Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

kak Ads jangan gitu ahh.,
jogging aja yyuukkk.,
mumpung aku mau jogging sama mamah.,katanya kangen pipinya dielus-elus sama mamah.,
:D :semangat::semangat:
dielus-elus pake whip cream(?)
Sepakbola memang hanya akan menyebabkan perpecahan saja
Sudah benar mending kita bahas bokep sahaja yang tidak pernah menimbulkan perpecahan
bokep juga bisa menimbulkan perpecahan kok
Kan selera orang beda-beda, beda genre bokep bisa menimbulkan perpecahan
Kok pada serius banget dah, kalem bosq tim gw aja kudu nunggu 30 taun baru juara lagi masih haha hihi :")))
kalo gue sih serius kangen shani

Kampret mending lanjut ekse nadila sama yona aja sampe baper. Ultinya adrian sekali celup cewe mana yg ga ketempelan. Janlup anin huu
kok malah nadila sama yona sih?
Ga mau acoustic aja?? *eh gimana
Cukkk ini kok jadi serius yaaa

Gak bisa Slow napa
santai.. santai... Kalem semua
munculkan nia untuk menenangkan suasana
kan lagi ke Taiwan
yg ada ntar diulti sama mahyon gan si kampret:galak:
yakin??
langsung update bagian ngewe aja hu biar pada tenang
engga
Udah saya spoiler, wkwkwk
Dripda bhas bola tpi ribut mending bahas bokep biar bersatu wkwkwkwkwk
ini lagi, udah dijelasin juga kalp bokep itu juga bisa bikin berantem kok
Akhirnya lingard ngegolin wkwkwk
menutup premier league dengan joget wkwkwk
 
Part 49:Complicated


IMG-20200803-083323.jpg


"Mas.. Mas.."

"Nngggh..."

"Mas... Bangun..,"

"Nnggghh..."

"Ayo, bangun..!! Katanya hari ini kamu mau ke rumah latihan, mau ke studio. Mulai bantuin Aurel sama yang lain... Ayo, banguuunnn"

Ya, Shani sedang berusaha membangunkanku yang sebenarnya masih sangat mengantuk. Gara-gara aku yang kepagian..., tidurnya. Sekitar jam setengah 5 aku baru tidur.
Tidak. Bukan karena malamnya aku dan Shani melakukan yang macam-macam, bukan. Belum. Belum saatnya.

"Ayo, banguuunnn!!"

"Cium dulu dong hoaaamm..~~" balasku yang kemudian menguap.

"Iihhh... Apa sih" balas Shani dengan wajah memerah. "Orang tadi udah"

"Hah? Apa??" aku tidak begitu mendengar kalimat terakhirnya karena menguap tadi.

"Bangun!!"

Tanpa menjawabnya aku menarik Shani ke arahku secara tiba-tiba sehingga dia sekarang terlihat seperti sedang menindih tubuhku.

"Mas..."

"Bobo boboan dulu yuk" ucapku sambil menaik-naikkan alisku. "Mumpung ga akan ada yang gangguin kalo sekarang.. Ga ada yang tiba-tiba dateng terus cek cek ekhem.."

"Ah, males ah... Tadinya aku mau, tapi kamunya masih nginget-nginget cewek lain.." tiba-tiba Shani malah sok ngambek.

"Heeehh,.... Ini aku lagi sama Shani apa Gracia sih? Kok cemburuan gini?" tanyaku heran.

"Udah, ayok.. Yang penting sekarang kamu bangun dulu, terus mandi, habis itu--"

"Emang jam berapa sih sekarang?" sahutku bertanya.

"Jam setengah 9" jawabnya. "Kamu semalem tidur jam berapa!!?" tanyanya kemudian mulai menginterogasi.

"Semalem aku ga tidur, aku tidurnya habis subuh hoaaammm..~~" aku masih menguap.

"Kebiasaan!! Ayo, sekarang mandi dulu biar seger"

"Adudududuh..." Shani tiba-tiba menarik telingaku. "Tapi mandiin ya"

Permintaan bercandaku malah membuat tarikannya pada telingaku semakin kencang.

"Sana mandi..!!"

"Yakin nih kamu ga mau mandiin? Atau mandi bareng gitu?" tanyaku sekali lagi sesaat sebelum masuk ke kamar mandi.

"Aku udah mandi"

"Ah, boong.. Mana buktinya?" tanyaku menggodanya.

"Mas..,"

"Iya, ini aku mandi" balasku. "Tapi habis itu kita...," aku sengaja menggantungkan kalimatku. Lalu aku sedikit menaik-naikkan alisku.

"Iya, boleh..." Shani tersenyum malu.

"Yes!!"

"Terserah kamu mau ngapain aja, aku nurut.."

"Eh?!!"


~~~~~

Aku mulai mendekatinya dari belakang secara diam-diam dan perlahan-lahan agar dia tidak menyadarinya. Dan begitu sudah dekat, aku langsung...

"Mau meluk ya?" celetuknya tiba-tiba.

"Ehh..??" aku terkejut tentunya. Shani menyadari keberadaanku.

Apakah dia juga sudah bisa menguasai haki kenbunshoku? Keren.

IMG-20200803-083319.jpg


"Aku udah hafal sama rutinitas pagi kamu" Shani menengok ke belakang menatapku.

"Lagi sibuk apa sih?" tanyaku basa-basi sambil mulai memeluknya dari belakang.

"Biasa nyiapin sarapan.." balasnya.

"Hmm...," aku mulai menciumi pipinya sembari memeluknya dari belakang.

"Udah ah, mas.. Malu"

"Malu sama siapa sih? Kan kita cuma berduaan aja.." balasku lalu kemvali menciumi pipinya. "Lagian kalo kamu emang minta udahan, tapi kok nyodorin pipi terus"

"Terus aku harus nyodorin apa?" Shani menatapku sendu sebelum kemudian dia memejamkan matanya.

Akupun juga ikut memejamkan mata dan mendekatkan bibirku ke bibirnya. Ya, aku tahu dengan jelas apa yang Shani inginkan. Sebuah ciuman.
Ciuman yang selama ini selalu tertunda karena gangguan dari seseorang, dan karena sekarang orang itu sedang tidak ada disini, jadi pastinya kami bisa berciuman dengan ten..., Tunggu sebentar.

Aku harus menghentikan aktifitasku sejenak. Kulepas pelukanku dari pinggang Shani. Aku merasakan firasat yang tidak enak. Seperti ada hawa mencekam yang mendekat.

Shani yang merasa tanggung karena ciuman kami kembali tertunda untuk keselian kalinya pun langsung merengek..., "Mas.. Kok ga ja--"

"Ssttt... Diem dulu, Shan" potongku.

Perlahan aku berjalan ke arah pintu depan. Tidak!! Tidak!! Tidak!!
Jangan!! Hawa ini, aku mengenalinya. Dan firasatku ini, aku harap aku salah..

"Mas..., kamu kenapa?"

"Kamu diem dulu disana ya.." balasku dengan sebuah senyuman di wajah guna menenangkannya.

"Adrian.." ucapnya lirih. Shani terlihat gelisah, sepertinya aku memang tidak bisa membohonginya.

Perlahan aku mendekati pintu depan dan begitu sudah dekat, aku pun langsung membuka pintu itu secara peelahan dan hati-hati. Dan begitu terbuka...,

"Oh, sial!! Aku benci saat firasatku benar..." gumamku.

Ada seseorang yang berdiri di sana. Seseorang yang tidak ingin secepat ini kutemui lagi. Lalu kemudian, secara tiba-tiba orang itu melakulan beberapa serangan cepat dan bertubi-tubi kepadaku. Untungnya aku masih bisa menangkis dan menahan serangannya itu.

"Kau tidak akan bisa emang jika hanya bertahan" ucapnya menasehati.

Aku tahu itu, aku tahu.. Aku tahu denfan sangat jelas. Tapi masalahnya,... dia tidak memberikanku kesempatan untuk melakukan serangan balik. Bahkan tidak ada celah sama sekali. Dan tanganku juga sudah terasa sakit menahan serangannya ini. Ini tidak seperti latihan threesixty yang biasa kami lakukan. Kali ini dia lebih brutal. Tapi setidaknya aku masih bisa menahannya. Jadi,...

BOUGH!!

"Aaakkhhh..."

"Adriaaann...

"Dasar curang.."

Bruk.. Aku langsung jatuh berlutut di hadapannya. Tapi untungnya itu tidak sampai membuatku pingsan. Serangan terakhirnya itu.. Itu curang. Tendangan lututnya benar-benar tidak aku duga, dan itu juga sangat telak mengenai perutku.

"Kamu gapapa..." Shani yang mengkhawatirkanku langsung menanyakan keadaanku.

"Tenang, Shan.. Aku gapapa kok"

"Di pertarungan nyata, lawanmu tidak akan memberitahu dia akan memukul atau menendang. Kau harus selalu waspada..."

"Anda ini siapa!!? Kenapa datang-datang nyerang Adrian" Shani langsung memarahi orang itu.

"Shan..., dia.." aku berusaha menahan Shani agar tidak terlalu terbawa emosi.

"Jadi gadis ini yang kau maksud? Alasan kenapa kau ingin cepat pulang saat itu?" tanyanya.

"Ya..," jawabku singkat sembari mulai berdiri dengan dibantu Shani. "Ada seseorang yang ingin kutemui. Ada tempat yang ingin kutuju. Dan ada yang sesuatu yang ingin kujaga. Gadis inilah yang kumaksud" jelasku kemudian.

"Mas... Orang ini siapa?" tanya Shani yang membantuku berdiri.

"Mungkin kamu ga akan percaya, Shan.. Tapi meskipun tampilannya kayak gini, dia ini kakek aku" jawabku akhirnya.

Ya, orang yang datang-datang lalu kemudian menghajarku ini adalah kakekku. Datang-datang malah menghajar cucunya. Apa mau dia sebenarnya?

"Bagus.. Bagus... Seleramu boleh juga. " ucap si tua bangka sialan ini. "Kau memang cucuku.."

"Maksudnya?"


~~~

"Jadi apa yang membuat kakek kemari?" tanyaku sekali lagi padanya saat kami semua sudah duduk di sofa.

"Ya, kakek baru sadar ada hal penting yang ingin kakek bicarakan padamu sebenarnya.. Tapi kakek lupa gara-gara kau terlalu lama pingsannya, dan begitu bangun kau sudah buru-buru ingin pulang" bertele-tele.

"Mas.., dia beneran kakek kamu? Bukan om kamu gitu?" Shani masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia bertanya dengan berbisik.

"Iya, Shan.. Kamu ga bisa liat uban dia yang banyak itu?" balasku.

"Tapi rambut kamu sendiri juga..."

"Tenang nona muda, saya memanglah kakek dari Eden. Soal rambut, itu adalah keturunan dari neneknya.." si tua bangka ikut nimbrung.

"Kakak aku juga rambutnya putih pirang..., kan udah pernah aku ceritain"

"Tapi ayah kamu rambutnya item?" Shani masih berbisik. "Atau itu diwarnain juga kayak kamu?"

"Setau aku emang rambutnya item sih.." aku juga ikut berbisik. "Mungkin cuma nurun ke cucunya aja"

"Tapi tadi itu apa? Eden?" Shani penasaran.

"Eehhh... Itu... Itu..., itu nama Belanda aku. Tapi sebenernya itu cuma ambisinya si orangtua ini aja pengen namain aku kayak gitu. Agak menyedihkan memang"

"Hei, kau jangan membicarakan kakekmu seperti itu.."

"Pendengarannya tajam kayak kamu" bisik Shani.

Bukan hanya pendengarannya yang tajam, tapi seluruh inderanya itu tajam. Dan itu yang membuatnya mengerikan. Untungnya dia sudah tua.

"Kakek kenapa kesini??" tanyaku untuk kesekian kalinya.

"Ayolah,... Jangan seperti itu, bukankah wajar jika orang seusia kakekmu ini sedikit pelupa.."

"Maksudnya??" tanyaku makin bingung.

"Ini.."

Tiba-tiba dia malah menyerahkan sebuah... Kotak gitar?

Kotak gitar yang berisi gitar yang sebenarnya biasa saja, tapi harganya sangat mahal.. Hanya karena brand pembuat gitar ini bekerja sama dengan brand tertentu.
Hanya karena nama brand, gitar ini jadi mahal.. Aneh sekali.

"Apa ini maksudnya?" kemudian aku bertanya lagi.

"Kakek belum memberimu hadiah ulangtahun bukan.." jawabnya santai. "Dan kakek dengar kau suka musik. Jadi,..."

"Tapi Eno sudah memberiku gitar. Untuk apa aku memiliki gitar banyak-banyak?"

"Itu dia..." sahutnya tiba-tiba. "Kakek sudah menduga akan hal itu. Jadi...,"

Sekarang dia menyerahkan sebuah kartu... Yang, sepertinya itu kartu kredit.

"Apa ini?"

"Itu Black Card"

"Heh??! Black... Kartu apa ini? Kartu rasis?"

"Bukan. Itu semacam kartu kredit,... Kakek sudah lama tidak menggunakannya, jadi untukmu saja. Lagipula itu bisa kau gunakan untuk membeli 'hadiah' yang kau inginkan"

Aku rasa dia bukan sudah lama tidak menggunakannya. Dia memang belum pernah menggunakannnya, karena jika aku boleh tebak..., kartu ini masihlah baru. Tapi,...

"Aku tidak butuh.."ucapku akhirnya. "Uang jajanku sudah lebih dari cukup"

"Kau pikir kakek akan mengambil kembali sesuatu yang sudah kakek berikan?" itu pertanyaan biasa. Tapi aku merasa itu seperti sebuah ancaman.

"Baiklah,.. Baiklah.. Aku simpan" jawabku akhirnya.

Tapi sesaat kemudian aku melirik sebentar ke arah Shani.

"Mau kamu yang nyimpen?" tanyaku iseng pada Shani.

"Eh?! Emang boleh?"

"Ya ampun, Shan.. Aku ga nyangka. Kamu..."

"Bercanda, mas. Aku juga ga butuh" balasnya. "Sama kayak kamu, uang jajan dari papa aku udah lebih dari cukup" aku tidak terkejut mendengarnya.

"Jadi apa kakek kesini hanya untuk memberikan benda-benda tidak berguna ini?" tanyaku lagi karena aku tidak begitu yakin kalau hanya itu saja tujuannya.

"Tidak. Seperti yang sudah kakek bilang tadi, ada hal penting yang ingin kakek bicarakan denganmu" ucapannya kali ini benar-benar terdengar serius. "Tapi mungkin kita harus bicara empat mata saja" dia sedikit melirik ke arah Shani.

"Tidak!!" tolakku cepat. "Dia tetap disini!" aku menahan Shani yang hendak berdiri dan pergi.

"Tapi ini terkait dengan masa depanmu" ucap kakekku lagi.

"Kalau begitu, itu menambah alasan untuk dia tetap berada disini" balasku. "Karena dia ini adalah bagian dari masa depanku"

"Mas.."

Aku langsung menatap Shani dengan memberikan senyuman untuk menenangkannya.

"Ini rumahku, aku yang mengatur..."

"Hahahaha...." si tua bangka ini malah tertawa tidak jelas. "Kakek hanya takut dia tidak bisa langsung menerima hal ini" tambahny.

"Sebenernya apa yang ingin kakek bicarakan?" tanyaku sekali lagi. "Langsung ke intinya saja"

"Baiklah, jika kau terus memaksa.. Mungkin kau tidak terlalu mengingatnya karena ini terjadi saat kau masih kecil" firasatku tidak enak. Ini menyangkut masa laluku lagi? "Tapi..., sebenarnya kakek sudah menyiapkan--"

"Ci Shani, makasih ya udah minjemin... Eh, ada tamu ya. Maaf.. Maaf" tiba-tiba ada seorang gadis yang berdiri di ujung tangga.

"Stefi??"

Ya, gadis itu adalah Stefi. Tapi kenapa dia sudah ada disini sepagi ini?

"Stephanie? Kenapa kau ada disini?" sahut kakekku.

"Opa?" balas Stefi.

Eh.. Eh..., tunggu sebentar. Apa ini??!!!!

IMG-20200801-205852.jpg



~~~

Oke, tenang... Tenang...
Aku akan menjelaskannya satu persatu. Tapi ini buruh waktu, jadi harap bersabar.

Pertama, kenapa Stefi sudah ada di rumahku pagi-pagi?
Sebenarnya tidak terlalu pagi juga, aku saja yang bangunnya kesiangan.

Dan lalu, kemana Stefi saat aku terbangun sampai si tua bangka sialan itu datang?
Jadi begini, Stefi datang sebelum aku bangun. Kemudian dia membantu Shani di dapur, tapi kemudian terjadi suatu insiden yang membuat baju Stefi menjadi kotor. Akhirnya dia meminta ijin pada Shani untuk meminjam bajunya sekalian memakai mandi kamar mandinya. Shani yang cerita.

Kenapa tidak memakai kamar mandi di lantai bawah?
Itu karena Stefi berniat untuk mandi. Mungkin memang kebanyakan gadis seperti itu, jika pakaiannya kotor dan dia harus berganti pakaian,maka dia akan mandi sekalian.
Nah, karena Stefi berniat untuk mandi, maka dia meminjam kamar mandi Shani. Sedangkan kamar mandi di lantai bawah hanya berfungsi untuk buang air besar/kecil. Ya, asal kalian tahu saja, di rumahku di lantai bawah juga ada kamar mandinya. Arsiteknya tidak bodoh. Jadi kalau ada tamu yang ingin buang air, bisa memakai kamar mandi di lantai bawah, tidak perlu sampai naik ke lantai dua.

Sudahlah, kita lanjut saja ke penjelasan tentang kenapa Stefi memanggil kakekku dengan panggilan 'opa'?

Bagaimana aku menjelaskannya ya... Ehm,... Alasannya adalah..., ya karena.... Kakekku ternyata adalah kakek Stefi juga. Kami satu kakek tapi beda nenek. Paham?

Oke memang itu tidak terlalu menjelaskan. Jadi begini,... Menurut penjelasan kakekku, ternyata sebenarnya kakekku ini memiliki lebih dari satu istri, aku tidak tahu tepatnya ada berapa istri yang dia punya. Tapi yang jelas, nenekku dan nenek Stefi adalah salah duanya.

Kalau dilihat dari silsilah, Stefi adalah kakakku. Karena nenek dia dinikahi terlebih dahulu daripada nenekku. Kesannya nenekku seperti pelakor ya.. Tapi bukan begitu kakekku saja yang memang dasarnya brengsek.

Lalu kalau dilihat dari usia,.. Aku yang lebih tua daripada Stefi. Jadi..., itulah alasan kenapa judul part-nya seperti ini.
Ya, ini rumit terlalu rumit.

Dan jujur, aku syok. Aku syok mengetahui fakta bahwa aku dan Stefi memiliki 'hubungan keluarga'. Mungkin itu sedikit menjelaskan kenapa aku sayang padanya dan ingin melindunginya. Mungkin itu adalah insting seorang 'kakak' atau apa aku tidak tahu.
Tapi kembali lagi, aku dan Stefi sudah melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh saudara.. Dan tidak hanya sekali dua kali, sudah berkali-kali kami melakukannya, setiap ada kesempatan kami akan melakukannya. Karena kami adalah partner sex, ingat..?
Jadi, selama ini aku sudah berkali-kali meniduri Stefi yang ternyata adalah 'adikku' sendiri.
Oh,,... Ini rumit.

Maksudku, bagaimana jika ternyata bukan hanya Stefi?
Bagaimana jika ada member lain lagi yang ternyata adalah saudaraku juga?
Bagaimana jika member itu sudah pernah aku tiduri juga sebelumnya sama halnya seperti Stefi?

Mungkin sebaiknya aku mulai menghindari member yang memiliki keturunan Belanda. Menghindari agar tidak sampai menidurinya. Aku harus waspada mulai saat ini.
Oke,.. Aku ralat. Mungkin sebaiknya aku tidak dengan mudahnya meniduri sembarang gadis, tidak hanya member.

Setelah mengetahui fakta ini, aku dan Stefi belum saling bicara. Kami seakan canggung dengan situasi ini.
Tadi setelah kakekku menjelaskan situasinya, dia langsung meminta tolong padaku untuk diantarkan ke apartemennya, awalnya dia berencana untuk tinggal di rumahku sementara waktu, tapi setelah mengetahui kalau aku tinggal bersama Shani, dia mengubah rencananya tersebut. Dia bilang dia tidak ingin menganggu kesenangan cucunya. Tapi dengan menceritakan hubungan antara aku dan Stefi, itu sudah seperti merusak semuanya.

Aku masih tidak percaya, aku sudah meniduri 'adikku' sendiri... Aku berharap ini hanyalah mimpi.

"Astaga..." aku mengusap-usap wajahku dengan kedua telapak tanganku.

Oh iya, aku belum menjelaskan.. Sekarang aku sudah berada di studio. Setelah mengantarkan tua bangka sialan itu, aku, Shani dan Stefi langsung berangkat ke rumah latihan.. Tentunya karena mereka ada latihan, dan aku ke studio karena ada project bersama acoustic, tapi mereka belum datang.
Tapi aku juga berharap agar mereka tidak segera datang, pikiranku masih kacau.

"Haduuuhh..." aku menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

"Mas..?"

"Eh..?? Shan?" aku yang kaget langsung menengok ke arah pintu, dan ternyata Shani ada disana. "Kamu kok kesini? Ga latihan?"

"Belum. Masih tim J yang latihan" Shani masuk kemudian mengambil kursi dan duduk di dekatku. "Kamu kenapa? Kepikiran sesuatu.."

"Ah,... Iya. Aku agak kaget aja sama cerita kakekku tadi" jawabku yang mencoba untuk jujur, tapi tidak sepenuhnya

"Oh.. Iya, sih.. aku juga kaget" balasnya.

Apa aku harus menceritakannya pada Shani?
Soal apa yang selama ini sudah kulakukan dengan Stefi di belakangnya?
Tapi apa reaksi Shani nanti?
Apa dia akan marah? Itu sudah wajar sih?
Tapi jika dia marah dan tidak mau memaafkanku bagaimana?
Aku tidak mau seperti itu..

"Ga nyangka aja, ternyata playboy-nya kamu nurun dari kakek kamu ya..." celetuk Shani.

"Eee... Shaaann.."

"Hehehe, maaf" dia tersenyum. Manis sekali. "Tapi ga cuma kamu kok yang kepikiran soal itu, Stefi juga kayaknya.. Tadi aku liat pas latihan dia salah gerakan terus. Setau aku, jarang sih dia kayak gitu..."

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

Sepertinya aku memang harus mengatakannya pada Shani. Lagipula cepat atau lambat, dia juga harus mengetahuinya. Dan akan lebih baik kalau dia mengetahuinya dariku terlebih dahulu daripada dia mengetahuinya dari orang lain.

"Shan.."

"Iya?" balasnya sambil tersenyum.

"Sebenernya..., aku.." masih ada keraguan dalam diriku. Mungkin aku tidak akan sanggup untuk mengatakan yang sejujurnya.

"Mas..?"

"Sebenernya yang bikin aku kepikiran soal omongan kakekku itu...," aku masih tidak bisa. Aku masih ragu.

Ayolah, Adrian!!
Kuatkan dirimu!

"Adrian..?"

"Sebenernya aku sama Stefi selama ini itu udah--"

Belum selesai aku berbicara, tiba-tiba Shani sudah menghambur ke arahku. Tentunya hal itu membuatku kaget.
Ada apa lagi ini?

"Shan..?"

"Makasih" sahutnya.

"Eh?!!"

"Makasih udah mau jujur.." ucapnya lagi.

"Kok..? Tapi aku belum selesai ngomong, Shan.." aku bingung.

"Aku udah tau apa yang mau kamu omongin.."

"Maksudnya?"

"Stefi udah pernah cerita kok"

"Oh.. Eh?! HEH??!!!" aku kaget. Tentu saja aku kaget. "K..Kapan dia ceritanya?"

"Waktu kita mau kasih surprise ulangtahun ke kamu.." ucapnya. "Waktu lagi nyiapin kue, tiba-tiba Stefi ngajak buat ngobrol berdua aja. Dan akhirnya dia cerita ke aku.."

Sudah cukup lama berarti. Dan Shani diam saja selama ini seakan tidak terjadi apa-apa?

"Aku emang sengaja diem, sengaja nunggu... Nunggu kamu cerita sendiri ke aku" ucap Shani akhirnya. "Tapi ternyata..., aku ga kuat kalo harus denger dua kali. Rasanya sakit, mas... Sakit.."

"Terus gimana reaksi kamu pas tau kalo--"

"Kamu masih nanya?" potongnya. "Ya, aku marah lah.. Aku marah sama Stefi.. Dan aku... Aku..."

Aku lalu mendekapnya erat ke dalam pelukanku..., "Maafin, aku ya.."

"Mas... Jujur sama aku.., kamu sebenernya ada rencana buat ceritain tentang hal ini ke aku apa engga?" tanyanya yang kemudian melepaskan pelukanku tiba-tiba. "Kalo semisal kakek kamu ga muncul dan ceritain semuanya, apa kamu bakal ada niatan buat ceritain kelakuan kamu sama Stefi di belakang aku?"

Aku tidak mampu menjawab dengan kata-kata. Pertanyaan Shani benar-benar memojokkanku.
Menggeleng. Aku hanya mampu menggelengkan kepalaku sebagai jawaban. Aku tidak mau lagi berbohong padanya.

"Makasih udah jujur, meskipun sakit.."

"Tapi aku janji, besok kalo aku ada main sama cewek lain lagi, bakal langsung aku ceritain ke kamu... Adadadadaaahh..."

"Bukan itu intinya..." Shani menjewer telingaku. Lebih sakit dari tadi pagi.

"Iya,.. Iya.. Maaf"

"Masih aja bercanda, heran aku.."

"Aku ga bercanda kok.." balasku. Tapi langsung aku ralat dengan..., "Iya, iya.. Tadi aku bercanda doang" karena Shani mengencangkan jewerannya, bahkan dia juga melotot ke arahku.

"Tapi sebenernya..., aku kesini itu karena khawarir sama kamu, khawatir sama kondisi mental kamu" ucap Shani. "Takutnya kamu syok pas tau kalo selama ini gadis yang kamu--"

"Iya, aku emang syok, Shan.." sahutku. "Makasih ya udah khawatir sama aku" aku tersenyum kepadanya.

"Udahlah, ga usah terlalu kamu pikirin" balas Shani. "Lagian kita berdua juga kan sebenernya sepupu jauh"

Benar juga.
Aku dan Shani adalah sepupu jauh, yang suatu hari nanti akan menikah dan punya anak cucu.
Dan juga kalau dirunut dari awal, kita semua ini juga adalah saudara kan. Berasal dari nenek moyang yang sama. Nabi Adam.
Kecuali bagi kalian yang mempercayai teori Darwin, ya itu pilihan kalian. Tapi kalau aku, aku percaya kalau nenek moyangku adalah manusia, bukan kera.

Eh, tunggu sebentar...
Aku dan Shani adalah sepupu jauh. Jadi jika suatu hari nanti ada klarifikasi bersama sep....,
Ah tidak deh, tidak. Tidak jadi.

"Oh, berarti..."

"Bukan berarti aku ngijinin kamu sama Stefi buat ngelanjutin hubungan kalian itu ya...," ucap Shani cepat. Ah, ternyata bukan.

"Bukan gitu... Ya aku tau, kamu cuma ngijinin sama Gracia kan..., tapi kan Gracia sekarang lagi ada di Taiwan, terus...."

"Ya udah, nanti malem aku tunggu di kamar.." sahut Shani tiba-tiba.

Tidak.. Tidak.. Tidak..
Bukan begitu maksudku. Aku tadi hanya bercanda saja. Tapi,...

"Kenapa ga sekarang aja.. Disini" aku akan menggodanya sedikit.

"Se..Sekarang? T...Tapi K..Kalo ada yang masuk gimana?"

Tunggu.. tunggu.. tunggu...
Shani mau?
Dia tidak menolak?
Ya sudahlah, aku lanjutkan saja.

"Ya aku kunci dulu" balasku.

Meskipun aku tidak yakin apakah suaranya bisa teredam atau tidak. Karena meskipun ini studio, tapi seingatku suara dari dalam sini masih suka bocor keluar.

"Tapi...,"

Tanpa menunggunya menyelesaikan kalimatnya, aku langsung menarik Shani ke arahku sehingga dia sekarang duduk di pangkuanku.

"Bercanda, Shan... Tenang aja, aku ga akan apa-apain kamu, sampe kita nikah nanti, hehehe.." jelasku kemudian.

"Itu janji?" tanyanya.

"Engga" terlalu berat rasanya kalau hal itu dijadikan sebagai sebuah janji. "Bisa dibilang itu kayak semacam... Aturan aku sendiri, hehe"

Shani kembali memelukku erat. "Aku sayang kamu, Adrian.."

Aku membalas pelukannya dengan tak kalah erat.

"Oh, jadi seperti ini kalian kalau sedang berdua saja..."

"Eh?!! BanGo??"

Bang Gomi tiba-tiba muncul. Dan dia tidak sendirian, dia bersama dengan anggota acoustic dan juga...,

"Bang Fey? Ngapain kok..."

"Dia akan mengawasimu.. Dan mungkin 'sedikit' membantu" sahut bang Gomi.

Aku ditugasi mengawasi para anggota acoustic, tapi aku sendiri diawasi?
Firasatku mengatakan kalau sebenarnya ada yang sedang direncanakan oleh si bangKe... Aku harus mencari tahu tentang itu. Dimana dia sekarang?

"Yo, Adrian.. Apa kabar?" sapa bang Fey. Basa-basi sekali. "Lama kita tidak berjumpa, kau sudah ada berapa lagu baru..."

"Tidak ada,.." jawabku asal.

"Shani.., bukankah kamu harusnya ada latihan" ucap bang Gomi.

"I-Iya, Gomi-san" Shani langsung berdiri dan kemudian hendak berjalan keluar.

"Tenang aja, Shan.. Ada gue. Bakal gue jagain Adrian biar dia ga godain Nadila sama yang lain" cegah bang Fey sebelum Shani keluar.

"Bukan itu.." ucap Shani lirih.

Ya, memang bukan itu yang seharusnya dikhawatirkan oleh Shani. Aku orangnya jarang untuk 'menggoda', aku lebih seringnya itu 'digoda'. Dan saat aku digoda, barulah aku akan menggoda balik, tapi terkadang..., godaanku terlalu kelewatan, dan tidak jarang sampai berakhir di atas ranjang. Kalian pasti tahu kan apa yang kumaksudkan.

Jadi seperti yang sudah sering Shani peringatkan. Aku harus belajar untuk berkata 'tidak'. Aku harus berani untuk menolak.

IMG-20200803-083322.jpg


"Shan...," panggilku sebelum Shani benar-benar keluar. Shani menengok sebentar dan..., "Aku sayang kamu" ucapku kemudian.

"Iihhh... So sweet" sahut beberapa orang yang ada disana.

Aku dan Shani memang lebih sering menggunakan kalimat Aku sayang kamu atau Aku cinta kamu daripada kalimat,.. I Love You.
Entah kenapa rasanya beda saja, meskipun arti dari kalimat tersebut sama.

Dan memang jarang saja pasangan-pasangan di negara ini yang menggunakan bahasa Indonesia saat mengungkapkan rasa sayang mereka ke pasangan. Aku juga tidak tahu kenapa.


~~~

P-20200530-214543.jpg


Lakukan yang terbaik.
Kalimat terakhir dari BangGo masih membekas di kepalaku.
Ya..., aku tidak akan berjanji. Tapi akan kuusahakan untuk melakukannya.

Oh iya, aku belum menjelaskan siapa itu banGo a.k.a bang Gomi ya. Jadi dia adalah..., pimpinan kreatif di sini. Maksudku pimpinan kreatif para staff.
Pimpinan kreatif itu apa? Pimpinan kreatif adalah..., pimpinan yang kreatif.

Oke, itu sebenernya tidak menjelaskan. Tapi kalian pasti tahu apa yang kumaksudkan.
Dan aku memanggilnya banGo karena..., karena..., ya aku memang sedikit tidak sopan orangnya.
Bang Kenzo kupanggil bangKe, bang Gomi kupanggil banGo. Memang seperti merk kecap, tapi ya sudahlah..

Dan sekarang, karena aku sudah bertemu dengan acoustic..., aku akan mengatakan ini.

"Kak Nadila, Kak Rona, Aurel, Sisca.." panggilku. "Ada yang mau gue omongin sebelum kita mulai"

Mereka berempat langsung memandangiku dengan tatapan serius sekaligus penasaran.

"Kak Nadila..., suara lo bagus, main gitar lo juga oke. Tapi tolong kalo nyanyi bisa agak keras lagi? Karena kalo gue liat kalian perform berempat, suara lo kayak ketutupan sama yang lain. Ya, emang nyanyi sambil main gitar itu susah.. Tapi tolong, kedepannya powernya bisa lebih kuat lagi. Biar yang lain juga sadar kalo lo juga ada disini. Terus kak Rona..., emang udah jarang kedengeran sih kalo dibandingin dulu, tapi telinga gue masih bisa denger... Medoknya masih kedengeran. Biasanya sih kalo udah over pede ya.. Udah merasa terlalu nyaman gitu, lo kelepasan medoknya. Jadi tolong kedepannya kalo udah nyaman, jangan sampe kelupaan dan keluar medoknya. Jangan sampe kenyamanan itu malah bikin kita jatuh.. Dulu kak Rona pernah bersinar kan.." ya, aku memang sedang memberikan saran pada mereka. "Lanjut, Aurel...., semua member jeketi itu cakep sebenernya, ga ada yang jelek. Dan emang selera masing-masing orang itu beda. Lo sendiri pasti sadar sama hal itu.. Mungkin lo mikir kalo lo 'bukan termasuk member yang cakep'.. tapi inget, lo member yang bertalenta. Lo ikut acoustic ini.. Lo juga ikut dance project kan. Jangan jadi ga pede karena 'kekurangan' lo, tapi coba buat maksimalin kelebihan-kelebihan lo. Semua orang punya kesempatannya masing-masing dengan caranya masing-masing, dan sekarang ini mungkin adalah kesempatan lo. Oh iya, dan menurut gue, lo itu cakep kok. Terakhir Sisca..., suara lo enak. Bagus.. Bagus banget. Bahkan gue iri sebenernya. Mungkin lo udah terlalu bosen sama pujian itu ya.. Kalo gitu gue langsung ngasih kritik aja... Jangan terlalu banyak improvisasi. Masakan kalo ditambahin garem secukupnya, bakal jadi enak.. Tapi kalo kelebihan, bakal keasinan, dan yang pasti jadi ga enak. Anggep garem itu kayak improvisasi lo. Jangan kebanyakan improvisasi pas nyanyi, secukupnya aja.. Karena kalo kebanyakan, malah annoying jadinya" lanjutku. "Oke itu aja yang mau gue sampein.. Sekarang kalian bisa langsung lanjut nulis lirik" aku pun mengakhirinya.

"Lo bisa langsung ngasih tau kekurangan sama kelebihan mereka.. Lo selama ini diem-diem udah merhatiin mereka?" bang Fey bertanya.

"Gue kemaren malem begadang nontonin video perform mereka.." aku menjawab.

Ya kalian pikir aku begadang tanpa alasan? Tentu tidak.
Dan aku begadang juga bukan karena hal negatif, aku bukan kalian

"Kak Adrian...," ada yang memanggilku. Dari suaranya seperti Aurel.

"Yap?" balasku.

"Makasih saran-sarannya...," ucap Aurel lagi.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan sedikit anggukan.

"Oh iya, ini kita udah nyoba nulis beberapa lirik sebenernya" Aurel mengumpulkan kertas dari yang lainnya sebelum akhirnya menyerahkannya kepadaku. "Siapa tau bisa--"

"Engga" tolakku cepat setelah membaca sedikit lirik yang mereka tulis.

"Hah?? Gimana?"

"Engga.. Kalian coba nulis lagi. Lirik yang kalian tulis ini terlalu biasa" tambahku.

"Kak Fey??"

"Ikuti saja apa yang diperintahkan Adrian.." jawab bang Fey. "Kalian juga sudah diberikan saran olehnya kan.. Itu petunjuknya"

Dan mereka berempat pun segera melakukannya dengan semangat. Kecuali satu yang sepertinya agak malas untuk melakukannya, yaitu kak Nadila.
Terserahlah..

"Lo bukan mau bikin lagu tentang cinta kan.." bisik bang Fey pelan, memastikan hanya aku yang dapat mendengarnya. Sepertinya dia paham apa maksudku. "Lo ngasih lebih dari yang diminta"

"Maksudnya??" tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Sok polos" celetuk bang Fey. "Setelah ini, kayaknya mereka bukan cuma dapet lagu sendiri. Tapi perform mereka bakal jadi lebih baik dari sebelumnya.."

"Ya, semoga.."


~~~

"Engga.. Salah. Bikin sekali lagi!!" ucapku untuk yang..., entah keberapa kalinya.

Aku sendiri sudah lelah sebenarnya meremas-remas kertas dan membuangnya daritadi. Mereka berempat masih tidak mengerti. Aku tidak ingin mereka menulis lagu tentang cinta. Bukan begitu..
Percuma jika membuat lagu tentang cinta, yang bukan berdasar pengalaman pribadi. Dan hasilnya..., biasa saja. Percuma.

"Kenapa lo ga kasih tau langsung ke mereka aja sih, lo maunya kayak gimana?" bisik bang Fey.

"Gini aja deh..." ucapku akhirnya. "Kalian lupain dulu semua lagu lagu cinta yang pernah kalian denger, lupain dulu semua film-film romantis yang pernah kalian tonton. Lupain dulu semuanya.. Dan kalian ga usah mikirin dulu gimana nanti musiknya, gimana aransemennya. Ga usah.. Kalian coba kayak cerita aja, tulis aja semua yang kalian rasain selama ini. Kayak seakan kalian lagi bikin diary" kuharap saranku ini berguna. "Nanti kalian serahin hasilnya ke gue, setelah itu bakal gue coba ubah jadi lirik dan gue sesuaiin sama musiknya nanti. Yang bakal dibikin sama,... Lo yang bakal bikin musiknya kan bang Fey?"

Bukannya menjawab, bang Fey malah mesam-mesem ga jelas.

"Kenapa buru-buru sih?" pertanyaan bodoh terlontar oleh salah satu dari mereka. "Kita capek tau nulis terus daritadi.. Bisa santai dulu engga"

"Kalian pikir kalian nanti ga perlu latihan dulu buat lagu baru ini?" tapi bang Fey yang membalas pertanyaan itu, mewakili diriku. "Kalian pikir kalian udah sehebat itu?"

Sepertinya ini akan berlangsung lebih lama dari yang kukira.


~~~~~~~~

Begitulah hari pertamaku bersama dengan acoustic. Melelahkan.

Tapi aku akan tetap berusaha. Karena acoustic adalah..., mungkin bisa dibilang satu-satunya sub unit yang bisa diharapkan saat ini.
Maksudku ada banyak sub unit di jeketi kan. Tapi banyak juga yang tidak jelas bagaimana kabarnya.

Kita sebut satu persatu...

4 Gulali? Jujur, konsep sub unit ini aku tidak begitu mengerti.

JKT48 Dangdut? Konsepnya hanya lagu jeketi yang diaransemen ke genre dangdut koplo(?) Seperti Via Vallen.

JKT48 Band? Band yang teknik bermain musiknya pas-pasan. Atau sebenarnya pada awalnya mereka ini terbentuk hanya untuk 'kesenangan' para generasi 1 saja?

Dan ketiga sub unit yang kusebutkan diatas..., begitu pelopornya keluar, kelanjutan nasibnya tidak jelas.

JKT48 Dance Project? Tarian yang tidak terlalu bagus.. Seperti dibentuk hanya untuk memainkan nafsu para penggemar yang mayoritas laki-laki, agar seakan mereka melihat tarian erotis(?)
Ditambah DJ pula yang tugasnya hanya memutar lagu.

Jadi ya bisa dibilang, memang JKT48 Acoustic adalah satu-satunya harapan dari sub unit.

Dan ternyata ini tidak mudah, mengawasi mereka selama beberapa hari ini melelahkan juga. Tapi sudah ada sedikit perkembangan karena kak Nadila dan Aurel sudah berhasil menulis sesuai yang kuharapkan. Tinggal kak Rona dan Sisca saja.

Kemudian..., aku tidak mau membahas soal apa yang terjadi antara aku dan kak Nadila. Memang aku tidak langsung menyetubuhinya saat itu juga, dan kak Nadila memang tidak semurah itu, tidak segampangan itu. Tapi tetap saja, kak Nadila kan sudah berjanji akan tidur denganku suatu saat nanti.
Dan apakah aku nanti sanggup untuk menolaknya?

Mungkin akan kupikiekan caranya nanti, karena jika aku terlalu memikirkannya.., aku bisa pusing. Sekarang lebih baik kalau aku videocall saja dengan kesayanganku, Shani Indira Natio.

"Hai, mas.."

"Cepet banget ngangkatnya?"

"Ngapain video call sih?"

"Ga boleh?"

"Kalo kangen ya pulang!! Kenapa malah nginep lagi sih?"

Ya, beberapa hari ini aku memang menginap di studio.. Seperti dulu, kebiasaan lama. Bedanya kalau dulu saat aku menginap, hanya para staff -itupun hanya beberapa- yang tahu, sedangkan kalau sekarang, memberpun tahu kalau aku sedang menginap. Karena terkadang mereka ada yang latihan sampai malam juga kan.

Alasanku kenapa suka menginap di studio, mungkin karena dari jam 1 sampai jam 5 pagi, itu adalah saat-saat dimana diriku paling produktif dalam berkarya, jadi aku bisa langsung recording begitu aku selesai menulis. Apalagi studio yang sekarang tidak terlalu pengap, jadi sedikit lebih nyaman dibanding dulu.

Dan kalau dulu, saat aku menginap aku harus sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan member, dan studio terasa sepi karena aku tidak bisa memutarkan lagu, suaranya bisa bocor keluar. Tapi sekarang.., aku bisa bebas, tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi dan aku juga bisa bebas juga memutar lagu-lagu demo agar tidak terlalu sepi.

"Aku mau dengerin salah satu lagu dong.."

"Boleh.., mau dengerin berapa lagu?"

"Satu aja.., salah satunya aja"

"Padahal ada banyak lagu tentang kamu lho.." balasku pelan.

"Kenapa, mas..?"

"Ga.. Gapapa" balasku. "Aku langsung nyalain aja lagunya kali ya"

"Iya.., boleh"

"Kamu coba tebak, ini lagunya tentang apa.."

IMG-20200803-180506-1.jpg





Aku tak ingin kehilangan waktu kita
Bagaimana denganmu?

Sebenarnya ku ingin memelukmu
Saat ku melihatmu~

Kau adalah orang yang baik bagiku
Jadi janganlah mendekat~
Aku orang yang tlah lama mencarimu
Kita tetaplah seperti ini~

Ku suka padamu~
Ku sungguh menyukaimu~
Ku simpan perasaanku dan genggamlah tanganku~



Shani tampak berfikir sebentar sebelum akhirnya dia tertawa ketika mendengar lirik terakhir tadi. Sepertinya dia sadar karena hal itu.

"Handshake ya?" Shani akhirnya kembali berucap. "Kamu terinspirasi dari handshake?"

"Aku cuma bayangin, kira-kira kalo nanti pas ada event handshake dan aku dateng ke bilik kamu..., apa yang mungkin aku pikirin. Itu aja sih" balasku.

"Ada-ada aja sih..,"

"Itu baru aku tulis tadi dan langsung aku record juga.. Belum selesai. Itu tadi baru bagian bridge sama chorus aja.. Verse 1, verse 2, coda, belum aku buat.."

"Yah..., aku pengen denger versi full-nya. Selesaiin ya" pinta Shani.

Aku langsung mengangguk mengiyakan. Aku pasti akan menyelesaikan apa yang sudah aku buat. Karena kalau tidak, semua kerja kerasku akan sia-sia.

"Kamu mau denger lagu lain ga?" tawarku kemudian.

Shani langsung mengangguk dengan cepat.

"Bentar ya..," aku mencari-cari lagu yang ingin kuperdengarkan pada Shani. Tapi tidak ketemu. Aku tidak bisa menemukannya disini.

Ah, aku baru ingat,...

"Kamu coba dengerin sendiri aja deh, ada di komputer aku.. Nama file-nya demo-2"

"Kok..?"

"Disini ga ada, hehehe" balasku. "Tapi kalo kamu ga mau juga gapapa... Padahal itu lagunya tentang kamu"

"Oke, aku periksa komputer kamu sekarang"

Shani seketika langsung bergegas untuk menuju ke..., tunggu sebentar.

"Kamu daritadi udah di kamar aku ya?" tanyaku akhirnya karena baru sadar kalau sedari tadi Shani sebenarnya sudah berada di kamarku.

"Hehehe, iya... Ini password komputer kamu apa?"

"6titik, tapi kamu nulisnya jangan titik titik sampe 6 kali(......), kamu tulisnya '6titik' tanpa spasi. Nanti kan jadinya ••••••" jelasku padanya.

"Oke, aku ngerti.."

Shani langsung mengetikkan password seperti instruksiku tadi, dan setelahnya dia langsung mencari file yang kumaksudkan tadi.

"Yang ini?" tanya Shani sambil mengarahkan hape-nya ke layar komputerku.

"Iya"

Setelah mendengar jawabanku, Shani langsung memutar demo tersebut..




Ooh... Ooohhh... Yeah.. Yee..
Nanana Nananana Aa.. Aaaa... Ah... Yeah

Kau masih secantik ini
Dan ku hanya bisa menatapmu~
Kau masih secantik ini
Dan perlahan ku menjadi sedikit serakah~

Tapi aku tidak ingin membebanimu
Aku tidak akan berharap lebih
Tapi tolong ijinkan invasi halusku padamu~

Aku harap kau mendengarkan lagu ini
Aku tidak bisa tidur
Terima kasih untuk pertemuan singkat kita tadi~

Tangan yang kuulurkan setelah sekian lama berfikir
Aku harap kau tak mendorongnya terlalu keras~

Aku baik-baik saja
Walaupun ada orang lain di hatimu
Karena aku sudah terbiasa menunggu tanpa adanya janji~



"Ini pernah kamu nyanyiin kan.., emang iya ini buat aku?" tanya Shani yang seperti ragu. "Bukan buat Gracia? Kan waktu itu aku denger kamu nyanyiin lagu ini pas Gracia lagi ngambek sama kamu"

"Iya.. Tapi sebenernya lagunya buat kamu. Kamu dengerin baik-baik liriknya,.. Kamu pasti bakal paham"

"Eh?! Ini..., jangan bilang kamu..." Shani tidak menyelesaikan kalimatnya.

"Iya, Shan.. Kamu tau sendiri kan, aku udah suka sama kamu dari dulu"

"Tapi kenapa kamu...,"

"Aku ga lupa" potongku. "Aku cuma ga mau langsung percaya aja,.. Semenjak aku tau kamu jadi finalis gadis sampul, aku udah langsung sadar.. Kamu itu gadis yang selama ini aku cari. Tapi waktu itu kamu masih tinggal di Jogja juga kan" ujarku. "Dan begitu aku tau kamu pindah ke Jakarta, aku seneng.., sekaligus sedih. Karena kamu ke Jakarta buat jadi member jeketi. Dan di jeketi ada yang namanya 'Aturan Anti Cinta',"

Aku tidak akan menyebut Golden Rules, karena di dalam Golden Rules tidak hanya berisi larangan berpacaran kan.

"Tapi aku pada akhirnya tetep berusaha buat deketin kamu kan.." ucapku lagi. "Kamu masih inget tahun lalu, aku berusaha deketin kamu.."

"Inget kok" balas Shani. "Dengan nawarin nganterin aku pulang kan..," Shani benar-benar mengingatnya.

"Dan selalu kamu tolak" sahutku.

"Tapi pada akhirnya aku mau kan..,"

"Iya sih" ucapku akhirnya.

Satu lagi cerita tentang diriku dan Shani yang mungkin baru kalian ketahui. Ya, dulu sebelum aku dan Shani tahu hubungan kami yang sebenarnya seperti saat ini, aku pernah mengantarkan Shani pulang. Meskipun dengan perjuangan ekstra keras untuk melakukannya. Itu bukanlah hal yang mudah.

Itu memang susah sekali. Butuh perjuangan ekstra..
Tapi ada sedikit rasa senang juga ketika Shani menolak tawaranku saat itu, karena itu membuktikan kalau dirinya bukanlah gadis gampangan yang dengan mudahnya mengiyakan 'tawaran kebaikan' dari sembarang orang.

"Lucu deh kalo diinget-inget.." sahut Shani. "Kamu sampe lompat-lompat waktu itu saking senengnya gara-gara akhirnya aku iya-in" tambahnya.

Ngarang. Itu dia ngarang..,

"Aku ga lompat-lompat ya..." bantahku. "Iya, aku akuin aku seneng, tapi ga sampe lompat-lompat juga.."

"Ah, masih ngeles aja kamu... Aku masih inget kok, kamu lompat-lompat sambil terik 'yes!!' gitu.. Terus habis nganterin aku pulang, kamu juga tiba-tiba bilang.., 'makasih'. Padahal kan yang dianterin pulang aku..."

"Itu karena...,"

"Karena kamu salting kan"

"Engga, itu.."

"Apa? Karena apa hayoo?"

"Aku bilang 'makasih' karena kamu udah ijinin aku buat nganterin kamu pulang.."

"Iihh.., bisa aja alesannya"

"Emang gitu..,"

Sebenarnya aku sudah tahu dari lama kalau Shani adalah gadis dari masa laluku yang sudah lama aku cari. Tapi aku tidak pernah berani mendekatinya lagi, ya karena dia adalah member jeketi. Itu saja. Hanya karena Aturan Anti Cinta sialan itu.
Tapi pada akhirnya, aku dan Shani tetap ditakdirkan untuk bersama. Jadi tidak masalah.

Oh iya, kalau soal aku yang pernah 'melamar' Shani waktu kecil, aku bukannya tidak mengingat momen itu, tapi... Ayolah, itu sedikit memalukan jika harus diingat-ingat lagi. Anak kecil memang terkadang melakukan hal konyol kan.

"Tapi habis itu kamu malah pacaran sama kak Manda" sahut Shani tiba-tiba.

Mampus gue, batinku.

Aku tidak berharap Shani menanyakan hal itu.

"Kenapa?" tanyanya. "Kenapa kamu ga lanjutin buat deketin aku? Kenapa malah pacaran sama kak Manda?"

"I-Itu rumit, Shan.. Aku ga bisa jelasin ke kamu alesannya"

Aku tidak bisa. Karena sebenarnya, pada awalnya aku tidak ada niatan sedikitpun untuk menjalin hubungan asmara dengan Manda.
Bukan berarti aku pacaran dengan Manda karena terpaksa ya, bukan..
Mungkin pada awalnya memang seperti itu, tapi lama kelamaan aku akhirnya menyayangi Manda. Tapi kemudian terjadi satu kesalahan, dan akhirnya seperti yang kalian tahu sendiri.

Manda sendiri juga langsung menyerah, dia tidak mau melanjutkan hubungan denganku. Aku sudah pernah menceritakannya kan.

"Tapi yang penting kan.., pada akhirnya sekarang aku sama kamu" ucapku kemudian. "Kita emang udah ditakdirin bersama tahu..." tambahku. "Kalo mau senyum, senyum aja kali.. Ga usah ditahan"

"Apa sih..!" Shani berusaha membantah. "Bersama apanya? Aku di rumah, kamu di studio.."

Itu jebakan. Itu jebakan..
Jika aku pulang sekarang, jika aku ke rumah sekarang, Shani hanya akan marah lagi.
Ini sudah hampir tengah malam, jika aku berkendara pulang sekarang.. Shani akan marah karena mengkhawatirkanku yang memaksa untuk pulang malam sendirian.

Ya, aku sendiri juga sedikit takut kalau-kalau ada begal sih.
Bukan masalah jumlahnya. Karena satu motor mungkin hanya 3 orang kan..
Tapi masalahnya.., begal jaman sekarang, main langsung sikat tanpa permisi dulu.

"Dan juga..., emang sekarang kamu pacarannya sama siapa? Sama aku? Bukan kan.." Shani masih melanjutkan.

"Kita mau bahas ini terus?"

"Oh iya, bentar lagi kan 'pacar kamu' itu ulangtahun, mending kamu videocall sama dia aja deh. Dia juga kayaknya sekarang lagi berusaha videocall kamu..,"

"Astagaaa.."

"Udahan dulu ya, aku ngantuk gara-gara videocall sama pacar orang"

"Shan..." panggilku sebelum dia mengakhiri videocall ini. "Tunggu jangan ditutup dulu"

"Apa?"

"Makasih..." ucapku.

"Ma..Makasih? Apa sih? Kamu aneh"

"Makasih karena kamu ada" ucapku lagi.

Wajah Shani seketika memerah mendengarnya.

"Jangan tidur malem-malem..," ucapnya sebelum akhirnya mengakhiri videocall kami.

Tapi tidak lama kemudian, hapeku berbunyi kembali.

Lah, Gracia beneran video call?



Bersambung.jpg



-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Saya update tanggal 8 biar pas sama ulang tahunnya blekping
Ga ada hubungannya sih, tapi terserahlah..

Alias
Lagi males nyari alesan aja


Beberapa waktu lalu ada yang nanyain kenapa Belanda, ya kan..
Mungkin di part inilah jawabannya.

Dan..., saya ngasal sih
Emang Stefi beneran ada keturunan Belanda?
Ga tau saya.. Saya ngasal
Suerr
Maksudnya biar ga dicurigain aja..

Karena saya udah bosen sama yang suka nanyain.. Apakah saya ini jeote apa bukan.. Pacar salah satu member apa bukan...

Jangan tiap kali saya update, anda anda sekalian makin curiga dong..
Bukan gitu konsepnya..

Tapi..., emang siapa lagi sih member yang ada keturunan Belanda?

IMG-20200801-205850.jpg



Makasih
• TTD H4N53N


Jujur, saya agak kecewa sih.. Yang mau dengerin demo-3 cuma 1 orang doang

Padahal sebelumnya pas aaya share demo 1-2 banyak banget yang pengen dengerin

Dan sebenernya sekarang ini saya mau share demo-2, tapi takutnya nanti ga ada yang mau dengerin juga, ya percuma
 
Terakhir diubah:
Maaf mau nanya, (gak bela siapa2 sih) , Yovie serakah dari mana nya ?? Dia nyelup nya gak sebanyak worst generation yg lain kan ?

Adrian : humility ? 🤭🤭 (biar orang Laen yg nilai deh 🤣🤣)
 
Main Cast From Worst Gemeration as 7 Deadly Sins

Bentol: Lust (udah jelas.. Jelas banget!!)
Sagha: Sloth (ga perlu dijelasin)
Yovie tanpa Nuno: Greed (Jelas)
Dimsum: Wrath(?)
Tamagochi: Envy(?)
Yusange: Gluttony(?)
Adrian: Humility wkwkwk


Pikiran ramdom saya siang ini emang agak aneh, wkwkwk
Bentol siapanya Benji.,??
 
Main Cast From Worst Gemeration as 7 Deadly Sins

Bentol: Lust (udah jelas.. Jelas banget!!)
Sagha: Sloth (ga perlu dijelasin)
Yovie tanpa Nuno: Greed (Jelas)
Dimsum: Wrath(?)
Tamagochi: Envy(?)
Yusange: Gluttony(?)
Adrian: Humility wkwkwk


Pikiran ramdom saya siang ini emang agak aneh, wkwkwk
Walah, sampe ada list-nya juga
:capek:
 
Serakah bukan nya diitung dr berapa korban yaa ?

Yovie nyelup nya gak sebanyak Adrian, cuman Yupi, gre, Shani (cmiiw)

Lah Adrian ?? Dia juga temen masa kecil nya diembat (dgn dalih "perjodohan" )
Di arc pertama aja udah banyak, yg huruf awal S aja ada brp (modus nya mau "nyari oshi" soalnya 🤭) ✌️
 
Bimabet
Serakah bukan nya diitung dr berapa korban yaa ?

Yovie nyelup nya gak sebanyak Adrian, cuman Yupi, gre, Shani (cmiiw)

Lah Adrian ?? Dia juga temen masa kecil nya diembat (dgn dalih "perjodohan" )
Di arc pertama aja udah banyak, yg huruf awal S aja ada brp (modus nya mau "nyari oshi" soalnya 🤭) ✌
kan 7 lebih baik dripada 6 wkwkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd