Update ke 6 :
()()()()()() AKU CINTA KAU DAN DIA ()()()()()()
________FigurX Productions 2020____________
××××××××××
Part 6
Sempel 2
Riang suara Nesya bermain ayunan bersama Mama nya. Yosa tersenyum menikmati pemandangan tersebut. Pagi sedikit siang itu mereka bermain bersama di kebun bibit Surabaya. Keakraban terbentuk, keserasian tercipta. Sendau gurau mereka bertiga layaknya keluarga kecil yang harmonis.
"Pean pacarnya mbak yang kamar 31 itu ya mas?", ucap Tyas membuka percakapan tatkala Nesya sedang asyik menikmati es krim tanpa pedulikan Mama nya yang juga asyik ngobrol dengan Yosa.
"Iya awalnya begitu..", jawab Yosa lirih.
"Awalnya begitu, maksudnya?", nalar Tyas seperti tak bisa mencerna ucapan Yosa.
"Awalnya kami berpacaran sebelum akhirnya kami bertengkar dan putus kontak hingga kejadian kemarin pagi, sampai hari inipun aku tak tahu kemana dia berada", ucap Yosa mempertegas kalimat sebelumnya.
"Kemarin pagi aku sudah berniat memperbaiki hubungan atau sebaliknya mengakhiri. Namun kenyataannya dia menghilang yang secara tidak langsung dia memilih opsi ke dua yaitu ingin berpisah dariku..hmmm", lanjut Yosa.
Kemudian perlahan Yosa menceritakan awal perkenalan dengan Mita. Kemudian komitmen untuk berpacaran. Hubungan intim layaknya yang semua pasangan inginkan. Hingga ragam pertengkaran tak masuk akal yang diusung Mita.
Tyas terdiam menghayati setiap kalimat yang diucapkan Yosa. Dalam hati ia mengagumi sosok Yosa yang kalem dan tenang. Terlihat berlawanan dengan tabiat pacar Yosa yang sesuai cerita dari Yosa adalah cewek yang mudah naik darah tanpa sebab yang jelas. Di sisi lain Tyas menilai bahwa Yosa tidak sekedar kalem, namun pada hal tertentu seperti kejadian dengan sekuriti pagi kemarin terlihat bahwa Yosa juga bisa menunjukkan taringnya. Sebuah pribadi yang membuat Tyas merasa terpesona. Namun dia sebagai perempuan tentu malu jika harus mengutarakan hal semacam itu.
Di lain pihak, Yosa melihat Tyas juga dengan kekaguman yang sama. Seorang wanita yang tegar menghidupi anaknya seorang diri. Wajahnya cantik, masih muda, orangnya santai dan kalem namun bisa juga menunjukkan taringnya tatkala dibutuhkan seperti yang terjadi pada kejadian kemarin pagi yang serta merta ia melerai perkelahian seorang diri. Ada juga kekaguman Yosa terhadap Tyas yang mampu menjadi pendengar yang baik saat Yosa bercerita panjang lebar tentang hubungannya dengan Mita. Tyas mampu mengendalikan diri dengan baik. Umumnya, orang yang dicurhati akan ikut terpancing emosi pencerita dan kemudian memberikan gong penyemangat amarah.
Namun ada ganjalan dalam benak Yosa. Disamping ia harus mencari kejelasan hubungan dengan Mita, Yosa juga harus memenuhi panggilan cintanya terhadap Nesa yang sedang menunggu dalam sekarung rindu nun jauh di Lampung sana. Yosa bukan tipe cowok yang suka menarik ludahnya sendiri.
"Yas.. boleh aku ngomong sesuatu?", tanya Yosa setelah beberapa menit mereka diam terpekur dalam alam pikir mereka sendiri.
"Apa mas.. monggo", jawab Tyas lembut dan tenang setenang angin yang bertiup sepoi menerpa wajah mereka.
"Aku paham bahwa kamu adalah sosok pribadi yang matang. Pola pikirmu sangat dewasa. Maka aku harap kamu bisa mencerna apa yang akan aku ucapkan", terasa berat Yosa mengawali kalimat ini, kerongkongannya serasa tercekat dan lidahnya begitu kelu.
"Injih mas", balas Tyas takzim. Yosa tersenyum, dia menemukan satu tanda yang jelas bahwa Tyas memang tertarik padanya.
"Kamu perlu paham posisiku, pertama aku harus menemukan kejelasan hubungan dengan pacarku yang bernama Mita. Kedua, aku mengakui bahwa aku juga sedang dekat dengan seorang wanita dari Lampung dan itupun juga perlu aku cari kejelasannya. Ketiga, kamu tentu bisa menilai bahwa aku memiliki ketertarikan padamu. Memang demikian adanya. Jadi yang perlu kamu serap adalah biarkan aku melangkah menemukan takdirku. Biarkanlah Tuhan menyatukan kita dikemudian hari jika memang kita berjodoh. Berikan aku waktu maksimal 6 bulan kedepan untuk menemukan cinta sejatiku. Dalam kurun waktu itu aku tak menutup diri, kamu boleh memberikan perhatian padaku, kamu boleh berjuang merebut hatiku, akupun juga akan tetap baik sama kamu dan Nesya tanpa mengurangi takaran sedikitpun", Yosa mengungkap kan semua yang menyumpal di benaknya. Yosa paham bahwa Tyas sosok yang beda, keterbukaan malah akan membuat ia simpatik.
Suasana hening beberapa saat. Semua terdiam, tak terkecuali Nesya yang jadi ikut diam melihat mamanya serius berbicara dengan Yosa.
"Mas.. ini mungkin terlalu prematur. Kita baru kenal dalam 2 hari. Tapi aku juga memiliki keyakinan yang sama dengan yang mas rasakan. Aku mengakui ketertarikanku kepada mas Yosa. Dan aku sangat sangat bahagia mas mampu mengucapkan itu semua. Aku menyukai keterbukaan dan mas sekali lagi sangat sangat memenuhi ekspektasiku. Aku hanya mampu berdoa, semoga kelak mas bisa menjadi ayah bagi Nesya-ku", tetes air mata mengalir perlahan membentuk garis panjang membelah kedua pipi indah Tyas. Bukan airmata duka. Namun airmata yang sarat akan doa, harapan, dan kebahagiaan.
Berrrt brttt..
Handphone Yosa bergetar, satu pesan whatsapp masuk yang ternyata dari Doni
Doni (D) : Bro, gendakanmu teko (pacarmu datang)
Yosa (Y) : Wihhh ciamik. Meluncur bro.. sebisa mungkin tahan dia sampai aku datang yo
D : Rebes bro
Y : Suwun sob (terimakasih sobat)
D : Telek
Yosa tersenyum membaca balasan terakhir dari Doni dan memasukkan kembali handphone ke dalam kantong celananya.
"Yas, penghuni kamar 31 udah dateng. Kabar baik buat kamu ini, satu masalah akan terlewati hahaha. Yuk balik..ehmm ini mau jam 1, kamu juga perlu istirahat, katanya masuk shift sore", Yosa terlihat sedikit berubah riang.
"Kabar baik tapi juga bisa buruk mas, kalo kamu berdamai dengan mbak 31, sudah deh end buat saya hehe", sedikit sinis Tyas menjawab, namun berusaha ia tutupi dengan senyuman.
Crupp..
Sebuah kecupan hangat dan cepat mendarat di bibir Tyas, hanya sekian detik dan kemudian berlalu.
"Yakinlah.. untuk cewek yang ini aku rasa kamu lebih unggul", bisik Yosa singkat kemudian tersenyum dan berlalu menggendong Nesya ke arah parkiran motor. Tyas membalas senyum itu dan berlari mengejar Yosa. Mengejar harapannya agar tak sirna.
...skip...
"Lho mbak kok jalan kaki", sapa Yanto melihat Tyas berjalan santai bersama Nesya memasuki gerbang kosan. Padahal sejatinya Yanto Cs sudah paham tentang trik cerdas sahabat baru mereka, Yosa. Tyas hanya tersenyum dan melintas. Tatapan sekuriti mengantarkan tubuh seksi Tyas yang terlihat aduhai berbalut kaos putih sporty dan celana jeans ketat.
Selang beberapa menit muncul Yosa mengendarai motornya. Kedua sahabatnya melihat dengan tersenyum.
"Bro, siaga yo.. kalau ada apa-apa nanti aku call", ucap Yosa kemudian berlalu ke arah kamar nomer 31. Lingkaran pertemuan ibu jari dan telunjuk mewakili jawaban Yanto dan Doni mengamini apa yang disampaikan Yosa.
Tokk tok tokk
Kreeek..
"Mas Yos, ada apa?", Mita muncul di ambang pintu dengan wajah sayu. Terlihat ia seperti sangat lelah. Pakaian Mita bagian atas yang hanya ber tank top ria, dan hot pant di bagian bawah tak membuat Yosa tergiur sedikitpun seperti sebelum-sebelumnya.
"Boleh aku masuk?", ucap Yosa pelan.
"Iya tapi sebentar saja, aku mau istirahat", jawab Mita bernada ketus.
Mita berlalu ke bagian dalam bilik kamarnya untuk mengambilkan Yosa minum. Di kosan yang ditempati Mita memiliki 2 ruangan terpisah berbentuk L. Satu ruangan terhubung dengan pintu keluar sekaligus sebagai ruang tamu. Ukurannya berkisar 2x5 meter memanjang kesamping. Ruangan kedua berfungsi sebagai ruang tidur lengkap dengan kamar mandi berbentuk persegi berukuran 4x4 meter terhubung langsung dengan ruang tamu melalui satu celah berukuran pintu dan hanya tertutup korden.
"Gausah lah dek minumnya, tambah kelamaan engko aku disini", teriak Yosa memberitahu Mita.
"Iyo mas", jawab Mita dari dalam
"Koen nang ndi dek kok baru kelihatan?" (Kamu kemana de kok baru kelihatan), Yosa berbasa-basi sekedar untuk memecahkan kekakuan obrolan diantara mereka.
Tak dinyana tak diduga, Mita muncul di ruang tamu dengan membawa sebilah pisau dapur. "Lapo pean takon aku nang ndi?, kate nuduh selingkuh maneh?, cek kejem e dadi uwong. Iki lading.. patenono ae aku mas. Lek sampean ga gelem yo jen aku seng mati dewe, jen puas atimu mas !!!" (Kenapa tanya aku kemana?, mau nuduh aku selingkuh lagi?, kejam banget sih kamu jadi orang. Nih lihat pisau.. bunuh saja aku mas. Kalau kamu tidak mau ya biar aku bunuh diri, biar puas hatimu mas !!!), Mita kalap mendekat ke arah Yosa.
Yosa masih saja tenang karena sudah sangat sering ia menghadapi Mita semacam ini. Masih sempat Yosa mengirim sebuah pesan whatsapp untuk kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan perlahan mendekati Mita. Perlahan Yosa melangkah dan terkesan sangat perlahan seperti mengulur waktu.
Tepat saat pintu kamar yang tiba-tiba terbuka dari luar dan otomatis Mita menoleh kesana, kaki kiri Yosa selangkah bergeser sedikit serong ke sisi kanan luar dari tubuh Mita dan dengan sangat cepat mengangkat kaki kanannya tinggi kemudian mendaratkan tumitnya tepat di pergelangan tangan Mita. Terlemparlah pisau dari tangan Mita bersamaan dengan masuknya dua orang sekuriti ke ruang tamu kamar Mita.
Sejurus kemudian Yosa bergerak cepat ke belakang tubuh Mita untuk mengunci kedua tangan Mita dari sisi belakang. Mita terhenyak mengalami kejadian yang begitu cepat. Dia kini hanya mampu meronta.
"Bro.. tulung gantian cekeli arek iki, awas tapi.. ga kathek koen rempon lho yo, tak gibeng koen engkok" (Bro.. tolong gantian kalian pegangi cewek ini, tapi awas.. ga boleh cari kesempatan pegang dada, bisa ku hajar kalian berdua nanti), ucap Yosa pada Yanto dan Doni sembari sedikit berseloroh. Yanto dan doni hanya terkekeh mendengar ucapan Yosa namun tetap maju ke arah Mita.
"Hehh stopp iki urusan pribadi, lapo satpam bangsat iki melok mlebu rene" (Hehh stopp ini urusan pribadi, ngapain satpam bangsat ini ikut campur?), bentak Mita galak.
"Menengo cangkemu cuk !!. Koen iku SEMPEL, stress. Yapo olehku iso ngobrol lek polahmu koyo setan ngunu. Wes menengo, pisan maneh ngeyel.. tak kirim nang menur koen !!!" (Diam kamu bangsat !!. Kamu itu gila, stress. Gimana aku bisa ngobrol kalau tingkah mu seperti setan gitu. Diamlah, sekali lagi rewel.. ku kirim ke RSJ menur kamu !!!), bentakan Yosa lebih menggelegar melebihi kegalakan Mita. Seumur-umur baru kali ini Mita melihat Yosa segalak itu. Mengkerut juga akhirnya Mita menuruti apa kata Yosa.
"Aku ga ngoros koen nang ndi. Aku cumak kate takon.. koen isih gelem dadi pacarku opo ga?. Lek koen ancen pacarku kudune koen terbuka gelem crito wingi nang ndi ae. Siji maneh, lek ancen koen pacarku kudune gelem nurut barek aku, ojok ngomak ngamuk sak penak dengkulmu, mok kiro aku jongosmu ta?" (Aku ga peduli kamu kemarin kemana. Aku hanya mau tanya.. masih mau jadi pacarku ga?. Kalau emang kamu pacarku, harusnya bisa terbuka dan mau cerita kemarin kemana saja. Satu lagi, kalau emang kamu pacarku harusnya mau aku nasehati, jangan dikit-dikit ngamuk se enak dengkulmu, kamu kira aku pembantumu?), Yosa kembali duduk dan menegakkan badannya menghadap ke Mita yang masih posisi berdiri dan terkunci dari belakang.
"Pantes ta aku ngomong didengerin dua orang ini?", tanya Mita sambil melotot ke samping kanan dan kiri.
"Mereka saksi, jelas??", tegas Yosa berucap.
"Ok mas, aku juga cuma mau ngomong satu aja. Aku ga bersedia memberi tahu tentang dimana aku kemarin. Ok, selesai", Mita yang menggemaskan berubah menjadi Mita yang menyebalkan.
Dalam hati Yanto dan Domi "Bener aja kata Yosa, menyebalkan nih cewek.. woooo kudu tak rempon kuat-kuat ae susune.. asuu" (wooo pengen ki remas aja susunya kuat-kuat.. anjing". Namun nyatanya mereka masih bisa menahan diri.
"Ok kesimpulan yang jelas yah, kamu udah ga mau jadi pacarku.. gimana saksi?", sambung Yosa tegas.
"Saahhh", jawab Yado (Yanto dan Doni) serempak. Hampir saja Yosan terpingkal-pingkal demi mendengar tersebut. Tapi harga dirinya lebih ia utamakan mengingat Mita sudah mencabik-cabiknya.
"Baiklah dek Mita.. kita berawal dengan baik-baik, maka berpisahpun juga dengan baik-baik. Mas sekuriti tolong lepaskan mantan pacarku", Yosa melangkah maju ke arah Mita kemudian mengecup lembut bibir Mita. Mita terperangah, begitu juga Yado. Namun itu tak berlangsung lama. Sejenak kemudian Yosa melangkah ke arah pintu.
"Yuk mas sekuriti kita pamit. Dek Mita, dulu hingga detik ini aku masih mencintaimu. Setelah aku melewati pintu ini maka kamu bukan apa-apa ku lagi. Cinta berakhir dan kita hanya teman. Ok.. bye", Dua sekuriti mengikuti langkah Yosa meninggalkan ruangan tersebut. Namun selangkah sebelum Yosa mencapai pintu, Mita berteriak.
"Tunggu masss...", Mita berlari dan menghambur memeluk Yosa.
"Mas, kamu adalah kenangan terindah buatku mas. Tak ada satupun mantan Mita yang bisa melebihi kesabaran dan perhatianmu. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Terimakasih mas atas semuanya. Maafkan aku.. hiks hikss", Mita tersedu.
"Stttt, sudah ya.. nangisnya nanti aja di kamar sana. Tunggu aja, setelah ini akan ada orang yang akan melebihi perhatianku ke kamu. Kamu boleh pegang omonganku ini", Ketegasan sosok Yosan terlihat begitu jelas. Intonasi, keyakinan ucapan, hingga ketenangan berbicara sungguh membuat semua yang ada di ruangan tersebut tercengang.
"Yawes gitu aja, selamat siang Mitakuhh
", lambaian tangan Yosa mengakhiri sisa tubuhnya yang menghilang dibalik pintu kamar.
...skip...
"Hebat koen ndeng.. lek aku ngerti pacar ngerangkul maneh koyo iku mau karo nangis yo sido tak gebleh maneh ga katek suwe hahaha" (Hebat kamu bro.. kalau aku melihat pacar merangkul lagi sambil nangis ya sudah aku kikuk-kikuk lagi GPL hahaha), tangan Yanto merangkul pundak sahabatnya dan beriring bertiga menuju pos sekuriti.
"Hebat opone cuk.. wingi-wingi aku yo koyok koen, ngalah, kelon maneh.. tapi panggah ae ga berubah arek iku" (Hebat apanya.. kemarin-kemarin aku kayak kamu, mengalah, tidur bareng lagi.. tapi ternyata tetep aja anak itu ga berubah), jawab Yosa dan menghentikan langkahnya.
"Sek sek.. ngomong soal tidur bareng.. mending aku sekarang tidur di kamar 41 rek.. wkwkwk. Sek yo", Yosan memutar langkah menuju kamar Tyas. Yanto dan Doni hanya bisa geleng-geleng kepala melihat polah tengil Yosa yang konon katanya kalem dan pendiam.
...skip...
"Selamat ya mas, kamu udah lega dengan terselesaikannya satu masalah", ucap Tyas yang sedang menemani Yosa ngobrol di ruang tamu kamar kos Tyas.
"Kamu yang selamat, selangkah lebih maju hahaha..", Goda Yosa.
"Ish apaan sih", Tyas merajuk manja. Yosa memeluk pundak Tyas yang duduk disampingnya. Tyas menurut dan meletakkan kepala di dada Yosa.
"Kita ini apa ya mas? Status ga jelas, tapi berpelukan..", ucap Tyas lirih sambil tetap merebahkan kepala di dada Yosa.
"Kita tak butuh status fatamorgana Yas.. Status yang jelas ya nanti namanya suami istri. Kalau sekarang sih kita saling paham kok apa yang kita butuhkan, apa yang kita tunggu, apa yang kita mau. Jadi ikuti aja kata hatimu. Jika kamu yakin aku milikmu maka aku adalah milikmu", ungkap Yosa berceramah.
"Iya mas, Tyas paham.. ucapanmu sudah seperti ucapan kepala rumah tangga bagiku", sambut Tyas lagi-lagi dengan sangat lembut. Hingga melembutkan sekujur tubuh dan hati Yosa, tapi tidak untuk satu benda di bawah sana. Benda itu akan semakin keras jika diberi kelembutan
Hemmm koen Yosss, rasakno.. kebulet kebulet koen nang lingkaran enyar ambe Tyas... coba ndeloki, yopo maneh polahmu maringene
"Nesya mana Yas?", tanya Yosa celingukan mencari si riang lucu.
"Tidur mas, kecapekan abis dari kebun bibit tadi", jawab Tyas pelan.
"Nah trus gimana dong kerja nya kalau Nesya belum bangun, katanya shift sore. Bentar lagi berangkat lho", tanya Yosa lagi, keppo.
"Aku sebenarnya off mas hari ini, tadi sih sengaja bilang masuk sore biar kita ga lama-lama diluar. Maklum mas namanya baru kenal, khawatir gimana gimana", Tyas menahan senyum sambil menjawab pertanyaan Yosa.
"Kalau sekarang udah kenal?", tanya Yosa tiada henti.
"He eh", jawab Tyas pendek sambil tersenyum dan mendongak keatas menatap wajah Yosa.
Slurrrp...
Tanpa menunggu aba-aba Yosa melumat bibir Tyas dengan gemas. Tyas menerima ciuman bibir tersebut. Kecipak permainan lidah mulai terdengar. Cukup lama mereka melakukan itu hingga akhirnya berhenti sejenak. Mereka terengah-engah kehabisan napas karena terlalu bersemangat berciuman. Mereka pun saling berpandangan dan tersenyum bersama.
"Mass ehhm.. aku ngomong tapi jangan diketawain ya", bisik Tyas yang kini sudah berada di pangkuan Yosa dan bergelayut manja seperti seorang bayi dalam gendongan ayahnya.
"Iyaah.. apa sih..", tanya Yosa penasaran.
"Kalau pengen anu boleh minta ya meski tak ada status pacaran?", tanya Tyas malu-malu. Ia tersipu, pipinya merona merah menambah cantik wajah mama yang masih sangat muda tersebut.
"Sekarang aku balik tanya deh, bolehkah aku bilang sayang meski kita tanpa status pacaran?", ucap Yosa pelan namun sangat bermakna.
"Yaa boleh aja doong, kenapa tidak..", jawab Tyas genit membuat Yosa seakan ingin menerkamnya.
"Yaa jawaban pertanyaanmu sama seperti ucapan sayang tadi. Jika kamu nyaman dan mau ya itu pilihanmu. Kan sudah aku bilang dari awal tadi.. Jika kamu yakin bahwa aku milikmu, maka aku adalah milikmu", lanjut Yosa
"Cinta itu rumit ya mas", ungkap Tyas bertukar pikiran dengan orang spesial yang baru hadir di kehidupannya.
"Cinta itu simpel, hanya pikiran yang membuatnya rumit. Jalani sajalah, ikuti kata hati. Itu saja", balas Yosa kembali berpetuah.
"Siaaaap bosss", senyum Tyas terkembang. Ia sekarang tak peduli lagi pada kecamuk pikiran yang silih berganti tak menentu, tak pasti. Ia hanya ingin mengikuti kata hati. Jodoh atau tidak itu urusan nanti.
"Trus sekarang mau minta anu?, sudah yakin sama aku belum?", Yosa menggoda mencoba menggoyahkan pendirian Tyas. Namun Tyas hanya tersipu malu tanpa berkata apapun.
Melihat lampu hijau menyala benderang, Yosa dengan cepat kembali melumat bibir mungil Tyas. Masing-masing saling melumat tanpa jeda. Gelegak jiwa telah meronta-ronta.
Perlahan Yosa mengajak Tyas untuk berdiri dan mencoba melucuti pakaian yang melekat pada tubuh Tyas. Tyas menurut saja, bahkan ia juga mulai sibuk membuka pakaian yang dikenakan Yosa. Dalam hitungan menit kini mereka telah benar-benar telanjang tanpa ada seutas benangpun menempel pada tubuh mereka. Yosa sedikit melangkah mundur menikmati pemandangan indah dihadapannya.
"Wahh kamu cantik dan sangat seksi sayang. Dadamu padat proposional. Kulitmu putih.. pinggulmu lebar menyokong bulatan sekal buah bokongmu. Pahamu padat berisi tapi tidak gemuk. Ooh sungguh rugi mantan suamimu telah menyia-nyiakan kamu", decak kagum Yosa bukan hanya sekedar hiburan untuk Tyas namun nyata adanya. Bagaimanapun juga Tyas adalah wanita yang masih sangat muda dan memiliki daya tarik magis seperti wanita-wanita muda lainnya. Itu bukan berarti wanita yang lebih tua akan hilang daya tariknya. Ini lebih kepada konteks pembahasan seputar Tyas.
Tyas tersipu malu tanpa mampu berucap apa-apa. Saking gugupnya Tyas sampai ia sama sekali tak memperhatikan batang jumbo yang ada di antara dua kaki Yosa.
Perlahan Yosa menuntun Tyas rebahan diatas sofa ruang tamu kamar kosan. Yosa ingin memanjakan wanita elok dihadapannya yang sepertinya telah cukup lama tak mereguk manisnya sirup cinta. Yosa mencium bibir Tyas yang nampak setengah terbuka menahan gejolak nafsu yang mulai menjalari tubuh. Mata Tyas terpejam menikmati percumbuan itu.
Masih dalam berciuman Yosa menggerakkan tangannya meraba halus kulit tubuh Tyas. Jari jemari Yosa berputar disekujur tubuh Tyas hingga membuat tubuh Tyas bergerak-gerak lembut menikmati bulu kudu yang meremang hampir disemua bagian tubuh. Perjalanan jemari Yosa berhenti di dua bukit kembar yang bulat menggoda.
"Ehmmm..", Tyas mendesah pelan saat Yosa mulai menekan dan meremas dadanya.
"Ehhm mas.. sssst", lanjut desah Tyas.
"Ouuugh...masss", Tyas mengejut saat Yosa mencoba memilin puting ranum yang masih cukup orisinil warnanya. Mungkin mantan suami Tyas jarang memainkan bagian ini. Begitu juga Nesya mungkin tidak minum asi sehingga tonjolan di puncak dada Tyas masih terlihat wah seperti pengantin baru.
Tak cukup itu, Yosa perlahan menghentikan ciuman dan mulai berkonsentrasi mengulum buah dada Tyas. Alhasil Tyas langsung kelojotan dibuatnya.
"Awwwh mass.. ehmmmmmhh", desah Tyas meninggi tatkala putingnya menjadi bulan-bulanan mulut dan tangan Yosa.
Melihat respon positif dari Tyas, Yosa menjalarkan tangannya mencari lubang surgawi diantara selangkangan Tyas.
"Oooouhhh... aaah sssst", tubuh Tyas melengkung membentuk seperti jembatan saat tangan Yosa mulai menggesek area paling sensitif di tubuh Tyas. Dengan gerakan berpengalaman Yosa menggosok, menusuk, dan menggoyang area kewanitaan Tyas. Masih pula mulut Yosa melumat buah-buahan ranum di dada Tyas.
"Oohh sayang.. nikmat sekali...hmmm", Tyas semakin terbiasa menerima perlakuan Yosa atas dirinya. Tubuhnya meliuk mengikuti permainan tangan dan mulut Yosa.
"Oooh aku mo nyampe mas... ooohh", Yosa semakin bersemangat menfokuskan rangsangan pada mulut kemaluan Tyas saat mendengar bahwa orgasme Tyas akan segera datang.
"Oooooh masss... aku nyampehh...ehmmm ahhhh", tubuh Tyas mengejang. Tangan Yosa dijepit kuat oleh kedua kaki Tyas. Yosa sejenak berhenti dari aktifitas rangsangannya.
"Hmmm.. makasih mas, ini kenikmatan terdahsyat yang pernah Tyas rasakan sejak awal nikah hingga sekarang, mantan Tyas tidak pernah membuat Tyas puas hingga seperti ini", Tyas berucap manja sambil mengelus dada bidang Yosa.
"Tyas mau dilanjut?", tanya Yosa memastikan kesiapan Tyas.
"He em sayang, aku ingin jadi milikmu sepenuhnya", jawab Tyas sedikit mendesah. Membuat Yosa dan palkon dibawah sana pusing tujuh keliling
.
Yosa segera mengambil posisi menelungkupi tubuh Tyas. Sejenak Yosa mencium bibir mungil dihadapannya dan kemudian menggesekkan palkon berhelm tempur ke lubang senggama Tyas.
"Uuhmm geli sayang..", bisik Tyas.
Perlahan Yosa menekan masuk batangnya. Tyas terbelalak kaget. Sedikit ia mendorong tubuh Yosa agak naik guna ingin menyaksikan batang kejantanan Yosa yang telah mengejutkannya.
"Iku opo mas?, kok gede banget... iih takut. Punya suamiku dulu paling ga sampai setengah dari ini", ucap Tyas sedikit panik.
"Kalau kamu ragu yaudah kita tunda saja lain hari", bisik Yosa.
"Engga mas.. lanjut aja, aku cuma kaget. Tapi kayaknya muat deh. Bayi Nesya aja bisa lewat situ kok", balas Tyas meyakinkan Yosa.
"Uhhhhh.. mass", Yosa kembali menekan pelan batangnya dan menghssilkan lenguhan syahdu dari bibir mungil tyas.
"Terussh kan mass.. oooh", lanjut Tyas terpejam
Yosa sangat menguasai cara jitu menghadapi hal semacam ini. Yosa segera melakukan tehnik AAB sebuah istilah yang ia buat sendiri yakni dua kali tujukan pendek dan satu kali tusukan maksimal. Dengan gerakan pompa tahan - pompa tahan - full akan membuat dinding kewanitaan Tyas beradaptasi menyesuaikan. Dengan cara itu pula cairan pelumas akan semakin banyak melumuri setiap milimeter daging yang dilalui oleh batang Yosa.
Beberapa kali pengulangan AAB kini hampir seluruh batang Yosa mampu menyumpal ke dalam liang kedut Tyas.
"Oooooghh....", Tyas mendesah panjang saat Yosa menekan habis batangnya. Yosa mendiamkan sejenak batangnya terkurung rongga nikmat agar Tyas sedikit rileks dan terbiasa menerima benda gede asing di selangkangannya.
"Ayo sayang goyang yukk... aku pengen rasain kontol gede iki", Tyas mulai rileks dan tumbuh kebinalan dalam dirinya.
Perlahan tapi pasti Yosa menarik dan menusuk lubang memek tyas. Semakin lama semakin cepat dan cepat hingga terdengar suara kulit selangkangan Yosa beradu dengan kulit Tyas.
"Ouhhhh mas hmmmm.. ahhh", Tyas mulai mendesah menikmati
"Enakk mas kontolnya.. guedeee banget... uhhh", rancau Tyas semakin binal.
Entah mengapa Yosa sudah mulai merasa bahwa batangnya akan segera muncrat. Tidak seperti biasanya yang sangat lama. Mungkin karena Yosa terlalu menggebu menikmati kisah pertamanya bersama Tyas sehingga merenggut daya tahannya.
"Masss aku mau nyampe lagi mass..oooh ohh", teriak Tyas.
"Aku juga mau sampe Yas..ooh hmm", teriak Yosa membalas.
"Oooh oooh mass aku nyampe lagiiiii.., aaaaaaahhh", Tyas kembali mengejang dan menjepit batang kekar Yosa. Merasakan jepitan yang sangat nikmat, Yosa semakin pula merasakan cairannya tak akan lama lagi akan menyembur.
"Yas aku mau keluar yas..ohh", desah Yosa
"Di dalem aja mas gpp.. aku belum lepas steril", sambut Tyas membahagiakan hati Yosa.
"Ooooohh keluaaarrr", Yosa menggeram mendapati klimaks
Berdua mereka terkulai lemas. Yosa segera beringsut dari tubuh Tyas dan duduk. Begitu pula Tyas yang ikut duduk disamping Yosa. Kepala Tyas bersandar di bahu Yosa.
"Makasih ya mas atas semuanya, aku sangat bahagia mas. Aku menunggu kabar terindah untukku setelah kamu pulang dari Lampung", lirih Tyas bersuara. Tenaganya belum terlalu pulih. Napasnya masih agak tersengal.
"Semoga engkau takdirku Yas.. tapi bagaimana pun juga hasilnya nanti, aku tetap akan selalu membahagiakanmu sayang", balas Yosa dengan ucapan penuh rasa kasih.
××××××××××
Cerita semakin berliku dan menantang. Tetap tunggu kehadiran update berikutnya. Support dari pembaca adalah penyemangat bagi kami untuk melanjutkan kisah ini.
#staydisini #pantenginterus #jangankasihkendor