Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Catatan Penulis:


Apa sekarang kalian paham kenapa selalu ada kata 'Makasih' disetiap catatan penulis??
Kalo engga, juga gapapa sih.

Dan..., gimana?
Mendingan Adrian atau Stefi yang jadi kakaknya?


Makasih
• TTD H4N53N
wahh thank you... updatenya benar2 good...

btw lebih cocok adrian dehh yg jadi kakak krn biar adek stefi bisa 'dilindungi' wkwk
 
Yak mantappp huu updatenya, melepas rasa kecewa lah :")

Si nenek lampir ini sebenernya tsundere sama adrian fix🤣🤣

With shani we trust! Kampretnya kak ads jadi kaga sering kambuh.
 
Happy Birthday Oshi nya kak Ads 🎂

Ditunggu special Part Edisi Gracia Ultah nya 🔥
 
Terakhir diubah:
Udh lama gak buka Semprot, Rupanya masih lanjut ni Cerita. 👍👍
Semestinya karya2 Suhu yg terus Eksis sprti ini, dpt Apresiasi yg lebih dr sekedar Like / Comment. Setidaknya dpt pulsa / Kuota internet lah. 😆😆
 
Catatan Penulis:


Apa sekarang kalian paham kenapa selalu ada kata 'Makasih' disetiap catatan penulis??
Kalo engga, juga gapapa sih.

Dan..., gimana?
Mendingan Adrian atau Stefi yang jadi kakaknya?


Makasih
• TTD H4N53N
Mmm bingung sihhh klo stefi jadi Kakak

ntar stefi ada alesan

“ klo jadi adek harus nurut sama Kakak”

klo sebaliknya

alesannya

“ aku lagi berusaha jadi adek Yang penurut”

serba salah Ads
 
bodo ah kak! :mati:
terserah
Berdasarkan Pengalaman, diriku lebih pilih Incess Diani.
Moga di acc 🙏😁
heh?!!
wuih mantab makasih update nya suhu


Stefi kakaknya!
sama-sama
Makasih apdet nya kak
Lanjut ngopi :kopi:
oke,.. Pake sianida engga?
Asyik nih kak Ads nongol jg hihihi
hihi
lagi kangen stefi ya hu dimana mana bikin cerita ada stefinya wkwkwk.... alias adeknya stefi lebih cakep deh...
stefi cuma muncul disini kok
Di cerita satunya kan cuma disebut, ga dimunculin..
Ahhhh update

nanggung nihh
nanggung apanya?
yahhh sutepi nya gk jadi. pedahal dah lama ya
sans.. Tunggu aja
stefi jadi kakak lahhh
hmm...,
wahh thank you... updatenya benar2 good...

btw lebih cocok adrian dehh yg jadi kakak krn biar adek stefi bisa 'dilindungi' wkwk
harus pake tanda kutip banget nih?
Yak mantappp huu updatenya, melepas rasa kecewa lah :")

Si nenek lampir ini sebenernya tsundere sama adrian fix🤣🤣

With shani we trust! Kampretnya kak ads jadi kaga sering kambuh.
emang tau nenek itu yang dimaksud siapa?

Alias

Pemicunya lagi jauh aja.., tunggu sampe dia kembali, hehe
Jadi kangen Stefi :sendirian:
sama... Video call ah *eh gimana
Adrian muna banget yaa, dulu semangat banget ada stefi
'dulu'
Happy Birthday Oshi nya kak Ads 🎂

Ditunggu special Part Edisi Gracia Ultah nya 🔥
ga ada.. Kan lagi di Taiwan ceritanya
numpang lewat ahh... kali aja greshan nongol
kali aja..
Udh lama gak buka Semprot, Rupanya masih lanjut ni Cerita. 👍👍
Semestinya karya2 Suhu yg terus Eksis sprti ini, dpt Apresiasi yg lebih dr sekedar Like / Comment. Setidaknya dpt pulsa / Kuota internet lah. 😆😆
saya baru isi pulsa
Kalo kuota internet..., saya ada wifi kok
Mmm bingung sihhh klo stefi jadi Kakak

ntar stefi ada alesan

“ klo jadi adek harus nurut sama Kakak”

klo sebaliknya

alesannya

“ aku lagi berusaha jadi adek Yang penurut”

serba salah Ads
nah, itu..
Playing 'Raisa - Serba Salah'
 
Part 51: Long Time No See​




...
Tidak kurang, tidak lebih..
Mari mulai dulu dari sana~
...



Langsung kumatikan lagu yang sedang kudengarkan begitu melihat sesuatu yang kutunggu sudah muncul. Aku bangkit dari tempat duduk kemudian mendekati mereka secara perlahan dari belakang agar tidak ketahuan. Dan begitu sudah dekat...,

"Taksi, mbak?" tanyaku iseng.

"Engga, mas.. Kita udah ada yang jemput" jawab salah satu gadis itu tanpa menoleh ke arahku.

Sedangkan gadis yang satu lagi hanya terdiam, sebelum akhirnya dia menengokkan kepalanya secara perlahan ke arahku. Dan ketika dia dia sudah menoleh dan aku bisa melihat wajahnya, nampaklah ekspresinya yang sedang tersenyum senang.

IMG-20200824-172816.jpg


"Kak Ads~~" lalu akupun mendapat pelukan.

"Eh?!!" gadis satunya yang tadi menjawabku tanpa menoleh kini terlihat kaget. "Kok lo ga ngom--"

"Ini bedanya Gracia sama lo" potongku. "Gracia udah bisa tau kalo ini gue tanpa harus ngeliat"

"Iya, dor.. Kan pacar, jadi aku hafal suaranya, aromanya, hawa-hawanya, rasanya...,"

"Udah, udah.. Gre" sahutku. "Jangan diterusin. Ada yang cemburu tuh" sindirku pada Shania yang sekarang terlihat bete.

Siang ini aku memang ke bandara untuk menjemput Shania dan Gracia yang baru pulang dari Taiwan. Inisiatifku sendiri.
Dan..., itu juga membuat alasan 'ada perlu' pada K3 menjadi kenyataan.

"Lo ga mau meluk gue juga? Ga kangen apa?" aku menggoda Shania sedikit.

"Gue lebih kangen sama warna rambut lo yang biasanya sih" balas Shania sambil tersenyum.

Firasatku tidak enak soal ini.

"Eh, iya.. Rambut kak Ads baru" Gracia baru sadar.

"Suka?" tanyaku pada Gracia yang langsung dibalas anggukan cepat.

"Apapun dari kak Ads, aku suka" jawab Gracia.

"Ngomong-ngomong dalam rangka apa ya lo warnain rambut kalo boleh tau?" tanya Shania kemudian. "Mau narik perhatian siapa lagi sih?"

Hei, jangan menggiring opini dong!

"Hah?!! Kak Ads!!" tuh, kan..

"Udah, nanti aja aku jelasin soal rambut aku ini. Sekarang ke mobil yuk" ajakku kemudian. Firasatku mengatakan kalau lebih baik kujelaskan nanti saja.

"Hei, daritadi aku ga dianggep nih?" sahut seseorang.

Dia adalah salah seorang manajer member yang ditugaskan mendampingi Shania dan Gracia berkegiatan di Taiwan. Aku tidak akan menjelaskan banyak hal tentangnya. Karena belum tentu juga dia akan muncul lagi nanti. Sudahlah, cukup. Ini sudah terlalu banyak.

"Yuk, Gre.., Nia" ajakku lagi.

"Bawain koper" duo Shania kompak.

"Bawa sendiri, jangan manja" agar adil, aku tidak membawakan koper siapapun.

"Hei, aku bagaimana?" manajer cameo protes.

"Taksi banyak.."


~~~~~

Akhirnya tenang juga. Setelah Gracia tertidur, akhirnya tenang juga. Mungkin dia kelelahan setelah tadi sempat berdebat dengan Shania, sekitar satu jam yang lalu.
Mereka berdebat memperebutkan siapa yang duduk di kursi depan atau lebih tepatnya di sebelahku. Mereka berdua sudah seperti sepasang adik berkakak yang akan diantar papanya ke sekolah. Sebentar.., itu artinya aku papanya?

Oke, itu tidak penting. Tapi yang jelas sekarang aku lebih bangga pada Gracia, perdebatannya dengan Shania tadi itu membuktikan kalau dia bisa jadi lebih berani, jika menyangkut soal diriku.
Aku bangga sama kamu, Gre..

Ya, meskipun pada akhirnya dia kalah dan harus menerima untuk duduk di kursi belakang sendirian. Gracia sempat mengeluh dan berisik saat di belakang tadi, berbagai cara dilakukan Shania agar Gracia tenang, tapi tidak berhasil. Padahal Shania juga sudah meminjamkan kameranya agar Gracia bisa tenang, tapi ternyata hal tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan. Sampai akhirnya aku juga yang harus turun tangan untuk 'menenangkan' Gracia.

Bagaimana caranya? Mudah saja, aku tinggal menjelaskan alasan kenapa aku mewarnai rambutku dengan warna ini. Ash Grey.

Kalian masih ingat alasannya? Bagus.
Entah jawaban kalian itu 'ya' maupun 'tidak'. Aku tetap menuliskan 'bagus'. Ingin saja.

Tapi, sebenarnya ini terlalu tenang. Karena selain Gracia yang tertidur di belakang, Shania juga daritadi diam saja. Tidak biasanya.
Tapi mungkin lebih baik begitu, daripada mode marahnya keluar ya kan.

Setelah bermacet-macet ria dan juga sedikit dibumbui hawa panas yang memang sudah biasanya seperti itu di ibukota ini, akhirnya kami bertiga sampai juga..., di rumah Shania.
Ya, tentu aku lebih memilih untuk mengantarkan Shania terlebih dahulu. Dan aku juga tidak perlu menjelaskan alasannya kan.

"Udah, nyampe.. Turun" usirku.

"Dih, gue diusir??" balas Shania.

"Kita udah nyampe dari sekitar 2 menit yang lalu, tapi lo ga turun-turun" ucapku lagi.

"Ya udah, bantuin nurunin koper"

Ribet banget nih cewek satu.
Lebih baik aku turuti, karena jika ribut sekarang Gracia yang sedang istirahat bisa terganggu. Aku tidak mau itu.

Ku ikuti Shania turun dari mobil kemudian aku menurunkan kopernya. Tapi ternyata tidak cukup sampai disana, Shania main langsung masuk saja... Yang artinya dia secara tidak langsung menyuruhku untuk membawakan kopernya ini masuk ke dalam rumahnya. Merepotkan.

"Kopernya saya taruh sini ya, nyonya.." ucapku menyindir.

"Makasih ya, mas. Bentar.., eh, dompet aku mana ya??" Shania berakting.

"Bisa bayar pake cara lain kok" balasku menanggapi 'permainan'nya.

"Ehm.., masuk dulu, mas. Saya buatin minum dulu ya" jawab Shania.

"Udah.., udah.. Ah. Ngaco lo" aku berusaha menghentikan permainan absurd ini. "Ya udah, gue langsung aja ya.." pamitku kemudian.

"Tunggu..." tapi Shania dengan cepat mencegahku dan memegangi tanganku.

Aku hanya menengok malas ke arahnya sambil memberikan tatapan bertanya.

"Lo harus banget buru-buru oergi lagi? Gue masih kangen" ucap Shania akhirnya. Tertebak.

Aku sudah menduga hal ini akan terjadi, jadi aku diam saja tanpa memberikan reaksi apapun dan hanya memandanginya saja seolah menunggu tindakan Shania selanjutnya.

"Kalo ga ada lagi yang mau lo omongin, gue anterin Gra--"

"Bentar!!" potongnya. "Gue..." Shania tidak melanjutkan kalimatnya.

"Lo mau gue ngapain?" tanyaku akhirnya sembari membelai pipinya lembut.

IMG-20180901-023810.jpg


"Ian..."

"Nia.., gue juga kangen sama lo kok. Tenang aja" balasku.

Aku memang tidak bisa memungkirinya. Selain Gracia, aku juga merindukan Shania. Bagaimanapun juga Shania adalah..., sahabatku. Aku benar kan.

Kini Shania berusaha mendekatkan wajahnya ke arahku. Perlahan tapi pasti jarak diantara wajah kamipun semakin terkikis sedikit demi sedikit. Shania juga sudah memejamkan matanya.

Tapi sebelum terlambat, aku langsung menghentikannya dengan menempelkan telunjukku di depan bibirnya.

"Mau ngapain?" tanyaku malas.

"Cium.." sok manja banget.

Dengan cepat aku langsung mencium pipinya. Tapi ternyata hal itu malah membuatnya berekspresi cemberut.

"Kok pipi sih? Bibir dong" astaga..

Ya sudahlah, satu ciuman sepertinya tidak akan menjadi masalah. Shania kemudian memejamkan matanya lagi dan kali ini aku mengikutinya saja, agar cepat selesai. Sampai akhirnya...,

"GUK!!"

Seketika aku langsung membuka mata, begitupun dengan Shania. Aku tersenyum tipis sebelum kemudian menengok ke sumber suara tadi.

"GUK!!"

"Skye... Stay" perintahku. "Sit. Good... Down. Came~ Stop! Stay.. Turn around and..., GO!!"

Skye dengan pintarnya menuruti semua perintahku. Tapi saat dia berjalan menjauh, dia sempat berhenti sebentar dan menengok ke belakang. Mungkin dia tersadar akan sesuatu.

"Go.." ucapku sekali lagi.

Dan akhirnya Skye pun pergi.

"Kok dia nurut sih sama lo?" tanya Shania heran.

Bukankah itu hal yang wajar? Skye adalah anjing yang jinak, dan dulu aku juga sering bermain dengannya. Bahkan mungkin, sebenarnya aku lebih merindukan Skye daripada pemiliknya.

Hmm..., apa aku sudah sering mengatakan hal ini ya?

"Ya udahlah, lanjutin yang tadi yuk..." ajak Shania yang sekali lagi memajukan wajahnya ke arahku. Dan akhirnya...,

"Eh, udah pulang" ada suara seseorang. "Kok ga ngasih kabar sih, Shan?"

"Mama...,"

"Tante, hehe"

Benar, itu memang mamanya Shania. Aku lupa.. Aku lupa kalau kami ini sedang berada di rumahnya Shania. Jadi tidak heran jika ada mamanya disini. Dan aku hampir saja mencium Shania tepat di depan mamanya.

Tapi pertanyaan sebenarnya adalah.., sejak kapan dia melihatku dan Shania? Apa dia juga melihat bagaimana tadi aku mencium pipi Shania?

Jika sudah seperti ini, biasanya akan datang pertanyaan-pertanyaan yang ingin kuhindari. Tapi tenang, aku punya cara untuk mengatasinya. Aku akan berusaha.

"Apa kabar, tante?" pertama, coba basa-basi dulu.

"Baik. Kamu sendiri gimana?" tanyanya balik.

"Baik juga, tante.. Ya udah, saya pamit ya, tante" kedua, kabur secara halus.

"Tunggu.." cegah mamanya Shania.

Tapi yang namanya usaha, tidak selalu berhasil kan.

"Kalian ini sudah berapa lama? Kok ga pernah cerita?" salah satu pertanyaan yang ingin kuhindari keluar juga.

"Shan.. Jujur aja ya" bisikku ke Shania.

"Terus lo mau dihajar bokap gue?" tanya Shania yang ikut berbisik. Ya jelas engga lah. Pake ditanya lagi.

Ya sudahlah. Berbohong sedikit saja. Semoga tidak akan timbul masalah nantinya.

"Berarti kita jawab nih?"

"Kok kalian bisik-bisik?" tanya mamanya Shania lagi.

"Dua minggu"

"Dua bulan"

Bagus, langsung tidak kompak.
Dan tentunya jawaban itu membiat mamanya Shania keheranan.

"Dua minggu lebih dua bulan, tante" ucapku akhirnya. Kebalik ya?

"Oohhh..."

"Ya udah, saya pulang dulu ya, tante" pamitku segera, sebelum muncul pertanyaan lain lagi. "Ada urusan" dan aku juga memberikan 'alasan' sebelum ditanya.

"Ooohhh..., ya udah kamu hati-hati ya" balas mamanya Shania.

"Hati-hati ya, sayang..." tambah Shania yang kubalas dengan sedikit melotot ke arahnya.

"Ga mau dicium dulu itu Shania-nya? Saya ga akan liat kok" sahut mamanya Shania.

Aku tidak membalasnya. Takut salah bicara dan malah berujung masalah yang lain. Jadi aku langsung saja berjalan kembali ke mobil. Aku sudah pamitan kan tadi.

Sekembalinya aku di mobil, tidak ada banyak hal yang berubah, tapi ada hal yang aneh. Gracia masih tertidur, tapi posisinya sudah berpindah. Dia tidak lagi tidur di kursi belakang, melainkan dia sudah berada di kursi depan lengkap dengan seatbelt yang juga sudah terpasang.

Kapan Gracia berpindah?
Dia jalan sambil tidur atau bagaimana?

Ya sudahlah, sekarang yang terpenting aku hanya harus mengantarkan Gracia pulang ke rumahnya.

"Seru ya, kak nyium-nyium kak Shania?"

Mampus.


~~~~~

Di tengah perjalanan, Gracia masih saja cemberut dan hanya memandang keluar jendela. Dia tidak memperdulikan diriku yang berusaha mengajaknya berbicara. Dia malah terkadang sibuk memainkan kaca jendela mobil yang dinaik-turunkan ketika kami berhenti saat sedang lampu merah.

Awalnya aku membiarkannya saja karena kukira dia akan bosan dengan sendirinya. Pada akhirnya dia memang bosan, tapi dia sekarang malah melihat ke arahku dengan pandangan mata yang sinis, seakan menuntut penjelasan yang sebenarnya sudah kuberikan dari tadi.

Mungkin lebih baik aku langsung saja membuat dirinya merasa senang. Aku akan menepati satu janji kecilku padanya. Untungnya aku membawa flashdisk.
Segera kupasang dan kumainkan satu lagu dari sana.




Haa.. Ha... Haa.. Ha...

Tak ada yang lainnya hanyalah dirimu
Kurasa tak ada lagi yang aku butuhkan, tapi...
Duniaku seakan berhenti
Saat ku tak melihatmu berada disampingku~

Long time no see~
Hembusan nafasmu~
Tatapan matamu~
Kau pusat duniaku~

Kau slalu berada di pikiranku
Ku s'lalu berusaha tuk bisa berdiri di sampingmu
Ku bahagia hanya berpikir tuk melihatmu
Setiap hari kupanggil namamu dan berbicara tentangmu
I don't want nobody else
Aku terus berlari, sayang tunggulah diriku~

Dalam ingatanku kau menungguku kini aku disini oh... yeah..~~

Long time no see~
Bagaimana dengan kabarmu?
Sudah lama kau menungguku
Ku tak akan pergi, baby don't worry~

Long time no see~
Aku sangat merindukanmu
Ku tlah tersesat tapi aku takkan pergi lagi, baby don't worry~

Aaaa....lama tidak berjumpa~
Aaaa....lama tidak berjumpa~


Ketika akan memasuki verse kedua, aku sengaja mengecilkan volumenya karena aku ingin menyanyikannya secara langsung. Aku hanya ingin saja melakukannya. Dan lirik ini bisa dibilang juga merupakan bagian favoritku.

"Aku membuatmu menunggu
Bahkan aku telah membuat janjii padamu~
Tetapi maaf aku tak menepatinya
Kan kukatakan meskipun ini sedikit terlambat~

Listen..
Tuk rasa sakit yang kulalui
Dan untuk mereka yang kucoba untuk lindungi~

Kucoba buang pikiranku yang penuh kehampaan
Mimpiku semakin besar dan kuharus menggapainya meski terlambat~
Meskipun sangat berat bagiku hingga akhirnya aku berdiri disini~

Dan untuk kamu yang masih begitu cantik
Lama tak berjumpa kurindukanmu~
"

Untuk dua bait terakhir tadi, aku sengaja menyanyikannya sambil memandang ke arah Gracia.
Dan respon dia? Tentu saja senang.
Bisa dilihat dari dia yang sekarang sedang tersenyum-senyum sendiri. Ya, meskipun Gracia sendiri tidak mau mengakuinya sih. Dia berusaha menyembunyikannya dengan melihat ke luar jendela lagi.

"Apa sih.. Aku ga seneng kok, biasa aja tuh" tidak ada yang bertanya padahal.

"Iya.., aku juga sayang kamu kok, Gre" balasku.

"Aaahhhh... Kak Ads mah selalu gitu.. Kan ceritanya aku lagi ngambek" dia cemberut lucu. "Jangan cepet-cepet dibikin luluh dong"

"Ya mau gimana lagi.., bawaan lahir mungkin" balasku. "Bikin kamu luluh"

"Bikin semua cewek luluh!!" ralat Gracia. Mungkin itu ada benarnya.

"Hahaha..." aku hanya tertawa menanggapinya.

"Oh iya, kak Ads... Kamera kak Shania ketinggalan" ucap Gracia tiba-tiba sambil memegang sebuah kamera ditangannya. "Kan tadi aku minjem buat liat-liat foto pas di Taiwan.. Eh, lupa balikin pas kak Shania turun"

"Gre, ini kita udah jauh lho" balasku.

"Maksudnya?" tanyanya keheranan.

"Ya, kalo puter balik jadinya lama lagi nanti"

"Aku cuma ngasih tau, ga nyuruh puter balik.." jawabnya polos.

Untung gue sayang sama lo Gre, batinku.


~~~~~

"Wah... Rambutnya ganti lagi, keren..." begitu masuk ke rumah langsung mendapat sambutan dari Ecen. "Tapi koh Ads parah.. Main kesini kalo ada cici aja"

"Ga sekolah?" tanyaku padanya.

"Udah pulang.. Gurunya ada rapat" jawab Ecen.

"Cici oleh-oleh" langsung ditagih jatah preman. Kacau.

"Nih.. Nih... Bagi-bagi sama Aten ya" ucap Gracia mengingatkan adiknya smabik memberikan oleh-oleh.

"Yes!! Siap, ci..."

"Ayok, kak" ajak Gracia tiba-tiba setelah Ecen pergi membawa oleh-oleh.

"Heh?!! Ayok? Ayok kemana?" tanyaku bingung.

"Ya kemana kek... Jalan-jalan gitu" balasnya. "Aku kan pengen melepas rindu sama kak Ads"

"Kamu itu harusnya lepas rindu sama keluarga kamu dulu, adek-adek kamu.., papa mama kamu, gitu. Lagian kamu ga capek apa habis flight?"

"Kan tadi aku sempet tidur... Dan, kalo sama keluarga aku kan bisa nanti dulu, bisa ketemu tiap hari. Ini kesempatan aku kak Ads... Mumpung ci Shani ga ada..," aduh.. Aku tahu betul ini akan mengarah kemana. Dan jujur, aku memang sudah menantikannya sih.

"Pulang kok bukan nemuin mamanya dulu sih.." terdengar suara seorang wanita.

"Mama.." Gracia langsung berlari dan memeluk mamanya. Ya, mau siapa lagi memangnya?

"Hai, tante..." sapaku ramah.

"Oh.., kamu?" tanggapnya dingin.

Dosaku padanya apa sih?

"Hmm.., mama lagi masak ya?" tanya Gracia pada mamanya.

"Iya, buat makan siang nanti. Baru mau mulai. Mama masak makanan kesukaan kamu, cumi pedes"

"Waaahhh..., asyik!! Aku langsung laper dengernya" balas Gracia. "Kak Ads juga pasti laper kan.. Sambil nunggu mateng, yuk ke kamar aku yuk"

"Cici" mamanya marah. Ya, tentu saja mamanya marah..

Itu hal yang wajar, tidak mungkin ada seorang ibu yang diam saja ketika mengetahui anak gadisnya mengajak seorang laki-laki untuk masuk ke kamarnya. Hal-hal seperti itu hanya ada di cerita..., eh, ini termasuk cerita 'itu' ya?
Ya udahlah..

"Kenapa, ma?" Gracia hanya membalas dengan polosnya.

"Tenang, tante.. Tante bisa percayain Gracia ke saya kok" aku berusaha meyakinkannya.

Awalnya dia seperti terlihat ragu, tapi setelah aku memberikan senyumanku beliau pun akhirnya ikut tersenyum kecil dan...,

"Ya udah, tap--"

"Yeay!! Ayo, kak Ads" dan Gracia pun langsung menarikku menuju ke kamarnya.

"Permisi, tante.."


~~~~~

"Kamu ga boleh gitu, Gre.." aku langsung menegur Gracia begitu kami sudah ada di dalam kamarnya. "Mama kamu tadi belum selesai ngomong langsung dipotong aja.."

"Iya, kak Ads.. Maaf"

"Jangan minta maaf ke aku, minta sama mama kamu"

Gracia mengangguk-anggukan kepalanya.

"Ngomong-ngomong waktu aku ga ada, kak Ads ga selingkuh kan.."

"Selingkuh dong" balasku cepat.

"Eh?!!"

"Sama Shani" tambahku.

"Aaahhh... Kak Ads mah" rengeknya yang kemudian memelukku erat yang kubalas juga dengan memeluknya.. "Kak Ads boong banget sih, aku tau kok kakak ga selingkuh.. Sisca udah cerita" tambahnya. "Hehehe, maaf ya kak Ads. Aku nyuruh Sisca buat godain kak Ads, aku pake alesan 'nge-test kak Ads pantes ga buat ci Shani...' Biar Sisca-nya mau. Padahal..., hehehe"

"Padahal apa?"

Kalo tadi dia mengangguk, sekarang Gracia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku bangga deh sama kak Ads. Kata Sisca, pas dia godain kak Ads, kak Ads langsung nolak ya"

"Iya, aku nyuruh dia cerita kayak gitu biar ga ketahuan kamu.. Eh, aku keceplosan ya"

"Aaahh.. Kak Ads!!" dia merengek lagi.

Tapi sepertinya ada yang kurang.. Bukankah harusnya yang Gracia maksud 'mereka', merujuk pada Sisca dan Aurel. Tapi kenapa tadi yang disebut malah 'dia'?

"Terus kalo Anin gimana?" tanya Gracia tiba-tiba. "Anin belum cerita apa-apa ke aku"

Anin? Maksudnya selain Sisca, dia juga meminta Anin untuk melakukan hal yang sama?

"Nah itu, aku selingkuhnya sama Anin.." mungkin lebih baik aku menggoda Gracia saja. Sedikit.

"Ah, engga!! Boong! Aku ga percaya" dia membantahnya. "Aku yakin kak Ads sekarang udah berubah kok, dan aku yang udah bikin kak Ads berubah.. Soalnya kita udah pernah.., hehehe. Aku sayang kak Ads"

"Aku juga sayang sama kamu, Gre..." aku mencium keningnya lembut. "Terus ini kita mau pelukan aja nih?"

"Emang kak Ads maunya kita ngapain?" tanya Gracia balik yang terdengar seperti sebuah tantangan.

Tanpa menjawabnya, langsung saja aku menggendong tubuh Gracia dan merebahkannya diatas tempat tidurnya, sebelum kemudian aku ikut naik ke atas tempat tidur tersebut dan menindihnya. Sedetik kemudian aku dan Gracia sudah saling melumat bibir satu sama lain. Ciuman yang penuh dengan cinta dan kasih sayang, bukan hanya sekedar nafsu belaka.

Aku melihat Gracia tersenyum bahagia ketika kami selesai berciuman. Dan itu pun membuatku ingin menciuminya lagi, mulai dari kening, mata, hidung, pipi, dan kembali lagi ke bibirnya. Lalu setelahnya akupun juga mulai menciumi lehernya yang seketika membuat desahan keluar dari bibirnya tanpa ditahan.

"Aaahhhnnn~~ Kak Ads...~ dibawah ada mama sama adek-adek aku lho" Gracia memandangku sayu.

"Terus?" balasku santai sembari tersenyum.

Gracia juga ikut tersenyum karenanya.

40446061-1553943901419131-8805368730527225908-n.jpg



~~~~~

"Aaahhh... Kak Ads, aku pegel" Gracia mengeluh karena posisinya saat ini. "Aku pindah di atas ya"

"Ya, terserah. Senyaman kamu aja" balasku sebelum akhirnya kembali melanjutkan aktivitasku.

Namun tiba-tiba..., BRAAAKK!!!

"Kalian ngapain!!!??"

Aku dan Gracia tiba-tiba langsung dilabrak oleh seseorang. Awalnya kami kaget, tapi kemudian...

"Mama ngagetin!! Ketuk pintu dulu dong" Gracia langsung protes.

"Hai, tante.." sapaku padanya.

Ya, mamanya Gracia yang tiba-tiba memasuki kamar Gracia pun memergoki kegiatan kami.

"Ini tante, Gracia nyeritain pengalamannya pas di Taiwan sambil nunjukkin foto-fotonya" tambahku kemudian.

Aku saat ini sedang memegang kamera Shania yang tadi tertinggal sambil duduk di lantai, bersandar di pinggir kasur Gracia. Sedangkan Gracia sendiri sedang tiduran tengkurap di atas tempat tidurnya. Tadinya dia duduk di sebelahku, tapi karena dia lelah harus duduk terus... Akhirnya dia pindah ke atas.

Kalian pikir mamanya Gracia memergokiku dan Gracia sedang apa?

"Mama bawa apa?" tanya Gracia.

"Eee... Ini mama bawain kue sama teh, buat cemilan"

"Makasih, tante.." balasku.

"Makasih, ma..." tambah Gracia.

Setelah menyerahkan cemilan, mamanya Gracia kembali keluar kamar. Dan sekarang tinggal aku berduaan dengan Gracia lagi.

"Mama aku kayaknya udah mulai suka sama kak Ads deh" celetuk Gracia sepeninggal mamanya.

Aku hanya tersenyum saja menanggapinya, karena sepertinya aku tau maksud dan tujuan dari mamanya Gracia tadi.

Maaf, tante. Tapi anda tadi masuk Super Trap..

Setelah itu kamipun kembali melanjutkan aktivitas kami sebelumnya. Tapi tak lama kemudian, kembali muncul 'gangguan'..

"Ci, ajarin kerjain peer emteka dong" Ecen meminta bantuan cicinya.

"Ah.., kamu, Cen. Cici kan lemah kalo itung-itungan..." balas Gracia.

"Emm..." Ecen nampak berfikir sebentar sebelum akhirnya menengok ke arahku dan tersenyum. "Koh Ads.."

"Ya udah, sini" balasku yang juga ikut tersenyum, kemudian mengajaknya duduk di sebelahku.

"Asyik" Ecen dengan cepat langsung duduk di sebelahku.

"Eh, jangan kak Ads.. Keenakan si Ecen nanti" Gracia berusaha mencegah.

"Udah gapapa, Gre.." balasku.

"Wah.. Ada kue nih"

"PR-nya mana?? Malah kue duluan" aku mengingatkannya. "Bagian mana yang ga bisa?"

"Oh iya.." Ecen menunjukkan PR-nya dengan mulut yang masih mengunyah. "Ini koh.. Yang ini"

"Perhatiin. Minta diajarin kan bukan dibuatin..." ucapku memperingatkan.

Wajah Ecen langsung terlihat pasrah.

"Haha.. Rasain" sahut Gracia. "Lagian tumben banget rajin.. Biasanya main game mulu"

"Nah, itu.. Habisnya kata mama kalo aku ga ngerjain peer, selain nanti ga dapet makan siang... Aku ga boleh main game juga" jawab Ecen. "Nah, mumpung ada koh Ads kan"

Adik dan cicinya kelakuannya sama saja.


~~~~~

"Hah?? Kak Ads? Ini ada.. Lagi ngajarin Ecen matematika" Gracia yang sedang video call kemudian mengarahkan layar hapenya menghadapku dan Ecen yang sekarang sibuk mengerjakan tugas rumahnya.

"Ya ampun.. Kepingan surga macam apa ini? Ada duo cogan dalam satu frame" kak Beby lebay deh.

Gracia memang sedang video call dengan kak Beby. Dan tentunya juga dengan Shani, mereka berdua satu kamar di Palembang.

"Kenapa ci? Engga!! Mumpung cici lagi jauh, kak Ads jadi punya aku dulu, hehehe" Gracia cari gara-gara. "Udah dulu ya.."

"Ci.. Koh.. Makan siang dulu" Aten yang baru muncul langsung mengajak untuk makan siang.

"Lah, gue engga diajakin juga?" Ecen protes.

"Ya kalo laper tinggal turun" balas Aten.

"Udah.., udah.. Ayok ga pada laper apa?" ucapku mencegah perang saudara berlanjut.

Kami berempat pun turun ke bawah bersamaan. Kemudian langsung ke ruang makan dan duduk di kursi masing-masing.

"Ecen udah selesai PR-nya?" Ecen yang kesini dengan niat ingin makan malah langsung disuguhi pertanyaan.

"Udah dong, ma.." jawab Ecen dengan pedenya. "Aku tadi diajarin koh Ads"

"Diajarin apa dibuatin?" sahut Aten memprovokasi.

"Ecen..."

"Diajarin lah.." balas Ecen. "Tanya aja sama cici"

"Iya, diajarin kok, ma.." Gracia menanggapi.

"Enak banget diajarin koh Ads, aku bisa langsung ngerti" tambah Ecen.

"Iya lah.., kak Ads aku kan pinter" Gracia terus-terusan memujiku.

Sebenarnya itu hal yang mudah. Tanda jika kalian mengerti suatu pelajaran.. apapun itu, adalah ketika kalian bisa menjelaskannya.
Contoh kecil, perkalian. Jika kalian mengerti perkalian, artinya kalian bisa menjelaskan bagaimana perkalian itu bukan.
Contoh lainnya, opini. Jika ada orang yang memberikan opini tapi tidak bisa menjelaskan bagaimana opininya tersebut, itu artinya orang itu...., bodoh. Sering terjadi di negeri ini. Terutama orang-orang yang pakaiannya rapi. Awk.

"Kak Ads harus nyobain ini.. Cumi pedes buatan mama aku enak banget" ucap Gracia yang mengambil makanan untuk...., dirinya sendiri.

"Kamu kuat makan pedes?" tanya mamanya Gracia

Awalnya aku bingung dia bertanya pada siapa, tapi setelah aku pikir lagi, hanya ada satu kemungkinan.. Yaitu dia bertanya padaku. Karena tidak mungkin kan dia tidak tahu anak-anaknya sendiri kuat makan pedas atau tidak.

"Kuat-kuat aja sih, tante.. Tergantung pedesnya kayak gimana" jawabku akhirnya.

Yang kumaksud bukanlah, pedasnya ada di level berapa. Tapi pedasnya ini pedas yang enak, atau hanya sekedar pedas saja. Karena kalau pedas yang enak, mau dimakan berapa kalipun, tetap akan terasa enak. Sedangkan pedas yang hanya sekedar pedas saja, lebih sering hanya mengandalkan 'pedas' yang ujungnya malah 'mengganggu'. Paham?
Tidak. Ya sudah.

Setelah memakan masakan ini, satu hal bisa kusimpulkan. Pedas.
Ya, entah ini pedasnya berasal dari mana.. Cabe? Tamparan sendal? Omelan mertua? Omongan tetangga? Entahlah. Pokoknya ini pedas.

Oh iya, kalian tahu tidak.. Pedas sebenarnya bukan termasuk 'rasa'.
Rasa yang bisa dirasakan oleh lidah hanyalah empat, manis, asin, asam, dan pahit. Sedangkan pedas itu sebenarnya merupakan rasa sakit.

Ini terbukti dari saat kita memakan makanan yang manis, hanya sebagian lidah saja yang dapat merasakan rasa manis tersebut. Begitupun juga dengan rasa asin, asam dan pahit, hanya sebagian lidah saja yang dapat merasakannya. Sedangkan kalau pedas, kalian bisa merasakannya di seluruh bagian lidah bukan.
Sama seperti jika pipi kalian ditampar dengan sangat keras. Kalian akan merasakan 'pedas' bukan.

Jadi kesimpulannya, orang yang suka pedas, ada kemungkinan dia masokis. Cocok jadi bintang iklan yang tagline-nya.., Cintai rasa sakit itu, karena itu... Berharga


~~~~~

"Makasih, tante makanannya.. Enak" pujiku sejujur-jujurnya. "Udah lama saya ga ngerasain masakan rumahan yang seenak ini" nah, kalau yang ini agak berlebihan.

"Iya..," ditanggepin dong. Hehehe..

Perlahan. Secara perlahan. Mamanya Gracia juga akan luluh dan akhirnya merestui hubunganku dengan Gracia. Aku yakin itu.

Lalu tiba-tiba hapeku berbunyi, ada telefon masuk. Nomor tidak dikenal. Tapi sepertinya aku harus mengangkatnya, firasatku mengatakan demikian.

"Permisi, mau angkat telfon dulu.. Takutnya penting" aku minta ijin ke keluarga Gracia.

Aku sedikit menjauh sebelum kemudian mengangkat telefon tersebut.

"Halo?"

"Akhirnya kau mengangkatnya juga" balas suara dari seberang.

"Ini...?" aku berusaha memastikan kalau pendengaranku tidak salah.

"Ya, ini kakekmu yang paling kau sayangi" dan sekarang aku berharap kalau pendengaranku itu salah. "Kakek bisa minta tolong padamu? Jemput kakek sekarang.. Di apartemen"

"Tunggu..." selaku.

"Kenapa? Apa kau sibuk saat ini?" harusnya dia menanyakan hal tersebut di awal tadi.

"Bagaimana bisa tau nom--"

"Bagus!! Kalau begitu kakek tunggu" dan telefon pun ditutup olehnya.

Sungguh orang tua yang sangat sopan.

Setelahnya aku segera menghampiri mamanya Gracia bermaksud untuk pamitan.

"Maaf, tante.. Bukan bermaksud setelah makan pulang" ucapku. "Tapi saya ada perlu. Barusan ditelfon kakek saya, disuruh nemuin"

"Hah?? Kak Ads mau pergi?!!" Gracia langsung bereaksi. "Aku ikut dong....,"

"Hei, kamu kan baru nyampe.. Kok malah mau ikut sih" tentu aku mencoba membujuk Gracia agar tidak ikut.

"Kakek kamu?" tanya mamanya Gracia.

"Iya, tante.. Mungkin dia minta dianterin kemana gitu, soalnya dia baru dateng di Jakarta beberapa hari lalu" kenapa aku menjelaskan hal tersebut padanya ya..

Mamanya Gracia tiba-tiba menatapku dengan tatapan penuh selidik. Padahal aku sedang tidak menyembunyikan apapun.

"Kak Ads, aku ikut ya... Aku kan kangen sama kak Ads~~" Gracia masih bersikeras.

"Tapi, Gre..." dan aku masih juga berusaha membujuknya untuk tetap tinggal. Lagipula mamanya belum tentu mengijinkan.

"Mama...~"

"Cici, kalo kamu mau ikut sama pacar kamu.. Ikut aja" sahut mamanya Gracia.

"Tuh, kan.. Mama kamu juga, eh??!!" ternyata mamanya Gracia langsung memberi restu. Tidak terduga.

"Yeay... Makasih mama. Ayok, kak Ads. Eh, bentar... Aku bawa aja ya kameranya kak Shania, sekalian nanti kita balikin" kemudian Gracia berlari ke kamarnya.

"Tapi tante..."

Aku tidak melanjutkan kalimatku. Tatapan dari mamanya Gracia seakan mengisyaratkanku untuk lebih baik tidak bertanya lebih lanjut, apalagi membantah. Lebih baik jangan.

Sepertinya dugaanku salah. Tatapan penuh selidiknya tadi bukan untuk mencaritau apakah aku menyembunyikan sesuatu atau tidak. Karena sepertinya justru dialah yang sedang menyembunyikan sesuatu.


~~~~~

"Kau terlalu lama" aku yang baru masuk ke lobby langsung disambut dengan menyebalkan.

"Ini Jakarta, bukan Amsterdam. Perlu kusebutkan alasannya?" balasku kepada si tua bangka sialan ini.

"Ya sudahlah, ayo antar kakek" ajaknya kemudian.

"Sebentar.." aku memintanya menunggu sejenak karena hapeku kembali berbunyi.

Segera aku memeriksanya, dan ternyata itu hanyalah notifikasi m-banking. Tapi..., ada yang aneh.

"Kau kenapa?" tanya kakekku.

"Engga. Ini..., ayah transfer uang bulanan" jawabku. "Tapi nominalnya agak beda dari biasanya" lalu kutunjukkan layar hapeku ke arah kakekku.., "Biasanya ga segini" tambahku menjelaskan.

"Apa kau baru-baru ini melakukan suatu kesalahan?" tanyanya.

"Maksudnya?" aku tidak mengerti. Apa hubungannya.

"Uang bulananmu sedang dikurangi bukan, itu yang kau keluhkan"

"Justru ini lebih banyak dari biasanya" balasku.

Jauh.. Ini jauh lebih banyak.
Tapi anehnya, jika ini salah ketik karena kelebihan angka nol.. Mungkin bisa aku mengerti. Tapi angka di depannya juga berubah. Itu yang membuatku bingung.

"Aku telfon ayah dulu" ucapku yang kemudian langsung menghubungi ayahku.

"Ya, telfonlah dia. Kakek juga harus bicara dengannya" sahut kakekku. "Apa yang dilakukannya selama ini? Harusnya kau mendapat lebih dari itu"

Entah apa maksudnya.

"Ga diangkat" bukan direject. Tapi sepertinya ayahku sedang sibuk saat ini.

"Kalau begitu kita datangi kantornya..." kakekku memutuskan.

"Bukannya tadi kakek nelfon aku karena ingin diantar ke suatu tempat?"

"Ah, benar juga. Kakek hampir lupa" wajar, dia sudah tua. "Kalau begitu kau saja yang datang ke kantornya. Kakek bisa ke bandara sendiri"

"Aku tidak tau kantornya..." jawabku polos. Aku memang tidak mengetahuinya.

Tunggu sebentar..,
Apa itu tadi? Bandara?

"Hei, kakek mau kemana?" tanyaku akhirnya.

"Sebentar.." kakekku berjalan ke meja resepsionis kemudian seperti menuliskan sesuatu. Tidak lama kemudian dia kembali lagi ke arahku dan menyerahkan secarik kertas dan sesuatu yang lain. "Itu alamat kantor ayahmu"

"Baiklah.." sahutku. "Tapi tadi itu...? Kakek bilang ke bandara? Kakek mau kemana?"

"Ke Belanda tentu saja. Pulang" jawabnya. "Kenapa? Apa kau akan merindukan kakek?" najis!!

"Bukannya kakek belum seminggu disini?" aku jadi penasaran.

"Ya, sebenarnya kakek ke Indonesia karena ada satu urusan yang menyangkut tentang masa depanmu... Ya sudahlah, kita bisa bahas lain waktu. Sekarang kakek harus segera berangkat ke bandara"

Terserah!!
Tapi jelaskan dulu 'urusan' yang berhubungan denganku itu sebelum kau pergi. Jangan membuat orang lain jadi penasaran. Hei!

Tapi sepertinya percuma aku menanyakan hal itu. Dia seperti memang tidak ada niatan untuk menjelaskannya. Jadi aku memutuskan untuk menanyakan hal lain saja.

"Terakhir,.. Ini apa?" tanyaku sekali lagi.


~~~~~

IMG-20200923-175436.jpg


"Lah, ini sekarang kita dimana kak Ads?" tanya Gracia begitu kami memasuki lobby.

Tidak seperti sebelumnya, kali ini dia ikut, tidak kutinggal sendirian di mobil. Sebelumnya aku tidak menjelaskannya tentang hal itu ya. Maaf.

"Kantornya ayah aku" jawabku cepat. "Katanya sih gitu" tambahku yang memang sedikit ragu.

"Kita gajadi ke kakeknya kak Ads?" tanya Gracia lagi.

"Engga.. Dia katanya mau ke bandara sendiri" jawabku lagi. "Lagian dia juga kok yang nyuruh aku kesini.. Kamu tunggu bentar ya, Gre" aku lalu menghampiri meja resepsionis.

"Ada yang bisa saya bantu?" sambutan umum dari mbak resepsionis.

"Saya mau nyari pak Rico" jawabku langsung to the point. Tapi mbak-mbak resepsionis itu mengernyitkan dahinya.

"Disini ga ada yang namanya pak Rico.." jawab mbak resepsionis itu kemudian.

"Ini bener alamatnya disini?" tanyaku sekali lagi sambil menunjukkan kertas yang diberikan kakekku tadi. Pertama aku harus memastikan kalau aku tidak tersesat.

"Bener.. Tapi disini ga ada yang namanya pak Rico" jawabannya tetap sama. Hanya saja yang ini ada tambahan Bener.. Tapi.

"Bentar ya, mbak" aku berbalik badan lalu mencoba menghubungi kakekku terlebih dahulu. Tapi ternyata malah dia yang lebih dulu menelfonku.

"Sudah bertemu ayahmu?" tanya kakekku. "Jika sudah, cepat berikan hapemu.. Kakek ingin bicara. Sebentar lagi kakek harus segera check in"

"Belum.. Kayaknya aku nyasar deh" jawabku seadanya.

"Nama ayahmu adalah Richard" sahut kakekku.

Ah, iya.. Bener juga. 'Rico' itu hanya nama panggilan ya.
Sepertinya orang ini benar-benar kakekku. Dia punya semacam 'firasat' juga.

"Ya sudahlah. Sepertinya kakek tidak akan sempat untuk bicara dengan ayahmu" ucap kakekku. "Sampaikan saja salam kakek pada ayahmu"

"Iya..." dan telefonpun ditutup.

Aku kembali berbalik badan menghadap ke arah meja resepsionis. Dan...,

"Kak Ads.. Aku laper" celetuk Gracia.

"Bukannya tadi kita baru makan ya?"

"Pengen ngemil"

"Ini kamu mau gombal apa gimana?" tanyaku curiga.

"Maksudnya?" Gracia bertanya balik, yang artinya dia memang ingin ngemil.

"Kamu ke kantin aja ya.." balasku. "Mbak kantinnya ada di sebelah mana ya?" tanyaku kemudian ke mbak resepsionis.

"Ke kanan. Lurus aja" jawab si mbak resepsionis.

"Nah, tuh.. Kamu ke kantin sendiri aja ya, aku masih ada perlu ini" ucapku pada Gracia.

"Ya udah deh, tapi kak Ads jangan nakal ya..." dia memberi peringatan. "Mbak-nya juga jangan genit ya sama pacar aku.." dia juga mengancam.

Setelah itu Gracia berjalan ke arah yang tadi sudah ditunjukkan oleh si mbak resepsionis. Tapi sesekali dia mencoba menengok ke belakang, memastikan aku tidak 'nakal'.

"Ehm... Sampe mana tadi?" ucapku.

"Kantin" sahut si mbak resepsionis. Haha.. komedi.

"Itu..., apa.. Kalo yang namanya pak Richard ada engga?" aku kembali bertanya.

"Kalau pak Richard sedang ada meeting. Sudah bikin janji?" ya, intinya ayahku ada, tapi dia sedang sibuk sekarang. Sok penting.

"Udah daritadi atau--"

"Kak Ads" panggil Gracia memotong.

Gracia sudah kembali? Cepat sekali.
Dia kembali bersama dengan seseorang.

"Liat aku nemu apa" tambah Gracia.

"Hei!!" tentu saja orang itu protes. "Kak Ian" sapanya kemudian.

"Thacil?" seseorang itu memang lah Thacil. Tapi pertanyaannya adalah.., "Ngapain disini?"

IMG-20200923-175438.jpg


"Oh.., papa aku ada meeting disini. Aku ga sengaja aja kebawa. Tapi daripada bosen nungguin, akhirnya aku ke kantin.." jelas Thacil.

"Terus ditemuin sama aku" tambah Gracia.

"Kakak sendiri ngapain disini sama Gracia?" tanya Thacil kemudian.

"Kita bertualang..." sahut Gracia cepat. "Tadi kan kak Ads ditelfon sama kakeknya, terus dikasih misi buat nemuin ayahnya.. Ya gitu deh" bahasa apa yang dia pakai barusan.

"Senang bekerja sama dengan anda" terdengar suara seseorang. Tidak asing.

"Tidak.. Tidak... Harusnya saya yang bicara seperti itu" terdengar suara seseorang lagi. Suara khas bapak-bapak.

Aku sedikit menoleh ke sumber suara dan.., aku tahu dua orang bapak-bapak yang sedang berjalan sambil mengobrol ini. Tapi aku tidak kenal dengan satu orang perempuan yang juga berjalan sedikit di belakang mereka.

"Papa udah selesai meetingnya..?" tanya Thacil.

Ya, salah satu dari kedua bapak-bapak itu adalah papanya Thacil, yang terkenal galak. Sebenarnya aku tidak pernah bertatap muka dengannya sebelum ini. Karena dulu setiap kali aku ke rumahnya Thacil, aku selalu mengendap-endap kemudian sedikit 'bermain' dengan Thacil tanpa diketahui oleh satupun anggota keluarganya.

Bahkan pernah satu kali Thacil mengobrol dengan papanya hanya dengan memunculkan kepalanya saja dari dalam kamar, sedangkan aku dibalik pintu sedang...., ya kalian tau lah apa yang kumaksud.
Itu pengalaman yang seru. Memacu adrenalin.

"Iya.. Setelah ini kita ke mall" balas papanya Thacil ke Thacil. Terdengar seperti om-om yang... ah, sudahlah.

"Ga jadi deh, pa.. Aku disini dulu aja" jawab Thacil sambil melirik ke arahku dan Gracia bergantian.

Sudahlah, biarkan papa dan anak itu berbincang.

"Ekhem.." aku sengaja berdehem untuk menarik perhatian ayahku.

"Saya ada jadwal apa lagi setelah ini?" tapi ayahku malah sibuk mengobrol dengan perempuan di sampingnya.

"Anda masih ada meeting lagi dengan--"

"Undur semuanya" potong ayahku.

Ya sudahlah.. Kubiarkan saja dulu.

"Gre, kamu bentar lagi tunggu disini dulu ya" ucapku pada Gracia. "Sebentar aja.. Ada Thacil juga kan"

"Hah?? Oh... I-Iya" jawab Gracia yang masih tampak kebingungan dan belum mengerti situasi.

"Tapi, pak"

"Kalau dia tidak mau, batalkan saja"

"Tapi..."

"Ya sudah.., kau bilang saja kalau saya akan terlambat"

"Tapi..., saya harus bilang anda terlambat karena apa?" tanya perempuan itu lagi.

"Kreatiflah.. Atau kalau tidak bisa, jujur saja.. bilang kalau saya ada urusan mendadak yang lebih penting"

"Memangnya anda mau kemana?"

"Tidak kemana-mana... Mungkin hanya mengobrol sebentar bersama keluarga" ucap ayahku yang kemudian memandang ke arahku. "Ayo, ke ruangan ayah" ajaknya kemudian.

"Iya" jawabku singkat yang kemudian mengikutinya dari belakang.

Di belakang, samar-samar aku masih bisa mendengar suara bisikan-bisikan seperti...,

"Thalia, kamu kenal dengan laki-laki itu??"

"Pak Richard punya anak?"



~~~~~

"Duduklah dimana saja.." ayahku langsung mempersilahkanku duduk saat kami memasuki ruangannya. Tentu aku langsung menurutinya.

Baiklah, sekarang kami sudah tinggal berdua saja. Jadi...,

"Jadi apa yang membuatmu kemari? Dan bagaimana kau bisa kemari" dan aku langsung dicecar pertanyaan.

"Mobil.. Aku pakai mobil kesini" jawabku lempeng.

"Jangan bercanda.. Bagaimana kau bisa tahu kantor ayah?" tanyanya lagi.

"Kakek. Kakek yang ngasih tau" jawabku akhirnya. "Awalnya sih aku ga ada niat kesini, tapi kakek yang nyuruh.. Aku juga ga ngerti kenapa aku disuruh kesini" aku lupa.

Aku kemudian berfikir sebentar.

"Oh, aku ingat! Ini soal uang bulananku..."

"Kenapa? Kurang?" potongnya.

"Bukan begitu" balasku. "Berikan seperti bulan sebelumnya saja, itu sudah lebih dari cukup"

"Sebenarnya kalau kau meminta lebih, ayah akan memberikan.." balasnya. "Hitung-hitung bisa menambah tabunganmu untuk nanti menikah"

"Aku dan Shani sudah memiliki tabungan sendiri untuk itu" aku menolak.

"Tapi kau bisa menggunakan uangnya untuk hal lain" balasnya lagi.

"Kurasa tidak.." aku masih menolak.

"Apa tidak ada sesuatu yang ingin kau beli?" dia bertanya.

"Ada sih... Tapi tidak usah" dan aku tetap menolak.

"Hahaha...." kenapa sekarang dia tertawa. "Ayah bersyukur bisa membesarkanmu dengan benar.." ucapnya kemudian.

Maksudnya?

"Menurutmu.... Apa posisi ayah di kantor ini?" tiba-tiba satu pertanyaan random keluar.

"Kenapa? Ayah lupa dengan jabatan ay--"

"Jawab saja!!" potongnya.

"Ehm.. Baiklah. Posisi yang tinggi kurasa.., manajer?" tebakku.

"Direktur" balasnya. "Tapi tenang, kau tidak perlu merasa iri.. Karena suatu hari nanti, kau akan menggatikan posisi ayah disini"

"Ogah" tolakku cepat.

Ayahku kali ini tersenyum kecil.

"Bolehkah ayah bertanya lagi,.. Apakah kau tidak marah setelah mengetahui apa pekerjaan ayahmu ini?" pertanyaan random kedua keluar.

"Kenapa aku harus marah?" aku balik bertanya. "Apa ayah pernah korupsi? Jangan bilang uang yang selama ini ayah berikan untuk menafkahi keluarga itu...." aku sedikit curiga.

"Tentu tidak" dia menanggapi dengan santai. Kurasa dia berkata jujur.

"Lalu.., kenapa aku harus marah?" aku bertanya lagi.

"Dulu saat kau masih kecil, kau sering meminta agar ayah membelikan ini itu kan" bukankah itu hal yang wajar bagi seorang anak kecil. Apa yang aneh. "Tapi ayah jarang sekali menurutimu"

"Lalu? Apa yang salah?"

"Bayangkan jika saat itu semua permintaanmu ayah turuti.., kau mungkin akan tumbuh menjadi seorang 'monster' yang menghalalkan segala cara hanya untuk mendapatkan uang" ayahku menjelaskan.

Terdengar mengerikan.

"Dan untungnya, kakakmu juga tumbuh sebagai 'manusia'.. Ayah merasa berhasil menjadi seorang ayah" dia sekarang bangga terhadap dirinya sendiri. "Lalu apa kau memiliki teman-teman yang baik sekarang?" pertanyaan random ketiga.

"Kurasa begitu" jawabku.

"Kau kubesarkan tanpa dimanjakan dengan uang.. Dan juga, apa ayah pernah berlaku kasar padamu?"

"Pernah.. Satu kali, saat aku marah karena suatu hal dan kemudian membentak ibu" ucapku menunduk. "Maaf" aku memang terlalu keterlaluan saat itu.

"Bukan hanya kau yang merasa menyesal, ayah juga menyesal karena telah memukulmu" sahut ayahku. "Bagaimana kau tumbuh, itu membuatmu pantas untuk suatu hari nanti berada di kursi ini"

"Ogah" aku kembali menolaknya. "Lagian kenapa bukan Eno aja sih?"

"Kurasa tidak bisa, kakekmu mungkin akan menyuruhnya untuk mengurus kebunnya" balas ayahku.

"Kenapa tidak ayah saja yang mengurus kebun kakek? Eno yang mengurus kantor ini.. Nah, dengan begitu kalian bisa tetap memberikanku uang untuk hidup" aku memberi saran yang paling masuk akal dan menguntungkan tentunya.

"Astaga... Kenapa kedua anakku mirip sekali. Memiliki hati manusia, tetapi pola pikirnya aneh" gumam ayahku. "Kau tahu, kakakmu juga menjawab hal yang hampir persis dengan yang kau bilang barusan"

Terserahlah..

"Ngomong-ngomong, kenapa ayah merahasiakannya?" sekarang giliran yang memberikan pertanyaan random.

"Itu inti dari membesarkan kalian sebagai man--"

"Bukan itu" aku memotong. "Tapi status ayah. Dari yang kudengar di bawah tadi, sepertinya karyawan ayah berfikir kalau ayah tidak punya anak.. Dan jangan bilang kalau mereka juga mengira ayah belum menikah??" tapi dia hanya tersenyum. Sialan..

"Ayah melakukannya agar, kau dan ibumu bisa hidup dengan lebih tenang" jawab ayahku dengan wajahnya yang teduh.

Aku sebenarnya tidak begitu mengerti dengan apa yang dia maksud.. Tapi ya sudahlah.

"Oh iya, saat kau datang kemari, apa ada...." ayahku menggantungkan pertanyaannya. "Ah sudahlah, lupakan.."

"Baiklah..," aku merasa aneh. "Mungkin sebaiknya aku pergi sekarang" pamitku akhirnya. "Lalu soal uang bulanan, karena ayah baru saja mengirim dengan jumlah segitu.., tidak usah transfer lagi lah.. Setidaknya sampai akhir tahun. Januari baru transfer lagi tidak apa-apa"

"Hei, tidak bisa begitu.. Kalau kakekmu tahu, dia marah kepada ayah" balasnya.

"Marahnya pada ayah kan, bukan padaku"

"Huft~ terserahlah. Sekarang ijinkan ayah bertanya sekali lagi padamu" cegahnya. Bukankah daritadi dia sudah banyak bertanya. "Siapa gadis yang datang bersamamu itu? Dan dimana Shani?"

"Aku pergi" mungkin lebih baik aku tidak menjawabnya.

"Adriansyah..." ah, sial.. Dia memanggil dengan nada itu.

"Emm... Dia hanya sahabat dari Shani" jawabku akhirnya sambil berusaha menghindari pandangannya. "Kalau tidak hal lain aku pergi" akhirnya aku keluar ruangan itu.

Tapi tepat sebelum aku melangkah keluar, ayahku masih sempat bersuara...,

"Dasar.., kakek dan cucu sama saja"

Sialan.


~~~~~

"Iya, ga ketemu.. Sekarang aku lagi di kantor papanya kak Ads.. Eh, udah dulu ya, ma. Kak Ads udah balik" Gracia kemudian menutup telefon.

"Siapa Gre?" tanyaku.

"Mama aku. Nanyain kakeknya kak Ads" jawabnya.

Ada perlu apa mamanya Gracia sampai menanyakan kakekku? Aneh.

"Ya udah ayok.." ajakku kemudian.

"Kita kemana lagi kak Ads?" tanya Gracia.

"Ga tau.." jawabku.

"Kemana ya, Cil?" Gracia bertanya pada Thacil.

Oh iya, masih ada Thacil juga. Tapi papanya sudah tidak ada.. Maksudnya sudah pergi duluan.. Maksudnya ya begitulah. Repot.

"Gapapa emang Thacil ikut kita, Gre?" tanyaku memastikan.

"Gapapa, kak.. Kalo Thacil doang mah. Aku optimis unggul" jawabnya dengan penuh percaya diri.


~~~~~

"Eh?! Ini apa, kak Ads?" tanya Gracia ketika kami baru masuk mobil.

Dia menanyakan benda yang tadi sempat 'dititipkan' oleh kakekku. Aku tidak menyangka Gracia bisa menemukannya secepat ini, harusnya tadi aku menyembunyikannya dengan lebih benar.

"Kak Ads.. Ini apa!!?" tanya Gracia sekali lagi.

"Kartu akses apartemen" jawabku.

"Apartemen? Kak Ads punya apartemen?" tanyanya sekali lagi.

"Ya, bisa dibilang gitu.." jawabku.

"Kok ga pernah cerita? Kita kesana aja yuk, kak Ads. Mampir gitu.." ajak Gracia. "Thacil juga mau kan?"

"Aku sih ngikut aja" jawab Thacil.

Oh..., aku yakin kami tidak hanya akan sekedar mampir saja disana. Oke, selanjutnya mungkin akan menjadi cerita yang saaaaaaangat panjang.

IMG-20200923-181225.jpg



Bersambung.jpg



-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan penulis:



Singkat aja ya,...


Jujur, harusnya udah updatenya dari beberapa hari yang lalu..
Cuma ternyata ada drama yang lebih seru (udah ga usah dibahas lagi)
Terus mau update kemaren jumat, tapi....
Tapi gue ngapain ya kok gajadi update?

Oh, nonton tokopedia. Soalnya kan ada Treasure.. Emm maksudnya Itzy. Yang saya tonton itu Itzy. Kenapa tadi gue ngetiknya Treasure?

Terus kemaren.... Sebenernya bisa aja kemaren updatenya, tapi kan kemaren menang, sedangkan saya berharap imbang aja, wkwkwk
Ya udahlah ya, yang penting kan sekarang udah update..

Alias

Gue kok lupa ya caranya nulis adegan ss ya
Efek kelamaan ga nulis adegan ss nih
Bangsat lah, wkwkwk



Makasih
• TTD H4N53N

Update karena habis video call? Engga. Orang gue video call hari senin kemaren..,
Senin kemaren ga ada jadwal video call? Ya udah lupain

Update karena habis liat shanday pict? Mungkin. Bisa jadi

Update karena hari ini google ulang tahun? Apa urusannya?

Hah?? Update karena ada yang imbang? Engga juga.. Ga ada hubungannya sama sekali

Kenapa aku harus bersenang-senang di atas penderitaan orang lain?
Aku tidak mengerti konsep yang seperti itu.

- h4n53n, 2020

Iya, bikin spoiler cuma mau ngasih quote aja, hehehe...
 
Terakhir diubah:
I have so much to tell you
But I’m holding back my rising emotions
If you like me one day
You’ll come searching for me
You’ll recognise my clumsy sincerity
to give the rest of my...
Disebelah udh nungguin yg disini belom wkwkwkwkwkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd