Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Bimabet
Di part-part akhir emang pake catatan penulis kak. Tapi post yang kemaren seolah ada indikasi jadi catatan pengamat (lagi?).
Yah, walaupun kadang kangen si pengamat juga sih.
;)
 
Adrian - Brian - ?????

IMG-20200503-165419.jpg
 
apakah akan ada crossover juga di universe lain? #MakDegg olehe ngenteni
 
Shani pernah cerita kalo dia ga punya kacamata.. Jadi ini pake kaca mata siapa?

IMG-20200509-030016.jpg


Pabrik emang ga bikin satu..
Tapi dengan gini, kalian pasti jadi makin curiga kan..

P-20200509-140612-v-HDR-On-1.jpg


#emangsengajamancing

Paling bisaan emg kalo ngasih bahan ahahaha
 
Shani pernah cerita kalo dia ga punya kacamata.. Jadi ini pake kaca mata siapa?

IMG-20200509-030016.jpg


Pabrik emang ga bikin satu..
Tapi dengan gini, kalian pasti jadi makin curiga kan..

P-20200509-140612-v-HDR-On-1.jpg


#emangsengajamancing
Boleh juga pancingannya wkwkwk
 
Ohhh I see isee
apa'an?

apakah akan ada crossover juga di universe lain? #MakDegg olehe ngenteni
hah?!

foto rarenya tuan foto rarenya tuan
foto rare apa?

bojomu udah bikin alekhim lekhimtu, ayo lanjut
sabar...

Ini pasti Ian yg nyuruh mereka berdua bikin video alekhim. Ngaku aja lu Ian.
kok..... tau sih *eh gimana

Masih saya pantauuu
jhon pantau

gini ya rasanya direbutin mereka.
emang tau rasanya?

Bgst kauu adriannn!

-rafli
bodoamat

Hehhehehehhehhee
apa hehahehe

Ngeliatin aja de sapa tau ada yg mau bikin teori konspirasi wkwkwk
wkwkwk

Konspirasi apaan yaaa
konspirasi ah gajadi deh

Paling bisaan emg kalo ngasih bahan ahahaha
bahan apa nih?

Boleh juga pancingannya wkwkwk
mancing mania... MANTAAAPP!!

Hmmmmmmmmm

Tet



Nisa sabyan

Yak betul 100 buat anda wkwkwkwkwk
lah, anjir... Bercandaan saya biasanya nih
 
Part 47: Welcome Back


Baby eo!!
Wait a minute.. Listen!

Bukan. Tidak..
Tidak seperti itu.
Lagipula harusnya,.. 'Wait a minute. Listen' dulu, baru 'Baby eo'
Ya sudahlah.. Daripada semakin ngelantur, kita langsung saja mulai.
.
.
.
"Bener ga sih kuncinya?" tanyanya untuk kesekian kalinya berusaha memastikan.

"Bener kok" jawabku. "B dulu, habis itu A.... Minor. Atau Mayor ya?" aku berfikir sebentar. "A minor"

"Engga.. Engga lo ngarang pasti" dia masih tidak percaya.

"Yee... Dibilangin ga percaya. B, A minor, terus G, lanjut A minor lagi-"

"Terus 'I' gitu?" potongnya. "Lama ga keliatan malah makin ngaco lo"

"Emang ada kunci 'I'?" tanyaku balik. "Lo yang ngaco, bang!! Lagian salah gue dimana sih?"

"Bodo. Gue mau search kuncinya dulu di internet"

Baiklah, sepertinya sekarang ini adalah waktunya bagiku untuk menyapa kalian para pembaca.. Atau bisa kubilang, Adrianholic?
Adrian Mania? (Mantap!)
Adrianlicious?
Adrianation?
Adrianisme?
Adriangank?
Adrian Fans Club?
Sahabat Adrian?
Sobat Adrian?
Bala Adrian?
Atau,... Bagaimana jika..... Sobat Gokil. Oh, itu lebih cocok untuk di sebelah.

Terserahlah. Bodoamat.. Kalian tau intinya.
Ya, memang. Adrian disini. Dan sekarang aku sedang berada di--

"Udah nih, ketemu kuncinya.. Lo siap ya"

Sepertinya penjelasan dariku harus tertunda sebentar.

C Am F G C
C Am F G C

"Bagai bunga... harum nafasmu yang kurasa...~
Santun warna... yang beri kesejukan...~

Hilangkan rasa gelap...~~

Bagai sirna... semua kata... yang tak terungkap...~
Segala rasa... yang tak pernah bicara...~

Tak pernah tuk terucap...~~

Satu hati yang kuberi cinta... kuberi rasa...~
Kuberikan sanjungan...~

Tuk saling cinta... saling menjaga...
Tuk saling menyatukan...~

Mungkin juga... hanya nafasmu yang terasa...~
Satu warna... yang beri kesejukan...~

Hilangkan rasa gelap...~~

Bagai sirna... semua kata... yang tak terungkap...~
Segala rasa... yang tak pernah bicara...~

Tak pernah tuk terucap...~~"
.
.
.
"Lo pikir,... Lo pantes nyanyi lagu kayak gitu?" komentar Shania begitu aku selesai menyanyikan lagu tersebut.

Kemudian aku melirik ke arah Shani dan Gracia yang berada di kanan dan kirinya. Shani hanya melirikku sebentar sebelum kemudian melirik ke arah lain, tapi bisa kulihat kalau sesekali dia mencoba untuk melirikku kembali. Sedangkan Gracia malah langsung membuang muka. Dan aku,... Aku hanya diam memandangi mereka bertiga secara bergantian sampai tak lama setelahnya mereka pun pergi.

"Mereka bertiga kenapa sih?" setelah kepergian ketiga orang tersebut, orang yang tadi mengiringiku bernyanyi kemudian bertanya.

Aku tidak ingin menjawabnya. Rasanya itu tidak perlu. Biarlah dia penasaran dengan hal itu.

"Padahal tadi kesininya bareng-bareng" tambahnya.

Ya, biarlah dia semakin penasaran. Dan aku yakin kalian juga ikut penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan trio 'Shan' itu. Baiklah, akan aku mulai bercerita pada kalian.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Shani, aku pulang.." ucapku yang kemudian langsung menjatuhkan tubuhku ke sofa

Lalu aku menyalakan TV berusaha untuk mencari hiburan yang bisa menperbaiki mood-ku.

"Kak Ads~~ Anterin kita ke theater dong" Gracia yang mengetahui kalau aku baru datang malah langsung meminta untuk diantar pergi. Yang artinya aku yang baru pulang harus pergi lagi.

"Iya,.. Bentar ya, Gre. Aku mau istirahat dulu bentar" balasku yang kemudian kembali mematikan TV karena tidak menemukan acara yang bagus.

Punya TV bagus tapi kalau acaranya tidak bagus juga percuma ternyata. Karena acara-acara TV yang biasa kutonton, tidak ikut ditonton oleh orang kebanyakan. Jadi itu membuat rating mereka rendah dan akhirnya dihentikan. Ironi.

"Ian,.. Kok dimatiin lagi sih?" tanya Shania yang aku juga tidak tahu kenapa bisa ikut berada disini. Maksudku di rumah ini. "Gue kan lagi mau nonton"

"Artinya istirahatnya udah selesai" Gracia mengambil kesimpulan. "Iya kan, kak Ads.. Ayo! Ayo! Kita berangkat!!"

"Bentar, Gre..."

"Kenapa sih, kak Ads? Kok keliatan lemes gitu?"

Aku sudah melalui banyak hal hari ini, dan sekarang aku hanya ingin istirahat sebentar. Sebentar saja.
Tapi kenapa orang-orang di sekitarku masih terus saja memaksaku untuk kembali beraktifitas? Menuntutku untuk terus maju.
Itu memang bukan hal yang buruk, tapi apa memang aku tidak diperbolehkan untuk berhenti sebentar, beristirahat sebentar.
Aku tahu, aku memang memiliki kewajiban, tapi itu artinya aku juga memiliki hak bukan.
Aku,... Perlu ruang untuk bernafas.

Maaf kalau sedikit curhat.
Jika kalian benar-benar mengerti apa yang kumaksudkan saja.

Karena tidak tahan dengan segala pertanyaan dari Gracia dan Shania, aku memilih untuk pergi ke kamar saja menghindari mereka sebelum aku akhirnya malah terbawa emosi nantinya.

"Eh?! Mas.. Kamu udah pulang?" tanya Shani yang berpapasan denganku.

Hanya dengan melihatnya dirinya saja, sudah bisa membuat mood-ku membaik meskipun hanya sedikit. Dan tanpa kusadari, aku pun tersenyum kepadanya.

"Aku ke kamar dulu ya..." ucapku sambil mengusap puncak kepalanya lalu juga mengelus pipinya sebelum akhirnya kembali berjalan ke kamarku.

Sesampainya di dalam kamar, aku langsung merebahkan diriku di atas kasur, memejamkan mataku dan mengambil nafas panjang berusaha untuk rileks. Tapi tak lama kemudian,...

"Mas.. Mas..." Shani yang berada di ambang pintu memanggil-manggil diriku. "Aku boleh masuk?" tanyanya kemudian.

Tidak perlu berfikir lama, aku langsung bangkit duduk dan menyuruhnya agar duduk di atas kasur bersebelahan denganku.

"Kamu kenapa sih?" tanya Shani.

Aku hanya diam saja tak menjawab pertanyaannya. Karena aku sendiri juga bingung harus menjawab apa.

"Mas,... Kamu kenapa?" tanyanya lagi yang kemudian menggenggam kedua tanganku sehingga membuatku menengok ke arahnya.

"Aku-"

"Kak Ads.." Gracia tiba-tiba muncul di ambang pintu dengan wajah sedih.

"Kamu kenap--"

"Kak Ads... Aku minta maaf!!" lalu tiba-tiba Gracia menghambur ke arahku, berlutut dan memeluk kakiku.

"Hei!! Kamu kenapa, Gre?" aku berusaha melepaskan pelukan Gracia lalu mengarahkannya agar ikut duduk di sebelahku juga.

"Ian..."

"Lo kenapa juga?" kali ini aku bertanya pada Shania yang wajahnya terlihat murung.

"Kita mau minta maaf..." sahut Gracia.

"Minta maaf? Minta maaf buat apa?" aku malah dibuat bingung.

"Ya, habis tadi kan kak Ads cuek gitu ke kita... Pasti kak Ads marah ya sama kita" balas Gracia. "Atau marahnya cuma sama aku??! Huwaa...."

"Gre!! Ga usah cari kesempatan!" Shania langsung mulai mengomel saat melihat Gracia memeluk tubuhku.

Tapi hal itu tidak berlangsung lama, Shania langsung berhenti saat aku menatap tajam ke arahnya.

"Tapi tadi kak Ads jutek gitu..." tambah Gracia.

"Ah... Oh,... Itu, gini.. Aku ga.." aku sedikit bingung harus menjelaskan mulai dari mana. "Aku ga marah sama kalian. Sama sekali. Aku ga marah. Alesan tadi aku kayak jutek,... cuek... Itu gini... Gini gini.."

Shani, Gracia dan Shania mulai memandangiku dengan serius. Dan khusus Gracia, dia belum melepaskannya pelukannya pada tubuhku.

"Aku kan tadi keluar sama temen-temen aku,.. Aku udah bilang juga kan tadi sebelum berangkat" aku mulai bercerita. "Kami tadi nongkrong gitu berlima, selesai nongkrong,... Kami ke rumah salah satu temen aku, Samuel. Kami main PS, main game bola" sudah mulai masuk ke inti permasalahanan. "Waktu main PS, aku menang lawan semuanya, aku menang lawan Rafli, aku menang lawan Jose. Bahkan lawan Samuel yang 'tuan rumah' aja, aku juga bisa menang. Tapi,... Pas aku lawan Tedi.. Aku kalah. Lawan seorang Tedi, aku kalah. Ya, aku emang salah. Aku ngeremehin, dia pake Real Madrid, aku cuma pake Semen Padang. Tapi kan tetap aja.. Dan juga, aku kalah itu karena salah pencet. Salah pencet doang.. Gara-garanya Rafli sama yang lain gangguin konsentrasi aku,.. Aku kan jadi...."

Aku menghentikan ceritaku yang sebenarnya belum selesai karena alu melihat pandangan Shani, Gracia dan Shania mulai sedikit berubah dari sebelumnya.

"Gara-gara kalah main PS?" tanya Shani seakan tidak percaya. "Kamu jadi kayak tadi, cuma gara-gara PS doang?"

"Doang? Ini ga 'doang', Shan.. Masalah ini Tedi" balasku. "Dia mungkin.. Engga. Dia pasti bakal ngungkit-ngungkit hal ini terus-terusan kalo kami lagi ngumpul.. Selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Bahkan mungkin bertahun-tahun. Dan ini Tedi lho, kalian ga kenal dia sih, dia pasti banggain hal ini. Nanti di daftar riwayat hidupnya, pasti hal ini di tulis di bagian prestasi.. 'Pernah ngalahin Adrian main PS sekali', gitu.."

"Mending kalah main PS, atau marahan sama aku?" tanya Gracia.

Lho, kok??

"Mending kalah main PS, atau aku kabur dari rumah?" tambah Shani.

Heh?!!!

"Mending kalah main PS, atau gue deket sama cowok lain?" Shania menambahkan juga.

Kok dia ikutan sih?
.
.
.
.
.
.
.
.
Ya, begitulah ceritanya. Pada akhirnya, tetap aku yang harus minta maaf. Rumit memang.
Tapi ya sudahlah, keseharianku memang seperti itu. Mau bagaimana lagi?
Levih baik dinilmati saja bukan. Hidup itu cuma sekali, karena kalo dua kali namanya--

"Lo sih, sok playboy.. Punya pacar sekaligus 3" celetuk bang Aris.

Ya, orang yang daritadi bersamaku, mengiringiku bernyanyi dengan gitar adalah bang Aris. Memangnya mau siapa?

Kenapa aku bisa bersama dengan bang Aris?
Karena aku sekarang ini sedang berada di theater. Trio 'Shan' itu memang kuantar ke theater. Lalu alasan kenapa Shania tadi berada di rumahku itu adalah karena dia ingin menjemput Gracia. Shania sudah bisa menebak, dia tahu kalau Gracia pasti berada di rumahku, bukan di rumahnya sendiri.
Mereka berdua ada semacam event gitulah di luar negeri, lebih tepatnya di Taiwan. Aku tidak begitu tahu detailnya.

Tapi kenapa harus jauh-jauh ke Taiwan sih? Mau apa memang ke Taiwan? Pacaran lagi?

Oo.. Oo. Kamu ke Taiwan pacaran lagi~

Oke, cukup..

"Makanya, lo kalo udah ada Shani.. Ga usah deketin yang lain" bang Aris sok memberi petuah.

Masalahnya, bukan aku yang mendekati yang lain. Tapi yang lain itulah yang mendekatiku.

Oh iya, aku lupa cerita..
Memang, beberapa staff dan member sudah mengetahui kalau aku memiliki hubungan dengan Shani. Tapi hanya itu yang mereka tahu, mereka tidak tahu hubungan apa yang sebenarnya.
Hubunganku dengan Shani tetap 'tunangan' dan dengan Gracia adalah pacaran, sedangkan.. Orang-orang disini menganggapnya kalau aku pacaran dengan Shani dan Gracia adalah oshi-ku. Begitulah mereka yang mereka kira. Ya, pengecualian untuk Shania, Stefi, Thacil dan Okta. Mereka berempat tetap tahu statusku yang sebenarnya.

Tapi itu tidak apa-apa, begitu saja sudah cukup. Karena itu memang itu sesuai dengan rencanaku, sangat sesuai. Kalian masih ingat saat aku berada di rumah Gracia dan berkata kalau 'aku memiliki rencana'. Memang inilah rencanaku, menganggap orang-orang disini kalau aku 'hanyalah' pacar dari Shani.
Tujuanku melakukan rencana ini adalah agar aku bisa lebih 'bebas' berada disini dan juga agar tidak bertambah lagi member yang 'mengejarku' karena minder kalau harus bersaing dengan Shani. Dan kurasa itu cukup efektif.

"Terua gimana tanggepan lo?" tanya bang Aris tiba-tiba. "Waktu lo pergi ke Belanda, Shania deket sama pebulutangkis nasional tuh"

Aku sudah mendengarnya. Dan aku tidak peduli. Terserah dia, itu bukan urusanku. Sudahlah, aku tidak ingin membahas soal ini. Lebih baik aku menjelaskan saja pada kalian alasanku ada disini kan.

Jadi alasanku berada di theater saat ini bukan hanya sekedar untuk mengantarkan trio 'Shan' saja. Tapi juga karena bangKe memintaku untuk datang, dia membicarakan sesuatu.

Tapi dimana dia sekarang?
Tidak ada attitude memang. Aku, seorang Adrian... Disuruh menunggu.
Itu juga lah alasan kenapa aku bernyanyi-nyanyi bersama bang Aris. Menghabiskan waktu sembari menunggu.

"Adrian!! Sini!" akhirnya dia muncul juga. Dan dia langsung memanggilku untuk mendatanginya.

"Ya udah, udah dateng tuh orangnya. Gue ke depan dulu ya" pamit bang Aris sembari bangkit berdiri.

Aku hanya mengangguk kecil menanggapinya.

"Hey!! Ayo, sini.. Ada yang ingin aku bicarakan" panggil bang Kenzo sekali lagi.

"Males.." jawabku. "Lo aja yang kesini, bang"

Ucapanku sontak membuat hampir semua orang menoleh ke arahku. Mungkin mereka tidak percaya dengan apa yang terjadi. Seorang Kenzo yang merupakan pemimpin mereka, malah diperintah oleh orang lain yang... Siapalah aku ini. Hahaha.

"Baiklah baiklah.." jawaban dari Kenzo semakin membuat mereka kebingungan.

"Ada apa'an sih lo pake manggil gue kesini segala?" aku langsung bertanya begitu Kenzo duduk di kursi di sebelahku.

"Pertama aku mau minta maaf karena harus mengirim gadis-gadismu itu ke Taiwan" balasnya.

"Hei, gue ga--"

"Kau mungkin bisa membohongi banyak orang, tapi aku adalah pengecualian" potongnya. Orang ini memang mengerikan.

Baiklah, untuk Gracia mungkin aku akan mengakuinya. Tapi Shania...?

"Udahlah, langsung ke intinya aja" aku berusaha menghindari 'perdebatan' denganya.

"Ini" dia kemudian malah memberikan sesuatu padaku. Sebuah kotak. Aku sebenarnya bisa menebak apa isi di dalamnya. Tapi untuk sekedar basa-basi,...

"Apa ini?" tanyaku akhirnya.

"Buka saja"

Tanpa perlu disuruh dua kali, aku langsung membuka kotak tersebut dan,... Isinya memang sesuai tebakanku.

"Untuk apa?" tanyaku lagi. "Untuk apa kau memberiku--"

"Itu titipan dari kakakmu" potongnya lagi. "Coba kau pakai"

Akupun langsung mencoba untuk memakai benda tersebut.

"WAAAHH.... Megane megane megane megane megane wa yappari Adriansyah~~"

Tapi Gracia, Anin dan Feni malah meneriakkan sesuatu yang aneh. Reflek aku langsung melepas benda tersebut.
Ya, benda tadi itu adalah sebuah kacamata. Tapi ada yang aneh saat aku memakainya tadi, bukan kacamatanya. Melainkan ada satu orang yang memperhatikan diriku dengan tatapan aneh saat aku memakai kacamata tadi.
Siapa orang itu?
Orang itu adalah...

"Kenapa, Yon? Gue mirip seseorang ya?" tanyaku menggodanya.

Dia tidak menjawabku dan langsung membuang muka begitu saja.

"Sekilas kalian memang mirip ternyata" malah bang Kenzo yang berkomentar. "Kenapa aku bisa tidak menyadarinya dari dulu.."

"Bang,.. Lo kenal sama kakak gue?" tanyaku akhirnya karena memang penasaran.

"Eno? Tentu saja" jawabnya.

Kemudian tiba-tiba banyak member yang mengerumuni kami berdua.

"Kak Adrian punya kakak?"

"Selisih berapa tahun?"

"Cewek apa cowok?"

"Kayak gimana orangnya?"

"Kak, bisa gini ga?"

"Ganteng ga? Gantengan mana sama kak Ian?"

"Emang ada yang lebih ganteng dari kak Ads??"

Rentetan pertanyaan pun mulai berdatangan. Tapi tiga pertanyaan terakhir tadi itu maksudnya apa?
Terutama yang dari Michelle karena dia menyuruhku untuk melakukan #DelleAliChallenge
Bukannya aku tidak mau atau tidak bisa melakukannya, aku bisa melakukannya, itu mudah dan sangat sederhana. Tapi masalahnya, hal itu malah mengingatkanku lagi dengan kekalahan tiga gol tak berbalas beberapa waktu yang lalu. Kurang ajar memang, dasar Delle Ali tukang dendam. Karena rahasia bagaimana cara melakukan pose tersebut dibongkar oleh Pogba, jadi dia merayakan gol ketiga kemarin dengan gaya tersebut. Sialan.
Tapi kenapa aku jadi membahas ini ya?

"Aris.. Bagaimana menurutmu? Kau ingin menjawab pertanyaan mereka?" bang Kenzo meminta pendapat dari bang Aris.

"Gue laki-laki, Kenzo-san.. Masa gue harus nilai cowok lain, ganteng apa engga" sahut bang Aris.

"Ya.... Lagipula kalaupun dijawab, mungkin akan ada yang besar kepala sebentar lagi" tambah bang Kenzo.

Para member yang mendengar itu terlihat kecewa sekaligus semakin penasaran juga, sampai pada akhirnya mereka pun menatapku dengan tatapan penuh pengharapan. Berharap aku mau menjawab rasa penasaran mereka.
Tapi coba pikir, jika aku yang menjawab pasti kalian sudah bisa menebak apa jawabanku bukan. Ini bukan narsis, tapi memang kenyataannya begitu.

"Gini, gue ga akan jawab secara langsung" ucapku kemudian. "Gue kasih analogi sederhana aja, perumpamaan"

Mereka pun semakin serius menatapku.

"Kalo kalian disuruh milih smartphone dari pabrikan yang sama,.. Yang satu, keluaran tahun ini. Dan yang satu lagi, keluaran 2 tahun sebelumnya" ujarku. "Kalian bakal milih yang mana?"

"Yang keluaran tahun ini dong.." sahut Gracia cepat. "Lebih baru, lebih bagus"

Adik memang biasanya begitu, lebih baik jika dibandingkan dengan kakaknya. Hmm,... Aku tidak sedang menyindir apapun lho ya.

"Oke,.. Berarti kalo Gracia aja paham, semuanya paham kan" ucapku.

Shani seketika terlihat berusaha menahan senyumannya. Entah karena ucapan Gracia, atau karena ucapanku. Tapi yang jelas, melihatnya seperti itu membuatku semakin menyayanginya. Lagi dan lagi.

"Ciri-ciri playboy emang gitu.." celetuk Shania. "Berusaha ngasih tau ke cewek-cewek kalo dirinya itu yang 'terbaik', meskipun ga secara langsung"

Ya, terus saja.. Aku saja yang selalu salah. Lebih baik aku diam, kalau ditanggapi malah akan semakin runyam urusannya.

"Tuh, kan.. Diem. Emang udah ngakuin berarti" ucap Shania lagi.

Aku menjadi serba salah. Kudiamkan, dianggap mengakui. Tapi nanti kalau aku menjawab, malah akan dituduh berusaha mengelak dan tukang bohong.

Memang susah berurusan demgam seorang Shania.
Apapun yang kulakukan akan dianggap sebagai sebuah kesalahan olehnya. Bahkan sesuatu yang tidak ada sangkut pautnya dengan diriku pun seakan menjadi salahku juga. Path ditutup, itu aku yang salah. Dollar melambung tinggi, itu aku yang salah. Harga sembako naik, itu aku yang salah. BBM semakin mahal, itu aku yang salah. Harga saham turun, itu aku yang salah. Messi di timnas Argentina mainnya tidak bagus, itu aku yang salah. Ronaldo pindah dari Real Madrid, itu aku yang salah. Neymar rentan cedera, itu aku yang salah. Liverpool saat itu gagal juara, itu aku yang salah. Padahal kan yang kepleset Steven Gerrard.

Terumbu karang di raja ampat rusak, itu aku yang salah. Jakarta macet, panas, sering banjir, itu aku yang salah. Kalijodo digusur, itu... Gak ada yang salah, kan sekarang jadi lebih bermanfaat. Lumpur lapindo, itu aku yang salah. Kerusuhan 98, itu aku yang salah. Korea utara membuat senjata nuklir, itu aku yang salah. Semuanya saja menjadi salahku. Member JKT banyak yang skandal, itu... Ya,... Jangan hanya menyalahkan aku saja dong.

Ah, sudahlah. Kenapa jadi membahas ini.

"Playboy kok dari bocah" Shania masih belum berhenti. Firasatku tidak enak. "Kenapa ngeliatin gue kayak gitu? Ga terima? Apa perlu gue sebutin mantan-mantan lo biar semua orang tau?"

"..."

"Oke, gue sebutin"

Aku tadi diam, tidak menanggapinya. Berharap agar tidak mendapat masalah. Tapi kenapa Shania malah...
Salahku dimana sih?

"Cinta, Icha, Evi, Indah, Wanda, Rani, Tania, Ayu"

Dia benar-benar mulai menyebutkan beberapa nama.

"Mira, Nisa, Monica, Fifi, Firda, Ema, Rara, Ditha"

Tunggu sebentar,...

"Vina, Irma, Yasmin, Luna, Bunga, Nabila, Yuniar, Fani"

Siapa nama-nama itu?

"Maya, Vita, Silvi, Sasha, Elsa, Mia, Dilla"

"Woi!! Woi!! Woi!! Lo jangan ngarang dong" sahutku.

"Jangan lupa,.. Manda" celetuk Okta.

Oke, aku mengakui. Beberapa nama tadi memang adalah mantan-mantanku. Tapi tidak semuanya, yang lain itu mungkin hanya sekedar dekat saja. Dan juga... Oh, aku baru ingat.
Nama-nama itu adalah nama yang kubuat untuk alasan agar terhindar dari Shania. Jadi dulu itu Shania sering memintaku untuk 'menemaninya' kesana kemari, dan untuk menolaknya aku beralasan kalau diriku ini sedang sibuk dengan 'nama yang kusebut secara asal'. Jadi intinya, aku hanya mengarang nama-nama itu, meskipun beberapa orangnta memang ada.

Tapi yang jelas.. Shania sudah melakukan pencemaran nama baik terhadapku.

"Banyak banget mantannya.." sahut Anin. "Kalo dikumpulin bisa ngalahin jumlah member ga ya?"

Sialan.

"Terus apa hubungannya kak Ads?" tanya Gracia tiba-tiba. "Apa hubungannya hape sama kak Ads dan kakaknya kak Ads"

Dia masih tertinggal disana?
Ternyata orang yang paling cepat menanggapi belum tentu kalau dia yang paling cepat mengerti. Tapi untung saja, itu bisa untuk mengalihkan topik pembicaraan tentang 'mantan-mantanku'.

"Oh... Kak Ads mau beli hape baru ya? Buat gantiin yang rusak itu ya" Gracia pun akhirnya menarik kesimpulan sendiri.

Ya, hape ku pada akhirnya tetap rusak. Dengan meminjam hair dryer Shani, aku mencoba untuk mengeringkannya. Pada akhirnya bisa menyala, tapi layarnya hijau semua, seakan mau syuting film. Aku coba matikan lalu kemudian menyalakannya lagi, layarnya malah berubah menjadi pink. Sungguh feminim sekali.
Dan saat kuputuskan untuk membawanya ke tempat service, biayanya ternyata cukup mahal, lebih baik kalau membeli yang baru saja. Lagipula spare part nya belum tentu bisa ditemukan juga, karena hapeku itu bisa dibilang sudah cukup lama. Keluaran dari 3-5 tahun yang lalu.

Ya, dan pada akhirnya aku memutuskan untuk membeli hape baru. Ingin mencoba beli iphone saja, tapi bulan depan akan keluar versi terbaru lagi. Akhirnya aku membeli hape android yang biasa saja. Yang penting masih bisa berkomunikasi.

"Jadi kak Eno itu kakaknya Adrian... Pantes" ucap Desy tiba-tiba.

"Lo kenal sama kakak gue, Des?" tanyaku sedikit heran.

"Ya kenal lah ya" balasnya. "Inyong kan pernah ketemu, dulu.. Sama kak V--"

"Desy!!" kata-kata Desy terpotong karena ada yang memanggilnya. "Sini bentar.. Aku mau ngomong" itu kak Kinal. Kak Kinal yang memanggil Desy. Atau bu Kinal ya? Ya begitulah..

"Tapi emang mirip sih" gumam kak Frieska yang sedang melihat ke arahku.

Aku pura-pura saja tidak tahu dan tidak mengerti dengan yang dia ucapkan. Eh, tunggu... Kak Frieska?
Aku kira yang bergumam tadi kak Naomi yang ada di sebelahnya.
Kalau kak Naomi aku maaih bisa mengerti kenapa dia mengucapkan hal itu, tapi kalau kak Frieska?
Apa maksudnya?

"Emang kak Adrian itu semirip itu sama kakaknya, Kenzo-san?" tanya Feni tiba-tiba.

"Sebenarnya kalau diperhatikan lagi, ada 3 hal yang membedakan mereka berdua" balas bang Kenzo.

Oh ya?
Apa saja?
Aku jadi ikut penasaran.

"Yang pertama tinggi badan.." sialan. "Eno lebih tinggi,... Kira-kira 5 cent--"

"2!!" potongku. "Dia cuma lebih tinggi 2 inchi"

"Bukankah itu sama saja?" balas bang Kenzo. Ya tapi kan 2 lebih sedikit daripada 5.

"Lalu yang kedua warna rambut.." lanjut bang Kenzo. "Warna rambit asli mereka. Warna rambut Eno adalah putih pirang, sedangkan warna rambut Adrian adalah putih platinum"

Memangnya ada perbedaan disana?

"Ketiga sekaligus terakhir, suara mereka" ucap bang Kenzo. "Suara Eno itu lebih tebal dan lebib berat dari Adrian, yang membuatnya terdengar lebih maskulin"

"Maksud lo??" sahutku cepat. "Terus suara gue kenapa?"

"Untuk seorang laki-laki, suaramu itu bisa dibilang tipis" bilang saja kalau cempreng. "Kebalikan dari Sisca yang perempuan tapi suaranya tebal" suaraku dibandingkan dengan Susca yang merupakan seorang perempuan. "Lalu ada sedikit falsetto juga di suaramu. Membuatnya terdengar unik. Tanya saja pada mereka"

"Aku ga ngerti Kenzo-san ngomong apa, tapi menurut aku suara kak Ads pas nyanyi itu keren banget.." sahut Gracia. "Bisa bikin aku meleleh.... Nyanyi lagi dong, kak Ads~"

"Bentar,.." aku baru teringat akan sesuatu saat melihat Desy lagi. "Des.." panggilku kemudian.

"Sorry, gue ga dibolehin cerita sama kak Kinal" balas Desy cepat. Bahkan sebelum aku mengutarakan tujuanlu memanggilnya.

"Kalo lo, bangKe. Lo bisa kenal kakak gue darimana?" tanyaku kemudian, beralih ke bang Kenzo.

"Kau pasti penasaran kenapa aku memanggilmu kemari kan" dia sengaja mengabaikan pertanyaanku atau bagaimana.

"Woi!!" iya sih, aku memang penasaran. Tapi,...

"Aku akan bertanya satu hal,.." dia benar-benar mengabaikannya. "Apa kau merindukan 'studio-mu' itu?"

"Itu bukan studio-ku" balasku.

"Ya, memang aku hanya meminjamkannya.." balasnya lagi. "Aris,.. Kau putar sekarang"

Bang Aris yang saat ini sedang berada di FOH terlihat akan memutarkan sesuatu yang nantinya muncul di LCD depan. Firasatku tidak enak.
Dan begitu diputar,...

"Hei!! Darimana lo dapet..." aku tidak melanjutkan kata-kataku.

"Diamlah,.. Ini berhubungan dengan alasan kenapa kau kupanggil kemari"


Kini kau tak mau angkat telfonku
Yang kudengar hanya nada panggilan telfonmu~

Selalu ada hari yang sulit
Tapi kau tak tahan dan kau mencari jalan lain~

'Mari kita... Putus~'
Itu yang kudengar darimu

'Mari kita... Putus~'
Ku mencoba pahami maksudmu


Aku benar-benar tidak menyangka hal ini akan terjadi. Darimana dia mendapatkan video itu. Video penampilan band-ku dulu.

"Wah~~ Lagunya keren" akubjadi bingung, sebenarnya Gracia itu oshiku atau sebaliknya. "Tapi kok kak Ads ga nyanyi?"

"Tunggu sebentar lagi.." sahut bang Kenzo.


Apa dia lebih baik dariku?
Apa dia menghapus kenanganmu denganku?

'Yang terpenting kebahagianmu'
Takkan kuucap kebohongan itu

Mengapa ku inginkan kau bahagia bila kau yang meninggalkanku?

I Don't Give Aaaa... Aaa... Aa...


"WAAAHH!!!" dan sebagian besar dari para member yang melihatnya pun bereaksi semakin heboh.

Ya, yang tadi itu memang bagian dimana aku ikut bernyanyi. Memang sesekali aku ikut bernyanyi juga, karena biasanya yang menonton menyukai hal itu.

"Ada improvisasinya juga kayaknya tadi"

Itu bukan improvisasi, aku hanya aalah lirik saja saat itu.

"Kau lihat? Reaksi yang menonton lebih heboh saat kau yang bernyanyi.." ucap bang Kenzo. "Tapi aku bingung. Dengan suaramu yang unik itu, kenapa kau lebih memilih menjadi bassis saat diband mu dulu? Aku penasaran dengan alasanmu"

Aku tidak memilih untuk di posisi vokalis agar tidak menonjol sendirian. Tapi bagaimana aku menjelaskan padanya, nanti aku akan dikira menyombongkan diri lagi.

"Terus nasib band itu gimana, kak?"

Pertanyaan yang tidak ingin aku jawab. Karena aku tidak bisa menjawabnya.
Aku sudah tidak berada di band itu, aku dan seorang temanku yang posisinya di keyboard keluar dari band.

Alasan kami keluar adalah karena... Sudah beda visi. Jika aku mengatakan seperti itu apa kalian akan mengerti maksudku?

Setelah keluar, aku dan temanku itu membuat band baru. Beranggotakan 3 orang plus satu additional untuk Drum.
Kenapa additional? Karena dia yang paling jarang bisa ikut latihan. Oh iya, kalian kenal kok dengan si additional ini. Dia adalah Jose.

Mungkin memang mirip dengan salah satu band papan atas Indonasia yang mengeluarkan 2 orang personilnya, bassis dan keyboardis. Kemudian kedua personil itu membuat band baru. Kebetulan juga band ku yang sebelumnya sebelum aku dan temanku keluar itu, bwranggotakan 6 orang.
Tapi bedanya setelah mengeluarkan kedua personilnya, band ternama itu masih cukup eksis sampai sekarang.. Sedangkan band-ku dulu, justru kalah populer dari band-ku yang baru. Bagaimana tidak, yang biasanya menulis lagu dikeluarkan..

Oh,... Apa jangan-jangan..

"Sepertinya kau sudah mulai mengerti.." ucap bang Kenzo.

"Mendingan langsung aja lo bilang deh.." balasku.

"Ya, kau harus bertanggung jawab karena sudah mempengaruhi Akustik untuk membuat lagu sendiri"

"Hei!! Hei!! Maksudnya apa nih? Gue ga mempengaruhi siapa-siapa ya.. Sisca bilang ke gue kalo mereka mau bikin lagu sendiri, cuma ga pede. Jadi gue-"

"Kau yang meyakinkan mereka kan" potongnya. "Jadi kau jarus ikut membantu mereka juga"

Ah,.. Sial.

"Kalo gue ga mau ngelakuinnya?"

"Rahasia kecilmu akan aku bongkar.."

"Dan kalo gue ngelakuin, sama aja gue bongkar rahasia sendiri juga kan.."

"Ya.. Jadi mau ataupun tidak, rahasiamu akan tetap terbongkar. Kau hanya perlu memilih, membongkarnya sendiri atau aku yang membongkarnya" sifat aslinya muncul. Ya, bang Kenzo memang seperti ini. Licik. "Anggap saja rahasiamu terbongkar itu adalah takdir.."

Dasar sialan.
Tapi ya sudahlah, itu juga bukan rahasia yang akan berakibat buruk jika dibongkar. Lebih baik aku membongkarnya sendiri.

"Tapi,... Tugas gue apa? Nulis lirik?" tanyaku. "Bukannya itu harusnya mereka nulis sendiri ya? Kalo composing atau mixing,... Harusnya kan ga perlu. Namanya aja Acoustic"

"Tugasmu hanya mengawasi mereka,.. Sebagai orang yang biasanya 'menulis', sudah sewajarnya kalau kau bisa menilai tulisan yang bagus dan yang tidak bukan" jelas bang Kenzo.

Aku berfikir sebentar....

"Kau juga bisa menggunakan studio kembali. Bukankah ada beberapa yang belum kau selesaikan disana" tambahnya.

"Oke, gue setuju.."

"Kita yang belum setuju" sahut seseorang tiba-tiba. Aku menoleh ke sumber suara dan,... Itu adalah kak Nadila. Dan dia tidak sendirian, dia bersama anggota acoustik yang lain. "Seengaknya dia harus buktiin kalo dia emang bisa bikin lagu yang bagus.."

"Kalian melihat video tadi?" balasku.

"Itu video tahun berapa?" sahut kak Rona. "Kita mana tau sekarang kualitasnya masih sebagus dulu atau tidak"

"Ya,... Mereka juga belum mendengar kau menyanyikan lagumu sendiri secara langsung kan" bang Kenzo kembali bicara. "Saat itu hanya team J, saat di bus"

"Hah?! Jadi waktu itu lagunya bikinan sendiri?" tanya Yupi yang ternyata mencuri dengar.

"Iya, pas dia bilang mau seacrh chord-nya di internet, sebenernya dia nunjukin note di hapenya.. Isinya ya lirik lagu beserta chord" bang Aris ikut menanggapi.

"Tau gitu aku videoin" ucap Yupi lagi.

Kenapa loli legal ini ikutan sih?
Padahal yang lain masih sibuk menonton video performance band-ku lho.

"Kita perlu pembuktian.." ucap kak Nadila lagi.

Aku tahu ini hanya sebuah provokasi. Tapi pada dasarnya, setiap orang tidak mau diremehkan bukan. Jadi,...

"Aurel,.. Boleh pinjem gitar lagi?"

"Pake aja.." balas Aurel yang langsung menyerahkan gitarmya padaku.

"Main apa ya??" gumamku.

"Cover ini aja... Yang waktu itu pernah lo bikin instrumennya pake piano.." ucap bang Aris dengan entengnya.

"Ya, suaramu cocok untuk lagu seperti itu.." tambah bang Kenzo.

"Nanti lo nyanyi di atas stage aja, biar nanti LCD-nya gue ganti buat backgrondnya langit gitu. Ada awan-awan. Nanti langitnya berubah dari biru jadi jingga.. Biar mirip video klip aslinya" lanjut bang Aris. "Terus biar makin mirip lagi, lo pake baju--"

"Males banget kalo sampe bajunya samaan juga"

Ya kali, kira-kira dong. Masa iya aku harus pakai baju transparan dan seperti renda-renda begitu?
Kalau penyanyi aslinya mungkin cocok cocok saja memakainya. Tapi kalau aku, bisa lain cerita.

Dan jujur.. Sebenarnya lagu yang disarankan oleh bang Aris itu memang lagu yang bagus. Aku bisa bilang juga, kalau dalam satu album itu semua langunya itu bagus. Bahkan mungkin bisa dibilang salah satu album k-pop terbaik dalam satu dekade terakhir. Album yang menghadirkan berbagai macam emosi, kesal, marah, sedih, patah hati, kecewa dsb.

Oke, kita review album dulu. EP sih lebih tepatnya. Tidak terlalu penting memang, dan tidak ada hubungannya juga. Kan ini hanya agar tulisannya terkesan banyak saja.

EP ini berisi 5 track lagu, track pertama berjudul INTRO: Middle Finger Up.
Sesuai judulnya, lagu ini seakan menjadi acungan jari tengah untuk para haters diluar sana. Liriknya kalau diartikan memang terdengar kasar.



Peace minus one, everyone
Middle Fingers-Up
Thumb, index finger, ring finger, pinky
Fold them and lift your middle finger up



Lakukan simbol 'peace' dengan tangan, lalu lipat jari telunjuk (minus one), dan kau mendapatkan 'peace minus one' hehehehhe.

Disamping liriknya yang kasar, lagu ini untukku pribadi terdengar kontradiktif (well, hampir semua lagu di album ini liriknya cukup kasar). Kenapa aku merasa begitu? Melodi lagu ini temponya tidak terlalu cepat dan jujur saja terdengar ceria, tapi dari lirik dan cara ia membawaknnya, lagu ini terasa seperti orang 'marah'.

Bisa dibilang dalam lagu ini mengangkat isu sosial yang kerap terjadi dalam masyarakat sekitar. Ia mengekspresikan rasa kesal dan marahnya kepada orang-orang yang sengaja membangun pertemanan palsu. Lewat lagu ini, ia mengatakan banyak orang yang sengaja baik kepada seseorang bukan karena perasaan tulus, melainkan karena kepentingan pribadi seperti popularitas dan kekayaan.

Ia juga mengatakan orang-orang seperti itu akan baik diawal-awal pertemanan. Tetapi mereka akan menjebak dan membawa masalah pada akhirnya sehingga mereka memilih untuk menjadi pengkhianat. Tiba-tiba menjadi sok kenal dan sok akrab. Ada juga lirik menceritakan tentang itu. Tapi aku tidak akan menuliskannya disini, karena ada sedikit kontroversi.

Lanjut di track kedua. Lagu yang awalnya akan dijadikan title-track. Tapi karena satu dan lain hal, akhirnya title-tracknya diganti. Judulnya adalah,... Bullsh*t.

Mendengarkan lagu ini, secara sepintas memang mau tak mau teringat dengan sederet single solonya yang lain. Baik itu saat dengan grupnya atau saat dia benar-benar tampil solo. Musik yang raw, dengan suara rap yang unik mewarnai lagu ini.

Liriknya? Sebuah shout-out untuk para musisi baru (beserta fans mereka) yang seakan ingin merendahkan sang raja.



What bullsh*t is this?



Aku pikir ini mungkin adalah kata yang sering di dengar atau ditunjukan padanya dari para haters, mengingat imagenya yang bukan 'sweetheart' ataupun 'Good Boy'. Hahaha..

Mungkin baginya, saat haters 'melempar lemon', ia membuatnya menjadi lagu yang bisa menambah uang di tabungannya.



Funny with my money
Homie pay me like you owe me



Bow Wow Wow Yepi-Yo-Yepi-Ye
Bow Wow Wow



Lanjut track 3, oh iya... Aku lupa track 2 tadi bisa dibilang Act I. Yang berarti track 3 ini adalah Act II, jadi kita akan masuk ke Act II. Judul lagunya adalah Super Star.
Tapi bukan wafer lho ya.

Ini adalah sebuah lagu hip hop yang memiliki lirik menyentuh. Ia seakan 'menelanjangi' dirinya sendiri dalam lirik yang lebih serupa buku harian tersebut. Rapper, fashionista, leader, produser dan pencipta lagu ini pun menunjukan dirinya 'masih manusia' dan meluapkan rasa kesepiannya melalui Super Star.

Terlebih ketika dalam bagian verse,...



I need somebody
I ain’t got nobody
(There’s nobody)
I need somebody
Any god damn Body
(Hello?)


Sebuah club-song dengan lirik yang dalam. Disini ia menyajikan cerita mengenai seperti apa rasanya menjadi seorang bintang papan atas yang dielu-elukan oleh banyak orang. Namun, alih-alih mengisahkan cerita yang riang, ia menyajikan cerita tersebut dalam lirik yang dipenuhi kesedihan serta rasa sepi.

Contohnya, dalam lirik yang berarti,... "Aku hanya menjalani kehidupanku seperti biasanya, seperti mimpi-mimpi masa kecilku, seperti orang yang muncul di TV. Aku hidup seperti itu, tapi aku masih sedih, aku nyaris menangis. Sebuah sudut dari hatiku terasa kosong."

Saat pertama kali mendengarnya, aku sangat suka dengan melodi dan rapnya. Sedikit catatan kecil, lagu ini cukup enak untuk dibuat bergoyang... Hello?

Kita lanjut ke track 4, satu-satunya lagu cinta dalam album ini. Lagu yang tadi disarankan oleh bang Aris untuk aku cover. Lagu yang yang akhirnya menjadi title track, dengan syuting MV yang dadakan. Hanya satu jam. Sebuah lagu patah hati, keputusasaan, kekecewaan, kebencian pada diri sendiri, serta penyesalan yang panjang dan menyakitkan. Fans atau pun bukan, sudah pasti lagu ini menjadi lagu favorite untuk pendengar.. Untitled, 2014.

Lagu yang dibuat murni hanya dengan iringan piano ini dibawakan dengan penuh perasaan olehnya. Pendengar bisa menemukan cerita mengenai kerinduan terhadap seorang kekasih yang telah pergi dalam lagu ini.



Seandainya aku bisa lihatmu sekali saja
Aku rela kehilangan segalanya



Comeback dengan lagu ballad??!!!

Ya aku kaget saat mengetahui kalau lagu ini yang menjadi lagu utama di album ini. Karena seperti yang sudah kubilang tadi, 'Bullsh*t' yang seharusnya menjadi lagu utama dari album ini. Dari 10 tahun lebih grupny mengeluarkan album, aku tidak ingat apakah mereka pernah membuat lagu ballad mereka sebagai lagu utama.

Lagu ini sedih. Karena pernah relate denganku. Pernah lho ya. Jadi untul saat ini tidak.
Melodinya sendiri sangat sederhana dan juga easy-listening tidak seperti empat lagu lain yang terdengar sangat rumit dan memiliki banyak 'elemen' ini itu.

Tidak hanya musiknya, video klipnya pun sangat sederhana (karena dibuat dadakan). Jauh dari kesan fancy dan artsy yang berlebihan. Hanya ada dia serta backdrop awan yang berubah warna dari biru ke orange. THAT'S IT!

Penampilannya yang tidak biasa dengan RAMBUT HITAM YANG DIPOTONG RAPIH. Menyadarkanku, kalau memang diriku pada dasarnya sudah menarik, tidak perlu tampil yang berlebihan, sederhana saja. Itu sudah cukup membuat para gadis tertarik. Maaf kalau tidak relate dengan kalian.



Or in the next life, I wish I could meet you and love you again, just like in the beginning.



Terakhir,... OUTRO: Divina Commedia.



Gone. I’m Numb. I’m Numb. Yea, I am.



Lagu yang bertemakan tentang kehidupan. Dalam lagu ini ia menceritakan pandangannya terhadap kehidupannya sendiri. Pandangan ini begitu kelam, misalnya pada lirik yang berarti,.. "Kenapa mereka menyebut hidup sebagai komedi? Apakah kau tertawa kemudian menangis? Ekspresi wajah seperti apa yang harus kugunakan? Seperti apakah wajahku? Ini (wajahku) adalah topeng palsu."

Meskipun mood lagu ini yang terasa sangat gelap dan depresif. Tapi aku bisa langsung jatuh cinta pada lagu ini di 5 detik pertama. Bahkan pada detik tersebut belum mulai bernyanyi.

Di lagu ini, lagi-lagi dia menghadirkan sisi lain dari dirinya. Meski lagu ini mendapat paling sedikit perhatian dari pendengar dan fans. Tapi lagu ini hampir sama seperti 'Super Star', lagu ini lebih pada curahan hatinya sebagai manusia biasa. Terlepas dari glamorisasi kehidupannya sebagai super star. Betapa, ia melihat hidup hanya sebagai 'divine comedy'. Serta tentunya, broken-hearted lirik,...



Mom, don’t worry about me
I’m not the problem



Keseluruhan EP ini pun berbeda dari kebanyakan album lain, hadir dalam bentuk USB drive. Sebuah inovasi!

Dalam bentuk CD dan DVD,.. Repot untuk dibawa-bawa.


Oke cukup review-nya. Sekarang aku harus kembali memikirkan lagu apa yang harus kunyanyikan untuk 'membuktikan' kualitas bermusikku.

"Bagaimana kalau lagumu yang ada kata-kata 'duri' dan 'mawar'nya itu..." bang Kenzo memberikan saran.

Itu bukan ide yang buruk. Tapi masalahnya, lagu itu sudah banyak mengalami 'perombakan' lirik. Ya, tidak jarang aku mengubah-ubah liriknya agar lebih ringkas, tapi makna lagunya tetap bisa tersampaikan dengan jelas tanpa membuat orang bingung. Nah, karena liriknya yang 'berubah-ubah' aku sendiri sedikit lupa dengan liriknya, terutama di baguan verse 2. Mungkin aku akan memainkan improvisasi saja nanti.

"Lagu dengan kata-kata 'duri' dan 'mawar'? Pasti kalo itu lagu sedih, liriknya, 'kau bagaikan duri di bunga mawar'. Terus kalo lagu cinta, 'kau seindah bunga mawar'.. Basi" komentar kak Nadila.

Kalau hanya untuk memprovokasi, itu rasanya terlalu jahat sepertinya. Tapi baiklah, akan aku tunjukkan langsung padanya. Jadi aku pun langsung bersiap-siap untuk,...

"Kau mau apa?" tanya bang Kenzo tiba-tiba.

"Katanya tadi gue disuruh nyanyi.."

"Iya, tapi disana. Di atas stage"

"Ngapain??"

Dan untuk apa pula di atas stage sudah disiapkan stand mic?

"Agar yang lain juga bisa mendengar dan melihatmu" balasnya.

"Ya sudah.. Ya sudah" aku pun langsung berjalan untuk naik ke atas stage.

"Yeay!!!" kenapa mereka antusias sekali.

"Di malam hari menuju pagi. Sedikit cemas, banyak rindunya" aku sedikit bergumam untuk menghilangkan rasa tegang.

"I want you~~" tiba-tiba Thacil menyahuti.

Bukan dong. Jangan mentang-mentang ada stand mic lalu aku akan menyanyikan lagu itu.

"Salah.." sahut Stefi. "Dia mah pake stand mic soalnya mau nyanyi Mae Shika Mukanee, iya kan.. Center-nya siapa tuh?"

Stefi makin lama, makin kurang ajar. Perlu dihukum.. Maksudku perlu dinasehati.

"Engga. Gue mau nyanyi Flying Get" balasku sewot.

"Emang Flying Get pake stand mic?" ya mana aku tahu. Kan yang biasanya menyanyikan lagu itu mereka.

"Mau nyanyi lagu apa, kak Ads? fairytale ya?" Gracia bertanya.

"Engga. Bukan itu, tapi..." tunggu sebentar. "Gre,.. Kamu tau 'fairytale'? Tau darimana??"

"Tau dong... Gracia gitu lho" dia malah berpose Always Smile. "Ppuk ppuk.. Tikki tikki.. Bbom!! bbom!!"

Darimana Gracia tahu soal...
Apa jangan-jangan saat aku sedang tidak ada, Gracia mengutak-atik komputerku?

"Kenapa kau malah bengong? Ayo cepat mulai" bang Kenzo mulai tidak sabar.

Ya, baiklah. Tapi sebelum aku mulai, alangkah baiknya kalau aku melakukan pengecekan terlebih dahulu bukan. Dan dengan memakai kacamata yang diberi bang Kenzo tadi, aku pun...

"Cek!! Cek!! Hey.. Satu.. Dua... Hey... Hey..."

Aku sengaja memberatkan suaraku ala orang sound. Selain untuk mengecek mic, aku juga bermaksud untuk menggoda seseorang. Dan orang itu pun sepertinya juga langsung kesal karena tingkahku.
Yona terlihat kesal. Ya, aku memang menghoda Yona dengan memakai kacamata dan suara sengaja diberatkan agar lebih mirip dengan si bangsat yang ada di negeri kincir angin.

"Cek.. Satu.. Hey.. Hey.. Hey,... Tayo hatiku dag dig dug saat aku melihatmu"

"Cek cek ehem!! Malah bercanda.. Malah kadi personil kelima coboy junior. Ayo, kak Ads!! Jangan kelamaan..!!!"

"Bentar dor... Kan harus di cek" balasku.

"Mic check 1! 2!! My name is..." ah, seharusnya aku tidak melanjutkan seperti itu ya. "FOH, bisa minta ganti tampilan background ga? Biar maksimal"

Permintaanku langsung dituruti dengan memberikan background.. Tapi kenapa luar angkasa sih. Ya sudahlah, tidak apa-apa.

"Lighting!!" teriakku.

"Jangan berlebihan, sewajarnya saja.." sahut bang Kenzo.

Kenapa dia spoiler liriknya.

Oke, setelah semuanya dirasa sudah pas. Aku pun langsung... Tidak, aku tidak akan langsung bernyanyi. Bercanda dulu sebentar dong, kan ada stand mic disini. Aku pun menggerakkan tanganku menirukan koreo satu buah lagu.

"Walau ku sangat ingin bertemu, walau ku menyukaimu" sebagian besar dari mereka malah mengiringi gerakanku.

"Mas.."

"Maaf. Ya, ini aku langsung nyanyi ya" ucapku akhirnya.

"Wooo... Bucin!!"

Aku tidak memperdulikan mereka dan lebih memilih untuk fokus dan memainkan chord sebelum akhirnya,...


"Aaaa... A..Aa....~
Hmm.. Na.. Nanana~ Nanana~ Yeah~

Kau bilang padaku
Dirimu lelah~
Tapi ternyata kau
Pergi sepanjang malam~
Kau pikir diri ini tak tau
Takkan aku biarkan~
Kau beri ku seribu alasan
Dan air mata palsumu~

Kata maaf kudengar lebih banyak dibanding ungkapan cinta darimu~

Hentikanlah...
Kau bagai duri tanpa mawarnya~

Jika ku harus menutup mata
Cukup 1 atau 2 kali saja~
Untuk berpura-pura tak tahu
Cukup 1 atau 2 kali saja~

Apa yang kau ucapkan, pasti hanya dusta~
Jangan berlebihan, sewajarnya saja~
Luka yang kudapat seharusnya
Cukup 1 atau 2 kali saja~

Betapa lucu
Kau meremehkanku~
Meski ku tutup mata
Tak berarti tak apa~
Aku berjuang sendirian
Hingga ku tlah terbiasa~
Meski takut tapi ku takkan tinggal diam saja~

Kata maaf kudengar lebih banyak dibanding ungkapan cinta darimu~

Hentikanlah...
Kau bagai duri tanpa mawarnya~

Jika ku harus menutup mata
Cukup 1 atau 2 kali saja~
Untuk berpura-pura tak tahu
Cukup 1 atau 2 kali saja~

Apa yang kau ucapkan, pasti hanya dusta~
Jangan berlebihan, sewajarnya saja~
Luka yang kudapat seharusnya
Cukup 1 atau 2 kali saja~

Setiap kau menemui diriku
Ku hanya ingin pergi dan berlari darimu
Ku sudah tak tahan bersama denganmu
Hanya membuat diriku merasakan pilu dan jenuh~~

Jika ku harus menutup mata (tutup mata~~)
Cukup 1 atau 2 kali saja~
Untuk berpura-pura tak tahu (tak tahu~~)
Cukup 1 atau 2 kali saja~

Apa yang kau ucapkan, pasti hanya dusta~ (semua dusta~)
Jangan berlebihan, sewajarnya saja~ (hentikanlah~)
Luka yang kudapat seharusnya
Cukup 1 atau 2 kali saja~"

Begitu selesai, tepuk tangan langsung memenuhi ruangan ini. Ya, aku tidak kaget. Aku sudah terbiasa dengan hal semacam ini.

"Kalo alu sih.. Yes" ucap Gracia tiba-tiba.

Apa'an??
Memangnya ini acara idol idol itu?
Yang penilaiannya udah dimulai sebelum semua pesertanya bernyanyi?
Kalau penilaiannya dimulai sebelum semua pesertanya bernyanyi, yang dinilai apanya???

"Ankoru! Ankoru!" kemudian Gracia mulai memprovokasi yang lainnya.

"Ankoru!! Ankoru!! Ankoru!!"

Daripada harus mendengarkan itu terus, aku pun akhirnya mulai kembali memainkan chord lagi.

"Saat air mataku mengalir~
Aku tak bisa menggunakan tissue~
Aku butuh 4 lembar.. 4 lembar.. 4 lembar..
Saat aku menangis.. Yeah~"

"Kok kayak pernah denger ya?"

Sudahlah, tidak perlu terllu dipikirkan.

"Kak Adrian suaranya bagus, kenapa ga jadi penyanyi aja sih?" tanya Anin tiba-tiba.

"Gue jadi penyanyi?" tanyaku balik. "Terus Afgan ngapain? Jadi brand ambrasador handbody? Rizky Febian ngapain? Ngangkatin telfon bokapnya?"

Papa telepon~

"Ngomong-ngomong soal Afgan, gue dulu pernah satu toilet sama Afgan lho.." celetuk bang Aris. Tidak penting.

"Terus kenapa?" balasku. "Lo liat punya dia, ada lesung pipitnya juga apa engga?"

"Ga gitu juga woi!!"

Sudahlah, aku tidak sedang ingin membahas Afgan. Kita bahas saja pelantun 'berada berada'.
Lagunya yang 'berada berada' itu, sebenarnya biasa saja. Aku tidak bilang jelek, cukup enak untuk didengarkan, tapi kalau harus mendengarnya berulang kali, aku tidak mau. Karena memang ada lagu yang tetap enak didengar meskipun sudah diputar beberapa kali, tapi ada juga lagu yang justru 'mengganggu' jika diputar beberapa kali. Kalian pasti paham kan maksudku.

Lagipula jika bukan karena ayahnya yang bekerja di stasiun TV yang sama yang juga menyiarkan sinetron dengan menggunakan lagu dia sebagai soundtrack... Belum tentu dia akan seterkenal saat ini. Dan juga lagu-lagu dia setelahnya malah terdengar sangat biasa. Kecuali yang berduet dengan Mikha Tambayong itu... Yah, lumayan lah. Tapi kembali lagi, kalau harus mendengarnya berulang kali, aku tidak mau.

Dan jika sebagai musisi, karyanya sudah mengalami jalan buntu seperti itu,... Mau apa lagi yang menjadi daya tariknya?
Visual? Percuma. Saat dia bertambah usia nanti, visualnya nanti akan menjadi seperti ayahnya juga.
Pernah melihat foto ayahnya semasa muda? Persis dengan dia saat ini. Jadi sudah bisa dibayangkan kan bagaimana tuanya dia nanti.

"Kak,.. Itu lagu dari pengalaman pribadi ya?" pertanyaan keluar dari mulut Anin. Pertanyaan yang sudah sering aku temui setiap kali selesai 'tampil'.

"Iya, pasti pengalaman pribadi tuh.. Pasti" sekarang ini Stefi jarang bicara, tapi setiap kali bicara dia mengesalkan. Awas saja..

"Atau kalo engga,... Pengalamannya.." Shania sengaja mengantungkan kalimatnya, kemudian melirik ke arah Shani sebentar.

"Kenapa orang-orang selalu nanyanya gitu sih?" balasku. "Sekarang gini deh, kalian semua tau menara Eiffel kan..?" tanyaku kemudian yang langsung mendapat anggukan dari semuanya. "Tapi apa kalian semua pernah ke Paris?"

Sekarang mereka diam. Seharusnya mereka pagam dengan perumpamaan itu ya. Semoga.
Berikutnya mereka malah asyik mengobrol satu sama lain, atau mungkin lebih tepatnya mereka membicarakanku. Mereka membahas kalau aku 'mungkin' berbohong dengan membantah kalau lagu tadi bukanlah dari pengalaman pribadiku. Terserahlah, bodoamat.

"Ikut gue. Ada yang mau gue omongin.." nenek lampir tiba-tiba mengajakku pergi dengan dalin untuk mengobrol. Firasatku tidak enak.

"Males. Lagian ga ada alasan buat gue harus-"

"Ikut gue!!" oke.. Tidak perlu pakai melotot dong.

Aku melirik ke arah Shani sebentar bermaksud meminta ijin padanya yang langsung ditanggapi dengan wajah yang cemas tapi mengangguk mengiyakan. Padahal aku berharap dia tidak mengijinkanku.

Akhirnya aku mengikuti Yona yang sudah berjalan terlebih dahulu di depanku. Aku mengikutinya beberapa langkah sampai kami berdua menjauh dan tidak dilihat oleh yang lainnya. Lalu tiba-tiba dengan gerakan cepat, dia berbalik badan dan menggerakkan tangannya.

"Kenapa? Ga kena ya?" ucapku sembari memasang senyuman di wajahku.

Ya, dia tadi bermaksud ingin tiba-tiba menamparku dengan cepat tapi tetap keras. Sayangnya aku sudah menduga akan hal itu dan memutuskan berhenti sejenak untuk menjaga jarak darinya.

"Lo manggil gue cuma mau nampar gue?" tanyaku polos. "Tapi,... Gue ga akan kena tamparan lo lagi"

"Lo tuh ya.." tapi mungkin keputusanku untuk menghindari tamparannya tadi itu adalah kepurusan yang akan berakibat lebih buruk.

"Tapi kalo lo manggil gue ada yang mau ditanyain,.. Dia baik kok. Dia baik. Sehat dia.." ucapku cepat-cepat sebelum dia semakin emosi.

"Apa'an sih?! Gue ga mau nanyain Eno!!" elaknya dengan wajah bersemu merah.

"Emang gue bilang kalo 'dia yang gue maksud itu Eno?"

"Ah.. Tauk lah, kesel gue ngomong sama lo" Yona pun akhirnya pergi kembali ke yang lainnya. Aku ditinggal sendirian.

"Sama-sama" ucapku dengan pelan tapi sengaja kubuat supaya dia masih bisa mendengarnya.

Dan ketika dia audah benar-benar pergi,...

"Habis ngapain lo sama kak Yona?" tanya sebuah suara tiba-tiba.

Aku menoleh dan,... "Cemburu?" tanyaku kemudian pada Shania.

"Pake nanya.." balasnya dengan menghindari tatapanku.

"Oh iya.. Gue nitip sesuatu buat Gracia boleh ya.." ucapku sambil menyerahkan sebuah surat daritadi memang kukantongi. "Ulang tahun dia nanti, kalian masih di Taiwan kan. Tolong kasih ke dia pas ulang tahunnya ya" tambahku.

"Lo emang ga tau diri ya" balas Shania seakan tidak mau tapi tetap menerima surat itu. "Nitipin surat cinta buat cewek lain ke cewek yang lo tau sendiri kalo cewek ini suka sama lo. Ga ngehargain banget perasaan gue.."

"Itu bukan surat cinta"

"Terus??"

"Apa ya... Fan Letter? Kan Gracia itu oshi gue"

"Masih jawab lagi" balasnya ketus.

"Oh iya,.. Satu lagi. Di Taiwan nanti, ga usah dan jangan pernah juga buat ngajakin Gracia pake pakaian yang kebuka-buka" aku memperingatkan. "Kalo baju theater gue masih bisa maklumin. Pokoknya lo ingetin dia biar ga oake baju yang kebuka!! Awas aja kalo sampe lo atau Gracia... Awas aja sampe Gracia pake baju yang kebuka gitu. Kalo lo, gue ga perduli.."

Bukan menjawab pertanyaanku, Shania malah memberikan senyuman yang mencurigakan. Sepertinya aku salah memperingatinya seperti tadi. Kemudian dia berbalik badan bermaksud pergi duluan, meninggalkanku sendirian lagi.

Tapi dengan cepat aku langsung menarik rambutnya yang sedang dikuncir kuda. Atau lebih tepatnya aku menarik ikat rambutnya sampai terlepas. Mirip kebiasaan kami dulu.

"Terus ini juga!! Ngapain sih lo pake ngiket rambut lo kayak gini lagi.." ucapku.

Kalau aku sampai jadi suka padanya lagi kan repot.

"Mau lo apa sih, waktu itu lo protes minta biar gue pake! Sekarang gue pake, masih lo protes!!" dia kembali ingin pergi duluan.

"Tunggu.." cegahku.

"Apa lagi!!"

"Emang harus lo yang ninggalin gue duluan" balasku yang kemudian berjalan melewatinya.

"Ian!!"

Aku kembali ke keramaian. Shani langsung menghampiriku begitu melihatku kembali.

"Tenang.. Ga ditampar kok" ucapku sambil memperlihatkan pipiku yang masih aman untuk saat ini. "Atau kamu yang mau namapar aku lagi.."

"Mas..."

"Bercanda" karena gemas dengan ekspresinya itu aku reflek mencubit pelan hidungnya. "Oh iya.. Bentar ya, Shan"

Tadinya aku bermaksud pergi sendiri, tapi setelah kupikir lagi.. Kenapa aku tidak membawanya sekalian.

"Ikut aja yuk" aku menggandeng tangan Shani.

Aku menghampiri member Acoustic yang masih berkumpul seperti sedang mendiskusikan sesuatu.

"Oke,... Kita sekarang udah setuju" ucap kak Nadila tiba-tiba bahkan sebelum aku mengucapkan apapun.

Tapi ya sudahlah.. Kalau memang seperti itu, artinya untuk beberapa waktu kedepan, aku harus menghabiskan waktu bersama mereka berempat. Hmm,...

Bersambung.jpg



-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


"Dia sudah kembali!!"
"Dia telah kembali duduk di singgasananya!!!"
"Dia mengenakan mahkotanya lagi!!!"
"Dia akan beraksi sekali lagi!!"


Apapun komentarnya,... Intinya adalah

#TheKingIsBack



Makasih
• TTD H4N53N


IMG-20200528-185104.jpg


IMG-20200528-185120.jpg
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd