Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Bimabet
Oh iya, ada yang punya videonya JC enggak ya?

JC itu Jinan Cindy kan. Iya kan, iya dong. Kan dulu JCC, Jinan Cindy Christy. Kalo JC berarti Jinan Cindy doang kan.

Kenapa? Salah?
Yang bener apa dong?:pandaketawa:
JC? dulu sempet jadiin JC sebagai "alias" saiya tuan, kependekan dari Jack Copo. :ngupil:
*paan sih
 
Part 15: Ujian Yang Sesungguhnya

Akhirnya selesai juga.
La La La Ye Ye Ye~~ Aye Aye~~

Tenang, tenang. Baru mulai kok part ini. Yang sudah selesai adalah proses pembuatan LS.
Aku berhasil menyelesaikannya sendiri. Iya sendiri. Kemana Rafli? Sibuk telfonan dengan Sarah. Kampret emang.
Padahal kan dia yang di part sebelumnya mengajak untuk membuat LS ini, tapi apa yang dilakukannya sekarang?
Baiklah kita lihat keadaannya sekaligus kita cari gara-gara dengannya.

"Hah? Enggak. Emang iya?" tanya Rafli sambil memegang HP di dekat telinganya.

Ngomong apa'an sih nih orang?
Gak jelas banget, batinku.

"Hah? Video call? Iya, iya. Yaudah, iya" kata Rafli tiba-tiba. "Tuh kan. Aku gak selingkuh" kemudian menghadapkan layar HP-nya ke arahku. "Masa aku selingkuh sama cowok"

"Hai, Sarah~" sapaku.

"Hai, Adrian. Selamat ulang tahun ya" balas Sarah sambil memberikan senyuman terbaiknya.

"Eh? Emang lo sekarang ulang tahun, Dri?" tanya Rafli tiba-tiba padaku.

"Heh?!! Gak tau? Emang sekarang tanggal berapa sih?" tanyaku balik sambil menoleh kearah kalender yang diikuti oleh Rafli.

"Iya, anjir. Kemaren kan hari kemerdekaan" balas Rafli.

Oh, iya juga ya.

"Persahabatan kalian itu macam apa sih?" celetuk Sarah.

"Adrian sendiri aja gak inget kok" balas Rafli membela diri.

"Sarah, masa ngucapin lewat video call doang. Kesini dong" ajakku.

"Emang bol-"

"Jangan, Sar. Jangan" larang Rafli pada Sarah.

Hahaha. Mungkin Rafli takut aku benar-benar akan 'bergabung' dengannya dan Sarah jika mereka melakukannya.

"Lo ngelarang-larang takut ketahuan selingkuh ya" kataku dengan suara sengaja kukeraskan agar Sarah juga mendengarnya.

"Raf..?"

"Enggak sayang enggak. Adrian cuma bercanda"

"Bohong, Sar. Bohong" kataku memanas-manasi.

"Dri, lo jangan..."

"Lo pilih deh, Raf. Sarah apa Angel?" tanyaku.

"Eh,... itu..." Rafli terlihat kebingungan.

"Rafli!!" teriak Sarah lalu memutus sambungan video call.

"Sialan lo, Dri. Bercanda lo kelewatan anjir,..."

"Lo tinggal milih, oshi atau pacar aja bingung" balasku tanpa rasa dosa.

"Lo enak. Oshi lo, pacar lo juga" balas Rafli. "Pacar ada dua, sahabatan lagi"

"Eits... Salah. Yang satunya tunangan" kataku membenarkan.

Dan yang penting kan gue gak selingkuh, batinku.

Ya, Rafli memang sudah mengetahui hubunganku dengan Shani dan Gracia bagaimana. Karena memang susah kalau dijelaskan secara detail, aku saja tidak begitu mengerti. Dan aku berkata padanya kalau aku menginap di rumahnya untuk menguji, siapa yang lebih kurindukan saat sedang berjauhan. Shani atau Gracia?
Padahal sebenarnya bukan itu tujuan utamaku.
Aku ingin mengetahui, setelah apa yang kulalui bersama dengan Gracia dan sekarang aku berada jauh dari dirinya. Apa yang kurasakan? Apakah rindu? Rindu yang seperti apa?
Oh iya, ini sekaligus klarifikasi ya. Klarifikasi tentang judul part sebelumnya aku takut kalian berfikir yang macam-macam. Jadi maksud dari judul part sebelumnya itu bukanlah tentang aku yang merasa belum cukup dengan keberadaan Shani dan Gracia, melainkan karena aku merasa apa yang selama ini kulakukan dengan Gracia itu tidak cukup untuk membuktikan apapun.
Dan juga sekaligus menjelaskan arti dari judul part kali ini. Ya, inilah ujian yang sesungguhnya untukku.

"Ya udah. Mana HP lo, biar gue yang ngomong ke Sarah" kataku membujuk Rafli.

"Masalahnya bukan itu, Dri..." kata-kata Rafli menggantung.

"Trus?" tanyaku.

"Sebenernya Sarah itu,..."

Rafli seperti ragu untuk meneruskan kalimatnya.

"Lo pernah nyebut nama 'Angel' waktu lagi gituan sama Sarah?" tebakku asal.

"E-Enggak" bantah rafli dengan terbata.

Oke. Tebakan yang beruntung.

"Kok gue curiga ya. Atau lo nyebutin nama lain? Siapa? Okta?" tanyaku lagi.

"Apa'an? K-Kenapa harus Okta?" Rafli tergagap.

"Shani? Gracia?" tanyaku.

"E-Eh,.. Dri..."

"Kalo lo pernah nyebutin dua nama itu, gak bakal pernah gue maafin lo" ancamku. "Kecuali pas lebaran" tambahku pelan.

Eh, tunggu dulu. Kalau hari ini aku berulang tahun berarti,...
Shani dan Gracia sudah,...
Pasti mereka kebingungan mencari keberadaanku. Dan yang pasti lagi, mereka akan marah besar saat aku kembali nanti. Ehm... ralat. Shania, Shania pasti yang akan marah besar padaku saat aku kembali nanti.
Mereka berenam kan sepertinya merencanakan sesuatu.

"Kalo lo disini, terus Shani sama Gracia gimana? Gak nyariin? Udah lo kabarin?" tanya Rafli beruntun.

"Gue... gak bawa HP" balasku.

Lupa? Tidak. Aku memang aku sengaja untuk tidak membawa HP agar Gracia tidak menghubungiku dulu. Seperti yang sudah kujelaskan tadi, aku harus memastikan dulu perasaanku padanya. Maka dari itu aku harus menjauh darinya terlebih dahulu untuk sementara waktu, tapi kalau dia masih menghubungiku, itu tidak akan berarti apa-apa bukan. Maka dari itu aku tidak membawa HP. Tapi tenang, aku sudah meninggalkan pesan pada Shani dan Gracia. Mereka pasti mengerti isi pesan tersebut. Maksudku Shani, Shani pasti mengerti isi pesan tersebut.
Selain tidak membawa HP, aku juga tidak membawa motor atau mobil untuk ke sini. Aku hanya membawa beberapa lembar pakaian, dompet, kunci rumah dan laptopku saja.
Lalu bagaimana aku bisa sampai ke sini jika tidak membawa motor ataupun mobil?
Rencana awalnya aku akan menaiki angkot, tapi begitu baru keluar rumah aku bertemu dengan Boy si abang Gojek. Dan akhirnya dia menawarkan untuk mengantarkanku, meskipun tanpa aku pesan lewat aplikasi. Aku kan tidak membawa HP. Ya udah lah ya, orang mau niat baik ya diterima saja. Meskipun pada akhirnya aku tetap membayarnya juga sih.
.
.
.
.
.
"Maaf tiba-tiba aku kasih kamu surat ini.
Dari dulu, aku pengen banget utarain perasaan ini ke kamu.
Entah kenapa aku selalu ngerasa deg-degan setiap..."

Tunggu, aku seperti pernah mendengar kata-kata itu.
Tidak sama persis sih, tapi hampir mirip.

Aku melihat ke arah Rafli yang ternyata sedang sibuk memandangi layar laptop-nya.

"Lagi ngapaain lo?" tanyaku pada Rafli.

"Ah... Eh, ini. Lihat video kampanye member buat SSK" jawabnya. "Firasat lo soal SSK kenapa bener juga sih? Gue kok malah curiganya lo punya kenalan orang dalem ya"

Lah, bukannya emang iya ya. Dia sendiri kan juga sudah tahu akan hal itu. Tapi soal firasatku, itu memang hanyalah sebuah firasat.

Aku ikut melihat ke arah layar laptop Rafli. Dan ternyata yang dia tonton adalah video kampanye Anin(?)
Tunggu, sekarang aku ingat. Kata-kata itu,... Kurang lebih seperti itu isi surat yang ada dibawah meja.
Apa jangan-jangan Anin adalah,...
Tapi tunggu, itu tidak masuk akal. Aku mendapatkan surat itu saat...
Kecuali sebenarnya aku sudah bertemu Anin jauh sebelum aku mengenalnya di JKT. Hanya saja aku tidak menyadarinya?
Tapi,... apa memang iya?

********

"Hmm... Kalo dilihat-lihat, aku tuh udah 4 tahun ya, disini.
Sudah di team,... K3. Sudah di team,... T. Dan sudah di team T lagi.
Walaupun banyak perjuangan di JKT48, aku bakal semangat terus lho.
Kalian semangat gak dukung aku?"

Rafli terlihat mengangguk setelah mendengar pertanyaan tersebut.

"Biasa aja kali ngeliatinnya. Serius banget" ledekku.

"A-Apa'an sih lo" jawab Rafli tergagap.

"Jadi udah fix nih? Oshihen ke Okta?" tanyaku lagi yang bermaksud menggodanya. "Angel mau dikemanain?"

"D-Diem deh lo"

********

"SURPRISE!! Cieee... Pasti seneng banget ya dapet kado"

"Nih cewek kalo setiap video kampanye SSK kenapa selalu keluar dari kotak ya, Raf?"

"Mungkin maksud dari konsepnya itu 'Out OF The Box' kali"

Hmm... Oke, oke.
Masuk akal juga.

Tapi,...
Hari ini aku ulang tahun, kan. Kenapa aku malah merasa kalau dia sedang menghadiahiku dirinya sendiri ya?
Enak kali ya kalau mendapat kado dia.

********

"Video kali ini, aku juga bingung sih aku mau ngapain.
Kira-kira aku mau ngapain ya?"

"Gak bakal bingung kalo bikin videonya bareng gue" celetukku.

"Woi!" sahut Rafli yang terlihat seperti marah. "Ajak-ajak dong" tambahnya.

"Apa'an?!" balasku.

"Ehh,... Ya, itu..."

"Maksud gue kalo bikin videonya bareng gue, kali aja bisa gue bantu kasih ide biar gak bingung gitu" terangku.

"O-Oohhh..."

"Pikirannya nih" ledekku.

"Sok suci lo, Dri"

Tapi emang gadis satu ini kenapa sekarang jadi kelihatan seksi ya?
Apalagi pake mamerin bahu segala lagi.
Tagline-nya kayak gitu lagi.
Aku mau saja sih kalau dijadikan 'target' olehnya.

********

"Terus sisa aku.... Giliran aku kapan?"

"Wih, kode keras banget sih nih cewek" komentarku.

********

"Kenopo gak dengerin lagu jeketi?
Kan jelas ada suaramu.
Sekalian bisa nilai suaramu sendiri
Ojok dengerin lagu baraaaat... terus"

"Ya aku dengerin kok lagu jeketi kadang-kadang.
Tapi, kan... suaraku belum pernah ada di single JKT48"

"Kode keras lagi, kode keras!!" kataku kembali mengomentari.

********

"Nunggu kelamaan jadi haus juga ya"

Oke, mau ngapain nih?

"Kok masih haus ya?
Kayaknya aku bukan haus ini deh.
Tapi,... haus akan prestasi"

Kedengeran medoknya ya, batinku.

"Wah! Wah!! WAAHHH..!!!! Wadadauw
Ini mengapa mati lampu?"

"Ngapain sih ini?" tanya Rafli.

"Mana ya yang aku cari ya?
Mana nih?"

Tujuannya apa sih ini?

"Nah! Ini dia nih yang aku cari.
Terang kan. Center"

"Wanjer, gue kira apa'an!!!" teriak Rafli.

"Gue juga gak nyangka lho" sahutku.

"Tapi denger yang medok-medok gitu jadi keinget Ndellu gue" celetuk Rafli.

"Andella?" tanyaku.

Rafli langsung mengangguk.

"Hmm,... Ndellu. Menang banyak si sakurasi " komentarku.

"Woi, sadar!! Kalo dia menang banyak, lo apa'an?" tanya Rafli. "Lo dapet dua anjir!!"

Sebenernya sih lebih, batinku.

"Tapi kan Ndellu itu bodynya... huuuhhhh"

"Bajingan!" bentak Rafli.

"Eh lo mau lebih menang banyak dari si sakurasi gak? " tanyaku pada Rafli. "Coba pacaran sama model-nya 'Popular' tuh!" saranku.

"Popular?" Rafli tampak kebingungan.

"Payin, Payin"

"Anjir!!" umpat Rafli. "Tapi bener juga sih" tambahnya kemudian. "Bodynya kan lebih,.... Aaaahhhh!!!"

"Woi!! Inget Sarah!"

"Astagfirullah.." Rafli beristighfar. "Tapi ada yang lebih bisa bikin menang banyak lagi sih" tambah Rafli.

"Siapa?" tanyaku.

"Ya Nabilah lah" jawab Rafli cepat. "Masih muda, bodynya udah..."

"Iya juga sih. Tapi masih lebih 'Sip' Payin ama Ndellu sih menurut gue"

"Haduuh... Ndellu Ndellu"

"Tapi lo tenang aja soal Andella, Raf" kataku lagi.

"Kenapa?"

"Inget janjinya? Tahun depan dia mau jadi center kok. Hehehe...." tambahku lalu kemudian tertawa.

"Wanjer...!!"

********

Aku dan Rafli kebingungan dengan video yang satu ini, yang pasti apa yang ada di pikiran kami sama, 'Ngapain sih nih cewek?'.

"Hey, Guys.. Gue kids jaman now!!"

"Apa'an sih?!!" aku dan Rafli berteriak bersamaan.

********

"Cinta kan membawamu~~
Kembali disini, menuai rindu, membasuh perih~~
Bawa serta dirimu~
Dirimu yang dulu, mencintaiku apa adanya~~"

"Gak lo komentarin?" tanya Rafli.

"Gue gak mau komentar aneh-aneh, suaranya bagus. Itu aja" jawabku.

"Waktu itu kan kita udah pernah ya?
Iya kan... Gimana kalo.....
Balik lagi yuk!
Yuk lah, cuusss!"

"Ayok!! Ayok!"

"Apa'an sih, Raf.."

********

"Lah, yang ini malah bikin cergam. Cerita bergambar" celetuk Rafli. "Cari-cari bendera lagi. Nyusahin"

"Pake bawa buku gambar lagi" tambahku.

Ngomong-ngomong soal buku gambar, sebenarnya itu salah satu penipuan lho.
Namanya buku gambar, tapi waktu bukunya dibuka, tidak ada gambarnya. Penipuan kan.

********

"Sekarang kita main tebak-tebakan yuk!
Disini aku ada,... coklat.
Yang kedua aku ada,... surat.
Yang ketiga aku ada,.... hadiah.
Dan yang terakhir aku ada,.. bunga mawar!!

Pertanyaannya adalah,... Apa sih, yang paling spesial bagi aku?

Aku hitung sampe tiga ya,..
Satu.
Dua..
Tiga...

Salah semua, jawabannya salah semua."

Yang pasti buka Mohammed Salah lho ya.

"Karna bagi aku, kamu yang lagi nonton video ini, adalah yang paling spesial bagi aku"

"Anjir, gue gesrek, Dri... Kamu sempurna Sha-"

"E'HEM.."

"Oh iya, yang dimaksud dia pasti lo ya?"

Sial!
Setelah melihat video tadi, aku jadi ingin bernyanyi,... 'You make me feel so special tonight~'

Eh, tunggu. Apa jangan-jangan inspirasinya memang dari...

"Kalo spesial berarti pake te-"

Sekali lagi perkataan Rafli terhenti saat menyadari aku yang sedang menatap sinis ke arahnya.

Dan sepertinya,....
Aku malah lebih merindukan Shani daripada Gracia. Ya, aku memang merindukan Gracia juga sih, tapi lebih cenderung ke Shani. Rasa rinduku pada Shani sepertinya lebih besar.
Hmm... Jadi apa yang kulakukan ini sia-sia?

********

"Push up 30 kali sehari, sit up 30 kali sehari, belajar bahasa inggris supaya bisa go internasional, menganalisis setiap lirik lagu agar bisa menghayatinya dengan baik dengan teknik 5W 1H, dan yang terakhir aku sadar bahwa alisku tidak sempurna. Jadi, aku akan meng-Upgrade nya dengan... taraaa... pensil alis"

"Gak usah senyum-senyum gitu lo" komentar Rafli meledekku. "Dari dulu juga gue tau kok kalo lo itu suka sama Gracia. Lo aja yang gak mau ngakuinnya"

"Apa'an sih" balasku membantah kemudian tertawa kecil.

"Buktinya banyak, Dri" jawab Rafli. "Bukti pertama waktu jamannya GreMids, lo udah merhatiin Gracia, kalo gue kan merhatiin yang satunya.."

"Nina?" tanyaku memancingnya.

"Kampret! Pake disebut" umpat Rafli. "Ya... gitu lah pokoknya. Lo ngerti maksud gue. Tapi waktu itu lo gak mau ngaku, alesannya lo cuma ngikutin gue aja merhatiin GreMids"

"Ya, e-emang gitu kok. Kan waktu itu pengetahuan gue soal dunia peridolan masih awam, j-jadi gue cuma ngikutin lo aja..." balasku.

"Tapi habis itu gue kan gak merhatiin Sister Project, kok lo merhatiin mereka? Gara-gara ada..." Rafli berusaha memojokkanku. "Itu tadi bukti kedua"

"G-Gue iseng aja waktu itu. Soalnya menurut gue kreatif aja mereka, sama kayak,..."

Kok gue males ya ngakuin kalo K3poinOshi itu kreatif? Apa gara-gara ada nenek lampir disana?
Tapi memang kalau dulu banyak sekali member-member yang membuat project-projet seperti itu. Yang konsepnya kreatif lho ya, kalo sekarang sudah jarang.

"Masih mau ngelak lo? Ya udah, ini bukti ketiga, sekaligus bukti terakhir, dan bukti paling kuat. Lo kalo kena wink Gracia selalu gesrek" kata Rafli sambil menunjuk wajahku.

"Ya,... Bu-Bukannya itu wajar ya?"

"Tapi lo gak pernah segesrek itu kalo kena wink member lain" Rafli semakin memojokkanku. "Eh, sama Shani juga pernah sih" tambahnya dengan suara pelan.

Apa-apaan sih nih orang? Udah jadi tim pengamat Adrian apa gimana?, batinku.

"Daripada lo! Gesrek gara-gara Death Wink" balasku.

"Wanjer, lo kira gue apa'an?" kata Rafli tidak terima. "Gue gesreknya kena Hell Wink sama Galaxy Wink" tambahnya bercanda.

"Hahaha.." aku tertawa.

"Hahahahaha..... Heehaw!!" Rafli juga ikut tertawa.

"Eh, beneran Raf?" tanyaku.

"Apanya?" tanyanya balik.

"Lo gesrek gara-gara..."

"Ya, gak lah Anjirrr..." balasnya. "Lo kira gue apa'an..!!"

"Gak usah ngelak lah" balasku.

********

"Semangat!! Semangat!! Wake Up"

Tunggu, itu hampir persis seperti...
Kejadian di Malang saat aku membangunkannya tidur. Apa jangan-jangan...
Ah, tapi tidak. Wake up itu kan artinya bangkit bukan bangun.

Tapi bisa juga jadi,...


Wake up wake up wake up wake up heartbeat!~
We are the one! Go ahead!~


Atau,...


Don’t sleep
Don’t wake me up~
Don’t sleep
Don’t wake me up~


Tapi itu kan ada Dont-nya ya.

"Cie.. Mikirin ada yang kangen sama yang di video ya ya?" ledek Rafli.

"Apa'an sih, Raf.."

"Nia jadi ketiga nih ceritanya?"

Kalo dia mau sih, batinku.

Ya, kalo diijinin juga.

********

"Buat aku dressing ini, seperti cinta dan dukungan. Aku butuh banyaaaaaaak cinta dan dukungan untuk tantangan kali ini"

"Emang cantik ya" puji Rafli. "Seksi juga"

"Gak usah punya pikiran macem-macem deh lo" balasku.

"Kenapa sih lo?" tanya Rafli. "Udah dapet dua juga masih serakah aja"

Aku hanya tidak ingin kalau dia jatuh ke pelukan laki-laki yang tidak baik. Bukan berarti aku adalah laki-laki yang baik juga atau Rafli adalah laki-laki yang tidak baik. Pokoknya sampai dia menemukan laki-laki yang benar-benar baik, aku akan melindunginya dari sentuhan laki-laki lain.

Tapi,... Kenapa perasaanku padanya bisa seperti ini ya?

********

"Aku yang telah dewasa ini, perhatikanlah terus, selaluu~"

"Yang ini gak usah lo komentarin!!" kata Rafli tiba-tiba yang sampai mengagetkanku.

"Kalo oshinya sendiri gak mau dikomentarin?" sindirku.

Padahal baru saja aku ingin mengomentarinya karena tagline-nya yang seperti judul lagu girlband lain.

"Lagian lo semua dikomentarin, lo bung Jembret?" tanya Rafli menyindir.

"Daripada bung Anjay?" balasku.

"Ahay" kata Rafli membenarkan.

"Atta Haylilintar?" tanyaku.

"Kakaknya Saaih dong"

"Iya Saaih kucing" jawabku cepat.

"Dikotak pasir dong"

"Baunya kan sama" potongku. "Lagian keluarga namanya Halilintar. Nanti ada keluarga Topan, keluarga Gempa, keluarga Ice sama keluarga Blaze"

"Wanjerr... Kuase Lime..!!" balas Rafli.

Ngomong-ngomong soal Kuasa 5, setelah aku menonton The Movie nya (di TV lho, ngapain nonton kayak gitu ke bioskop). Aku baru sadar kalau komandan divisi ketiga bajak laut Shirohige, Diamond Jozu, ada di film itu. Dan pewaris kekuatan Ace ternyata bukanlah Sabo, melainkan tokoh utama di film tersebut. Kenapa? Karena dia memakai jurus Hiken (Tinju Api) di film itu. Jurusnya Aokiji juga dipakai. Jurus Fujitora yang menjatuhkan meteor juga. Tapi yang paling keren adalah jurus Beam sebagai jurus pamungkas (tanpa Bambang). Kakkoii.
Tidak dari hanya anime One Piece, jurus dari anime Naruto juga ada, lebih tepatnya jurusnya Sasuke (lupa nama jurusnya, pokoknya yang nyembur api itu lah yang kayak adegan debus).

"Lagian, cuma gara-gara anggota keluarganya,... anaknya sih lebih tepatnya. Gara-gara anaknya banyak doang jadi terkenal" tambah Rafli. "Jadi terkenal di Indonesia itu kesannya gampang banget ya"

Cuma gara-gara anaknya ada banyak doang jadi terkenal?
Bagaimana yang ceweknya banyak. Bukan aku lho ya maksudnya.
Eh, tunggu!!
Kalau tidak salah, ibunya Shani pernah bercerita kalau Shani ingin punya anak,.... berapa?
8 ya kalau tidak salah?
Tunggu, kenapa pas dengan angka favoritku?
Dan apa itu artinya,... nanti keluargaku dan Shani akan jadi terkenal juga?
Sepertinya aku berfikir terlalu jauh.

"Kenapa jadi bahas ini sih?" tanyaku.

"Lo yang mulai!"

"Lo, anjiirr!!"

"Oh, iya ya?" balas Rafli. "Tadi bahas apa'an sih?" tanyanya kemudian sambil terlihat seperti sedang berfikir. "Oh iya! Bung Jembret sama bung Anjay"

Memangnya tadi membahas itu?

"Jangan lupa si botak bung Binder" tambah Rafli lagi.

"Binder? Dicoret-coret sama anak-anak cewek dong, ditulisi biodata gitu, makanan favorit, minuman favorit, warna favorit segala macem" balasku bercanda. Benar kan, namanya kan Binder.

Ngomong-ngomong soal komentator, kalau Aokiji menjadi komentator, namanya akan terdengar lucu, bung Kuzan terdengar seperti 'bungkusan'. Nama aslinya Aokiji kan Kuzan.
Dan jika berbicara soal komentator bola di Indonesia, bisa dibilang kalau mereka... Bagaimana mengatakannya ya? Tidak berkualitas. Mungkin hanya itu kalimat yang paling sopan untuk menggambarkan mereka.
Kenapa? Karena mereka tidak memberikan edukasi kepada pemirsa dirumah dan malah berusaha untuk viral dengan kata-kata nyeleneh. Contohnya, 'obrak-abrik rumah tangga', 'tendangan LDR', 'serangan 7 hari 7 malam' dan lain sebagainya. Tapi yang paling menjengkelkan adalah, 'cantik sekali Febri'. Padahal melewati lawan saja belum, padahal masih berusaha melakukan gerakan tipuan. Lagian aneh, cowok kok dibilang cantik, yang momong cowok juga lagi. Sudah tidak berkualitas, tidak normal juga.
Dan yang lebih menjengkelkan lagi, kalau komentator yang melakukan 'pencitraan'. Kenapa aku menyebutnya pencitraan? Karena mereka memberikan 'komentar' yang seakan-akan kalau mereka adalah pendukung sejati dari timnas kita. Tendangan yang tidak terarah atau pemain yang memaksakan diri melakukan gerakan individu yang malah terkesan seperti pamer saja malah disebut 'percobaan yang bagus'.
Atau misalnya kalau ada pemain timnas kita yang dilanggar, mereka akan berkoar-koar seakan itu adalah pelanggaran yang paling berat yang mengharuskan pemain lawan mendapatkan kartu merah. Bahkan mungkin kalau hukuman paling berat bukanlah kartu merah, melainkan hukuman mati, mungkin mereka akan meminta pemain lawan mendapatkan hukuman tersebut. Sedangkan sebaliknya, kalau ada pemain timnas kita yang melanggar, hanya akan disebut, 'cukup jahil' atau 'sedikit iseng saja'. Meskipun pelanggarannya adalah menginjak ataupun membanting pemain lawan.
Bahkan ada kasus juga pemain timnas kita yang melakukan hal konyol dan biasa dianggap mempermalukan negara. Tentang apa? Yang menendang bola kearah bangku cadangan lawan (anggep aja Thailand lah ya). Hal seperti itu, kenapa malah mendapat dukungan dari kebanyakan masyarakat kita? Itu kan memalukan. Ada yang berkomentar bahkan sampai memuji dengan mengatakan, 'Salut karena berani melakukan hal seperti itu meskipun di kandang lawan'. Kan bodoh.
Mungkin hal itu lah yang membuat timnas kita saat ini minim prestasi, karena mental masyarakatnya yang seperti itu. Mereka tidak tahu kalau dalam sebuah pertandingan sepakbola ada yang namanya menang dan kalah, sedangkan yang mereka mau hanyalah menang dan menang. Nanti kalau benar-benar juara malah sibuk diarak-arak. Mereka tidak sadar saat mereka asyik diarak-arak, timnas lain sedang sibuk berlatih. Pertandingan uji coba malah diniatkan untuk reuni (lawan pemain lapis ketiga lagi). Ckckck.
Wasit. Tidak bisa tegas sama sekali. Kalau ada pemain yang menanyakan soal keputusan wasit, bukannya menjelaskan, tapi berusaha menghindar. Bahkan aku pernah melihat ada pemain yang ribut di lapangan, bukannya melerai, si wasit malah seperti pura-pura tidak tahu. Waktu itu ada wasit asing, tapi yang tidak begitu bagus yang didatangkan. Ada beberapa yang bagus tapi jarang dipanggil untuk memimpin laga. Saat si wasit asing memberi keputusan yang salah langsung dihujat. Agar apa? Agar kesannya percuma saja mendatangkan wasit asing? Lebih baik memakai wasit lokal? Padahal dari 10 keputusan, mungkin hanya 1 yang salah. Sedangkan wasit lokal membuat 10 keputusan, itu salah semua. Sampai-sampai para pengkritik sudah malas lagi untuk mengingatkan.
Hakim garis. Tidak bisa menentukan offside dengan benar. Bagaimana bisa menentukan offside dengan benar kalau cara menentukannya bukan dilihat dari saat bola diumpankan, tapi saat si pemain menerima bola, sudah melesati garis pertahanan atau belum. Kalau seperti itu, percuma jika si pemain yang menerima berlari dari belakang juga.
Penonton juga seperti itu. Jika wasit membuat keputusan yang 'mereka anggap' salah atau tidak adil, malah dihujat, 'Wasitnya dibayar!!'. Ya iya lah, dia kan kerja.

Kembali ke timnas.
Apa menurut kalian pemain-pemain timnas itu murni pilihan pelatih? Bukan pemain titipan?
Kita ambil contoh timnas Spanyol. Selalu melihat klasemen liga Spanyol, tim mana yang ada di peringkat atas, pasti mayoritas pemainnya dari klub yang ada di peringkat atas tersebut, entah itu Barca atau Real Madrid, lalu sisanya dari klub lain. Dan kalau ada seorang pemain yang musim itu tampil bagus, pasti diberi kesempatan, bukan hanya sekedar dipanggil untuk seleksi lalu dipulangkan saja. Di PHP itu sakit lho.
Timnas Italia juga seperti itu, bahkan pernah starting line up timnas mereka hanya berasal dari Juventus dan AC Milan saja.
Itu cara menyeleksi pemain timnas yang benar, bukan dari masing-masing klub di liga nya di ambil perwakilan satu atau maksimal dua. Ya susah sih kalau jadwal liganya dan jadwal timnasnya itu kadang bentrok (berbarengan). Makanya bikin jadwal yang bener, sesuaiin sama jadwal dari Fifa.
Lagipula kalau memang ingin gelar secara instan kenapa tidak menaturalisasi Fabiano dan Dutra saja, mereka berdua kan pemain belakang yang tidak hanya bagus dalam bertahan saja, tapi memiliki visi bermain yang bagus juga, selain itu mereka juga memiliki akurasi umpan yang tinggi dan juga bisa mengatur ritme permainan. Jangan yang dinaturalisasi pokoknya pemain asing posisinya gelandang serang, sudah terlalu banyak, kalau kebanyakan tapi jarang dipanggil untuk apa? Hanya agar klub-klub besar bisa menampung lebih banyak pemain asing? Kalau tidak gelandang serang, yang dinaturalisasi pemain depan, tapi yang sudah berumur, alasannya karena pemain muda lokal tidak ada yang mumpuni untuk dipanggil timnas. Kalau jarang diberi kesempatan, bagaimana bisa membuktikan diri?
Dan kalau boleh aku berpendapat, generasi emas timnas kita sebenarnya ada di generasinya Evan Dimas dan kawan-kawan. Tapi generasi itu 'dirusak' sendiri oleh para petinggi PSSI hanya untuk kepentingan televisi. Dua hari sekali mereka dijadwalkan untuk melakukan latihan tanding dengan klub lokal. Lama kelamaan ya mati semua pemainnya. Padahal hal itu dilakukan hanya untuk kepentingan komersil, kepentingan televisi saja.
Sepertinya para petinggi PSSI juga tidak peduli dengan itu, tidak peduli kalau ada nyawa yang melayang. Yang terpenting liga tetap jalan dan uang tetap mengalir. Contoh, saat legenda dari klub yang berbasis di Lamongan meninggal. Seperti tidak ada penghormatan untuk almarhum, liganya tidak diliburkan sementara, tidak ada juga silent momen sebelum pertandingan, bahkan hanya untuk sekedar memakai ban hitam di lengan saja sebagai tanda berduka cita saja tidak ada.
Tapi jika diingat-ingat lagi, mungkin jika saat final itu cuaca sedang tidak hujan dan lapangan yang dipakai lebih bagus, mungkin timnas U-19 waktu itu tidak akan menjadi juara. Karena beberapa waktu setelahnya saat mereka bertemu lagi dengan timnas Korea di ajang piala dunia U-20 (kalau tidak salah) timnas kita kalah dengan skor telak. Gak tahu juga deh ya.
Udah cukup kali ya bahas timnasnya.

Kembali ke soal komentator saja, komentator yang paling tidak saya sukai secara pribadi adalah si botak bung Binder itu.
Kenapa? Karena dia selalu memberikan kata-kata yang boros, 'hanya menghasilkan tendangan gawang atau goal kick saja, bung', 'mereka mendapatkan tendangan sudut atau corner, bung', kan sama saja sebenarnya. Tentuin dong, mau pakai istilah bahasa Inggris atau bahasa Indonesia.
Belum lagi kalau dia bukannya menjelaskan jalannya pertandingan yang berlangsung saat itu, dia malah menjelaskan momen yang sudah lewat, meskipun itu hanya sebuah peluang yang tendangannya jauh dari sasaran. Atau dia malah menjelaskan riwayat hidup pemain, pemain ini dulunya bermain di klub mana saja, dia jelaskan satu persatu. Ngapain.
Satu lagi, aku lupa namanya. Pokoknya dia selalu berkomentar tentang 'kecepatan'. Contohnya, 'Pemain kita punya kecepatan, bung'. Ini pertandingan sepakbola atau pertandingan balap MotoGP sih sebenarnya?

Oh iya, bahas soal persepakbolaan di negeri ini sepertinya tidak seru jika tidak membahas soal,.... Mafia Bola.
Tapi tunggu, kenapa saya harus bahas soal itu, bukannya kasusnya tiba-tiba hilang begitu saja ya? Pffftt.

********

"Mi, mi apa yang gak bikin seret?"

"HAACCCHHOOOO!"

"Wanjer, liat-liat dong lo!" umpat Rafli.

"Gue gak mau beli disuruh liat-liat. Gimana sih lo" balasku sambil menggaruk hidungku sendiri.

"Kena muka gue nih" tambahnya sambil mengelap wajahnya.

"Alah, gapapa. Siapa tau ketularan ganteng lo" balasku bercanda.

"Ada yang lagi ngomongin lo ya?" tanyanya kemudian.

"Mana gue tau" balasku. "AC lo tuh kedinginan"

"Namanya juga AC, ya dingin. Knalpot tuh panas"

Iya juga sih, batinku.

********

"Udah level 6 nih,.... Wuih TOP ranking coy"

"Level 6? Gak kepedesan apa?" komentar Rafli. "Hehe. Lucu gak, Dri?" tanya Rafli kemudian. "Woi, kok lo diem aja?"

Ah, males banget gue kalo harus ngomentarin videonya si nenek lampir, batinku.

"Next level next level. Level,... 10. Ada gak sih? Ada. Ada. Yah... gak top rank sih, yah tapi gapapa deh, masih bisa lanjut.
Level... 13. 13 ya. Wuih, nih angka keberuntungan aku, 13"

Bodoamat, batinku.

"Level ke... 17 ternyata bisa lho. Yah tapi lumayan lho, peringkatnya naik.
Level 20 lanjut gak ya...?"

Maksud videonya apa'an coba. Pake kode-kode lagi.
Eh, itu baru saja aku komentari ya.

********

"Nah, gimana menurut lo setelah nontonin semuanya?" tanya Rafli tiba-tiba.

"Apa'an?!" tanyaku tidak mengerti.

"Siapa yang bakal jadi center?" tanya Rafli lagi. "#GantiCenter #2Periode?"

"Gak tau" jawabku singkat. "Tapi yang pasti, bakal lebih banyak #GantiCenter daripada #2Periode" tambahku.

"Kenapa?" tanya Rafli lagi.

"Ya udah jelas kan, yang pake #2Periode cuma fans-nya Shani doang, sedangkan fans member yang lain pasti pake #GantiCenter" jelasku.

Entah siapa yang memulai #GantiCenter terlebih dahulu.
Dan jika memang keadaannya seperti itu, rasanya Shani jadi seperti 'dikeroyok'. Rasanya seperti sedang melawan Naruto, Naruto kan sukanya main keroyokan, jurus andalannya kan jurus 1000 bayangan. Keroyokan kan. Kalau Luffy kan justru sebaliknya, dikeroyok pasukannya Big Mom. 10000 lagi yang ngeroyok.
Tapi kalau Luffy melawan Naruto kira-kira menang siapa? Yah jelas Luffy lah, emang Naruto bisa haki? Naruto mukulin Luffy berapa kali pun juga tidak akan berpengaruh pada Luffy, Luffy kan manusia karet. Wkwkwk. Mau dikasih Khotbah no Jutsu? Sama Luffy ya ditinggal tidur kalo enggak ya langsung dihajar duluan sama Luffy sambil teriak, 'BACCOOOTT!!'. Lagipula Luffy juga bisa jurus Kagebunshin juga, Naruto bisa jurus Gomu Gomu gak?

Tapi akan beda cerita jika Luffy melawan Sasuke, pasti yang menang adalah Sasuke. Memang Chidori-nya tidak akan berpengaruh pada Luffy yang manusia karet, tapi Sasuke kan punya pedang. Tangannya Sasuke tinggal satu doang lagi, pasti mengingatkan Luffy pada Shanks.
Ngomong-ngomong soal Sasuke, kenapa sih Sasuke diceritakan 'berubah' menjadi jahat? Ini mungkin lho ya. Bisa dibilang Sasuke itu adalah karakter terpopuler kedua di cerita Naruto kan. Nah, jika karakternya baik terus, bisa-bisa menggeser kepopularitasan Naruto yang merupakan tokoh utama. Dan itu harusnya tidak boleh terjadi. Lagipula sebenarnya pemikiran Sasuke benar kok, jika dia tetap tinggal di Konoha, dia tidak akan menjadi kuat. Di perang terakhir saja yang menjadi 'pahlawan', adalah Naruto dan Sasuke kan (Ninja yang lain tugasnya ngapain? Biar rame doang?). Mereka berdua bisa menjadi pahlawan karena apa? Naruto yang memiliki Kyubi didalam tubuhnya dan Sasuke yang berlatih dengan Orochimaru, kalau bukan karena itu belum tentu mereka sekuat itu. Tapi setelah perang malah berantem sendiri-sendiri. Ngapain coba.
Perang kebanyakan flashback lagi, banyak karakter baru yang tiba-tiba muncul tanpa disebut dari jauh-jauh episode. Banyak jurus-jurus yang hebat tapi punya resiko, setelah menggunakan jurus tersebut penggunanya mati (Latihannya gimana coba? Masa dulu waktu latihan jurus dasar, naik pohon sama jalan diatas air aja susahnya minta ampun. Nah, jurus yang sehebat itu masa tanpa latihan? Atau setiap habis latihan di Edo Tensei kali ya?). Movie juga, katanya 'The Last', tapi dilanjutin anaknya (apa'an coba), ceritanya jadi kayak anime genre romance lagi (Nyesel lho saya udah nonton).
Beda sama perang Marineford, gak perlu pake dijelasin semua kan komandan divisinya Shirohige satu persatu, dan masih ada bercandaannya dari Buggy dkk. Perang macam apa itu? Tapi tetep seru buat diikutin.

Kembali bahas Sasuke. Perbedaan besar antara Sasuke dengan Zoro di animenya masing-masing sebagai sama-sama karakter terpopuler kedua adalah,... Kalau Sasuke ingin lebih kuat daripada karakter utama, Sedangkan Zoro malah ingin membantu sang tokoh utama mencapai impiannya.
Dan masih banyak yang bilang One Piece itu tidak bagus? Ada yang bilang, 'Pulau diatas langit? Aneh-aneh aja. Gak masuk akal'.
Justru saya kasihan sama orang yang berfikiran seperti itu, 'Main lo kurang jauh, imajinasi lo kurang luas'.
Katanya Naruto pergi berpetualang sama Jiraiya sambil latihan dan balik pas 'Naruto Shippuden', tapi kok kayaknya gak ada hasil dari latihannya itu ya?
Jangan bilang kalo hasil latihannya itu jurus Rasengan, dari sebelum Naruto Shippuden, Naruto udah bisa Rasengan.
Kenapa gak belajar Sage Mode pas berpetualang sama Jiraiya?
Kenapa harus nunggu Jiraiya meninggal dulu?

Setelah membaca paragraf diatas, kalian jangan berfikir kalau saya tidak suka Naruto ya. Saya suka kok, karena pada dasarnya, semua laki-laki menyukai ninja. Nin! Nin! (Bukan manggil Anin lho ya). Dan juga robot, selain ninja, laki-laki juga menyukai robot. SUUUPPPEEERR!!! AWW~~
.
.
.
.
.
.
.


Dalam sepi ku tersadar
Senyumanmu yang dulu telah hilang~
Tanpa sebab kau menghindar
Meninggalkanku bersama bayangan~

Walaupun kau tak merasa
Apa yang kini ku rasa
Hatiku berkata, kamu berbeda~

Sebisa ku coba lupakan dirimu
Menghilangkan perasaan yang ku rasakan padamu~
Mungkinkah kudapat berjumpa denganmu
Di tempat pertama aku menunggumu~~

Dalam hati ku bertanya
Apa kau melihat langit yang sama?
Dimana dirimu?
Ku berharap kau dapat ingat semua tentangku
Seperti aku ingat tentangmu~

Sebisa ku coba lupakan semua
Tapi ku tak bisa untuk membuang semua tentangnya~
Sadarkah kau telah membuatku terluka
Tak sanggup kukatakan 'selamat tinggal'~

Ku bertahan seperti perasaan yang
Kau bawa bersama mimpi
Mimpiku tuk bersama dirimu
Ku berharap pada bintang-bintang yang terang
Ku harus pulang~


"Bisa jangan muterin lagu itu lagi enggak?" tanyaku.

"Kenapa sih? Lo baper sama liriknya?" tanya Rafli balik.

"Ini bukan soal lirik lagunya" jawabku.

"Trus?" tanya Rafli memancing.

Aku hanya diam tidak menjawabnya.

"Yang nyanyi ya?" sindir Rafli lagi.

Bodo lah Raf, batinku.
.
.
.
.
.

Oh wait til' I do what I do
Hit you with that ddu-du ddu-du du


"Aye aye!"


Hit you with that ddu-du ddu-du du


"Aye aye!!"

"Woi, kemaren nonton sixteen, sekarang nyanyi 'Aye Aye'. Tentuin dong, lo itu fandom yang mana?" sindir Rafli.

"Yang penting bagi gue kan yang lagunya enak didenger, gitu aja"

Sama seperti saat mulai mengenal JKT dulu, ternyata lagunya ada yang enak. Ya udah, diikuti saja.
Oke, lanjut next song.


Tteonaji ma just stay
Jigeum i siganeul meomchun chae~
Neowa hamkkeramyeon nan
I could die in this moment~

Forever young~
Forever young~
Forever young~
Forever young~


.
.
.
.
.
"SA... TE..SA"

"Apa'an tuh?" tanyaku.

"Biasa. Cak Lan, tukang sate" jawab Rafli.

Bukannya kalo tukang sate teriaknya, 'TE... SA..TE' ya?
Kalau yang tadi malah terdengar seperti memanggil orang yang bernama 'Tesa'.

"Lo mau gak? Laper gue" tawar Rafli kemudian.

"Hmm,... Sate, sate, sate" celetukku.

"Malah niruin komandannya Nanatsu lo? Emang lo dosa naga? " sindir Rafli. "Mau gak?!!" bentaknya kemudian.

"Ah, enggak deh" jawabku. "Gue pinjem dapur lagi aja ya, bikin mie aja gue"

"Oke, oke"
.
.
.
.
.
Nah,..... Sambil menunggu air mendidih, racik dulu bumbunya di mangkok, batinku.

"TAEK! TAEK!!" umpat Rafli yang tiba-tiba muncul.

"TAEK DEWE!!" balasku. "Kenapa lo?" tanyaku kemudian.

"Gawe'no aku sisan, Dri" pintanya tiba-tiba.

"Hei! Lo kenapa?" tanyaku lagi.

"Iku, Meduro siji ancukan kok ancene" jawabnya.

"Woi, jawa lo kenapa keluar?" tanyaku sekali lagi. "Lagian apa maksud omongan lo barusan? Bukannya lo sendiri ada keturunan Madura ya?"

"Iya juga sih" jawabnya baru tersadar.

"Kenapa sih?"

"Itu, Dri. Cak Lan" jawabnya tapi tidak menjelaskan apapun.

"APA'AN, KAMPREEET!!" aku mulai sedikit emosi.

"Yah,... itu, gue kan mau beli sate tadi. Nah, ternyata satenya udah habis, tapi dia masih teriak teriak. Masa katanya biar rame aja, biar gak takut soalnya gelap. Kan kampret" terang Rafli.

"Wanjeeerr... Kampret banget sih itu" balasku sambil tertawa lepas.

"Nah, makanya. Buat mie-nya dua ya" pinta Rafli lagi.

"Tapi gue gak bikin mie kesukaan lo" balasku.

"Mie kesukaan gue?" tanya Rafli tidak mengerti.

"Mie Suksees" jawabku menjelaskan. "Bintang iklannya kan si itu..." tambahku meledeknya.

"Ah, apa'an sih lo" balas Rafli berusaha menghindar.

"Ciee,... si Rafli ngoshiin kang Sule" ledekku.

"Eh, anjir! Ya kali kang Sule" balas Rafli tak terima. "Mukanya gepeng gitu"

"Penghinaan lo" balasku. "Tapi emang bener juga sih" tambahku. "Trus, kalo bukan kang Sule, siapa dong yang bener?" tanyaku berusaha memancingnya.

"Ya, itu. Si Nin-" Rafli tidak meneruskan kata-katanya. "Kampret lo emang ya" umpatnya kemudian karena sepertinya menyadari aku mengerjainya.

"Hehehe.."

"Eh, kalian belum tidur? Kebetulan kalo gitu. Ini. Ada donat sisa dari toko tadi" kata sesorang bapak-bapak yang tiba-tiba memasuki rumah dengan membawa kantong kresek yang sepertinya berisi sebuah kotak kardus.

Siapakah bapak-bapak tersebut?
Tentu saja ayahnya Rafli. Ya, masa cak Lan tukang sate tadi.

"I-Iya, om. Makasih" jawabku. "T-Tapi... kita lagi masak mie nih, om" tambahku. "Tapi gapapa, nanti juga habis sama kita berdua kok. Ya kan, Raf" aku sedikit menyenggol Rafli.

Rafli hanya diam tanpa bereaksi apapun.

"Ya udah. Om mau ke kamar dulu ya. Langsung tidur" kata ayah Rafli sebelum akhirnya meletakkan kantong kresek tadi di atas meja kemudian berlalu menuju ke kamarnya.

"Lo masih marahan sama bokap lo?" tanyaku pada Rafli begitu ayahnya sudah tidak terlihat.

Rafli masih hanya diam.

"Gue bukannya sok bijak atau apa ya, Raf" kataku. "Tapi mendingan lo baikan aja deh sama bokap lo, kalian itu sekarang cuma tinggal berdua aja kan. Gak baik kalo kayak gini" tambahku. "Udah 2 tahun juga kan"

"Diem deh, Dri. Lo tau apa?" balas Rafli. "Orang tua lo masih ada semua, masih utuh"

"Heh, bangsat!" kataku sambil menarik kerah baju Rafli. "Gue emang gak tau gimana rasanya kehilangan nyokap, tapi setahun terakhir ini gue tinggal sendiri, jauh dari kedua orangtua gue. Lo pikir rasanya enak?" bentakku sambil melotot ke arahnya.

Rafli masih diam, tapi kali ini matanya juga ikut melotot membalasku.

"Lagian kalo lo sering bawa Sarah kesini, apa bedanya lo ama bokap lo?" tanyaku sedikit emosi tapi masih berusaha untuk tetap tenang.

Wajah Rafli terlihat sudah penuh emosi, dan kemudian dia mengepalkan tangannya lalu mengarahkannya ke wajahku. Tapi kemudian gerakan tangannya berhenti, dia tidak jadi memukulku.

"Kenapa? Gak berani lo" tanyaku.

Tangan Rafli yang daritadi mengepal perlahan terbuka begitu mendengar pertanyaanku..

"Awalnya gue pikir tinggal sendiri itu bakalan enak, Raf" kataku sambil mendongak melihat langit-langit dapur dan berusaha bernostalgia ke satu tahun lalu, momen dimana saat aku baru tinggal sendiri. "Ternyata gak enak, mau makan harus beli dulu atau masak sendiri. Kalo gue kesiangan juga gak ada yang bangunin. Sumpah gak enak banget. Hidup sendirian tanpa ada yang ngurusin itu gak enak, Raf"

Tinggal sendirian itu tidak enak. Meskipun pada akhirnya aku terbiasa dengan hal itu sih.
Dan sekarang semenjak tinggal bersama Shani, bisa dibilang dia yang 'mengurus'ku.

"Bokap lo gimana? Masih nyiapin sarapan buat lo kan?" tanyaku. "Masih bangunin lo kalo kesiangan kan" tambahku.

Rafli terdiam seperti berusaha mengingat sesuatu.

"Dan ini.." kataku sambil menunjuk kantong kresek yang ada diatas meja makan. "Sepulang kerja, dia masih bawain lo makanan"

Setelah mendengar perkataanku, perlahan Rafli mundur.

"Bokap lo juga pasti udah nyesel ngelakuin itu dulu. Dan sekarang dia pasti juga udah sadar kalo yang dia punya cuma tinggal lo doang" tambahku.

Tiba-tiba Rafli terduduk di lantai lalu kemudian memegangi kepalanya dengan kedua tangan.

"Makasih, Dri" kata Rafli pelan.

Sesuatu yang sangat berharga baru akan terasa benar-benar berharga saat sesuatu itu sudah tidak menjadi milik kita.

Tentang masalah Rafli dan ayahnya, aku tidak akan menjelaskannya disini. Itu masalah keluarga mereka, aku tidak berhak untuk mengumbarnya lebih jauh. Kalau kalian ingin tahu, tanyakan saja pada penulisnya.

(Woi, kampret! Yang bener aja lo!!)

"Udah, besok aja ngomong sama bokap lo" kataku lagi. "Sekarang kita masak mie. Airnya udah mendidih tuh"

"Iya" jawab Rafli singkat.

"Kenapa lo tadi gak mukul gue?" tanyaku.

"Ya gue takut lah, orang yang pas masih kelas 3 SMP pernah ditodong 3 preman sekaligus pake pisau. Malah preman-premannya yang akhirnya masuk rumah sakit" balas Rafli.

"Dapet gosip darimana lo, anjir" elakku.

"Gak usah nyangkal lagi deh" balas Rafli lagi. "Gak usah ngarang cerita juga soal ditodong preman yang ternyata malah acara kuis" tambahnya.

Yah, ketahuan, batinku.

"Tapi harusnya lo tadi tetep mukul gue biar agak lega dikit" kataku menyarankan. "Gue gak akan bales kok"

"Yang bener? Kalo sekarang?" tanyanya.

"Kalo sekarang lo mukul gue, gue hajar lo"

Kenapa aku menyarankan hal itu?
Karena aku yakin, pukulan Rafli tidak akan terasa menyakitkan. Aku tahu pukulan yang benar-benar terasa menyakitkan, aku pernah merasakannya sendiri. Pukulan dari kakekku. Entah apa rahasianya, tapi pukulannya benar-benar terasa sangat menyakitkan.
Tunggu, kenapa aku jadi mengingat tentang kakekku. Firasat apa lagi ini?
.
.
.
.
.
"Udah belum?"

"Belum"

"Udah ya"

"Belum!"

"Tadi kan belum, sekarang udah kali"

"Belum ya belum, Raf!" jawabku. "Orang baru juga dimasukinnya. Belum semenit. Nanya mulu kayak pembantu baru lo"

Tapi pertanyaannya tadi malah terdengar seperti sedang bermain petak umpet.

"Gue udah laper" kata Rafli memelas.

"Makan donat dulu tuh" balasku. "Sekalian ambilin buat gue juga"

"Iya juga ya" kata Rafli menyetujui lalu mengambil donat dari dalam kresek yang tadi ditinggalkan ayahnya. Tidak lupa dia juga mengambilkan untukku.

"Bokap lo pembohong ya" celetukku saat mengunyah donat tersebut.

"Maksud lo?" tanya Rafli.

"Masih enak gini, masih anget. Padahal tadi katanya ini sisa" terangku.

"Berarti emang bener kata lo" balasnya.

"Apa'an?"

"Ini bukan donat sisa, tapi emang sengaja dia buatin sebelum pulang buat kita" tambah Rafli. "Bokap gue emang masih sayang sama gue" tambahnya lagi dengan suara yang lebih pelan.

"Mana ada sih orangtua yang gak sayang sama anaknya, Raf" sahutku.

"Lo kan udah bantuin gue nih" kata Rafli tiba-tiba. "Sekarang lo gak mau cerita gitu, lo ada masalah apa?" tanyanya kemudian.

"Hmm,......" aku berfikir sejenak. "Gak" jawabku singkat.

"Egois banget sih lo" ledek Rafli. "Mau bantu nyelesaiin masalah orang, tapi gak mau dibantu nyelesaiin masalah sendiri"

Biarin, batinku.

"Ngomong-ngomong... Masak mie malem-malem gini, jadi keinget kejadian di rumahnya Samuel gak sih?" kata Rafli tiba-tiba.

"Yang bikin dia trauma?" tanyaku memastikan.

Rafli hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Udah mateng nih" balasku mengalihkan pembicaraan.

"Eh, udah?" sahut Rafli. "Asyik... Makan! Makan!!"

Sebaiknya tidak perlu diceritakan kejadian di rumah Samuel yang membuatnya trauma. Bukannya apa-apa, itu hanya pengalaman yang tidak menyenangkan.
Kenapa? Kalian tetap penasaran?
Ya sudah, kuceritakan saja ya. Hitung-hitung agar cerita ini ada variasinya.
Tapi jangan marah ya kalau nanti kalian,...
Dibaca dulu aja deh kali ya

Jadi dulu itu, aku dan teman-temanku yang lain pernah menginap dirumah Samuel.
Kami nobar... Waktu itu kalau tidak salah final UCL Juventus vs Real Madrid.

Yah,... kejadiannya hampir mirip seperti sekarang. Karena lapar, aku dan Rafli ke dapur untuk memasak mie.
Tapi tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar di pintu belakang yang memang letaknya didekat dapur. Karena aku kira itu Jose yang sedang iseng, (karena memang pada dasarnya dia orangnya iseng) aku balas saja ketukannya. Jadinya kami saling berbalas ketukan.
Kampretnya adalah,..... Saat sedang asyik-asyiknya berkegiatan ketuk-mengetuk. Tiba-tiba Jose, Tedi dan Samuel datang ke dapur. Dan suara ketukan dari luar itu masih ada, dan kampretnya lagi, setelah itu masih kubalas ketukannya itu.
Pertanyaannya, siapa yang mengetuk dari luar pada saat tengah malam seperti itu? Mengetuk pintu belakang lagi.

Nah, masalahnya adalah kejadian setelah itu.
Samuel lalu bercerita kalau mulai keesokan malamnya, selalu ada yang mengetuk pintu kamarnya setiap malam, dan saat pintu dibuka tidak ada siapa-siapa.
Maka dari itu, akhirnya Samuel sedikit takut kalau aku menginap lagi di rumahnya. Padahal kan bukan sepenuhnya salahku.

"Tapi gue juga pernah lho, kayak gitu waktu baru pertama kali pindah kesini" kata Rafli.

"Yang bener?" tanyaku tidak percaya.

"Iya, jadi waktu awal-awal pindah itu. Jam 12 malem ada yang ngetuk pintu kamar gue, pas gue buka... Gak ada orang" Rafli mulai bercerita. "Ternyata yang ngetuk... Gue sendiri" tambahnya kemudian tertawa.

"Malah bercanda!"

"Buat menetralisir, Dri" jawab Rafli. "Kalo di rumah lo gimana?"

"Pernah sih, waktu awal pindah juga, kan dulu gue tinggalnya di Jogja" balasku. "Kejadiannya jam 12 malem juga, tiba-tiba rumah gue gelap. Mati lampu" kali ini aku yang bercerita.

"Emang lagi mati listrik kali" kata Rafli.

"Bukan" bantahku.

"Terus?" tanyanya penasaran.

"Orang gak gue nyalain" jawabku lalu kemudian memeletkan lidah mengejeknya.

"Sialan lo, gue kira beneran cerita serem" ejek Rafli.

"Masih ada lanjutannya" balasku.

"Bodo" balasnya berusaha cuek.

"Pas gue nyalain masih gelap juga" aku kembali bercerita.

"Heh? Kenapa tuh?" tanya Rafli antusias.

"Orang gue merem" jawabku santai. "Pffftt..."

"Bajingan!"

Lah, dia boleh bercanda kenapa aku tidak?

"Tapi gue ada cerita serem beneran sih soal rumah gue" kata Rafli.

Palingan juga bercanda lagi, batinku.

"Jadi biasanya tiap malem... Malem jum'at sih seringnya, biasanya kedengeran suara bebek, 'kwek kwek' itu malem-malem" Rafli mulai bercerita lagi.

Aku yang memang dari awal tidak tertarik, tidak terlalu memperhatikannya.

"Untungnya suaranya deket"

Tunggu, apa maksudnya?

"Waktu gue cerita ke saudara-saudara gue yang ada di desa, katanya sih itu artinya ada 'mbak kuns'. Nah kalo 'mbak kuns' itu kan biasanya kalo suaranya deket, artinya dia lagi jauh. Sebaliknya, kalo suaranya jauh, itu artinya dia lagi ada di deket situ" terang Rafli.

Kampret!
Kok dia ceritanya beneran sekarang?

"Ah... I-Itu mitos kali" kataku menanggapi.

"Mitos?" tanya Rafli.

"Iya, mitos. HP-nya master Limbad" jawabku bercanda.

"Kampret!"

"HP-nya ada banyak. Kan 'Mitos', pake 'S' berarti jamak" tambahku masih bercanda.

"Kalo pake 'S' berarti dingin, Dri" balasnya. "Beneran ini. Seriusan" kata Rafli lagi. "Lo malah bercanda"

"Suara bebek kan?" tanyaku berusaha memastikan.

"Iya"

"Ilen itu, bukan makhluk begituan" kataku santai.

"Malah Ilen. Ini bener-"

"Udah! Lo omongin terus malah dateng nanti" kataku memperingatkan Rafli.

"Ilen nya?" tanya Rafli.

Kampret!!, batinku.

Sebenarnya aku tidak suka membahas tentang suara bebek yang berarti ada 'mbak kuns' karena,...
Dulu aku juga pernah mengalami hal yang sama. Sialnya, aku malah mencari sumber suara itu. Pikirku waktu itu, 'Lumayan kan kalo ditangkep, besoknya dimasak bebek goreng'. Kalau aku tahu ternyata itu adalah hal begituan, tentunya aku tidak akan mencarinya.
Dan sialnya lagi, waktu itu suaranya semakin lama semakin jauh. Kalau yang dikatakan Rafli tadi benar, itu kan berarti...

"Gue ada cerita lagi, yang waktu kita berlima nginep di rumah Tedi" kata Rafli lagi.

"Bukannya rumah Tedi yang paling 'aman' ya? Yang kapan?" tanyaku memastikan. "Lo sering nginep dirumah Tedi ya?"

"Sembarangan!" bantahnya.

"Trus yang kapan?" tanyaku. "Seinget gue kita berlima nginep dirumah Tedi sekali doang, pas dia ulang tahun, itupun juga dipaksa sama dia. Dan waktu itu gak ada kejadian apa-apa"

"Eh, lo belum denger cerita gue" tambah Rafli berusaha meyakinkan.

"Setannya apa'an? Vampir Cina?" tanyaku lagi.

"Lo dengerin dulu deh" balas Rafli. "Jadi waktu itu,..." dia mulai bercerita. "Gue kan kebangun, lupa gue jam berapa itu, pokoknya lo semua udah pada tidur. Gue kan kebelet, pas mau ke wc, gak bisa, pintunya kehalangan Tedi. Gue gak tau kenapa dia bisa sampe kesana, awalnya dia tidur di atas kasur kan"

"Iya emang" jawabku. "Cuma dia yang tidur di atas kasur"

Tuh orang tidurnya model kayak gimana ya? Rusuh banget kayaknya, pikirku.

"Nah, karna gue gak bisa ke wc di kamarnya, gue keluar kamar deh. Ke wc deket dapur" jelas Rafli.

"Ya, terus?"

"Perlu gue ceritain proses gue kencing gak?" tawar Rafli.

"Gak usah! Langsung intinya aja" tolakku jijik.

"Pas gue kencing itu, gue kayak denger suara anak kecil lebih dari satu orang. Kayak lagi main gitu" ceritanya lagi. "Gak ada anak kecil kan dirumah itu. Tedi gak punya adek kan, dia anak tunggal kan"

"Salah denger kali lo, masih agak ngantuk" bantahku yang masih berusaha tidak percaya. "Atau mungkin itu suara anak tetangganya"

"Mana ada anak kecil malem-malem maen. Lagian suara nya juga jelas banget" kata Rafli meyakinkan.

Oke, ini mulai serem.

"Nah pas gue udah selesai. Gue kan mau langsung balik kekamar aja. Takut anjir!!" katanya. "Tiba-tiba disofa ruang tamu gue lihat..." kata-kata Rafli menggantung.

"Apa'an?"

"Tiba-tiba om Bram menatap dengan tatapan tak biasa..."

"Woi! Woi!!" potongku. "Lo mau cerita apa'an? Kenapa tiba-tiba ada om Bram segala? Nama lo Sinta?"

"Hehehe..." balasnya cengengesan. "Namaku Sinta, ketika kita bersama~ Berbagi rasa, untuk selamanya~~"

"MATAMU!!"

Untuk menetralisir lagi, akan saya beri sebuah penjelasan dan contoh cerita tentang Sinta dan Om Bram. Takutnya kalian ada yang tidak tahu.

Jadi bisa dibilang kisah Sinta dan om Bram ini adalah salah satu cerita esek-esek yang klasik. Sudah umum dua nama itu menjadi nama tokoh di dalam sebuah cerita esek-esek.
Baiklah, akan saya beri contoh saja. Di bawah ini contohnya.


Kisah Sinta

Namaku Sinta, umurku 16 tahun. Sejak ibuku meninggal, aku tinggal di rumah om-ku, om Bram.
Suatu hari, saat aku pulang dari sekolah, aku merasa gerah sekali karena cuaca yang sangat panas kala itu.
Lalu kutanggalkan bajuku satu persatu, dan masuk ke kamar mandi.
Namun apa yang terjadi, om Bram menatapku dengan tatapan yang berbeda.

-Bersambung-

Intinya apa? Jadi cewek jangan kegatelan!
Kenapa om Bram menatap degan tatapan yang berbeda?
Ya karna pintunya gak ditutup, BANGSAT!!

"Tapi pengalaman yang paling serem itu yang di rumahnya Jose sih" celetuk Rafli lagi.

"Iya, gue setuju" balasku menyetujui.

Nah, kalau pengalaman di rumah Jose, itu dialami oleh kami berlima secara bersamaan. Kalau cerita yang sebelumnya hanya dialami oleh diriku sendiri atau hanya oleh Rafli seorang, kalau yang ini benar-benar menyeramkan dan dialami oleh kami berlima sekaligus.
Diawali dari saat aku, Rafli dan Tedi pulang dari membeli makanan untuk menemani kami begadang di rumah Jose saat itu. Jose dan Samuel tidak ikut membeli makanan. Ketika kami hampir sampai di rumah Jose, saat itu kami melewati rumah di sebelah rumah Jose terlebih dahulu atau bahasa sederhananya adalah rumah tetangga Jose.
Rumah itu terlihat seperti sedang mengadakan pesta karena dari luar terdengar ramai sekali. Tidak hanya aku, Rafli dan Tedi juga menyadarinya. Tapi saat Tedi bertanya pada Jose, tetangga sebelah sedang mengadakan acara apa? Jose justru bingung dan menjawab kalau rumah sebelah itu hanya dihuni sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak, tapi saat itu rumah itu sedang kosong karena tadi pagi istri pemilik rumah meninggal dunia dan siangnya, si suami itu pergi ke luar kota untuk mengurus jenazah istrinya bersama saudara yang tinggal di luar kota. Seketika suasana jadi hening, kami berlima terdiam.
Sebagai catatan ya, rumah Jose itu ada di paling pojok. Jadi yang dimaksud pasti rumah yang sama, tidak mungkin salah.

Belum berakhir disana. Aku tadi bilang kalau ada pengalaman menyeramkan yang melibatkan kami berlima bukan.
Nah, pengalaman itu terjadi beberapa jam setelahnya. Kami berusaha menghilangkan ketegangan tadi dengan menonton film saja. Tapi entah siapa yang memberi ide, setelah menonton satu film bergenre action, pada akhirnya kami malah menonton film horor. Dan pada saat kami sedang asyik menonton, filmnya juga sudah hampir selesai. Tiba-tiba ada sebuah staples yang terlempar dari arah belakang kami. Kami yang sedang duduk berjejer berlima tentu saja bingung harus bagaimana. Tapi yang pasti, yang ada di otak kami sama, 'Siapa yang melempar staples itu?'

Kalian pikir itu sudah selesai? Belum.
Keesokan harinya, karena tidak bisa tidur dengan nyenyak. Akhirnya aku terbangun sekitar pukul tujuh kurang.
Tapi ternyata tidak hanya aku yang sudah bangun, Samuel juga. Akhirnya aku dan Samuel memutuskan untuk duduk-duduk saja di ruang tengah sambil membuka lebar-lebar pintu depan agar udara pagi yang segar bisa masuk. Kenapa tidak duduk-duduk di luar saja? Di teras? Masih takut dengan rumah sebelah.
Sambil menikmati udara pagi aku dan Samuel mengobrol tentang apa saja dengan tujuan untuk menghilangkan memori buruk semalam. Sedang asyik-asyiknya mengobrol, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seperti sedang terburu-buru di tangga yang menghubungkan lantai satu dengan kamar Jose. Suaranya sangat jelas karena tangganya adalah tangga kayu. Saat aku dan Samuel menoleh, tidak ada siapa-siapa.
Aku dan Samuel berfikiran sama, 'Tidak perlu dibahas'. Jadi kami mengobrol lagi. Tapi suara langkah kaki itu terdengar lagi, dan kali ini ditambah dengan suara anak kecil yang tertawa-tawa.
Karena mulai kesal, langsung kuteriaki saja,... 'JANCOK!! WES ISUK! JEK RAME AE'. Suara itupun langsung menghilang.
Ya, gimana ya. Habisnya kesel sih, maksudnya udah jam 7 kan, udah terang, kok masih gangguin aja.
.
.
.
.
.
.
.
"Gimana?" tanyaku.

"Apanya?" tanya Rafli balik.

"Mie-nya lah" balasku.

"Enak kok" jawab Rafli.

"Tapi lebih enak buatannya pak Syamsuri ya" kataku. "Padahal di iklan, katanya mie ini lebih enak daripada mie ayam favorit"

"Alah, kalo laper semuanya kerasa enak, Dri" sahut Rafli.

Hmm, ya sudahlah.

"Eh, kalo hari ini lo ulang tahun..." kata-kata Rafli menggantung. "Berarti beberapa jam lagi oshi lo ulang tahun ya" tambahnya untuk sekedar meledek. "Ups, mantan oshi ya... oorggghh... Uhuk uhuk! Dri tolong ambilin minum, Dri"

"Makanya, kalo ngomong jangan sambil makan" nasehatku sambil menyodorkan segelas air padanya. Eh, kebalik ya. Yang bener, jangan makan sambil ngomong ya. Ya udah lah ya. Bodo amat.

Sial!
Gara-gara ledekan Rafli tadi aku jadi kepikiran lagi.
Bagaimana kabarnya sekarang ya?
Terakhir aku bertemu dengannya saat di cafe bersama dengan kak Melody dan Shania.
Dan katanya waktu itu dia akan pergi liburan. Kemana ya?
Kamu dimana? Aku rindu. Kak V-

Tunggu, kenapa jadi gini sih?

"Lo gak mau ngucapin selamat ulang tahun ke dia?" tanya Rafli tiba-tiba. "Ngucapin lewat twit**ter gitu"

"Kayak fans susah aja ngucapin lewat twit**ter, temuin langung lah" balasku.

"Temuin dimana? Kan udah bukan member" tanyanya lagi.

"Ke rumahnya lah" balasku lagi.

"Halah, kayak yang berani aja, nanti ketemu beneran malah gesrek" ledek Rafli.

Tau aja si kampret, batinku.
.
.
.
.
.
Sekarang kami sudah selesai makan, dan sudah kembali ke kamar Rafli . Rafli sibuk menonton TV, sedangkan aku, aku kembali disibukkan dengan laptopku.
Melakukan apa?
Menonton Sixteen lagi? Tidak.
Menonton anime? Bukan.
Menonton bok-. Jelas Bukan.
Lalu apa yang kulakukan?
Ya menulis cerita ini lah.

"Kita masuk,... Alis Chalenge...!!" terdengar suara dari TV yang sedang ditonton Rafli.

"Gracia kan alisnya keren tuh, kalo kena 'Alis Chalenge' kira-kira gimana ya?" celetuk Rafli. "Dia bilang 'Sekali Lagi' pake alis gitu" tambahnya seperti sedang membayangkan sesuatu.

"Woi! Lo ngebayangin apa'an, Kampret!!" bentakku sambil menjitak kepala Rafli.

"Sakit, Dri" kata Rafli memelas sambil mengusap kepalanya sendiri yang bekas kujitak tadi.

"Jangan ngebayangin yang aneh-aneh soal Gracia! Gue hajar lo" ancamku. "Bayangin aja Sarah tuh, dia kan gak suka kena panas. Bayangin kalian lagi diluar, cuacanya lagi panas banget, terus karna Sarah-nya gak betah, dia ngajakin pindah kedalem. Sarah bilang 'Di dalem aja ya', kalo pake alis gimana kira-kira? Hehehe" tanyaku sambil tertawa karena aku mulai...

"Wei, anjir!! Lo sekarang yang ngebayangin aneh-aneh soal Sarah ya" bentak Rafli.

"Eh iya, bokap lo tau gak soal Sarah?" tanyaku.

"Gak tau kayaknya. Mereka gak pernah gue ketemuin sih" jawab Rafli.

"Bukan itu maksud gue. Kalo pas Sarah nginep di sini,.. lo berdua berisik gak?" tanyaku lagi.

"Eh?!! Iya juga ya. Ketahuan gak ya" balas Rafli yang baru sadar.

"Hahaha..."

KWEK! KWEK!! KWEK! KWEK!!

"Tiba-tiba gue ngantuk, Raf" kataku sambil mulai menarik kasur tambahan dari bawah tempat tidur Rafli dan mulai berbaring.

"I-Iya gue juga" balas Rafli lalu mematikan TV dan mulai naik ke tempat tidurnya kemudian menutupi dirinya sendiri dengan selimut.

Anjir!!
Suaranya tadi kedengeran jauuuuuhhh bangeeeet!

Bersambung.jpg




-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:

Kampretnya saya waktu ngetik part ini pas malem-malem. Orang rumah udah pada tidur semua dan,...
Ah, udahlah.

Di part kali ini gak pake mulustrasi karena memang gak ada member yang muncul kan.
Sebenernya bisa aja sih masukin mulustrasi waktu yang nonton video ssk, tapi biar kalian nebak-nebak aja. Yang ditonton itu videonya siapa aja. Sebenernya ditonton semua sih, tapi saya lebih milih untuk sebagian aja biar gak bosen. Saya pilih yang menurut saya menarik. (Dan mungkin nanti akan muncul ke cerita)

Bahas kasus mafia bola lagi ah.
Gak mungkinlah berhenti di nama Joko Driyono doang ya. Kan di Mata Najwa aja udah disebut-sebut terus inisial IB, IB, IB.
IB itu siapa lagi kalo bukan Iwan *udiyanto (Namanya saya hilangin satu huruf kok).
Dan yang ngerti bola pasti tau lah kalo IB itu sebenernya emang bajingan.

Bahas UCL aja deh, prediksi saya (bukan firasat lho ya) yang juara nanti, saya dukung dari pemenang laga antara Ajax sama Hotspurs. Entah siapa yang lolos ke final antara dua itu, itu yang saya dukung.
Ngerti nggak?
Nggak?
Ya udah. Bodo amat juga.

Oh iya, ada yang nonton Endgame hari ini juga?
Saya bingung lho, kenapa buru-buru sih?
Emang kalo nontonnya besok-besok, endingnya beda?
Kan enggak juga



Makasih
• TTD H4N53N

*BONUS

wekawekaweka, cekakak!
1000.jpg


BTW, ada yang bisa nyebutin gak video member siapa aja yang tadi ditonton?
 
Oh iya, ada yang punya videonya JC enggak ya?

JC itu Jinan Cindy kan. Iya kan, iya dong. Kan dulu JCC, Jinan Cindy Christy. Kalo JC berarti Jinan Cindy doang kan.

Kenapa? Salah?
Yang bener apa dong?:pandaketawa:
Maap ya saya team cinay:senam2::senam2:
 
JADI INTINYA TUH ADRIAN KANGENNYA SAMA MAMAH VE, HUEHUEHUE.

Mantap suhuu
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Jangan lama" ya suhu upnya penggambaran greshan disini kayak di RL sesungguhnya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd