Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

12.46 terpantau belom ada update an
nice info

Jadi gimNa.. Mang ujang udh naek tuh kalo cari klasemen liga. Udh muncul skrng .. Plus, itu rambut..

Tinggal nunggu luncur inimah :nulis:
oh

Hmmmn masih menunggu MAMA SUNNY
SAMA PACAR ALAY ane
hah?? maksudnya gimana?

Pacar alay nya Adrian di tubirin lagi wkwk cuma gegara postingan di tiktok dia yang berbau GxG sama Anin awkokwokw
GreNin Impact memang hehe

ditunggu update nya suhu
hmmm

si kampret mana nih, lagi jagain skye ya?
lagi jagain chimmie

Yuk grenin yuk
Yuk

woy kampret,

kok ilang sih wkwkwk
bct

Si KAMPRETT mana MAMA SUNNY sama PACAR ALAY

jangan di kekepin sendiri lahhhh
babahin lho..

si KAMPRET dah diusir wasit karena melakukan perbuatan yang tidak mengenakkan.,
dah sekian pengumumannya.,

kak Ads, lu milih Kondokoso-nya Mbak Ve atau Dakishime-nya Shani sih.,???
saya lebih milih Crescendo-nya Aya, cokelat kalala + abin, Inazuma-nya ci Naomi sama Junjou U-19 Fiony



Nah, sekarang.... Ada yang bisa ngasih saya alesan biar mau update?
Wkwkwk
 


This might be the last time we say goodbye~

This might be the last time we say goodnight~

This might be the last time~~

This might be the last time~~





P-20201015-202757.jpg




Part 52: lA5t TImE


Aku terbangun karena pancaran sinar mentari yang masuk melalui sela tirai jendela. Di samping kanan dan kiriku masih tertidur dua orang gadis cantik.


Sepertinya adegan seperti ini sudah sering menjadi pembuka cerita ya..
Tapi kali ini berbeda, karena dua gadis yang tidur di sampingku saat ini adalah Gracia dan Thacil. Ya, seperti yang bisa kalian duga dan mungkin yang kalian harapkan selama ini. Semalam aku melakukannya dengan mereka berdua.


Apa perlu aku ceritakan?
Apa tidak bisa kalian mencoba membayangkan sendiri saja?


Bagaimana liarnya permainan kami bertiga semalam..
Bagaimana hebohnya saat mereka bergerak diatas tubuhku untuk meraih kenikmatan..
Bagaimana pantat mereka bergetar saat aku menghujam mereka dari belakang..
Diiringi juga dengan desahan dan lenguhan kenikmatan yang keluar dari bibir mereka..
Bibir yang juga berebut menciumi dan lidah yang juga berebut menjilati batang kebanggaanku..
Dan..., Bagaimana ekspresi wajah mereka berdua ketika berlutut di hadapanku dengan berhiaskan cairan kenikmatan dariku yang menutupi hampir seluruh wajah mereka..


Kalian tidak bisa membayangkan itu sendiri?
Perlu aku menceritakannya?
Baiklah, baiklah.., kalau begitu kita harus flashback sedikit.



~~~~~~~~


PLOK~~
PLOK~~
PLOK~~


"Iya, kak... Iyaaa... terus... genjot teruusss..."


PLAK!!
PLAK!!
PLAK!!


"IYAAA... TAMPAR PANTAT AKU KAK!! TAMPAR!!! AAAKKKHHH ANIN KELUAAARR"


"Kak Ads.., sekarang giliran aku ya"


Mundur, hei!!! Bukan maju!!
Mana jauh banget lagi majunya..



~~~~~~~~


"Jadi.., mau langsung dimasukin atau mau Mpen isep-isep dulu?"


Mundur lagi!!!



~~~~~~~~


PLOK!!
PLOK!!
PLOK!!


"AAAKKKHH..... ENAK...!! KONTOL ENAAAKK!!!


PLOK!!!
PLOK!!!
PLOK!!!


"Tuh, apa gue bilang. Lo itu normal, Sis.. Malah jadi ketagihan kontol kan sekarang"


"BACOT LO, REL!! Kenapa ga bilang dari dulu sih kalo ngentot itu seenak ini... AAAAKKKHHH... KONTOL!!"


PLOOK..!!!
PLOOK..!!!
PLOOK..!!!


"Pokoknya habis ini, genjot gue lagi ya, kak.. Genjotan lo nagih"


Hei, yang bener dong.. Mundur.



~~~~~~~~


"HHH... AAAHH... KAK IAAAANNN KONTOLNYA ENAK"


"KAK ADS.... IYAAAAA.... TERUUSSSHH JILATIN TERUSSHH AAAHHH"


Udah bener sih, tapi coba mundur sedikit lagi deh. Sedikit lagi.


Ya, meskipun banyak dari kalian yang membaca mungkin tidak masalah jika langsung mulai dari sana..
Tapi.., ada baiknya kalau diceritakan dari awal dulu.



~~~~~~~~


Aku tidak menyangka akan secepat ini melakukannya. Aku memang berniat untuk melihat-lihat tempat ini sesegera mungkin. Tapi tidak hari ini juga..


"Huwaaa..., apartemennya kak Ads keren banget deh.." Gracia yang sudah lelah berkeliling kemudian duduk sembari bersandar padaku.


"Di kulkas juga udah ada banyak bahan makanan, ada cemilan juga" Thacil datang dengan membawa beberapa cemilan. Dan dia belum ijin untuk melakukannya.


Jadi,... Seperti yang kalian bisa duga, kami bertiga sekarang memang sedang berada di apartemen-ku.
Ya, memang bisa dibilang kalau ini adalah apartemen-ku, karena atas namaku.


Lalu, apartemen ini juga sudah dibayar untuk beberapa tahun kedepan. Itu kata kakekku tadi. Disini sudah ada banyak bahan makanan dan sebagainya seperti yang dikatakan Thacil. Istilahnya aku hanya tinggal 'menempati' saja. Mungkin beberapa kali aku akan singgah disini, karena jarak rumah latihan ke sini lebih dekat dibanding rumah latihan dengan rumahku.


Apartemen ini juga nyaman, tidak terasa sesak ataupun pengap, dan terasa dingin juga. Mungkin hanya satu masalahnya,.. Kalau harus ganti lampu susah. Langit-langitnya tinggi.


Kalau soal kamar tidurnya, aku tidak akan banyak berkomentar. Ada 3 (untuk apa?) dan didominasi warna putih, itu saja. Kamar mandinya juga ada 3.


"Mau nonton apa sih, kak?" Gracia yang sekarang duduk sambil memeluk lenganku mulai bertanya.


"Ga tau" jawabku.


Ya, aku memang tidak tahu aku akan menonton apa. Karena setelah tadi berkeliling sebentar, aku langsung memutuskan untuk menonton TV saja, sedangkan Gracia dan Thacil masih berkeliling. Tapi aku tidak tahu apa yang mau kutonton, jadi semenjak tadi aku hanya mengonta-ganti channel saja tanpa tujuan yang jelas.


"Ini aja, kak.." sahut Thacil tiba-tiba. Tentu aku menurutinya, jariku sudah mulai lelah memencet-mencet tombol remote.


Akhirnya kami bertiga menonton acara yang Thacil pilih. Mungkin harus aku ralat, karena sepertinya hanya Thacil yang menonton acara tersebut. Karena aku tidak tahu itu acara apa, jadi aku tidak terlalu memperhatikan. Sedangkan Gracia, entah apa yang dia lakukan karena daritadi dia hanya mendusel-duselkan kepalanya pada lenganku dan sesekali tersenyum sambil menatap ke arahku.


Dan aku juga sesekali menengok ke arah Thacil, memperhatikan wajahnya dari samping. Tersadar sedang kuperhatikan, Thacil menolehkan kepalanya.


"Kenapa, kak Ian?" tanyanya. "Mau cemilan juga?"


Kemudian Thacil menyodorkan cemilannya ke arahku, berniat menyuapiku.


Apa ini?
Thacil berbagi cemilannya?


Secara perlahan akupun membuka mulut dan menerima suapan dari Thacil.


"THACIL!!!" Gracia berteriak.


Baiklah, sepertinya ada yang marah, ada yang cemburu.


"Aku juga mau..." pinta Gracia kemudian. Atau mungkin tidak juga.


Akhirnya Thacil menonton TV sambil sesekali menyuapiku dan Gracia.
Banyak melakukan gerak peristaltik, kerongkonganku terasa sedikit lelah. Dia butuh cairan.


Hmm..., mungkin seharusnya aku menggunakan bahasa yang lebih sederhana ya. Aku haus. Intinya itu.


"Thacil.., seret..." Gracia merengek.


"Oh iya, aku lupa bawa minuman" balas Thacil.


"Ya udah, aku aja yang ambil" tanggapku.


"Ikut~~" Gracia mengikutiku ke dapur.


Aku tidak berusaha menghentikannya. Lagipula memangnya apa yang mungkin bisa terjadi jika Gracia ikut?



~~~~~


"Aku cemburu, kak.."


"Eh?!!" aku terkaget. "Apa, Gre?"


"Suap-suapan sama Thacil?? Aku cemburu tau ngga?" balas Gracia.


"Perasaan sebelumnya ada yang bilang kalo 'optimis unggul'?" ucapku.


"Tapmmppphh..."


Gracia tidak bisa melanjutkan ucapannya karena aku dengan cepat langsung membungkam bibirnya dengan bibirku. Gracia yang awalnya kaget perlahan mulai tenang dan membalas ciumanku. Bahkan lidahnya sekarang sudah bergerak membelit lidahku. Kami baru melepas ciuman kami ini ketika sudah sama-sama kehabisan nafas.


"Bibir ini mungkin tadi nerima suapan dari Thacil, tapi sekarang bibir ini nerima ciuman dari kamu. Apa itu belum cukup?" ucapku sambil tersenyum.


Gracia membalas tersenyum dan kemudian menarikku agar kami kembali berciuman. Tapi kali ini ciuman kami lebih singkat.


"Udah ya, nanti kebablasan Gre.." ucapku lagi. "Thacil juga lagi nungguin, kalo nanti dia kesini terus mergokin kita gimana?"


"Ya udah, ajakin aja. Sekalian main bertiga gitu" jawab Gracia santai.


Aku hanya bisa menatapnya bingung sekaligus kaget. Tentu aku kaget, aku tidak menyangka Gracia akan menjawab seperti itu.


"Ga usah pura-pura kayak mau nolak gitu lah, kak Ads.. Hehe" Gracia cengengesan.


Aku tetap tidak menanggapinya. Aku lebih memilih untuk membuka kulkas dan melihat apakah ada jus/sirup atau semacamnya.


"Wah, ada es krim.."


Gracia dengan cepat mengambil salah satu kotak es krim yang ada di kulkas, kemudian mengambil sendok, dan terakhir dia main pergi nyelonong begitu saja kembali ke ruang utama, meninggalkanku sendirian di dapur.


"Woi.." sepertinya responku terlalu terlambat.



~~~~~


Mengingat hari yang sudah mulai menggelap dan hawa mulai mendingin, jadi aku memutuskan untuk membuat sesuatu yang hangat daripada sesuatu yang dingin-dingin.


"Cil.." aku meletakkan segelas susu hangat di dekatnya.


"Makasih, kak.." balas Thacil.


Ya, pada akhirnya aku membuatkan segelas susu hangat untuk Thacil. Sedangkan untuk diriku sendiri aku lebih memilih teh hangat. Dan untuk Gracia... Aku tidak membuatkannya minuman. Dia sudah mendapat sekotak es krim.


"Pabrik susu dikasih susu" Gracia berkomentar.


"Gracia..." aku awalnya berniat untuk menasehatinya. Itu tidak sopan, bahkan untuk sesama wanita..


Tapi sepertinya Thacil tidak terlalu mempermasalahkannya. Malahan dia sekarang sedang memperhatikaan dadanya, yang membuatku jadi melakukan hal yang sama. Efek mirroring.


*NB: Mirroring adalah perilaku di mana seseorang secara tidak sadar meniru gerak tubuh, pola bicara, atau sikap orang lain. Dalam kasus kali ini, gerak tubuh.


Nanti akan dijelaskan lebih lanjut.


Setelah beberapa saat memperhatikan dada Thacil, aku tersadar kalau diriku sendiri juga sedang diperhatikan. Thacil memergokiku yang sedang melihat ke arah dadanya. Langsung saja aku mengalihkan pandanganku ke arah lain.


Seakan tidak terjadi apa, aku lalu duduk kembali diantara mereka berdua.


"Kak Ads nakal" bisik Gracia.


"Diem.. Udah sana, makan es krim lagi" balasku.


Gracia langsung memanyunkan bibirnya sebelum kemudian kembali memakan es krim-nya lagi. Dan, melihat bagaimana cara Gracia memakan es krim-nya itu membuatku tidak bisa fokus menonton TV.


Dia tidak menyendok kemudian menyuapkan kemulutnya, tapi cara Gracia memakan es krim adalah dengan menyendok kemudian menjilati sendok tersebut sampai bersih. Cara dia yang seperti itu malah mengingatkanku pada... Ya, kalian pasti tahu apa yang kupikirkan.


Apalagi Gracia juga sesekali sengaja melirik ke arahku. Dia memang sedang menggodaku. Jika saja tidak ada Thacil disini, aku pasti sudah menerkamnya.


"Jangan banyak-banyak makan es krim-nya, Gre.." ucapku akhirnya, berharap dia berhenti sebelum aku tidak bisa menahan lagi.


Dan ternyata Gracia benar-benar berhenti makan es krim, dia kemudian mengembalikan es krim yang tersisa ke dalam kulkas dan kembali duduk bersandar padaku. Bedanya dengan yang tadi, kini Gracia tidak lagi memeluk lenganku. Dia memposisikan lengaku untuk merangkul tubuhnya.


Dan karena sesekali tanganku tidak sengaja menyenggol dadanya yang empuk itu, aku kemudian mengubah posisi agar tanganku mengelus kepalanya saja. Tapi Gracia punya pikiran lain, dia mengembalikan posisi tanganku seperti sebelumnya. Dan tidak hanya itu, ternyata Gracia juga mengarahkan telapak tanganku untuk berada di dadanya.


Aku melirik ke arah Thacil sebentar, dia masih fokus menonton TV, sambil sesekali memakan cemilan. Lalu aku beralih melirik Gracia dan sedikit melotot ke arahnya, tapi Gracia malah membalasku dengan menggigit bibir bawahnya sendiri, memberikan ekspresi menggoda.


"Gre..." bisikku pelan. "Masih ada Thacil"


Bukan menjawabku, Gracia kini dengan nakalnya malah mengarahkan agar tanganku mulai meremas lembut dadanya sambil dia juga mengelus penisku dari luar celana.


"Aku kangen, kak.." Gracia memberi tatapan memelas tapi juga dipenuhi nafsu. "Tadi pas di rumah aku kan, belum ngapa-ngapain"


Belum sempat kubalas, Gracia sudah bangkit kemudian berbisik pelan di dekat telingaku...,


"Aku tunggu di kamar ya"


Kemudian barulah dia beranjak pergi meninggalkan aku dan Thacil berdua saja.


3 menit. Jika Thacil masih terus berkonsentrasi pada TV selama 3 menit, aku akan menyusul Gracia.



~~~~~


"Tuh kan,.." ucap Gracia dengan senyuman seolah meledekku.


Kini aku sudah berada di kamar. Ternyata aku tidak sanggup jika harus menunggu selama 3 menit, tidak sampai satu menit aku sudah menyusulnya.


Aku jadi ikut tersenyum karenanya. Apalagi Gracia kini sudah mengangkat sedikit bajunya dan juga melepaskan bra miliknya sehingga menampilkan kedua buah dadanya yang mulus sempurna. Tahu kalau aku sedang memandangi payudaranya, Gracia malah memajukan badannya sehingga bongkahan itu semakin tumpah terlihat menonjol.


Kemudian Gracia dengan tersenyum nakal menggerakkan telunjuknya mengisyaratakanku untuk mendekat. Tentu aku langsung mendekat padanya dengan merangkak ke atas ranjang.


"Kalo Thacil mergokin kita dan minta gabung, jangan cemburu ya" ucapku mengingatkannya .


Bukan menjawab, Gracia segera merangkul tubuhku dan kemudian melumat habis bibirku. Aku sedikit terkejut namun langsung saja meladeni lumatanku itu. Kami saling menghisap dengan penuh rakus dan ganas.


"Hhhss... Kak Ads... Aaah... Hhhh..." Gracia mulai mendesah ketika aku mulai meremas payudaranya yang membulat dengan gemas.


"Aku kangen banget sama desahan-desahan kamu yang sambil manggil-manggil nama aku itu, Gre... Desahan yang keluar pas aku nakalin tubuh kamu" ucapku yang disambut senyuman manis oleh Gracia.


Kami kembali saling melumat dan menghisap bibir. Tangan Gracia dengan nakalnya kembali meremas penisku di balik celana, bedanya sekarang penisku sudah berdiri tegak karena nafsu. Tidak mau kalah, tanganku kini naik dan kembali meremas-remas buah dada Gracia yang menggantung indah di depan mata.


Terasa sangat empuk dan lembut sekali, aku sungguh menyukainya. Sambil meremas semakin kuat, aku merangkul dan melumat bibir Gracia dengan penuh nafsu. Lidah kami saling bertaut dan bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Gracia sampai menggelinjang.


"Kak Adssshh..." Gracia melenguh, ditahannya kepalaku agar tidak melakukan lumatan lagi.


Ia memandangiku dengan nafas memburu, sambil tangannya masih terus saja mengusap-usap batang penisku penuh nafsu. Kemudian aku segera menerkam tubuhnya hingga kini Gracia berbaring pasrah telentang di bawah, dengan aku menindihnya penuh hasrat dari atas. Lalu kami mulai saling memeluk dan merangkul. Aku sudah tak sabar ingin menelanjanginya yang disambut juga dengan sikap yang sama dari Gracia yang sudah mulai membuka celanaku.


"Ahh...!!" Gracia sedikit memekik ketika penisku yang sudah mengacung tegak langsung terlontar keluar, namun ia dengan sigap langsung menggenggam dan mengelus-elusnya dengan penuh nafsu karena kuyakin benda inilah yang memang ia cari sedari tadi.


Aku sendiri juga sudah selesai menelanjangi Gracia, kuperhatikannya tubuhnya yang mungil namun cukup berisi dan montok, dan juga mulus.


"Oohh... Kak Adsss... Aaah.." erang Gracia ketika aku menangkupkan tanganku ke gundukan payudaranya dan meremasnya pelan.


Ia juga tidak menolak ketika tanganku yang lain meluncur ke bawah, ke arah lubang vaginanya. Bukti kalau Gracia memang benar-benar menginginkan hal ini. Dan dia juga daritadi tidak berusaha menahan desahannya.


Hmm.., firasatku bagus soal ini.


"Kak Adriaann..." lenguh Gracia dengan mata terpejam.


Terlihat bulu kemaluannya yang sedikit lebat meremang sangat menawan, lubangnya masih begitu rapat namun sudah basah. Aku segera membelai dan mengusap-usapnya pelan, membuat Gracia makin merintih dan menggelinjang-gelinjang kegelian.
Tanganku tak habis-habisnya bergerak kesana-kemari, mengelus dan meremasi tubuh mulus Gracia yang sangat membangkitkan gairah.


Gadis yang pasti... Ya, pasti. Bukan 'mungkin' lagi, tapi sudah pasti. Gadis yang pasti menjadi bahan fantasi para fans-nya itu kini sedang terbaring pasrah dibawah tubuhku yang sedang menindihnya dengan tanganku yang terus memainkan kedua payudara dan vaginanya. Bagian yang seharusnya tidak boleh disentuh oleh sembarang orang, tapi aku bisa menyentuhnya dengan bebas, dan tidak hanya sekedar menyentuh saja, aku juga bebas memainkannya sesuka hati.


Tapi jika para fans-nya hanya bisa membayangkan, sedangkan aku bisa merasakannya langsung. Benar-benar merasakannya!


Gracia sendiri yang masih meladeni lumatan bibirku pada bibirnya, kini kurasakan tangannya sudah mulai menyelinap memegang batang penisku yang sudah sangat keras dan dia juga mengelus-elusnya perlahan.


"Kangen banget aku tuh sama ini" ucap Gracia ketika ciuman kami terlepas.


"Kangen sama apa??" godaku sambil meremas buah dadanya hingga membuatnya menlenguh kenikmatan.


"Aahh Kontol!! Aku kangen kontol!Aku kangen kontolnya kak Ads" ucap Gracia nakal. Gadisku ini benar-benar memiliki mulut yang nakal. "Perasaan aku aja, apa ini jadi lebih gede dari terakhir kali kita main ya, kak?" tambahnya sambil meremas batang penisku dengan kuat, hingga membuatku sampai menengadah ke atas karena tidak menduganya. Sungguh tangan yang jahil.


Kami saling berpandangan sambil tersenyum, namun tak lama kemudian Gracia berbisik dengan senyum menggoda dan penuh gairah...,


"Ayo, kak Ads.. Kali ini masukkin ya. Entotin aku!" pintanya dengan penuh harap.


Apa aku akan melakukannya?
Apa kini aku tega melakukannya?


Disaat aku sedang merenung, Gracia sudah membuka selangkangannya, memamerkan bagian paling rahasia dari tubuhnya.


Tapi aku tak menghiraukan Gracia yang sudah sangat ingin merasakan bagimana rasanya vaginanya diaduk-aduk oleh penisku, aku lebih memilih untuk kembali menindih tubuh mulusnya.


Merenggut kesucian Gracia? Itu bisa lain kali.
Omong kosong jika aku berfikir, aku tidak akan mendapat kesempatan seperti ini lagi. Ayolah, ini Gracia. Dia akan bersedia kapanpun menyerahkan kesuciannya padaku.


Lagipula, bukankah masih ada gadis lain saat ini yang vaginanya bisa aku rasakan tanpa harus repot-repot merobek selaput daranya terlebih dahulu. Hehehe...


Lalu kemudian aku membungkuk di atas tubuhnya, payudara Gracia yang besar tampak mengkilat oleh keringat, semakin menambah gairahku. Dan aku segera menjulurkan lidah dan mulai menjilatinya, sambil menggarap payudara Gracia, satu tanganku menyelinap ke bawah di antara selangkangannya. Aku mempermainkan jarinya menggelitik lubang surgawi yang ada disana.


"Ahh... Kak Adsss!" Gracia melenguh.


Bak cacing kepanasan, tubuhnya melengkung ke depan yang segera kutangkap dan kemudian aku mencucupi kedua putingnya yang sudah semakin keras. Gracia menekuk kaki kirinya untuk menjepit tanganku yang sedang mengorek-ngorek liang vaginanya. Dan lidahku juga terus menyusuri bulatan daging montok di dadanya yang bulat besar, menghisap dan menjilatinya berulang kali hingga membuat benda itu jadi semakin basah dan mengkilat.


"Ooohh... Kak Adss... Geli!!" rintih Gracia, tapi tidak menginginkanku untuk berhenti. Justru ia memintaku agar meneruskan aksi nakalku pada tubuhnya. "Aaahh... Terus... Jilat terus, kak Ads..... Aaarghh!!" serunya dengan mata terpejam merasakanku yang bergerak kesana-kemari di atas gundukan payudaranya.


Aku masih terus menyusuri kedua payudaranya hingga seluruh permukaannya yang putih mulus jadi basah semua. Aku juga beberapa kali berhenti di bagian puting Gracia yang mungil kemerahan, aku langsung menelan ke dalam mulut dan mempermainkannya dengan lidahku. Kucucup dan sedot dengan rakus dan penuh nafsu, sampai membuat Gracia menggapai-gapai mencari pegangan merasakan sensasi yang sangat luar biasa tersebut. Di bagian dada, lidahku terus menjilati. Sementara di bagian vagina, tanganku juga terus mengorek-ngorek liang senggamanya. Vaginanya yang basah kini menjadi semakin tak karuan akibat semua rangsangan yang kuberika terhadap tubuhnya.


"Aduh... Geli, kak Adsss... Aaah..." rintih Gracia dengan kepala menggeleng-geleng, ia seperti melonjak hendak bangun ketika aku menusukkan jariku ke dalam liang vaginanya, sedikit mencongkel disana. Namun tertahan oleh tubuhku yang sedang menikmati kemengkalan dan kemontokan payudaranya yang besar itu.


Aku tertawa dalam hati saat mendengar deru langkah kaki mendekati pintu kamar. Terus menerus merangsang Gracia dan membuatnya terus mendesah itu memang merupakan 'umpan' yang bagus. Aku pun meneruskan kegiatanku. Sementara Gracia yang sudah diselimuti nafsu, sepertinya tidak tahu sama sekali apa yang sedang terjadi di sekitarnya.


"Uuuhh... terus, kak Ads... iyaaa... enaaaakkk!" serunya sambil mendorong kepalaku turun ke bawah.


Saat menjilati perut Gracia, aku melirik sebentar. Kulihat seseorang yang baru masuk itu mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Kubiarkannya saja orang itu menelanjangi dirinya sendiri karena aku masih ingin menikmati tubuh dari pacarku ini, Shania Gracia.


Ku bergeser agar berada tepat di antara paha mulus Gracia. Dan dia langsung menjepit kepalaku sambil merengek lirih..,


"Iyaaahh... di situ, kak Ads... Ooooh... jilat disitu... di memek aku... Aaahh..." Gracia terus meracau tak karuan ketika aku menjilati belahan vaginanya yang sudah terkuak memerah, saking nikmatnya ia sampai menggelinjang ke kanan dan ke kiri.


Gracia terus menggeleng-gelengkan kepalanya menikmati jilatanku pada vaginanya.


"Kok malah duluan sih, Gre.. Ga ngajak?" kata seseorang yang tadi itu, Thacil. Ya memangnya mau siapa lagi.


"Aah... Thacil iihhh... Ngagetin aja. Kapan masuk? Ya udah, sini.." balas Gracia santai.


"Gre..?" aku berpura-pura bingung saja, seakan tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi.


"Kuat kan, kak Ads.." Gracia menaikkan sebelah alisnya.


"Kamu ga mau nelfon siapa lagi gitu..???" tanyaku. "Nambah 2 atau 3 lagi, aku ga masalah kok"


"Iihhh... Kak Ads.."


Aku sedikit tertawa menanggapinya. Tapi sebenarnya aku juga bingung, meskipun sudah menduga kalau hal ini kemungkinan besar akan terjadi, tapi aku tidak menyangka kalau Gracia akan mengijinkan Thacil untuk benar-benar ikut ke dalam permainan kami. Apalagi percakapan singkat mereka tadi menunjukkan indikasi kalau mereka sebenarnya sudah merencanakan hal ini. Seperti ada yang sedang mereka sembunyikan.


"Aku kangen ini, kak Ian~" bisik Thacil lirih, yang entah sejak kapan dia kini sudah berada di dekatku dan juga sudah merogoh penisku.


"Thacil! Aku duluan..!!" rengek Gracia.


"Udah,.. Udah.. Ga usah berantem" aku segera memberhentikan mereka sebelum terjadi hal yang tidak-tidak. Lebih tepatnya tidak aku inginkan. Kalau mereka bertengkar dan mood-nya rusak, aku kentang dong.


Lalu aku segera merebahkan diriku di sebelah Gracia dan kemudian...,


"Sekarang mending kalian kerjasama buat muasin aku.. Hisep dulu ini yuk..!! Dia pasti udah kangen sama kalian" ucapku sambil mengocok pelan penisku yang sudah sangat tegang.


Mereka berdua saling bertukar pandang sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan bersimpuh di hadapan batang penisku. Kugunakan kedua tanganku sebagai bantal, mengusahakan berposisi serileks mungkin dan tinggal menikmati permainan dari mereka berdua. Tapi secara tiba-tiba Thacil langsung memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya dan berusaha menelannya sambil menghisap kuat-kuat.


"Aaahhh..." aku mengerang sambil mendongak ke atas.


Aku tidak menyangka akan langsung diserang seperti itu, tapi aku juga merasa lega karena akhirnya aku bisa kembali merasakan nikmatnya servis bibir Thacil. Ku akui aku memang sedikit merindukan sensasinya, apalagi saat Thacil kemudian menggerakkan batang penisku keluar-masuk dengan cepat, aku semakin merasakan horny yang luar biasa.


Gracia pun juga tak tinggal diam, dia menyerang kedua buah zakarku dengan menggunakan mulutnya dan tangannya juga ia gunakan untuk meremas-remas kedua payudara Thacil yang bulat. Thacil sampai melenguh tapi tertahan oleh penisku yang masih berada di mulutnya.


"Aaaah... terusshh... iyaaahhkk ditelen ya nanti...." ucapku menyemangati mereka berdua


Thacil menghentikan jilatannya sejenak, namun tangannya tetap mengocok batang penisku. Mengetahui hal tersebut, Gracia langsung melahap kepala penisku menggantikan Thacil, mereka berdua tersenyum memandangiku dengan tatapan nakal.


"Keluarin semua, kak Ian! Mandiin kita pake pejuh!" sahut Thacil dan lalu menjilati buah zakarku berulang-ulang.


Lidah Thacil menjulur-julur membasahi mulai dari batang hingga sampai ke buah zakarku. Sedangkan Gracia terus menghisap kepala penisku sambil sesekali memainkan lidahnya melingkari kepala penisku, menyapunya dengan lembut beberapa kali. Sungguh kerjasama yang luar biasa.


Mendapat kenikmatan duniawi dari dua gadis dalam waktu hampir bersamaan, aku benar-benar sangat beruntung. Apalagi jika kedua gadis itu adalah Shania Gracia dan Thalia Ivanka.
Kalau bagi kalian, jangankan dua, mendaparkan satu sepertinya sudah sangat sulit. Kasihan.


Kemudian mereka berhenti menjilati batang penisku, dan mendekatkan wajahnya ke arahku. Tapi mereka masih setia mengocok batang penisku dan juga meremas buah zakarku. Aku jadi menggelinjang tak karuan dibuatnya, Gracia dan Thacil tertawa kecil saat melihatku seperti itu.


"Enak ya, kak Ads?" tanya Gracia dengan ekspresi polos. Tapi tangannya masih terus meremas lembut buah zakarku.


"Pokoknya, kita buat kak Ian keluar duluan kali ini.." tambah Thacil dengan terus mengocok batang penisku berulang-ulang.


"Iyaa... aaaah... terserah kalian.." kubalas mereka dengan memegang buah dada mereka dan meremas-remasnya sesuka hatiku sambil memain-mainkan putingnya.


Tapi kemudian mereka dengan cepat menyingkirkan tanganku dan malah mendekatkan payudara mereka ke arah wajahku. Jadinya tidak hanya penisku yang diserang oleh tangan mereka, tapi wajahku juga menjadi bulan-bulanan keempukan dan kemontokan payudara dua gadis idola ibukota ini.


Aku jadi terpikir, bagaimana jika penisku yang diapit oleh dua pasang payudara montok ini. Pasti sensasinya sungguh luar biasa. Tapi ketika aku hendak meminta hal tersebut, Thacil sudah terlebih dahulu menjauhkan payudaranya dan kemudian tanpa pergerakan yang sia-sia, dia sudah memasukkan penisku ke dalam vaginanya dengan cepat.


"AAAKKKHHHH... KONTOL!!!" teriak Thacil. Matanya sampai melotot saat batang penisku mulai memenuhi dan mendesak penuh di lorong vaginanya. "Akhirnya...~~"


"Nnggghh..." aku sendiri juga melenguh menahan nikmat karena vagina Thacil yang entah kenapa masih begitu rapat terasa begitu mencengkram penisku di dalamnya.


Kuperhatikan bagaimana batang penisku yang besar itu masuk ke dalam liang vagina Thacil yang sempit. Rasanya sungguh sangat nikmat sekali.
Butuh beberapa detik bagiku dan Thacil untuk mengatur nafas setelah penetrasi tiba-tiba barusan.


"Hegh... auw! Ah, kangen banget sama ini kontoooll..." lenguh Thacil dengan kepala menggeleng-geleng.


"Thacil...!!!" Gracia berteriak, dia terlihat emosi. Sepertinya dia tidak menyangka kalau Thacil akan nekat mendahuluinya untuk merasakan batang penisku.


"Ssttt... Udah.." aku berusaha menenangkan Gracia dan mulai menciumi bibirnya sambil meremas-remas payudara dengan lembut.


Di saat Gracia sudah terbuai oleh remasanku pada payudaranya, aku memberi isyarat pada Thacil agar mulai bergerak.


Sambil menggigit bibir bawahnya, Thacil pun mulai menggerakkan pinggulnya, menggoyangnya naik turun, menjepit dan menggesek penisku di liang senggamanya. Sedang aku masih terus berciuman dengan Gracia sembari tangan kananku meremas kedua payudaranya secara bergantian. Lalu tangan kiriku kugunakan untuk mengelus-elus paha Thacil yang putih mulus disaat gadis itu sedang beraksi, sesekali aku juga mengarah ke belakang untuk meremas dan membelai pantatnya yang tak kalah sekal dari milik Gracia.


"Ahh... KONTOL!!!" Thacil terus meracau di sela goyangannya.


Penisku seperti lenyap ditelan vagina milik Thacil, mantan center team J itu, lagi dan lagi, dengan hentakan keras dan kuat yang membuat penisku amblas mentok sampai ke bagiannya yang terdalam vaginanya, menyodok rahimnya.


Sebenarnya permainan seks dari Thacil adalah yang paling menakjubkan, dia yang paling cocok untuk dijadikan partner seks. Jika saja sifatnya tidak kekanak-kanakan.. Mungkin hubungan kami dulu bisa tetap berlanjut sampai detik ini.


"Kak Adriaaann... Enak banget sih kontolnya~~" Thacil tersenyum sambil terus bergerak naik turun.


"Kak Ads!!" seketika aku tersentak, karena terlalu terbuai oleh nikmatnya goyangan Thacil, aku tidak sadar kalau aku sudah melepaskan ciumanku dengan Gracia.


Jadi langsung saja aku memeluknya dan menghujaninya dengan lumatan dan ciuman, membuat Gracia sampai kewalahan karena tidak siap. Aku juga meremas payudara Gracia, memilin-milin putingnya berulang kali hingga membuatnya menggelinjang tak karuan.


Tapi sepertinya Gracia menginginkan sesuatu yang lebih, dia kemudian mendorongku sampai rebahan sebelum akhirnya menduduki wajahku, mengarahkan vaginanya tepat di hadapanku.


"Jilatin ya, kak ADSSSSHHH....!!!" Gracia berteriak karena aku langsung menjilati vaginanya dengan ganas bahkan sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.


Di saat aku menjilati vagina Gracia, Thacil masih terus bergerak dengan sangat erotis di atas tubuhku, bahkan lebih liar dari sebelumnya. Dengan gerakan seperti itu, kurasa payudara Thacil yang berukuran cukup besar itu akan ikut bergerak naik turun. Meskipun aku tidak bisa melihatnya, tapi aku yakin kalau pemandangan itu pasti sangat indah sekali.


"Hhhhss... aaaah... aauuuuh..." lenguh Thacil yang jepitan vaginanya terasa semakin erat, namun penisku dengan lancar terus keluar masuk. Jadi kubalas saja dia dengan ikut menggerakkan pantatku naik turun.


"Ouh... uuh... kak Ads....." tapi aku tetap tidak melupakan Gracia. Sambil tetap menggerakkan pantatku naik-turun, lidahku masih terus menjilati vagina milik Gracia, bahkan sesekali aku juga menyedotnya, menyeruput sedikit cairan yang dihasilkan dari vaginanya.


Detik demi detik berlalu. Desisan, racauan, desahan, lenguhan, teriakan mereka berdua juga terus bersahut-sahutan. Gerakan naik-turun tubuh Thacil juga semakin cepat dan membabi buta, vaginanya menyempit dengan cepat. Aku yang menyadari kalau dia hendak mencapai puncak, dengan hujaman keras menusukkan penisku dalam-dalam sembari meyedot vagina Gracia kuat-kuat. Sampai pada akhirnya....


IMG-20200923-180558.jpg



"HHH... AAAHH... KAK IAAAANNN KONTOLNYA ENAK"


"KAK ADS.... IYAAAAA.... TERUUSSSHH JILATIN TERUSSHH AAAHHH"


Mereka kompak berteriak ketika mengucurkan cairan beningnya membasahi penis dan juga wajahku. Dua orang gadis member idola ibukota ternama berhasil kubuat orgasme dalam waktu yang hampir bersamaan. Mungkin aku harus sedikit bangga.


Setelah itu yang terdengar adalah suara nafas dari Gracia dan Thacil yang saling bersahutan. Tubuh keduanya sudah penuh keringat dan juga sangat lemas bak tanpa tulang. Itu semua pasti akibat orgasme yang masih melanda tubuh mereka.


Baiklah, mereka berdua mungkin memang sudah mencapai orgasme mereka hari ini. Tapi aku belum. Jadi siapapun diantara mereka berdua yang terlebih dahulu pulih, dialah yang harys bertanggung jawab membuatku orgasme.
Dan ternyata...,


"Eh,... Gre.." Thacil mengadu disaat tubuhnya didorong oleh Gracia hingga terjatuh.


"Gantian.." balas Gracia seakan tak peduli.


"Iiihh..." Thacil kemudian bangkit berdiri dan berjalan keluar kamar.


Aku tidak menyangka kalau Gracia akan bertindak sampai sebegitunya demi mendapatkan kenikmatan dari batang penisku. Kemudian Gracia dengan sigap segera mengangkang memamerkan lobang pantatnya yang keriput memerah.


"Ini kan yang kak Ads mau?" tanyanya menggoda. "Atau mau yang ini?" dia mengelus permukaan vaginanya. "Terserah kak Ads aja, aku mah pasrah.."


Aku hanya bisa melongo karena tingkahnya itu. Baiklah, masalah Thacil bisa diatasi nanti, sekarang yang terpenting, aku harus menuntaskan birahiku terlebih dahulu. Aku segera beringsut mendekati Gracia yang disambut dengan pahanya yang semakin dia lebarkan.


"Ayo, kak Ads... masukkin kontolnya cepet.." Gracia merengek lagi karena tak tahan.


Aku langsung memajukan penisku dan menempelkannya ke lobang pantat Gracia yang merah merekah, pelan kutekan dengan tenaga besar hingga membuat Gracia sedikit mendelik dan menggelinjang ketika batang penisku mulai menembus lobang pantatnya mili demi mili.


"Ooh... terus, kak Adsshh... teruuussshhh....." lenguh Gracia dengan suara keras dan kepala menggeleng kesana-kemari.


"Aaahhh..., Gre.. Udah pernah aku masukkin,... tapi.. tapi kok masih sempit aja sih...." aku terus melakukan penetrasi sampai batangku mentok di lobang pantatnya. "Aaakkkhhh... Tapi enak sih"


"Iyaaahhh... Enak" sahut Gracia meringis merem melek saat menerimanya. "Bentar ya, kak... jangan digoyang dulu,..." pintanya kemudian dengan nafas ngos-ngosan menahan nyeri.


Aku segera merangkul dan memberikan pagutan mesra di bibir, yang langsung dibalas oleh Gracia dengan sepenuh hati.


"Aaahh, kak Ads... kontolnya emang mantep banget... Aku ketagihan.."


Namun karena aku ingin segera mendapat orgasmeku, aku pun mulai melakukan tarikan dan dorongan pada batang penisku, menembus lobang pantat milik seorang member idol grup ibukota yang memang Gracia (disebut-sebut) adalah salah satu yang memiliki pantat terindah di jeketi. Ya, dan itu memang benar. Aku sudah melihatnya sendiri, dan juga sudah merasakannya sendiri!


P-20201015-205714.jpg



"AAAHH... KAK ADRIAAANN... TERUSSSHH... IYAAA... IYAAAAHHH... AAH... AAAHHH... SSSHH... ARGH!!" Gracia mengerang dan menjerit-jerit tak karuan. Dia menggila karena penisku yang menusuk lobang pantatnya.


Aku pun terus melakukan genjotan demi genjotan, sampai membuat Gracia hanya bisa menunjukkan warna putih pada matanya yang bulat. Gadis ini benar-benar menggila merasakan batang penisku yang terus menghajar lobang pantatnya berulang-ulang.
Kemudian aku melumat bibir Gracia dan disambut dengan lumatan mesra olehnya. Tanganku juga tak mau ketinggalan, sambil terus menggoyang, aku meremas-remas payudara Gracia yang besar, yang menggantung indah di dadanya itu.


Perbuatanku tersebut membuat Gracia menggelinjang kesana-kemari, ia tidak mampu membalas, hanya bisa berteriak keras merasakan penetrasi penisku yang semakin cepat pada lobang pantatnya, sementara tubuhnya terus dibelai dan diremas sedemikian rupa olehku.


"K-Kak Ads..., a-aku nggak t-tahan..." kata Gracia dengan terbata-bata. Sedang aku masih terus bergerak maju-mundur menerobos lobang pantatnya sambil tanganku meremas-remas tonjolan payudaranya yang bulat besar tanpa henti.


"Iya, aku juga udah ngga tahan, Gee..." sahutku cepat.


"Teruuussshhh... Aku bentar lagi, kak Adsshh..." pekik Gracia tak tahan.


”Keluarin aja, jangan ditahan!" balasku dengan menggenjot lagi semakin kuat dan cepat.


Betapa indah sekali payudara Shania Gracia yang benar-benar membulat dan sangat padat ini, apalagi ketika bongkahan payudara itu bergetar setiap aku menggoyang tubuhnya. Aku jadi tak tahan untuk meremas-remasnya gemas dengan kedua tangan.


"Iya, kak Adss... bentar lagi" sahut Gracia dengan keras.


"Ahh..." aku jadi ikut melenguh ketika kurasakannya lobang pantat Gracia menyempit dengan cepat, dinding-dindingnya terasa menegang kuat saat dia mendapatkan orgasmenya. Dari liang vaginanya mengucur cairan cinta yang amat banyak, membasahi kasur dan sprei.


Tapi aku sudah tak peduli dengan hal itu, aku terus saja menyodokkan penisku kuat-kuat karena aku juga sedang mengejar orgasmeku. Gracia yang tadi kelojotan, kini sudah diam tak bergerak. Hanya desah nafasnya yang masih terdengar memburu cepat. Sambil menggoyang, aku terus meremas payudara Gracia yang bergoyang indah, tak bosan aku untuk memainkannya terus menerus.


"Iya, kak Ads... Pake aku sepuas kamu" Gracia masih sangat lemas menatapku sayu. Tatapan yang seolah mengatakan.., "aku rela ngelakuin apapun demi kamu, orang yang kucintai"


Diberi tatapan seperti itu, tentu membuatku tidak akan bertahan lebih lama lagi, kuteruskan menusukkan batang penisku beberapa kali lagi sebelum akhirnya tubuhku menegang dan akhirnya mendapatkan orgasmenya. Tanpa sungkan aku menyemburkan seluruh spermaku ke dalam lobang pantat Gracia yang sempit itu. Aku orgasme di dalam lobang pantat Gracia sambil tetap menatap matanya yang terus memandangku.


CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...


Sekarang tubuhku jadi terasa sangat enteng dan ringan, aku sungguh puas. Kemudian aku tersenyum yang dibalas juga oleh senyuman manis, lalu kami pun berciuman sebagai tanda terimakasih karena sama-sama puas.


"Aku cinta kamu, kak Ads.." ucap Gracia. "Hmm... Harus selalu aku dulu yang bilang ya?"


Aku tertawa kecil mendengarnya..


"Aku jug...,"


"Aaahhhh...., kak Iaaannhhh"


Aku dan Gracia sama-sama mendengar suara yang familiar. Kompak kami menoleh dan, mendapati Thacil yang ternyata sudah kembali ke kamar dan sekarang sedang bermasturbasi dengan menggunakan vibrator.


"Thacil..." kompak kami memanggilnya.


"Sejak kapan?"


"Kamu ngapain? Itu apa?"


Pertanyaan yang berbeda keluar dari kami. Jika aku menanyakan tentang waktu keberadaan Thacil, sedangkan Gracia lebih tertarik dengan benda yang sedang dipegang oleh Thacil. Ah, tapi ada hal yang lebih penting daripada hal itu..


"Gre.., kamu harus minta maaf ke Thacil" ucapku kemudian.


"Eh?! Minta maaf kenapa?" balas Gracia yang tampak kebingungan. Apa dia sudah lupa kalau tadi dia sudah mendorong Thacil cukup keras?


"Udah.. gapapa kok, kak Ian" sela Thacil. "Aku ngerti kok maksud dari Gracia. Tadi kan aku sama Gracia udah keluar, tapi kakak kan belum.. Tapi.., aku malah cuma diem aja tadi di atas kakak"


"Yap.. Bener banget" sahut Gracia sembari tersenyum manis.


Aku terkesima, Thacil bisa mengerti hal itu. Dia sudah lebih dewasa sekarang..


"Cil, daripada muasin diri pake gituan.. Kan mendingan pake kontol asli--"


BRUK!!


Secepat kilat Thacil sudah berlari dan menubrukku hingga penisku yang tadi masih menancap di lobang pantat Gracia pun terlepas.


"Hei.. Hei... bentar... bentar....," aku kelabakan berusaha menghentikan Thacil yang terlihat sudah sangat ingin kembali bersatu dengan diriku. "Ada syaratnya" tambahku kemudian.


"Apa, kak Ian? Apa syaratnya? Apapun bakal aku lakuin?" Thacil benar-benar sudah tidak sabar.


Ku menengok ke arah Gracia sebentar, dan Thacil pun juga mengikuti apa yang sedang kulihat.


"Ya ampun, pantesan kerasa penuh banget.." celetuk Gracia ketika melihat sperma kentalku yang cukup banyak memenuhi lobang pantatnya, bahkan tidak sedikit juga yang meleleh keluar saking penuhnya.


"Kalo mau gue kontolin lagi... jilati dulu pejuh gue yang ada di memek temen lo tuh, sambil nunggu kontol gue bangun lagi" kutunjuk belahan pantat Gracia.


Tanpa membantah dan membuang-buang waktu, Thacil segera mendekati Gracia, dan tanpa rasa jijik dijilatinya lobang pantat Gracia yang penuh oleh spermaku, ia melakukannya hingga bersih. Gracia sendiri hanya tertawa geli dan tersenyum saja menerimanya. Mungkin Gracia tidak oernah menduga sama sekali kalau ternyata teman masa kecilnya ini sangat doyan dengan rasa spermaku, seperti dirinya.


"Hmm... masih kerasa gurih aja ini pejuh, kak... ada manisnya juga lagi, aku suka" seru Thacil dengan mata berbinar.


Kemudian tanpa aku duga, Gracia menarik wajah Thacil dan mulai menciumi bibir temannya itu. Thacil yang awalnya terkejut, segera menguasai diri dan mulai membalas cumbuan Gracia. Mereka terus beciuman dan saling melilit lidah sambil sesekali meremas dada satu sama lain. Melihat adegan tersebut, sedikit demi sedikit mulai membangkitkan gairahku kembali, hingga akhirnya, penisku kembali mulai berdiri tegak.


Aku sebenarnya bisa saja langsung menerkam mereka berdua saat ini juga, tapi ada hal lain yang harus kulakukan terlebih dahulu. Perlahan aku turun dari ranjang dan kemudian berjalan ke arah kamar mandi.


"Mau kemana, kak?" dua gadis itu kompak bertanya.


"Nyuci ini" aku menunjuk ke arah penisku. "Kan tadi abis masuk ke lobang yang itu, biar nanti gak kenapa-napa masuk ke lobang yang lain"


"Iiih kak Ian pengertian bangeettt" seru Thacil yang seketika membuatku...


"Kak Ads mukanya ga usah merah gitu!!" dan Gracia meledek.


Aku tak memperdulikan ledekan dari Gracia dan lebih memilih untuk kembali melangkahkan kaki ke kamar mandi.



~~~~~


"Kak..., yakin mau ngelakuinnya disini?" Thacil bertanya. "Nanti kalo dilihat orang gimana?"


"Perasaan kita pernah ngelakuin di tempat yang lebih beresiko ketahuan deh" balasku santai sambil bersandar di kursi.


Thacil yang mendengarnya kemudian segera duduk di pangkuanku membelakangiku, tentu tidak hanya sekedar duduk karena dia juga kembali memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya lagi. Terkadang semilir angin menerpa tubuh telanjang kami yang saat ini berada di balkon apartemenku.


Ya, hanya berdua. Aku dan Thacil.. Tadi di saat aku kembali setelah mencuci penisku, dan bermaksud melanjutkan threesome dengan mereka, ternyata Gracia memilih untuk tidak ikut serta. Selain karena kelelahan, kudengar dia juga berbisik sesuatu ke Thacil tentang 'kesempatan'.. Entah itu apa maksudnya.


Perlahan, Thacil mulai menaik-turunkan tubuhnya lagi.. Temponya lebih pelan dibanding tadi, Thacil meliuk-liukkan tubuhnya denga lambat, namun tetap terasa nikmat. Apalagi dinding dan otot vaginanya itu masih saja terus memijat-mijat penisku ketika berada di dalamnya. Seolah vagina Thacil ini benar-benar sangat merindukanku.


"Sempit banget sih, Cil.. aahhh..." racauku. "Lo terakhir ngewe kapan sih?"


"Aaakkhh... Pas waktu aku ulang tahun, kak" jawaban dari Thacil membuatku tercengan dan terdiam.


Jika persetubuhan terakhirnya adalah ketika dia sedang berulang tahun, itu artinya... Laki-laki terakhir yang merasakan sempitnya vaginanya ini adalah.., diriku. Dan belum ada lagi laki-laki lain yang merasakan goyangan Thacil sejak saat itu.


Lalu secara perlahan, Thacil memutar badannya sampai berbalik menghadap ke arahku. Ketika dia melakukannya, tentu saja penisku yang masih menancap di vaginanya terasa seperti dipelintir nikmat.


"Kakak pikir.., kenapa aku punya vibrator sekarang??" pertanyaannya itu menyadarkanku.


Dulu saat pertama kali aku memergokinya masrurbasi di toilet, dia hanya menggunakan jari, bukan vibrator. Yang artinya setelah Thacil 'berpisah' denganku, dia tidak pernah berhubungan badan dengan laki-laki lain.. Dan hanya menggunakan alat bantu seks tersebut untuk memuaskan hasratnya.


Kurasa mungkin ini saat yang tepat jika aku memintanya untuk menjadi partner-ku lagi seperti dulu.. Karena tidak mungkin kan kalau aku terus berpartner dengan 'adikku' sendiri. Aku memang butuh partner, karena dengan Gracia kalian tahu sendiri kalau aku masih belum tega untuk menodainya lebih jauh.
Lagipula kurasa aku tidak perlu khawatir lagi soal Thacil, bukankah dia sudah lebih dewasa sekarang.


"Cil.., lo--"


"Makanya aku minta ke Gracia biar malem ini, kita bisa kayak gini lagi buat yang terakhir kalinya..." ucapanku terpotong oleh perkataannya.


"M-Maksudnya? Terakhir?" aku kebingungan.


"Nasib aku sama kayak kak Ian dan ci Shani..." bisik Thacil lirih.


Aku tidak suka hal ini, mendengar nama Shani ketika penisku sedang bersarang di vagina gadis lain itu rasanya membuatku merasa sangat bersalah.. Tapi sebenarnya apa maksud dari Thacil ini.


"Aku udah dijodohin, kak.." tambahnya.


Oh, sial.. Aku semakin tidak suka dengan alasannya ini. Penulisnya tidak mendapat ide lain atau bagaimana sih?


"Bedanya kalau kakak sama ci Shani kan emang saling suka, dan dulu juga udah pernah ketemu... Nah kalo aku, jangankan suka atau kenal.. Ketemu aja belom pernah" Thacil bercerita. Jadi itu yang tadi sempat mereka sembunyikan. "Aku cuma pernah dikasih liat fotonya aja"


"Cil..."


"Ah.. I-Iya, kak?" sahut Thacil.


"Sebenernya gue tadi itu baru mau ngajakin lo buat jadi partner sex gue lagi lho.." ucapku jujur. "Tapi kalo ternyata--"


"Bukannya udah ada Stefi ya?" potong Thacil. "Ya ampun, kak..., ga cukup satu?"


"Bukan gitu, sebenernya gue sama Stefi....," bagaimana aku menjelaskannya ya.


Tunggu sebentar.
Ada hal yang janggal disini.


"Tahu darimana kalo gue sama Stefi,..."


"Kak Shania" kurang ajar!!


"Sebenernya lo itu partner sex terbaik, Cil" ucapku. "Cuma karena dulu sifat lo kekanak-kanakan dan gampang baper. Jadi...,"


"Iya, kak.. Aku ngerti"


"Lagian lo itu entotable tau ngga.." ucapku lagi. "Muka lo bule, body lo seksi gini, toket lo gede, pantat lo bulet.. Kalo lo warnain rambut jadi pirang gitu, sekilas mirip bintang bokep. Fans-fans lo aja pasti sering ngebayangin ngentot sama lo"


Sepertinya barusan itu aku terlalu jujur..


"Iya, kak.. Aku udah ngerti kalo soal itu" balasnya. "Banyak kok fans aku yang kalo lagi HS, matanya sering turun ke bawah curi-curi liat ke arah dada aku. Bahkan ada yang terang-terangan juga"


"Terus lo--"


"Ya risih lah.. Aku pasti risih. Tapi ya mau gimana lagi" sahutnya. "Tapi kalo kamu itu beda, kak. Kamu kalo ngobrol sama aku, mata kamu ya ke aku.. Ngga kemana-mana"


"Engga juga deh kayaknya" aku sedikit membantah. "Tadi kan-"


"Kalo itu kan emang obrolannya mengarah ke situ, itupun gara-gara Gracia"


"Hmm.., oke" balasku. Aku tidak mau terlalu membantahnya.


"Kakak sayang banget ya sama Gracia.." ucap Thacil tiba-tiba. "Kalian cuma anal seks kan selama ini"


"Eemmm... Mending sekarang kita lanjutin ini aja yuk.. Kan ini malem terakhir kita"


"Itu. Itu yang aku suka dari kakak.."


"Emut kontol gue lagi, ya! Mulai agak lemes nih gara-gara ngobrol" kataku sambil mengelus-elus pipi Thacil yang merona merah -mungkin- karena nafsu birahi.


Tak lama, Thacil pun segera turun dari pangkuanku dan kemudian berjongkok sambil membuka pahaku sedikit melebar. Dengan rakus ia kemudian melahap penisku, Thacil menelannya bulat-bulat, ia masukkan semua penisku ke dalam mulutnya. Meski terlihat agak kesulitan, tapi Thacil terus mempermainkan penisku, lidahnya dengan rakus menjilat batang penisku hingga jadi memerah karena rangsangannya.


Aku membiarkan Thacil menikmati batang penisku yang besar. Aku menengadah merasakan kenakalan bibir dan lidah gadis idola bahan fantasi banyak laki-laki ini. Aku menyandarkan tubuhku agar nyaman. Kupandangi Thacil yang masih rakus memainkan batang penisku. Lidah nakalnya itu terus menjilat-jilat, membasahi batang penisku di setiap bagiannya; mulai dari ujung hingga pangkalnya, juga dua telor yang ada di bagian bawahnya. Thacil menghisapnya dengan begitu rakus, menelannya bulat-bulat dan menghisapnya dengan begitu kuat, membuatku jadi merintih nikmat dibuatnya.


"Enak, Cil… terus... Lo emang pemuas kontol terbaik deh" aku sedikit 'mengejek'nya


Tapi Thacil tak terlihat marah sedikitpun, justru dia mengabaikannya. Boro-boro marah, ia malah makin bersemangat dalam mengulum batang penisku, mungkin yang ada di otaknya saat ini hanya satu hal, yaitu memuaskanku. Penisku sekarang jadi mengkilap karena penuh oleh air liur Thacil.


PLOP!!!


Bunyi yang cukup keras ketika penisku keluar dari mulutnya.


"Masukin, kak… aku udah ngga tahan!" pinta Thacil dengan ekspresi yang benar-benar mengungah birahi.


"Nanti mau aku keluarin di mana?" tanyaku iseng sambil meremas-remas pelan payudara Thacil.


"Kakak udah lupa jadwal aku? Di dalem dong, kak" sahut Thacil. "Aku aman hari ini" kemudian dia bangkit dan kembali ke dalam pangkuanku.


"Aaah... teken, Cil!" ajakku yang disambut tekanan lembut di selangkangan Thacil. Pelan tapi pasti, batang penisku mulai tenggelam di belahan vagina Thalia Ivanka yang sempit dan legit.


"Auw! Aauuh... aaahh..." erang Thacil ketika penisku mulai menerobos liang surgawinya.


"Sempit bener sih..." racaku sambil terus menekan ke atas.


"Iya, kak... aaoh... Kontol kak Adrian juga gede banget sih!" keluh Thacil suka. "


Desakan di lorong vagina Thacil semakin membesar karena aku terus menekan pinggulku, membuat penisku semakin melesak lebih dalam lagi.


"Genjot pelan-pelan, Cil" ajakku saat batang penisku sudah terbenam penuh.


Thacil menyambut perintah itu dengan mulai menggerakkan pinggulnya pelan-pelan, menggoyangnya naik-turun hingga membuat penisku melesak masuk lebih dalam lagi.


"Aaaaaw..." jerit Thacil penuh kenikmatan.


"Ayo, genjot terus!" ajakku dengan tangan terus bermain-main di gundukan payudara Thacil yang mulus, lembut, dan tentu saja besar.


Kuremas-remas benda bulat padat itu sambil tak lupa memilin-milin putingnya yang semakin terasa kaku dan menegang.


Menerima semua rangsangan itu membuat Thacil semakin liar menggerakkan tubuhnya, terus ia genjot batang penisku sampai kami berdua semakin larut dalam api birahi.


"Enak banget, Cil... ssshhh... sempit..."


"Ahh... iya, kak... sssh... sssh... soalnya memek aku udah kangen banget sama kontolnya kak Adrian... uuuh..." lenguh Thacil tak karuan karena batang penisku yang terus mengoyak lorong vaginanya. Tapi kalau boleh jujur, sepertinya bukan hanya vagina Thacil yang merindukan penisku, aku sendiri juga merindukan kehangatan liang vaginanya.


Thacil bergerak semakin cepat, dia terus menekan lebih dalam. Bahkan aku merasa kalau batang penisku sampai mentok di ujung vaginanya.


"Kak Iaaannn... Kak Adriaaannn... aaaah... aku ngga kuat! Aaaaaah...“ erang Thacil sambil menghujamkan pinggulnya kuat-kuat.


Di saat yang bersamaan, celah vaginanya menyempit ketika menyemburkan cairan cintanya yang begitu banyak dan basah. Dengan kepala terdongak ke atas, Thacil memejamkan mata, sementara dadanya yang besar makin kelihatan membusung dalam genggaman tanganku. Tubuhnya kelojotan beberapa saat dalam pangkuanku.


Aku pun segera memeluk tubuh Thacil yang masih tampak ngos-ngosan untuk memberikan ketenangan. Kurasakan batang penisku dibasahi oleh cairan hangat yang mengalir dari vaginanya tersebut. Masih dalam pelukanku, Thacil tampak mulai bisa menguasai diri, nafasnya sedikit lebih tenang meski tubuhnya sudah berkeringat disana-sini. Aku berusaha terus menenangkan dengan mengelus-elus kepalanya.


Sementara penisku masih tetap tertanam penuh di lorong kewanitaan Thacil yang sekarang jadi terasa hangat dan menyedot-nyedot ringan. Tak lama kemudian Thacil menarik kepalaku dan memandangiku dengan perasaan setengah takjub.


"Hebat banget sih, kak.. Aku selalu puas deh kalo ngentot sama kakak" bisiknya dengan nada penuh pemujaan.


"Tapi aku belum keluar nih, Cil.." balasku yang kemudian berdiri sambil mengangkat tubuhnya lalu mulai menggenjot vaginanya.


Aku menggenjot vagina Thacil sambil menggendongnya, memang sedikit berat. Tapi sensasinya sungguh terasa nikmat.
Thacil sendiri hanya pasrah sambil memelukku dengan sangat erat.


Kemudian secara tiba-tiba aku mengigit dan menghisap leher Thacil hingga meninggalkan tanda merah disana.


"Yang banyak, kak.. Aku milik kakak" bisiknya di dekat telingaku.


Thacil membalasku dengan mengambil alih untuk menggenjot penisku. Secara perlahan ia menaik-turunkan tubuhnya, dia juga memaju mundurkan pinggulnya, hingga penisku semakin dalam masuk ke dalam vaginanya. Aku benar-benar sangat menikmatinya.


Namun karena aku tidak kuat jika harus menggendongnya lama-lama, akhirnya aku pun kembali menurunkannya tanpa melepaskan penisku dari vaginanya. Tapi aku tidak sepenuhnya menurunkan Thacil karena satu kakinya masih aku angkat sebelum kemudian kembali menyodok vaginanya.


"Aaahhhh.... Cil... mana rela gue ngelepas lo..." racaku yang sedikit lagi mencapai orgasme. "Memek lo ini enak bangetthhh!!"


"Iya, kak.. Iya.... aku juga mau nyampe lagiihh..." sahut Thacil yang membuatku semakin mengencangkan sodokanku. "Keluarin, kak... keluarin... angetin memek aku pake pejuh kakak... aaaahh..."


"AAAARRGGGHH THACIL!!"


"KAK ADRIAN AAAKKKHHH...!!!"


Kami mencapi orgasme bersamaan, dan aku benar-benar memenuhi rahim Thacil dengan spermaku.


P-20201015-213859.jpg



"Kak..."


"Iya?"


"Analin aku dong.." tiba-tiba Thacil menawarkan lobang pantatnya padaku.


"Y-Yakin, Cil"


"Yakin.. Yakin banget" jawab Thacil mantap. "Anggep aja sebagai hadiah perpisahan"


"Tapi kan kita masih bisa sering ketemu, Cil..."


"Analin aku ya, kak Ian..." rengeknya kemudian. "Bikin pantat aku jadi penuh sama pejuh ya.. Aku pengen ngerasain sensasinya"


Mendengar hal tersebut, entah kenapa bisa langsung membuat penisku kembali berdiri. Mungkin karena sebelumnya aku tidak pernah melakukan anal seks terhadap Thacil. Jadi aku penasaran ingin memcobanya, dan penisku pun pasti juga mengerti akan hal itu.


Aku segera mendorong Thacil sehingga ia kini dalam posisi menungging sambil berpegangan di pagar balkon. Terdengar jeritan yang cukup kencang darinya saat aku mulai menusukkan batang penisku.


"AAAHH... AUUUUHHH..." lenguh Thacil penuh kenikmatan.


"Dasar idol perek!! Nih, makan nih kontol!!" ucapku sambil mulai bergerak maju mundur menyetubuhi Thacil, begitu kerasnya aku menusuk hingga membuatnya sampai tergoncang-goncang tak karuan.


"Kak Iaann... aah... perih... tapi... tapi enak... terus... iyaaa.." lenguh Thacil dengan kepala menggeleng kesana kemari, bahkan badannya ikut bergerak-gerak menggelinjang untuk mengimbangi genjotanku.


Namun aku segera menguncinya dengan melakukan remasan ke payudaranya yang bergoyang-goyang menggoda.


"Ehs... Kak... aduh..." erang Thacil dengan suara yang sangat mengundang birahi.


Gesekan demi gesekan di lubang sempit itu membuat penisku seperti diperas dan dipilin-pilin ringan. Terdengar bunyi kecipak berulang-ulang setiap kali alat kelamin kami saling bertumbukan.


Genjotan demi genjotan, erangan demi erangan, desisan demi desisan, silih berganti bersahutan di malam yang indah karena langit yang dipenuhi bintang menjadi saksi bagaimana aku menyetubuhi gadis idola ibukota ini.


Penisku terus mengoyak lobang pantat Thacil, sementara Thacil sendiri cuma bisa mengelus-elus bagian atas vaginanya dengan sebelah tangan sebagai pelampiasan rasa nikmat.


"Terus, kak... aah... enak!!" rintih Thacil dengan mata terpejam.


Namun secara tiba-tiba, aku menghentikan gerakanku hingga membuatnya kaget. Thacil yang masih dilanda birahi pun lantas segera mengoyangkan pantatnya maju mundur demi bisa mendapatkan segala kenikmatan yang bisa diraihnya saat ini.


"Kak Ian... Goyang dong..." rengek Thacil. "Ayo goyang perekmu ini.."


Mendengar hal tersebut membuatku tersenyum bangga karena benar-benar bisa menaklukan gadis ini, segera aku kembali menggenjotnya dengan kecepatan penuh. Menuruti kemauannya tadi.
Jeritan keras membahana dari bibir manis Thacil, membuat suasana jadi semakin berisik.


"Aaahhhh... aku nggak kuat..." wajah Thacil memerah menahan kenikmatan yang kuberikan. "Anal... ternyata... ternyata enak juga... Aku suka!!!"


"Iya, Cil.. Iya... Teriak semau lo... Tunjukkin ke dunia ini kalo lo itu perek gue!!" sahutku yang terus menusukkan penisku pada lobang pantatnya.


"Aku pereknya kak Adrian!!! Aku suka dikontolin kak Adrian!!! Aaahhhh....!!" Thacil berteriak dengan sangat keras. Mendeklarasikan diri sebagai budak seks-ku.


Bunyi kecipak semakin ramai seiring batang penisku yang terus menyodok-nyodok dengan kuat dan keras. Thacil yang sudah tidak tahan kugenjot seperti itu, pegangannya pada pagar balkon mengendur, jadi aku mencoba menahannya dengan memeluk tubuhnya. Sementara matanya terpejam erat, jika terbuka, hanya warna putihnya saja yang tampak.


"Ahh... Anal sama lo enak juga, Cil.." bisikku dengan tetap menggenjot maju mundur.


Tidak ada sahutan dari Thacil, hanya desisan dan lenguhannya saja yang terdengar. Tapi kepalanya mengangguk-angguk, sambil dia mengigit bibir bawahnya pertanda sudah sangat kelelahan melawan keperkasaanku.


Di saat yang sama, vagina Thacil juga menjepit kuat, sementara tubuhnya mendongak dan menegang kaku. Aku tahu kalau dia sudah mencapai orgasmenya, namun aku tetap menyodoki lobang pantatnya dengan sepuas hati, malah cenderung makin cepat dan makin cepat.


"Aah... aah... uuh..." hanya itu suara yang keluar dari bibir Thacil.


Aku terus menghujamkan penisku, aku juga ingin cepat menuntaskan birahiku. Maka jadilah kumenggenjot dengan lebih kuat dan brutal. Pada tusukan terakhir, saat kurasa kenikmatan benar-benar terkumpul di ujung selangkangannya, aku membenamkan penisku dalam-dalam di lobang pantat Thacil dan menyemburkan sperma yang kental dan hangat disana.


CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...
CROOOTTTZZ...


Aku merasa tubuhku menjadi ringan, aku berkelojotan sejenak saat terus menyemburkan air mani, mengurasnya hingga tetes terakhir. Aku sungguh lemas.


Ketika mencabut penisku, telihat lobang pantatnya milik Thacil yang terus meneteskan cairan putih kental secara perlahan-lahan. Kugunakan sedikit sisa tenagaku untuk menggendong Thacil kembali masuk ke dalam.



~~~~~


Sesampainya di kamar, ternyata Gracia sudah terbangun lagi. Dan dia sekarang sedang memegang vibrator milik Thacil tadi.


"Ini cara pakenya gimana sih?" gumamnya kebingungan.


"Kamu ngapain, Gre?" tanyaku akhirnya.


"Eh?!! Kak Ads.. Hehe" dia cengengesan.


"Kamu katanya tidur?"


"Aku kebangun" jawabnya. "Gara-gara tadi pas tidur bentar, mimpinya kita main berempat.. Jadi kepengen lagi"


"Berempat sama siapa aja, Gre?" sahut Thacil yang sudah mulai tersadar. "Masih kuat kan, kak.." tanyanya kemudian menengok ke arahku.


"Kalian masih mau lagi?" aku keheranan.


"Pacarnya tuh kasihan.. Kepengen lagi" balas Thacil.


"Mungkin satu atau dua ronde lagi masih bisa..." balasku. "Tapi kita makan dulu aja kali ya,.. Kita belum makan malem lho"


Karena tidak mungkin kan untuk bersetubuh selama berjam-jam tanpa istirahat. Itu hanya ada di bokep.
Jadi kalau ada cerita yang mengatakan bersetubuh sampai 6 jam lebih, itu terlalu berkhayal.


Bayangkan, satu hari itu 24 jam. 6 jam, berarti... Seperempatnya.
Seperempat hari digunakan hanya untuk bersetubuh? That's impossible.


Itu tidak mungkin. Sangat tidak mungkin. Apalagi jika melakukannya hampir setiap hari.


Lagian ngga lecet apa ya?



~~~~~


Karena aku masih lelah, akhirnya kami makan malam dengan delivery order. Memang ada beberapa bahan makanan, tapi seperti yang kubilang tadi.. Aku masih lelah untuk memasak.


Nah, setelah makan malam, istirahat sejenak dan juga setelah dirasa tenaga sudah kembali terkumpul. Akhirnya kamipun...,


"Nungging, Gre.." perintahku pada Gracia sambil menepok pantat mulusnya yang saat ini hanya dilapisi celana dalam.


Gracia dan Thacil memang tidak berpakaian, mereka tadi hanya menggenakan bra dan celana dalam mereka saja. Sedangkan aku hanya memakai boxer. Kecuali saat tadi mengambil makanan, aku memakai pakaian lengkap. Tidak mungkin kan aku berkeliaran hanya memakai boxer.


Gracia pun segera menuruti perintahku tadi dengan menungging di atas sofa. Kami saat ini memang masih berada di ruang utama. Belum masuk kamar. Untuk saat ini melakukannya dimanapun tidak masalah bukan. Selama masih di dalam apartemenku, kurasa tidak masalah.


Thacil yang tidak mau ketinggalan pun merebahkan diri di depan Gracia.


"Jilatin ya, Gre..." pinta Thacil pada Gracia.


"Ayo, kak Ads... Masukkin ya. Kalo salah lobang gapapa kok, hehe"


Ah, mungkin ini akan berlangsung lebih lama dari perkiraanku. Tapi aku pasti akan menikmatinya


IMG-20201015-201352.jpg



Bersambung.jpg



-Bersambung-
Mantaaab poool, apdet" gini nih yg gw demen nih, gokil suhuu 🔥🔥🔥
 
nice info


oh


hah?? maksudnya gimana?


GreNin Impact memang hehe


hmmm


lagi jagain chimmie


Yuk




bct


babahin lho..


saya lebih milih Crescendo-nya Aya, cokelat kalala + abin, Inazuma-nya ci Naomi sama Junjou U-19 Fiony



Nah, sekarang.... Ada yang bisa ngasih saya alesan biar mau update?
Wkwkwk
Ga butuh alasan hu.. sama aja seperti menyayangi ka ci shani
 
nice info


oh


hah?? maksudnya gimana?


GreNin Impact memang hehe


hmmm


lagi jagain chimmie


Yuk




bct


babahin lho..


saya lebih milih Crescendo-nya Aya, cokelat kalala + abin, Inazuma-nya ci Naomi sama Junjou U-19 Fiony



Nah, sekarang.... Ada yang bisa ngasih saya alesan biar mau update?
Wkwkwk
bingung alasannya apa, cuman kangen shani sih.. mungkin 😁
 
Haruskah ada alasan dalam mengagumi SHANI..
nice info


oh


hah?? maksudnya gimana?


GreNin Impact memang hehe


hmmm


lagi jagain chimmie


Yuk




bct


babahin lho..


saya lebih milih Crescendo-nya Aya, cokelat kalala + abin, Inazuma-nya ci Naomi sama Junjou U-19 Fiony



Nah, sekarang.... Ada yang bisa ngasih saya alesan biar mau update?
Wkwkwk
 
Part 54: Good Night


In-Shot-20201222-182504756.jpg


Jalanan terus terlihat bergerak, akan tetapi dirikulah yang berpindah tempat. Meski nyatanya raga ini hanya terdiam, sembari menikmati pemandangan yang silih berganti.

"Ci Shania??"

"Diem, Gre.. Aku lagi fokus nyetir"

"Kak Ads??"

"Diem, Gee.. Aku lagi fokus...., liat pemandangan"

Begitulah, kami bertiga.. Shania, Gracia dan aku kini sedang berada di dalam mobil menuju ke suatu tempat. Dan seperti yang sudah diungkapkannya, Shania yang menyetir mobil, Gracia berada di sebelahnya sedangkan aku duduk santai di kursi belakang.

"Kalian kenapa sih?"

"Diem, Gee!!" aku dan Shania menyahuti berbarengan. Pandangan mata kami juga sempat bertemu, tapi cepat-cepat kami kembali mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Pasti gara-gara tadi aku sama Thacil sempet gangguin ya" Gracia mengambil kesimpulan sendiri. "Maaf deh.. Kita sebenernya ga ada maksud buat kayak gitu kok"

Memang benar Gracia dan Thacil tadi sempat 'menganggu' di saat aku tengah mengagahi Shania, tapi sebenarnya bukan itu yang menyebabkan aku dan Shania saling diam seperti sekarang ini. Lagipula aku juga tidak merasa terganggu kok, hehe..

"Engga, Gre.. Kamu ga salah" balas Shania sambil menatap tajam ke arahku.

IMG-20210109-020257.jpg


Terserah dia saja lah. Aku sudah malas untuk berdebat.

Jadi apa kalian penasaran kenapa aku dan Shania jadi seperti sekarang ini?
Kalau aku sih tidak. Karena aku sudah tahu apa penyebabnya.

Jadi apa kalian penasaran?
Ingin aku menceritakannya?
Bujuk dulu dong..

Hahaha, apa'an sih. Tenang, tenang, aku-- eh?!! Siapa itu yang bilang 'engga penasaran', keluar aja sekarang juga!! Ngapain masih disini!!?

Oke, udah keluar. Berarti sudah saatnya aku bercerita..,

********​

Aku terbangun dengan masih memeluk Gracia. Kami hanya berdua, Shania dan Thacil sudah tak ada di kamar ini.

Secara perlahan aku mencoba melepaskan pelukanku dari Gracia sambil berusaha agar tidak membuatnya terbangun. Baru satu lenganku kuangkat, ekspresi wajah Gracia langsung berubah enjadi gelisah. Cepat-cepat aku mengecup lembut keningnya, dan itu berhasil.. Timbul senyuman di wajah Gracia sekarang. Senyuman itu.., senyuman yang akan selalu kulindungi.

Akhirnya setelah perjuangan yang cukup merepotkan, aku berhasil 'meloloskan' diri dari Gracia. Dan segera aku memakai pakaian seadanya lalu segera menuju ke arah dapur.

Tapi.., untuk berjalan itu rasanya berat sekali. Aku memang bisa meladeni nafsu ketiga gadis itu, tapi efek setelahnya ini yang cukup membuatku kewalahan, aku benar-benar lemas dibuatnya. Mungkin ini karena sebelumnya aku sudah harus meladeni Gracia dan Thacil semalaman dan juga karena aku belum terbiasa meladeni 3 gadis sekaligus. Jadi untuk kedepannya aku akan 'berlatih' lebih giat lagi agar lebih terbiasa. *eh

Sudahlah, kalimat terakhir itu hanya bercanda. Jangan terlalu dianggap serius.

Jadi, seperti yang sudah kujelaskan daritadi.., intinya sekarang alu harus memulihkan tenagaku. Laper..

Ku menuju dapur dan melahap makanan yang tadi dipesankan oleh Gracia, berupa hamburger dan kentang goreng. Sebenarnya aku sedikit bingung dengan makanan yang dipesan oleh Gracia ini, karena ada pizza juga di sebelah burger yang kumakan saat ini. Gracia memesan makanan di restoran Amerika atau Italia?
Minumannya cola dan semuanya fast food ya, sungguh sehat bukan.

Selesai menghabiskan dua burger dan seporsi kentang goreng, aku langsung membuka kulkas mencari pencuci mulut. Bahasa kerennya, dessert.

Aku mengambil sekotak es krim sisa Gracia kemarin. Sembari memakannya aku menuju ke ruang tengah.
Disana aku mendapati Shania yang sedang menonton TV dan dia nampak sangat fokus menatap ke arah layar meskipun yang dirampilkan sekarang adalah sebuah iklan komersil.

Awalnya aku sedikit bingung, tapi setelah mengetahui siapa bintang iklan di produk kopi tersebut aku langsung paham.
Dengan cepat aku segera mengambil duduk tepat di sebelah Shania sembari berceletuk..,

"Habis renang langsung minum kopi? Apa ga kembung tuh?"

Eh?!! Pertanyaanku benar atau tidak sih?
Atau yang menyebabkan kembung itu kebalikannya?
Setelah minum kopi langsung berenang?
Bodo amatlah ya.

Shania yang menyadari keberadaanku seketika terkejut dan buru-buru mengganti channel TV. Aku tidak terlalu memperhatikan kepanikannya, ada hal lain yang ingin kuketahui.

"Thacil kemana?" aku lalu menanyakan keberadaan Thacil.

"T-Thacil udah berangkat, kan dia mau ada kegiatan" jawaban Shania terbata.

"Oh.." tanggapku singkat. "Lo mau nonton apa sih gonta-ganti mulu!!?" ucapku kemudian.

Entah karena kebetulan atau apa, tapi setelah aku mengucapkan hal tersebut Shania langsung berhenti memencet tombol remote. Dan itu membuat layar TV kini menampilkan iklan yang sama seperti tadi.
Itu membuatku iseng menyeletuk sekali lagi..,

"Tapi ada perkembangan ya, kalo dulu kan kalo dapet iklan, pasti iklannya itu iklan sosis ya" ucapku lagi. "Udah berapa iklan sih dia sekarang?" tanyaku kemudian.

"Hah??!" Shania nampak kaget. "M-Mana gue ta--"

"Udah lebih banyak dari gelarnya ya?" oke, sepertinya itu agak sedikit sarkas ya.

"Kenapa sih nanyain gitu?" Shania balik bertanya.

"Nanya doang masa ga boleh?" kubalas dengan pertanyaan juga. "Dan kenapa 'renang' ya, dia kan bulan atlet renang. Harus banget pamer otot gitu?"

Shania tidak menjawabku, dia hanya memandangiku dengan tatapan aneh seolah heran.

"Firasat gue sih bilang dia bakal dapet satu iklan lagi habis ini.." aku kembali menyeletuk. "Iklan obat masuk angin. Buat penetral biar ga masuk angin setelah minum kopi habis renang"

"Apa'an sih??"

"Nanti gimana ya iklannya..? Oh, habis menang, dia selebrasi buka baju. Kan dia harus pamer otot. Nah, biar ga masuk angin, minum..."

Tidak akan aku sebutkan merknya. Iklan-iklan itu tidak membayarku untuk mempromosikan mereka. Sangat rugi jika aku yang harus mempromosikan, sedangkan yang mendapat bayaran si tukang pamer aurat. Cih.. Cuih.. Cuh...

Lagipula apa sih memang kelebihan itu orang?
Dari segi permainan juga biasa saja. Bahkan dia cenderung 'lamban'. Jika berhadapan dengan lawan yang suka memainkan tempo cepat, aku yakin dia pasti kewalahan.
Ah, betapa bodohnya diriku. Pasti kebanyakan penggemarnya tidak terlalu memperhatikan soal skillnya ini. Mereka mungkin hanya memperhatikan visualnya saja.
Padahal visualnya juga biasa saja menurutku. Ya memang good looking, tapi tidak se'wow' itu. Dia hanya sedikit lebih enak dipandang dibandingkan pebulu tangkis kebanyakan. Ditambah dia hobi pamer otot.
Padahal itu adalah hal yang lumrah, tidak perlu seheboh itu. Seorang atlet, memang kebanyakan berotot. Si atlet panjat tebing yang juga meraih medali emas itu, yang rambutnya dipotong model biawak itu, jika dia buka baju, juga pasti berotot kan. Tapi apakah dia bisa membuat para betina rahimnya menjadi hangat? Kurasa tidak. Dia kurang good looking.
Intinya tidak perlu heboh jika ada atlet yang pamer otot.

Kecuali kalau ada penjaga counter pulsa berotot, itu baru heboh. Kerjanya palingan cuma main hape kan.
Atau penjual tahu bulat yang berotot, itu baru heboh. Hanya membolak-balikkan tahu tapi bisa membuat badan menjadi berotot, kan keren.

Ngomong-ngomong soal tahu bulat yang katanya dadakan. Itu sebenarnya adalah sebuah kebohongan besar.
Tahu bulat itu tidak dadakan. Dia berangkat dari rumah sudah membawa kompor, penggorengan, minyak, tahu-nya juga sudah dipotong-potong. Untuk promosi juga sudah menyiapkan rekaman suara. Itu bukan dadakan namanya. Itu memang niatnya jualan.
Kenapa tiba-tiba bahas tahu bulat sih? Dadakan banget. Eh!!?

Oh iya, sekedar klarifikasi saja. Aku menjelaskan semua hal diatas bukan karena aku merasa--

"Lo cemburu ya"

"ENGGA!!!" bantahku cepat dan tegas.

IMG-20210103-063552.jpg


Aku baru saja mau mengatakan kalau aku tidak merasa cemburu. Tapi Shania sudah menuduh kalau aku cemburu.
Tidak. Sekali lagi aku tegaskan kalau tidak merasa cemburu. Sama sekali.
Lagipula kenapa aku harus..., kenapa aku..., kenapa...?
Kenapa aku harus cemburu padanya? Apa kelebihan dia?
Oke, aku salah menanyakan hal ini.
Ah, sudahlah aku tidak mau membahas hal ini terlalu panjang.

"Engga, lo pasti cemburu?"

"ENGGA!!" sekali lagi aku membantah Shania.

Dan sebenarnya yang selama ini cemburu itu justru adalah dia, si pebulu tangkis itu. Dulu saat aku menjemput Shania di gereja, dia selalu memandang sinis ke arahku. Entah kenapa saat berbicara dengan Shania dan berbicara denganku, cara pandang dia berbeda. Jika dengan Shania dia selalu memasang senyuman di wajahnya, tapi saat denganku dia hanya menatap sinis tajam begitu.
Tapi aku tidak akan mengatakan hal ini pada Shania, karena aku tidak yakin dia akan percaya. Ujungnya dia hanya akan menuduh kalau aku cemburu.

Tapi kalian mengetahui hal ini. Jadi terserahlah jika kalian mau menuduhku cemburu atau apa?

"Ian cemburu.. Ian cemburu.." bocah banget sih.

"Gini aja deh, lo pacaran sana sama dia!! Dan lo liat, apa gue bakal cemburu" emosi juga lama-lama.

Ya sekalian untuk mengurangi 'beban'ku juga. Thacil sudah kulepas, mungkin sekarang giliran Shania. Untuk urusan Okta, itu mudah.
Dan kalau Stefi, aku mungkin akan 'melepasnya' jika dia sudah bertemu dengan laki-laki yang tepat. Secara dia adalah 'adikku' kan.

Tidak!! Jangan menyarankan nama-nama seperti Rafli, Samuel, Tedi, ataupun Jose. Jangan!!!
Tidak! Aku tidak mau adikku terkontaminasi oleh mereka. Terutama nama terakhir.
Bukankah mereka teman-temanku? Justru karena hal itulah. Aku sudah tahu seluk beluk mereka, jadi aku tidak akan membiarkan mereka mendekati 'adik seksi' kesayanganku.

"Ian!! Apa'an sih? Bercanda lo jelek!" Shania bersuara. "Kenapa lo tiba-tiba nyuruh gue buat pacaran sama dia??!!"

"Ah, elah.. Ga usah pura-pura lagi" balasku. "Lo udah deket sama dia dari lama kan. Dari tahun lalu.. Bahkan semenjak lo masih sama Bobby" aku bukanlah orang yang tidak peka. "Tukang selingkuh.." celetukku pelan.

"Gue ga mau denger itu dari lo ya!!" Shania setengah berteriak. "Lagian juga kalo dibandingin, jelas gantengan lo!!"

Oh, ayolah Shania. Semuanya juga sudah tahu akan hal itu. Seharusnya kau tidak perlu memperjelasnya.

"Tapi..," tunggu, ternyata ada 'tapi'nya. "Gampangan dia" bukan aku yang bicara. "Maksudnya lebih gampang buat ditaklukin gitu.."

"Iya, mungkin emang gantengan gue" aku 'terpaksa' sepakat. "Tapi cuma itu kan kelebihan gue.. Dia bisa dapet emas, mengharumkan nama negara" itu fakta yang tidak bisa dibantah. "Dan gue denger, katanya yang dapet emas di Asian Games kemaren bakal dikasih bonus 1,5 M juga. Lumayan tuh, udah sono pacaran sama dia.. Bisa hedon lo"

"Lo pikir gue cewek apa'an?!!"

"Tapi serius, Shan.. Tampang dia itu bisa dibilang lumayan lah" ucapku.

"Lumayan?"

"Terus dia juga udah ada.., bisa dibilang 'modal' lah buat menata masa depan" tambahku. "Sedangkan gue? Cuma modal tampang doang"

"Modal tampang doang hah?? Ya.., ya.. Terserah lo aja lah" ucapnya dengan nada bicara seperti orang tidak yakin sembari melihat sekeliling.

Apa maksudnya sih?

"Tapi ya udahlah.. Ngaku aja kalo lo sebenernya emang cemburu"

"ENGGA!!"

********​

Ya begitulah..
Kalian bisa menarik kesimpulan?
Tidak? Gxxxxk berarti.

Jadi kesimpulannya, yang menyebabkan aku dan Shania saling diam seperti sekarang ini adalah.., aku tidak suka difitnah.
Sekali kutegaskan, aku tidak merasa cemburu. Titik.

Dan sekarang kami bertiga sudah sampai di tempat tujuan kami. Rumah latihan.
Memangnya kalian pikir kami mau kemana? Tentu saja tujuan kami kesini.

"Kak Ads kenapa?"

"Apanya kenapa?"

"Itu kok daritadi--"

"Gracia~~" ada yang memanggil Gracia.

"Wah.., kak Naomi, kak Nat.. Kangen~~" Gracia langsung berlari dan segera memeluk dua member yang sering dijuluki duo dispenser itu. Sungguh mudah ke-distract anaknya.

Tunggu sebentar.. Sepertinya ada sesuatu yang janggal disini.
Tapi apa ya?

"Disuruh jemput dari kemaren baru balik hari ini. Lo apain aja itu dua anak orang?" celetuk salah satu staff.

"Biasalah.." balasku sedikit malas.

"Adrian.." dan sekarang ada sebuah suara yang memanggilku. Segera aku menoleh dan..,

"Kak Viny?" kini aku semakin heran. "Emang K3 udah balik ya?" tanyaku akhirnya.

"Maksudnya?" kak Viny bertanya balik

"Shani mana??" tanyaku lagi menanyakan keberadaan seseorang yang sudah sangat ingin kutemui segera.

"Ck.." tiba-tiba ada yang berdecak kesal. Dan ternyata itu Shania, alu hampir lupa kalau ada dia juga disini. Cih.

"Belom dateng lah, masih nanti.. Agak sorean mungkin" jawab kak Viny.

"Lah, terus kok kak Viny, ci Naomi, sama kak Ratih--"

"Natalia!!" oke, maaf.

"Kita bertiga kan emang ga ikut ke Palembang" jawab kak Viny lagi. "Aku habis dari rumah sakit. Alergi kambuh. Tapi sekarang udah mendingan sih. Kalo mereka berdua--"

In-Shot-20210108-055329183.jpg


"Kapini~~" dan sekarang giliran kak Viny yang mendapat pelukan dari Gracia. Gemas sekali melihatnya bermanja-manja seperti ini. "Kangen.."

"Kongan kangen.. Oleh-olehnya mana??"

"Ada. Tapi masih di rumah.."

"Ya udah, kak Viny cepet sembuh ya" akupun pamit.

"Kak Ads mau kemana?"

"Ke atas"

"Studio ya? Ikut dong.."

"Mau ngapain?"

"Kan kak Ads udah janji mau ngsih denger lagunya..," ditagih dong ternyata.

"Ya udah deh, ayok.."

"Yeay~~"

"Dadah kapini~"

Kemudian aku dan Gracia menuju ke studio di lantai atas. Begitu membuka pintu studio..,

"Wah, kebetulan lo udah dateng" langsung disambut oleh bang Andre yang berada di dalam studio.

"Kenapa emang, bang?" aku melangkah masuk diikuti oleh Gracia.

"Soal lagunya akustik..,"

"Iya?"

"Menurut lo mereka perlu pake teknik vokal ga sih pas bawainnya nanti?" tanya bang Andre. "Atau sesuai versi demo aja?"

"Terserah sih. Terserah mereka" jawabku. "Tapi bukannya mereka selama ini emang udah pake telnik vokal ya?"

"Cuma head voice"

Emang iya ya?

"Maksud gue teknik vokal yang lain kayak semacam staccato atau legato gitu" ungkap bang Andre.

"Legato?" celetuk Gracia.

"Engga, Gre. Bukan" sahutku cepat. "Bukan es krim. Lagipula itu namanya gelato"

Aku tahu apa yang dipikirkannya. Dan juga gelato itu bukan es krim, itu sesuatu yang berbeda. Memang mirip, tapi berbeda.

"Lo jelasin deh, bang.." ucapku pada bang Andre.

"Jadi staccato sama gelato itu macam-macam teknik vokal, Gre" bang Andre mulai menjelaskan. "Bedanya, kalo staccato itu teknik vokal yang mainin suatu nada secara pendek-pendek atau putus-putus. Terus kalo legato itu teknik vokal beberapa not yang berurutan dalam satu waktu dan tanpa putus"

Gracia terbengong mendengar penjelasan bang Andre.

"Nikah sama Adrian deh, nanti pasti ngerti" tambah bang Andre.

"Apa hubungannya??"

"Atau mau dikasih contoh aja?" tanya bang Andre pada Gracia yang meskipun belum dijawab, tapi dia sudah mulai memainkan satu lagu.




Langitnya pun menjadi gelap~
Ku takut senjaku kan ikut lenyap~
Sebelum kau akan berpaling~
Ingin kukatakan hal yang penting~



"Woi!!"

"Ini staccato" bang Andre seakan tidak peduli dengan protesku.

"Waahh..." dan Gracia hanya bisa terkagum




Matahari bersinar tak harap kembali~
Begitu juga kau tersenyum dari hari ke hari~



"Nah, kalo ini legato" tapi bang Andre terus melanjutkan penjelasannya.

"Yeay..!!" dan sekali lagi Gracia tidak sepenuhnya memperhatikannya.




Ahh.. Ahh...~
Aku pemilik hatimu untuk slamanya~



"Whisper voice" lanjut bang Andre.

"Aaakkkhhh...!!! Berasa dibisikin" Gracia histeris. Namanya juga whisper voice!




Walau habis terang~
Warnamu yang akan menuntun mata~



"Cukup!!" kali ini aku mematikan lagu tersebut.

"Dan yang terakhir tadi husky.." tutup bang Andre.

"Anjing!!" biasa aja dong.

"Bukan, Gre.. Husky yang dimaksud disini salah satu teknik vokal, bukan jenis anjing" capek jelasinnya.

"Itu lagu judulnya apa, kak??" tanya Gracia antusias. "Aku paling suka yang bagian kayak dibisikin tadi. Ada desah-desahnya juga di awal.. Bikin aaakkkhhhh...."

"Jeruk!!" sahutku cepat.

"Hahaha" bang Andre malah ketawa-tawa. "Jadi gimana menurut lo? Apa akustik perlu pake teknik vokal juga kayak lo di lagu barusan?"

"Tanya bang Fey aja lah. Ngomong-ngomong mana orangnya?"

"Belom dateng.."

"Hmm..., Ya udah, yuk Gre" kemudian aku mengajak Gracia keluar. "Udah denger lagunya kan.."

"Eh?!! Ah, gamau!!" Gracia langsung menolaknya. "Kak Ads janjinya ngasih denger fairytale kok"

"Ya udah, iya.." aku pun akhirnya mengalah. "Bang, lo bisa keluar dulu ngga? Gue ada perlu sebentar sama--"

"Ah, engga ah.. Gue juga mau denger itu lagu" kenapa dia ikut-ikutan. "Lo di sosmed cuma pernah ngasih liat intronya doang, gue kan juga penasaran sama versi fullnya"

"Engga.., engga.. Keluar!!" usirku. "Cowok cewek berduaan, yang ketiga setan. Lo ga mau jadi setan kan.."

"Tapi kita kan berempat"

Berempat??
Aku segera melihat ke sekitar dan...,

"Kenapa lo masih ngikut!!?" tanyaku pada Shania.

"Kenapa sih? Kesannya ga mau banget deket-deket sama gue? Takut baper apa gimana!!?" balas Shania.

Huft~
Sialan. Aku malas berdebat lebih lanjut dengannya.

Jadi aku memutuskan untuk mengabaikannya dan lebih memilih untuk memasangkan headphone kepada Gracia.

In-Shot-20210114-034246490.jpg


"Eh??"

"Udah siap, Gre?"

"Yah... Ga asik. Ga asik. Cewa lah" ungkap bang Andre yang kemudian akhirnya pergi keluar meninggalkan kami bertiga.

"Cih.." tambah Shania.

Aku tak menghiraukannya mereka berdua. Setelah Gracia siap, segera kuputarkan lagu yang selama ini membuatnya penasaran. fairytale

Dan reaksi Gracia?
Tentunya...,

"Ppuk ppuk tikki tikki bbom bbom... Yeay~~"

*****​

Entah sudah berapa kali Gracia mendengarkan lagu yang sama semenjak satu jam kebelakang. Tapi yang jelas, sekarang dia sedang cosplay menjadi boneka dashboard. Mengerak-gerakkannya kepala ke kiri dan ke kanan mengikuti alunan musik.

Lalu Shania?
Dia masih berada disini kok. Tiduran di sofa sambil scrolling hape. Aku tidak tahu apa yang dia lihat di hape-nya.
Mungkin dia sedang sibuk menuliskan komentar soal bagian tubuhnya yang menjadi hangat hanya karena melihat foto seorang atlet pamer otot. Tentu jika dia memang melakukannya, dia harus memakai akun keduanya, bukan akun dinas. Terserah, itu hanya asumsiku saja. Aku juga bingung kenapa aku bisa berasumsi seperti itu, tapi yang pasti kalau aku sendiri sudah cukup sering membuat bagian tubuh Shania menjadi hangat. Secara harfiah *ups

"Kak Ads.." panggil Gracia tiba-tiba.

"Iya? Kenapa? Udah bosen?"

"Kalo NANANA ini lagunya gimana?" tanya Gracia sembari menunjuk layar komputer. "Aku penasaran.."

"Engga" balasku.

"Tapi aku penasaran.., pasti lagunya ceria gitu ya"

"Engga.. Bukan" balasku lagi.

"Tapi--"

"Lagian itu isinya cuma tiga menit 'nanana...' doang"

"Hmm..., kalo yang Good Night ini? Ga mungkin 3 menit 'good night' doang kan.."

"Engga lah.. Itu kan ga sampe 3 menit" balasku. "Orang cuma 2 menit 55 detik"

"Hhmm.. Tapi aku mau dengerin juga, boleh ya" Gracia memohon dengan sedikit memaksa. "Aku kan pengen diucapin 'Good Night' sama kak Ads kalo tiap mau tidur.."

"Nanti aku ucapin secara langsung"

"Iiihhh..."

"Udah, itu dengerin aja lagi.." aku menutup pembicaraan.

"Bentar kak Ads, Aku penasaran deh"

"Engga, Gre.."

"Bukan itu iihh!! Tapi aku penasaran kalo kak Ads bikin musik gimana?" ungkap Gracia. "Disini kan ga ada alat musik, cuma ada ini piano. Kalo gitar, drum adanya di ruang--"

In-Shot-20210107-003450839.jpg


"Aku ga harus pake itu semua. Cukup pake ini juga bisa" sahutku sambil menunjuk 'piano' yang dimaksud Gracia. "Tapi ini bukan piano, Gre. Ini keyboard yang..., gimana jelasinnya ya. Pokoknya cuma pake ini bisa ngehasilin suara gitar, bass, drum, bahkan terompet"

"Haahh??"

"Gini, aku kasih contoh aja ya"

"Kalo kecrekan bisa juga kak?

"Kalo kecrekan manual aja, Gre" balasku. "Tapi aku ga pernah pake kecrekan sih"

"Terakhir, kak. Aku mau nanya lagi.. Dari tadi kak Ads kok garuk-- eh, kak Ads.."

Belum sempat Gracia menyelesaikan kalimatnya aku sudah buru-buru keluar studio dan segera turun ke bawah. Bukan karena kebelet atau apa, aku hanya merasa ingin melakukannya. Firasatku mengatakan seperti itu. Dan begitu sudah sampai di bawah..,

"Akhirnya kita sampe juga"

"Welcome back, girls"

"Langsung istirahat dulu ya, habis itu baru latihan lagi.."

Rombongan gadis-gadis remaja baru saja datang dari kunjungan mereka di kota pempek.
Pandanganku bertemu dengan salah satu dari mereka. Tapi aku bingung harus melakukan apa, aku hanya diam terbengong memandanginya. Dan dia sendiripun juga hanya sama, terdiam memandangiku.

Ada juga beberapa gadis lain yang sedikit memperhatikan kami. Hal itu lah yang semakin membuatku merasa kalau memang sebaiknya aku diam saja, meski sebenarnya aku ingin memeluknya saat ini juga.
Sampai pada akhirnya pun...,

"Haus" ucapku yang kemudian berjalan menuju ke arah dapur. Tentu itu hanya alasanku saja agar bisa keluar dari suasana canggung tadi.

"Yee... Gengsian!!"

"Tauk!! Ditungguin juga momen pelukannya"

Celetukan-celetukan dari gadis-gadis itu yang kemudian disusul dengan suara beberapa langkah kaki yang menjauh membuatku menghentikan langkahku.
Ku hela nafas panjang yang terasa sangat berat ketika kuhembukan. Setelah itu barulah aku berbalik badan lalu berjalan cepat ke arah gadis yang tadi berpandangan denganku itu.

Ketika sudah berada di dekatnya tanpa memperdulikan hal lain lagi, aku segera memeluk gadisku itu dari belakang. Kurasakan suasana di sekitarku mendadak berubah menjadi hening. Tapi seperti yang kujelaskan tadi, aku tidak perduli dengan hal lain. Yang terpenting bagiku saat ini adalah, memeluk gadisku ini karena aku sudah sangat merindukannya.

Hening. Hening masih terasa ketika aku memeluk gadisku ini. Dan kurasa akulah yang harus memecah keheningan yang kuciptakan ini. Maka, akupun mulai bersuara...,

"Kamu ceritain hal ini ke temen-temen kamu.. Biar mereka mundur" ucapku yang langsung disambut senyuman darinya. "Tapi ga usah ke fans-fans kamu ya. Jangan.. Aku takut"

In-Shot-20210114-034340491.jpg


"Hhhh..." kini ia berusaha menahan tawanya. "Mas.. Kangen ya sama aku"

"Engga sih.., ini cuma lagi pengen meluk aja"

"Ckckck emang dasar cowok ya... Tadi ngaku cemburu ga mau, sekarang bilang kangen juga gengsi" celetukan Shania benar-benar merusak suasana.

"Lo sendiri gimana? Mau ngaku kalo sekarang ini lo lagi cemburu ngeliat gue meluk Shani kayak gini.." balasku langsung memojokkannya.

"Apa sih!!? Orang gue cuma mau ngasih jam lo nih ketinggalan tadi.." Shania menyerahkan sebuah benda yang merupakan hape-ku sendiri.

Tunggu sebentar.. Jam?
Kenapa Shania menyebut kalau hape-ku ini adalah sebuah jam?

"K3!!!! AKU KANGEN!!!" dan tiba-tiba Gracia yang berteriak dari ujung tangga langsung bergegas menemui teman-teman satu tim-nya.

Tunggu sebentar..
Gracia baru menyusul ke bawah padahal aku sudah turun sedari tadi.

Ah, jadi begitu. Aku baru paham..
Gracia yang baru menyusul ke bawah ini pasti ada hubungannya dengan Shania yang menyebut hape-ku sebagai jam.

"Gre.., hape" ucapku yang langsung membuat Gracia terkejut.

"Eh?!! Kenapa, kak Ads??"

"Ga usah pura-pura ga tau. Hape kamu siniin" balasku. "Kamu pasti udah ngambil sesuatu dari komputer aku kan.."

"Eeeeee...."

"Gre.."

Akhirnya Gracia pun pasrah dan menyerahkan hape-nya padaku. Tidak sulit menemukan hal yang aku cari karena Gracia meng-copy satu folder penuh, yang artinya nama foldernya belum diubah, masih sangat aku ingat.
Tapi tak hanya itu, aku juga menemukan sesuatu yang lain di hape Gracia. Sesuatu yang harus aku hapus juga.

"Kalian jangan curiga dulu" ucapku menanggapi tatapan sinis dari beberapa member yang ada disini.

Untuk menjelaskan maksudku, langsung saja kubuka folder yang 'dicuri' oleh Gracia dan memainkan salah satu file lagu di folder tersebut. Tak lupa juga kutekan tombol volume supaya mereka semua dapat mendengarnya.




Oh~ Oh~ Oh Oh~ Oh~
Na Na Na Na



Mungkin cukup segitu saja yang harus kuperdengarkan.
Kalian sudah bisa menyimpulkan? Belum?
Baiklah akan kuberi petunjuk.

Ada jeda waktu yang cukup panjang dari antara waktu aku keluar studio dengan Gracia keluar studio. Aku tidak bisa tahu dengan pasti apa yang mungkin bisa dilakukan oleh Gracia selama jeda waktu tersebut. Aku hanya bisa mengira-ngira.
Dan kalimat yang dilontarkan Shania tadi, itu memberiku banyak petunjuk. Hape-ku yang disebut sebagai jam itu adalah petunjuk terbesar.

Handphone-ku kini hanya menjadi jam di saku celanaku.

Itu adalah salah satu petunjuk terbesar. Karena itu adalah salah satu bait lirik di lagu Good Night.
Mungkin kalian bisa menebak lagu itu bercerita tentang apa dengan kubocorkan satu kalimat liriknya?
Itu adalah lagu cinta. Biasa. Template. Lagu sedih tentang cinta.
Tapi meskipun liriknya sedih, musiknya bisa dibilang cukup ceria.
Sama seperti NANANA. Tapi kalau untuk NANANA ada juga yang musiknya dibuat dengan sedikit nuansa dark. Jadi terdengar makin sedih. Lagunya sendiri bercerita tentang seseorang yang mempertanyakan keberadaannya.

Apakah dia benar-benar seberharga itu untuk dirindukan?
Apakah memang sepantas itu?
Bukan hanya untuk dirindukan, tapi juga merindukan

Kalau Good Night, lebih bercerita tentang seseorang yang merindukan ucapan selamat malam/selamat tidur dari seseorang.

"Yang salah disini bukan gue. Jangan seakan-akan gue yang jadi tokoh antagonisnya dong" aku berusaha membela diri.

"Tapi kita tetep dukung Gracia sih.." sahut kak Viny. "Bahkan mungkin sebagian besar orang disini perlu denger versi full-nya. Ga sepotong-potong kayak barusan"

"Engga" aku menolak. Tentu aku menolak.

Dan setelah penolakanku itu, tiba-tiba Shani melangkah pergi mendekati salah satu staf dan seperti menanyakan sesuatu.

"Beruntung ya kita akustik di studio sering dengerin lagu-lagunya Adrian.." celetuk kak Rona.

"Tapi kan sepotong-sepotong juga ci" sahut Sisca. "Sama aja"

"Ga usah diomongin, Sis.. Biar kesannya kita berempat istimewa gitu lho" balas kak Nadila.

"Oh iya, kak Adrian.." aku yang sedang mengembalikan handphone Gracia langsung kaget karena suara Sisca. "Buat lagu-nya akustik, menurut lo kalo di bagian brid--"

"Eits..." selaku. "Emang boleh diomongin disini??" tanyaku kemudian, mengingat kalau segala sesuatu tentang lagu dari akustik itu harus dirahasiakan terlebih dahulu sebelum benar-benar dipublikasikan. Bahkan dari para member jeketi yang lain.

"Oh iya,.. Lupa!! Astaga.."

"Ya udah, sekarang mau langsung record full aja apa gimana?" tanyaku lagi. "Atau nanti dulu. Kalian istirahat dulu?"

"Engga.. Kamu sini dulu" sahut Shani mengejutkanku.

Dia cemburu(?)
Ini cuma Sisca lho..

"Sis, kalo mau recording sama kak Andre aja ya" ucap Shani lembut. "Kamu sini!!" dan tiba-tiba nadanya berubah tegas ketika berbicara padaku.

Belum sempat aku menjawab, Shani sudah menarik tanganku. Aku dibawanya ke pojokan.

Eh?!! Shani ngajak mojok(?)

Dia lalu duduk di lantai dan kemuidan menyuruhnya untuk ikut duduk di sebelahnya..

"Sini.."

Tanpa penolakan aku menurutinya. Tapi belum ada sedetik pantatku menyentuh lantai, tiba-tiba aku melihat ruangan ini berputar 90°
Penyebabnya Shani yang tanpa peringatan menarik lembut kepalaku dan diposisikannya di atas pahanya. Nyaman..

"So sweet~~" tiba-tiba terdengar kelompok paduan suara yang tidak semua anggota bisa bernyanyi.

"Engga sih, itu lebih ke si cowoknya aja yang males dan jorok" dan juga ada celetukan dari seseorang yang sedang cemburu tapi tidak mau mengakuinya.

"Shan???"

"Udah diem!! Aku liat daritadi kamu garuk-garuk telinga, pasti telinga kamu udah waktunya dibersihin tapi kamunya males kan.. Jorok banget sih" aku kena omel.

"Oh iya, kak Ads daritadi emang garuk-garuk kuping mulu"

"Bukan gitu..., kan aku emang nungguin biar dibersihin sama kamu" masih mencoba berusaha buat gombal ceritanya.

"Kalo sakit bilang ya" balas Shani. "Ngomong.., jangan ngangguk atau geleng. Nanti malah sakit beneran"

"I..Iya"

Aku benar-benar patuh menurutinya. Anteng saja tiduran dengan paha Shani sebagai bantal karena memang nyaman.

Tak terasa sebelah telingaku sudah selesai diberaihkan oleh Shani, kini giliran yang satunya. Aku berniat untuk berpindah ke sisi Shani yang satunya. Akan tetapi dengan cepat Shani mencegahku, dia langsung menyuruhku untuk berpindah posisi kepala saja menjadi menghadap ke perutnya.

Sebenarnya aku malu untuk melakukannya. Bukan tidak mau, tapi malu. Dan Shani sendiri juga merasakan hal yang sama, tapi entah kenapa dia tetap memintaku untuk melakukannya yang pada akhirnya tetap kuturuti juga.

Setelah kedua telingaku sudah bersih, bertepatan juga dengan K3 yang akan memulai latihannya.
Sudah saatnya aku dan Shani 'berpisah' lagi..

Pertemuan singkat yang sangat kunikmati.
Apa sih?? Terlalu berlebihan ya.

"Ya udah, aku mau latihan dulu"

"Aku juga.. Aku ke atas dulu ya"

Tapi pada kenyataannya aku tidak kembali ke studio.
Karena ketika aku akan menaiki tangga, ternyata bang Fey baru datang. Dan dia tidak sendirian.
Dia membawa malaikat kecil bersamanya.

"Inget ngga itu siapa?" tanya bang Fey pada anak kecil yang saat ini seperti berusaha bersembunyi di belakangnya.

"Kayaknya dia lupa deh.. Udah lama kan" sahutku.

"Lo coba nyanyi deh, siapa tau dia bisa inget" balas bang Fey.

Aku langsung berjongkok di hadapan gadis kecil lucu itu dan mulai menyanyikan sebuah potongan lagu..

"Minami no shima wa atatakai~
paina puru puru atama pokapoka aho baka~~


Ni ban!!
Kita no shima wa samui~
hyakoi koikoi atama buruburu aho baka~~"


Perlahan sebuah senyuman mengembang di wajah gadis itu yang kemudian keluar dari persembunyiannya dan berlari memelukku.

"Suaranya Adrian emang healing banget ya" sahut beberapa member yang tidak begitu kuperdulikan.

"Kangen banget gue sama ini anak.. Gue boleh main sebentar sama dia engga, bang? Di sekitaran sini aja" aku kemudian meminta ijin seperti ingin membawa anak gadis keluar di malam minggu. "Gue pulangin sebelum jam 9"

Sepertinya kalimat terakhir ku itu tidak perlu ya.

"Ya udah, sana... Jangan lama-lama. Akustik lagi recording kan"

"Iya" jawabku. "Tapi palingan juga masih latihan dulu sebelum proses record"

"Oh ya udah, gue ke atas dulu" ucap bang Fey yang kemudian bergegas ke atas.

"Bianca mau jajan engga? Eh, atau masih ASI eksklusif ya?"

Ditengah kebingunganku gadis kecil ini malah tiba-tiba mencium pipiku.

"Enak banget sih jadi anak kecil!!!" terdengar Gracia yang langsung melayangkan protesnya.

Dan dimulailah kencanku dengan gadis kecil yang imut nan lucu ini.

*****​

Tapi manusia hanya bisa merencanakan. Rencana kencanku tidak berjalan seperti yang aku bayangkan. Tapi bukan menjadi lebih buruk, justru berubah menjadi lebih baik. Jauh lebih baik. Karena ternyata Shani ikut dengan kami.
Alasan Shani ikut sebenarnya cukup sederhana, dia ingin mengawasi agar aku tidak 'macam-macam'. Intinya dia hanya cemburu karena sempat melihatku mendapat ciuman di pipi tadi. Bahkan pada anak kecil sekalipun Shani bisa cemburu lho.

Orang yang berfikiran positif pasti mengira kalau aku dan Shani adalah pasangan muda, sebuah keluarga kecil bahagia yang sudah dikaruniai seorang bidadari yang lucu.
Tapi kalau orang yang banyak masalah dan suka mengeluh pasti mengiranya kalau kami adalah pasangan muda yang terpaksa menikah karena perempuannya hamil duluan. Kacau.

Aku sungguh menikmati kebersamaanku bersama mereka berdua. Meski sebentar, tapi berkesan.
Aku jadi mendapat sedikit gambaran bagaimana kehidupanku dalam beberapa tahun kedepan. Hehehe...

Aku menggunakan kata 'beberapa' karena tidak mau memberitahukan pada kalian angka pastinya kapan. Wkwkwk

*****​

Setelah 'family time', kami kembali masuk ke rumah. Shani mulai ikut latihan, sedangkan aku kembali ke studio di lantai atas setelah menitipkan Bianca yang kelelahan dan terlelap ke salah satu staff. Dan begitu aku masuk ke studio, ternyata proses recording belum dimulai.

"Kok belum mulai?" tanyaku. "Atau udah selesai?"

"Ya belom lah.. Orang gue harus ubah lagi musiknya" keluh bang Andre.

"Dikit doang kak.." sahut Sisca.

"Mereka juga pengennya ada lo, biar lebih maksimal katanya" tambah bang Andre.

"Apa hubungannya?" aku bingung.

"Ada yang mau mereka tunjukkin ke lo" sahut bang Andre.

"Ya udah, yuk mulai.." ajak bang Fey.

Kami melakukan recording secara masing-masing terlebih dahulu, dan juga sesuai dengan urutan bernyanyi mereka, jadi kami memulai dengan kak Nadila terlebih dahulu.

"Sebutkanlah yang belum aku lakukan~
Semua ini belum cukup katanya~
Dalam harapan yang tak mengkhianati~
Bertahun-tahun dengan angan tak pasti aahhh~~"


Kenapa ada desahannya di belakang?
Dan kenapa desahnya sambil melirik ke arahku?
Kan takut ya jadinya..

"Oke, aman.. Lanjut Aurel"

Untuk selanjutnya, semuanya berjalan lancar. Aurel dan kak Rona melakukannya juga dengan baik. Sampai tiba pada giliran Sisca..,

"Semua bilang akulah yang terbaik~
Tapi itu hanya kata tak berarti~~
Perlaha--"


"Stop" selaku. "Ulangi coba"

Sisca sempat kebingungan. Tapi tak lama kemudian dia mengulangi proses recordingnya.

"Semua bilang akulah yang terbaik~~
Tapi itu hanya kata tak berarti~~~"


"Stop" selaku lagi. "Ulangi" kali ini aku sedikit memberi penekanan pada kata-kataku.

Anggota akustik yang lain juga terlihat kebingungan melihatku meminta Sisca untuk terus mengulangi part-nya.

"Semua bilang akulah yang terbaik~~
Tap--"


"Stop" dan sekali lagi aku menyuruh Sisca berhenti bernyanyi.

Tapi setelahnya aku tidak mengatakan hal apapun. Aku hanya menatap ke arahnya selama beberapa saat. Namun Sisca hanya menunduk diam, sebuah respon yang tak kuharapkan.

"Kenapa lo ga ngomong aja sih salahnya dimana?" bisik bang Andre.

"Lo keluar dulu coba deh" bang Fey menepuk pundakku. "Cari angin gitu, biar gue yang ngomong ke dia"

Huft~
Aku menghela nafas sebentar.

Sepertinya memang itu yang kuperlukan saat ini. Aku harus mencari udara segar.
Kuputuskan untuk keluar studio tanpa mengucapkan apapun. Tadinya aku ingin pergi ke rooftop karena jarang ada yang kesana, aku perlu menyendiri sebentar. Tapi niatan itu kuurungkan mengingat hari sudah mulai gelap. Serem cuy..

Karena aku pernah punya pengalaman sekitar setahun yang lalu, aku yang sedang bosan di studio memutuskan untuk bermain hape di rooftop. Sedang asyik bermain hape, aku seperti mendengar suara di sebelah kanan, seperti suara barang jatuh. Reflek aku menengok dan ternyata tidak ada apa-apa, maka aku menghiraukannya dan kembali bermain hape. Aku berfikir.., "Ah, palingan juga tikus"

Tak lama terdengar suara lagi dari arah yang sama, kali ini sedikit lebih keras. Aku menengok lagi, tetap tidak ada apa-apa. Karena suaranya lebih keras dari sebelumnya, maka aku berfikir..., "Mungkin kucing.. Ngejar tikus yang tadi"

Sampai ketiga kalinya aku mendengar suara lagi, kali ini cukup keras. Dan aku pun berkesimpulan, kalau sebelumnya ada tikus dan kucing, maka bisa dipastikan kalau kali ini adalah..., "Anjing!! Diusir ini mah.."

Akhirnya aku berdiri dan pergi dari sana sambil berkata.., "Maaf deh, maaf..."

Padahal saat itu belum begitu larut malam, memang di atas jam 10 sih, tapi harusnya tidak perlu diisengin seperti itu dong.

Jadinya aku pergi ke bawah, maksudnya ingin menyendiri di pinggir kolam renang. Akan tetapi karena sudah ada beberapa member disana, aku kembali mengurungkan niatku. Pada akhirnya aku memutuskan untuk keluar rumah, jalan-jalan sebentar.

*****​

Pengertian 'sebentar' bagi tiap-tiap orang itu ternyata berbeda. Ketika jalan-jalan cari angin, aku teringat kalau diriku belum makan malam. Maka kuputuskan untuk mencari makan sekalian dan kemudian aku mampir ke minimarket untuk mencari dessert berupa es krim, barulah setelah itu aku pulang.

Kurasa semua itu berlangsung kurang dari satu jam.
Atau mungkin lebih?
Atau jangan-jangan malah pas?
Entahlah, aku tidak menghitung waktunya. Karena memang hape-ku ketinggalan di studio (lagi).

Tapi yang pasti ketika aku kembali, langkahku sudah hampir dekat rumah latihan.., aku melihat seorang gadis celingukan sebelum akhirnya pandangannya berhenti ketika melihat ke arahku. Dan kemudian dia pun menatapku tajam yang membuatku kebingungan.

Tetap kulangkahkan kaki ke arahnya hingga...,

"Kamu kemana aja??!" aku langsung diberi pertanyaan.

"Cari makan, terus tadi mampir beli es krim. Nih.." aku mengangkat tangan kiriku yang sedang membawa kantong kresek. "Aku juga beliin buat yang lain, kalo mau.. Kenapa sih? Kangen??"

"Iya-- Bukan!! Bukan aku" dia salting. "Tapi anak kamu tuh.."

"Hah?? Anak aku?"

"Oh iya, maaf.. Anak kita" Shani meralat. "Bangun-bangun langsung nyariin papanya"

"Ohh..." aku baru mengerti maksud Shani. "Tapi kan papanya bukan ak--"

"Seru kali ya kalo punya anak selucu Baby By" ungkap Shani. "Gemes pasti"

"Mau bikin satu?"

Pertanyaan isengku sukses membuat Shani membulatkan bola matanya. Salah sendiri dia yang memancing duluan.
Berikutnya lenganku dipukul pelan olehnya.

"Udah ayok" ajak Shani kemudian untuk masuk ke dalam rumah latihan.

Di dalam rumah latihan yang terdengar gaduh tiba-tiba menjadi hening seketika disaat aku masuk. Aku jadi bingung..

"Darimana aja lo!!" belum selesai dengan kebingunganku, bang Fey datang-datang langsung mengomeliku. "Anak gue dari yang bangun, nangis, kecapekan, tidur lagi.."

"Cari makan.." jawabku singkat. "Sama beli es krim. Kalian mau engga?" tanyaku ke para member yang lain.

"Yeay..!!! Ditraktir es krim!!!" tentu Gracia yang pertama kali merespon.

"Bagi-bagi lho ya" aku mengingatkan Gracia ketika menyerahkan kantong kresek berisi es krim ini. "Akustik jangan makan es krim dulu ya, kan lagi proses record-- eh?!! Udah selesai belom sih?"

"Belom lah.. Orang-orang pada nyariin lo yang tiba-tiba ngilang" jelas bang Fey.

"Hah?!! Seriusan?" aku sedikit tak percaya. "Emang kalian nyariin gue sejak kapan?"

"Lima menit lalu"

Aku kira mereka sudah menghabiskan banyak waktu untuk mencariku. Ternyata membutuhkan waktu yang lebih lama waktu untuk mereka sadar kalau aku 'menghilang' ya. Tapi untuk apa juga mencariku?

"Ya udah, ayok... Recording lagi"

*****​

Di studio aku kembali bertatap muka dengan Sisca.

"Maafin gue, kak.. Gue sadar kok kalo gue over pede" dan Sisca yang terlebih dahulu membuka suara. "Padahal dari sebelumnya lo udah ngingetin kalo gue harusnya ga terlalu banyak ngasih improv"

"Ya, yang namanya 'terlalu banyak' itu emang ga baik" balasku. "Tapi terlalu sedikit juga sama buruknya dengan terlalu banyak"

"Kan, apa gue bilang.. Maksud Adrian itu sebenernya baik" celetuk bang Fey. "Orang dia pernah bilang kalo member kesayangan dia di akustik itu Sisca kok" tambahnya.

Otomatis para member akustik langsung terkaget mendengarnya. Jangankan mereka, aku sendiri pun kaget.

Kapan aku pernah bilang seperti itu!!!??

"Katanya suara Sisca yang 'unik' itu--"

"Udah, diem lo!!" potongku. "Ga usah nyebarin hoax makin banyak"

"Tapi suara dia emang unik kan"

"Engga juga.. Justru suara dia overrated" balasku. "Hanya karna tone suara dia sedikit beda dari member lain kebanyakan, jadi terlalu banyak yang muji dia. Padahal kalian liat sendiri kan, cara nyanyinya kadang masih salah"

"Baru 'damai' udah kena kritik lagi.." celetuk Aurel.

"Udahlah, ayok.. Kapan mulainya nih"

Kali ini Sisca melakukannya dengan lebih baik. Meskipun tetap harus mengulang sekali lagi, tapi hasil akhirnya sudah cukup baik.
Aku juga sempat menggodanya dengan memberikan respon hanya berupa anggukan pelan beberapa kali ketika mendengar hasil recording melalui headphone. Itu membuatnya was-was.

Berikutnya adalah bagian bridge. Disini aku cukup terkejut karena ternyata Sisca menambahkan rap disana. Tapi yang menjadi favoritku disini tetap adalah bagian yang dinyanyikan oleh Aurel.

Aku ada karena suatu alasan
Membuat dirimu tersenyum salah satunya


Ya, aku berharap jeketi akan terus ada untuk membuat banyak orang tersenyum.

Setelah bagian itu barulah mereka memulai record secara bersamaan untuk menyanyikan bagian chorus. Disini ada dua versi, yang satu adalah versi 'datar' untuk bagian setelah verse, dan satu lagi versi dengan improv untuk bagian setelah bridge. Aku senang melihat bagaimana mereka menikmati nyanyian mereka, karena jika ingin menampilkan sesuatu yang bisa dinikmati oleh orang lain, kita yang membawakan juga harus menikmatinya terlebih dahulu.

Dan akhirnya proses recording ini pun selesai. Meskipun ada beberapa kendala tapi aku cukup puas meskipun hanya 'pengawas' saja.

"Oke, aman.. Tinggal gue satuin aja ini" ucap bang Fey begitu kami selesai proses recording.

"Gimana kak?" tanya Sisca tiba-tiba. "Gimana rap gue"

Aku tidak benar-benar ingin menjawabnya. Tidak bisa dibilang buruk, hanya saja aku pernah mendengarkan rap yang jauh lebih baik. Dan dari dulu sebenarnya aku tidak pernah setuju jika rap ditaruh di bagian bridge, karena menurutku bridge harus diisi dengan melodi yang pelan dan lembut. Itu menurutku, jika ada yang berpendapat berbeda ya boleh saja.

"Terdengar seperti amatiran." sahut bang Andre. "Itu kan yang ada di pikiran lo"

"Gini.. sebenernya gue ga suka kalo rap ditaruh di bagian bridge, tapi karna habis itu ada melodi yang lebih pelan yang diambil kak Nadila sama Aurel,... jadi oke-oke aja kok" ucapku.

"Intinya rap lo ga bagus, Sis" sahut Aurel.

"Bisa diem ga lo!!" jadi galak dia. "Gue nanyanya ke kak Adrian nih.."

"Amatiran" tambah bang Andre.

"Mungkin lain kali lo coba rap setengah nyanyi deh" kemudian aku memberi usul.

"Hah?? Gimana tuh?"

"Contohin dong" bang Andre memancing.

Ya sudahlah, tidak ada ruginya juga. Setelah tadi hanya duduk mengawasi orang mereka berempat bernyanyi di depan mic, kini giliran aku yang mengambil tempat mereka.

"Sebelumnya gelap gulita
Dan kau datang seperti cahaya~
Bahkan saat ku menutup mata
Seperti akan tertidur selamanya~

Saat kau hadir dan lalu memelukku
Kau begitu hangat karna cuma kamu
Andai kau dan aku jadi satu yeah~~"


"Wow...!!!"

"Gue ga bisa sih sampe ke level itu"

"Tone suara kita kan emang beda" balasku.

"Gue kira lo bakal nyanyiin I will wait for you" sahut bang Andre.

"Itu cuma buat Shani.." balasku singkat, padat, jelas, dan tegas.

*****​

Berikutnya mungkin ini langsung kupersingkat saja. Sekarang aku sudah pulang, sudah berada di rumah. Ya, akhirnya aku pulang. Setelah beberapa hari terakhir aku selalu tidur di studio, akhirnya aku akan kembali tidur di atas tempat tidur lagi.

Eh, tapi kemarin malam aku tidur di... Sudahlah jangan dibahas dulu.
Karena sekarang ini aku akan tidur di kamar Shani, bersama Shani juga tentunya. Tidak mungkin kan aku terus-terusan membiarkannya tidur sendirian.
Dan untuk kali ini hanya ada kami berdua. Benar-benar berdua, hehehe..

Tapi saat ini Shani masih mandi dulu, maklumlah dia habis selesai latihan tadi. Tunggu sebentar...,
Kenapa aku merasa ini vibes-nya seperti malam pertama ya.

IMG-20210114-040730.jpg


"Mas..?" panggil Shani.

"I-Iya?"

"Kok kamu kayak gugup gitu?" tanyanya kemudian.

"E-Engga. Biasa aja"

"Terus kamu tadi juga keliatan bengong..., hayoo kamu mikirin apa? Nakal ya.."

IMG-20210114-040725.jpg


"Ga usah senyam-senyum gitu ya anda..." balasku sambil berusaha untuk tidak ikut tersenyum.

"Iiihhh... Mas aku nakal. Takooott.."

"Lama-lama aku nakalin beneran lho ya" aku mencoba 'menakut-nakutinya'.

"Coba aja kalo berani.."

Pada akhirnya aku tetap tidak 'menyentuh' Shani. Ya aku memang harus ekstra bersabar.
Jika kalian pikir menjadi kekasih dari member jeketi itu sepenuhnya menyenangkan, kalian salah besar.
Karena seperti yang kusebutkan tadi, harus ekstra bersabar.

Kebanyakan laki-laki itu memiliki 'ego' yang besar. Ego yang kumaksudkan disini adalah tentang 'memamerkan' kekasihnya ke orang-orang. Karena aku tau jika kita para lelaki tidak terlihat memiliki pasangan, pasti akan diledek, dibully dan segala macamnya.
Kalau soal 'pamer' ini sebenarnya tidak begitu masalah bagiku. Karena aku orangnya sendiri juga tidak begitu suka pamer dan untuk apa juga sih harus dipamerkan?
Kebanyakan orang pacaran yang suka pamer ini justru membuat repot dirinya sendiri kalau sudah putus, harus hapus foto satu persatu foto yang sudah diupload.
Aku mungkin bisa dibilang orang cukup sabar kalau soal 'menunggu'. Toh, setelah lulus nanti dia hanya akan jadi milikku seorang.
Dan juga jika tidak bisa sabar untuk sekedar menunggu saja, bagaimana nanti ketika sudah berumah tangga. Asek..

Tak hanya itu, kesempatan untuk bisa jalan berdua juga sulit. Jikalaupun ada kesempatan untuk jalan berdua, harus ekstra waspada, karena takut ketahuan oleh para fans.
Ini juga tidak begitu masalah bagiku. Seperti dulu aku kan aku pernah bercerita kalau sempat menonton bioskop dengan Stefi secara 'sembunyi-sembunyi', berjalan lancar tuh. Meskipun saat aku menyerahkan tiket malah terlihat seperti transaksi narkoba sih. Hahaha...

Dan juga para pacar member ini juga tidak bisa cemburu.
Ini yang susah untukku, karena meski di bibir berkata kalau 'tidak cemburu', namun sebenarnya dalam hati merasa seperti..., "harusnya senyuman itu hanya untukku".

Oh iya, satu lagi.. Ketika para pacar member ini secara tidak sengaja menemukan forum seperti ini, itu membuat serba salah..
Di satu sisi bahagia karena bisa berfantasi terhadap member lain yang bukan merupakan pacarnya. Tapi di sisi lain -kembali lagi ke soal 'cemburu'- ketika mendapati cerita tentang kekasihnya. Jika itu cerita bergenre drama mungkin tidak begitu masalah. Tapi jika ceritanya terlalu liar dan pengambaran karakternya tidak sesuai, disitu ada perasaan seperti..., "Gadisku tidak seperti itu, kenapa kalian berfikir kalau dia seperti itu.."

Dan jangan lupa juga, member jeketi adalah gadis-gadis yang sibuk. Mereka berkegiatan jeketi saja sudah 6 hari perminggu, belum dihitung dengan kegiatan yang lain seperti sekolah/kuliah.
Jika mereka mendapat jatah libur, tentunya mereka hanya ingin beristirahat dan hal terakhir yang ingin mereka lihat adalah kemaluan pacarnya masing-masing. Realistis saja..

Kenapa ini seperti sesi curhat ya?
Sudahlah, lupakan. Kembali ke cerita.

Sebelum kami tidur, Shani menceritakan pengalamannya di Palembang. Mulai dari ketika mereka baru sampai, saat gladi resik, performance, dan sampai kembali lagi ke Jakarta.
Sebenarnya aku mau berlama-lama mendengarkan cerita Shani, karena melihat dia yang antusias ketika bercerita itu sungguh menyenangkan dan juga menenangkan. Tapi aku juga ingat kalau dia harus beristirahat karena besok dia masih harus berkegiatan lagi, jadi aku ingin memintanya untuk berhenti bercerita dan segera tidur. Namun...,

"Sekarang coba kamu yang cerita" tiba-tiba Shani memintaku untuk gantian bercerita.

"Cerita apa?" aku malah kebingungan. Tidak mungkin kan aku bercerita soal Gracia, Thacil, dan Shania.

"Cerita kenapa kamu tadi 'kabur'?"

"Aku ngga kabur Shan.. Itu--"

"Cerita aja" ucap Shani lagi.

Pada akhirnya aku mengalah, kuceritakan alasan kenapa aku bisa 'kabur' tadi. Tak lupa juga aku memberikan pembelaan dan penjelasan kalau sebenarnya aku bukan berniat untuk kabur.

"Gimana? Udah enakan?" tanya Shani ketika aku selesai bercerita. "Lega kan kalo akhirnya diungkapin, daripada dipendem sendiri.."

Aku langsung memeluk Shani seusai dia mengatakan hal tersebut.

"Makasih.. Makasih karna kamu ada" ungkapku masih sambil memeluk Shani.

"Aku yang makasih" balas Shani. "Kamu selama ini udah ngelakuin banyak hal baik tapi jarang daper ungkapan 'makasih' kan.."

Aku semakin mempererat pelukanku yang lalu dibalas oleh Shani dengan pelukan dan juga belaian lembut di kepalaku yang membuat diriku makin nyaman berada di dekatnya.

"Good night, mas.."


IMG-20210103-004546.jpg



Bersambung.jpg



-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Pertama, maaf..
Maaf kalo dalam beberapa waktu ke depan saya mungkin akan jadi agak norak
Harap maklum, udah lama ga ngerasa dinginnya puncak wkwkwk

Bukan. Bukan itu..
Maaf.. Maaf banget baru bisa update
Karena ada kendala satu dan lain halnya
Kayak...., forum ini juga sempet ga bisa diakses kan (ini alesannya maksa banget, padahal beberapa hari lalu juga udah bisa diakses. Udah ganti ava juga. Cih..)

Terus sempet badmood juga karena beberapa waktu lalu diminta seseorang buat nemenin ke salon, tapi ternyata saya dijebak.. Ngertilah harusnya ya, intinya rambut saya sekarang jadi lebih pendek dari sebelumnya

Eh, tapi kalian ga usah berspekulasi yang engga engga lho ya
Emang ada yang baru potong rambut sebelum pulang kampung
Ada juga yang ganti model rambut dari yang panjang jadi bondol
Terus ada juga yang di caption tiktoknya bilang kalo habis nyalon
Dan ada yang baru jadi among tamu (biasanya kalo kayak gitu, nyalon dulu kan)
Oh iya, sobat Sency juga baru potong rambut lagi kan. Tapi kan udah ketahuan yang mana guguknya, dan itu bukan saya..

Pemilik akun yang 'dianggap meresahkan' ga mungkin bener-bener punya hubungan khusus sama member dong..
Tidak. Saya hanya bercanda. Jangan dianggap serius gitu dong

Terus..., apa lagi ya?
Udahlah ya, gitu aja deh kayaknya


Makasih
• TTD H4N53N


Yakin udah dibaca semuanya?
Karena sebenernya ada link tersembunyi disana..

Baiklah, selamat mencari wkwkwk


























Ini soal si sempurna..
Mungkin ada yang bersyukur karena dia ga kena dampaknya
Oh, maaf.. Bukan mungkin, tapi pasti. Pasti ada yang bersyukur. Banyak.

Tapi, mungkin ada juga yang bertanya-tanya.., Kok dia ga kena sih?
Kan dia udah lama
Kan dia udah lulus kuliah juga


Karena biasanya emang yang udah lulus kuliah, ga lama setelahnya ngumumin buat lulus dari 'hal lain' juga..

Kita semua tahu, dia orangnya ga enakan..
Kalo ga enakan, kenapa dia ga mundur biar para aset masa depan itu ga kena dampaknya...,

Tapi apa bener kayak gitu?
Siapa tau kalo sebenernya dia udah ngajuin buat mundur biar para juniornya terselamatkan, tapi ditahan sama manajemen.. Karena mungkin manajemen ga mau ambil resiko juga dengan 'para aset masa depan' yang belum pasti, sedangkan dia... kita udah bisa liat sendiri kan kayak gimana perngaruh dia saat ini di grup ini..

Ga usah nyalahin siapapun
Jangan nyalahin siapapun
Karena emang mau gimana lagi, keadaannya lagi gini

Dan saya juga berharap agar kalian engga berfikir untuk berhenti ngedukung grup ini..

Karena kalo kalian berhenti ngedukung mereka, pengorbanan ke 26 gadis itu akan sia-sia

Jadi.., intinya....
Ga dapet punchline lagi. Siyal

Ya kalian ngerti lah maksud saya kayak gimana
Ngerti ga sih? Ngerti kan..
 
Terakhir diubah:
Sekalinya update langsung makan tiga, emg si Kampret satu ini paling jos wkwkwkk.

Kak ian yakin mau ngelepas Thacil?👉👈

Welkombek ke uel mangg :D

Tq updatenya suhuu, udh kyk nunggu snk sebulan sekali.😭😭
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd