Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Ngakak dor.

Kak ads, liat aku Nemu apa?

Ga ada akhlak si gre itu org bukan benda segala nemu...
 
Tanda tanda update mulai nampak..
Padahal emang udah
Wah ini ini
Bau bau nya threesome

eeeehhh
Gimana kalo foursome?
Wah sudah update makasih ci Shani dan Gre:haha:
Tumben ini si kampret masih kalem.
(iya iya makasih juga Ads updatenya)
Kalem selalu kok
lah tiba tiba update, tanggal 5 ditagih lagi dah disuru update lagi
Tgl 5 ga ada update
Kan tgl 31 kemaren juga ga update
Biar adil
Lah bujuk update hampir 3 minggu lalu dan gk ada notif SUPER SEKALI
SUUUUUPER~~
Updatenya pas ada Patok tanah baru broo
Hehehe, ketahuan
Ok sering2 cek bearti ty ty
Ayo, ayo.. Cek cek 1 2 3 cek cek ekhem..
BTW kentang goreng kentang goreng
Bodoamat~ Bodoamat~
wooww ada hubungan apa mama gracia dgn kakek2??? wkwkwk
btw yang bagian main di rumah gracia mah alurnya si ranveer itu wkwk
Hmm.., gitu ya
Ya udah deh
Update selanjutnya main di balkon kampus aja, terus pergi ke Jerman (kan sebelumnya Belanda, sekarang Jerman)
Tapi ternyata di Jerman ada zombie apocalypse
Balik ke Indonesia, ternyata ada yang diperkosa sama mantannya, digangbang lagi

Gimana? Keren kan..
Tolong ini pikiran gw ngaco malah mikirin gracia itu juga sodaranya adrian plissss wkwkwkwkkk

AKHIRNYAA THACILL AAAARRGGH..

Tq updatenya huuu
anin janlup dikasih jatah tampil juga dung ehehe
Pikiran anda emang selalu ngaco

Alias
Nanti ada GreNin.. Sans
Di apartemen ketemu mamanya Gracia
Ketemu Jono lagi benerin lampu
Makasih apdetnya, Gre.
Eh salah.
Makasih apdetnya, Kak Ads.
Terserahlah
Ga sabar nungguin tacil sama gre tag team
Aku juga ga sabar
wanjir main di apart
Adrian mulai modal, wkwkwk
Kalo sebelumnya kan main di toilet umum, parkiran, kolam, dsb.. Ngaco emang
Ngakak dor.

Kak ads, liat aku Nemu apa?

Ga ada akhlak si gre itu org bukan benda segala nemu...
Hehehe
Kak ads nih...

Ada badak nyari kutu
Kalo bisa banyak ngapain harus satu
Hehehe
Ada badak bercula satu
Emang ada, itu info bukan pantun
Udah duga kalo ada update, karena judulnya berubah... Makasih update-nya suhu
Apaan sih.. Apaan sih..
Wkwkwk

"Sudah kuduga"
arrgghhh hampir udah setahun nia gk keliatan
Ngaco..
Lah, pas sebelum Gracia berangkat ke Taiwan kan juga ada Nia
 


This might be the last time we say goodbye~
This might be the last time we say goodnight~
This might be the last time~~
This might be the last time~~



P-20201015-202757.jpg



Part 52: lA5t TImE​


Aku terbangun karena pancaran sinar mentari yang masuk melalui sela tirai jendela. Di samping kanan dan kiriku masih tertidur dua orang gadis cantik.


Sepertinya adegan seperti ini sudah sering menjadi pembuka cerita ya..
Tapi kali ini berbeda, karena dua gadis yang tidur di sampingku saat ini adalah Gracia dan Thacil. Ya, seperti yang bisa kalian duga dan mungkin yang kalian harapkan selama ini. Semalam aku melakukannya dengan mereka berdua.


Apa perlu aku ceritakan?
Apa tidak bisa kalian mencoba membayangkan sendiri saja?


Bagaimana liarnya permainan kami bertiga semalam..
Bagaimana hebohnya saat mereka bergerak diatas tubuhku untuk meraih kenikmatan..
Bagaimana pantat mereka bergetar saat aku menghujam mereka dari belakang..
Diiringi juga dengan desahan dan lenguhan kenikmatan yang keluar dari bibir mereka..
Bibir yang juga berebut menciumi dan lidah yang juga berebut menjilati batang kebanggaanku..
Dan..., Bagaimana ekspresi wajah mereka berdua ketika berlutut di hadapanku dengan berhiaskan cairan kenikmatan dariku yang menutupi hampir seluruh wajah mereka..


Kalian tidak bisa membayangkan itu sendiri?
Perlu aku menceritakannya?
Baiklah, baiklah.., kalau begitu kita harus flashback sedikit.



~~~~~~~~


PLOK~~
PLOK~~
PLOK~~


"Iya, kak... Iyaaa... terus... genjot teruusss..."


PLAK!!
PLAK!!
PLAK!!


"IYAAA... TAMPAR PANTAT AKU KAK!! TAMPAR!!! AAAKKKHHH ANIN KELUAAARR"


"Kak Ads.., sekarang giliran aku ya"


Mundur, hei!!! Bukan maju!!
Mana jauh banget lagi majunya..



~~~~~~~~


"Jadi.., mau langsung dimasukin atau mau Mpen isep-isep dulu?"


Mundur lagi!!!



~~~~~~~~


PLOK!!
PLOK!!
PLOK!!


"AAAKKKHH..... ENAK...!! KONTOL ENAAAKK!!!


PLOK!!!
PLOK!!!
PLOK!!!


"Tuh, apa gue bilang. Lo itu normal, Sis.. Malah jadi ketagihan kontol kan sekarang"


"BACOT LO, REL!! Kenapa ga bilang dari dulu sih kalo ngentot itu seenak ini... AAAAKKKHHH... KONTOL!!"


PLOOK..!!!
PLOOK..!!!
PLOOK..!!!


"Pokoknya habis ini, genjot gue lagi ya, kak.. Genjotan lo nagih"


Hei, yang bener dong.. Mundur.



~~~~~~~~


"HHH... AAAHH... KAK IAAAANNN KONTOLNYA ENAK"


"KAK ADS.... IYAAAAA.... TERUUSSSHH JILATIN TERUSSHH AAAHHH"


Udah bener sih, tapi coba mundur sedikit lagi deh. Sedikit lagi.


Ya, meskipun banyak dari kalian yang membaca mungkin tidak masalah jika langsung mulai dari sana..
Tapi.., ada baiknya kalau diceritakan dari awal dulu.



~~~~~~~~


Aku tidak menyangka akan secepat ini melakukannya. Aku memang berniat untuk melihat-lihat tempat ini sesegera mungkin. Tapi tidak hari ini juga..


"Huwaaa..., apartemennya kak Ads keren banget deh.." Gracia yang sudah lelah berkeliling kemudian duduk sembari bersandar padaku.


"Di kulkas juga udah ada banyak bahan makanan, ada cemilan juga" Thacil datang dengan membawa beberapa cemilan. Dan dia belum ijin untuk melakukannya.


Jadi,... Seperti yang kalian bisa duga, kami bertiga sekarang memang sedang berada di apartemen-ku.
Ya, memang bisa dibilang kalau ini adalah apartemen-ku, karena atas namaku.


Lalu, apartemen ini juga sudah dibayar untuk beberapa tahun kedepan. Itu kata kakekku tadi. Disini sudah ada banyak bahan makanan dan sebagainya seperti yang dikatakan Thacil. Istilahnya aku hanya tinggal 'menempati' saja. Mungkin beberapa kali aku akan singgah disini, karena jarak rumah latihan ke sini lebih dekat dibanding rumah latihan dengan rumahku.


Apartemen ini juga nyaman, tidak terasa sesak ataupun pengap, dan terasa dingin juga. Mungkin hanya satu masalahnya,.. Kalau harus ganti lampu susah. Langit-langitnya tinggi.


Kalau soal kamar tidurnya, aku tidak akan banyak berkomentar. Ada 3 (untuk apa?) dan didominasi warna putih, itu saja. Kamar mandinya juga ada 3.


"Mau nonton apa sih, kak?" Gracia yang sekarang duduk sambil memeluk lenganku mulai bertanya.


"Ga tau" jawabku.


Ya, aku memang tidak tahu aku akan menonton apa. Karena setelah tadi berkeliling sebentar, aku langsung memutuskan untuk menonton TV saja, sedangkan Gracia dan Thacil masih berkeliling. Tapi aku tidak tahu apa yang mau kutonton, jadi semenjak tadi aku hanya mengonta-ganti channel saja tanpa tujuan yang jelas.


"Ini aja, kak.." sahut Thacil tiba-tiba. Tentu aku menurutinya, jariku sudah mulai lelah memencet-mencet tombol remote.


Akhirnya kami bertiga menonton acara yang Thacil pilih. Mungkin harus aku ralat, karena sepertinya hanya Thacil yang menonton acara tersebut. Karena aku tidak tahu itu acara apa, jadi aku tidak terlalu memperhatikan. Sedangkan Gracia, entah apa yang dia lakukan karena daritadi dia hanya mendusel-duselkan kepalanya pada lenganku dan sesekali tersenyum sambil menatap ke arahku.


Dan aku juga sesekali menengok ke arah Thacil, memperhatikan wajahnya dari samping. Tersadar sedang kuperhatikan, Thacil menolehkan kepalanya.


"Kenapa, kak Ian?" tanyanya. "Mau cemilan juga?"


Kemudian Thacil menyodorkan cemilannya ke arahku, berniat menyuapiku.


Apa ini?
Thacil berbagi cemilannya?


Secara perlahan akupun membuka mulut dan menerima suapan dari Thacil.


"THACIL!!!" Gracia berteriak.


Baiklah, sepertinya ada yang marah, ada yang cemburu.


"Aku juga mau..." pinta Gracia kemudian. Atau mungkin tidak juga.


Akhirnya Thacil menonton TV sambil sesekali menyuapiku dan Gracia.
Banyak melakukan gerak peristaltik, kerongkonganku terasa sedikit lelah. Dia butuh cairan.


Hmm..., mungkin seharusnya aku menggunakan bahasa yang lebih sederhana ya. Aku haus. Intinya itu.


"Thacil.., seret..." Gracia merengek.


"Oh iya, aku lupa bawa minuman" balas Thacil.


"Ya udah, aku aja yang ambil" tanggapku.


"Ikut~~" Gracia mengikutiku ke dapur.


Aku tidak berusaha menghentikannya. Lagipula memangnya apa yang mungkin bisa terjadi jika Gracia ikut?



~~~~~


"Aku cemburu, kak.."


"Eh?!!" aku terkaget. "Apa, Gre?"


"Suap-suapan sama Thacil?? Aku cemburu tau ngga?" balas Gracia.


"Perasaan sebelumnya ada yang bilang kalo 'optimis unggul'?" ucapku.


"Tapmmppphh..."


Gracia tidak bisa melanjutkan ucapannya karena aku dengan cepat langsung membungkam bibirnya dengan bibirku. Gracia yang awalnya kaget perlahan mulai tenang dan membalas ciumanku. Bahkan lidahnya sekarang sudah bergerak membelit lidahku. Kami baru melepas ciuman kami ini ketika sudah sama-sama kehabisan nafas.


"Bibir ini mungkin tadi nerima suapan dari Thacil, tapi sekarang bibir ini nerima ciuman dari kamu. Apa itu belum cukup?" ucapku sambil tersenyum.


Gracia membalas tersenyum dan kemudian menarikku agar kami kembali berciuman. Tapi kali ini ciuman kami lebih singkat.


"Udah ya, nanti kebablasan Gre.." ucapku lagi. "Thacil juga lagi nungguin, kalo nanti dia kesini terus mergokin kita gimana?"


"Ya udah, ajakin aja. Sekalian main bertiga gitu" jawab Gracia santai.


Aku hanya bisa menatapnya bingung sekaligus kaget. Tentu aku kaget, aku tidak menyangka Gracia akan menjawab seperti itu.


"Ga usah pura-pura kayak mau nolak gitu lah, kak Ads.. Hehe" Gracia cengengesan.


Aku tetap tidak menanggapinya. Aku lebih memilih untuk membuka kulkas dan melihat apakah ada jus/sirup atau semacamnya.


"Wah, ada es krim.."


Gracia dengan cepat mengambil salah satu kotak es krim yang ada di kulkas, kemudian mengambil sendok, dan terakhir dia main pergi nyelonong begitu saja kembali ke ruang utama, meninggalkanku sendirian di dapur.


"Woi.." sepertinya responku terlalu terlambat.



~~~~~


Mengingat hari yang sudah mulai menggelap dan hawa mulai mendingin, jadi aku memutuskan untuk membuat sesuatu yang hangat daripada sesuatu yang dingin-dingin.


"Cil.." aku meletakkan segelas susu hangat di dekatnya.


"Makasih, kak.." balas Thacil.


Ya, pada akhirnya aku membuatkan segelas susu hangat untuk Thacil. Sedangkan untuk diriku sendiri aku lebih memilih teh hangat. Dan untuk Gracia... Aku tidak membuatkannya minuman. Dia sudah mendapat sekotak es krim.


"Pabrik susu dikasih susu" Gracia berkomentar.


"Gracia..." aku awalnya berniat untuk menasehatinya. Itu tidak sopan, bahkan untuk sesama wanita..


Tapi sepertinya Thacil tidak terlalu mempermasalahkannya. Malahan dia sekarang sedang memperhatikaan dadanya, yang membuatku jadi melakukan hal yang sama. Efek mirroring.


*NB: Mirroring adalah perilaku di mana seseorang secara tidak sadar meniru gerak tubuh, pola bicara, atau sikap orang lain. Dalam kasus kali ini, gerak tubuh.


Nanti akan dijelaskan lebih lanjut.


Setelah beberapa saat memperhatikan dada Thacil, aku tersadar kalau diriku sendiri juga sedang diperhatikan. Thacil memergokiku yang sedang melihat ke arah dadanya. Langsung saja aku mengalihkan pandanganku ke arah lain.


Seakan tidak terjadi apa, aku lalu duduk kembali diantara mereka berdua.


"Kak Ads nakal" bisik Gracia.


"Diem.. Udah sana, makan es krim lagi" balasku.


Gracia langsung memanyunkan bibirnya sebelum kemudian kembali memakan es krim-nya lagi. Dan, melihat bagaimana cara Gracia memakan es krim-nya itu membuatku tidak bisa fokus menonton TV.


Dia tidak menyendok kemudian menyuapkan kemulutnya, tapi cara Gracia memakan es krim adalah dengan menyendok kemudian menjilati sendok tersebut sampai bersih. Cara dia yang seperti itu malah mengingatkanku pada... Ya, kalian pasti tahu apa yang kupikirkan.


Apalagi Gracia juga sesekali sengaja melirik ke arahku. Dia memang sedang menggodaku. Jika saja tidak ada Thacil disini, aku pasti sudah menerkamnya.


"Jangan banyak-banyak makan es krim-nya, Gre.." ucapku akhirnya, berharap dia berhenti sebelum aku tidak bisa menahan lagi.


Dan ternyata Gracia benar-benar berhenti makan es krim, dia kemudian mengembalikan es krim yang tersisa ke dalam kulkas dan kembali duduk bersandar padaku. Bedanya dengan yang tadi, kini Gracia tidak lagi memeluk lenganku. Dia memposisikan lengaku untuk merangkul tubuhnya.


Dan karena sesekali tanganku tidak sengaja menyenggol dadanya yang empuk itu, aku kemudian mengubah posisi agar tanganku mengelus kepalanya saja. Tapi Gracia punya pikiran lain, dia mengembalikan posisi tanganku seperti sebelumnya. Dan tidak hanya itu, ternyata Gracia juga mengarahkan telapak tanganku untuk berada di dadanya.


Aku melirik ke arah Thacil sebentar, dia masih fokus menonton TV, sambil sesekali memakan cemilan. Lalu aku beralih melirik Gracia dan sedikit melotot ke arahnya, tapi Gracia malah membalasku dengan menggigit bibir bawahnya sendiri, memberikan ekspresi menggoda.


"Gre..." bisikku pelan. "Masih ada Thacil"


Bukan menjawabku, Gracia kini dengan nakalnya malah mengarahkan agar tanganku mulai meremas lembut dadanya sambil dia juga mengelus penisku dari luar celana.


"Aku kangen, kak.." Gracia memberi tatapan memelas tapi juga dipenuhi nafsu. "Tadi pas di rumah aku kan, belum ngapa-ngapain"


Belum sempat kubalas, Gracia sudah bangkit kemudian berbisik pelan di dekat telingaku...,


"Aku tunggu di kamar ya"


Kemudian barulah dia beranjak pergi meninggalkan aku dan Thacil berdua saja.


3 menit. Jika Thacil masih terus berkonsentrasi pada TV selama 3 menit, aku akan menyusul Gracia.



~~~~~


"Tuh kan,.." ucap Gracia dengan senyuman seolah meledekku.


Kini aku sudah berada di kamar. Ternyata aku tidak sanggup jika harus menunggu selama 3 menit, tidak sampai satu menit aku sudah menyusulnya.


Aku jadi ikut tersenyum karenanya. Apalagi Gracia kini sudah mengangkat sedikit bajunya dan juga melepaskan bra miliknya sehingga menampilkan kedua buah dadanya yang mulus sempurna. Tahu kalau aku sedang memandangi payudaranya, Gracia malah memajukan badannya sehingga bongkahan itu semakin tumpah terlihat menonjol.


Kemudian Gracia dengan tersenyum nakal menggerakkan telunjuknya mengisyaratakanku untuk mendekat. Tentu aku langsung mendekat padanya dengan merangkak ke atas ranjang.


"Kalo Thacil mergokin kita dan minta gabung, jangan cemburu ya" ucapku mengingatkannya .


Bukan menjawab, Gracia segera merangkul tubuhku dan kemudian melumat habis bibirku. Aku sedikit terkejut namun langsung saja meladeni lumatanku itu. Kami saling menghisap dengan penuh rakus dan ganas.


"Hhhss... Kak Ads... Aaah... Hhhh..." Gracia mulai mendesah ketika aku mulai meremas payudaranya yang membulat dengan gemas.


"Aku kangen banget sama desahan-desahan kamu yang sambil manggil-manggil nama aku itu, Gre... Desahan yang keluar pas aku nakalin tubuh kamu" ucapku yang disambut senyuman manis oleh Gracia.


Kami kembali saling melumat dan menghisap bibir. Tangan Gracia dengan nakalnya kembali meremas penisku di balik celana, bedanya sekarang penisku sudah berdiri tegak karena nafsu. Tidak mau kalah, tanganku kini naik dan kembali meremas-remas buah dada Gracia yang menggantung indah di depan mata.


Terasa sangat empuk dan lembut sekali, aku sungguh menyukainya. Sambil meremas semakin kuat, aku merangkul dan melumat bibir Gracia dengan penuh nafsu. Lidah kami saling bertaut dan bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Gracia sampai menggelinjang.


"Kak Adssshh..." Gracia melenguh, ditahannya kepalaku agar tidak melakukan lumatan lagi.


Ia memandangiku dengan nafas memburu, sambil tangannya masih terus saja mengusap-usap batang penisku penuh nafsu. Kemudian aku segera menerkam tubuhnya hingga kini Gracia berbaring pasrah telentang di bawah, dengan aku menindihnya penuh hasrat dari atas. Lalu kami mulai saling memeluk dan merangkul. Aku sudah tak sabar ingin menelanjanginya yang disambut juga dengan sikap yang sama dari Gracia yang sudah mulai membuka celanaku.


"Ahh...!!" Gracia sedikit memekik ketika penisku yang sudah mengacung tegak langsung terlontar keluar, namun ia dengan sigap langsung menggenggam dan mengelus-elusnya dengan penuh nafsu karena kuyakin benda inilah yang memang ia cari sedari tadi.


Aku sendiri juga sudah selesai menelanjangi Gracia, kuperhatikannya tubuhnya yang mungil namun cukup berisi dan montok, dan juga mulus.


"Oohh... Kak Adsss... Aaah.." erang Gracia ketika aku menangkupkan tanganku ke gundukan payudaranya dan meremasnya pelan.


Ia juga tidak menolak ketika tanganku yang lain meluncur ke bawah, ke arah lubang vaginanya. Bukti kalau Gracia memang benar-benar menginginkan hal ini. Dan dia juga daritadi tidak berusaha menahan desahannya.


Hmm.., firasatku bagus soal ini.


"Kak Adriaann..." lenguh Gracia dengan mata terpejam.


Terlihat bulu kemaluannya yang sedikit lebat meremang sangat menawan, lubangnya masih begitu rapat namun sudah basah. Aku segera membelai dan mengusap-usapnya pelan, membuat Gracia makin merintih dan menggelinjang-gelinjang kegelian.
Tanganku tak habis-habisnya bergerak kesana-kemari, mengelus dan meremasi tubuh mulus Gracia yang sangat membangkitkan gairah.


Gadis yang pasti... Ya, pasti. Bukan 'mungkin' lagi, tapi sudah pasti. Gadis yang pasti menjadi bahan fantasi para fans-nya itu kini sedang terbaring pasrah dibawah tubuhku yang sedang menindihnya dengan tanganku yang terus memainkan kedua payudara dan vaginanya. Bagian yang seharusnya tidak boleh disentuh oleh sembarang orang, tapi aku bisa menyentuhnya dengan bebas, dan tidak hanya sekedar menyentuh saja, aku juga bebas memainkannya sesuka hati.


Tapi jika para fans-nya hanya bisa membayangkan, sedangkan aku bisa merasakannya langsung. Benar-benar merasakannya!


Gracia sendiri yang masih meladeni lumatan bibirku pada bibirnya, kini kurasakan tangannya sudah mulai menyelinap memegang batang penisku yang sudah sangat keras dan dia juga mengelus-elusnya perlahan.


"Kangen banget aku tuh sama ini" ucap Gracia ketika ciuman kami terlepas.


"Kangen sama apa??" godaku sambil meremas buah dadanya hingga membuatnya menlenguh kenikmatan.


"Aahh Kontol!! Aku kangen kontol!Aku kangen kontolnya kak Ads" ucap Gracia nakal. Gadisku ini benar-benar memiliki mulut yang nakal. "Perasaan aku aja, apa ini jadi lebih gede dari terakhir kali kita main ya, kak?" tambahnya sambil meremas batang penisku dengan kuat, hingga membuatku sampai menengadah ke atas karena tidak menduganya. Sungguh tangan yang jahil.


Kami saling berpandangan sambil tersenyum, namun tak lama kemudian Gracia berbisik dengan senyum menggoda dan penuh gairah...,


"Ayo, kak Ads.. Kali ini masukkin ya. Entotin aku!" pintanya dengan penuh harap.


Apa aku akan melakukannya?
Apa kini aku tega melakukannya?


Disaat aku sedang merenung, Gracia sudah membuka selangkangannya, memamerkan bagian paling rahasia dari tubuhnya.


Tapi aku tak menghiraukan Gracia yang sudah sangat ingin merasakan bagimana rasanya vaginanya diaduk-aduk oleh penisku, aku lebih memilih untuk kembali menindih tubuh mulusnya.


Merenggut kesucian Gracia? Itu bisa lain kali.
Omong kosong jika aku berfikir, aku tidak akan mendapat kesempatan seperti ini lagi. Ayolah, ini Gracia. Dia akan bersedia kapanpun menyerahkan kesuciannya padaku.


Lagipula, bukankah masih ada gadis lain saat ini yang vaginanya bisa aku rasakan tanpa harus repot-repot merobek selaput daranya terlebih dahulu. Hehehe...


Lalu kemudian aku membungkuk di atas tubuhnya, payudara Gracia yang besar tampak mengkilat oleh keringat, semakin menambah gairahku. Dan aku segera menjulurkan lidah dan mulai menjilatinya, sambil menggarap payudara Gracia, satu tanganku menyelinap ke bawah di antara selangkangannya. Aku mempermainkan jarinya menggelitik lubang surgawi yang ada disana.


"Ahh... Kak Adsss!" Gracia melenguh.


Bak cacing kepanasan, tubuhnya melengkung ke depan yang segera kutangkap dan kemudian aku mencucupi kedua putingnya yang sudah semakin keras. Gracia menekuk kaki kirinya untuk menjepit tanganku yang sedang mengorek-ngorek liang vaginanya. Dan lidahku juga terus menyusuri bulatan daging montok di dadanya yang bulat besar, menghisap dan menjilatinya berulang kali hingga membuat benda itu jadi semakin basah dan mengkilat.


"Ooohh... Kak Adss... Geli!!" rintih Gracia, tapi tidak menginginkanku untuk berhenti. Justru ia memintaku agar meneruskan aksi nakalku pada tubuhnya. "Aaahh... Terus... Jilat terus, kak Ads..... Aaarghh!!" serunya dengan mata terpejam merasakanku yang bergerak kesana-kemari di atas gundukan payudaranya.


Aku masih terus menyusuri kedua payudaranya hingga seluruh permukaannya yang putih mulus jadi basah semua. Aku juga beberapa kali berhenti di bagian puting Gracia yang mungil kemerahan, aku langsung menelan ke dalam mulut dan mempermainkannya dengan lidahku. Kucucup dan sedot dengan rakus dan penuh nafsu, sampai membuat Gracia menggapai-gapai mencari pegangan merasakan sensasi yang sangat luar biasa tersebut. Di bagian dada, lidahku terus menjilati. Sementara di bagian vagina, tanganku juga terus mengorek-ngorek liang senggamanya. Vaginanya yang basah kini menjadi semakin tak karuan akibat semua rangsangan yang kuberika terhadap tubuhnya.


"Aduh... Geli, kak Adsss... Aaah..." rintih Gracia dengan kepala menggeleng-geleng, ia seperti melonjak hendak bangun ketika aku menusukkan jariku ke dalam liang vaginanya, sedikit mencongkel disana. Namun tertahan oleh tubuhku yang sedang menikmati kemengkalan dan kemontokan payudaranya yang besar itu.


Aku tertawa dalam hati saat mendengar deru langkah kaki mendekati pintu kamar. Terus menerus merangsang Gracia dan membuatnya terus mendesah itu memang merupakan 'umpan' yang bagus. Aku pun meneruskan kegiatanku. Sementara Gracia yang sudah diselimuti nafsu, sepertinya tidak tahu sama sekali apa yang sedang terjadi di sekitarnya.


"Uuuhh... terus, kak Ads... iyaaa... enaaaakkk!" serunya sambil mendorong kepalaku turun ke bawah.


Saat menjilati perut Gracia, aku melirik sebentar. Kulihat seseorang yang baru masuk itu mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Kubiarkannya saja orang itu menelanjangi dirinya sendiri karena aku masih ingin menikmati tubuh dari pacarku ini, Shania Gracia.


Ku bergeser agar berada tepat di antara paha mulus Gracia. Dan dia langsung menjepit kepalaku sambil merengek lirih..,


"Iyaaahh... di situ, kak Ads... Ooooh... jilat disitu... di memek aku... Aaahh..." Gracia terus meracau tak karuan ketika aku menjilati belahan vaginanya yang sudah terkuak memerah, saking nikmatnya ia sampai menggelinjang ke kanan dan ke kiri.


Gracia terus menggeleng-gelengkan kepalanya menikmati jilatanku pada vaginanya.


"Kok malah duluan sih, Gre.. Ga ngajak?" kata seseorang yang tadi itu, Thacil. Ya memangnya mau siapa lagi.


"Aah... Thacil iihhh... Ngagetin aja. Kapan masuk? Ya udah, sini.." balas Gracia santai.


"Gre..?" aku berpura-pura bingung saja, seakan tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi.


"Kuat kan, kak Ads.." Gracia menaikkan sebelah alisnya.


"Kamu ga mau nelfon siapa lagi gitu..???" tanyaku. "Nambah 2 atau 3 lagi, aku ga masalah kok"


"Iihhh... Kak Ads.."


Aku sedikit tertawa menanggapinya. Tapi sebenarnya aku juga bingung, meskipun sudah menduga kalau hal ini kemungkinan besar akan terjadi, tapi aku tidak menyangka kalau Gracia akan mengijinkan Thacil untuk benar-benar ikut ke dalam permainan kami. Apalagi percakapan singkat mereka tadi menunjukkan indikasi kalau mereka sebenarnya sudah merencanakan hal ini. Seperti ada yang sedang mereka sembunyikan.


"Aku kangen ini, kak Ian~" bisik Thacil lirih, yang entah sejak kapan dia kini sudah berada di dekatku dan juga sudah merogoh penisku.


"Thacil! Aku duluan..!!" rengek Gracia.


"Udah,.. Udah.. Ga usah berantem" aku segera memberhentikan mereka sebelum terjadi hal yang tidak-tidak. Lebih tepatnya tidak aku inginkan. Kalau mereka bertengkar dan mood-nya rusak, aku kentang dong.


Lalu aku segera merebahkan diriku di sebelah Gracia dan kemudian...,


"Sekarang mending kalian kerjasama buat muasin aku.. Hisep dulu ini yuk..!! Dia pasti udah kangen sama kalian" ucapku sambil mengocok pelan penisku yang sudah sangat tegang.


Mereka berdua saling bertukar pandang sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan bersimpuh di hadapan batang penisku. Kugunakan kedua tanganku sebagai bantal, mengusahakan berposisi serileks mungkin dan tinggal menikmati permainan dari mereka berdua. Tapi secara tiba-tiba Thacil langsung memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya dan berusaha menelannya sambil menghisap kuat-kuat.


"Aaahhh..." aku mengerang sambil mendongak ke atas.


Aku tidak menyangka akan langsung diserang seperti itu, tapi aku juga merasa lega karena akhirnya aku bisa kembali merasakan nikmatnya servis bibir Thacil. Ku akui aku memang sedikit merindukan sensasinya, apalagi saat Thacil kemudian menggerakkan batang penisku keluar-masuk dengan cepat, aku semakin merasakan horny yang luar biasa.


Gracia pun juga tak tinggal diam, dia menyerang kedua buah zakarku dengan menggunakan mulutnya dan tangannya juga ia gunakan untuk meremas-remas kedua payudara Thacil yang bulat. Thacil sampai melenguh tapi tertahan oleh penisku yang masih berada di mulutnya.


"Aaaah... terusshh... iyaaahhkk ditelen ya nanti...." ucapku menyemangati mereka berdua


Thacil menghentikan jilatannya sejenak, namun tangannya tetap mengocok batang penisku. Mengetahui hal tersebut, Gracia langsung melahap kepala penisku menggantikan Thacil, mereka berdua tersenyum memandangiku dengan tatapan nakal.


"Keluarin semua, kak Ian! Mandiin kita pake pejuh!" sahut Thacil dan lalu menjilati buah zakarku berulang-ulang.


Lidah Thacil menjulur-julur membasahi mulai dari batang hingga sampai ke buah zakarku. Sedangkan Gracia terus menghisap kepala penisku sambil sesekali memainkan lidahnya melingkari kepala penisku, menyapunya dengan lembut beberapa kali. Sungguh kerjasama yang luar biasa.


Mendapat kenikmatan duniawi dari dua gadis dalam waktu hampir bersamaan, aku benar-benar sangat beruntung. Apalagi jika kedua gadis itu adalah Shania Gracia dan Thalia Ivanka.
Kalau bagi kalian, jangankan dua, mendaparkan satu sepertinya sudah sangat sulit. Kasihan.


Kemudian mereka berhenti menjilati batang penisku, dan mendekatkan wajahnya ke arahku. Tapi mereka masih setia mengocok batang penisku dan juga meremas buah zakarku. Aku jadi menggelinjang tak karuan dibuatnya, Gracia dan Thacil tertawa kecil saat melihatku seperti itu.


"Enak ya, kak Ads?" tanya Gracia dengan ekspresi polos. Tapi tangannya masih terus meremas lembut buah zakarku.


"Pokoknya, kita buat kak Ian keluar duluan kali ini.." tambah Thacil dengan terus mengocok batang penisku berulang-ulang.


"Iyaa... aaaah... terserah kalian.." kubalas mereka dengan memegang buah dada mereka dan meremas-remasnya sesuka hatiku sambil memain-mainkan putingnya.


Tapi kemudian mereka dengan cepat menyingkirkan tanganku dan malah mendekatkan payudara mereka ke arah wajahku. Jadinya tidak hanya penisku yang diserang oleh tangan mereka, tapi wajahku juga menjadi bulan-bulanan keempukan dan kemontokan payudara dua gadis idola ibukota ini.


Aku jadi terpikir, bagaimana jika penisku yang diapit oleh dua pasang payudara montok ini. Pasti sensasinya sungguh luar biasa. Tapi ketika aku hendak meminta hal tersebut, Thacil sudah terlebih dahulu menjauhkan payudaranya dan kemudian tanpa pergerakan yang sia-sia, dia sudah memasukkan penisku ke dalam vaginanya dengan cepat.


"AAAKKKHHHH... KONTOL!!!" teriak Thacil. Matanya sampai melotot saat batang penisku mulai memenuhi dan mendesak penuh di lorong vaginanya. "Akhirnya...~~"


"Nnggghh..." aku sendiri juga melenguh menahan nikmat karena vagina Thacil yang entah kenapa masih begitu rapat terasa begitu mencengkram penisku di dalamnya.


Kuperhatikan bagaimana batang penisku yang besar itu masuk ke dalam liang vagina Thacil yang sempit. Rasanya sungguh sangat nikmat sekali.
Butuh beberapa detik bagiku dan Thacil untuk mengatur nafas setelah penetrasi tiba-tiba barusan.


"Hegh... auw! Ah, kangen banget sama ini kontoooll..." lenguh Thacil dengan kepala menggeleng-geleng.


"Thacil...!!!" Gracia berteriak, dia terlihat emosi. Sepertinya dia tidak menyangka kalau Thacil akan nekat mendahuluinya untuk merasakan batang penisku.


"Ssttt... Udah.." aku berusaha menenangkan Gracia dan mulai menciumi bibirnya sambil meremas-remas payudara dengan lembut.


Di saat Gracia sudah terbuai oleh remasanku pada payudaranya, aku memberi isyarat pada Thacil agar mulai bergerak.


Sambil menggigit bibir bawahnya, Thacil pun mulai menggerakkan pinggulnya, menggoyangnya naik turun, menjepit dan menggesek penisku di liang senggamanya. Sedang aku masih terus berciuman dengan Gracia sembari tangan kananku meremas kedua payudaranya secara bergantian. Lalu tangan kiriku kugunakan untuk mengelus-elus paha Thacil yang putih mulus disaat gadis itu sedang beraksi, sesekali aku juga mengarah ke belakang untuk meremas dan membelai pantatnya yang tak kalah sekal dari milik Gracia.


"Ahh... KONTOL!!!" Thacil terus meracau di sela goyangannya.


Penisku seperti lenyap ditelan vagina milik Thacil, mantan center team J itu, lagi dan lagi, dengan hentakan keras dan kuat yang membuat penisku amblas mentok sampai ke bagiannya yang terdalam vaginanya, menyodok rahimnya.


Sebenarnya permainan seks dari Thacil adalah yang paling menakjubkan, dia yang paling cocok untuk dijadikan partner seks. Jika saja sifatnya tidak kekanak-kanakan.. Mungkin hubungan kami dulu bisa tetap berlanjut sampai detik ini.


"Kak Adriaaann... Enak banget sih kontolnya~~" Thacil tersenyum sambil terus bergerak naik turun.


"Kak Ads!!" seketika aku tersentak, karena terlalu terbuai oleh nikmatnya goyangan Thacil, aku tidak sadar kalau aku sudah melepaskan ciumanku dengan Gracia.


Jadi langsung saja aku memeluknya dan menghujaninya dengan lumatan dan ciuman, membuat Gracia sampai kewalahan karena tidak siap. Aku juga meremas payudara Gracia, memilin-milin putingnya berulang kali hingga membuatnya menggelinjang tak karuan.


Tapi sepertinya Gracia menginginkan sesuatu yang lebih, dia kemudian mendorongku sampai rebahan sebelum akhirnya menduduki wajahku, mengarahkan vaginanya tepat di hadapanku.


"Jilatin ya, kak ADSSSSHHH....!!!" Gracia berteriak karena aku langsung menjilati vaginanya dengan ganas bahkan sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.


Di saat aku menjilati vagina Gracia, Thacil masih terus bergerak dengan sangat erotis di atas tubuhku, bahkan lebih liar dari sebelumnya. Dengan gerakan seperti itu, kurasa payudara Thacil yang berukuran cukup besar itu akan ikut bergerak naik turun. Meskipun aku tidak bisa melihatnya, tapi aku yakin kalau pemandangan itu pasti sangat indah sekali.


"Hhhhss... aaaah... aauuuuh..." lenguh Thacil yang jepitan vaginanya terasa semakin erat, namun penisku dengan lancar terus keluar masuk. Jadi kubalas saja dia dengan ikut menggerakkan pantatku naik turun.


"Ouh... uuh... kak Ads....." tapi aku tetap tidak melupakan Gracia. Sambil tetap menggerakkan pantatku naik-turun, lidahku masih terus menjilati vagina milik Gracia, bahkan sesekali aku juga menyedotnya, menyeruput sedikit cairan yang dihasilkan dari vaginanya.


Detik demi detik berlalu. Desisan, racauan, desahan, lenguhan, teriakan mereka berdua juga terus bersahut-sahutan. Gerakan naik-turun tubuh Thacil juga semakin cepat dan membabi buta, vaginanya menyempit dengan cepat. Aku yang menyadari kalau dia hendak mencapai puncak, dengan hujaman keras menusukkan penisku dalam-dalam sembari meyedot vagina Gracia kuat-kuat. Sampai pada akhirnya....


IMG-20200923-180558.jpg



"HHH... AAAHH... KAK IAAAANNN KONTOLNYA ENAK"


"KAK ADS.... IYAAAAA.... TERUUSSSHH JILATIN TERUSSHH AAAHHH"


Mereka kompak berteriak ketika mengucurkan cairan beningnya membasahi penis dan juga wajahku. Dua orang gadis member idola ibukota ternama berhasil kubuat orgasme dalam waktu yang hampir bersamaan. Mungkin aku harus sedikit bangga.


Setelah itu yang terdengar adalah suara nafas dari Gracia dan Thacil yang saling bersahutan. Tubuh keduanya sudah penuh keringat dan juga sangat lemas bak tanpa tulang. Itu semua pasti akibat orgasme yang masih melanda tubuh mereka.


Baiklah, mereka berdua mungkin memang sudah mencapai orgasme mereka hari ini. Tapi aku belum. Jadi siapapun diantara mereka berdua yang terlebih dahulu pulih, dialah yang harys bertanggung jawab membuatku orgasme.
Dan ternyata...,


"Eh,... Gre.." Thacil mengadu disaat tubuhnya didorong oleh Gracia hingga terjatuh.


"Gantian.." balas Gracia seakan tak peduli.


"Iiihh..." Thacil kemudian bangkit berdiri dan berjalan keluar kamar.


Aku tidak menyangka kalau Gracia akan bertindak sampai sebegitunya demi mendapatkan kenikmatan dari batang penisku. Kemudian Gracia dengan sigap segera mengangkang memamerkan lobang pantatnya yang keriput memerah.


"Ini kan yang kak Ads mau?" tanyanya menggoda. "Atau mau yang ini?" dia mengelus permukaan vaginanya. "Terserah kak Ads aja, aku mah pasrah.."


Aku hanya bisa melongo karena tingkahnya itu. Baiklah, masalah Thacil bisa diatasi nanti, sekarang yang terpenting, aku harus menuntaskan birahiku terlebih dahulu. Aku segera beringsut mendekati Gracia yang disambut dengan pahanya yang semakin dia lebarkan.


"Ayo, kak Ads... masukkin kontolnya cepet.." Gracia merengek lagi karena tak tahan.


Aku langsung memajukan penisku dan menempelkannya ke lobang pantat Gracia yang merah merekah, pelan kutekan dengan tenaga besar hingga membuat Gracia sedikit mendelik dan menggelinjang ketika batang penisku mulai menembus lobang pantatnya mili demi mili.


"Ooh... terus, kak Adsshh... teruuussshhh....." lenguh Gracia dengan suara keras dan kepala menggeleng kesana-kemari.


"Aaahhh..., Gre.. Udah pernah aku masukkin,... tapi.. tapi kok masih sempit aja sih...." aku terus melakukan penetrasi sampai batangku mentok di lobang pantatnya. "Aaakkkhhh... Tapi enak sih"


"Iyaaahhh... Enak" sahut Gracia meringis merem melek saat menerimanya. "Bentar ya, kak... jangan digoyang dulu,..." pintanya kemudian dengan nafas ngos-ngosan menahan nyeri.


Aku segera merangkul dan memberikan pagutan mesra di bibir, yang langsung dibalas oleh Gracia dengan sepenuh hati.


"Aaahh, kak Ads... kontolnya emang mantep banget... Aku ketagihan.."


Namun karena aku ingin segera mendapat orgasmeku, aku pun mulai melakukan tarikan dan dorongan pada batang penisku, menembus lobang pantat milik seorang member idol grup ibukota yang memang Gracia (disebut-sebut) adalah salah satu yang memiliki pantat terindah di jeketi. Ya, dan itu memang benar. Aku sudah melihatnya sendiri, dan juga sudah merasakannya sendiri!


P-20201015-205714.jpg



"AAAHH... KAK ADRIAAANN... TERUSSSHH... IYAAA... IYAAAAHHH... AAH... AAAHHH... SSSHH... ARGH!!" Gracia mengerang dan menjerit-jerit tak karuan. Dia menggila karena penisku yang menusuk lobang pantatnya.


Aku pun terus melakukan genjotan demi genjotan, sampai membuat Gracia hanya bisa menunjukkan warna putih pada matanya yang bulat. Gadis ini benar-benar menggila merasakan batang penisku yang terus menghajar lobang pantatnya berulang-ulang.
Kemudian aku melumat bibir Gracia dan disambut dengan lumatan mesra olehnya. Tanganku juga tak mau ketinggalan, sambil terus menggoyang, aku meremas-remas payudara Gracia yang besar, yang menggantung indah di dadanya itu.


Perbuatanku tersebut membuat Gracia menggelinjang kesana-kemari, ia tidak mampu membalas, hanya bisa berteriak keras merasakan penetrasi penisku yang semakin cepat pada lobang pantatnya, sementara tubuhnya terus dibelai dan diremas sedemikian rupa olehku.


"K-Kak Ads..., a-aku nggak t-tahan..." kata Gracia dengan terbata-bata. Sedang aku masih terus bergerak maju-mundur menerobos lobang pantatnya sambil tanganku meremas-remas tonjolan payudaranya yang bulat besar tanpa henti.


"Iya, aku juga udah ngga tahan, Gee..." sahutku cepat.


"Teruuussshhh... Aku bentar lagi, kak Adsshh..." pekik Gracia tak tahan.


”Keluarin aja, jangan ditahan!" balasku dengan menggenjot lagi semakin kuat dan cepat.


Betapa indah sekali payudara Shania Gracia yang benar-benar membulat dan sangat padat ini, apalagi ketika bongkahan payudara itu bergetar setiap aku menggoyang tubuhnya. Aku jadi tak tahan untuk meremas-remasnya gemas dengan kedua tangan.


"Iya, kak Adss... bentar lagi" sahut Gracia dengan keras.


"Ahh..." aku jadi ikut melenguh ketika kurasakannya lobang pantat Gracia menyempit dengan cepat, dinding-dindingnya terasa menegang kuat saat dia mendapatkan orgasmenya. Dari liang vaginanya mengucur cairan cinta yang amat banyak, membasahi kasur dan sprei.


Tapi aku sudah tak peduli dengan hal itu, aku terus saja menyodokkan penisku kuat-kuat karena aku juga sedang mengejar orgasmeku. Gracia yang tadi kelojotan, kini sudah diam tak bergerak. Hanya desah nafasnya yang masih terdengar memburu cepat. Sambil menggoyang, aku terus meremas payudara Gracia yang bergoyang indah, tak bosan aku untuk memainkannya terus menerus.


"Iya, kak Ads... Pake aku sepuas kamu" Gracia masih sangat lemas menatapku sayu. Tatapan yang seolah mengatakan.., "aku rela ngelakuin apapun demi kamu, orang yang kucintai"


Diberi tatapan seperti itu, tentu membuatku tidak akan bertahan lebih lama lagi, kuteruskan menusukkan batang penisku beberapa kali lagi sebelum akhirnya tubuhku menegang dan akhirnya mendapatkan orgasmenya. Tanpa sungkan aku menyemburkan seluruh spermaku ke dalam lobang pantat Gracia yang sempit itu. Aku orgasme di dalam lobang pantat Gracia sambil tetap menatap matanya yang terus memandangku.


CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...


Sekarang tubuhku jadi terasa sangat enteng dan ringan, aku sungguh puas. Kemudian aku tersenyum yang dibalas juga oleh senyuman manis, lalu kami pun berciuman sebagai tanda terimakasih karena sama-sama puas.


"Aku cinta kamu, kak Ads.." ucap Gracia. "Hmm... Harus selalu aku dulu yang bilang ya?"


Aku tertawa kecil mendengarnya..


"Aku jug...,"


"Aaahhhh...., kak Iaaannhhh"


Aku dan Gracia sama-sama mendengar suara yang familiar. Kompak kami menoleh dan, mendapati Thacil yang ternyata sudah kembali ke kamar dan sekarang sedang bermasturbasi dengan menggunakan vibrator.


"Thacil..." kompak kami memanggilnya.


"Sejak kapan?"


"Kamu ngapain? Itu apa?"


Pertanyaan yang berbeda keluar dari kami. Jika aku menanyakan tentang waktu keberadaan Thacil, sedangkan Gracia lebih tertarik dengan benda yang sedang dipegang oleh Thacil. Ah, tapi ada hal yang lebih penting daripada hal itu..


"Gre.., kamu harus minta maaf ke Thacil" ucapku kemudian.


"Eh?! Minta maaf kenapa?" balas Gracia yang tampak kebingungan. Apa dia sudah lupa kalau tadi dia sudah mendorong Thacil cukup keras?


"Udah.. gapapa kok, kak Ian" sela Thacil. "Aku ngerti kok maksud dari Gracia. Tadi kan aku sama Gracia udah keluar, tapi kakak kan belum.. Tapi.., aku malah cuma diem aja tadi di atas kakak"


"Yap.. Bener banget" sahut Gracia sembari tersenyum manis.


Aku terkesima, Thacil bisa mengerti hal itu. Dia sudah lebih dewasa sekarang..


"Cil, daripada muasin diri pake gituan.. Kan mendingan pake kontol asli--"


BRUK!!


Secepat kilat Thacil sudah berlari dan menubrukku hingga penisku yang tadi masih menancap di lobang pantat Gracia pun terlepas.


"Hei.. Hei... bentar... bentar....," aku kelabakan berusaha menghentikan Thacil yang terlihat sudah sangat ingin kembali bersatu dengan diriku. "Ada syaratnya" tambahku kemudian.


"Apa, kak Ian? Apa syaratnya? Apapun bakal aku lakuin?" Thacil benar-benar sudah tidak sabar.


Ku menengok ke arah Gracia sebentar, dan Thacil pun juga mengikuti apa yang sedang kulihat.


"Ya ampun, pantesan kerasa penuh banget.." celetuk Gracia ketika melihat sperma kentalku yang cukup banyak memenuhi lobang pantatnya, bahkan tidak sedikit juga yang meleleh keluar saking penuhnya.


"Kalo mau gue kontolin lagi... jilati dulu pejuh gue yang ada di memek temen lo tuh, sambil nunggu kontol gue bangun lagi" kutunjuk belahan pantat Gracia.


Tanpa membantah dan membuang-buang waktu, Thacil segera mendekati Gracia, dan tanpa rasa jijik dijilatinya lobang pantat Gracia yang penuh oleh spermaku, ia melakukannya hingga bersih. Gracia sendiri hanya tertawa geli dan tersenyum saja menerimanya. Mungkin Gracia tidak oernah menduga sama sekali kalau ternyata teman masa kecilnya ini sangat doyan dengan rasa spermaku, seperti dirinya.


"Hmm... masih kerasa gurih aja ini pejuh, kak... ada manisnya juga lagi, aku suka" seru Thacil dengan mata berbinar.


Kemudian tanpa aku duga, Gracia menarik wajah Thacil dan mulai menciumi bibir temannya itu. Thacil yang awalnya terkejut, segera menguasai diri dan mulai membalas cumbuan Gracia. Mereka terus beciuman dan saling melilit lidah sambil sesekali meremas dada satu sama lain. Melihat adegan tersebut, sedikit demi sedikit mulai membangkitkan gairahku kembali, hingga akhirnya, penisku kembali mulai berdiri tegak.


Aku sebenarnya bisa saja langsung menerkam mereka berdua saat ini juga, tapi ada hal lain yang harus kulakukan terlebih dahulu. Perlahan aku turun dari ranjang dan kemudian berjalan ke arah kamar mandi.


"Mau kemana, kak?" dua gadis itu kompak bertanya.


"Nyuci ini" aku menunjuk ke arah penisku. "Kan tadi abis masuk ke lobang yang itu, biar nanti gak kenapa-napa masuk ke lobang yang lain"


"Iiih kak Ian pengertian bangeettt" seru Thacil yang seketika membuatku...


"Kak Ads mukanya ga usah merah gitu!!" dan Gracia meledek.


Aku tak memperdulikan ledekan dari Gracia dan lebih memilih untuk kembali melangkahkan kaki ke kamar mandi.



~~~~~


"Kak..., yakin mau ngelakuinnya disini?" Thacil bertanya. "Nanti kalo dilihat orang gimana?"


"Perasaan kita pernah ngelakuin di tempat yang lebih beresiko ketahuan deh" balasku santai sambil bersandar di kursi.


Thacil yang mendengarnya kemudian segera duduk di pangkuanku membelakangiku, tentu tidak hanya sekedar duduk karena dia juga kembali memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya lagi. Terkadang semilir angin menerpa tubuh telanjang kami yang saat ini berada di balkon apartemenku.


Ya, hanya berdua. Aku dan Thacil.. Tadi di saat aku kembali setelah mencuci penisku, dan bermaksud melanjutkan threesome dengan mereka, ternyata Gracia memilih untuk tidak ikut serta. Selain karena kelelahan, kudengar dia juga berbisik sesuatu ke Thacil tentang 'kesempatan'.. Entah itu apa maksudnya.


Perlahan, Thacil mulai menaik-turunkan tubuhnya lagi.. Temponya lebih pelan dibanding tadi, Thacil meliuk-liukkan tubuhnya denga lambat, namun tetap terasa nikmat. Apalagi dinding dan otot vaginanya itu masih saja terus memijat-mijat penisku ketika berada di dalamnya. Seolah vagina Thacil ini benar-benar sangat merindukanku.


"Sempit banget sih, Cil.. aahhh..." racauku. "Lo terakhir ngewe kapan sih?"


"Aaakkhh... Pas waktu aku ulang tahun, kak" jawaban dari Thacil membuatku tercengan dan terdiam.


Jika persetubuhan terakhirnya adalah ketika dia sedang berulang tahun, itu artinya... Laki-laki terakhir yang merasakan sempitnya vaginanya ini adalah.., diriku. Dan belum ada lagi laki-laki lain yang merasakan goyangan Thacil sejak saat itu.


Lalu secara perlahan, Thacil memutar badannya sampai berbalik menghadap ke arahku. Ketika dia melakukannya, tentu saja penisku yang masih menancap di vaginanya terasa seperti dipelintir nikmat.


"Kakak pikir.., kenapa aku punya vibrator sekarang??" pertanyaannya itu menyadarkanku.


Dulu saat pertama kali aku memergokinya masrurbasi di toilet, dia hanya menggunakan jari, bukan vibrator. Yang artinya setelah Thacil 'berpisah' denganku, dia tidak pernah berhubungan badan dengan laki-laki lain.. Dan hanya menggunakan alat bantu seks tersebut untuk memuaskan hasratnya.


Kurasa mungkin ini saat yang tepat jika aku memintanya untuk menjadi partner-ku lagi seperti dulu.. Karena tidak mungkin kan kalau aku terus berpartner dengan 'adikku' sendiri. Aku memang butuh partner, karena dengan Gracia kalian tahu sendiri kalau aku masih belum tega untuk menodainya lebih jauh.
Lagipula kurasa aku tidak perlu khawatir lagi soal Thacil, bukankah dia sudah lebih dewasa sekarang.


"Cil.., lo--"


"Makanya aku minta ke Gracia biar malem ini, kita bisa kayak gini lagi buat yang terakhir kalinya..." ucapanku terpotong oleh perkataannya.


"M-Maksudnya? Terakhir?" aku kebingungan.


"Nasib aku sama kayak kak Ian dan ci Shani..." bisik Thacil lirih.


Aku tidak suka hal ini, mendengar nama Shani ketika penisku sedang bersarang di vagina gadis lain itu rasanya membuatku merasa sangat bersalah.. Tapi sebenarnya apa maksud dari Thacil ini.


"Aku udah dijodohin, kak.." tambahnya.


Oh, sial.. Aku semakin tidak suka dengan alasannya ini. Penulisnya tidak mendapat ide lain atau bagaimana sih?


"Bedanya kalau kakak sama ci Shani kan emang saling suka, dan dulu juga udah pernah ketemu... Nah kalo aku, jangankan suka atau kenal.. Ketemu aja belom pernah" Thacil bercerita. Jadi itu yang tadi sempat mereka sembunyikan. "Aku cuma pernah dikasih liat fotonya aja"


"Cil..."


"Ah.. I-Iya, kak?" sahut Thacil.


"Sebenernya gue tadi itu baru mau ngajakin lo buat jadi partner sex gue lagi lho.." ucapku jujur. "Tapi kalo ternyata--"


"Bukannya udah ada Stefi ya?" potong Thacil. "Ya ampun, kak..., ga cukup satu?"


"Bukan gitu, sebenernya gue sama Stefi....," bagaimana aku menjelaskannya ya.


Tunggu sebentar.
Ada hal yang janggal disini.


"Tahu darimana kalo gue sama Stefi,..."


"Kak Shania" kurang ajar!!


"Sebenernya lo itu partner sex terbaik, Cil" ucapku. "Cuma karena dulu sifat lo kekanak-kanakan dan gampang baper. Jadi...,"


"Iya, kak.. Aku ngerti"


"Lagian lo itu entotable tau ngga.." ucapku lagi. "Muka lo bule, body lo seksi gini, toket lo gede, pantat lo bulet.. Kalo lo warnain rambut jadi pirang gitu, sekilas mirip bintang bokep. Fans-fans lo aja pasti sering ngebayangin ngentot sama lo"


Sepertinya barusan itu aku terlalu jujur..


"Iya, kak.. Aku udah ngerti kalo soal itu" balasnya. "Banyak kok fans aku yang kalo lagi HS, matanya sering turun ke bawah curi-curi liat ke arah dada aku. Bahkan ada yang terang-terangan juga"


"Terus lo--"


"Ya risih lah.. Aku pasti risih. Tapi ya mau gimana lagi" sahutnya. "Tapi kalo kamu itu beda, kak. Kamu kalo ngobrol sama aku, mata kamu ya ke aku.. Ngga kemana-mana"


"Engga juga deh kayaknya" aku sedikit membantah. "Tadi kan-"


"Kalo itu kan emang obrolannya mengarah ke situ, itupun gara-gara Gracia"


"Hmm.., oke" balasku. Aku tidak mau terlalu membantahnya.


"Kakak sayang banget ya sama Gracia.." ucap Thacil tiba-tiba. "Kalian cuma anal seks kan selama ini"


"Eemmm... Mending sekarang kita lanjutin ini aja yuk.. Kan ini malem terakhir kita"


"Itu. Itu yang aku suka dari kakak.."


"Emut kontol gue lagi, ya! Mulai agak lemes nih gara-gara ngobrol" kataku sambil mengelus-elus pipi Thacil yang merona merah -mungkin- karena nafsu birahi.


Tak lama, Thacil pun segera turun dari pangkuanku dan kemudian berjongkok sambil membuka pahaku sedikit melebar. Dengan rakus ia kemudian melahap penisku, Thacil menelannya bulat-bulat, ia masukkan semua penisku ke dalam mulutnya. Meski terlihat agak kesulitan, tapi Thacil terus mempermainkan penisku, lidahnya dengan rakus menjilat batang penisku hingga jadi memerah karena rangsangannya.


Aku membiarkan Thacil menikmati batang penisku yang besar. Aku menengadah merasakan kenakalan bibir dan lidah gadis idola bahan fantasi banyak laki-laki ini. Aku menyandarkan tubuhku agar nyaman. Kupandangi Thacil yang masih rakus memainkan batang penisku. Lidah nakalnya itu terus menjilat-jilat, membasahi batang penisku di setiap bagiannya; mulai dari ujung hingga pangkalnya, juga dua telor yang ada di bagian bawahnya. Thacil menghisapnya dengan begitu rakus, menelannya bulat-bulat dan menghisapnya dengan begitu kuat, membuatku jadi merintih nikmat dibuatnya.


"Enak, Cil… terus... Lo emang pemuas kontol terbaik deh" aku sedikit 'mengejek'nya


Tapi Thacil tak terlihat marah sedikitpun, justru dia mengabaikannya. Boro-boro marah, ia malah makin bersemangat dalam mengulum batang penisku, mungkin yang ada di otaknya saat ini hanya satu hal, yaitu memuaskanku. Penisku sekarang jadi mengkilap karena penuh oleh air liur Thacil.


PLOP!!!


Bunyi yang cukup keras ketika penisku keluar dari mulutnya.


"Masukin, kak… aku udah ngga tahan!" pinta Thacil dengan ekspresi yang benar-benar mengungah birahi.


"Nanti mau aku keluarin di mana?" tanyaku iseng sambil meremas-remas pelan payudara Thacil.


"Kakak udah lupa jadwal aku? Di dalem dong, kak" sahut Thacil. "Aku aman hari ini" kemudian dia bangkit dan kembali ke dalam pangkuanku.


"Aaah... teken, Cil!" ajakku yang disambut tekanan lembut di selangkangan Thacil. Pelan tapi pasti, batang penisku mulai tenggelam di belahan vagina Thalia Ivanka yang sempit dan legit.


"Auw! Aauuh... aaahh..." erang Thacil ketika penisku mulai menerobos liang surgawinya.


"Sempit bener sih..." racaku sambil terus menekan ke atas.


"Iya, kak... aaoh... Kontol kak Adrian juga gede banget sih!" keluh Thacil suka. "


Desakan di lorong vagina Thacil semakin membesar karena aku terus menekan pinggulku, membuat penisku semakin melesak lebih dalam lagi.


"Genjot pelan-pelan, Cil" ajakku saat batang penisku sudah terbenam penuh.


Thacil menyambut perintah itu dengan mulai menggerakkan pinggulnya pelan-pelan, menggoyangnya naik-turun hingga membuat penisku melesak masuk lebih dalam lagi.


"Aaaaaw..." jerit Thacil penuh kenikmatan.


"Ayo, genjot terus!" ajakku dengan tangan terus bermain-main di gundukan payudara Thacil yang mulus, lembut, dan tentu saja besar.


Kuremas-remas benda bulat padat itu sambil tak lupa memilin-milin putingnya yang semakin terasa kaku dan menegang.


Menerima semua rangsangan itu membuat Thacil semakin liar menggerakkan tubuhnya, terus ia genjot batang penisku sampai kami berdua semakin larut dalam api birahi.


"Enak banget, Cil... ssshhh... sempit..."


"Ahh... iya, kak... sssh... sssh... soalnya memek aku udah kangen banget sama kontolnya kak Adrian... uuuh..." lenguh Thacil tak karuan karena batang penisku yang terus mengoyak lorong vaginanya. Tapi kalau boleh jujur, sepertinya bukan hanya vagina Thacil yang merindukan penisku, aku sendiri juga merindukan kehangatan liang vaginanya.


Thacil bergerak semakin cepat, dia terus menekan lebih dalam. Bahkan aku merasa kalau batang penisku sampai mentok di ujung vaginanya.


"Kak Iaaannn... Kak Adriaaannn... aaaah... aku ngga kuat! Aaaaaah...“ erang Thacil sambil menghujamkan pinggulnya kuat-kuat.


Di saat yang bersamaan, celah vaginanya menyempit ketika menyemburkan cairan cintanya yang begitu banyak dan basah. Dengan kepala terdongak ke atas, Thacil memejamkan mata, sementara dadanya yang besar makin kelihatan membusung dalam genggaman tanganku. Tubuhnya kelojotan beberapa saat dalam pangkuanku.


Aku pun segera memeluk tubuh Thacil yang masih tampak ngos-ngosan untuk memberikan ketenangan. Kurasakan batang penisku dibasahi oleh cairan hangat yang mengalir dari vaginanya tersebut. Masih dalam pelukanku, Thacil tampak mulai bisa menguasai diri, nafasnya sedikit lebih tenang meski tubuhnya sudah berkeringat disana-sini. Aku berusaha terus menenangkan dengan mengelus-elus kepalanya.


Sementara penisku masih tetap tertanam penuh di lorong kewanitaan Thacil yang sekarang jadi terasa hangat dan menyedot-nyedot ringan. Tak lama kemudian Thacil menarik kepalaku dan memandangiku dengan perasaan setengah takjub.


"Hebat banget sih, kak.. Aku selalu puas deh kalo ngentot sama kakak" bisiknya dengan nada penuh pemujaan.


"Tapi aku belum keluar nih, Cil.." balasku yang kemudian berdiri sambil mengangkat tubuhnya lalu mulai menggenjot vaginanya.


Aku menggenjot vagina Thacil sambil menggendongnya, memang sedikit berat. Tapi sensasinya sungguh terasa nikmat.
Thacil sendiri hanya pasrah sambil memelukku dengan sangat erat.


Kemudian secara tiba-tiba aku mengigit dan menghisap leher Thacil hingga meninggalkan tanda merah disana.


"Yang banyak, kak.. Aku milik kakak" bisiknya di dekat telingaku.


Thacil membalasku dengan mengambil alih untuk menggenjot penisku. Secara perlahan ia menaik-turunkan tubuhnya, dia juga memaju mundurkan pinggulnya, hingga penisku semakin dalam masuk ke dalam vaginanya. Aku benar-benar sangat menikmatinya.


Namun karena aku tidak kuat jika harus menggendongnya lama-lama, akhirnya aku pun kembali menurunkannya tanpa melepaskan penisku dari vaginanya. Tapi aku tidak sepenuhnya menurunkan Thacil karena satu kakinya masih aku angkat sebelum kemudian kembali menyodok vaginanya.


"Aaahhhh.... Cil... mana rela gue ngelepas lo..." racaku yang sedikit lagi mencapai orgasme. "Memek lo ini enak bangetthhh!!"


"Iya, kak.. Iya.... aku juga mau nyampe lagiihh..." sahut Thacil yang membuatku semakin mengencangkan sodokanku. "Keluarin, kak... keluarin... angetin memek aku pake pejuh kakak... aaaahh..."


"AAAARRGGGHH THACIL!!"


"KAK ADRIAN AAAKKKHHH...!!!"


Kami mencapi orgasme bersamaan, dan aku benar-benar memenuhi rahim Thacil dengan spermaku.


P-20201015-213859.jpg



"Kak..."


"Iya?"


"Analin aku dong.." tiba-tiba Thacil menawarkan lobang pantatnya padaku.


"Y-Yakin, Cil"


"Yakin.. Yakin banget" jawab Thacil mantap. "Anggep aja sebagai hadiah perpisahan"


"Tapi kan kita masih bisa sering ketemu, Cil..."


"Analin aku ya, kak Ian..." rengeknya kemudian. "Bikin pantat aku jadi penuh sama pejuh ya.. Aku pengen ngerasain sensasinya"


Mendengar hal tersebut, entah kenapa bisa langsung membuat penisku kembali berdiri. Mungkin karena sebelumnya aku tidak pernah melakukan anal seks terhadap Thacil. Jadi aku penasaran ingin memcobanya, dan penisku pun pasti juga mengerti akan hal itu.


Aku segera mendorong Thacil sehingga ia kini dalam posisi menungging sambil berpegangan di pagar balkon. Terdengar jeritan yang cukup kencang darinya saat aku mulai menusukkan batang penisku.


"AAAHH... AUUUUHHH..." lenguh Thacil penuh kenikmatan.


"Dasar idol perek!! Nih, makan nih kontol!!" ucapku sambil mulai bergerak maju mundur menyetubuhi Thacil, begitu kerasnya aku menusuk hingga membuatnya sampai tergoncang-goncang tak karuan.


"Kak Iaann... aah... perih... tapi... tapi enak... terus... iyaaa.." lenguh Thacil dengan kepala menggeleng kesana kemari, bahkan badannya ikut bergerak-gerak menggelinjang untuk mengimbangi genjotanku.


Namun aku segera menguncinya dengan melakukan remasan ke payudaranya yang bergoyang-goyang menggoda.


"Ehs... Kak... aduh..." erang Thacil dengan suara yang sangat mengundang birahi.


Gesekan demi gesekan di lubang sempit itu membuat penisku seperti diperas dan dipilin-pilin ringan. Terdengar bunyi kecipak berulang-ulang setiap kali alat kelamin kami saling bertumbukan.


Genjotan demi genjotan, erangan demi erangan, desisan demi desisan, silih berganti bersahutan di malam yang indah karena langit yang dipenuhi bintang menjadi saksi bagaimana aku menyetubuhi gadis idola ibukota ini.


Penisku terus mengoyak lobang pantat Thacil, sementara Thacil sendiri cuma bisa mengelus-elus bagian atas vaginanya dengan sebelah tangan sebagai pelampiasan rasa nikmat.


"Terus, kak... aah... enak!!" rintih Thacil dengan mata terpejam.


Namun secara tiba-tiba, aku menghentikan gerakanku hingga membuatnya kaget. Thacil yang masih dilanda birahi pun lantas segera mengoyangkan pantatnya maju mundur demi bisa mendapatkan segala kenikmatan yang bisa diraihnya saat ini.


"Kak Ian... Goyang dong..." rengek Thacil. "Ayo goyang perekmu ini.."


Mendengar hal tersebut membuatku tersenyum bangga karena benar-benar bisa menaklukan gadis ini, segera aku kembali menggenjotnya dengan kecepatan penuh. Menuruti kemauannya tadi.
Jeritan keras membahana dari bibir manis Thacil, membuat suasana jadi semakin berisik.


"Aaahhhh... aku nggak kuat..." wajah Thacil memerah menahan kenikmatan yang kuberikan. "Anal... ternyata... ternyata enak juga... Aku suka!!!"


"Iya, Cil.. Iya... Teriak semau lo... Tunjukkin ke dunia ini kalo lo itu perek gue!!" sahutku yang terus menusukkan penisku pada lobang pantatnya.


"Aku pereknya kak Adrian!!! Aku suka dikontolin kak Adrian!!! Aaahhhh....!!" Thacil berteriak dengan sangat keras. Mendeklarasikan diri sebagai budak seks-ku.


Bunyi kecipak semakin ramai seiring batang penisku yang terus menyodok-nyodok dengan kuat dan keras. Thacil yang sudah tidak tahan kugenjot seperti itu, pegangannya pada pagar balkon mengendur, jadi aku mencoba menahannya dengan memeluk tubuhnya. Sementara matanya terpejam erat, jika terbuka, hanya warna putihnya saja yang tampak.


"Ahh... Anal sama lo enak juga, Cil.." bisikku dengan tetap menggenjot maju mundur.


Tidak ada sahutan dari Thacil, hanya desisan dan lenguhannya saja yang terdengar. Tapi kepalanya mengangguk-angguk, sambil dia mengigit bibir bawahnya pertanda sudah sangat kelelahan melawan keperkasaanku.


Di saat yang sama, vagina Thacil juga menjepit kuat, sementara tubuhnya mendongak dan menegang kaku. Aku tahu kalau dia sudah mencapai orgasmenya, namun aku tetap menyodoki lobang pantatnya dengan sepuas hati, malah cenderung makin cepat dan makin cepat.


"Aah... aah... uuh..." hanya itu suara yang keluar dari bibir Thacil.


Aku terus menghujamkan penisku, aku juga ingin cepat menuntaskan birahiku. Maka jadilah kumenggenjot dengan lebih kuat dan brutal. Pada tusukan terakhir, saat kurasa kenikmatan benar-benar terkumpul di ujung selangkangannya, aku membenamkan penisku dalam-dalam di lobang pantat Thacil dan menyemburkan sperma yang kental dan hangat disana.


CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...


Aku merasa tubuhku menjadi ringan, aku berkelojotan sejenak saat terus menyemburkan air mani, mengurasnya hingga tetes terakhir. Aku sungguh lemas.


Ketika mencabut penisku, telihat lobang pantatnya milik Thacil yang terus meneteskan cairan putih kental secara perlahan-lahan. Kugunakan sedikit sisa tenagaku untuk menggendong Thacil kembali masuk ke dalam.



~~~~~


Sesampainya di kamar, ternyata Gracia sudah terbangun lagi. Dan dia sekarang sedang memegang vibrator milik Thacil tadi.


"Ini cara pakenya gimana sih?" gumamnya kebingungan.


"Kamu ngapain, Gre?" tanyaku akhirnya.


"Eh?!! Kak Ads.. Hehe" dia cengengesan.


"Kamu katanya tidur?"


"Aku kebangun" jawabnya. "Gara-gara tadi pas tidur bentar, mimpinya kita main berempat.. Jadi kepengen lagi"


"Berempat sama siapa aja, Gre?" sahut Thacil yang sudah mulai tersadar. "Masih kuat kan, kak.." tanyanya kemudian menengok ke arahku.


"Kalian masih mau lagi?" aku keheranan.


"Pacarnya tuh kasihan.. Kepengen lagi" balas Thacil.


"Mungkin satu atau dua ronde lagi masih bisa..." balasku. "Tapi kita makan dulu aja kali ya,.. Kita belum makan malem lho"


Karena tidak mungkin kan untuk bersetubuh selama berjam-jam tanpa istirahat. Itu hanya ada di bokep.
Jadi kalau ada cerita yang mengatakan bersetubuh sampai 6 jam lebih, itu terlalu berkhayal.


Bayangkan, satu hari itu 24 jam. 6 jam, berarti... Seperempatnya.
Seperempat hari digunakan hanya untuk bersetubuh? That's impossible.


Itu tidak mungkin. Sangat tidak mungkin. Apalagi jika melakukannya hampir setiap hari.


Lagian ngga lecet apa ya?



~~~~~


Karena aku masih lelah, akhirnya kami makan malam dengan delivery order. Memang ada beberapa bahan makanan, tapi seperti yang kubilang tadi.. Aku masih lelah untuk memasak.


Nah, setelah makan malam, istirahat sejenak dan juga setelah dirasa tenaga sudah kembali terkumpul. Akhirnya kamipun...,


"Nungging, Gre.." perintahku pada Gracia sambil menepok pantat mulusnya yang saat ini hanya dilapisi celana dalam.


Gracia dan Thacil memang tidak berpakaian, mereka tadi hanya menggenakan bra dan celana dalam mereka saja. Sedangkan aku hanya memakai boxer. Kecuali saat tadi mengambil makanan, aku memakai pakaian lengkap. Tidak mungkin kan aku berkeliaran hanya memakai boxer.


Gracia pun segera menuruti perintahku tadi dengan menungging di atas sofa. Kami saat ini memang masih berada di ruang utama. Belum masuk kamar. Untuk saat ini melakukannya dimanapun tidak masalah bukan. Selama masih di dalam apartemenku, kurasa tidak masalah.


Thacil yang tidak mau ketinggalan pun merebahkan diri di depan Gracia.


"Jilatin ya, Gre..." pinta Thacil pada Gracia.


"Ayo, kak Ads... Masukkin ya. Kalo salah lobang gapapa kok, hehe"


Ah, mungkin ini akan berlangsung lebih lama dari perkiraanku. Tapi aku pasti akan menikmatinya


IMG-20201015-201352.jpg



Bersambung.jpg



-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Udah.., udah update nih
Sana pada coli semua


Makasih
• TTD H4N53N

*video social experiment tentang mirroring*


Sepertinya ada yang harus saya klarifikasi ya..

Oke, kalo gitu.. Pertama saya mau minta maaf karena baru bisa update sekarang.
Karena emang dari beberapa minggu lalu, males nulis
Baru nemu mood nulis lagi setelah tanggal 2 kemaren..

Iya, karena blackpink akhirnya comeback dengan full album
Akhirnya setelah sekian lama, blackpink ngeluarin full album pertamanya juga


Saya mau bahas soal title track-nya aja.. Lovesick Girl.

Jujur, itu diluar ekspetasi.. Saya kira lagunya bakal mellow, ternyata engga.. Udah ketahuan sih sebenernya dari pas teaser mv-nya keluar kalo lagunya bakal upbeat
Tapi tetep kaget, ternyata ada unsur 'ceria'nya juga..

Lalu mv-nya.. Engga, saya ga bakal berkomentar kayak..,


"Jisoo cakep banget!!! Visualnya ga ada lawan!!"
"Jennie pake poni adalah sebuah anugerah"
"Rose rambutnya diwarnain gimanapun tetep cakep"
"Lisa bondol terus dooong..."


Saya suka blackpink bukan cuma karena visual mereka.. Engga

Oke, kita bahas mv-nya ya
Dari mv itu, kita bisa berkesimpulan, produser musiknya fakboy parah..

Udah gitu, dia ga ngerti warna cat lagi..
Ya mungkin Rose juga salah karena ngasih taunya cuma 'pink' gitu aja. Tapi tetep aja, itu kesalahan yang fatal, karena mereka kemudian berantem kan, terus putus(?)
Saking marahnya, Rose terus nyiram dinding yang udah di cat pink tadi sama cat warna item..

Habis itu, si fakboy ini nyari korban baru.. Lisa.

Setelah (menurut teori beberapa orang) Jisoo dan Jennie adalah korban sebelum Rose, sekarang dia ngincer Lisa, ckckck

Iya, kayaknya urut deh, mulai dari yang paling tua sampe paling muda, Jisoo, Jennie, Rose, Lisa

Jisoo udah move on
Jennie belum move on
Rose baru ditinggalin
Dan Lisa calon korban baru

Oke, kita sekarang bahas lagunya lagi..
Suara Jisoo yang di pre-chorus pertama itu, saya dengernya langsung merinding lho, zuzur
Terus Lisa rapnya lebih bisa 'dinikmati' ketimbang 2 lagu sebelumnya..
Dan Jennie ngerap lagi setelah di beberapa lagu sebelumnya dia cuma nyanyi.. Dan rapnya itu santai banget, enak banget gitu dia bawainnya
Terakhir Rose, vokalnya itu emang punya ciri khas sendiri

Jadi kapan Rose solo woi!!!
Jangan disuruh nyanyi lagu natal atau cover lagu juniornya lagi!!
Berikan Rose debut solo!!!


Oh iya, hampir lupa..
Setiap blackpink comeback, selalu, selalu dan selalu, ada aja yang permasalahin..

Mulai dari patung ganesha di mv how you like that
Nabi musa di lirik ice cream
Dan yang terakhir, cosplay Jennie

Saya ga mau berkomentar soal dua sebelumnya, karena menyangkut agama.. Bahaya nanti kalo salah berkomentar
Tapi soal cosplay Jennie ini.... Mungkin dipermasalahkan karena keadaan yang lagi 'kayak gini'

Karena sebelum-sebelumnya, ada yang cosplay juga.. Malah lebih seronok.
Tapi kalo Jennie, saya ngeliatnya biasa aja, ga berfikiran kotor..pas liat mv-nya pertama kali, ga langsung buka celana.
Yang kedua kali baru.. Engga, engga... Bercanda dong. Bercanda

Lagipula, diperlihatkannya juga cuma sepintas-sepintas doang ya kan..

Mungkin sebenernya dipermasalahkan, karena 'blackpink'
Coba kalo girlgrup lain yang ga terlalu terkenal yang cosplay kayak gitu... Mungkin akan bodoamat

Atau jangan-jangan.., semua 'kontroversi' comeback blackpink ini, sebenernya udah direncanain sama managemennya..

Wow, teori konspirasi muncul, hehehe
Udahlah, gitu aja


Kenapa?
Bukan itu klarifikasi yang kalian minta?
Terus saya harus jelasin soal apa? Film dokumenternya?

Hah?? Diblok? Siapa yang diblok? Wkwkwk
 
Terakhir diubah:
Oh iya, kalian tahu tidak.. Pedas sebenarnya bukan termasuk 'rasa'.
Rasa yang bisa dirasakan oleh lidah hanyalah empat, manis, asin, asam, dan pahit. Sedangkan pedas itu sebenarnya merupakan rasa sakit.
Jadi inget Kobayashi Rindo
 
Cek.. Cek.. Cek.. Ekhem

Hai, hai semua~~
Kalian pada kangen aku engga?
Kok engga sih?

Emang kalian ga tau aku siapa..??
Kok ga tau sih? Kan harusnya langsung tau begitu pembukaan tadi..

Jadi aku hari ini mau...,

Hah? Kenapa?
Kak Ads kemana?
Ada kok. Di kamarnya, lagi ngurung diri.. Kayaknya dari semalem deh
Aku juga ga tau kenapa

Ya udah, pokoknya sekarang aku mau gantiin kak Ads dulu sementara... Buat jawab-jawabin komen-komennya kalian. Oke~~






Abin ya???

Clue-nya dari reply an rona ketauan dah siapa
hihihi
Anin kok ga ditulis sih
aku ga tau, coba nanti biar kak Ads yang jawab ya
Jlebb.. abin abin abiiin!!
iiiihhhh..., kok pada abin abin semua sih?
Gre udah dijodohin sama Ads sama kakek mereka yak?
ehm..., gimana ya??
Jadi inget Kobayashi Rindo
aku ga ngerti
tapi kata kak Ads gini.., "Bukannya Kuga ya?"

aku ga ngerti, zuzur
Mamanya diajak main juga.....
Wadoh.... Menang banyak lagi kak ads
tauk tuh, kak Ads
untung sayang
Fix ini lebih ngaco dari gw wkwkwkkk
iiihhh..., kok gitu sih?
Barangkali terinspirasi kan hehehe
Jangan donk!!




Oh iya, kalian ga usah liat page sebelumnya ya, ga ada apa-apa kok

Ngomong-ngomong ci Shani ini kemana ya?
Hah?!! Apa jangan-jangan...,
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd