Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Bimabet
Part 18: Welcome To Netherland


Ya, Welcome To Netherland.


((Malah ngulang judulnya))


Kenapa?
Kenapa Welcome To Netherland?
Karena ini cerita tentang Adrian.
Kalau Alice, In Wonderland.
Kalau Peterpan, In Neverland.
Kalau NOAH, 5 Benua 2 Negara eh, 2 Benua 5 Negara maksudnya.
Ah, yang terakhir itu agak melenceng yah... Bodo amatlah.


Netherland.
Belanda. Negara yang dulu menjajah negara kita, Indonesia.
Berapa lama?

((350 tahun..!! 350 TAHUUUNN!!!!))

Santai dong, santai.

Iya, benar. 350 tahun. Tapi,...
Pertanyaannya sekarang adalah,... Benarkah selama itu?
Tidak ditambah atau dikurangi?
Bisa saja lebih lama,... 352 tahun mungkin (352 itu seperti formasi bola). Atau lebih sebentar,... 314. Atau malah tidak sampai 300 tahun. 227 tahun mungkin. (314 dan 227 itu mengingatkan pada rumus lingkaran).
Tapi jika kenyataannya bukan 350 tahun, kenapa angka 350 yang dipilih? Agar supaya para murid di sekolah mudah dalam mengingatnya saat mempelajari tentang sejarah?
350 tahun, atau bisa dibilang 3,5 abad. 3,5 abad dan 3,5 tahun. Mudah untuk diingat bukan.

Maksudku,... 350 tahun... Itu berapa generasi?
Jika kita beranggapan usia manusia rata-rata adalah 70 tahun, 350 dibagi 70 itu adalah 5. Selama 5 generasi negara kita dijajah.
Apa orang-orang kita dulunya sebodoh itu sampai harus selama itu mereka dijajah?
Atau para penjajah yang bodoh?
Karena katanya negara kita melawan para penjajah hanya menggunakan bambu runcing. Oh, ayolah... para penjajah bisa dengan mudah menembak orang-orang yang membawa bambu runcing dari kejauhan. Lagipula, bukankah harusnya lebih baik menggunakan sesuatu yang membuat bambu itu menjadi runcing daripada bambu runcing itu sendiri. Tidak mungkin bambu itu bisa menjadi runcing dengan sendirinya bukan. Paham maksud saya?

Lalu sebenarnya siapa yang bodoh? Orang-orang dulu atau para penjajah?
Atau malah saya? Untuk apa saya memikirkan hal ini?
Atau mungkin kalian? Mau-mau saja kalian membaca opening seperti ini.

Jadi,... seperti apa sejarah yang sebenarnya?
.
.
.
.
.
Oke, cukup dengan openingnya.
Kita kembali ke cerita.

Belanda. Beruntung aku ke Belanda, bukan ke Korea Utara.
Memang ada apa dengan Korea Utara?
Sebenarnya tidak ada apa-apa sih. Korea Utara hanya terang-terangan saja. Mereka mengakui kalau mereka memang membuat dan memiliki senjata nuklir dan juga melakukan latihan militer setiap hari.
Intinya, mereka hanya bersiap-siap untuk sebuah kemungkinan terburuk yang mungkin bisa terjadi kapan saja tanpa sebuah peringatan sebelumnya, yaitu... Perang Dunia ketiga.

Bagiku, Korea Utara masih lebih baik daripada Amerika Serikat atau Rusia. Karena bagiku, kedua negara itu sedikit munafik. Tidak ada jaminan kalau mereka tidak membuat senjata nuklir juga bukan.
Dan ada beberapa alasan lain kenapa aku tidak terlalu suka dengan kedua negara itu. Apa saja? Akan kujelaskan.
Pertama Rusia, bahasa dan tulisan disana sedikit sulit dimengerti. Maksudku, lihat saja huruf-hurufnya.
Lalu Amerika, orang-orang Amerika kalau membuat film itu sepetinya kurang cerdas. Contohnya, ada hewan buas... Okelah kalau ular memang harus diburu. Mereka di darat, bisa memangsa manusia. Apalagi kalau ularnya berjenis anaconda yang ukurannya sangat besar. Tapi,.... kalau ada ular yang entah kenapa 'bermasalah' dengan buaya, kenapa para manusianya harus ikut campur? Biarin aja. Itu urusan mereka, kita tidak perlu ikut campur?
Itu kalau ular. Kalau hiu? Kenapa harus repot? Kenapa harus mempersulit diri? Tinggal tidak perlu ke laut saja kan.
Dan juga, sepertinya semua bencana alam terjadi di Amerika sana,.. gempa bumi, gunung meletus, tsunami, angin topan, tornado (angin topan dan tornado hampir sama sih). Ya udah lah, Bodo amat.
Belum lagi disana ada serangan zombie, alien juga selalu mendarat disana (jago bahasa inggris semua lagi aliennya). Pariwisata mereka buruk sepertinya.

Berbeda jika orang Indonesia membuat film, bisa dijadikan media promosi untuk pariwisatanya. Dulu ada film Laskar Pelangi, membuat orang-orang ingin pergi ke Belitung. Atau yang lumayan baru, film Susah Sinyal. Membuat orang-orang ingin pergi ke Sumba.
Ehm,... Ya sudahlah ya.

Tapi sejujurnya,... Aku tidak begitu suka juga sih dengan negara Belanda ini. Meskipun aku lahir di sini. Aku punya beberapa alasan untuk itu.
Yang pertama adalah cuaca. Aku pernah bercerita kalau aku tidak terlalu suka dengan hawa dingin bukan. Dan disini, hawanya selalu terasa dingin meski saat musim panas sekalipun, sekitar 20°C-25°C. Suhu udara di jakarta saat dini hari saja masih berkisar 27°C lho. Tidak adil kan.
Alasan kedua, seingatku tidak ada kenangan atau pengalaman yang menyenangkan selama dulu aku berada disini. Sebenarnya ada sih yang menyenangkan, tapi sedikit. Alasannya adalah karena kakekku, dia memberikan sesuatu yang tidak terlalu aku sukai. Mengajariku untuk 'melindungi diri'. Melindungi diri dari kejamnya dunia ini. (Apa'an sih).
Sebenarnya itu hal yang baik. Dengan catatan, jika dilakukan dengan cara yang baik juga. Tapi yang dia lakukan hanya mengajariku cara untuk 'melindungi diri' sejak aku masih berusia sangat kecil. 6 tahun lah kira-kira.
Bagaimana caranya? Dia hanya mengatakan kalau akan mengajariku sesuatu dan memberi saran agar aku selalu mengikuti instingku saja, lalu kemudian dia mulai menyerangku,... ralat. Menghajarku. Dan seperti yang pernah aku ceritakan pula, pukulan kakekku sangat menyakitkan. Tidak hanya pukulan, tendangan juga. Kakekku tidak pernah segan pada siapa saja termasuk padaku, cucunya sendiri. Banyak sekali keringat dan darah yang kuteteskan saat aku 'dilatih' olehnya.
Ya, hanya keringat dan darah. Kalian pikir kakekku akan membiarkanku meneteskan air mata? Ah, itu sama saja dengan bunuh diri.
Yang beruntung adalah, aku melalui 'latihan' seperti itu hanya saat aku liburan sekolah saja. Jadi aku tidak perlu mengalami hal itu setiap hari. Dan lebih bagusnya lagi, saat aku masuk SMA, atau lebih tepatnya saat ayah mengatakan kalau kakek meninggal yang pada akhirnya aku tahu kalau info itu adalah info yang tidak berguna. Saat itu aku juga berfikir kalau, 'Akhirnya aku tidak perlu lagi berurusan dengan tua bangka sialan itu'. Kesannya sedikit kurang ajar memang jika aku memanggilnya seperti itu, tapi jika kalian mengalami apa yang aku alami,... mungkin kalian akan langsung mengerti kenapa aku memanggilnya seperti itu. Jadi anggap saja itu tadi adalah panggilan kesayanganku untuknya. Dan yang paling menjengkelkan adalah,... Ternyata dia selama ini masih hidup? Aku harus marah kepada siapa?
Sudahlah, sekarang aku akan menjelaskan alasan selanjutnya. Alasan selanjutnya adalah,... alasan ketiga ya...


((Iyaa!!))


Ini penulisnya daritadi nyahut mulu ya.


Lanjut, alasan ketiga kenapa aku tidak terlalu suka negara ini adalah,... Orang-orang disini. Orang-orang disini tinggi-tinggi semua, tinggiku memang diatas 170cm. Dan itu sudah cukup tinggi untuk ukuran tinggi rata-rata orang Indonesia. Tapi akan lain ceritanya jika tinggiku dibandingkan dengan tinggi orang-orang disini, jelas aku akan terlihat pendek. Rasanya jadi seperti Luffy, Luffy memiliki tinggi diatas 170cm (173cm kalau tidak salah), tapi di dunia One Piece Luffy terlihat seperti orang yang pendek bukan.
Oke, alasan terakhir. Aku tidak suka negara ini karena orang-orang disini tidak tahu terimakasih. Yang mereka tahu adalah thank you dan dank je wel. Haha, bercanda.


Sebenarnya aku bisa berbahasa Belanda. Tapi,.. karena aku sudah lama tidak menggunakan bahasa Belanda (dan memang tidak terlalu fasih juga) jadi lidahku sedikit kaku dan vocab-ku jadi sedikit kurang jelas. Intinya,.. aku sedikit mengerti jika ada orang yang berbahasa Belanda, tapi aku tidak bisa mengucapkan bahasa Belanda dengan baik dan benar. Jadi,.. Ya begitulah.
Bahkan saat aku tadi memesan taksi dengan berusaha menggunakan bahasa Belanda sebisaku, si supir taksi malah mencelaku dengan mengatakan 'Your Dutch is SUCK!!' kemudian dia berbahasa Belanda yang tidak terlalu aku mengerti. Dia mengatakan, 'Gelukkig ben je knap'. Seingatku itu yang dia katakan. Entah apa artinya. Yang pasti, sepertinya dia membicarakan tentangku.

Oh iya, daritadi aku belum menjelaskan kalau aku sekarang sudah berada di dalam taksi ya? Maaf maaf.
Aku sudah sampai di Belanda dan,.. Oh iya! Perjalananku tadi cukup menyenangkan karena ada beberapa majalah yang bisa kubaca dan aku bisa menonton film juga. Sehingga itu bisa membunuh rasa bosanku. Ya pasti ada rasa bosannya lah, sekitar 14-15 jam di atas pesawat.
Dan sekarang disinilah aku, di dalam taksi menuju rumah kakekku. Di Den Haag. Jadi aku naik taksi dari bandara Schiphol yang ada di Amsterdam menuju ke rumah kakekku yang ada di Den Haag.


Ngomong-ngomong soal Den Haag. Aku ingin bertanya, apa kalian pernah mendengar tentang KMB? KMB adalah singkatan dari Konferensi Meja Bundar.
Dan bagi kalian yang belum tahu, Konferensi Meja Bundar itu diadakan di,... meja yang bundar.


((ya iyalah, KAMPRET))


Nih daritadi penulisnya gak diem apa?
Lo kenapa ngikut kesini sih, kampret?!


((...))


Lah, sekarang gak mau jawab dia.


((Tadi katanya suruh diem))


Bodo amatlah.


((Sebenernya gue gak ngikut lo kok. Cuma suara gue aja. Lagian suka-suka gue lah, kan yang bikin cerita gue))


Huft~
Aku sedikit menghela nafas.


Oke, maaf. Kita ulangi ya.
Sampai mana tadi?


((KMB))


Konferensi Meja Bundar itu diadakan di Den Haag. Bukan Nuernberg.
Kenapa tiba-tiba Nuernberg?
Bodo amatlah.

Tunggu, sepertinya kalian menyadari sesuatu ya.
Kalau aku tidak fasih berbahasa Belanda bagaimana aku akhirnya bisa memesan taksi dan akhirnya memberikan alamat rumah kakekku?
Mungkin itu yang kalian pikirkan bukan. Atau malah tidak sama sekali?
Jawabannya adalah,... itu karena ulah ayahku. Bagaimana bisa? Karena di dalam saku jaket yang kukenakan saat ini, jaket yang dibelikan oleh ayahku, salah satu dari beberapa pakaian yang dia masukkan dalam tas yang dia berikan. Di saku jaket ini ada selembar kertas yang berisi alamat rumah kakekku. Entah dia sudah memperkirakan kalau aku akan memilih jaket ini saat membuka tas tersebut atau memang dia sudah memasukkannya ke dalam setiap saku pakaian yang dia belikan.
Yang jelas jadi masalah sekarang adalah,... Aku baru sadar kalau aku tidak memiliki uang untuk membayar taksi ini. Ya, mau bagaimana lagi. Saat aku tiba di bandara tadi tidak ada seorang pun yang menjemputku. Mungkin ayahku lupa tidak memberitahu pada kakek kalau aku akan datang atau bagaimana. Entahlah.
Nanti aku tinggal meminta kakekku untuk membayar uang taksinya.
.
.
.
.
.
.
.
"Just a sec" kataku pada supir taksi begitu kami sudah sampai di tempat tujuan. Rumah kakekku, di depan pagar- Eh... gerbang. Gerbang rumahnya lebih tepatnya. Dan gerbang ini masih kelihatan besar dan tinggi sekali.

Kutekan bel rumah agar orang yang berada di dalam rumah ini keluar, tapi yang kudapat hanya sebuah pertanyaan yang terdengar dari suara intercom.

"Wie is daar?"

"Ad-"

Oh, sial!
Jika aku menyebutkan nama 'Adrian' mereka tidak akan membukakan gerbang. Tapi,... aku benci jika harus mengatakan hal itu.
Ah! Aku tahu.

"It's me. I want to meet Draak" jawabku. "Yeah,.. You know"

Tak lama, pintu gerbang ini terbuka dan dari dalam keluarlah seorang perempuan cantik menggenakan pakaian seperti pelayan. Tapi bukan pakaian maid seperti dalam anime-anime itu. Pakaian pelayan itu lebih seperti pakaian yang harusnya dikenakan oleh seorang pria. Untuk atasannya menggunakan kemeja putih dengan ditambah jas berwarna hitam dan juga diperindah dengan sebuah dasi kupu-kupu, untuk bawahannya dia mengenakan celana kain. Intinya seperti crossdress maid.

Selera pakaian yang aneh, batinku.

Perempuan itu kemudian membayar uang taksiku dan mempersilahkanku untuk masuk ke dalam mengikutinya.
.
.
.
Halaman rumah ini masih terasa luas saja, batinku saat berjalan melewati halaman rumah kakekku.

Padahal aku kira halaman ini akan terasa sedikit sempit saat aku sudah tumbuh dewasa, tapi ternyata tidak. Masih sama saja.

Merepotkan saja. Aku harus berjalan jauh dari gerbangnya untuk bisa sampai dan masuk ke dalam rumahnya. Belum lagi aku harus memutari kolam air mancur dulu karena jalan setapak yang kulalui ini melewati sebuah kolam air mancur. Fungsinya untuk apa coba? Hiasan?
Tapi kalau diperhatikan lagi,... memang ada banyak sekali hiasan di halaman rumah ini. Ada beberapa patung besar yang kalau kita lewat di depannya mereka diam saja. Tidak seperti di dalam game-game yang kalau kita lewat di depan patung itu, patungnya akan bergerak dan menyerang kita, kan keren. Tapi yang paling tidak berguna sepertinya adalah sebuah tiang bendera yang ada di halaman rumah ini. Halaman yang sangat luas, lebih mirip seperti sebuah lapangan. Apalagi ada tiang bendera itu, jadi membuatnya mirip seperti lapangan upacara. Sebenarnya tiang bendera itu untuk apa sih? Ada tiang bendera tapi tidak ada bendera yang berkibar di atasnya.
.
.
.
Dan,... di dalam rumah ini ternyata ada cukup banyak perempuan yang berpakaian seperti perempuan yang tadi menjemputku di depan. Jumlah mereka mungkin ada belasan. Atau mungkin puluhan? Aku tersesat atau bagaimana? Ini rumah kakekku atau asrama perempuan? Para perempuan itu seperti sedang melakukan pekerjaan rumah, ada yang sedang menyapu, ada yang membersihkan lukisan atau guci. Apa mereka itu asisten rumah tangga disini? Dan yang mereka kenakan itu adalah sebuah seragam?

"Jonge meester" suara perempuan yang menjemputku tadi mengagetkanku dari lamunan.

"Ah, sorry. I don't speak Dutch. So, English please" balasku yang tidak mau direpotkan dengan harus berbahasa Belanda. "Where is he? Where is my grandad" tanyaku kemudian.

"Follow me" jawab perempuan itu sambil melangkah duluan.

Oh iya, aku belum menjelaskan siapa perempuan ini ya?
Aku juga tidak tahu sih, tapi mungkin dia yang selama ini merawat kakekku. Maksudku karena dia ada di rumah ini, memakai pakaian seperti itu. Tapi,... sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat.


"He is inside" kata perempuan tersebut saat kami sudah sampai didepan sebuah ruangan yang pintunya.


Jika aku tidak salah ingat, ruangan ini adalah kamar kakekku. Awalnya aku berniat mengetuk pintu kamarnya, tapi... Kurasa itu tidak perlu.


Aku langsung membuka pintu ruangan itu dan sedikit terkejut saat mengalihkan pandanganku kearah ranjang. Disana terdapat dua orang yang terkulai tak beraturan dengan selimut menyembunyikan tubuh dua orang tersebut. Tapi kakekku bukan salah satunya, karena dua orang yang terkulai itu keduanya adalah perempuan. Perempuan yang masih muda, mungkin seumuran dengan perempuan yang mengantarkanku tadi.


"Ah,... Welkom Thuis, mijn kleinzoon. Welcome Home, Eden" sapa seseorang tiba-tiba, menyadarkanku dari lamunan.


CK! Dia menyebutnya.


"De nieuwe opa wil je ophalen op het vliegveld" tambahnya.


Ya, yang menyapaku tadi adalah kakekku.
Entah apa yang dia katakan setelahnya, tapi sepertinya itu dusta.

"Grandpa,... English, pleasee..." balasku malas.


"Hahaha,.. Sorry, sorry" jawabnya.


Aku sedikit melirik kearah ranjang dimana terdapat dua orang perempuan yang tetkulai lemas tadi. Hanya dengan melihatnya saja, aku sudah bisa menyimpulkan. Kalau tadi aku datang 15 menit lebih awal, dan aku langsung masuk seperti tadi tanpa mengetuk pintu,... Pasti aku akan langsung mendapatkan pemandangan yang tidak menyenangkan di depan mataku.
Ah, tidak perlu sampai kesitu. Mungkin saat aku menaiki tangga, aku sudah bisa mendengar suara yang tidak asing lagi. Suara yang dulu sering aku dengarkan dari Manda (yah, kesebut), lalu aku juga sering mendengar dari Vanka atau Stefi. Dan akhir-akhir ini aku lebih sering mendengar dari Gracia. Kalian pasti paham kan.


"Why? Do you want too?" tanya kakekku tiba-tiba.

"WHAT?! NO!" tolakku cepat.

"Why? Ah... You under 18 right?"


"No, I'm not"


Dia kakekku atau bukan sih?
Usia cucunya sendiri dia tidak tahu?


"So,... Why?"

"Eehhh,..." aku berusaha mencari alasan. "I'm tired" jawabku sekenanya. "Jet lag"

"Oh, OK" balas kakekku. "If you want it. You only have to tell me" tambahnya kemudian.

Apa yang ada dipikirannya itu?
Dia menawarkanku untuk,...
Ah, iya. Ini Belanda, hal seperti itu sudah biasa. Asalkan sudah cukup umur.

"Amandee, bawa Eden ke kamarnya" kata kakekku lagi.

"Ok, Mijnheer" jawab perempuan yang tadi mengantarkanku. "Volg mij, jonge meester van Eden" katanya lagi padaku.


van Eden?
Perasaan namaku yang kulihat di paspor, van D...

"Oh iya,.. Amandee. Probeer hem opnieuw aan te bieden" kata kakekku lagi.

"Ok, Mijnheer" jawab perempuan itu lagi.


Mereka melakukan percakapan yang tidak aku mengerti artinya. Tapi,.. aku bisa menangkap garis besarnya.

Kemudian aku diantarkan perempuan yang dipanggil 'Amandee' itu tadi menuju kamarku. Maksudku kamarku yang berada di rumah ini. Meskipun tanpa diantarkan pun aku bisa sendiri. Aku masih mengingatnya.


Tunggu dulu.
Amandee?
Apa itu nama perempuan ini?
Kenapa namanya mirip dengan,....
Ah sudahlah.
.
.
.
"Alsjeblieft, jonge meester van Eden" kata perempuan itu sambil mempersilahkanku masuk.


"ENG...LISH.." sahutku.

Aku melihat sekilas keadaan kamarku. Tidak banyak yang berubah sejak terakhir aku kemari. Tetap tidak ada AC, karena takut AC-nya kalah cool denganku. Tetap bersih juga.

"Mijnheer vertelt ons altijd om het schoon te maken. Hij wacht altijd op je terug" kata perempuan itu tiba-tiba.

Aku langsung melangkah masuk ke dalam kamarku. Tidak terasa pengap juga, yang artinya kamar ini memang selalu dijaga kebersihannya.

"Stop right there!" cegahku sebelum perempuan tadi mengikutiku masuk ke dalam kamarku. "Close the door" tambahku.

"But-"

"I'm tired. I need rest. And,.. I want to sleep" kataku menegaskan.

"You don't want me to sing 'Nina Bobo'?" tawarnya tiba-tiba.

"Heh?! What... NO!" tolakku. "Close the door. Please.." pintaku kemudian.

Pada akhirnya dia menurutiku dengan menutup pintu kamarku dan meninggalkanku sendirian di dalam kamar.

"Nina Bobo? Memangnya aku anak kecil?" gumamku sambil meletakkan tas-ku di lantai.

Lagipula namaku Adrian, kenapa harus dinyanyikan 'Nina Bobo'?
Aku kan bukan 'kesayangan'nya Rafli. Hehe. Rafli di rumah pasti langsung bersin-bersin.

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

Ngomong-ngomong soal di rumah,...
Shani bagaimana ya?
Apa lebih baik aku menelfonnya saja, pikirku.

Tapi,...
Disana mungkin sudah masih malam hari, dia pasti sedang beristirahat. Apa besok saja ya?, pikirku bimbang.

Akhirnya kuputuskan untuk mengirimkan chat saja pada Shani kalau aku sudah sampai di Belanda dengan selamat, kemudian aku memilih untuk langsung tidur saja. Kurebahkan tubuhku di atas ranjang kamarku dan menarik selimut karena merasa dingin, tapi aku merasa kurang nyaman, mungkin aku merasa gelisah karena tadi batal menelfon Shani.


Aku mencoba untuk tidur dengan posisi lain, kumiringkan badanku dan,...
Tunggu, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal di saku celanaku.
Kurogoh saku celanaku mencoba mencari tahu sesuatu yang mengganjal tersebut, dan saat aku berhasil mengeluarkannya, ternyata itu adalah,... pick gitar. Ya, pick gitar. Pick gitar dari Gracia.

Hmm,... seandainya aku membawa Gracia kemari, mungkin aku tidak akan merasa kedinginan..

Tunggu, apa yang kupikirkan?

Kuletakkan pick gitar tersebut di atas meja sebelah ranjangku dan kembali tiduran di atas ranjang dengan posisi miring. Lalu aku mencoba untuk menutup mataku, membayangkannya sedang tiduran juga di sampingku, dan kemudian aku sedikit bergumam,...

"Kamu lagi apa? Tunggu aku ya, Shan.."


wihs9wtd-o.jpg



Bersambung.jpg



-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Kembali membahas salah satu topik di part kali ini. Film dari Amerika. Film Hollywood.
Meskipun di Amerika sana ada banyak film tentang bencana alam yang terjadi disana, tapi itu tidak akan menghalangi masyarakat Indonesia untuk pergi kesana. Kenapa? Karna hal itu tidak akan membuat mereka merasa takut. Lalu apa yang membuat masyarakat Indonesia merasa takut?
Yang membuat masyarakat Indonesia merasa takut adalah,... 'apa-apa'.


Akan kuberi contoh,...
.
.
.
"Raf, besok jadi berangkat bareng kan?" tanya Adrian memastikan.

"Iya, jadi. Kalo gak ada 'apa-apa'. Insyaallah deh" jawab Rafli.

"Heh?! 'Apa-apa' itu apa sampe lo bisa gak jadi?" balas Adrian heran.
.
.
.

Masih kurang puas?
Perlu satu contoh lagi?

Baiklah,...

Siap semua?
Lighting siap?
Camera siap?
Roll. And... Break!!

"Woi.."

ACTION!!
.
.
.
"Mas, kamu hati-hati ya" ucap Shani mengingatkan seorang laki-laki yang akan sedang berada diatas motor bersiap untuk pergi. "Gak usah ngebut bawa motornya" tambahnya menghimbau.

"Iya, Shan. Kamu tenang aja ya" jawab Adrian dengan sebuah senyuman.

"Ya, aku kan khawatir. Takut dijalan nanti ada 'apa-apa' sama kamu" balas Shani dengan sebuah tatapan mesra.
.
.
.

Gimana?
Udah dikasih contoh sama Shani lho. Masa masih kurang juga?
Gak kan.

Jadi sebenarnya,...
'Apa-apa' itu apa sih?

Ada yang tahu gak? Gak ada kan.
Ada yang takut? Takut semua pasti.

Aneh ya, kalian takut terhadap sesuatu yang tidak ada.

Okelah kalo gitu, sampai ketemu lagi di catatan penulis selanjutnya kalau,... tidak ada 'apa-apa'.



Makasih
• TTD H4N53N
 
Terakhir diubah:
Ayo update kak ads, mumpung shani lagi pulang kampung jadi bisa berduaan aja kan sama gracia ?? Ehehehe
 
Dopost dan triple post ganda adalah suatu tanda akan update 2 part :spy:
 
Terakhir diubah:
Baiklah, sesuai janji.
Gak update ya

BTW, 2 final gak seru semua ya?
Yang satu gak punya mental juara, jadinya dihajar

Yang satu lagi, untung 0-2, kalo 0-1, gol nya menit awal, dari pinalti lagi. Apa gak bosen?
Jangan gitu laa huu kangen sumini nihhh :(

Kita doakan saja mang ujang perpanjang kontrak bek terbaik didunia "yang dipertuan agung raden mas sultan chris smalldiningrat"

BIG 6 EPL 18/19
1. Juara EPL
2. Juara UCL
3. Juara UEL
4. Runner-up UCL
5. Runner-up UEL
6. Rumput terbaik EPL

Champions of Europe we won it sixth time.
Allez! Allez! Allez! #YNWA
 
Terakhir diubah:
silent reader akhirnya muncul nih suhu! dulu sempat pengen komen di finding oshi tapi males, yauda lanjut baca aja :Peace:

udah komen gak lengkap kalo gak minta update, update dong!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd