Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Jadi adrian ngatain kelakuan para bapak bapak padahal nantinya dia juga bakal jadi bapak bapak juga wkkwkwk.

Sumpah ini gre pinternya kalo cuma disuruh shani doang apa iya?
Btw kalo kak ads jadi nginep, berarti shani dirumah sendirian dong ehehe.
 
Aku kembali ke tempatku, dimana aku memulai dan meninggalkan semua ketidakpercayaan.
Terlepas dari semua godaan, aku terus berjalan di jalanku sendiri.


Dan akhirnya aku di sini.
Aku adalah aku.
Aku mendefinisikan diriku sendiri.
Aku adalah alasan untuk segalanya.
Kenapa tidak?
Aku memutuskan,....



P-20191209-014914.jpg




Part 46: Homecoming


"Hooaaaammm..."

Tidak kusangka, aku benar-benar bisa terjaga tepat sebelum pukul 3 dini hari. Tepat sebelum siaran bolanya dimulai. Apa ini karena aku tadi 'berusaha' tidur mulai jam 9 malam ya?

Oh iya, memang. Memang pada akhirnya aku menginap di rumah Gracia karena diminta untuk menemani papanya menonton siaran bola seperti apa yang sudah dijelaskan sebelumnya. Mungkin bedanya hanya, aku tidak jadi tidur di kamar Ecen, bukan juga di kamar Gracia pastinya, aku bisa dibunuh orangtuanya kalau seperti itu. Aku tidur di kamar Aten. Karena Ecen kalau tidur rusuh, persis seperti cece-nya..

"Koh mau kemana?" tiba-tiba terdengar sebuah sebuah suara.

"Ya kan mau nemenin... Belum tidur?" tak kuselesaikan kalimatku namun balik bertanya kepadanya.

"Ga bisa nyenyak. Kebangun terus.."

"Ada apa?" tanyaku basa-basi. Padahal hal itu sebenarnya sudah terlihat jelas dari raut wajahnya kalau dia sedang memikirkan sesuatu.

"Ada yang mau aku omongin, tapi...."

"Cerita aja" sahutku. Sepertinya aku tahu ini akan mengarah kemana.

Aten lalu mengambil sesuatu dari dalam laci mejanya yang kemudian diserahkannya padaku.
Itu adalah sebuah foto. Foto lama. Foto yang memperlihatkan dua orang anak kecil, seorang gadis dan seorang bocah laki-laki yang sama-sama memakai topi ala natal dan duduk saling berhadapan di depan sebuah pohon natal. Kesimpulannya, foto ini diambil saat natal.

Aku bisa langsung tahu kalau gadis kecil di dalam foto tersebut adalah Gracia. Tapi aku tidak dapat melihat wajah si bocah laki-laki karena dia seperti berusaha menghindari kamera. Bahkan di foto ini terlihat kalau Gracia kecil sedang mengomeli si bocah laki-laki karena hal tersebut.

"Itu,... Bukan aku atau Ecen.." sahutnya kemudian.

Ya, meskipun aku tidak bisa melihat wajah si bocah laki-laki ini karena membelakangi, dan Aten bilang kalau itu bukanlah dirinya ataupun Ecen adiknya. Tapi aku bisa menebak siapa si bocah laki-laki di dalam foto ini.

"Di kamar cece juga ada foto kayak gitu" ucapnya lagi. "Kalo aku ga salah inget, di kacanya, di tempelin di pojokan.."

Sebenarnya aku tahu, aku sempat melihatnya sedikit tadi. Tapi karena terlalu fokus pada 'surat', akhirnya aku malah tidak terlalu memperhatikannya.

"Udah, ga usah terlalu dipikirin" balasku. "Mendingan sekarang tidur, daripada nanti dimarahin jam segini masih bangun.."

Dia langsung mengangguk dan menurutiku.

"Aku maunya kokoh aja yang jadi kakak ipar aku.." tambahnya ketika aku hendak membuka pintu.

Lalu saat aku berjalan melewati kamar kedua orangtua Gracia, samar-samar aku mendengar suara. Suara kedua orangtua Gracia.

"Papa kenapa sih pake minta dia nginep segala?"

"Dia itu anak yang baik, ma. Sopan sama orangtua. Bisa cepet akrab juga sama Aten & Ecen"

"Papa gimana bisa nilai? Papa kan baru kenal.. Bisa aja dia baik dan sopan karena papa itu ya papanya cece.."

"Dia dulu pernah nolongin papa,.. Sebelum dia tau kalo papa ini papanya cece.."

"Tapi bisa aja dia--"

"Udahlah, ma.. Lagian cece juga keliatan bahagia kok sama dia. Itu yang terpenting kan..."

Sudah sangat jelas, 'dia' yang mereka maksud adalah aku ini. Dan inti dari percakapan mereka adalah, mereka memperdebatkan tentang hubunganku dengan anak gadisnya. Papanya Gracia yang memang sudah keliatan jelas mendukungku. Lalu mamanya Gracia,... Sepertinya dia tidak begitu suka dengan hubungan tersebut atau hanya tidak suka denganku? Entahlah.

Sebenarnya tidak sekali ini aku tidak sengaja mendengar perdebatan soal hubunganku dengan Gracia di rumah ini. Kemarin malam, aku juga tidak sengaja mendengar perdebatan serupa, tapi berbeda subjek. Bukan suami istri, tapi ibu dan anak. Ya, kemarin malam aku tidak sengaja mendengar perdebatan antara Gracia dengan mamanya saat hendak mengambil sesuatu di dapur.
Intinya kurang lebih sama, tapi sepertinya ada yang satu hal yang berbeda, yaitu..

"Tapi wasiatnya--"

"Iya papa ngerti!! Papa ngerti, ma.. Sebelum dia meninggal, emang berpesan supaya cece nanti nikahnya sama cucu temannya itu. Tapi,... Untuk sekarang, biarkan cece bahagia dulu.."

Aku salah, inti percakapan ini sama saja. Awalnya memperdebatkan hubunganku dengan Gracia, lalu sampai pada permasalahan soal wasiat papa dari mamanya Gracia, papa mertua dari papanya Gracia. Ya, intinya kakeknya Gracia lah.
Yaitu soal, Gracia yang sebenarnya sudah dijodohkan.

Nah, sekarang sudah jelas kan.
Siapa bocah laki-laki di foto tadi.
Jika bukan Aten atau Ecen, maka kemungkinan besar dia adalah... Cucu dari teman kakeknya Gracia alias orang yang dijodohkan dengan Gracia.

Pertanyaanku adalah,.. Kenapa Gracia tidak pernah menceritakan hal ini sebelumnya?

Sudahlah, aku bisa pusing jika memikirkannya sekarang. Lebih baik aku segera turun saja dan menuju ke ruang keluarga.

Tidak lama setelah aku berada di ruang keluarga, papanya Gracia ikut menyusul.

"Wah,... Udah disini aja.." sapa papanya Gracia.

"Iya, om.." sahutku sambil tersenyum.

"Bagus.. Bagus..." dia menepuk-nepuk pundakku. "Kamu siapin minuman sama makanan ya, ambil aja sesuka kamu. Om mau ke toilet bentar.."

Sekarang aku sudah benar-benar merasa kalau ini adalah rumahku sendiri. Bebas ambil makanan dan minuman sendiri di dapur, bebas memilih lagi.
Yang aku ambil tentu saja,... Martabak yang tadi kubeli dooonngg... Ya kali udah beli, ga makan.

Aku jadi teringat, tadi saat akan membeli martabak ini, ada sedikit drama yang sebentar. Jadi, saat akan berangkat membeli sebenarnya Gracia ingin ikut, dengan alasan agar aku tidak salah beli. Tapi ternyata,... Dia tidak diijinkan oleh mamanya. Katanya sih mamanya ada perlu dengan Gracia.
Lalu, akhirnya Ecen mengajukan diri, tapi Gracia tidak terima. Gracia tidak terima karena dia tidak mau adiknya memakai helm 'miliknya'. Karena masalah itu, kemudian menimbulkan pertanyaan,... 'Enaknya berangkat naik apa?'

Singkat cerita, akhirnya aku tetap berangkat dengan Ecen, naik motor, tapi bukan motorku, motor papanya Gracia, dia meminjamiku. Dan... Ini poin penting, aku dan Ecen tidak memakai helm, sungguh tidak patut ditiru bukan. Apalagi papanya Gracia juga tidak menyerahkan STNK, kalau ditilang... Lengkap sudah.

Ditengah jalan aku pun berfikir, tanggung jawab yang diberikan padaku bukanlah hanya untuk menjaga Ecen, tapi juga menjaga motor. Sungguh beban.

Lalu beban bertambah lagi. Pada jaman serba inovasi seperti sekarang ini, beli martabak saja itu dibuat bingung. Karena pilihannya sekarang bukan hanya di toppingnya saja, tapi adonannya juga ada banyak opsi.
Ada yang adonannya warna hijau, biasanya itu pandan, atau green tea, semua sekarang harus green tea pokoknya. Ada juga yang warna merah, itu red velvet. Tinggal menunggu yang twice, blackpink gfriend, dsb.

Yah, pokoknya semua pesanan martabak manisnya, aku serahkan pada Ecen. Kecuali martabak untuk Gracia, aku memesankannya martabak coklat keju. Dia yang penting, ada kejunya pasti doyan. Apapun doyan sih.

Ngomong-ngomong soal martabak, aku jadi teringat satu kejadian lucu, bukan lucu sih, mungkin lebih tepatnya kejadian unik saat membeli martabak, yang berakhir dengan mendapatkan tester gratis (yang namanya tester pasti gratis sih).
Jadi saat itu, aku dan teman-temanku, tidak perlu kusebutkan semua ya, kalian pasti tahu, pokoknya lengkap lah berlima.

Saat itu aku dan teman-temanku berencana untuk menginap di rumah salah satu safu dari kami, sebut saja S. Tapi sebelum itu, kami perlu cemilan sekalian untuk menyogok kakaknya si S. Maka kami membeli martabak.
Kami berlima berangkat bersama membeli martabak, tapi saat kami sampai di lokasi, hanya 2 diantara kami yang turun dan memesan martabak, yaitu yang berinisial T dan J (sebenarnya Y, tapi terserahlah). Sedangkan sisanya menunggu di dalam mobil.

Disaat aku dan kedua temanku mengobrol di dalam mobil, temanku yang berinisial R tiba-tiba berceletuk...

"Itu dua orang ngapain sih?"

Otomatis aku dan temanku yang satu lagi menoleh ke arah kedua teman kami yang berada di luar, dan terlihat mereka seperti sedang memperdebatkan sesuatu. Akhirnya kami bertiga keluar dari mobil dan menghampiri mereka. Kemudian bertanya,...

"Ada apa'an sih??" tanya S.

"Ini, si T***!! Gua cuma nanya baik-baik, dia ngegas.." jawab J.

"Lu bego!! Udah gua bilang kan, yang itu ga enak. Jangan pesen itu!" sanggah T.

"Awalnya kenapa?" akhirnya aku juga yang harus ambil tindakan.

Setelah mendengar pengakuan dari T dan J, kesimpulan yang bisa didapat adalah,...
Si J melihat-lihat daftar menu, ada hal menarik perhatiannya, yaitu martabak rasa Silverqu**n.

Setelah J melihat varian rasa martabak tersebut, dia bergumam..

"Martabak rasa Silverqu**n? Ini maksudnya kayak gimana ya?"

Dengan cepatnya, T menyahut..

"Jangan!! Ga enak bego!" dengan kencang.

Padahal J hanya penasaran bagaimana penampakannya, bagaimana bentukannya.
Apakah coklatnya itu dicairkan dulu sebelum kemudian dioleskan diatas adonannya?
Atau hanya dipotong kecil-kecil sedemikian rupa lalu ditaburkan diatasnya?
Maksudnya hanya itu. Tapi T salah paham dan menganggap kalau J akan memesan martabak tersebut, makanya dia langsung menyahuti pertanyaan J seperti tadi.
Ditambah saat T melakukannya, dia seperti membentak. Tapi itu bukan masalah sebenarnya, karena masalah sebenarnya adalah saat T mengatakan 'Ga enak bego!'. Itu bisa membuat orang yang mendengarnya salah paham kan, tapi untungnya saat itu sepi. Dan kejadian berikutnya ini yang 'unik',...

"Udah, mas.. Ga usah berantem" tiba-tiba salah satu mas penjual martabak angkat bicara. "Ini aja, mas.. Dimakan dulu, ada tester"

"Rasa apa ini, mas?" tanya R yang bingung dengan beberapa potong martabak berwarna hijau yang disodorkan mas penjual.

"Pandan.."

"Pandan apa green tea?" aku iseng bertanya karena melihat wajah mas penjual yang nampak tidak yakin.

"Eee... Iya, pandan.. Pandan kok, mas.."

"Pandan apa cocopandan?" T ikut-ikutan.

"Mana ada martabak rasa cocopandan.." J menanggapi.

Akhirnya, kami berlima memakan 'tester' tersebut. Meskipun kami semua sangat yakin kalau itu bukanlah tester, tapi memang sengaja dibuat saja oleh si mas penjualnya sebagai cemilan sambil menunggu pembeli.

Tunggu sebentar, kenapa seperti cerita kriminal yang harus memakai inisial ya?
Dan kenapa pula aku menceritakan hal ini?
Kalian belum tentu... Oh, kalian pasti membacanya sih. Kalaupun tidak juga tidak apa. Terserah kalian. Bodoamat lah intinya.
Ya, supaya tulisannya keliatan banyak saja.

Kita sudahi pembahasan itu. Lalu selesai membeli martabak, aku dan Ecen segera pulang. Tapi yang aneh, saat kami sampai di rumah, itu bertepatan dengan papa mertua yang juga baru saja pulang entah darimana.

Dan ternyata, dia tadi pergi untuk membeli sesuatu, yaitu baju tidur alias piyama. Dia membelinya untukku.
Katanya sih untuk menginap. Padahal aku tidak memintanya dan aku sendiri sebenarnya tidak masalah juga jika hanya memakai kaos biasa, karena kaosku sendiri juga sudah kering.
Tidak hanya piyama, dia juga membelikanku beberapa potong kaos juga. Memang calon papa mertua yang baik. Bahagianya hidupku.

Ketika sudah selesai menyiapkan makanan dan minuman, aku dikejutkan oleh mamanya Gracia yang tiba-tiba muncul.

Penampakan bukan sih?
Kakinya napak ga ya?

"Adrian.. Ini, selimut dan bantal. Itu si papa pasti nanti ketiduran. Tolong nanti kamu selimutin ya" kok tiba-tiba ramah.

"I..Iya, tante..." aku menerima selimut dan bantal darinya setelah memastikan kalau kakinya napak.

Aku kira setelah menyerahkan selimut dan bantal tersebut, dia akan kembali ke kamarnya. Tapi,...

"Oh iya, soal hubungan kamu sama Gracia. Kamu serius apa engga sebenernya?" aku langsung diberi pertanyaan yang mungkin akan menentukan hidupku.

"Tergantung Gracia-nya, tante.." jawabku. "Kalo nanti Gracia minta saya buat perjuangin dia terus... Saya akan perjuangin dia sekuat tenaga"

"Terus... Dua hari lalu waktu Gracia pulang pulang nangis itu,..." dia sengaja menggantungkan kalimatnya, tapi aku berusaha untuk tetap tenang. "Kamu tau itu karena apa?"

"Tau, tante.. Itu karena saya" jawabku cepat. "Waktu itu saya sempat ragu sama perasaan saya ke Gracia. Tapi itu hanya 'waktu itu', karena kalo sekarang, saya udah yakin, benar-benar yakin sama perasaan kami ini..." jelasku kemudian. "Jadi, tante.. Saya mohon doa restunya" akhirnya aku meminta ijin darinya sambil sedikit membungkukkan badanku.

"Ya, teruslah berusaha kalo gitu.." balasnya yang kemudian berlalu pergi meninggalkanku, kembali ke kamarnya.

Aku tidak menyangka, aku kira dia akan mengungkapkan tentang Gracia yang sebenarnya sudah dijodohkan. Dan juga, maksud dari kalimat terakhirnya tadi itu apa?

Ah sudahlah, aku tidak akan terlalu memikirkannya dulu untuk saat ini. Oh iya dan soal saran dari Gracia untuk 'menghukum' Shani, aku juga tidak ingin terlalu memikirkannya dulu. Ya, setidaknya aku harus mendengar penjelasan dari Shani terlebih dahulu.

"Hei, kok kamu bengong.." papa mertua yang sudah kembali langsung menyadarkanku dari lamunan. "Ayo, kita nonton bolanya.."

"Om suka bola? Suka club apa?" tanyaku iseng sekaligus penasaran saat kami sudah duduk di sofa.

"Arsenal"

Jujur, jawabannya itu membuatku jengkel. Karena apapun hasil dari pertandingan ini, pasti akan membuatnya senang.
Kenapa? Ya karena pertandingan yang akan kami tonton ini adalah pertandingan antara MU vs Hotspur.

Ya, sebagai fans Arsenal, dia pasti tidak suka dengan MU. Sudah jelas. Dan sebagai fans Arsenal juga, dia pasti juga tidak suka Hotspur. Pasti.
Bagi fans bola yang sebenarnya, pasti tahu kalau derby London yang sebenarnya itu antara Arsenal dan Hotspur, bukan Arsenal dan Chelsea.
Kenapa? Karena Arsenal dan Hotspur sama-sama London Utara. Dan juga, Chelsea mulai bagus itu sekitar 2004.

Ngomong-ngomong soal Chelsea, musim ini aku belum pernah melihat permainan mereka secara full sih, hanya highlight saja. Tapi aku sudah bisa menyimpulkan bagaimana pola permainan mereka.
Benar-benar berbeda dari pelatih sebelumnya yang menggunakan pola direct ball, pelatih mereka yang baru, mereka harus membangun srangan dari bawah, mulai dari Kepa, lalu ke David Luiz atau Rudriger, berlanjut ke Jorginho, kemudian ke Willian, atau langsung ke Hazard. Sisanya terserah Hazard, mau dieksekysi sendiri atau diumpankan kepada striker.

Tapi yang menarik perhatianku adalah Jorginho, dia pemain baru tapi seperti langsung menjadi inti dari permainan, hampir semua tendangan bebas, dia yang mengambil. Bahaya baginya kalau pola permainan mereka sudah diketahui oleh tim-tim lawan, pasti dia akan dijadikan kambing hitam, apalagi dia juga sudah menggeser posisi dari Kante yang bisa dibilang jendral lapangan tengah Chelsea sebelumnya.
Hampir bisa dipastikan kalau nanti Chelsea berganti pelatih lagi, dia tidak akan menjadi pilihan utama.
Oke, cukup.

Baiklah, kita mulai saja LR (yang sebenarnya sudah telat) pertandingan antara MU vs Hotspur ini...

Sebenarnya aku tidak yakin mau menonton pertandingan ini. Karena pada pertandingan sebelum-sebelumnya, MU harusnya bisa meraih poin maksimal karena lawan-lawan mereka sebelumnya adalah tim-tim yang diatas kertas mudah untuk mereka kalahkan. Dan baru mulai terganggu saat bertemu Hotspur sekarang ini. Tapi kenyataannya.... Ya, begitulah.

Formasi yang dipakai MU adalah 3-5-1-1?
Dengan Herrera sebagai satu diantara 3 pemain belakang bersama Smalling dan Phil Jones? Wow..

Sebegitu putus asanya sang pelatih karena permintaannya untuk membeli bek baru tidak dituruti?

Kick off dimulai, dan... Langsung mendapat peluang melalui Fred. Tapi sayang gagal. Mungkin aku harus sedikit optimis meskipun firasatku tidak begitu.
Dan benar saja, pada menit-menit berikutnya, mereka justru diserang...

Sampai pada menit ke-16 peluang dari Lukaku memanfaatkan kesalahan dari bek lawan. Sayang bola yang ditendang dengan kaki kanannya hanya lewat di depan gawang. 3 menit berselang Lukaku kembali mendapatkan peluang, tapi tendangan kaki kirinya masih lemah. Lalu ada peluang lagi dari tendangan bebas, tapi masih belum bisa dimaksimalkan.

Berganti, Delle Alli mendapat peluang. Tapi masih ada Smalling.

Menit ke-27,... Sundulan kepala dari Lukaku!!!
Astaga.. Striker apa bukan sih?
Kaki kanan ga bisa, kaki kiri ga bisa, kepala juga ga bisa.

Pantas saja Pogba terkadang jarang mengumpan pada rekan-rekannya di MU dan lebih sering berusaha membawa bola lebih lama. Bukan karena dia mau show-off, tapi strikernya seperti ini. Mau bagaimana lagi?

Berbeda dengan saat dia di timnas Prancis, opsinya lebih baik, Griezmann, Mbappe, Gir--. Ya, dua nama itu lah contohnya, jadi tugas dia sebagai playmaker itu lebih mudah.

Berlanjut, menit ke-30, peluang Fred.. Tapi masih melebar. Menurutku, sebenarnya Fred ini bisa menjadi tandem yang bagus untuk Pogba jika dia bisa bermain lebih PD, jadi kalau Pogba sedang dijaga ketat, Fred bisa menggantikan perannya sebentar, dengan memberikan umpan-umpan kunci.

4 menit berselang, ada peluang lagi, dari Pogba. Tapi masih bisa ditepis dengan baik oleh Lloris. Bola hasil tepisan diambil oleh Valencia yang kemudian langsung diumpankan kepada Matic, tapi tendangan Matic masih mengenai salah satu bek Hotspur.

"Si--" aku hampir saja melontarkan kata-kata kasar, tapi kuurungkan mengingat sedang berada di rumah orang apalagi ini pagi-pagi buta.

Habisnya kesal, kiper satu itu permainannya tidak konsisten, kadang bagus, kadang tidak. Dan kalau kalian teliti, di Final Piala Dunia kemarin, sebenarnya dia melakukan blunder juga lho. Bedanya, kalau Karius melakukan blunder di Final yang berujung kekalahan dan kegagalan timnya menjadi juara. Sedangkan Lloris, tetap bisa mengantarkan timnya menjadi juara.
Intinya apa?
Strikernya Liverpool cupu-cupu wkwkwkw. Apalagi dua diantara mereka itu tidak akur, dan yang satunya, memilih untuk netral saja, karena sebenarnya dia bukanlah striker murni kan. Dan kalau menurutku, si Raja Mesir itu justru permainannya semakin menurun, masih lebih bagus permainannya di musim sebelumnya. Itu menurutku.

Kembali lagi. Permasalahannya adalah, kenapa sekarang permainannya si Lloris ini bagus?
Kenapa bagusnya sekarang??
Kenapa harus sekarang?
Kan gawangnya jadi susah dibobolnya..

Kalau semisal Lloris ini bisa bermain dengan konsisten, ada kemungkinan dia yang diincar Real untuk menjadi kiper barunya.
Ya, beberapa musim belakangan ini Real mencari kiper baru kan. Tapi sekarang sudah dapat sih.

Kenapa sebenarnya Real selalu mencari kiper baru?
Apakah Navas bukan kiper yang bagus?
Bukan. Bukan itu alasannya. Alasannya bisa dilihat dari kiper yang mereka incar, yaitu De Gea atau Courtois.

Apa kesamaan kedua kiper tersebut? Ganteng.
Ya, syarat utama untuk menjadi pemain Real selain memiliki skill mumpuni adalah ganteng. Kalau tidak, tidak mungkin Ozil dan Di Maria dibuang wkwkwk...

Tapi pertanyaanku adalah, kenapa Courtois tiba-tiba memutuskan untuk pindah ke Real sekarang?
Apakah karena dia merasa sudah superior saat Piala Dunia kemarin?
Entahlah, hanya dia dan Tuhan yang mengetahuinya.

Kita kembali LR, menit 40 ada kemelut di kotak penalti MU. Eriksen menendang bola, masih bisa dimentahkan oleh De Gea. 2 menit kemudian, Delle Alli mendapat peluang yang masih bisa diintersep dengan baik oleh Herrera. Kalau diperhatikan, Herrera ini yang paling banyak melakukan intersep, bahkan dia lebih baik daripada dua rekannya yang sebenarnya bek murni. Herrera yang menjaga sisi kanan, dan sisi kiri menjadi bagian Luke Shaw.

Babak pertama berakhir dengan skor kacamata.
Tapi entah kenapa rasa optimisku sedikit demi sedikit menghilang. Apakah firasat burukku benar-benar akan terjadi?
Kita coba lihat saja di babak kedua nanti.

Babak kedua.
Tendangan dari luar kotak penalti oleh Pogba yang masih juga melebar.

Menit ke-50 Hotspur mendapat peluang dari tendangan sudut yang dieksekusi oleh Trippier. Dan,... Berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Harry Kane. 0-1 Hotspur memimpin.

Sebentar,... Sabar.
Daritadi saling jual beli serangan kN. Harusnya bisa membalas.

2 menit kemudian, Lucas Moura berhasil menggandakan keunggulan Hotspur setelah mendapatkan umpan dari Eriksen. Hotspur unggul 0-2.

Oke, firasat.. Sepertinya kau benar lagi kali ini.

Menit ke-55 Herrera ditarik keluar dan digantikan oleh Sanchez.
Keputusan yang sungguh bodoh bukan. Pemain yang paling banyak melakukan intersep,... Malah diganti oleh pemain yang belum tentu akan berkontribusi.

Aku bingung saat dulu MU merekrut pemain ini, apa tujuannya?
Hanya agar dia tidak dibeli oleh tetangga?
Alasan yang sangat bodoh bukan.

Kenapa harus mengurusi tim lain?
Kenapa tidak fokus pada tim sendiri saja?

3 menit kemudian, pergantian pemain lagi. Lindelof masuk menggantikan Phil Jones.
Sejujurnya, menurutku Lindelof ini bisa menjadi pemain bertahan yang bagus, dia memiliki kemampuan menggiring bola yang bagus. Jadi bisa membangun serangan dari belakang.
Kalau dilatih oleh pelatih yang bagus, pasti potensinya itu bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Ngomong-ngomong, bapak- bapak di sebelahku rasanya anteng anteng saja meskipun sudah terjadi dua gol. Saat kutoleh,...

"Pantesan.. Udah ngorok" gumamku.

Ya, papanya Gracia ini sudah tertidur. Aku langsung menyelimutinya agar tidak kedinginan seperti amanah dari si tante.

Dan ternyata saat aku sedngan menyelimuti si papa mertua, di layar menunjukkan kalau sedang terjadi pergantian ketiga sekaligus terakhir. Matic digantikan oleh,... The one and only... Anak kesayangan... Marrouane Fellaini!!!

Aku speechless. Beberapa saat aku terdiam bingung dan masih mencoba untuk memahami maksud dari The Special One ini.

"Ya udahlah, mendingan habis ini gue tidur lagi aja lah.." gumamku sendiri.

Firasatku memang sangatlah benar. Tidak perlu diragukan lagi. Sudah tidak ada harapan. Dan kalau Hotspur pintar, mereka pasti akan menambah gol.

Tapi ternyata,... Saat aku akan mematikan TV, ada salah satu pemain belakang tiba-tiba melakukan backpass nanggung yang langsung diserobot oleh Delle Alli. Beruntung De Gea masih bisa mengatasinya.
Masalahnya, yang melakukan backpass nanggung tadi adalah... Victor Lindelof.

"Kampret.. Baru beberapa menit lalu dia gue puji lho,... Sekarang malah blunder.."

Dan akhirnya aku matikan TV tersebut sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sia-sia bukan aku melakukan LR barusan. Karena LR-nya tidak sampai selesai.
Ya, supaya tulisannya keliatan banyak saja (2).

Setelah mematikan TV, aku langsung beres-beres, merapikan bekas makanan dan minuman.
Tapi tiba-tiba aku mendengar seperti sesuatu dari dapur.

Tikus? Bisa saja. Tapi apakah tikusnya itu berdasi? Woooo...
Maling? Ga mungkin deh kayaknya..
Setan? Ya kali. Emang ini cerita horor.

Aku lalu membawa kembali makanan dan minuman tadi ke dapur sekalian melihat ada apa sih sebenarnya.
Dan saat aku sampai di dapur,.. Aku melihat sosok wanita, berkulit mulus, bokong bulat nan montok, menggunakan baju tidur dress berbahan kain katun tipis berwarna ungu muda... Itu adalah Gracia.

IMG-20200321-212226.jpg


Gracia sedang celingak-velinguk melihat-lihat isi kulkas dengan sedikit menungging.

"Subuh subuh udah nikus aja..." sindirku halus yang kemudian mulai meletakkan makanan dan minuman pada tempatnya semula.

"Ehh?! Aduh!! Kak Ads.. Bikin kaget aja sih!" sahutnya.

"Hehehe.. Ya, maaf. Kamu lagi apa sih, sayang?"

"Apaan, sayang sayang,.. Beraninya kalo berduaan gini aja. Kalo berani di depan orangtua aku coba ngomong kayak gitu.." dia malah ketus.

"Eh?!"

"Atau di depan ci Shani.."

"Gre.."

"Bercanda kak Ads..." dia cengengesan. "Eh?! Emang bolanya udah selesai??" tanyanya kemudian.

"Ga usah dibahas.."

"Eh?! Kenap--"

"Ga usah dibahas, Gre.."

"Hmm,... Oke, deh.. Oh iya, papa aku mana?"

"Papa tidur di sofa.. Udah aku selimutin sih"

"Iihhh... Udah berani manggil 'papa'.. Cie... Cie..."

Anak satu ini kenapa sih?

Setelah men'ciecie'kan diriku, tiba-tiba Gracia mendekatkan tubuhnya ke arahku dan,...

"Yang lain masih tidur nih, kak Ads.." dasar liar.

Tapi aku tidak akan diam saja, aku membalikkan badannya lalu menyilangkan kedua tanganku di perutnya, sambil menghirup dalam leher dan tengkuk mulus Gracia..

"Eh?! Kak Ads.." Gracia sepertinya terkejut saat aku langsung menanggapi godaannya.

"Emang kalo yang lainnya masih pada tidur kenapa?" terus kuciumi leher dan tengkuknya.

"Apaan sih cium cium, dasar genit.."

"Genit genit gini juga kamu cinta kan.."

"Banget!!" jawabnya cepat dengan suara yang cukup kencang, tapi kemudian dia langsung menyadarinya dan langsung menutup mulutnya sendiri.

"Kenapa udah bangun? Atau jangan-jangan kamu belum tidur?" tanyaku lagi yang langsung dijawab dengan gelengan kepala olehnya.

"Tidur aku ga nyenyak kak Ads~~" ucap Gracia sambil masih tetap kupeluk. "Aku masih kepikiran sesuatu.."

Adek kakak kok sama ya?

"Kepikiran? Kepikiran apa sih??" aku sebenarnya tidak begitu penasaran karena aku masih sibuk menciumi dirinya.

"Soal surat yang aku kasih dulu itu,... Kalo semisal waktu itu kak Ads tau itu aku yang ngirim.. Kira-kira kak Ads mau nerima aku apa engga?" dia mengutarakan. Sesuatu yang mengganggu pikirannya. "Kan tau sendiri, kak Ads.. Dulu aku buluk"

"Eee... Gimana ya" jawabku menggantung.

"Tuh, kan... Kak Ads pasti ga mau kan.."

"Ya... Ga munafik sih, Gre.. Yang pertama aku lihat, pasti fisik dulu lah. Yang pasti bisa dilihat sama mata telanjang" pernyataanku tidak sepenuhnya salah kan.

Gracia terlihat murung setelah aku mengatakan hal tersebut. Segera aku membalikkan badannya lagi kemudian menatap matanya dalam.

"Tapi itu udah ga penting, Gre. Karena yang penting sekarang... Aku cinta sama kamu. Cukup hal itu aja yang perlu kamu tau"

Gracia kali ini langsung teripu mendengarnya. Tapi, fokusku berada pada hal lain, Gracia yang saat ini mengenakan daster pendek yang terlihat kesempitan itu, yang membuat bokongnya kelihatan semakin membulat dengan sempurna benar-benar mulai membuatku mulai bernafsu lagi kepadanya. Namun aku tidak melihat adanya garis BH dan celana dalam di tubuhnya.

Tapi sepertinya ada yang aneh.
Kenapa dia memakai dress tidur?
Bukankah biasanya dia memakai piyama untuk tidur?

Menyadari aku sedang memandangi tubuhnya, Gracia langsung berpose dengan cukup menggoda dengan ekspresi yang tak kalah menggoda juga.

"Kenapa, kak? Bagus ya?"

"Sengaja ya mau godain aku?"

"Hehe... Iya.."

Kembali kubalikkan badan Gracia lalu kupeluk dia dari belakang.

"Aku diputer-puter kayak gasing.."

Tidak kuperdulikan keluhannya, tapi aku mulai menggesek-gesekkan selangkanganku pada bokong bulatnya.

"Iihhh,... Kak Ads nakal.. Udah keras aja...."

"Gimana ga keras pagi-pagi gini disuguhin bokong montok..." balasku.

Kemudian tanganku pun mulai merayap ke atas, kuremas payudara montok itu dari belakang.
Dan ternyata benar, dia tidak memakai BH.

"Ihh tangannya nakal" namun Gracia tidak berusaha menepis tanganku dari payudaranya.

"Hmm, ga pake BH yah,.. Niat banget sih mau godainnya"

"Shh,... Ihhh aku ga bisa tidur pake BH, kak.. Udah kebiasaan,.. Tanya aja ci Shani.. Lagian ci Shani juga sama kok"

"Gre.."

"Iihh tangannya nakal..." Gracia berusaha menepis tanganku, tapi tanganku tetap meremas lembut payudaranya sambil menghirup aroma wangi tengkuk nya.

"Ashhh,.. Aaahh ahh..." nafas Gracia mulai tak beraturan, nampaknya dia sydah benar-benar terangsang.

Langsung saja tangan kananku turun menuju selangkanganya, kusingkap baju tidur nya, dan ternyata,... Dia juga tidak memakai celana dalam.
Satu jari ku mengurut bagian tengah vagina Gracia, lalu kutusukkan perlahan, dia sudah benar-benar basah.

"Hmm, ga bisa pake cd juga kalo tidur? Terus ini memek kenapa basah gini?" ledekku.

"Nghh,... Aah.. Kak Ads..... Iihh.. Gatau tempat yaahhh,.. Kalo papa aku bangun terus ngeliat gimanaa?"

Sebenarnya aku juga memikirkan hal itu, tapi entah kenapa justru sensasi seperti ini yang membuat adrenalinku semakin terpacu.

Aku jadi teringat saat dulu masih berhubungan dengan Vanka, dimana aku pernah datang ke rumahnya dan diam-diam menyelinap ke dalam kamarnya, sampai pada akhirnya aku berhasil menyetubuhi Vanka di dalam kamarnya saat keluarganya juga ada di rumah tersebut.
Bahkan saat itu Vanka juga masih sempat-sempatnya menjawab pertanyaan dari papanya yang ada di luar kamar sambil tetap bergoyang di atas tubuhku.

Sudahlah, sebaiknya aku tidak memikirkan gadis lain saat ada gadis yang perlu kupuaskan di depanku sekarang ini. Lagipula sepertinya aku tidak akan ketahuan, papanya Gracia kelihatan pulas tadi ditambah juga firasatku bilang semua akan baik-baik saja.

Jadi langsung saja kutingkatkan kocokan ku pada vagina Gracia yang basah dan hangat tersebut.

CLEP..
CLEP..
CLEP..
CLEP..

"HHHH.... HHHH.... NGHHH..... MHHHH.... KAK AAADDSSS.... SAYAAANGGG SHHH.. Jago banget sih bikin aku basah" nafasnya mulai memburu tak beraturan. Gracia benar-benar sudah sangat terangsang

"Kamu aja yang cepet banget basahnya" Gracia menolehkan wajah nya kearahku, dia di melirik kesal sambil cemberut.
Wajah ini benar-benar wajah terangsangnya.

"Bibir nganggur aja nih.." godaku.

Gracia yang sudah tidak sabar segera membalikan badannya menghadapku. Kemudian dia melingkarkan tangannya ke leherku, membuat wajahku mendekat ke wajahnya, Gracia mendekatkan bibirnya ke arahku. Dan cupp... Bibir kami bertemu. Tak hanya itu, lidah kami juga beradu, Gracia sangat ahli dalam memainkan lidahnya di dalam mulutku.

Siapa yang mengajarinya berciuman sampai ahli seperti ini? Oh, itu aku. Hehehe...

"Mhhh.... Sayaangg shhhh...."

Aku menarik wajahku, kembali menarik diri dari pagutan liar bibirnya.

"Sekarang kak Ads kok nakal sih?? Berani bangeeett.. Kalo dulu kan biasanya nolak, atau aku yang harus mulai duluaaann..."

"Karena kita udah resmi pacaran, Gre" jawabku asal. "Kalo kamu mau gaya pacaran kita kayak gini ya aku turutin aja.. Pokoknya mulai sekarang, apapun yang kamu minta, pasti bakal aku turutin. Pasti bakal aku usahain..."

"Beneran??"

"Dengan catatan kalo kita lagi berduaan aja lho ya.."

"Hmm,... Oke" jawabnya setelah berekspresi seakan sedang berfikir. "Sekaraaanng...." dia kemudian sengaja menggantungkan kalimatnya.

"Apa?"

"Ke kamar aku yuk.."

Tanpa perlu menjawab lagi, aku langsung menarik tangan Gracia untuk segera menuju ke kamarnya.

"Oke, sekarang udah aku turutin. Kita udah di kamar kamu.." ucapku kemudian. "Sekarang kita mau apa?"

"Cium aku, kak.." ucap Gracia lirih.

Tentu permintaannya itu akan langsung kuturuti, itu permintaan yang mudah. Aku sedikit membungkuk untuk mendekatkan wajahku ke wajahnya, Gracia sendiri juga sedikit berjinjit sebelum akhirnya bibir kami kembali bertemu. Aku tidak akan pernah bosan dengan rasa manis bibirnya itu, terus kuciumi dan sesekali lidah kami juga saling membelit. Saat nafas kami mulai habis, kami menghentikan ciuman kami sejenak dan saling menatap satu sama lain sebelum kemudian mulai berciuman kembali.

"Lanjutiinnn yang tadi, tanggung jawab pokoknyaaa...." ucapnya kemudian menarik tanganku menuju ranjang dengan manja.

"Hmm,.... Yakin? Kalo ketauan gimana?"

Dia terdiam sejenak tak menjawab, sebelum akhirnya,...

"Biarin...." jawabnya sambil cemberut.

"Lah? Kok biarin sih? Emang kita mau ngapain?" tanyaku polos.

"Tuh kan,.. Mulai. Nyebelin!! Tanggung jawab! Kak Ads udah bikin aku pengen..."

"Pengen? Pengen apa?" tanyaku yang masih menggodanya.

Tak menjawab pertanyaanku, Gracia malah tiba-tiba mendekatkan bibirnya kepadaku, tapi aku segera menghindarinya.

"Nyebelin....." dia mencubit lenganku sedikit keras, tapi tak terasa sakit.

"Loh?! Apa dong?? Bilang dulu lah.."

"Aku minta jatah...." jawabnya singkat.

"Jatah apaan sih?" ucapku seraya bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu seakan hendak keluar.

"Kak Ads!! Iiihhh.. Nyebeliiinn..." dia ikut berdiri lalu menahan tanganku.

"Senior ga paham nih, junior. Ajarin dong.."

"Katanya apapun yang aku minta bakal diturutin"

"Iya sih.. Tapi gantian dong. Sekarang kamu coba yang nurutin permintaan aku..." balasku sambil menekan pelan bahunya ke bawah sampai akhirnya dia berlutut di depanku.

"Aku harus apa, kak??"

"Lakuin aja hobi kamu" instruksiku padanya.

"Iihh... Senior nakal nih, juniornya dikerjain terus.."

"Udah,... Ga usah banyak omong, nanti ketahuan"

"Biarin!! Kalo ketahuan paling juga langsung disuruh nikah" enteng banget jawabannya. "Atau,... Mungkin aku bakal dimarahin doang.. Kalo kak Ads.. Mungkin diusir, hehehe..." dia malah cengengesan.

"Dibilangin jangan banyak omong kok.." ucapku lagi. "Daripada itu mulut dipake buat ngomong, mending buat nyepong.."

Dengan gerakan kilat Gracia langsung menelanjangi tubuh bagian bawahku dan hal yang membuatku hampir tertawa adalah saat sekali lagi hidung Gracia mendapatkan 'tinju' dari penisku.
Hampir selalu hal itu terjadi disaat Gracia melucuti celanaku.

"Mau dibikin enak juga,.. Masih nonjok aja.." ucap Gracia dengan ekspresi dibuat sebal sambil menatap penisku.

Lalu tanpa basa basi lagi, segera penisku itu dijilatinya, dikulum-kulum, bahkan penisku dimasukkannya kedalam mulutnya, disedot-sedot kuat sekali. Ini sungguh nikmat.

"Aaaahhh...."

Aku hampir lupa diri, aku hampir lupa kalau masih ada keluarga Gracia yang bisa bangun sewaktu-waktu.

"Jilat terus Gree.... Sedot terussshh... Nikmat bangettt,.. Duhhh jadi makin sayang aku..."

Gracia makin semangat, kedua buah zakarku dijilat dan dikulumnya. Bahkan sampai lubang anusku pun dijilatinya, dia benar-benar tau bagaimana cara untuk memuaskanku.

Ekspresi Gracia saat ini benar-benar menakjubkan. Mata beningnya, putih, hitam pekat, bibirnya yang sedikit basah, menyedot penisku perlahan.
Aku benar-benar tidak tahan, teknik kuluman Gracia sepertinya semakin hari semakin baik saja. Kemudian aku tahan kepalanya lalu ku gerakkan pinggulku maju mundur seakan aku sedang 'memperkosa' mulutnya.

GLOOGGHHH
GLOOGGHHH
GLOOGGHHH
GLOOGGHHH

Terus kugerakkan pinggulku maju mundur, berusaha memastikan kalau seluruh bagian dalam mulut Gracia 'ternodai' oleh penisku.

GLOOGGHHH
GLOOGGHHH
GLOOGGHHH

Tapi tiba-tiba,...

PRAAK.. PRAAKK...

Gracia memukul-mukul pahaku dan berusaha menarik mundur kepalanya. Saat kutengok, dia terlihat menatapku dengan tatapan kesal dan di sudut matanya ada tetesan air mata. Karena aku merasa ada yang salah, maka aku langsung melepaskan peganganku pada kepalanya. Seketika Gracia langsung jatuh terduduk ke belakang. Dan aku pun segera berlutut dan langsung memeluknya.

"Maafin aku ya,.. Aku terlalu kebawa nafsu tadi.." aku meminta maaf sambil memeluknya dan mengelus-elus kepalanya.

"Lain kali jangan gitu lagi, kak.. Aku ga suka kalo terlalu kasar..."

"Iya,.. Iya.. Maafin aku ya" aku meminta maaf sekali lagi. "Mau udahan aja?"

"Enak aja.. Selesaiin" balasnya.

Langsung kutarik badannya agar berdiri dan menatap matanya dalam. Mendapat tatapan seperti iti dariku, Gracia malah melepas satu-satunya pakaian yang melekat ditubuhnya hingga kini dia telanjang bulat di depanku. Tubuhnya yang mungil, montok dan sedikit berisi itu tidak pernah membuatku bosan untuk terus menjamahnya.

"Ga mau di kasur aja.."

"Nanti sprei kamu basah lagi.. Kamu kan selalu muncrat banyak.." balasku dengan sedikit meledek.

"Oh ya?? Buktiin.."

Segera saja aku mulai menjilati wajahnya, menciumi setiap jengkal wajah cantik dan seksinya. Bibirnya kulumat habis, kujilati rongga mulutnya, kusedot sedot lidahnya, Gracia yang awalnya kaget dengan serangan tiba-tibaku pun perlahan mulai membalas dengan lebih panas lagi, menjilati menciumi seluruh wajahku, menyedot keras lidahku, bahkan dia juga menggigit-gigit lembut lidahku atau telingaku.

Jilatanku kuturunkan ke lehernya yang putih mulus. Kujilati dan kukecup.

"Ahhhh, kak Adrian sayang.... Geli sayang, duhhh..... Enak... Enak sayang"

Desahan Gracia membuatku makin bersemangat. Kini giliran 2 bukit indah dengan putingnya yang telah mengeras menjadi sasaran jilatanku. Bergantian kukecup, kujilat, dan kuemut kedua puting indah itu.

"Kak Adrian sayang... Dibuat merah dong,...." pintanya yang langsung kuturuti.

Meskipun sebenarnya tanpa diminta pun aku memang sudah berniat akan melakukannya. Untuk menandakan kalau Shania Gracia adalah milikku seorang.

"Aaakkkkhhh.. Kak Adriaaann...."

"Iya, Gre.. Teriak aja.. Biar sekalian orangtua kamu tau gimana kelakuan anak gadis satu-satunya ini.." godaku.

Kedua payudara indah itu mulai kusedot kuat-kuat. Kusedot di sekitar putingnya lalu kemudian mengeliling. Bergantian ku sedot sedot, hasilnya,... Tanda merah sudah banyak menghiasi kedua payudara Gracia.

"Aku,... Sepenuhnya milik kamu" ucap Gracia lirih.

Tak kugubris omongannya. Aku tetap fokus pada jilatanku yang sekarang turun lagi ke arah perutnya yang putih mulus tanpa guratan sedikit pun. Kujilati seluruh permukaan perut yang dibalut kulit mulus itu, kukecup, kusedot lembut, kujilati pusarnya, semua tak luput dari kecupan dan jilatanku. Gracia sudah menggelinjang ke kiri dan ke kanan, dia sudah benar-benar terangsang hebat, terlebih setelah aku mulai menggarap vaginanya yang indah.

Kubuka perlahan bibir vaginanya, kuhisap-hisap, kujilati, dan ku emut bibir vagina Gracia yang begitu indah. Kemudian aku pun berbaring di lantai, dan memintanya jongkok di atas wajahku.
Seketika terpampanglah vagina dan lobang pantat yang indah. Langsung kujilati kedua bibir vagina Gracia, kuemut lembut, kujilati klitorisnya yang sudah menyembul keluar karena rangsangan yang hebat. Kuemut klitorisnya.

"Ahhhhhhh...... Ahhhhhh.... Nikmatttttt kak Adrian sayangggg..... Duuh Gracia cinta banget sama kakaaakk..." Gracia mengerang.

Vaginanya sudah mengeluarkan cairan nikmat yang banyak sekali bahkan sampai menetes-netes, kutelan semua cairan yang terasa sedikit asin itu. Lobang pantat Gracia tak luput dari seranganku, kutusuk-tusuk lobang itu dengan menggunakan jariku.

"Duhhhh kak Ads... Aku gak tahannnn,... Aku gakkk tahaannnn kaaaaakkkk..... Ahhhh kak Adriiiaaaann...." bersamaan dengan erangan Gracia, tubuhnya berkedut kedut, terlihat vagina dan lobang pantatnya juga berkedut.

Cairan nikmat meleleh keluar dari liang vaginanya. Kubenamkan wajahku ke vaginanya dan kusedot habis seluruh cairan nikmatnya, kujilati seperti anak kecil yang sedang menjilati ice cream.

"Hah.. Haahh... Haaahh...." nafasnya masih tersengal. "Analin aku lagi ya, kak.."

Mendengar itu, aku pun langsung bangkit berdiri dan hendak mengambil handbody di meja Gracia. Tapi kemudian Aku mengurungkan niatku saat melihat sesuatu di sudut kaca meja milik Gracia.

Itu adalah foto yang tadi diceritakan Aten. Aku ingat karena backgroundnya sama persis.

"Kak Ads.." panggil Gracia tiba-tiba.

"Eh?! Iya??"

"Kok bengong? Ayoo..."

"Eeehh... Kamu lakuin hobi kamu lagi aja lah, Gre..."

"Kena--"

"Kayaknya handbody kamu abis.." jawabku asal.

"Emang habis??" tanyanya yang kemudian kujawab dengan anggukan. "Iihhh... Kak Ads.." dia mencubit pahaku.

"Iya, iya.. Maaf. Nanti aku beliin yang baru.."

"Harus. Biar bisa analin aku lagi.." bukan itu sih intinya, tapi ya sudahlah.

Aku kemudian berdiri menghadapnya yang masih duduk bersimpuh, sehingga Gracia sekarang tepat berhadapan penisku. Tanpa perlu kupinta lagi, Gracia langsung menjilati lubang kencingku, dan kemudian dikulumnya penisku dengan bernafsu. Sementara itu tangannya yang halus mengocok batang penisku. Sesekali diremasnya perlahan buah zakarku. Rasa nikmat yang tiada tara menghinggapi tubuhku, ketika gadis cantik ini memompa penisku dengan mulutnya. Kulihat kepalanya maju mundur menghisapi batang kejantananku. Kuusap-usap rambutnya dengan gemas sebagai ungkapan terimakasih. Karena lelah berdiri, aku pun lalu pindah duduk di tepi ranjang. Gracia mengikuti dengan berjongkok di depanku.

"Aku isep lagi ya, kak.." ucapnya lirih.

"Ya, emang itu tugas kamu.." balasku.

Kembali mulut gadis idola ini menghisapi penisku. Sambil mengelus-elus rambut Gracia, kuperhatikan penisku menyesaki mulutnya yang mungil.

Tidak ada. Tidak ada lagi kesan lucu, imut ataupun menggemaskan pada diri Gracia saat ini. Mana mungkin ada gadis yang terlihat lucu dan menggemaskan disaat dia sedang bermain-main dengan kemaluan laki-laki menggunakan mulutnya.
Gracia sekarang benar-benar sudah menjadi gadis nakal yang cemderung liar. Tapi aku suka itu.

Sambil menghisapi penisku, Gracia mengocok perlahan batangnya, membuatku tak tahan untuk menahan erangan nikmatku.

"AAARRGGRRHHH..."

SLLUUUURRPP~
SLLUUUURRPP~
SLLUUUURRPP~
SLLUUUURRPP~

"AAARRRGGGGRRHHHH....."

SLLUUUURRPP~
SLLUUUURRPP~
SLLUUUURRPP~
SLLUUUURRPP~
SLLUUUURRPP~
SLLUUUURRPP~

Kamar Gracia segera dipenuhi oleh eranganku, juga gumaman nikmat dari Gracia saat menghisapi kejantananku. Saat kepalanya maju mundur, payudaranya pun bergoyang-goyang menggoda. Kuremas dengan gemas bongkahan daging kenyal itu.

"Titfuck dong, Gre.." pintaku kemudian.

"Ah..?" Gracia dengan muka bingung menatapku. "Itu yang.... Oh, aku inget.."

Gracia langsung meletakkan penisku di belahan payudaranya, dan kemudian kupompa penisku. Sementara itu tangan Gracia menjepitkan payudaranya, sehingga gesekan daging payudaranya memberikan rasa nikmat luar biasa pada penisku.

Akupun tak kuasa menahan rasa nikmatku. Setelah beberapa lama, kusodorkan kembali penisku ke mulutnya, yang disambutnya dengan penuh nafsu.

SLLUUUURRPP~~
SLLUUUURRPP~~
SLLUUUURRPP~~

Setelah itu, kucabut lagi penisku dan kembali kujepitkan di payudaranya. Kali ini aku yang menjepitkan daging payudaranya pada penisku. Gracia memandangiku dengan tatapan polosnya, dia pasrah saja saat mulut dan payudaranya ku 'perkosa' secara bergantian.
Kemudian kupompa kembali penisku dalam belahan payudara gadis ini. Jepitan daging kenyal itu membuatku tak dapat bertahan begitu lama. Tak lama aku pun menyemburkan spermaku di atas payudara dan wajah gadis cantik idola banyak lelaki ini.

CROOOOOTT~
CROOOOOTT~~
CRROOOOTT~~~
CROOOOOTT~~~~

Kemudian dengan penisku, kuratakan spermaku pada wajahnya itu. Wajah yang masih saja memasang ekspresi sok polos itu.

"Cakep banget kamu, Gre kalo kayak gini.." ucapku sambil menepuk-nepukkan penisku pada wajahnya.

Gracia masih hanya diam saja memandangiku dengan ekspresi polos dan wajah yang penuh oleh sperma milikku. Dia benar-benar seperti junior polos yang habis dikerjai oleh seniornya.

"Ya, udah... Aku keluar dulu ya, kalo kelamaan nanti ketahuan.."

Gracia tidak menjawab pertanyaanku karena dia masih sibuk mencolek spermaku yang ada diwajahnya dengan jari dan kemudian menjilatinya.

IMG-20200321-212223.jpg


Jadi, tanpa menunggu jawaban Gracia, aku segera membuka pintu dan keluar kamar. Tapi,...

Bruuk...
Aku menabrak seseorang dan,..

"Eh?! Koh.. Ads?"
.
.
.
.
.
.
.
"Skak!!"

"Sekali lagi.."

"Tapi, om.."

"Sekali lagi.."

"Tapi,.."

"Udah, ayo!"

"Tapi ini agak.." aku masih berusaha agar dia menghentikannya.

"Udah, gapapa.." sahutnya. "Pokoknya, awas aja kalo kamu sampe ngalah ya"

Mungkin sebaiknya aku turutin saja permintaannya itu. Sebagai sedikit penebus dosaku karena pagi buta tadi sudah menodai anak gadis satu-satunya.

Oh iya, mungkin seharusnya aku menjelaskan dulu beberapa hal. Pertama, saat sudah selesai memberikan facial pada Gracia aku langsung keluar dari kamarnya. Aku tadi hampir ketahuan oleh Ecen.
Tapi mungkin karena dia baru bangun tidur sehingga tidak sepenuhnya menyadari kalau aku baru saja keluar dari kamar kakak perempuannya. Jadi intinya,... Aku tidak ketahuan.
Tenang saja, kalian tidak perlu tegang seperti itu, tidak perlu takut kalau aku sampai ketahuan. Tapi, terimakasih lho sudah khawatir, hehehe..

Dan sekarang,.. Aku sedang berada di teras rumah dan... Bermain catur dengan papanya Gracia. Tapi,...

"Ayo, sekarang giliran kamu.. Kenapa diem?"

Aku diam bukan karena aku bingung memikirkan langkah caturku selanjutnya, tapi aku sedang memikirkan bagaimana caranya mengalah tanpa ketahuan. Karena kurasa dia tidak akan berhenti sampai dia menang. Menyusahkan.

Tapi,... Mungkin sekarang lebih baik aku menggerakkan pion caturku dulu.

"Oh iya, tadi pagi itu kamu kemana?" pertanyaannya langsung membuat gerakanku terhenti.

Apa ketahuan ya?

"Kok diem?" tanyanya lagi. "Oke. Om ganti pertanyaan om.. Tadi pagi kamu ngapain ke kamar Gracia?"

Mampus gue..
Jujur aja lah..

"Eeehhh... Ya,... Saya.. Saya..."

Aku sedikit ragu untuk menjawab. Tapi aku sadar, aku tidak boleh ragu lagi. Aku harus yakin.

"Ayo, jawab.."

"Iya, om. Tadi pagi saya emang ke kamarnya Gracia.."

"Nah gitu dong.." balasnya.

"Om engga...."

"Om juga pernah muda kok..." sahutnya. "Bahkan sebenernya Gracia itu hasil dari..."

Tunggu sebentar,... Maksudnya?

"Beneran om?"

"Apanya?" dia malah bertanya balik. "Ada yang bener, ada yang engga sih. Ga usah dianggep serius.."

HEH?!!

Maksudnya bagaimana?
Jadi yang mana perkataanya yang jujur? Yang mana yang bohong?
Atau jangan-jangan yang tadi itu semua jujur, dan yang barusan itu yang bohong?
Atau sebaliknya?

"Ayo sekarang kamu jalan.."

Oh iya, aku tadi belum sempat...
Tunggu sebentar,..
Bentengku kemana?
Kenapa tiba-tiba bentengku sudah berkumpul bersama dengan pion-pion caturku yang sudah dia 'makan'.

"Tapi om mau nanya lagi,... Kamu beneran ke kamarnya Gracia? Ngapain??" sahutnya tiba-tiba.

Lah,.. Tunggu sebentar.
Jadi yang tadi itu dia hanya melontarkan pertanyaan random?

"Kamu ngapain di kamar anak saya??"

Bapak-bapak di cerita ini memang kebanyakan sering guyon. Tapi kalau sudah serius, galak juga.

"Maaf, om. Saya akuin saya salah.. Tapi,.. saya sama Gracia ngelakuinnya bukan karena unsur paksaan kok. Jadi kalo om mau nyalahin, salahin saya aja. Saya salah karena ga bisa nahan Gracia buat ngelakuin hal itu dan malah ikut menikmati" jawabku tegas. "Tapi.. Kalo om minta saya ngejauhin Gracia karena hal itu, saya ga bisa.."

"Kamu serius sama Gracia?" tanyanya kemudian. Pertanyaan yang sama dengan pertanyaan istrinya tadi.

"Saya belum bisa jawab hal itu sekarang om" balasku. "Tapi,... Perasaan saya ke Gracia saat ini tuh kuat banget. Jadi kalo nanti Gracia minta saya buat perjuangin dia..... Saya akan perjuangin dia sekuat tenaga.." aku menjawab dengan jawaban yang intinya sama.

"Jawaban yang bagus. Ga tegas karena ga berani ambil keputusan, tapi udah cukup bagus kok. Itu artinya kamu ga buru-buru" balasnya. "Tapi, om penasaran.. Kenapa kamu ga keliatan takut waktu om nanya kayak tadi.." sahutnya kemudian. "Jujur, dulu waktu om ditanyain kayak gitu sama mendiang kakeknya Gracia.. Om langsung keringet dingin lho" nah lho..

"Mungkin.... Karena satu-satunya ketakutan saya saat ini adalah,.. Kehilangan Gracia" tambahku. "Maka dari itu, kalo saya tau saya akan kehilangin dia, saya akan perjuangin dia. Kayak yang udah saya jelasin tadi.."

"Kehilangan Gracia?" gumam si calon papa mertua. "Ada lho kemungkinan itu.."

"Maksudnya om??"

"Jadi Gracia ga pernah cerita soal ini ya?" dia malah balik bertanya lagi.

Aku hanya menggeleng saja menjawabnya.
Sebenarnya aku tahu apa maksudnya, tapi aku hanya ingin benar-benar memastikannya saja.

"Gracia itu sebenernya udah ada calon suami.."

Tuh, kan..

"Jadi, Gracia sebenernya udah dijodohin sama anak dari anaknya anak teman mertua om.."

Hah??

"Atau lebih singkatnya cucu dari teman kakeknya Gracia"

Kenapa tidak dari tadi sih?
Itu lebih mudah dipahami.

"Sejujurnya, om lebih setuju kalo Gracia sama kamu.." ucap papanya Gracia.

"Makasih, om.." balasku senang.

"Karena om rasa.. Perasaan kamu ke Gracia itu, hampir sama kayak perasaan om ke mamanya Gracia dulu" tambahnya.

"Dulu?"

"Kalo sekarang udah lebih.. Perasaan kamu jelas kalah" kenapa aku merasa dia hanya berusaha mengelak ya. "Apalagi sekarang udah ada tiga buntutnya itu.." oh, jadi itu alasannya.

Ya sudahlah, yang penting sekarang sudah ada yang benar-benar mendukungku. Jadi aku harus tetap semangat dalam memperjuangkan Gracia. Lagipula, selama ini Gracia juga berjuang dengan keadaan yang sama bukan.

"Tapi masalahnya, soal Gracia dijodohin itu adalah salah satu pesan terakhir dari mendiang kakeknya Gracia sebelum dia meninggal. Rasanya sulit jika harus dibantah.."

Ini rumit. Sangat. Sangat rumit. Teramat sangat rumit.

"Bahkan mereka dijodohkan,.. Sebelum Gracia benar-benar lahir"

"Maksudnya gimana om??" jangan bilang kalau...

"Jadi waktu kakeknya Gracia tau kalau dia bakal punya cucu perempuan, dia langsung hubungin teman lamanya yang kebetulan memang memiliki cucu laki-laki.. Dan,... Akhirnya begitulah, kayak yang udah om ceritain.."

Jadi benar?
Gracia dijodohkan oleh orang yang belum dikenalnya, bahkan sebelum Gracia benar-benar ada di dunia ini.
Rasanya sangat tidak adil.
Tapi itu justru menambah alasanku untuk semakin memperjuangkan Gracia.

"Kamu benar-benar serius kan sama Gracia.." ucapnya lagi. "Kamu siap saingan sama calon suaminya Gracia ini?"

Aku mengangguk mantap. Seperti yang kukatakan tadi, tidak ada lagi alasan bagiku untuk ragu.

"Meskipun semisal saingan kamu itu anak orang kaya"

Yang kaya kan cuma orangtuanya.

"Meskipun semisal saingan kamu itu anak pintar yang semasa sekolahnya selalu rangking 1"

Oh?

"Meskipun semisal saingan kamu itu anak dari pemilik perusahaan besar yang nantinya dia akan jadi CEO-nya"

Eh?!
Jadi dia ada potensi jadi orang kaya juga dong. Dia pintar, ditambah punya orang dalam yang bisa menjamin pekerjaannya nanti.

"Meskipun semisal saingan kamu itu lebih tampan dari kamu, sampe bisa bikin Gracia takluk"

HEH?!!

"Karena meskipun mereka cuma pernah ketemu beberapa kali waktu kecil, tapi seinget om... Gracia itu selalu 'ngejar-ngejar' calon suaminya itu.."

Mampus gue..
Dia punya semua itu?
Emang ada ya orang sesempurna itu?
Udah, ganteng, pinter, kaya. Maruk banget jadi orang.

Aku saja hanya mengambil dua diantara tiga itu.
Pinter. Ya, mungkin bisa dibilang aku memang cukup pintar. Mengingat nilai di ijazahku.
Dan mungkin,... Ganteng. Agak gimana ya mengatakan hal itu sendiri. Tapi dengan bukti konkrit berupa banyaknya gadis yang mengejar-ngejar diriku, tidak bisa dipungkiri kan kalau aku memang tampan.
Kaya. Nah, ini. Ini nih... Meskipun tidak menutup kemungkinan aku akan kaya suatu hari nanti. Tapi kan masih belum pasti.

Kenapa sainganku sepertinya berat sekali ya?

"Pa,... Ini kopinya.."

Kemunculan Gracia yang tiba-tiba mengagetkanku dan juga papanya.
Apa dia mendengar percakapanku dengan papanya tadi ya?

"Oohh... Iya, kamu taruh di meja dulu aja.."

Gracia lalu meletakkan kopi tersebut di meja sesuai dengan intruksi ayahnya.

"Kak Ads kenapa ngeliatin? Mau kopi juga?"

"Ga usah" kutolak cepat. "Kopi buatan kamu rasanya aneh, Gre.."

"Ihh... Kak Ads mah.."

Sepertinya Gracia tidak sempat mendengarkan pecakapan tadi. Mungkin. Mudah-mudahan..

"Main catur daritadi belum selesai..?"

"Udah. Udah selesai beberapa kali sih sebenernya" sahutku mejawab pertanyaan Gracia.

"Ini yang ke berapa?" tanyanya lagi.

"Keempat" kali ini papanya yang menjawab.

"Kak Ads udah menang berapa kali?"

"Tiga" masih papanya yang menjawab.

"Oh iya, hampir lupa.. Papa dipanggil mama tuh.."

"Ada apa?"

"Gatau. Aku disuruh manggil aja.."

"Wah, kayaknya Gracia bakal punya adek lagi nih" bisiknya padaku.

Tolonglah,.. Tadi anda sudah bijak. Jangan tiba-tiba jadi begini..

"Ya udah, papa ke dalem dulu" dia bangkit berdiri. "Ads,... Jangan aneh-aneh ya. Inget! Ini di teras rumah.." tambahnya lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

"Hah?!! I..Iya, om"

Setelah papanya sudah benar-benar masuk ke dalam, Gracia kemudian duduk di kursi yang tadi diduduki oleh papanya.

"Ngobrolin apa aja tadi, kak??"

Tunggu sebentar.
Aku perlu waktu untuk mengarang bebas terlebih dahulu.

"Papa aku berlebihan ya kayaknya.." sahut Gracia tiba-tiba yang membuatku menoleh ke arahnya. "Seinget aku,.. 'Dia' itu 'cuma' ganteng deh..."

Tunggu sebentar.
Siapa yang sedang dibicarakan oleh Gracia?

"Dia baik juga sih, dia pernah belain aku waktu aku digangguin sama anak-anak lain. Tapi, meskipun gitu, dia itu cueknya kebangetan!! Aku sering dicuekin"

Sebenarnya seberapa banyak yang Gracia dengar tadi?

"Iya, kak Ads.. Aku udah dijodohin.. Persis kayak kak Ads sama ci Shani..." ucapnya sambil tersenyum.

Ya, Gracia memang tersenyum saat mengatakannya. Tapi dari sorot matanya, terlihat jelas kalau dia sedang bersedih. Sorot mata itu, sorot mata yang menandakan kesedihan.

"Tapi bedanya, kalo kalian saling cinta, sedangkan aku..." matanya mulai berkaca-kaca.

Gracia tidak sanggup untuk menyelesaikan kalimatnya ketika aku mendekat ke arahnya lalu kemudian mendekapnya ke dalam pelukanku.

"Kak Ads~"

"Keluarin aja, Gre.. Nangis aja sepuas kamu.." sembari kuusap-usap punggungnya.

Gracia langsung menagis sejadi-jadinya di dalam pelukanku. Beruntung suara tangisannya sedikit bisa teredam karena dia membenamkan wajahnya di dadaku.

"Padahal dia udah pernah janji buat cinta sama aku.. Tapi habis dia ga pernah muncul lagi... Kan sebeell.. Aku ga suka sama dia kak Ads.."

"Iya,.. Iya... Kamu sukanya sama aku doang kok. Aku tau itu"

"Iihh... Kak Ads.."

"Cup.. Cup.. Cup.."

"Aku cengeng ya, kak... Nangis mulu.."

"Gapapa" balasku. "Kamu boleh jadi yang paling cengeng di dunia ini. Asalkan ada aku di dekat kamu.."

"Kalo gitu aku mau jadi cengeng terus!!"

"Ga gitu dong,... Maksudnya biar kamu ada tempat bersandar.. Tapi ya jangan nangis terus. Aku kan ga nyuruh kamu cengeng terus-terusan"

"Terus?? Sekarang kakak mau apa setelah tau kalo aku sebenernya udah dijodohin?" tanyanya kemudian sambil mengusap-usap matanya.

"Kayak yang udah aku bilang ke papa kamu tadi. Aku akan tetap memperjuangkan kamu, selama kamu mau untuk tetap diperjuangkan.."

Aku dan Gracia kembali berpelukan. Kami berpelukan cukup lama sampai akhirnya kami disadarkan oleh deheman dari papanya Gracia yang kemudian langsung menatapku tajam.

Padahal kan cuma pelukan.
.
.
.
.
.
"Berangkat, koh.."

"Aku juga, koh.."

Kenapa mereka berdua berpamitan kepadaku?
Tapi ya sudahlah, aku turuti saja. Termasuk saat mereka berdua mengajak bersalaman yang kemudian diakhiri dengan gerakan dab ala anak-anal kekinian.

Jadi berasa Pogba ya.
Ah, sudahlah. Tidak usah dibahas..

"Wiiihh... Apa itu?" tanya Gracia tiba-tiba. "Kok kalian udah punya tos sendiri sih? Kapan bikinnya?"

"Yah... Ga tau dia.." Ecen tersenyum meledek guna menggoda cece-nya.

"Mana tau dia yang kayak gitu.." Aten menimpali.

"Tau-nya Madrid doang sih" aku ikut-ikutan.

"Itu pun taunya cuma Ronaldo" tambah Ecen.

"Sama Morata" sahut Aten.

"Padahal dua-duanya udah pindah..."

"Kak Ads!!! Aten!! Ecen!!"

"Udah, udah.. Cece-nya jangan digodain terus.."

"Iya, ma..." Aten dan Ecen kompak.

"Ads.. Jaga anak om ya" pesan si papa mertua sebelum berangkat yang cukup kubalas dengan senyuman dan anggukan.

Sebenarnya tidak perlu diberitahu seperti itu aku sudah pasti akan melakukannya. Lagipula, tidak lama kemudian aku dan Gracia juga akan segera pergi juga. Pergi untuk kembali.
Pergi untuk pulang. Pulang ke rumah. Hehehe...

IMG-20200315-194410.jpg


"Kak Ads.." panggil Gracia saat tengah kubonceng.

Aku tidak perlu menoleh kuarahnya untuk mengetahui apa maksud dia tadi memanggilku, karena Gracia terlihat menunjuk sesuatu di arah depan. Aku hanya tersenyum saja melihat sesuatu itu.

"Boleh ya, kak ya... Ya.. Ya.."

"Iya" jawabku singkat. "Hitungan ketiga ya... Satu.."

"Dua.."

"Tiga.."

"Jurus Phoenix!!!"
.
.
.
.
.
.
.
"Shan.. Shani..." panggilku saat memasuki rumah.

Tidak ada jawaban.

"Sayangku~ Cintaku~ Malaikatku~ Wanitaku~ Bidadariku~ Gadisku~ Permaisuriku~ Separuh nafasku~ Belahan jiwaku~ Sinar kehidupanku~ Warna dalam hidupku~ Aphroditeku"

Masih tidak ada jawaban. Tapi aku bisa mendengar adanya suara dari ruang tengah. Sepertinya itu suara TV.

Saat aku menengok ke ruangan tersebut, aku langsung merasakan hawa dingin yang sungguh menusuk. Shani yang sepertinya tadi tengah menonton TV, sekarang menengok ke arahku dengan tatapan tajam.

Salah apa lagi aku?

Ketika tengah berfikir apa kesalahanku sehingga Shani menjadi seperti itu, secara tiba-tiba Shani malah bangkit berdiri dan berjalan ke arahku.

IMG-20200321-172242.jpg


"Kamu kemana aja?" tanyanya begitu berada di dekatku.

Dia amnesia atau apa?
Dan kenapa nada bicaranya dingin seperti itu?

"Gre.. Gre... Masuk, Gre.. Tolong, Gre..."

Aku berteriak meminta pertolongan pada Gracia yang sebelumnya kuminta untuk menunggu di teras terlebih dahulu. Maksudku tadi aku ingin mengerjai Shani dengan berpura-pura kalau aku gagal meminta maaf dengan Gracia.
Tapi kalau keadaannya sudah seperti ini, sebaiknya aku segera mengurungkan niatku itu.

"Gre... Tolong, Gre.."

"Ga mau ah, kak Ads.. Aku ga mau ikut-ikutan.. Takooott"

Setelah melirik ke arah Gracia sebentar yang langsung membuat Gracia berlindung di belakangku, Shani kembali berucap...

"Kamu kemana aja?"

"Kan aku ke rumahnya Gracia. Kan kamu yang..."

"Kenapa habis itu ga ngabarin!!? Aku kan khawatir!!"

"Maaf... Hape aku rusak, jadi-"

"Jahat banget sih udah bikin aku khawatir.."

"Lho.. Lho.. Lho... Kamu jangan nangis dong,.. Yang hapenya rusak itu aku, harusnya aku yang nangis.."

"Boong!!"

"Beneran hape aku rusak gara-gara kehujanan.." balasku. "Nih kalo ga percaya" aku mengambil hapeku dari saku celana kemudian berusaha menyalakannya. "Dia ga mau nya..."

"Tuh, kan.. Kamu boong!! Itu nyala.."

Kemarin ga mau nyala. Kenapa sekarang tiba-tiba mau menyala dia?

"Ijo doang, Shan.." aku masih berusaha membela diri karena meskipun memang hapeku menyala, tapi layarnya hanya menampilkan warna hijau saja. "Tinggal digambarin aja.. Ini cuma bisa dibuat semut main futsal"

IMG-20200321-172240.jpg


"Ya udah aku percaya.." kemudian tiba-tiba Shani mengalihkan pandangannya ke arah Gracia. "Terus kamu.. Kenapa kamu ga ngabarin aku, Gre.."

"Maaf, ci.. Kemaren aku sibuk. Soalnya kak Asdfghjkl..."

Gracia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya saat kubungkam mulutnya seketika menggunakan telapak tanganku.

"Udah, kamu ga usah marah-marah, Shan.. Kan yang terpenting aku udah ada disini.." ucapku. "Dan ga cuma aku, ini bocah satu juga berhasil aku bawa pulang. Yang artinya, kamu tau kan maksud aku.."

Shani menatap mataku dalam-dalam sebelum akhirnya dia bergerak maju dan memeluk tubuhku erat.

"Mas... Aku rindu"

"Iya. Aku juga.." kubalas pelukannya dengan tak kalah erat.

Cukup lama kami berpelukan sampai akhirnya,...

"Ayo, Gre.. Kamu ga mau ikutan.." tawarku kemudian sambil melirik ke arah Gracia.

"Sini, Gre.." Shani ikut mengajak Gracia untuk ikut dalam pelukan kami.

"Kak Ads.. Ci Shani..." Gracia langsung menghambur ke arah kami berdua. Dan akhirnya kami berpelukan bertiga.

Kami bertiga sudah bersama. Dan kami akan memperjuangkan kebahagiaan kami. Dan caranya adalah, berjuang untuk tetap bersama sampai kapanpun dan apapun yang terjadi.
Karena dengan bersama, kami bertiga akan bahagia.

Atau mungkin aku hanya sekedar egois?
Harus dengan mereka berdua aku baru bisa bahagia?

Atau mungkin aku hanyalah orang yang serakah?
Yang tidak cukup hanya dengan satu orang gadis saja?

Tapi kurasa tidak apa jika harus menjadi egois dan serakah asalkan bisa membuat kita bersatu dengan orang-orang yang kita sayangi.
Bahkan jika perlu, tidak hanya egois dan serakah, semua dosa akan kutanggung jika memang itu diperlukan.

Dengan bersama, kami akan melewati segala rintangan, halangan dan cobaan yang mungkin akan kami temui nanti.
Tapi aku yakin dengan bersama, kami akan bisa mendobrak dinding-dinding yang menghalangi kami.

Jadi sekarang, aku akan memulai kembali. Memperjuangkan hal-hal yang memang harus kuperjuangkan. Karena,...

Ada orang yang ingin ku temui.
Ada tempat yang ingin kucapai.
Ada sesuatu yang ingin kulindungi.

Dan akhirnya aku di sini.
Aku adalah aku.
Aku mendefinisikan diriku sendiri.
Aku adalah alasan untuk segalanya.
Kenapa tidak?
Aku memutuskan untuk memperjuangkan Shani dan Gracia. Mulai hari ini dan seterusnya.

"Aku pulang, Shan.." bisikku.

"Iya. Selamat datang di rumah, mas.."


P-20191209-014810.jpg

-END of Act I-
 
Catatan Penulis:


Ya, END of Act I
Karena ini panjang...
Jadi mau saya bagi di beberapa act
Terus.... Kapan Act II?

Gatau. Mungkin Setelah wabah ini selesai..
Mau fokusin dulu ke cerita sebelah, kasihan. Udah banyak yang nagih
Dan,... Di RL juga lagi sibuk.

Sibuk nemenin 'sahabat' yang lagi kesepian karena pacarnya dikarantina

Makanya Shani dijagain sama kokonya dulu

Gracia,... Santai, ada Aten sama Ecen kan

Yang ini kasihan, masa Skye doang yang jagain dia..
Ya udah ya



Makasih
• TTD H4N53N
 
Akhirnya tamat juga..
Ceritanya kepanjangan suhu, terlalu byk flashback, pov yg trlalu lama, dan banyak hal hal yg gak berhubungan yg dijabarkan trlalu "jelas" sperti lirik lagu, penjelasan sesuatu dll, yg akhirnya membuat saya membaca dgn cara skip (tdk membaca yg tidak berhubungan dgn cerita).
Btw, ini mu vs spurs tahun brapa mainnya? Kok pemainnya kayak sudah beda dgn skrg.
 
Akhir nya misteri "tangan" Yg digandeng sama gre terpecahkan, sempet ada yg mikir itu tangan abin, terus tangan shani sampe ada yg mikir itu tangan jason.

Ohh ternyata tangan Adrian tohh 😁😁

Sekarang bisa fokus ke cerita sebelah yaa huu, "kasian" Keluarga Crikaya di anggurin.

Selamat juga akhirnya masih Tetap GRESHAN (GRacia, SHani, AdriaN) , jdi gak ada yg tersakiti 🤣
 
Terakhir diubah:
Wah semoga cepat update lagi sih. Kayaknya tau nih siapa cowok yang dijodohin sama Gracia tapi gatau lagi deh tebakannya bener apa ngga wkwkwk soalnya cerita ini mengandung banyak easter egg + plotnya yang bener-bener bagus
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Thu kan thu kan selama ini tebakan ane Bener

selama ini yg dijodohin sama Adrian Itu Gracia
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd