Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG ACKD 2 (By : FigurX)

PART 3 : DENGANMU AKU TENANG
Hanya denganmu!







SCENE 1, KUPENUHI JANJIKU

--------------------------------------



Kadangkala duka itu hanya bunga,
Wangi yang tersimpan untuk lusa,
Ketika takut adalah khawatir tak bermuara,
Disitulah muncul harapan keindahan.

Aku hanya manusia yang kadang ragu,
Rasa yakin terpuruk dalam sendu,
Ingin menjadi haru biru,
Lupa bahwa Sang Maker Maha Tahu.

Luap gerak jiwa mengurai problema,
Tak sekecil kerikilpun mendera,
Lelah kan terbiasa,
Menyongsong cita.

Lukisan pagi masih membekas di kepala,
Tak lagi guna aral melanda,
Hari ini dan nanti biarkan ku songsong ceria,
Bukan waktu, bukan pula renjana,
Namun aku yakin kau kan terbiasa,
Melihat duka laksana bunga.



----------



"Saya terima nikahnya Nesadewi binti Sugeng Sosroningrat dengan mas kawin tersebut tunai,"

Yosa asyik melamun dan membayangkan betapa bahagianya dia dan Nesa, nanti setelah akad nikah. Hari itu Yosa sedang dalam pesawat menuju Lampung. Dikursi depan Yosa nampak bapak dan ibu Yosa yang juga ikut berangkat. Disamping Yosa, ooh Dodo lagi tidur, ngiler kotos-kotos.

"Weii ndul bangun, mau landing iki lho..walah turu ae. Tak uncalno menjobo kapok koen (ku lempar ke luar mampus kamu)!" usik Yosa membangunkan Dodo yang tak bangun-bangun.

"Jangkrik koen Yos, ganggu ae. Enak-enak mimpi kenthu ambe pramugari haree!!"
Dodo bersungut. Namun jitakan Yosa menyadarkan ruh-nya sesadar-sadarnya. Sekian menit lagi pesawat akan menghujam turun menapaki bumi.

Di pintu kedatangan terlihat Nesa sudah menunggu seperti dulu. Si cantik, si imut masih saja cakep tak berubah. Yosa sudah kangen setengah modyar pada gadis itu.

"Haloo sayang..."
Yosa memeluk Nesa melepas rindu.

"Eh kenalkan, ini bapak dan ibu, yang ini Dodo sahabat juga saudaraku!!"
Yosa tak lupa memperkenalkan semua yang ikut datang bersamanya.

"Lhukkk Yoss.. ehh ehh ehhhh...iki menungso opo golekan (ini manusia atau boneka)?, ayu mingit-mingit seperti ini.."
Dodo yang notabene adalah kadal buntung no.2 ya langsung aja melotot heboh saat melihat betapa moleknya Nesa. Mata Dodo seperti melompak dari kelopaknya, menggelinding, berputar-putar di pelataran bandara lalu tergencet troly, modyar.

"Lambemu tak tapuk sempak lho (mulutmu kutampar pakai celana dalam lho)!!, ada bapak ibu kok ngomongnya ga di rem blas." Yosa melotot galak. Dodo mengkeret lalu menangis kosel-kosel (gulung-gulung) di lantai bandara.

"Bapak ibu, sugeng rawuh (selamat datang), sumonggo nderekaken (saya persilahkan), kita ke mobil. Mas Yos masih kuat nyetir kan??"
sapa si imut Nesa dengan riang.

"Saya saja yang bawa mobil. Calon penganten dan bapak ibu duduk manis saja!!" Dodo menawarkan diri.

"Emang bisa nyetir mas?" tanya Nesa memastikan.

"Hehe ga..." Dodo cengengesan.





----------



Romo Sugeng alias pak Sosro sudah menunggu dengan senyum ala pak raden saat rombongan Yosa tiba. Penekanannya di akhir pertemuan kali itu ternyata berhasil membawa calon menantunya kembali kesitu. Romo sangat yakin bahwa Yosa pasti kembali, seyakin perasaannya yang menilai bahwa adalah lelaki yang baik. Bukan sekedar baik, tapi spesial. Bukan hanya Nesa yang jatuh cinta. Romo pun sebenarnya telah jatuh hati pada Yosa.

"Wah wahh...sugeng rawuh (selamat datang) Raden. Sugeng rawuh bopo soho biyung (selamat datang bapak dan ibunya Yosa)," Romo gembira loka. Di belakangnya terlihat ibunda Nesa, Karjo adiknya Nesa, dan nenek tercinta. Mereka dalam formasi full team menyambut tamu agung ini.

"Apa kabar Romo?. Mugi tansah dipun paringi kesehatan (semoga selalu diberikan kesehatan)," Yosa tak kalah halus bertutur jawa. Membuat Romo semakin terkiwir-kiwir melihat calon mantu-nya.

"Tepangaken (perkenalkan), dalem (saya) Hadi Wijoyo dan istri. Orangtua Yosanda Dimitri," sang ayah idola Yosa, angkat bicara. Dodo diluar sana angkat sandal karena tak sengaja menginjak tai ayam saat datang. Sekarang Dodo mondar-mandir di halaman mencari kran air. Hmm jauh-jauh ke Lampung bukannya mendampingi dengan benar, eh malah sibuk berjibaku dengan tai.

"Sampun merendah begitu, Raden. Kawulo ingkang tersanjung sudah didatangi trah kerajaan kados panjenengan sekeluarga. Ngaturaken sembah pangabekti, Raden (jangan merendah seperti itu, Raden. Saya yang sangat tersanjung sudah didatangi oleh keturunan kerajaan seperti anda sekeluarga. Mengucapkan salam hormat dan kesetiaan, Raden)!!" Romo Sosro tak berkutik menghadapi priyayi yang jauh lebih tinggi derajat-nya. Tak seperti dia yang hanya ningrat kelas kampung. Begitukah pola pikir orang-orang yang masih berusaha memegang kuat budaya jawa.

"Hahaha...saestu njanur gunung. Sampun kagungan manah mekaten Pak. Jaman sudah modern. Kerajaan namung babagan lawas. Prayogi kito nguri alusing pakerti menawi kacithak dados ningrat, ugi menerapkan dumateng jaman ingkang kebak kemajuan punika (hahaha...jujur kami tersanjung. Jangan berhati seperti itu pak. Jaman sudah modern. Kerajaan hanya cerita usang. Lebih baik kita memelihara halusnya budi pekerti jika memang terlahir sebagai ningrat, juga menerapkan di jaman yang sudah penuh kemajuan ini)!" tampik ayah Yosa tak berkenan di agung-agungkan laksana raja. Kerendahan hati yang menurun kepada Yosa.

"Saget mawon panjenengan(bisa aja anda), Raden. Terkait kedatangan ke gubuk kami, apa yang bisa kami haturkan untuk Raden sekeluarga?" Romo masih saja sungkan. Terlihat dari pemilihan setiap kata, khawatir menyinggung perasaan tamunya.


"Huwoooo...wadohh teles kabehhh (wadoohh basah semuaa)!!!"

Lagi asyiknya pertemuan keluarga, Dodo yang ada di halaman, merusak kesakralan dengan berteriak lantang lagi cempreng.

"Dampuuutt Do!!"
batin Yosa kesal. Segera ia beranjak, diikuti Romo.

"Lapoo koen cukk (ngapain kamu cukk)!!. Malu-maluin aja!" bentak Yosa saat melihat Dodo yang duduk memelas di depan kran air.

"Kran e bocor Yos...iki bajuku basah semuaa!!. Sori tadi reflek teriak," wajah Dodo menghiba.

"Owalah hahaha...Jo Karjo, sini nak. Ini mas nya tolong dianter ke belakang, sekalian pinjami kemejamu yang cukup buat mas nya!" Romo memanggil adik Nesa dan mempersilahkan Dodo untuk membersihkan tubuh di belakang.

"Pangapunten (maaf) romo. Teman saya bikin ulah. Dia sahabat terdekat saya," Yosa memohon maaf. Gengsi dong.


Akhirnya acara lamar melamar pun dilakukan. Romo setuju dan sangat senang. Terlebih Nesa yang berulang kali memeluk ibundanya saking senengnya.

Karena jarak yang sangat jauh, maka pernikahan akan diadakan seminggu kemudian, demi mempersingkat waktu. Asalkan kebutuhan pendaftaran dan surat menyurat KUA sudah beres.

Keluarga Yosa mendapatkan tempat tinggal di belakang rumah utama. Disana ada sebuah rumah terpisah yang memang disediakan jika ada tamu rombongan seperti itu.


----------


Dalam kurun waktu persiapan nikah, kedua pihak keluarga saling bahu membahu hilir mudik sebagai upaya mensukseskan acara. Yosa dan Nesa sudah tak terhitung berapa kali mondar-mandir ke RT, RW, kelurahan, kecamatan, KUA untuk mengurus ini-itu. Surat undangan pun diketik sederhana dan difotokopi untuk diberikan kepada kerabat, tetangga, dan teman terdekat.

"Mas...jalan dulu yuk. Ke mall atau kemana gitu. Suntuk rasanya," pinta Nesa saat mereka berdua ditambah Dodo baru saja pulang dari kantor KUA.

"Waduhh..jadi obat nyamuk eh hem," gumam Dodo menggoda.

"Tenang broo..aku janji nanti kalau nikahanmu, aku dan Nesa akan bantu sekuat tenaga. Aku bukan kacang yang lupa kulitnya," ucap Yosa bijak.

"Hihihi..mas Do iki lucu tibak é (ternyata),"
tawa Nesa melihat tingkah unik sahabat Yosa.

"Bukan lucu, tapi stress!!" Yosa menimpali.

"Jancukk koen Yos. Mentang-mentang aku jauh dari rumah trus kamu aniaya begini. Sudah, turunkan aku dijalan. Aku tak sudi melihatmu lagi!!" gaya Dodo yang sok sinetron langsung mendapatkan lemparan sendal Yosa dari kursi kemudi mobil.






"Yaudah jangan ke mol, kasihan mas Do hehe. Kita mampir kedai Pizza aja. Nanti aku tunjukkan arahnya mas," lanjut Nesa yang berhati selembut kapas.

"Nahh..mbak Nes ini lebih paham malah daripada si kutu kupret itu!" sepertinya Dodo masih mengharapkan lemparan sendal Yosa yang sebelahnya lagi.

"Paham raimu!!. Ancen koen paling seneng lek dijak mangan (emang kamu paling suka kalai diajak makan). Pakai acara provokasi segala. Aku udah apal kebiasaan badhokanmu (kebiasaan makanmu)!" cibir Yosa meladeni ucapan Dodo.

"Iish mas, jangan kasar gitu ah ngomongnya!!" cegah Nesa yang merasa heran melihat rumoun umpatan seperti begitu mudah terucap.

"Hahaha..ya inilah dialek Suroboyo, Nes. Ga ada yang kasar, justru makin akrab. Bukan begitu Do?!" sanggah Yosa.

"Mboh, karepmu!!" sinis Dodo. Tapi meski begitu, itu hanya pura-pura belaka. Tak ada pertengkaran serius diantara mereka hanya karena jual beli omongan sampah.


Sambil menikmati pizza yang masih mengepul asapnya, bertiga mereka asyik bercanda tawa. Tetap saja Dodo menjadi target bully. Tapi namanya Dodo, ia ikhlas-ikhlas saja dijadikan korban candaan.


Praktis dalam waktu seminggu Yosa punya waktu yang cukup untuk mengenal Nesa lebih jauh. Dalam kondisi kejiwaan yang sedang kondusif seperti ini dapat dengan tenang merabai segala karakter masing-masing calon pasangan.

"Mbak, aku pesen siji, ojok kaget tapi.."
senyum tengil Dodo menandakan dia sedang kumat jahilnya.

"Ono opo mas??"
tanya Nesa pura-pura penasaran.

"Ssstt...manuké Yosa, ndasé penceng hehe (burungnya Yosa, kepalanya miring hehe). Ati-ati pas malam pertama, burungnya Yosa jangan dianggap stabilo lho!!
kejahilan Dodo memang keterlaluan. Calon pengantin masih tega-teganya ia kerjain.

"Mosok sih mas??"
mata Nesa mengedip kearah Yosa. Kemudian Nesa kembali berpura-pura tak percaya.

"Iyo mbak...ndasé muter!!"
imbuh Dodo membumbui.

"Kok pas aku lihat waktu itu ga kenapa-kenapa ya?. Ini aku ada fotonya. Mas Do mau lihat batangnya mas Yos?, ayo sinii..." Nesa terkikik puas. Dodo ngomel-ngomel.

"Ra sudi aku disuruh lihat pentungané Yosa. Bisa meriang komplikasi ayan nanti aku..huhh." Dodo sewot.
---Giliran Nesa dan Yosa yang tertawa tengil. Hahaha..

"Jo cem macem awaké peno cong!!"
bentak Yosa sambil terkekeh.


-----------


Duhai bidadari pengobat luka,
Sentuhlah jiwa ini dengan lengan cinta,
Haus dahaga dalam gersang,
Menanti tetes embun basahi rasa.

Wahai bidadari titisan dewi,
Cumbui sukmaku seperti sejuk menyapa pagi,
Berikanlah seberkas senyum manis,
Tuangkanlah madu diatas perih.

Kuingin engkau hiasi hari-hari,
Bagai sulur pelangi.



----------


Sambung ke next yo

Salam Semprul 👊
Mantap. Banget suhun matur nuwun sanget apdetnya
 
:jempol: :jempol: :jempol: :jempol: :beer::beer::jempol::jempol::spy::jempol::jempol:
PART 3 : DENGANMU AKU TENANG
Hanya denganmu!







SCENE 1, KUPENUHI JANJIKU

--------------------------------------



Kadangkala duka itu hanya bunga,
Wangi yang tersimpan untuk lusa,
Ketika takut adalah khawatir tak bermuara,
Disitulah muncul harapan keindahan.

Aku hanya manusia yang kadang ragu,
Rasa yakin terpuruk dalam sendu,
Ingin menjadi haru biru,
Lupa bahwa Sang Maker Maha Tahu.

Luap gerak jiwa mengurai problema,
Tak sekecil kerikilpun mendera,
Lelah kan terbiasa,
Menyongsong cita.

Lukisan pagi masih membekas di kepala,
Tak lagi guna aral melanda,
Hari ini dan nanti biarkan ku songsong ceria,
Bukan waktu, bukan pula renjana,
Namun aku yakin kau kan terbiasa,
Melihat duka laksana bunga.



----------



"Saya terima nikahnya Nesadewi binti Sugeng Sosroningrat dengan mas kawin tersebut tunai,"

Yosa asyik melamun dan membayangkan betapa bahagianya dia dan Nesa, nanti setelah akad nikah. Hari itu Yosa sedang dalam pesawat menuju Lampung. Dikursi depan Yosa nampak bapak dan ibu Yosa yang juga ikut berangkat. Disamping Yosa, ooh Dodo lagi tidur, ngiler kotos-kotos.

"Weii ndul bangun, mau landing iki lho..walah turu ae. Tak uncalno menjobo kapok koen (ku lempar ke luar mampus kamu)!" usik Yosa membangunkan Dodo yang tak bangun-bangun.

"Jangkrik koen Yos, ganggu ae. Enak-enak mimpi kenthu ambe pramugari haree!!"
Dodo bersungut. Namun jitakan Yosa menyadarkan ruh-nya sesadar-sadarnya. Sekian menit lagi pesawat akan menghujam turun menapaki bumi.

Di pintu kedatangan terlihat Nesa sudah menunggu seperti dulu. Si cantik, si imut masih saja cakep tak berubah. Yosa sudah kangen setengah modyar pada gadis itu.

"Haloo sayang..."
Yosa memeluk Nesa melepas rindu.

"Eh kenalkan, ini bapak dan ibu, yang ini Dodo sahabat juga saudaraku!!"
Yosa tak lupa memperkenalkan semua yang ikut datang bersamanya.

"Lhukkk Yoss.. ehh ehh ehhhh...iki menungso opo golekan (ini manusia atau boneka)?, ayu mingit-mingit seperti ini.."
Dodo yang notabene adalah kadal buntung no.2 ya langsung aja melotot heboh saat melihat betapa moleknya Nesa. Mata Dodo seperti melompak dari kelopaknya, menggelinding, berputar-putar di pelataran bandara lalu tergencet troly, modyar.

"Lambemu tak tapuk sempak lho (mulutmu kutampar pakai celana dalam lho)!!, ada bapak ibu kok ngomongnya ga di rem blas." Yosa melotot galak. Dodo mengkeret lalu menangis kosel-kosel (gulung-gulung) di lantai bandara.

"Bapak ibu, sugeng rawuh (selamat datang), sumonggo nderekaken (saya persilahkan), kita ke mobil. Mas Yos masih kuat nyetir kan??"
sapa si imut Nesa dengan riang.

"Saya saja yang bawa mobil. Calon penganten dan bapak ibu duduk manis saja!!" Dodo menawarkan diri.

"Emang bisa nyetir mas?" tanya Nesa memastikan.

"Hehe ga..." Dodo cengengesan.





----------



Romo Sugeng alias pak Sosro sudah menunggu dengan senyum ala pak raden saat rombongan Yosa tiba. Penekanannya di akhir pertemuan kali itu ternyata berhasil membawa calon menantunya kembali kesitu. Romo sangat yakin bahwa Yosa pasti kembali, seyakin perasaannya yang menilai bahwa adalah lelaki yang baik. Bukan sekedar baik, tapi spesial. Bukan hanya Nesa yang jatuh cinta. Romo pun sebenarnya telah jatuh hati pada Yosa.

"Wah wahh...sugeng rawuh (selamat datang) Raden. Sugeng rawuh bopo soho biyung (selamat datang bapak dan ibunya Yosa)," Romo gembira loka. Di belakangnya terlihat ibunda Nesa, Karjo adiknya Nesa, dan nenek tercinta. Mereka dalam formasi full team menyambut tamu agung ini.

"Apa kabar Romo?. Mugi tansah dipun paringi kesehatan (semoga selalu diberikan kesehatan)," Yosa tak kalah halus bertutur jawa. Membuat Romo semakin terkiwir-kiwir melihat calon mantu-nya.

"Tepangaken (perkenalkan), dalem (saya) Hadi Wijoyo dan istri. Orangtua Yosanda Dimitri," sang ayah idola Yosa, angkat bicara. Dodo diluar sana angkat sandal karena tak sengaja menginjak tai ayam saat datang. Sekarang Dodo mondar-mandir di halaman mencari kran air. Hmm jauh-jauh ke Lampung bukannya mendampingi dengan benar, eh malah sibuk berjibaku dengan tai.

"Sampun merendah begitu, Raden. Kawulo ingkang tersanjung sudah didatangi trah kerajaan kados panjenengan sekeluarga. Ngaturaken sembah pangabekti, Raden (jangan merendah seperti itu, Raden. Saya yang sangat tersanjung sudah didatangi oleh keturunan kerajaan seperti anda sekeluarga. Mengucapkan salam hormat dan kesetiaan, Raden)!!" Romo Sosro tak berkutik menghadapi priyayi yang jauh lebih tinggi derajat-nya. Tak seperti dia yang hanya ningrat kelas kampung. Begitukah pola pikir orang-orang yang masih berusaha memegang kuat budaya jawa.

"Hahaha...saestu njanur gunung. Sampun kagungan manah mekaten Pak. Jaman sudah modern. Kerajaan namung babagan lawas. Prayogi kito nguri alusing pakerti menawi kacithak dados ningrat, ugi menerapkan dumateng jaman ingkang kebak kemajuan punika (hahaha...jujur kami tersanjung. Jangan berhati seperti itu pak. Jaman sudah modern. Kerajaan hanya cerita usang. Lebih baik kita memelihara halusnya budi pekerti jika memang terlahir sebagai ningrat, juga menerapkan di jaman yang sudah penuh kemajuan ini)!" tampik ayah Yosa tak berkenan di agung-agungkan laksana raja. Kerendahan hati yang menurun kepada Yosa.

"Saget mawon panjenengan(bisa aja anda), Raden. Terkait kedatangan ke gubuk kami, apa yang bisa kami haturkan untuk Raden sekeluarga?" Romo masih saja sungkan. Terlihat dari pemilihan setiap kata, khawatir menyinggung perasaan tamunya.


"Huwoooo...wadohh teles kabehhh (wadoohh basah semuaa)!!!"

Lagi asyiknya pertemuan keluarga, Dodo yang ada di halaman, merusak kesakralan dengan berteriak lantang lagi cempreng.

"Dampuuutt Do!!"
batin Yosa kesal. Segera ia beranjak, diikuti Romo.

"Lapoo koen cukk (ngapain kamu cukk)!!. Malu-maluin aja!" bentak Yosa saat melihat Dodo yang duduk memelas di depan kran air.

"Kran e bocor Yos...iki bajuku basah semuaa!!. Sori tadi reflek teriak," wajah Dodo menghiba.

"Owalah hahaha...Jo Karjo, sini nak. Ini mas nya tolong dianter ke belakang, sekalian pinjami kemejamu yang cukup buat mas nya!" Romo memanggil adik Nesa dan mempersilahkan Dodo untuk membersihkan tubuh di belakang.

"Pangapunten (maaf) romo. Teman saya bikin ulah. Dia sahabat terdekat saya," Yosa memohon maaf. Gengsi dong.


Akhirnya acara lamar melamar pun dilakukan. Romo setuju dan sangat senang. Terlebih Nesa yang berulang kali memeluk ibundanya saking senengnya.

Karena jarak yang sangat jauh, maka pernikahan akan diadakan seminggu kemudian, demi mempersingkat waktu. Asalkan kebutuhan pendaftaran dan surat menyurat KUA sudah beres.

Keluarga Yosa mendapatkan tempat tinggal di belakang rumah utama. Disana ada sebuah rumah terpisah yang memang disediakan jika ada tamu rombongan seperti itu.


----------


Dalam kurun waktu persiapan nikah, kedua pihak keluarga saling bahu membahu hilir mudik sebagai upaya mensukseskan acara. Yosa dan Nesa sudah tak terhitung berapa kali mondar-mandir ke RT, RW, kelurahan, kecamatan, KUA untuk mengurus ini-itu. Surat undangan pun diketik sederhana dan difotokopi untuk diberikan kepada kerabat, tetangga, dan teman terdekat.

"Mas...jalan dulu yuk. Ke mall atau kemana gitu. Suntuk rasanya," pinta Nesa saat mereka berdua ditambah Dodo baru saja pulang dari kantor KUA.

"Waduhh..jadi obat nyamuk eh hem," gumam Dodo menggoda.

"Tenang broo..aku janji nanti kalau nikahanmu, aku dan Nesa akan bantu sekuat tenaga. Aku bukan kacang yang lupa kulitnya," ucap Yosa bijak.

"Hihihi..mas Do iki lucu tibak é (ternyata),"
tawa Nesa melihat tingkah unik sahabat Yosa.

"Bukan lucu, tapi stress!!" Yosa menimpali.

"Jancukk koen Yos. Mentang-mentang aku jauh dari rumah trus kamu aniaya begini. Sudah, turunkan aku dijalan. Aku tak sudi melihatmu lagi!!" gaya Dodo yang sok sinetron langsung mendapatkan lemparan sendal Yosa dari kursi kemudi mobil.






"Yaudah jangan ke mol, kasihan mas Do hehe. Kita mampir kedai Pizza aja. Nanti aku tunjukkan arahnya mas," lanjut Nesa yang berhati selembut kapas.

"Nahh..mbak Nes ini lebih paham malah daripada si kutu kupret itu!" sepertinya Dodo masih mengharapkan lemparan sendal Yosa yang sebelahnya lagi.

"Paham raimu!!. Ancen koen paling seneng lek dijak mangan (emang kamu paling suka kalai diajak makan). Pakai acara provokasi segala. Aku udah apal kebiasaan badhokanmu (kebiasaan makanmu)!" cibir Yosa meladeni ucapan Dodo.

"Iish mas, jangan kasar gitu ah ngomongnya!!" cegah Nesa yang merasa heran melihat rumoun umpatan seperti begitu mudah terucap.

"Hahaha..ya inilah dialek Suroboyo, Nes. Ga ada yang kasar, justru makin akrab. Bukan begitu Do?!" sanggah Yosa.

"Mboh, karepmu!!" sinis Dodo. Tapi meski begitu, itu hanya pura-pura belaka. Tak ada pertengkaran serius diantara mereka hanya karena jual beli omongan sampah.


Sambil menikmati pizza yang masih mengepul asapnya, bertiga mereka asyik bercanda tawa. Tetap saja Dodo menjadi target bully. Tapi namanya Dodo, ia ikhlas-ikhlas saja dijadikan korban candaan.


Praktis dalam waktu seminggu Yosa punya waktu yang cukup untuk mengenal Nesa lebih jauh. Dalam kondisi kejiwaan yang sedang kondusif seperti ini dapat dengan tenang merabai segala karakter masing-masing calon pasangan.

"Mbak, aku pesen siji, ojok kaget tapi.."
senyum tengil Dodo menandakan dia sedang kumat jahilnya.

"Ono opo mas??"
tanya Nesa pura-pura penasaran.

"Ssstt...manuké Yosa, ndasé penceng hehe (burungnya Yosa, kepalanya miring hehe). Ati-ati pas malam pertama, burungnya Yosa jangan dianggap stabilo lho!!
kejahilan Dodo memang keterlaluan. Calon pengantin masih tega-teganya ia kerjain.

"Mosok sih mas??"
mata Nesa mengedip kearah Yosa. Kemudian Nesa kembali berpura-pura tak percaya.

"Iyo mbak...ndasé muter!!"
imbuh Dodo membumbui.

"Kok pas aku lihat waktu itu ga kenapa-kenapa ya?. Ini aku ada fotonya. Mas Do mau lihat batangnya mas Yos?, ayo sinii..." Nesa terkikik puas. Dodo ngomel-ngomel.

"Ra sudi aku disuruh lihat pentungané Yosa. Bisa meriang komplikasi ayan nanti aku..huhh." Dodo sewot.
---Giliran Nesa dan Yosa yang tertawa tengil. Hahaha..

"Jo cem macem awaké peno cong!!"
bentak Yosa sambil terkekeh.


-----------


Duhai bidadari pengobat luka,
Sentuhlah jiwa ini dengan lengan cinta,
Haus dahaga dalam gersang,
Menanti tetes embun basahi rasa.

Wahai bidadari titisan dewi,
Cumbui sukmaku seperti sejuk menyapa pagi,
Berikanlah seberkas senyum manis,
Tuangkanlah madu diatas perih.

Kuingin engkau hiasi hari-hari,
Bagai sulur pelangi.



----------


Sambung ke next yo

Salam Semprul 👊
Mantap. Banget suhun matur nuwun sanget apdetnya
 
PART 3 : DENGANMU AKU TENANG
Hanya denganmu!







SCENE 1, KUPENUHI JANJIKU

--------------------------------------



Kadangkala duka itu hanya bunga,
Wangi yang tersimpan untuk lusa,
Ketika takut adalah khawatir tak bermuara,
Disitulah muncul harapan keindahan.

Aku hanya manusia yang kadang ragu,
Rasa yakin terpuruk dalam sendu,
Ingin menjadi haru biru,
Lupa bahwa Sang Maker Maha Tahu.

Luap gerak jiwa mengurai problema,
Tak sekecil kerikilpun mendera,
Lelah kan terbiasa,
Menyongsong cita.

Lukisan pagi masih membekas di kepala,
Tak lagi guna aral melanda,
Hari ini dan nanti biarkan ku songsong ceria,
Bukan waktu, bukan pula renjana,
Namun aku yakin kau kan terbiasa,
Melihat duka laksana bunga.



----------



"Saya terima nikahnya Nesadewi binti Sugeng Sosroningrat dengan mas kawin tersebut tunai,"

Yosa asyik melamun dan membayangkan betapa bahagianya dia dan Nesa, nanti setelah akad nikah. Hari itu Yosa sedang dalam pesawat menuju Lampung. Dikursi depan Yosa nampak bapak dan ibu Yosa yang juga ikut berangkat. Disamping Yosa, ooh Dodo lagi tidur, ngiler kotos-kotos.

"Weii ndul bangun, mau landing iki lho..walah turu ae. Tak uncalno menjobo kapok koen (ku lempar ke luar mampus kamu)!" usik Yosa membangunkan Dodo yang tak bangun-bangun.

"Jangkrik koen Yos, ganggu ae. Enak-enak mimpi kenthu ambe pramugari haree!!"
Dodo bersungut. Namun jitakan Yosa menyadarkan ruh-nya sesadar-sadarnya. Sekian menit lagi pesawat akan menghujam turun menapaki bumi.

Di pintu kedatangan terlihat Nesa sudah menunggu seperti dulu. Si cantik, si imut masih saja cakep tak berubah. Yosa sudah kangen setengah modyar pada gadis itu.

"Haloo sayang..."
Yosa memeluk Nesa melepas rindu.

"Eh kenalkan, ini bapak dan ibu, yang ini Dodo sahabat juga saudaraku!!"
Yosa tak lupa memperkenalkan semua yang ikut datang bersamanya.

"Lhukkk Yoss.. ehh ehh ehhhh...iki menungso opo golekan (ini manusia atau boneka)?, ayu mingit-mingit seperti ini.."
Dodo yang notabene adalah kadal buntung no.2 ya langsung aja melotot heboh saat melihat betapa moleknya Nesa. Mata Dodo seperti melompak dari kelopaknya, menggelinding, berputar-putar di pelataran bandara lalu tergencet troly, modyar.

"Lambemu tak tapuk sempak lho (mulutmu kutampar pakai celana dalam lho)!!, ada bapak ibu kok ngomongnya ga di rem blas." Yosa melotot galak. Dodo mengkeret lalu menangis kosel-kosel (gulung-gulung) di lantai bandara.

"Bapak ibu, sugeng rawuh (selamat datang), sumonggo nderekaken (saya persilahkan), kita ke mobil. Mas Yos masih kuat nyetir kan??"
sapa si imut Nesa dengan riang.

"Saya saja yang bawa mobil. Calon penganten dan bapak ibu duduk manis saja!!" Dodo menawarkan diri.

"Emang bisa nyetir mas?" tanya Nesa memastikan.

"Hehe ga..." Dodo cengengesan.





----------



Romo Sugeng alias pak Sosro sudah menunggu dengan senyum ala pak raden saat rombongan Yosa tiba. Penekanannya di akhir pertemuan kali itu ternyata berhasil membawa calon menantunya kembali kesitu. Romo sangat yakin bahwa Yosa pasti kembali, seyakin perasaannya yang menilai bahwa adalah lelaki yang baik. Bukan sekedar baik, tapi spesial. Bukan hanya Nesa yang jatuh cinta. Romo pun sebenarnya telah jatuh hati pada Yosa.

"Wah wahh...sugeng rawuh (selamat datang) Raden. Sugeng rawuh bopo soho biyung (selamat datang bapak dan ibunya Yosa)," Romo gembira loka. Di belakangnya terlihat ibunda Nesa, Karjo adiknya Nesa, dan nenek tercinta. Mereka dalam formasi full team menyambut tamu agung ini.

"Apa kabar Romo?. Mugi tansah dipun paringi kesehatan (semoga selalu diberikan kesehatan)," Yosa tak kalah halus bertutur jawa. Membuat Romo semakin terkiwir-kiwir melihat calon mantu-nya.

"Tepangaken (perkenalkan), dalem (saya) Hadi Wijoyo dan istri. Orangtua Yosanda Dimitri," sang ayah idola Yosa, angkat bicara. Dodo diluar sana angkat sandal karena tak sengaja menginjak tai ayam saat datang. Sekarang Dodo mondar-mandir di halaman mencari kran air. Hmm jauh-jauh ke Lampung bukannya mendampingi dengan benar, eh malah sibuk berjibaku dengan tai.

"Sampun merendah begitu, Raden. Kawulo ingkang tersanjung sudah didatangi trah kerajaan kados panjenengan sekeluarga. Ngaturaken sembah pangabekti, Raden (jangan merendah seperti itu, Raden. Saya yang sangat tersanjung sudah didatangi oleh keturunan kerajaan seperti anda sekeluarga. Mengucapkan salam hormat dan kesetiaan, Raden)!!" Romo Sosro tak berkutik menghadapi priyayi yang jauh lebih tinggi derajat-nya. Tak seperti dia yang hanya ningrat kelas kampung. Begitukah pola pikir orang-orang yang masih berusaha memegang kuat budaya jawa.

"Hahaha...saestu njanur gunung. Sampun kagungan manah mekaten Pak. Jaman sudah modern. Kerajaan namung babagan lawas. Prayogi kito nguri alusing pakerti menawi kacithak dados ningrat, ugi menerapkan dumateng jaman ingkang kebak kemajuan punika (hahaha...jujur kami tersanjung. Jangan berhati seperti itu pak. Jaman sudah modern. Kerajaan hanya cerita usang. Lebih baik kita memelihara halusnya budi pekerti jika memang terlahir sebagai ningrat, juga menerapkan di jaman yang sudah penuh kemajuan ini)!" tampik ayah Yosa tak berkenan di agung-agungkan laksana raja. Kerendahan hati yang menurun kepada Yosa.

"Saget mawon panjenengan(bisa aja anda), Raden. Terkait kedatangan ke gubuk kami, apa yang bisa kami haturkan untuk Raden sekeluarga?" Romo masih saja sungkan. Terlihat dari pemilihan setiap kata, khawatir menyinggung perasaan tamunya.


"Huwoooo...wadohh teles kabehhh (wadoohh basah semuaa)!!!"

Lagi asyiknya pertemuan keluarga, Dodo yang ada di halaman, merusak kesakralan dengan berteriak lantang lagi cempreng.

"Dampuuutt Do!!"
batin Yosa kesal. Segera ia beranjak, diikuti Romo.

"Lapoo koen cukk (ngapain kamu cukk)!!. Malu-maluin aja!" bentak Yosa saat melihat Dodo yang duduk memelas di depan kran air.

"Kran e bocor Yos...iki bajuku basah semuaa!!. Sori tadi reflek teriak," wajah Dodo menghiba.

"Owalah hahaha...Jo Karjo, sini nak. Ini mas nya tolong dianter ke belakang, sekalian pinjami kemejamu yang cukup buat mas nya!" Romo memanggil adik Nesa dan mempersilahkan Dodo untuk membersihkan tubuh di belakang.

"Pangapunten (maaf) romo. Teman saya bikin ulah. Dia sahabat terdekat saya," Yosa memohon maaf. Gengsi dong.


Akhirnya acara lamar melamar pun dilakukan. Romo setuju dan sangat senang. Terlebih Nesa yang berulang kali memeluk ibundanya saking senengnya.

Karena jarak yang sangat jauh, maka pernikahan akan diadakan seminggu kemudian, demi mempersingkat waktu. Asalkan kebutuhan pendaftaran dan surat menyurat KUA sudah beres.

Keluarga Yosa mendapatkan tempat tinggal di belakang rumah utama. Disana ada sebuah rumah terpisah yang memang disediakan jika ada tamu rombongan seperti itu.


----------


Dalam kurun waktu persiapan nikah, kedua pihak keluarga saling bahu membahu hilir mudik sebagai upaya mensukseskan acara. Yosa dan Nesa sudah tak terhitung berapa kali mondar-mandir ke RT, RW, kelurahan, kecamatan, KUA untuk mengurus ini-itu. Surat undangan pun diketik sederhana dan difotokopi untuk diberikan kepada kerabat, tetangga, dan teman terdekat.

"Mas...jalan dulu yuk. Ke mall atau kemana gitu. Suntuk rasanya," pinta Nesa saat mereka berdua ditambah Dodo baru saja pulang dari kantor KUA.

"Waduhh..jadi obat nyamuk eh hem," gumam Dodo menggoda.

"Tenang broo..aku janji nanti kalau nikahanmu, aku dan Nesa akan bantu sekuat tenaga. Aku bukan kacang yang lupa kulitnya," ucap Yosa bijak.

"Hihihi..mas Do iki lucu tibak é (ternyata),"
tawa Nesa melihat tingkah unik sahabat Yosa.

"Bukan lucu, tapi stress!!" Yosa menimpali.

"Jancukk koen Yos. Mentang-mentang aku jauh dari rumah trus kamu aniaya begini. Sudah, turunkan aku dijalan. Aku tak sudi melihatmu lagi!!" gaya Dodo yang sok sinetron langsung mendapatkan lemparan sendal Yosa dari kursi kemudi mobil.






"Yaudah jangan ke mol, kasihan mas Do hehe. Kita mampir kedai Pizza aja. Nanti aku tunjukkan arahnya mas," lanjut Nesa yang berhati selembut kapas.

"Nahh..mbak Nes ini lebih paham malah daripada si kutu kupret itu!" sepertinya Dodo masih mengharapkan lemparan sendal Yosa yang sebelahnya lagi.

"Paham raimu!!. Ancen koen paling seneng lek dijak mangan (emang kamu paling suka kalai diajak makan). Pakai acara provokasi segala. Aku udah apal kebiasaan badhokanmu (kebiasaan makanmu)!" cibir Yosa meladeni ucapan Dodo.

"Iish mas, jangan kasar gitu ah ngomongnya!!" cegah Nesa yang merasa heran melihat rumoun umpatan seperti begitu mudah terucap.

"Hahaha..ya inilah dialek Suroboyo, Nes. Ga ada yang kasar, justru makin akrab. Bukan begitu Do?!" sanggah Yosa.

"Mboh, karepmu!!" sinis Dodo. Tapi meski begitu, itu hanya pura-pura belaka. Tak ada pertengkaran serius diantara mereka hanya karena jual beli omongan sampah.


Sambil menikmati pizza yang masih mengepul asapnya, bertiga mereka asyik bercanda tawa. Tetap saja Dodo menjadi target bully. Tapi namanya Dodo, ia ikhlas-ikhlas saja dijadikan korban candaan.


Praktis dalam waktu seminggu Yosa punya waktu yang cukup untuk mengenal Nesa lebih jauh. Dalam kondisi kejiwaan yang sedang kondusif seperti ini dapat dengan tenang merabai segala karakter masing-masing calon pasangan.

"Mbak, aku pesen siji, ojok kaget tapi.."
senyum tengil Dodo menandakan dia sedang kumat jahilnya.

"Ono opo mas??"
tanya Nesa pura-pura penasaran.

"Ssstt...manuké Yosa, ndasé penceng hehe (burungnya Yosa, kepalanya miring hehe). Ati-ati pas malam pertama, burungnya Yosa jangan dianggap stabilo lho!!
kejahilan Dodo memang keterlaluan. Calon pengantin masih tega-teganya ia kerjain.

"Mosok sih mas??"
mata Nesa mengedip kearah Yosa. Kemudian Nesa kembali berpura-pura tak percaya.

"Iyo mbak...ndasé muter!!"
imbuh Dodo membumbui.

"Kok pas aku lihat waktu itu ga kenapa-kenapa ya?. Ini aku ada fotonya. Mas Do mau lihat batangnya mas Yos?, ayo sinii..." Nesa terkikik puas. Dodo ngomel-ngomel.

"Ra sudi aku disuruh lihat pentungané Yosa. Bisa meriang komplikasi ayan nanti aku..huhh." Dodo sewot.
---Giliran Nesa dan Yosa yang tertawa tengil. Hahaha..

"Jo cem macem awaké peno cong!!"
bentak Yosa sambil terkekeh.


-----------


Duhai bidadari pengobat luka,
Sentuhlah jiwa ini dengan lengan cinta,
Haus dahaga dalam gersang,
Menanti tetes embun basahi rasa.

Wahai bidadari titisan dewi,
Cumbui sukmaku seperti sejuk menyapa pagi,
Berikanlah seberkas senyum manis,
Tuangkanlah madu diatas perih.

Kuingin engkau hiasi hari-hari,
Bagai sulur pelangi.



----------


Sambung ke next yo

Salam Semprul 👊
Setelah melewati beberapa purnama dan gerhana
Akhir e Nessa diupdate juga
Alhamdulillah mengobati kekangenan ku Cak

Suwi yo Cak
Sering Nessa diupdate
Syukur2 g sido rabi karo Yosa
Hehehehehehe
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd