Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT ACKD - Aku Cinta Kau & Dia (By : FigurX )

Andai kamu TS, ingin Yosa berpasangan dengan siapa di akhir cerita? #vote tdk mewakili kisah akhir

  • Menjadi pasangan Tyas

    Votes: 5 6,3%
  • Menjadi pasangan Nesa

    Votes: 11 13,8%
  • Menjadi pasangan Dua2nya

    Votes: 49 61,3%
  • Tidak semuanya

    Votes: 3 3,8%
  • Menjadi pasangan Cewek lain

    Votes: 12 15,0%

  • Total voters
    80
  • Poll closed .
Welcome to :






●•●•●•●


Part 16


Menjemput Impian



●•●•●•●



_scene 1, Montor mabur


"Jangan lupa makan, trus gosok gigi kalau mau bobo, sempak nya bawa stok yang banyak siapa tahu mencret di sempak dan butuh ganti..."

"Nggih ibu Jangkrikk doboool !!!", mata Yosa mendelik parah ke arah Dodo yang masih aja cengengesan memberi pesan yang tak bermutu sama sekali.

Pagi yang cerah. Matahari bersinar kayak kemarin-kemarin, ga ada beda. Burung-burung bernyanyi yo wes cicit cuitt ngunu kae, mosok kok yo arep nyanyi 'hanya rindu' yo aneh to. Langit biru membentang di angkasa, bukan di kasur. Angin sepoi semilir semriwing icikiwir. Kendaraan mulai lalu lalang penuhi jalanan ibu kota jawatimur, karena jalan bapak kota masih di aspal belum selesai. Kepadatan mobil semakin meningkat begitu memasuki area parkir bandara juanda.. hehh juanda lho yee.. awas salah baca jadi bandara janda !!.

Dodo, Amanda, Yanto, dan Doni sebagai tim ganda campuran sedang sok sibuk mengantarkan Yosa ke bandara. Pagi ini tiket penerbangan menuju Lampung akan kadaluarsa jika tidak digunakan.

Sebenarnya berat bagi Yosa untuk berangkat, mengingat keresahannya kemarin. Tapi dia sudah berjanji pada Dodo dan yang lain untuk secepat mungkin kembali jika janji umtuk Nesa telah ia penuhi. Satu dua celup terus balik, begitulah.

"Rek, kabari cepet kalau ada apa-apa", kening Yosa berkerut mengucapkan kalimat yang dilambari dengan doa dan harapan agar semua baik-baik saja.

"Iyo uwes talah (iya sudah lah), tenang. Openono sek danganan uyuhmu jen ga ngamuk nggobet-nggobet (urusi dulu penismu biar tidak mengamuk)" seloroh Yanto disambut senyum malu-malu oleh Manda.

"Doo, kabari Sinto kalau mendadak genting !!", Yosa masih saja tak tenang.

"Oyiii.. wes kono ndang budal (sudah sana berangkat), kimpet Lampung menanti... eh kopi Lampung ding..haha", jawab Dodo menenangkan sahabat terbaiknya.



-----



Biar kurakit pesawatku
Rentangkan pelan dua sayapnya
Nyalakan sumbunya hingga terpercik api menari
Lepaskan pengaitnya relakan pergi ke arah bulan

Tak perlu kau rindu menyinggungnya
Perlahan lupakan kepergiannya
Tunggulah kerling lampunya disaat bulan purnama tiba
Pertanda dia telah bertemu dengan peri kecilnya di bulan

Pesawatku terbang ke bulan
Pesawatku terbang ke bulan

Tunggulah kerling lampunya disaat bulan purnama tiba
Pertanda dia telah bertemu dengan peri kecilnya di bulan


(Diskografi FigurX : Pesawatku - Memes)


●•●•●•●




_scene 2, Sang dewi


Yosa melirik jam tangan di lengan kirinya. "Hmmm lumayan cepat. 1,5jam penerbangan", gumam Yosa dalam hati ketika pesawat sudah mulai landing di Branti, atau kepanjangan dari Bandara Radin Inten II Bandar Lampung. Yosa segera berkemas dan bersiap turun.

Di pintu kedatangan Yosa celingak-celinguk sendiri mencari keberadaan Nesa yang sedianya akan menjemput di Bandara.

"Hmm arek iki ndi seh (anak ini mana sih) ?", langkah Yosa terhenti di pelataran Bandara dan berdiri mematung. Tumbuh perasaan kecut di hatinya. Ras was-was yang sebenarnya tak perlu terjadi. Pikirannya melayang khawatir Nesa menipunya, terbesit pula bayangan gila seolah Nesa adalah sosok lansia atau apalah, yang jelas diluar ekspektasi Yosa dan tentu juga pembaca hehe.

Yosa teringat bahwa handphone nya masih posisi mati. Segera ia nyalakan handphone. Beberapa pesan muncul berbarengan karena terhambat matinya handphone saat di pesawat.


Dodo : wes nyampe ta bro?


Pesan lainnya,

Staf Andri : Pak design T45 minimalis untuk promo di menganti sudah bisa saya minta softcopy nya?


Lainnya lagi,

Bu Ida kosan : Mas wayahe bayar kosan, pean nang ndi?


Lainnya,

No. Ga dikenal : Pak mau nawarkan sedot wc


Lainnya,

Mas Danang sebelah kamar : Yos tulung entasno sempakku


Lainnya lagi,

Nesa : Mas sampai mana?

Nesa : Mass

Nesa : Mass bls dooong

Nesa : Aduh Nes khawatir niiih




Yosa segera membalas pesan lainnya kecuali Nesa. Setelah semua pesan beres, Yosa langsung menelepon Nesa.

"Nes dimana?", tanya Yosa.

"Lho sudah datang mas?, aku di kursi tunggu sebelah selatan", jawab Nesa. Bergegas Yosa menuju arah yang ditunjukkan Nesa.

langkah Yosa terhenti beberapa meter dari kursi tunggu. Matanya memandang tak berkedip. Sesosok wanita cantik jelita laksana Sang dewi sedang duduk menekuri layar handphone. Apakah ini Nesadewi??

"Nesa..", teriak Yosa. Dan sang dewi pun menoleh. Memang benar itu Nesa, Nesadewi yang selama ini hanya hidup di dalam layar kotak handphone. Dan kini ia nyata di depan mata. Wajah kagum Yosa tak dapat disembunyikan lagi.





Yakin nih pembaca mau merelakan Nesa yang cantik begini lepas dari tangan Yosa??


"Mas Yosa??", Nesa masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Seperti mimpi tatkala orang yang sangat dirindukan ternyata bisa hadir di hadapannya.

Mereka berdua bersalaman, serba canggung. Tak tahu harus berkata apa.

"Ehmm anu.. cari minum yuk.. aus hehe", Yosa berusaha menutupi rasa gugupnya dengan mengajak Nesa mencari minum.

"A..ayo mas", Nesa tak kalah gugup. Salting, bingung.

-----








"Oh.. jadi selama ini aku ditipu yah..", ucap Nesa sembari meminum cappucino ice di genggamannya.

"Kok menipu... apanya??", Yosa masih cukup gugup menghadapi bidadari cantik yang sekarang duduk disebalahnya.

"Di whatsapp kayak gitu wajahnya, eh aslinya lebih ganteng ternyata hihi", tawa Nesa tersipu mencairkan gunung es kebekuan komunikasi. Yosa tersedak sedotan.

"Kamu juga menipu", ucap Yosa menimpali.

"Di whatsapp cantik.. eh ternyata aslinya ndut item gini.. 😉", Yosa mulai mampu beradaptasi dengan keadaan.

Toookk !!

Handphone 6inch Nesa mampir sejenak menggetok kepala Yosa.

"Iiihh apaan sih... pulang gih sana pulangg.. nyebelin", Nesa merajuk. Yosa tersenyum melihat bidadarinya manyun haha.

"Iya iyaaa maaf... ndut", timpal Yosa.

"Tuh kaaan... iiih", cubitan pedas memerahkan lengan Yosa dalam sekejab. Hhmm.. nampaknya wanita ini memiliki kemampuan kanuragan yang tak bisa diremehkan. Wkwkwk

Suasana mencair. Berdua mereka membangun kedekatan untuk menyatukan rantai antara dunia maya dan dunia nyata. Menggeser image menjadi nyata. Merubah harap menjadi cita.

"Tadi sama siapa kesini Nes?", tanya Yosa.

"Sendiri bawa mobil", balas Nesa.

"Mas bisa bawa mobil kan?, nanti kamu yang bawa ya", lanjut Nesa manja.

"Biasane nyetir excavator je..", canda Yosa.

"Mbuhh ga mau tahu, pokoke mas yang nyetir !", Nesa membelalak dengan lucu.

"Jauh?", tanya Yosa lagi.

"Lumayan.. 50km an.. ehmm.. sekitar 1 jam lebih dikit", jawab Nesa.

"Waah lumayan jauh, kok tadi berani berangkat sendiri?", wajah khawatir Yosa yang khas dan tulus merebak.

"Demi....", Nesa menggantung ucapannya. Tak berani melanjutkan.

"Demi cintaa..", lanjut Yosa dengan tertawa. Mereka saling memandang dan akhirnya Nesa ikut tertawa.

-----










Sepanjang jalan yang dilalui nampak lengang, sepi dan sejuk. Berbeda jauh dengan jalanan Surabaya yang selalu penuh, gersang, dan panas.

"Nes..", panggil Yosa sambil tetap memperhatikan lalu lintas dari kursi kemudi.

"Heemm..", balas Nesa tanpa kalimat.

"Kita itu kalau di WA jan wes akrab e koyok suami istri, eh giliran ketemu kayak anak SMA kenalan.. malu-malu hahaha", kelakar Yosa.

"Maluu mas.. belum terbiasa live hehe", komentar Nesa.

"Eh cerita dong, sebelumnya kamu sudah punya pacar belum, atau mungkin orang deket semacam aku gitu", ajak Yosa mencari bahan pembicaraan.

"Kalau pacar ya yang aku cerita dulu itu mas pas SMA. Wes itu tok.. setelah kejadian aku di anu itu akhirnya aku ga berani lagi deket-deket sama cowok. Takut", tatapan Nesa menerawang pandangi garis putih marka jalan yang tak pernah habis.

"Takut tapi pengen??", goda Yosa.

"Ihh mas.. maluu", rajuk Nesa.

"Lhoo lhooo.. bentar, apa ituu", Yosa mendadak panik menunjuk pelipis Nesa. Dengam cepat ia menepi dan menghentikan kendaraan.

"Apaa mas.. aduh aku takut", Nesa ikut panik mengibas-ngibas wajahnya dengan tangan.

"Kayak ada benda aneh.. sek kamu lihat ke depan aja biar aku yang ambil.. tahan ya", Yosa memberi aba-aba. Tangan kanannya memegang dagu Nesa, dan tangan kirinya memegang pelan bagian rambut. Yosa mendekat memastikan sesuatu yang dilihatnya barusan.

Cruppp.

Cepat dan kilat Yosa mencium pipi kanan Nesa.

Crupp hmm..

Sekali lagi Yosa mencium pipi tersebut. Kali yang kedua ini sedikit lebih lama. Nesa tersadar.

"Iihh mas mesti gitu kookk.. ngerjain Nes muluu", Nesa tersipu mendapati Yosa ternyata hanya 'ngerjain' alias 'mengonoki' dirinya.

"Abisnya kamu sihh.. udah kangen banget tapi malah gayane koyok orang baru kenal", cibir Yosa dengan melontarkan senyum terikhlasnya, senyum super teduh yang belum pernah Yosa berikan kecuali kepada orangtuanya. Dijamin Nesa kali ini dibikin ambyarrr sak oyot-oyote (sek akar-akarnya).

"Ehmm.. Nes kan sungkan mas.. masa dateng-dateng trus nyosor.. beuuuh apa kata duniaa", balas Nes lugu. Pipinya memerah. Ada sedikit lapisan tipis airmata bahagia menggenang di kedua bola matanya.

"Sungkan sungkan.. Sungguh-sungguh mengharapkan maksudnya?", goda Yosa lagi.

Nesa tak menjawab, namun ia ganti dengan satu kecupan lembut di bibir Yosa. Maknyesss.. sekarang Yosa yang dibuat ambyarrr.

Sebentar kemudian Nesa memiringkan bahunya dan bersandar di bawah dagu Yosa, separuh dada Yosa sebelah kiri. Harum aroma rambut nan wangi shampoo ditambah khasnya Parfum Miracle membius paksa penginderaan Yosa.

Disana ada kelembutan,
Disana ada keikhlasan,
Disana ada ketulusan,
Disana ada harapan,
Impian,
Masa depan,

Yang masih imaji..

Mendapati semua itu, apalah daya Yosa. Sekali lagi ambyarr, kocar-kacir, awut-awutan, mudal-madul, perasaan yang hilir mudik dan tak menentu.

Tak ada ciuman membara, tak ada hasrat hewani yang melata menyucup ubun-ubun mereka untuk melakukan lebih dari bentang samudera cinta. Dua kecup pipi dan satu ciuman kering bibir sudah mampu membawa mereka terbang diatas mega-mega angkasa. Maghligai cinta bertahta syahdu tanpa sanggup nafsu birahi belaka menodainya.

Yosa menginjak perlahan pedal gas dan kembali menjalankan mobil menyusuri jalan cinta. Disampingnya terduduk setia bidadari jelita dalam pelukannya.

-----



Aku bukanlah binar sempurna,
Ada kealpaan disana,
Lumrah apa adanya.

Kau begitu sempurna kurasa,
Tak ada cela padanya,
Indah menjelma.

Namun Romansa,
Tak peduli sesiapa,
Tak kurang menjadi jeda,
Bukan rupa tapi warna,
Secelup tinta Sang Pelukis senja.

Api tak menyala dalam sekam,
Namun ini bara yang terpendam,
Hasrat jiwa mendekam,
Mencari arah temaram,
Mengukir seindah pualam.

Harap menyatu,
Setelah lama menunggu,
Menebus yang belenggu,
Menjadi bingkai kalbu,
Biru,
Syahdu,
Membunuh Rindu.


(Goresan pena : Secelup tinta Sang Pelukis senja - FigurX 2020)



●•●•●•●





_scene 3, Keroncong pertemuan



-----



Pertemuan malam ini takku lupakan
Pertemuan kali ini membawa kesan
Walau sejenak bertemu
Hanya sekilas memandang
Cukup memberi kenangan indah dan syahdu

Bilakah kita kan jumpa seperti ini
Memandang wajahmu lagi sepuas hati
Aku enggan untuk pulang
Walau waktu t'lah menjelang
Ku ingin hidup seribu tahun lagi

Bilakah kita kan jumpa seperti ini
Memandang wajahmu lagi sepuas hati
Aku enggan untuk pulang
Walau waktu t'lah menjelang
Ku ingin hidup seribu tahun lagi


(Diskografi FigurX : Keroncong Pertemuan - Koes Plus)


-----





Yosa memutar kemudi kendaraan memasuki sebuah pekarangan luas setelah beberapa menit sebelumnya melewati sebuah tugu bertuliskan "Selamat Datang di Kabupaten Pringsewu". Di sebagian sisi pekarangan luas tersebut berdiri sebuah joglo berukuran sedang diikuti bangunan rumah induk memanjang kebelakang dan beberapa bangunan terpisah. Jika ditaksir Yosa sebagai orang properti, bangunan sebesar itu dengan kapasitas mampu menampung lebih dari 15 kamar tidur jika ada di Surabaya bisa bernilai MM-an. Belum lagi pekarangan luas berkapasitas setara terminal bus Bunder -Gresik.

Beda di Surabaya beda pula di kampung halaman Nesa. Tanah berhektar-hektar masih cukup murah disana. Permeter persegi tidak sampai 50 ribu rupiah. Pembuatan bangunan juga masih memanfaatkan hasil alam seperti kayu jati warga, lembaran kayu gebyok, balok glugu untuk tangka atap, anyaman gedhek sampai pada kebutuhan gentengpun diupayakan semaksimal mungkin agar mudah, murah, melimpah, dan tentu saja aman. Lantai jenis tegel masih cukup layak disana, padahal di Surabaya sudah tak ada toko yang menjual tegel. Sebuah keragaman dalam setangkup bhinneka tunggal ika.










"Ayuk sayang langsung masuk aja lewat ruang tamu depan, romo sudah nunggu", bisik Nesa lembut saat hendak keluar dari mobil.

"Cieeeh..sayang rek. Cihuii. Ashiaaap sayaaang", jawab Yosa jahil diakhiri hadiah cubitan panas di perut.

"Kolonuwuun...", Yosa menyembulkan kepalanya di ambang joglo. Nampak Nesa masih sibuk membuka pintu belakang mobil mengeluarkan sebuah kardus entah apa isinya. Mungkin titipan ibunya beli sesuatu sebelum ke bandara tadi mumpung lagi ke Bandar Lampung.

"Eh monggo monggo nak.. kene pinarak (sini duduk). Iki pasti mas Yoda yang dijemput si Dewi tadi to..", seorang bapak paruh baya menyambut Yosa. Dengan selembar kain sarung coklat polos, baju koko motif lurik dan sebuah blankon membuat bapak ini terlihat sangat 'njawani'. Ehmm.. Dewi, ya memang Nesa dirumah dipanggil dengan Dewi, diambil dari nama belakangnya.

"Injih pak, nuwun sewu (permisi). Kulo (saya) Yosa sanes (bukan) Yoda", Yosa melangkah ke arah kursi dengan sedikit membungkuk. Tangan kanannya sedikit turun lebih rendah sebagai bentuk hormat yang biasa dilakukan orang jawa saat bertemu dengan orang yang lebih tua.

"Hehe iyo Yosa.. asmane sopo lengkape (nama lengkapnya siapa)?", sang bapak tertawa lepas.

"Yosanda Dimitri, pak", jawab Yosa santun.

"Hmm nama kota, ra mudeng aku (saya tidak paham). Tapi yang jelas pasti romo ne paring jeneng (bapaknya memberi nama) tidak main-main. Tentu bagus juga maknanya. Perkenalke, aku Pak Sugeng romo ne Dewi, Sugeng Cokroningrat", bapak tersebut manggut-manggut memahami kemudian memperkenalkan diri.

"Yosanda artinya kemandirian, pemikir progresif, inspiratif untuk orang-orang disekitarnya, menyukai hal-hal tentang kebaikan. Sedangkan Dimitri diambil dari bahasa Yunani yang artinya kesuburan", Yosa mencoba menerangkan makna dari namanya sendiri.

"Too.. uapik nak, bagus namanya.. Kemandirian seorang pria dalam kehidupan yang berbuah pada kesuburan rizki, kesuburan keturunan... nyamleng tenan (nikmat sekali)", pujian mengalun indah dari bibir pak Sugeng. Yosa hanya tersenyum hikmad.

"Yaa Awwoh.. lha kok sama namanya ama Sugeng preman.. wahh wahh wahh", batin Yosa terkikik.

"Yowes kono nek arep siram sek monggo. Ben seger pasuryane. Mengko lanjut maneh ngobrol ngancani bapak nyumet mbako hahaha.. (ya sudah sana kalau mau mandi dulu. Biar segar wajahnya. Nanti lanjut ngobrol menemani bapak menyulut tembakau)", ucap Pak Sugeng mempersilahkan.. eh pakai sebutan Pak Sosro saja ya biar berbeda dengan Sugeng adiknya Karjo.

"Wiii.. Dewi..rene nduk (sini nak). Iki mas e antar dulu biar bersih-bersih badan dan istirahat dulu, kasihan habis perjalanan jauh. Luar pulau jee", panggil Pak Sosro kepada Nesa anaknya.

"Njih Mo..", Nesa berlari kecil dari dalam rumah menuju joglo setelah meletakkan kardus yang ditentengnya.



-----





Sore yang tentram. Udara sejuk bersih tanpa polusi. Ayam berlarian di halaman dengan bebasnya. Beberapa bocah anak tetangga bermain dan tertawa lepas di halaman milik Pak Sosro. Suasana yang tenang, damai, dan penuh kehangatan.

Di joglo telah duduk Romo Sosro, ibunya Nesa, seorang pria muda seukuran SMA, dan seorang nenek sepuh kisaran 70 tahun yang kemungkinan adalah neneknya Nesa.

Yosa dan Nesa mengambil tempat duduk diantara mereka dan membaur mengikuti obrolan yang sudah berjalan. Sore itu Nesa sungguh jelita dibalut pakaian terusan kuning gading. Pakaian yang cukup pas dibadan membuat bukit didada dan bukit di bawah pinggulnya ter ekspos sempurna. Cukup proporsial dan sedikit lebih wow dibanding body Amanda. Rambutnya yang lurus ia ikat sedemikian rupa ke belakang sehingga kecantikan wajahnya terlihat kian menonjol.

"Nak Yoda.."

"Yosa Mo", potong Nesa.


"Eh iya.. nak Yosa maksud romo. Maklum sudah udzur hehehe. Mungkin tadi sudah sempat bertegur sapa. Tapi belum tahu ini siapa saja yg duduk di sini. Perkenalken ini Ibunya Dewi sekaligus sigaring nyowoku (belahan jiwaku) hahaha, trus eyang sepuh yang duduk di sebelah Ibu adalah ibunya istriku yaitu otomatis neneknya Dewi, dan yang ini Karjo Subekti adiknya Dewi satu-satunya. Ada satu lagi kakaknya Dewi namanya mbak Cahya Ayuning Tyas tapi beliau sudah almarhumah karena dianiaya mantan suaminya yang menjadi preman", Pak Sosro memperkenalkan satu per satu penghuni rumah tersebut. Yosa terhenyak mendengar nama Karjo dan Tyas disebut. Terlebih mantan suami almarhumah mbak Tyas juga preman. Suatu kebetulan yang luarbiasa. Ini pasti akal-akalan si semprul TS 😂.

"Injih pak..", Yosa menjawab pendek kemudian sejenak menunduk takzim kepada semua penghuni rumah.

"Nak Yosa ini asalnya dari Sidoarjo ya kata Dewi. Putrane sopo nak tulung dijlentrehne ben tambah semanak (putranya siapa nak tolong dijabarkan biar tambah akrab). Pantes to aku takon (tanya) bibit bobot bebet disik sebelum melangkah lebih jauh", sebuah pertanyaan wajib dari Pak Sosro yang umum disampaikan orangtua di kalangan jawa saat 'menyelidik' calon menantu.

"Bapak kulo paring asmo (ayah saya bernama) Raden Hadi Wijoyo. Keturunan langsung saking (dari) Prabu Brawidjojo Majapahit ke V. Menawi ibu kulo paring asmo Raden Ajeng Dewi Rukmini keturunan saking Ken Arok dan Ken Dedes kerajaan Singosari. Kulo anak tunggal", Yosa dengan sangat berwibawa menjelaskan silsilah keluarganya.

"Waahh luarbiasa. Berarti panjenengan (kamu, dalam sebutan halus dan menghargai) yo raden juga dong harusnya", Pak Sosro berbinar matanya mendapati seorang raden duduk di depannya dan mengharap putri satu-satunya.

"Injih pak.. di Akta ada R nya. Tapi tidak saya sebutkan sehari-hari karena di Surabaya istilah raden atau sejenisnya tidak ada gunanya", jawab Yosa takzim.

"Hiyoo pancen (memang) wong Suroboyo iki rodo aneh, kurang njawani", imbuh Pak Sosro.

"Lebih modern pak mungkin tepatnya", Yosa berusaha meluruskan.

"Lha trus agama ne nak Yosa piye (gimana), kerja nya apa?"

Berbagai pertanyaan dan tetek bengek yang berkaitan dengan kegiatan detektip penyelidik calon menantu terus bergulir. Yosa melibasnya dengan jawaban mantap dan yakin. Nesa tersenyum girang melihat Romo nya berdecak kagum pada sosok Raden Yosanda Dimitri.

"Tapi siji pesenku nak. Jangan sampai kamu bersikap kasar kepada istrimu kelak. Terus terang aku trauma dengan kejadian mbak Ayu", desau suara Pak Sosro sedikit terdengar bergetar. Sebuah kesedihan yang sangat dalam terpancar dari rona wajahnya.

"Injih..", jawab Yosa tulus. Terbayang wajah Karjo yang bengis dan kasar. Sedemikian tega berlaku tak lembut pada seorang wanita.

"Eh lupa, ayo monggo dinikmati cemilan dan kopinya nak", suara keibuan menyeruak. Lembut dan bersahaja sekali suara ibunya Nesa ini.

"Itu mbako ne monggo dicicipi juga. Hahaha tingwe nak, ngelinting sendiri", imbuh Pak Sosro ramah.

Keluarga yang harmonis, keluarga yang ngayomi, keluarga yang menyejukkan hati.




●•●•●•●





_scene 4, Dari hati ke hati



"Nes.. sepertinya Romo ada kecondongan ke aku yo", suara Yosa memecah keheningan saat mereka duduk berdua di pelataran rumah. Diatas rumput jepang yang lembut dilapisi tikar anyaman. Dihadapan Nesa berbagai makanan hasil bumi tersaji. Se teko teh panas manis mengepulkan asapnya yang harum khas melati. Sudah mirip tamasya saja mereka malam itu.

Pak Sosro dan keluarga memilih duduk bersama di ruang tengah menikmati tontonan sinetron laga sekaligus memberi kesempatan dua sejoli untuk berduaan memadu kasih, mengecap manisnya cinta.

"Pean iku wes tergolong wow pake banget mas dihadapan Romo. Meski kami jawa asli tapi kami kalangan biasa. Hanya keturunan entah dari prajurit Majapahit atau kerajaan mana aku kurang paham. Sedangkan mas Yos, seorang raden keturunan Raja Majapahit dan Raja Singosari. Itu seperti anugerah luarbiasa bagi Romo", tutur Nesa menanggapi.

"Aku pribadi sih ga mikir gitu-gitu sebenarnya. Mau raden kek, dayang-dayang kek.. ato apalah, itu kan cuma leluhur pendahulu kita. Aku apa sih, nembang jowo aja ga mudeng haha. Jodoh itu yang penting cocok satu sama lain", cara pandang Yosa yang cukup moderat dan terbuka.

"Iyo mas.. wes terserah Romo. Kita manut aja", tambah Nesa menyudahi pembahasan silsilah yang tak ada habisnya.

"Iya sayang.. 😁", jawab Yosa sok mesra.

"Cieeeh gantian panggil sayangg iihh.. hihihi", goda Nesa.

"Sem asem.. aku dibales hahaha", Yosa tertawa kecut mengingat kata-kata itu yang ia ucapkan tadi siang untuk menggoda Nesa, eh sekarang malah balik lagi.

"Iya sayaaangkuh.. gausah nesu (marah) ahh", Nesa memeluk erat tangan Yosa yang duduk di sebelahnya. Sambil pula ia sandarkan kepala ke bahu Yosa. Sebangsa daging kenyal-kenyil menekan lembut tubuh bagian samping Yosa karena pelukan tersebut.

Mak sriiing..
Yosa merasakan dorongan lembutnya daging tersebut.. dasar kadal buntung tetep aja bertanduk kalau sudah menjurus ke yang enak-enak.

"Kita ini pacaran ya?", tanya Yosa sambil wajahnya tengadah menikmati kerlip bintang gemintang di atas sana.

"Iyaak..", jawab Nesa yakin.

"Kalau begitu besok langsung aku lamar gimana?", tanya Yosa lagi dan langsung disambut pelukan kedua tangan Nesa melingkar di pinggang Yosa. Wajah Nesa menengadah memandang wajah Yosa dengan penuh kasih.

"Mwuahh.. aku cinta kamu, aku sayang kamu Nes", sebuah kecupan di kening melumerkan hati Nesa se lumer-lumernya.

Mereka semakin asyik berbicara dari hati ke hati hingga larut malam. Semuanya begitu indah dan sempurna. Hingga tak terasa mereka tertidur berdua beralaskan tikar dibawah angkasa raya.

Tak ada duka..
Tak ada luka..
Hanya ada cinta.


-----




Indah larik pelangi
Seusai hujan membuka
Hari Samar dirajut mega
Garis wajahmu lembut tercipta

Telah jauh kutempuh.. perjalanan
Bawa sebentuk cinta
Menjemput impian

Desau rindu meresap
Kenangan haru kudekap
Semakin dekat tuntaskan penantian
Kekasih, aku pulang
Menjemput impian

Kau dan aku..
Jadi satu
Arungi laut biru
Tak kan ada yang kuasa
Mengusik haluannya

Kau dan aku..
Jadi satu
Sambut datangku

Sekian lama waktu telah mengurai makna
Cinta kita gemerlap terasah masa
Kan kubuat prasasti
Dari tulusnya janji
Walau apa terjadi
Tetap tegak berdiri


(Diskografi FigurX : Menjemput Impian - kLa Project)


●•●•●•●



Nesa yang jelita..
TS pun terkiwir-kiwir padamuhh.. hahaiii 😂


See u di next update 👋


✋Salam Semprul👍

-----

#staydisini
#pantenginterus
#jangankasihkendor
#sunduldonk
#dukungbiarteruslanjut

#cuk


*******************
 
Terakhir diubah:
Jebulen nesa esih sedulur karo tyas..
Adik dapat kakak juga dapat, edyan tenan
 
Ada satu lagi kakaknya Dewi namanya mbak Cahya Ayuning Tyas tapi beliau sudah almarhumah karena dianiaya mantan suaminya yang menjadi preman",

Bikin penasaran omm..

Apa cuma kebetulan sama nama???
 
loh poligami lak an engkok iki

ayo wes nang lamaran trus nikah ben happy ending
nesa kapan di ajak ke pucang bossku
saya tunggu ya wkwkska
 
loh poligami lak an engkok iki

ayo wes nang lamaran trus nikah ben happy ending
nesa kapan di ajak ke pucang bossku
saya tunggu ya wkwkska

Wah lha ts keduman opo rek
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd