. Kasihan Gracia kalau harus menunggu lama-lama.

Lah, nih anak kemana?, pikirku.

Baru juga ditinggal bentar, udah ngilang aja, batinku karena tidak menemukan Gracia ditempat dimana aku meninggalkannya tadi.

Tenang saja, teknologi udah canggih. Tinggal telfon.

Tapi aku langsung mengurungkan niatku untuk menelfon Gracia karena begitu aku mengambil HP-ku, ternyata sudah ada satu chat masuk darinya yang berisi,....

"Kakak tunggu aja ditempat itu, aku gak usah dicariin. Aku gak lama kok"

Ya udah, berarti emang anaknya gak ilang, batinku.

Akhirnya aku memutuskan untuk menunggunya sambil mendengarkan lagu menggunakan earphone saja.

Tapi sebelum itu,...

"Lo kemana?" tanyaku pada Gracia melalui chat.

"Tunggu, kak. Gak lama kok" balasnya tidak lama kemudian.

Ya udah, batinku.
.
.
.
.
.
Sedang asyik-asyiknya mendengarkan lagu, tiba-tiba aku merasa ada yang datang dan langsung menarik earphone dari salah satu telingaku dan kemudian memasang earphone tersebut ditelinganya.

"Dengerin apa sih, kak?" tanyanya.

IMG-20180824-WA0041.jpg



Janganlah saling jatuh cinta,
Karena kita baru dekat.
Sebenarnya ku sedikit takut,
Maafkanlah aku~

Jangan berjanji tuk setia,
Tak tahu esok bagaimana.


Seketika Gracia langsung melepas earphone dari telinganya lalu menatapku dengan tatapan penuh tanya. Kemudian dia berkata,....

"Kak?"

Aku hanya diam menunggunya menyelesaikan perkataannya.

"K-Kita pulang yuk" ajak Gracia sambil menyerahkan earphone itu padaku.
.
.
.
.
.
Begitu ceritanya.
Nyesel kan bacanya, karena intinya sama dengan yang ada di spoiler.

Tapi tenang, jangan marah dulu, masih ada lanjutannya kok dibawah ini.
Sebenarnya aku bisa saja membuat bersambung disini, tapi aku tidak sejahat itu.
Yah, meskipun aku sendiri sebenarnya bukanlah benar-benar orang yang baik juga sih.
Ya sudahlah.
.
.
.
.
.
"Gracia" panggilku. "Lo kenapa sih?" tanyaku.

Masih tidak ada jawaban.
Seperti ada yang sedang mengganggu pikirannya saat ini.

Sebenarnya ada apa dengan Gracia hari ini?
Suasana hatinya mudah sekali berubah-ubah. Tadi saat dirumah menggoda, lalu saat 'kencan' kadang-kadang jadi ceria, tapi kadang dengan cepat berubah menjadi murung. Dan sekarang, dia seperti sedang bersedih.

Tunggu,...
Jika sampai dirumah nanti Gracia masih seperti ini, kira-kira apa yang akan dilakukan Shani terhadapku?

Dan tak berlangsung lama, ternyata kami sudah sampai didepan rumahku, dan tentu saja aku juga langsung memberhentikan motorku. Gracia pun seketika itu juga langsung turun dari motor dan membuka pagar, kemudian dia melihat ke arahku.

"Nunggu apalagi kak? Masukin" kata Gracia tiba-tiba.

"Hah?" tanyaku.

"Masukin motornya, kak" katanya lagi.

"Ah,... oh"

Aku langsung saja memasukkan motorku dan memarkirkannya.

"Emang kakak kira, aku tadi nyuruh masukin apa?" tanya Gracia tiba-tiba seperti curiga akan sesuatu.

"Ah, enggak. Gue cuma bingung sama lo aja" jawabku.

"Alah, alasan" balasnya. "Aku bilangin ci Shani ya" tambahnya sambil berbalik badan seperti ingin langsung masuk kedalam rumah.

Nih anak kenapa sih?
Tiba-tiba ceria lagi.

"Gee" panggilku mencegahnya masuk.

"Apa?" balasnya berusaha judes.

Dia marah?
Marah padaku?
Lah, aku salah apa?
Padahal tadi pagi dia juga sudah mengatakan kalau dia tidak bisa marah padaku.
Apa dia tadi hanya pura-pura?
Atau justru sekarang dia pura-puranya?

"Percuma kakak ngerayu aku sekarang, tetep aku laporin" ancam Gracia.

"Apa'an sih. Helm" balasku. "Helm-nya lepas dulu"

"Eh,...."

Gracia langsung kembali berjalan ke arahku, melepas helm dan menyerahkannya padaku.

"Gak usah merah gitu dong mukanya" godaku.

"Aahhh.... kak Ads" balasnya sambil cemberut.

Kemudian dia berbalik badan lagi lalu dengan setengah berlari, dia berteriak.

"Ci Shan.... kak Ads nakal...."

"Woi!!"
.
.
.
"Iya, ci jadi gitu. Aku beliin buat ci Shani juga lho" kata Gracia pada Shani. "Ukuran ci Shani masih sama kan, tiga pummmpphhh...."

Saat melihatku masuk kedalam rumah, Shani langsung membungkam mulut Gracia sebelum Gracia menyebutkan 'ukurannya'.

Wah, harusnya gue nguping dulu tadi, batinku.

"Udah, Gre. Kamu taruh di kamar aja dulu ya" kata Shani pada Gracia.

"Oh pantesan" kata Gracia begitu melihatku. "Ya Udah, aku keatas dulu ya, ci"

"Gracia cerita apa aja?" tanyaku pada Shani begitu Gracia menaiki tangga.

"Gak cerita apa-apa kok" jawabnya.

Aku berjalan mendekat kearah Shani dan langsung menggenggam tangannya begitu sudah berada di dekatnya.

"Eh?! Kamu kenapa?" tanya Shani.

"Tadi tangan ini udah buat gandeng tangannya Gracia, sekarang...."

Aku tidak meneruskan kata-kataku saat merasakan Shani membalas genggaman tanganku.
Kemudian dia sedikit mengangguk.

"Iya, aku ngerti" balas Shani. "Tapi kamu harus fokus dulu buat mastiin perasaan kamu" tambahnya.

"Kamu udah makan?" tanyaku.

Dia menggeleng cepat.

"Kan nungguin kamu" jawabnya. "S-Sama Gracia juga" tambahnya dengan setengah gugup.

"Ya udah, bentar lagi kita beli bakso ya. Mau?"

"Tunggu, beli bakso dimana?" tanyanya.

"Mau apa enggak?"

"Mau, tapi-"

TOK TOK TOK TOK

"Bak.. Bakso...."

"Tuh kan" kataku sambil tersenyum.

Kenapa aku bisa tahu?
Sederhana saja, sebenarnya aku tadi sempat mendengar suaranya mendekat. Jadi aku yakin kalau sebentar lagi akan lewat.

"Eh, ada bakso ya?" tanya Gracia yang tiba-tiba muncul dari tangga.

Gercep banget nih anak kalo soal makanan, batinku.

"Mau dong" kata Gracia lagi.

"Ya udah, lo keluar dulu berhentiin tukang baksonya, gue sama Shani ambil mangkok" pintaku.

"Siap, kak" balas Gracia lalu langsung berlari keluar. "BAKSOOOO!!!!"

Rusuh nih anak, batinku.

Setelah Gracia benar-benar menghilang dari balik pintu depan, aku kembali memfokuskan perhatianku pada Shani.
Kutempelkan keningku dengan keningnya.

"Aku sayang kamu, Shan" bisikku.

"Aku juga, tapi sekarang...."

"Ssstt...." potongku dengan menempelkan telunjukku didepan bibirnya.

Tapi Shani segera menyingkirkan telunjukku dan berkata,...

"Mendingan kita cepetan ambil mangkok terus keluar, nanti kalo Gracia ngeliat kita kayak sekarang...." kata-kata Shani sedikit menggantung. "Aku udah janji soalnya, kamu sementara waktu ini sama dia dulu" tambahnya.

Kemudian Shani melepaskan genggaman tangan kami lalu mengambil mangkok dari dalam lemari.

Kenapa firasat ku mengatakan ini bukan hanya sekedar ujian untuk memastikan perasaanku pada Gracia. Aku merasa ada hal lain yang dia sembunyikan, bukan oleh Shani, tapi Gracia.

"Shan, kamu duluan aja ya, aku masih mau meriksa sesuatu" balasku.

"Hmm,.... oke" balasnya sambil tersenyum.

"Trus... bakso aku jangan dipesenin dulu ya" tambahku.
.
.
.
"Mas Adrian, nang endi ae kaet ketok maneh" sapa pak Sugeng si tulang bakso saat aku baru keluar rumah.

Lah, tukang baksonya dia ternyata.
Pak Sugeng, tukang bakso langganan yang sering lewat di sekitaran komplek sini tapi beberapa bulan terakhir dia 'menghilang'. Orangnya cukup akrab denganku karena kami sama-sama dari Jogja.

"Saiki gandengan'e loro, sangar mas, sangar" tambahnya menyindir keberadaan Shani dan Gracia.

"Yo sampeyan sing ning endi, pak" balasku. "Terakhir kelihatan seminggu sebelum bulan puasa kalo gak salah"

"Hehe. Iya, mas. Istri ning kampung lahiran. Yo wis mesisan, mumpung kangen" balasnya. "2 taun durung mulih"

Loh, anjir?
2 tahun gak pulang?
Terus itu istrinya hamil anaknya siapa?

Shani yang mendengarnya sepertinya juga ikut kaget. Sedangkan Gracia yang mungkin tidak mengerti bahasa jawa malah berkata....

"Kak, kok lama? Habis ngapain?"

"Itu,.... Apa...."

"Meriksa belanjaan aku ya" tuduh Gracia.

"Enggak" bantahku. "Enak aja kalo nuduh"

"Itu, kamu nyembunyiin apa dibelakang kamu?" tanya Shani.

"Gak ada apa-apa, Shan" jawabku.

"Adrian!" kata Shani lagi dengan nada seperti mau marah.

Akhirnya aku menunjukkan apa yang ku sembunyikan dibelakang punggungku.

"Kok nambah mi goreng sih?" tanya Shani.

"Enak tau, Shan. Cobain deh" balasku.

"Aku mau juga dong" celetuk Gracia.

"Gre.... aku lagi nasehatin Adrian, kok kamu malah mau ikut-ikutan dia" protes Shani.

"Ah, ci Shani mah...." rajuk Gracia. "Kak Ads~" Gracia memanggilku dengan nada manja seperti ingin meminta ijin dariku.

"Ya, gimana ya? Gue sih gak bisa ngelarang, kan gue sendiri pake mi" balasku.

"Horeee...." seru Gracia lalu mulai berlari kedalam rumah.

Tapi, Gracia langsung berhenti tepat diambang pintu saat....

"Gre...." Shani memanggilnya.

Gracia langsung menoleh.

Huft~
Shani menghela nafas sebentar.

"Ambilin buat aku juga" kata Shani.

"Oke, ci" balas Gracia cepat.

"Gak usah ketawa" kata Shani sambil menunjukku.

Niat buat ketawa aja belum, batinku.

"Mas Adrian, ini ceweknya gak mau dikenalin ke saya?" celetuk pak Sugeng sambil merapikan rambutnya.

Tuh, kan. Karakter bapak-bapak di cerita ini gak ada yang bener emang, batinku.

"Saya Shani pak, yang tadi itu Gracia" jawab Shani.

Harusnya gak perlu dijawab Shan, batinku.

"Oh.... Lho terus sing biasane ning endi, sing?" tanya pak Sugeng lagi. "Sing bule, pendek, itunya gede"

Kok yang diinget 'itunya' ya, batinku.

Sebaiknya aku segera meluruskan hal ini, Shani sudah semakin memelototiku.

"Itu Thacil, Shan. Gak usah cemburu lah" kataku.

"Kok mau sih mbak sama mas Adrian?" tanya pak Sugeng pada Shani.

Pake nanya lagi. Gak perlu dijelasin lah, batinku.

"Padahal gantengan juga saya" tambah pak Sugeng sambil berpose 'sudah kuduga'.

Makin kampret aja nih orang, istri sama anak dikampung urusin, batinku.

Malah disini malah godaan cewek-cewek dengan berkedok 'cari nafkah'.

IMG-20180827-011216.jpg


"Gak tau pak, dipelet kali aku nya" balas Shani bercanda sambil tersenyum ke arahku.

Aku pun juga berbalik tersenyum ke arahnya.

"Oh, gitu ya, ci" kata Gracia yang sudah kembali dengan membawa dua bungkus mi goreng. "Ditinggal bentar malah senyum-senyuman"

"Waduh, saya gak ikut-ikutan ya" celetuk pak Sugeng.

Aku tidak memperdulikan perkataannya dan langsung mengambil dua bungkus mi goreng dari tangan Gracia lalu menyerahkannya pada pak Sugeng bersama dengan satu bungkus yang sudah kubawa tadi.

"Koyok biasae kan" kata pak Sugeng.

"Inggih, pak" jawabku.

"Biasae koyok opo yo?" tanya pak Sugeng kemudian.

Kalo bukan orang tua, udah gue tampol dari tadi nih orang, batinku.

"Pentol halus, tahu putih, sama siomay" jelasku.

"Aku pentol aja" tambah Shani.

"Kalo aku, campur ya" imbuh Gracia.

"Oke, siap" balas pak Sugeng. "Wis, enteni ning teras wae, mengko tak gowo no"

"Ditunggu ya, pak"
.
.
.
"Kok lama ya" gumam Gracia.

"Kita baru juga duduk" balasku.

"Aku ambil minum dulu di dalem ya" kata Shani.

Saat melihatku akan berdiri, Shani langsung mencegahku.

"Kamu disini aja. Pacaran. Gak usah nyusulin aku kedalem" jawab Shani.

Aku tidak membalas perkataannya dan Shani juga langsung masuk kedalam rumah tanpa menunggu balasan dariku.

Aku menengok kearah Gracia, dia kembali terlihat murung. Tapi kali ini aku tidak menanyakan dia kenapa, aku hanya melihatnya dari samping.

IMG-20180831-002947.jpg


"Kak, kok ngeliatin aku kayak gitu sih?" tanya Gracia yang menyadari sedang kuperhatikan.

"Enggak. Ini gue cuma lagi berusaha memahami definisi dari 'diem aja cantik' melalui lo" balasku.

"Eh?!" Gracia cukup terkaget dengan perkataanku.

"Cie.... Udah berani gombalin Gracia ternyata" sindir Shani.

"Kalo kamu kan beda, Shan. Kamu itu 'ngapain aja cantik' iya kan" balasku.

"Iihhh..... apa sih? Semua digombalin" sindir Shani lagi dengan wajah memerah.

"Lho beneran, kan aku udah pernah bilang, kamu nguap aja cantik" kataku lagi.

"Hatttchiiiiii"

"Tuh, kan. Bersin aja cantik" tambahku.

Sudah terbukti. Nguap dan bersin, seorang Shani tetap saja akan terlihat cantik.
Kalau ngupil? Mungkin juga cantik kali ya.
Kalo ngeden?

Tunggu, kenapa malah membahas ini?

"Orang lagi bersin kok malah digombalin sih" balas Shani. "Kayaknya ada yang ngomongin aku deh" tambahnya.

"Kak Shania sama yang lainnya mungkin ci" sahut Gracia.

"Biarin aja kalo gitu" balas Shani santai.

"Mas Adrian. Wis siap bakso'e" kata pak Sugeng yang sudah membawakan bakso kami.

"Iki, pak. Suwun" kataku menyerahkan uang. "Kembaliannya sampeyan simpen aja, pak" tambahku.

"Wong pas kok" balasnya.

"Oh iyo ta? Hehehe" balasku cengengesan.

"Punyanya mas Adrian di gerobak, ambil sendiri ya" tambah pak Sugeng.

Yang dibawain cuma yang cewek-cewek aja?
Gue disuruh ambil sendiri?
Beneran minta ditampol ternyata nih orang, batinku.

"Hore,.... bakso" seru Gracia layang langsung masuk kedalam, disusul Shani dibelakangnya.

Ceria lagi?
Gracia, sebenarnya lo ini kenapa?, batinku.

IMG-20180803-004606.jpg


-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Cih, masih aja dimintain update.
Padahal udah banyak muncul di cerita-cerita yang lain.
Ya udah, tuh update nya.
Sesuai permintaan, Gracia gak nangis kan.
Belum.
Belum waktunya Gracia nangis.
Nanti Gracia nangis kalo udah ngerasa ada yang 'perih'.
Ya udah.



Makasih.
• TTD H4N53N
 
Terakhir diubah:
Kalo ini dibiarkan terus berjalan, gw yakin Gracia bakal berada di posisi paling sakit yak semoga ada keajaiban

Alias

Bngst, reply gw serius amat

"Wong pas kok" balasnya
Gak tau dikeplak bakul bakso tah?


"Polling Mulu update kagak"
Wizard Kid, 2019​
 
Terakhir diubah:
Nice update hu di tunggu kelanjutannya

Ini kenapa gre jadi ngambek ya apa karena belum makan apa karena sebab lain atau minta di cium sama adrian tapi gak di turuti
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd