Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT ACKD - Aku Cinta Kau & Dia (By : FigurX )

Andai kamu TS, ingin Yosa berpasangan dengan siapa di akhir cerita? #vote tdk mewakili kisah akhir

  • Menjadi pasangan Tyas

    Votes: 5 6,3%
  • Menjadi pasangan Nesa

    Votes: 11 13,8%
  • Menjadi pasangan Dua2nya

    Votes: 49 61,3%
  • Tidak semuanya

    Votes: 3 3,8%
  • Menjadi pasangan Cewek lain

    Votes: 12 15,0%

  • Total voters
    80
  • Poll closed .
Welcome to ⤵





●•●•●•●


Part 18


Friendship Price



●•●•●•●




_scene 1, Nekad


-----





Bangun tidur ku pergi tanpa sempat gosok gigi
Apalagi untuk makan mandi dandan rapikan baju tak mungkin
Mengejar janji kencan di tempat yang disepakati
Agar bokap nyokap kakek nenek paman bibimu repot mencari
Kasih kita bertemu bergumul dan bercengkerama
Tanpa harus lepaskan baju celana sperti orang yang lupa diri

Aku bukan jagoan, juga bukan Don Juan
Hanya sekedar ingin menikmati masa muda tanpa ekstasi

Wee-yaa-ee-yaa-ee-yoo-ee!
Wee-yaa-ee-yaa-ee-yoo-ee!
Wee-yaa-ee-yaa-ee-yoo-ee!
Wee-yaa-ee-yaa-ee-yoo-ee!

Mereka bilang...
"Itu wajar saja..."

Memang...
(Ugh!)

Bapakmu bilang...
Aku rada gila...

Edan!

Seribu alasan kau muntahkan penuh ekspresi
Agar kita dapat saling melepaskan tawa di sepanjang hari
Semangatku berkobar, anganku pun melayang
Walau bokap nyokap kakek nenek paman bibimu pegang belati

(Diskografi FigurX : Nekad - Jamrud)




-----





Nesa duduk bersimpuh di lantai kamar hotel, bersandar di tembok pemisah antar kamar, tepat disamping meja hotel satu-satunya di kamar tersebut. Yosa mengikuti langkah Nesa dan ikut bersandar disana dengan kaki berselonjor.

Keduanya terdiam. Memandang lipatan seprei springbed yang tertata rapi. Berdua melamun, pikiran melayang mencari ikatan simpul yang terperam jelaga.

Nesa hendak berucap, tapi berucap apa?.. tak ada hal terbaik yang bisa ia pilih, kecuali menuruti keinginan Romo nya. Pun begitu juga dengan Yosa, hal bodoh dari seorang Yosa yang biasanya Brilian telah ia lakukan dan menghasilkan sakitnya godam yang menumbuk tengkuknya, sisakan pening tak berkesudahan.

"Harusnya aku tak kesini sekarang, semua jadi kacau", runtuk Yosa berang terhadap dirinya sendiri.

"Mas ini ngomong apa??, yang sudah terjadi tak perlu disesali. Yang salah adalah kebiasaan di masyarakat.. Gusti pun membolehkan pernikahan siri.. mengapa mereka tidak?", Nesa terpancing atas ucapan Yosa yang seolah mengutuk pertemuan mereka.

"Iya aku paham, tapi adat umum pasti akan menentangnya. Kita hidup ditengah masyarakat yang heterogen Nes", sanggah Yosa.

"Kenapa mas jadi lemah gitu sih??, kenapa??. Kenapa berubah pola pikirnya seperti Romo?", Nesa kembali kalut. Ucapannya tajam dalam upaya menahan tangis yang kian tak terbendung.

"Aku hanya mencoba berdamai dengan realita", kembali Yosa menyanggah apa yang dituduhkan Nesa.

"Berdamai dengan realita?, atau berdamai dengan rasa takut mas sendiri?. Nesa pikir mas datang untuk memperjuangkan cinta kita, memperjuangkan Nesa. Nyatanya, besok mas pergi menyisakan pedih", tangis Nesa mulai terdengar. Sangat dramatis.

"Aku sangat sayang kamu Nes.. sangaaat sayang", ucap Yosa meyakinkan.

"Sayang dari hongkong??. Apa buktinya? Mas menyerah !!", Nesa terus mencecar dengan segala ungkapan dan pertanyaan. Ia ingin meluapkan semuanya. Bila tidak ingat sedang di dalam hotel, mungkin Nesa sudah berteriak kencang.

"Jauh-jauh aku kesini untuk apa? Karena aku sayang sama kamu. Di Surabaya ga kurang wanita cantik dan seksi Nes. Dan aku memilih kesini karena separuh nafasku ada di kamu. Hanya saja kita terkendala adat. Kita perlu menahan sejenak untuk kelak kita bersatu selamanya", Yosa berusaha sebaik mungkin agar Nesa bisa paham. Setidaknya mendukung rencana Yosa kedepannya.

Mendadak Nesa berdiri dan melangkah sedikit menjauh dari Yosa. Nesa yang saat itu menggunakan pakaian dengan atasan kaos oblong hitam dan bawahan celana jeans ketat sebenarnya terlihat sungguh menarik. Casual and Girly banget. Namun tangisnya yang masih menyisakan isak membuat pesona Sang Dewi terselubung sendu.

Nesa dengan sangat terburu-buru melucuti semua pakaiannya. Tubuhnya kini polos tanpa kain penghalang sedikitpun.

"Mas.. nikmati tubuhku mas. Buktikan sayangmu pada Nesa. Jika perlu, hamili Nesa mass.. miliki aku. Nesa ga mau kehilangan mas Yos. Ayo sini mas.. Nesa siap menuruti yang mas mau asalkan mas tidak meninggalkan Nesa !!", Nesa nekad naked dihadapan Yosa. Dengan lantang ia tawarkan masa depannya hanya untuk Yosa. Sungguh tawaran yang sangat menggiurkan untuk pria manapun di dunia ini. Apalagi dengan melihat tubuh Nesa yang sangat indah. Kulitnya putih bersih tak bercela. Badannya ramping tanpa lemak berlebih. Perutnya singset. Dadanya menjulang membulat indah dan tidak over size. Bulu pubisnya telah dicukur bersih menyisakan belahan surgawi yang tembem merekah. Rambutnya panjang terurai mempertegas daya tarik seksual yang sangat pekat.

"Nesaaa... kamu ngapain sih???. Bukan seperti ini caranya!!", Yosa berdiri dan membentak. Ini waktu yang tak tepat untuk memacu syahwat.

"Tiduri aku mas.. plisss. Aku takut kehilangan kamuuu.. hikkss hiks", semakin kacau ucapan Nesa. Ia kembali menangis tersedu.

"Sudahlah sudaahh.. cuppp sayaang. Tenanglah", Yosa mendekat. Bukan untuk menikmati tubuh Nesa, namun memeluknya dengan penuh kasih sayang. Sekejab buah dada Nesa menekan erat dalam pelukan Yosa. Namun Yosa kali ini sungguh berbeda. Tak ada hasrat memburu disana. Yang ada dalam hatinya adalah keagungan cinta.

Yosa membiarkan Nesa sesenggukan dalam pelukannya. Nesa yang jelita tidak akan nikmat dalam keadaan seperti ini. Berhubungan intim membutuhkan ketenangan.

"Sudah yaa sayang.. yuk sekarang Nesa mandi sana biar seger. Sudah sore ini.. abis itu Nesa cantik temenin mas makan yah. Sejak pagi dirumahmu tadi mas belum makan apa-apa sampai sekarang", inilah kebesaran hati seorang Yosa yang sempat hilang. Kemampuannya mengontrol emosi dan berpikir progresif kini hadir kembali. Welcome back Yosa.


-----









Sore hingga malam mereka habiskan dengan berjalan-jalan disekitar hotel, mencari makanan, bersenda gurau, menjalin hubungan batin lebih mendalam. Mengikat kasih dan menanamkan rasa saling percaya.

"Sudah jam 9 lho Nes.. kamu pulang dong. Nanti dicari Romo", ucap Yosa saat melangkah kembali ke arah hotel.

"Ga mauuu.. aku mau tidur disini aja", rajuk Nesa.

"Lhoo.. kalau Romo marah gimana hayo..?", kejar Yosa.

"Bodooo.. Nesa lagi sebel ama Romo", jawab Nesa ketus.

"Yaudah iya iyaa.. ayok", Yosa menggandeng erat jemari tangan si jelita.

Tiba di kamar hotel, Nesa langsung menuju kamar mandi. Yosa segera mengambil handphone nya dan menulis sebuah pesan. "Romo....bla bla bla....", setidaknya agar bapaknya Nesa tidak khawatir.


Sekian jam berlalu..




Nesa dan Yosa masih asyik rebahan di tempat tidur sambil menikmati acara televisi. Tidur berdampingan dan saling menahan diri dari tumbuhnya hasrat manusiawi.

Sebenarnya mata Yosa sudah sangat berat. Ingin rasanya ia tidur. Segala yang terjadi hari ini sungguh membuatnya lelah lahir batin. Namun sepertinya Nesa masih asyik menikmati acara televisi, tak tega membiarkannya sendiri. Sebentar Yosa memejamkan mata, sekedar melepas sedikit penat.



"Ga bobo Nes?", bisik Yosa lembut.

"Iya ayook.. tapi dipeluk yaa..😊", jawab Nesa manja.

"Iya iyaa ayo sini", Yosa menyusup dibawah selimut dan bersiap memeluk bidadarinya.

"Hmmm.. dipeluknya ga pakai bajuuu", rajuk Nesa.

"Iihh.. ada-ada aja sih", Yosa berusaha bertahan dari bisikan nafsunya.

"Nes janji, ga minta di setubuhi kok.. ✌. Cuma pengen disayang ajahh", jawab Nesa pelan.

"Sama ituu.. penasaran ama anu nya mas Yos yang di VC waktu itu.. pengen liat aja.. plisss sayaang", rengek Nesa.

Tanpa menunggu persetujuan Yosa, Sang Dewi kembali melucuti pakaiannya. Kali ini Yosa menelan ludah melihat keindahan yang sungguh sempurna. Tanpa emosi, ternyata semuanya jadi lebih mudah dan indah. Dan jelas saja, batang Yosa perlahan kian menegang tegak. (Dasaarrr kadal buntung ijo hmmm wkwkwk)

"Iish mas jangan diliatin doang. Mas kok ga buka baju sih??!!", protes Nesa.

Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Yosa menurut. Satu per satu pakaian ia loloskan dari tubuh tegapnya.


Hhhaaah..!!




Nesa terbelalak hebat. Mulutnya menganga dan ia tutupi dengan tangan.

"Kenapa kamu?", tanya Yosa.

"Itu..ii.tu.. yaa ampun Gusti Pengeran.. itu asli mas?", Nesa masih tertegun melihat benda di selangkangan Yosa.

"Engga.. ini cuma karet", jawab Yosa selengean.

"Duh Gustiii.. iso jebol anuku..", Nesa masih saja bingung melihat batang Yosa.

"Hmmm.. sori, tidak untuk coba-coba", Yosa berbalik badan bergaya acuh tak acuh. Membuat Nesa sewot.

"Iiih mas kok madep sana sihh", kembali Nesa protes.

"Iyaa.. ayo katanya mau tidur. Sini.. udah malem", Yosa kembali berbalik kemudian merebahkan diri memeluk tubuh lembut Nesa. Sangat sulit bagi Yosa mengalahkan birahinya yang terpancing. Ini bukan perkara mudah.

Ditengah tempat tidur, mereka saling berhadapan dan berpelukan. Masing-masing diam. Tak ada ucapan. Berusaha menenangkan diri. Namun tak lama kemudian jemari lentik Nesa bergerak meraih batang Yosa yang menekan lembut pahanya. Keterpukauannya belum juga sirna. Yosa berusaha memejamkan mata untuk tidur. Membunuh birahi.


-----




Emmuaah..


Kecupan di bibir Yosa memancing matanya untuk kembali terbuka. Ia pandangi wajah cantik dihadapannya. Sungguh cantik, sangat cantik..


Eeehmm..


Hemm..




Mereka akhirnya saling melumat bibir. Ciuman penuh gelora. Lumatan, hisapan, kuluman silih berganti mewarnai perciuman panas. Tangan Nesa semakin keras menggenggam dan meremas batang kemaluan Yosa.


Yosa tak tahan. Ia segera berguling dan menindih tubuh Nesa.


"Mass.. katanya ga usah disetubuhi..", bisik Nesa dengan mata sayu.

Yosa tak menjawab. Namun kembali melumat bibir kekasihnya tanpa ampun. Nesa menjulurkan lidah yang disambut dengan kuluman oleh bibir Yosa. Dibawah sana pinggul Yosa bergerak menggoyang, menggesekkan batang gedenya ke serambi luar bibir kemaluan Nesa.

Hmmm..



Eehhmm..

Ooohhh..hmmm


kecipak suara bibir bertukar lidah di iringi rintihan Nesa yang terangsang hebat selangkangannya.

Yosa menghentikan ciuman dan kembali bergeser ke samping Nesa. Ada rona kekecewaan terbesit di wajah Nesa. Nafsunya terlanjur menyeruak hingga ubun-ubun.

Yosa menurunkan wajahnya kemudian melumat puting coklat muda yang membulat tegak.

"Ouuuhh", Nesa melenguh geli.

Berbarengan dengan itu Yosa mulai meremas buah dada ranum yang sedang dikulumnya.

"Oooh mass", Nesa semakin meronta menikmati.

tak cukup disitu, tangan Yosa yang lainnya meluncur kebawah membelai bibir kewanitaan Nesa. Meraba dengan lembut. Merasakan lembabnya bukit berbelah yang sedang terangsang akut.

"Aahhh mass aaaah", Nesa mendesah kuat saat jari Yosa mencoba masuk ke bilik yang lebih dalam dari kemaluan Nesa. Diikuti gosokan jari jempol di area kacang hijau. Membuat Nesa semakin mendelik enak.

"Mas.. Nesa pengen mas..ahhh", teriak Nesa diantara desahnya.

"Pengen apa?", tanya Yosa pura-pura tak paham.

"Penngen ahhh.. dimasuki hmm.. kon..kontol nyah mass ssstt ahh", desah Nesa. Ucapannya semakin berani.

Yosa akhirnya menyerah pada bisikan dua tanduk di atas kepalanya. Dengan bergegas ia naik ke atas tubuh seksi Nesa si cantik jelita.

Dibantu Nesa, batang Yosa mulai menukik tajam membelah labia mayora disusul labia minora di bibir kemaluan yang sangat tembem tersebut. Lelehan cairan cinta mempermudah penetrasi batang kekar Yosa yang berukuran diatas rata-rata.

"Ooouuh.. masss ahh", Nesa mendesah keras saat batang Yosa tinggal sekian centimeter lagi terbenam.

Dengan satu dorongan kuat akhirnya batang tersebut lumat sudah ke dalam lubang legit yang masih berwarna pink kemerahan.

"Aaahhhkkh mass.. aduhh sakitt.. terlalu besar..", teriak Nesa sedikit panik.

Yosa tak kehilangan akal, dengan lembut iya pompa batangnya untuk mencoba merenggangkan rongga yang masih sesak tersebut meski ia telah tak perawan lagi akibat pergaulan bebas dengan mantan pacar Nesa dikala SMA.

"Oooh sud.ahk enakk sekk karang mass.. ooohh", berhasil juga akal Yosa mencari cara.

"Terus mass ssshh enak..gedee banget.. ahh", Nesa makin menggila.

Yosa berinisiatif untuk memompa cepat agar Nesa dapat lebih menikmati pergumulan itu.

Clepp..
Cleppp..
Clep..

Yosa terus memompa dengan cepat tanpa memberi ruang kepada Nesa untuk sekedar menarik nafas.

Oooh mass
Ahh ahh ahhhh
Ampun masss..
Ahhhh..

Nesa seperti mendesah, meronta, namun ada yang sedikit janggal.. dan akhirnya terbukti..


Nesa pingsan.




-----





Yosa terkejut dan segera duduk diatas tempat tidur. Diliriknya Nesa.. Nesa masih tertidur lelap dengan memakai pakaian lengkap. Begitu juga Yosa masih lengkap pakaiannya. Ooh.. kedua kalinya mereka tertidur bersama. Yosa menoleh ke arah televisi yang masih menyala dengan tampilan semut kemudian tersenyum.


"Cukkk.. cuma mimpi..asemm", Yosa terkekeh sekaligus bersyukur.

Dilihatnya jam dinding, pukul 3 pagi. Dengan perlahan ia mendekati wajah Nesa yang masih tertidur. Dibelainya rambut Sang Dewi, kemudian dikecupnya lembut. Nesa sedikit membuka mata, tersenyum.

"Pagi sayaang", bisik Yosa.

"Hmm pagi sayang.. aku ga diapa-apain kan?", balas Nesa sambil tersenyum manis.

"Aku ga sok suci sayang. Tapi khusus buat bidadariku yang tersayang ini, akan aku apa-apain setelah resmi nikah nanti. Cintaku melebihi apapun Nes. Aku janji akan segera kembali kesini secepat-cepatnya dan menikahi kamu sayang", tatapan teduh Yosa hadirkan kedamaian di hati Nesa. Mereka berpelukan dan melanjutkan tidur.


"Semoga mimpi lagi...haha", batin Yosa tengil.





●•●•●•●






_scene 2, Kejutan



Hari belum terlalu sore saat pesawat yang membawa Yosa landing di Bandara Internasional Juanda. Terlihat dikejauhan Yanto dan Doni sudah setia menunggu di pintu kedatangan. Mereka sontak tersenyum saat melihat Yosa muncul diantara kerumunan.

"Wahh seger e rek yang habis keramas", Yanto menggoda.

"Taekmu ta..", Yosa sedikit ngakak. Tiga hari berbahasa jawa halus cukup membuatnya terbelenggu. Namun akhirnya bisa bebas misuh juga sekarang hahahaha.

Mereka langsung pulang ke kosan Yosa setelah sebelumnya mampir dulu untuk makan malam di warung nasi bebek. Bukan makanan khas Surabaya, namun tak dapat dibantah bahwa yang paling mantap adalah nasi bebek ala Surabaya lengkap dengan bumbu kuningnya dan tak akan dijumpai di kota lain.

"Eh Dodo mana bro kok belum kelihatan?", tanya Yosa saat kaki mereka baru saja memasuki kamar kosan.

"Eehmmm.. sebenarnya.. begini bro, semalam Tyas memberitahu kami bahwa dia di hubungi mantan adik iparnya.. dan mengancam akan menghabisi kita satu per satu. Mulai dadi Dodo.. eehm.. semalam diculik", terang Doni.

"Apaaa?!!!"

"Kenapa baru bilang sekarang? Hahh !!, kenapa tidak dari semalam kalian WA ke aku?, Tyas kenapa juga diam, tidak hubungi aku?... kenapa sejak tadi kalian diam saja??, malah santai ikut makan. Kenapa dari kemarin kalian tidak berusaha membantu Dodo??!!... Brengsekk kalian", Yosa emosi bukan kepalang.

"Oohh.. karena baru kenal Dodo trus kalian dan Tyas cuek gitu sama dia?? Ga peduli gituu ?!!. Tenang banget kalian seolah tidak terjadi apa-apa", Yosa marah. Dicengkeramnya krah baju Yanto dengan wajah penuh kebencian.

"Kamu jangan asal nuduh broo.. sudah mending kami cerita tadi daripada tidak sama sekali", Yanto ikut terpancing. Wajahnya memerah menahan api kemarahan.

"Cuihhh.. mending ndasmu !!!. Kalau aku tadi ga tanya, mana mungkin kalian cerita. Dasar kalian ga punya perasaan setia kawan. Menyesal aku kenal kalian hahh", Yosa tak mau mengalah. Ia terus menghardik tanpa ampun.

"Broo.. yang bener kalau ngomooong. Jancukkk", Doni yang ikut tersinggung tiba-tiba melayangkan pukulan dari posisi samping.

Plekk..

Reflek Yosa membaca gerakan itu dan menangkisnya dengan tangan kiri. Setelah menangkis, Yosa memanfaatkan tangan kiri yang sudah dekat dengan tubuh Doni untuk mendorong sehingga Doni sedikit terhuyung ke samping. Yanto yang masih dalam cengkeraman Yosa berusaha membantu Doni, bergerak hendak memberi pukulan namun Yosa segera menyadari dan mendorongnya ke arah belakang.

"Mau memukul??!!, konco (teman) tengik kalian !!. Aku saja tak pernah berpikir untuk memukul sahabatku sendiri. Utekmu nang dengkul ta cuk (otak kalian di lutut ya) ? Bosoook utekmu !!", Yosa menuding geram pada Yanto dan Doni. Tak menyia-nyiakan waktu berurusan dengan teman yang tak berguna, Yosa segera balik badan, menunggani motornya, dan berlalu pergi tanpa peduli pada Yanto Doni, tak peduli pada kamarnya yang belum sempat dikunci. Ia mengejar waktu demi sahabat terbaiknya. Sebuah harga persahabatan yang tak bisa dibeli dengan apapun.




-----





Tookk.. tokk


"Lho mas Yos..", Tyas muncul di ambang pintu kamar dan melihat Yosa yang datang dengan wajah penuh kekesalan.

"Ga usah sok manis.. aku mau tanya, kenapa ga segera hubungi aku saat Dodo diculik kemarin ?!!. Kamu tersinggung karena aku menjauhimu gara-gara Karjo ??. Atau kamu ga suka lihat aku datangi Nesa di Lampung??", Yosa membentak. Namun Tyas tidak lembut seperti biasanya. Kali ini Tyas sangat tegar dan kokoh.

"Yaa.. mas benar sekali. Karena dua hal itulah aku marah. Mas menjauh dari aku setelah berhasil tiduri tubuhku. Kamu kira aku upruk (pelacur)? Ga sopaan!. Lalu kamu berangkat menemui gundik mu (wanita simpananmu) di Lampung.. enak saja nyuruh aku nunggu. Suruh dia yang nunggu !!. Wanita mana di dunia ini yang mau jadi nomer 2 mas??. Jadi mulai sekarang, aku ga peduli lagi apa yang terjadi pada kamu dan teman-teman kamu. Hubungan kita sudah berakhir ", Tyas sudah berubah. Sejak ia melakukan masturbasi saat itu, mungkin ia sangat kalut. Ada tekanan batin yang ia tahan.

"Ooh begitu rupanya sifat aslimu Yas. Maaf, buang-buang waktu meladeni kamu. Keselamatan Dodo lebih penting. Tolong kasih tahu, dimana rumah Sugeng..", Yosa sudah muak melihat wajah Tyas.

"Maaf aku tak tahu. Saat aku masih jadi istrinya mas Karjo, si Sugeng tinggalnya di Lampung. Kumpul keluarga istrinya. Tapi jika sekarang aku tahu pun, rasanya tak penting juga untuk aku share ke kamu mas. Faktanya adalah mas Karjo ayahnya anakku, Sugeng pamannya anakku, dan kamu ora sanak ora kadang (bukan kerabat). Sudah deh, aku capek. Mau tidur", Tyas benar-benar telah berubah drastis sejak Yosa berangkat ke Lampung. Yahh sudahlah, itu hak dia.

"Oooh gitu ya. Ok ok. Menyesal aku sudah mengenal kamu !!", telunjuk Yosa membentur pintu. Tyas sudah berlalu ke dalam kamarnya sedetik sebelumnya.








----







Disebuah warung kopi di kawasan Gubeng Kertajaya..




"Mas to, kondisi urgent. Sugeng menculik Dodo", ucap Yosa kepada Sinto yang sedang ngopi di warung biasanya.

"Opo bosss???!!.. Pak boss bro Dodo sido digarap Sugeng?", sambut Sinto terperangah.

"Sampean ngerti markas e Sugeng?", tanya Yosa.

"Gampang iku bos isok dilacak. Tapi ga bengi iki yo. Paling ga besok tak kasih kabar? Yopoo?", balas Sinto.

"Iyo mas, tapi secepatnya yo. Mesakno (kasihan Dodo)", lanjut Yosa.

"Yo iyolah bos, aku juga sakno rek. Konco kentel koyok umbel haree. Aku yo mesti kudu hubungi arek-arek juga iki gawe bantu. Pengikutnya Sugeng buanyakkk soale", Sinto berseloroh mencoba membuat Yosa sedikit mereda kepanikannya.

"Iyo mas suwun yo..", Yosa tersenyum dan mendadak menampar tipis pipi Sinto, reflek kegembiraan karena tanpa Yanto, Doni, dan Tyas ternyata masih ada sahabat lama bernama Sinto yang ikhlas mebantu lahir batin.

"Ehh kirik kirik asu jembut.. halahh boss westalah ojok ngageti", 😂 Sinto kumat.

"Iyo mas, sepuranee !!", Yosa meminta maaf dengan menepuk pundak sahabatnya tersebut.

"Iyo eh iyo eh kontol ijo ngaceng..ceng keloloten jembuuut", .. wkwkwk

"Hadohh Pak bosss", .. 😭



Gathelll telll el😂😂 preman kenthir !!





●•●•●•●







_scene 3, Serbuuuu (Serba lima ribu 😆)












"Halloo Geng.."

"Sopoo iki??"

"Jancukk raimu, Sinto Su.. ga apal suaraku ta ndeng?. Wooo kupingmu kakehan disogok kontol"

"Jaitt.. Cak Sinto, sepurane ga tak save nomer e pean. Jek buru ganti hape. Onok opo bos?"

"Nang ndi koen cuk?, kate njaok tulong aku"

"Nang markas perak cak, wah aku iseh ono kesibukan bos"

"Jancukk, wani koen nolak aku? Tak congor lambemu gelem ta?"

"Weiis kalem bos.. iyo iyo onok opo seh bos?"

"Aku mari nyolong spedae wong iki nang parkiran kolombo. Bukakno pager yo, tak ngombong, selak kecekel aku"

"Iyo bos beress lek ngunu ae"

"Share loc mu nang WA nomer iki. Cepetannn.. sampe aku ketangkep, tak bubuti jembutmu !!


"Iyo cak bos, gausah emosi talahh.. siaaapp


Sinto menoleh kepada Yosa dan tersenyum. Yosa ikut tersenyum. Kemudian Sinto menyalakan kembali handphone.


"Haloo Jon, wes siap pasukanmu?. Budalo teko wilangun saiki nggowo arek 30. Maringene tak share loc. Sampe sana tunggu aba-aba ku


"Haloo Mun, siap budal yo? Teko bulak banteng nggowo'o arek 30. Tak share loc. Sampe kono tunggu aba-aba ku


"Cak bro Pri Supri.. polwiltabes kan idek ambe perak yo?. Kawal diluk po'o aku cak.. nggowo polisi krocok ae gapopo. Wong slawe ngunu lho. Aman to?. Ojok bocor. Matek aku sampek mlebu sel. Gaiso nyelup kimpet maneh wkwkwk. Santaiii.. tak jatah sego padang haha. Suwun cak, maringene tak share loc.

"Koen wong 50 budhalo sek (berangkat aja dulu), berpencar biar tidak mencurigakan lantas", Sinto menoleh kepada Wawan yang sudah sedari tadi menunggu perintah bergerak.

"Yaopo bos bro.. 30+30+50 hmm 110 orang, ditambah 25 polisi. Kurang?", Sinto menoleh kepada Yosa yang terbengong melihat kemampuan Sinto bak panglima perang mengatur pasukan.

"Emang orangnya Sugeng berapa sih?", tanya Yosa heran.

"30...😆", Sinto terkekeh.

"Gendeng cuma 30 wkwkwk.. kita wong 2 ae ngatasi sakjane mas", ucap Yosa masih terheran-heran.

"Males boss, lagi ga mood gelut..", bantah Sinto.

"Wooo.. Jangkrikk sampean iku !!", Yosa terbahak. Gerakan kakinya menendang pantat Sinto.

"Ehh iyo iyo jangkrik krik krik..jangkrike kecepit kimpet... Halahh bos e iki lak mesti ngerjain"

😂😂Longor.


-----






Bremmm..ciittt

Sinto masuk ke sebuah pelataran gedung tua mengendarai motor Yosa. Seorang bertato dan berkepala plontos menyambutnya.

"Weihh boss.. dapet motor sport rek. Istimewah", ucap si Plontos memuji kelihaian Sinto.

"Jancukk Geng. Diuber satpam aku iku mau", jawab Sinto ber akting.

"Santai boss.. nang kene aman (disini aman)", balas si Plomtos yang ternyata Sugeng. Mereka beriring masuk ke gedung tua dengan mendorong motor hasil akting colongan Sinto.

"Lhukkk.. sopo iku sak jodo mok cancang ngunu (siapa itu dua sejoli kamu ikat begitu)?", Sinto menoleh ke sisi ruangan yang terpancang empat pilar. Dua pilarnya digunakan untuk mengikat Dodo dan Amanda. Dodo terkesiap melihat Sinto, namun segera diredam oleh kedipan mata Sinto kearahnya. Wajah Dodo terlihat babak belur. Darah kering menempel di dagunya. Sedangkan Amanda awut-awutan rambutnya, namun pakaiannya masih lengkap.

"Biasa cak bos, arek longor (anak bodohh) tapi sok iyes", jawab Sugeng santai.

"Lhoo iku yang cewek cakep Geng. Ga mok gebleh ae (ga kamu setubuhi aja), Sayang ga kepakai hahaha", Sinto tertawa terbahak demi melihat tubuh sintal Manda serta kecantikan wajahnya. Hanya akting ya bos Dodo, jangan marah.

"Wah ga bos. Aku meski suka bertengkar, tawuran, suka ngamuk, bandel. Tapi aku tdk mau mabuk dan angger ngenthu (asal bersetubuh). Ga selera aku", sungut Sugeng menampik ide tak senonoh Sinto.

"Waaancukk.. Preman syariah koen.. wkwkwkwk", Sinto terbahak meledek. Sugeng hanya diam tak berani membalas.

"Preman cacingan ehh.. syariah opone", suara Yosa menyeruak. Tahu-tahu Yosa sudah asyik duduk diatas motornya yang diparkir di dalam ruangan tersebut.

"Waaah teko marani gepuk koen (kamu dateng cari mati) ?!!", Sugeng berang melihat Yosa yang cengengesan.

"Koen yang manggil Singa cukk", bentak Yosa tak mau kalah.

"Rekk.. habisi monyet ini", Sugeng berteriak memanggil anak buahnya yang sedang asyik bersantai di dalam kamar-kamar ruangan. Sontak mereka yang berjumlah 30an orang menghambur.

"Woiii mlebuo kabeh...", gantian Sinto memberi instruksi. Hampir 4x lipat dari jumlah anak buah Sugeng memasuki gedung. Seperti sedang ada konser musik saja.. Ramai sekali.

"Lho suwun cak bos dibantu nggowo anak buah", Sugeng menoleh ke arah Sinto dan berterima kasih atas bantuan pasukan tambahan.

"Koen iki ancen congok (kamu itu asli bego) Geng.. lihat itu orang yang kau ikat, dan lihat itu pemilik motor sport. Mereka semua bos ku ndeeeng !!!", Sinto berteriak lantang memenuhi seisi ruangan.

"Lho cak tapi.. eh anu..", Sugeng tergagap sempurna.

"Lha lho lha lho gundulmu a?!!. Suruh anak buahmu diam, atau akan kuhabisi", bentak Sinto.

Seisi ruangan terdiam. Mereka sedang melihat raja preman mengamuk. Salah bicara sedikit saja bisa benar-benar habis.

"Mas to...", aku minta satu lawan satu aja sama kunyuk itu. Sekalian tulung pean buka ikatan tali Dodo", Yosa berdiri di depan Sugeng. Tanpa komando, semua anak buah kedua belah pihak membentuk lingkaran besar. Mengitari persabungan yang akan segera berlangsung.

"Wooo yo siappp tokkk Pak bos..", Sinto melangkah santai kearah Dodo dan Amanda.

Nyali Sugeng sudah ciut duluan. Ia tak membayangkan bahwa Sinto ada di pihak Yosa. Andai kata nantinya Sugeng menang berkelahi satu lawan satu, maka tetap saja ia tak akan selamat dari incaran Sinto berikut anak buahnya. Dalam hal dunia ke-preman-an di seantero Surabaya, Sidoarjo, Gresik.. Sugeng hanyalah remahan kecil rengginang di sebuah kaleng konghuan yang mana kaleng itu dibawah kekuasaan Sinto.

Yosa kian mendekat menyambut perkelahian tersebut. Kepalang basah, Sugeng langsung melayangkan tendangan ke arah dada Yosa. Yosa hanya butuh sedikit memiringkan badan untuk menghindari tendangan Sugeng.

Kaki kiri Yosa laksana pegas melentingkan tubuhnya. Dalam sekejap kedua kaki Yosa seperti menjapit kepala Sugeng kemudian membantingnya dengan keras ke lantai. Sugeng terkapar. Darah leleh keluar dari hidungnya. Yosa menyambutnya dengan memainkan kembangan, menunggu Sugeng bangkit.

Sugeng mencoba berdiri. Mengambil sebilah kayu yang tergeletak di lantai dan mengayunkan dengan keras ke arah kepala Yosa. Yosa hanya tersenyum. Mentajuhkan diri dan melakukan sapuan ke arah kaki Sugeng, mirip saat Yosa dulu menyapu kedua kaki Yanto dan Doni. Sugeng terjengkak. Sebuah pertandingan yang tak seimbang.



Brummm...




Sebuah motor RX King mendadak memasuki ruangan. Menerjang lingkaran manusia yang berkerumun, menarik tangan Sugeng, kemudian melesat pergi dengan kecepatan tinggi. Kejadian itu begiru cepat dan tanpa disadari oleh siapapun.


●•●•●•●


Menuju part terakhir..

See u di part final 👋


✋ Salam Semprul 👍


-----

#staydisini
#pantenginterus
#jangankasihkendor
#sunduldonk
#dukungbiarteruslanjut
#cuk
 
Terakhir diubah:
Welcome to ⤵





●•●•●•●


Part 18


Friendship Price



●•●•●•●




_scene 1, Nekad


-----





Bangun tidur ku pergi tanpa sempat gosok gigi
Apalagi untuk makan mandi dandan rapikan baju tak mungkin
Mengejar janji kencan di tempat yang disepakati
Agar bokap nyokap kakek nenek paman bibimu repot mencari
Kasih kita bertemu bergumul dan bercengkerama
Tanpa harus lepaskan baju celana sperti orang yang lupa diri

Aku bukan jagoan, juga bukan Don Juan
Hanya sekedar ingin menikmati masa muda tanpa ekstasi

Wee-yaa-ee-yaa-ee-yoo-ee!
Wee-yaa-ee-yaa-ee-yoo-ee!
Wee-yaa-ee-yaa-ee-yoo-ee!
Wee-yaa-ee-yaa-ee-yoo-ee!

Mereka bilang...
"Itu wajar saja..."

Memang...
(Ugh!)

Bapakmu bilang...
Aku rada gila...

Edan!

Seribu alasan kau muntahkan penuh ekspresi
Agar kita dapat saling melepaskan tawa di sepanjang hari
Semangatku berkobar, anganku pun melayang
Walau bokap nyokap kakek nenek paman bibimu pegang belati

(Diskografi FigurX : Nekad - Jamrud)




-----





Nesa duduk bersimpuh di lantai kamar hotel, bersandar di tembok pemisah antar kamar, tepat disamping meja hotel satu-satunya di kamar tersebut. Yosa mengikuti langkah Nesa dan ikut bersandar disana dengan kaki berselonjor.

Keduanya terdiam. Memandang lipatan seprei springbed yang tertata rapi. Berdua melamun, pikiran melayang mencari ikatan simpul yang terperam jelaga.

Nesa hendak berucap, tapi berucap apa?.. tak ada hal terbaik yang bisa ia pilih, kecuali menuruti keinginan Romo nya. Pun begitu juga dengan Yosa, hal bodoh dari seorang Yosa yang biasanya Brilian telah ia lakukan dan menghasilkan sakitnya godam yang menumbuk tengkuknya, sisakan pening tak berkesudahan.

"Harusnya aku tak kesini sekarang, semua jadi kacau", runtuk Yosa berang terhadap dirinya sendiri.

"Mas ini ngomong apa??, yang sudah terjadi tak perlu disesali. Yang salah adalah kebiasaan di masyarakat.. Gusti pun membolehkan pernikahan siri.. mengapa mereka tidak?", Nesa terpancing atas ucapan Yosa yang seolah mengutuk pertemuan mereka.

"Iya aku paham, tapi adat umum pasti akan menentangnya. Kita hidup ditengah masyarakat yang heterogen Nes", sanggah Yosa.

"Kenapa mas jadi lemah gitu sih??, kenapa??. Kenapa berubah pola pikirnya seperti Romo?", Nesa kembali kalut. Ucapannya tajam dalam upaya menahan tangis yang kian tak terbendung.

"Aku hanya mencoba berdamai dengan realita", kembali Yosa menyanggah apa yang dituduhkan Nesa.

"Berdamai dengan realita?, atau berdamai dengan rasa takut mas sendiri?. Nesa pikir mas datang untuk memperjuangkan cinta kita, memperjuangkan Nesa. Nyatanya, besok mas pergi menyisakan pedih", tangis Nesa mulai terdengar. Sangat dramatis.

"Aku sangat sayang kamu Nes.. sangaaat sayang", ucap Yosa meyakinkan.

"Sayang dari hongkong??. Apa buktinya? Mas menyerah !!", Nesa terus mencecar dengan segala ungkapan dan pertanyaan. Ia ingin meluapkan semuanya. Bila tidak ingat sedang di dalam hotel, mungkin Nesa sudah berteriak kencang.

"Jauh-jauh aku kesini untuk apa? Karena aku sayang sama kamu. Di Surabaya ga kurang wanita cantik dan seksi Nes. Dan aku memilih kesini karena separuh nafasku ada di kamu. Hanya saja kita terkendala adat. Kita perlu menahan sejenak untuk kelak kita bersatu selamanya", Yosa berusaha sebaik mungkin agar Nesa bisa paham. Setidaknya mendukung rencana Yosa kedepannya.

Mendadak Nesa berdiri dan melangkah sedikit menjauh dari Yosa. Nesa yang saat itu menggunakan pakaian dengan atasan kaos oblong hitam dan bawahan celana jeans ketat sebenarnya terlihat sungguh menarik. Casual and Girly banget. Namun tangisnya yang masih menyisakan isak membuat pesona Sang Dewi terselubung sendu.

Nesa dengan sangat terburu-buru melucuti semua pakaiannya. Tubuhnya kini polos tanpa kain penghalang sedikitpun.

"Mas.. nikmati tubuhku mas. Buktikan sayangmu pada Nesa. Jika perlu, hamili Nesa mass.. miliki aku. Nesa ga mau kehilangan mas Yos. Ayo sini mas.. Nesa siap menuruti yang mas mau asalkan mas tidak meninggalkan Nesa !!", Nesa nekad naked dihadapan Yosa. Dengan lantang ia tawarkan masa depannya hanya untuk Yosa. Sungguh tawaran yang sangat menggiurkan untuk pria manapun di dunia ini. Apalagi dengan melihat tubuh Nesa yang sangat indah. Kulitnya putih bersih tak bercela. Badannya ramping tanpa lemak berlebih. Perutnya singset. Dadanya menjulang membulat indah dan tidak over size. Bulu pubisnya telah dicukur bersih menyisakan belahan surgawi yang tembem merekah. Rambutnya panjang terurai mempertegas daya tarik seksual yang sangat pekat.

"Nesaaa... kamu ngapain sih???. Bukan seperti ini caranya!!", Yosa berdiri dan membentak. Ini waktu yang tak tepat untuk memacu syahwat.

"Tiduri aku mas.. plisss. Aku takut kehilangan kamuuu.. hikkss hiks", semakin kacau ucapan Nesa. Ia kembali menangis tersedu.

"Sudahlah sudaahh.. cuppp sayaang. Tenanglah", Yosa mendekat. Bukan untuk menikmati tubuh Nesa, namun memeluknya dengan penuh kasih sayang. Sekejab buah dada Nesa menekan erat dalam pelukan Yosa. Namun Yosa kali ini sungguh berbeda. Tak ada hasrat memburu disana. Yang ada dalam hatinya adalah keagungan cinta.

Yosa membiarkan Nesa sesenggukan dalam pelukannya. Nesa yang jelita tidak akan nikmat dalam keadaan seperti ini. Berhubungan intim membutuhkan ketenangan.

"Sudah yaa sayang.. yuk sekarang Nesa mandi sana biar seger. Sudah sore ini.. abis itu Nesa cantik temenin mas makan yah. Sejak pagi dirumahmu tadi mas belum makan apa-apa sampai sekarang", inilah kebesaran hati seorang Yosa yang sempat hilang. Kemampuannya mengontrol emosi dan berpikir progresif kini hadir kembali. Welcome back Yosa.


-----









Sore hingga malam mereka habiskan dengan berjalan-jalan disekitar hotel, mencari makanan, bersenda gurau, menjalin hubungan batin lebih mendalam. Mengikat kasih dan menanamkan rasa saling percaya.

"Sudah jam 9 lho Nes.. kamu pulang dong. Nanti dicari Romo", ucap Yosa saat melangkah kembali ke arah hotel.

"Ga mauuu.. aku mau tidur disini aja", rajuk Nesa.

"Lhoo.. kalau Romo marah gimana hayo..?", kejar Yosa.

"Bodooo.. Nesa lagi sebel ama Romo", jawab Nesa ketus.

"Yaudah iya iyaa.. ayok", Yosa menggandeng erat jemari tangan si jelita.

Tiba di kamar hotel, Nesa langsung menuju kamar mandi. Yosa segera mengambil handphone nya dan menulis sebuah pesan. "Romo....bla bla bla....", setidaknya agar bapaknya Nesa tidak khawatir.


Sekian jam berlalu..




Nesa dan Yosa masih asyik rebahan di tempat tidur sambil menikmati acara televisi. Tidur berdampingan dan saling menahan diri dari tumbuhnya hasrat manusiawi.

Sebenarnya mata Yosa sudah sangat berat. Ingin rasanya ia tidur. Segala yang terjadi hari ini sungguh membuatnya lelah lahir batin. Namun sepertinya Nesa masih asyik menikmati acara televisi, tak tega membiarkannya sendiri. Sebentar Yosa memejamkan mata, sekedar melepas sedikit penat.



"Ga bobo Nes?", bisik Yosa lembut.

"Iya ayook.. tapi dipeluk yaa..😊", jawab Nesa manja.

"Iya iyaa ayo sini", Yosa menyusup dibawah selimut dan bersiap memeluk bidadarinya.

"Hmmm.. dipeluknya ga pakai bajuuu", rajuk Nesa.

"Iihh.. ada-ada aja sih", Yosa berusaha bertahan dari bisikan nafsunya.

"Nes janji, ga minta di setubuhi kok.. ✌. Cuma pengen disayang ajahh", jawab Nesa pelan.

"Sama ituu.. penasaran ama anu nya mas Yos yang di VC waktu itu.. pengen liat aja.. plisss sayaang", rengek Nesa.

Tanpa menunggu persetujuan Yosa, Sang Dewi kembali melucuti pakaiannya. Kali ini Yosa menelan ludah melihat keindahan yang sungguh sempurna. Tanpa emosi, ternyata semuanya jadi lebih mudah dan indah. Dan jelas saja, batang Yosa perlahan kian menegang tegak. (Dasaarrr kadal buntung ijo hmmm wkwkwk)

"Iish mas jangan diliatin doang. Mas kok ga buka baju sih??!!", protes Nesa.

Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Yosa menurut. Satu per satu pakaian ia loloskan dari tubuh tegapnya.


Hhhaaah..!!




Nesa terbelalak hebat. Mulutnya menganga dan ia tutupi dengan tangan.

"Kenapa kamu?", tanya Yosa.

"Itu..ii.tu.. yaa ampun Gusti Pengeran.. itu asli mas?", Nesa masih tertegun melihat benda di selangkangan Yosa.

"Engga.. ini cuma karet", jawab Yosa selengean.

"Duh Gustiii.. iso jebol anuku..", Nesa masih saja bingung melihat batang Yosa.

"Hmmm.. sori, tidak untuk coba-coba", Yosa berbalik badan bergaya acuh tak acuh. Membuat Nesa sewot.

"Iiih mas kok madep sana sihh", kembali Nesa protes.

"Iyaa.. ayo katanya mau tidur. Sini.. udah malem", Yosa kembali berbalik kemudian merebahkan diri memeluk tubuh lembut Nesa. Sangat sulit bagi Yosa mengalahkan birahinya yang terpancing. Ini bukan perkara mudah.

Ditengah tempat tidur, mereka saling berhadapan dan berpelukan. Masing-masing diam. Tak ada ucapan. Berusaha menenangkan diri. Namun tak lama kemudian jemari lentik Nesa bergerak meraih batang Yosa yang menekan lembut pahanya. Keterpukauannya belum juga sirna. Yosa berusaha memejamkan mata untuk tidur. Membunuh birahi.


-----




Emmuaah..


Kecupan di bibir Yosa memancing matanya untuk kembali terbuka. Ia pandangi wajah cantik dihadapannya. Sungguh cantik, sangat cantik..


Eeehmm..


Hemm..




Mereka akhirnya saling melumat bibir. Ciuman penuh gelora. Lumatan, hisapan, kuluman silih berganti mewarnai perciuman panas. Tangan Nesa semakin keras menggenggam dan meremas batang kemaluan Yosa.


Yosa tak tahan. Ia segera berguling dan menindih tubuh Nesa.


"Mass.. katanya ga usah disetubuhi..", bisik Nesa dengan mata sayu.

Yosa tak menjawab. Namun kembali melumat bibir kekasihnya tanpa ampun. Nesa menjulurkan lidah yang disambut dengan kuluman oleh bibir Yosa. Dibawah sana pinggul Yosa bergerak menggoyang, menggesekkan batang gedenya ke serambi luar bibir kemaluan Nesa.

Hmmm..



Eehhmm..

Ooohhh..hmmm


kecipak suara bibir bertukar lidah di iringi rintihan Nesa yang terangsang hebat selangkangannya.

Yosa menghentikan ciuman dan kembali bergeser ke samping Nesa. Ada rona kekecewaan terbesit di wajah Nesa. Nafsunya terlanjur menyeruak hingga ubun-ubun.

Yosa menurunkan wajahnya kemudian melumat puting coklat muda yang membulat tegak.

"Ouuuhh", Nesa melenguh geli.

Berbarengan dengan itu Yosa mulai meremas buah dada ranum yang sedang dikulumnya.

"Oooh mass", Nesa semakin meronta menikmati.

tak cukup disitu, tangan Yosa yang lainnya meluncur kebawah membelai bibir kewanitaan Nesa. Meraba dengan lembut. Merasakan lembabnya bukit berbelah yang sedang terangsang akut.

"Aahhh mass aaaah", Nesa mendesah kuat saat jari Yosa mencoba masuk ke bilik yang lebih dalam dari kemaluan Nesa. Diikuti gosokan jari jempol di area kacang hijau. Membuat Nesa semakin mendelik enak.

"Mas.. Nesa pengen mas..ahhh", teriak Nesa diantara desahnya.

"Pengen apa?", tanya Yosa pura-pura tak paham.

"Penngen ahhh.. dimasuki hmm.. kon..kontol nyah mass ssstt ahh", desah Nesa. Ucapannya semakin berani.

Yosa akhirnya menyerah pada bisikan dua tanduk di atas kepalanya. Dengan bergegas ia naik ke atas tubuh seksi Nesa si cantik jelita.

Dibantu Nesa, batang Yosa mulai menukik tajam membelah labia mayora disusul labia minora di bibir kemaluan yang sangat tembem tersebut. Lelehan cairan cinta mempermudah penetrasi batang kekar Yosa yang berukuran diatas rata-rata.

"Ooouuh.. masss ahh", Nesa mendesah keras saat batang Yosa tinggal sekian centimeter lagi terbenam.

Dengan satu dorongan kuat akhirnya batang tersebut lumat sudah ke dalam lubang legit yang masih berwarna pink kemerahan.

"Aaahhhkkh mass.. aduhh sakitt.. terlalu besar..", teriak Nesa sedikit panik.

Yosa tak kehilangan akal, dengan lembut iya pompa batangnya untuk mencoba merenggangkan rongga yang masih sesak tersebut meski ia telah tak perawan lagi akibat pergaulan bebas dengan mantan pacar Nesa dikala SMA.

"Oooh sud.ahk enakk sekk karang mass.. ooohh", berhasil juga akal Yosa mencari cara.

"Terus mass ssshh enak..gedee banget.. ahh", Nesa makin menggila.

Yosa berinisiatif untuk memompa cepat agar Nesa dapat lebih menikmati pergumulan itu.

Clepp..
Cleppp..
Clep..

Yosa terus memompa dengan cepat tanpa memberi ruang kepada Nesa untuk sekedar menarik nafas.

Oooh mass
Ahh ahh ahhhh
Ampun masss..
Ahhhh..

Nesa seperti mendesah, meronta, namun ada yang sedikit janggal.. dan akhirnya terbukti..


Nesa pingsan.




-----





Yosa terkejut dan segera duduk diatas tempat tidur. Diliriknya Nesa.. Nesa masih tertidur lelap dengan memakai pakaian lengkap. Begitu juga Yosa masih lengkap pakaiannya. Ooh.. kedua kalinya mereka tertidur bersama. Yosa menoleh ke arah televisi yang masih menyala dengan tampilan semut kemudian tersenyum.


"Cukkk.. cuma mimpi..asemm", Yosa terkekeh sekaligus bersyukur.

Dilihatnya jam dinding, pukul 3 pagi. Dengan perlahan ia mendekati wajah Nesa yang masih tertidur. Dibelainya rambut Sang Dewi, kemudian dikecupnya lembut. Nesa sedikit membuka mata, tersenyum.

"Pagi sayaang", bisik Yosa.

"Hmm pagi sayang.. aku ga diapa-apain kan?", balas Nesa sambil tersenyum manis.

"Aku ga sok suci sayang. Tapi khusus buat bidadariku yang tersayang ini, akan aku apa-apain setelah resmi nikah nanti. Cintaku melebihi apapun Nes. Aku janji akan segera kembali kesini secepat-cepatnya dan menikahi kamu sayang", tatapan teduh Yosa hadirkan kedamaian di hati Nesa. Mereka berpelukan dan melanjutkan tidur.


"Semoga mimpi lagi...haha", batin Yosa tengil.





●•●•●•●






_scene 2, Kejutan



Hari belum terlalu sore saat pesawat yang membawa Yosa landing di Bandara Internasional Juanda. Terlihat dikejauhan Yanto dan Doni sudah setia menunggu di pintu kedatangan. Mereka sontak tersenyum saat melihat Yosa muncul diantara kerumunan.

"Wahh seger e rek yang habis keramas", Yanto menggoda.

"Taekmu ta..", Yosa sedikit ngakak. Tiga hari berbahasa jawa halus cukup membuatnya terbelenggu. Namun akhirnya bisa bebas misuh juga sekarang hahahaha.

Mereka langsung pulang ke kosan Yosa setelah sebelumnya mampir dulu untuk makan malam di warung nasi bebek. Bukan makanan khas Surabaya, namun tak dapat dibantah bahwa yang paling mantap adalah nasi bebek ala Surabaya lengkap dengan bumbu kuningnya dan tak akan dijumpai di kota lain.

"Eh Dodo mana bro kok belum kelihatan?", tanya Yosa saat kaki mereka baru saja memasuki kamar kosan.

"Eehmmm.. sebenarnya.. begini bro, semalam Tyas memberitahu kami bahwa dia di hubungi mantan adik iparnya.. dan mengancam akan menghabisi kita satu per satu. Mulai dadi Dodo.. eehm.. semalam diculik", terang Doni.

"Apaaa?!!!"

"Kenapa baru bilang sekarang? Hahh !!, kenapa tidak dari semalam kalian WA ke aku?, Tyas kenapa juga diam, tidak hubungi aku?... kenapa sejak tadi kalian diam saja??, malah santai ikut makan. Kenapa dari kemarin kalian tidak berusaha membantu Dodo??!!... Brengsekk kalian", Yosa emosi bukan kepalang.

"Oohh.. karena baru kenal Dodo trus kalian dan Tyas cuek gitu sama dia?? Ga peduli gituu ?!!. Tenang banget kalian seolah tidak terjadi apa-apa", Yosa marah. Dicengkeramnya krah baju Yanto dengan wajah penuh kebencian.

"Kamu jangan asal nuduh broo.. sudah mending kami cerita tadi daripada tidak sama sekali", Yanto ikut terpancing. Wajahnya memerah menahan api kemarahan.

"Cuihhh.. mending ndasmu !!!. Kalau aku tadi ga tanya, mana mungkin kalian cerita. Dasar kalian ga punya perasaan setia kawan. Menyesal aku kenal kalian hahh", Yosa tak mau mengalah. Ia terus menghardik tanpa ampun.

"Broo.. yang bener kalau ngomooong. Jancukkk", Doni yang ikut tersinggung tiba-tiba melayangkan pukulan dari posisi samping.

Plekk..

Reflek Yosa membaca gerakan itu dan menangkisnya dengan tangan kiri. Setelah menangkis, Yosa memanfaatkan tangan kiri yang sudah dekat dengan tubuh Doni untuk mendorong sehingga Doni sedikit terhuyung ke samping. Yanto yang masih dalam cengkeraman Yosa berusaha membantu Doni, bergerak hendak memberi pukulan namun Yosa segera menyadari dan mendorongnya ke arah belakang.

"Mau memukul??!!, konco (teman) tengik kalian !!. Aku saja tak pernah berpikir untuk memukul sahabatku sendiri. Utekmu nang dengkul ta cuk (otak kalian di lutut ya) ? Bosoook utekmu !!", Yosa menuding geram pada Yanto dan Doni. Tak menyia-nyiakan waktu berurusan dengan teman yang tak berguna, Yosa segera balik badan, menunggani motornya, dan berlalu pergi tanpa peduli pada Yanto Doni, tak peduli pada kamarnya yang belum sempat dikunci. Ia mengejar waktu demi sahabat terbaiknya. Sebuah harga persahabatan yang tak bisa dibeli dengan apapun.




-----





Tookk.. tokk


"Lho mas Yos..", Tyas muncul di ambang pintu kamar dan melihat Yosa yang datang dengan wajah penuh kekesalan.

"Ga usah sok manis.. aku mau tanya, kenapa ga segera hubungi aku saat Dodo diculik kemarin ?!!. Kamu tersinggung karena aku menjauhimu gara-gara Karjo ??. Atau kamu ga suka lihat aku datangi Nesa di Lampung??", Yosa membentak. Namun Tyas tidak lembut seperti biasanya. Kali ini Tyas sangat tegar dan kokoh.

"Yaa.. mas benar sekali. Karena dua hal itulah aku marah. Mas menjauh dari aku setelah berhasil tiduri tubuhku. Kamu kira aku upruk (pelacur)? Ga sopaan!. Lalu kamu berangkat menemui gundik mu (wanita simpananmu) di Lampung.. enak saja nyuruh aku nunggu. Suruh dia yang nunggu !!. Wanita mana di dunia ini yang mau jadi nomer 2 mas??. Jadi mulai sekarang, aku ga peduli lagi apa yang terjadi pada kamu dan teman-teman kamu. Hubungan kita sudah berakhir ", Tyas sudah berubah. Sejak ia melakukan masturbasi saat itu, mungkin ia sangat kalut. Ada tekanan batin yang ia tahan.

"Ooh begitu rupanya sifat aslimu Yas. Maaf, buang-buang waktu meladeni kamu. Keselamatan Dodo lebih penting. Tolong kasih tahu, dimana rumah Sugeng..", Yosa sudah muak melihat wajah Tyas.

"Maaf aku tak tahu. Saat aku masih jadi istrinya mas Karjo, si Sugeng tinggalnya di Lampung. Kumpul keluarga istrinya. Tapi jika sekarang aku tahu pun, rasanya tak penting juga untuk aku share ke kamu mas. Faktanya adalah mas Karjo ayahnya anakku, Sugeng pamannya anakku, dan kamu ora sanak ora kadang (bukan kerabat). Sudah deh, aku capek. Mau tidur", Tyas benar-benar telah berubah drastis sejak Yosa berangkat ke Lampung. Yahh sudahlah, itu hak dia.

"Oooh gitu ya. Ok ok. Menyesal aku sudah mengenal kamu !!", telunjuk Yosa membentur pintu. Tyas sudah berlalu ke dalam kamarnya sedetik sebelumnya.








----







Disebuah warung kopi di kawasan Gubeng Kertajaya..




"Mas to, kondisi urgent. Sugeng menculik Dodo", ucap Yosa kepada Sinto yang sedang ngopi di warung biasanya.

"Opo bosss???!!.. Pak boss bro Dodo sido digarap Sugeng?", sambut Sinto terperangah.

"Sampean ngerti markas e Sugeng?", tanya Yosa.

"Gampang iku bos isok dilacak. Tapi ga bengi iki yo. Paling ga besok tak kasih kabar? Yopoo?", balas Sinto.

"Iyo mas, tapi secepatnya yo. Mesakno (kasihan Dodo)", lanjut Yosa.

"Yo iyolah bos, aku juga sakno rek. Konco kentel koyok umbel haree. Aku yo mesti kudu hubungi arek-arek juga iki gawe bantu. Pengikutnya Sugeng buanyakkk soale", Sinto berseloroh mencoba membuat Yosa sedikit mereda kepanikannya.

"Iyo mas suwun yo..", Yosa tersenyum dan mendadak menampar tipis pipi Sinto, reflek kegembiraan karena tanpa Yanto, Doni, dan Tyas ternyata masih ada sahabat lama bernama Sinto yang ikhlas mebantu lahir batin.

"Ehh kirik kirik asu jembut.. halahh boss westalah ojok ngageti", 😂 Sinto kumat.

"Iyo mas, sepuranee !!", Yosa meminta maaf dengan menepuk pundak sahabatnya tersebut.

"Iyo eh iyo eh kontol ijo ngaceng..ceng keloloten jembuuut", .. wkwkwk

"Hadohh Pak bosss", .. 😭



Gathelll telll el😂😂 preman kenthir !!





●•●•●•●







_scene 3, Serbuuuu (Serba lima ribu 😆)












"Halloo Geng.."

"Sopoo iki??"

"Jancukk raimu, Sinto Su.. ga apal suaraku ta ndeng?. Wooo kupingmu kakehan disogok kontol"

"Jaitt.. Cak Sinto, sepurane ga tak save nomer e pean. Jek buru ganti hape. Onok opo bos?"

"Nang ndi koen cuk?, kate njaok tulong aku"

"Nang markas perak cak, wah aku iseh ono kesibukan bos"

"Jancukk, wani koen nolak aku? Tak congor lambemu gelem ta?"

"Weiis kalem bos.. iyo iyo onok opo seh bos?"

"Aku mari nyolong spedae wong iki nang parkiran kolombo. Bukakno pager yo, tak ngombong, selak kecekel aku"

"Iyo bos beress lek ngunu ae"

"Share loc mu nang WA nomer iki. Cepetannn.. sampe aku ketangkep, tak bubuti jembutmu !!


"Iyo cak bos, gausah emosi talahh.. siaaapp


Sinto menoleh kepada Yosa dan tersenyum. Yosa ikut tersenyum. Kemudian Sinto menyalakan kembali handphone.


"Haloo Jon, wes siap pasukanmu?. Budalo teko wilangun saiki nggowo arek 30. Maringene tak share loc. Sampe sana tunggu aba-aba ku


"Haloo Mun, siap budal yo? Teko bulak banteng nggowo'o arek 30. Tak share loc. Sampe kono tunggu aba-aba ku


"Cak bro Pri Supri.. polwiltabes kan idek ambe perak yo?. Kawal diluk po'o aku cak.. nggowo polisi krocok ae gapopo. Wong slawe ngunu lho. Aman to?. Ojok bocor. Matek aku sampek mlebu sel. Gaiso nyelup kimpet maneh wkwkwk. Santaiii.. tak jatah sego padang haha. Suwun cak, maringene tak share loc.

"Koen wong 50 budhalo sek (berangkat aja dulu), berpencar biar tidak mencurigakan lantas", Sinto menoleh kepada Wawan yang sudah sedari tadi menunggu perintah bergerak.

"Yaopo bos bro.. 30+30+50 hmm 110 orang, ditambah 25 polisi. Kurang?", Sinto menoleh kepada Yosa yang terbengong melihat kemampuan Sinto bak panglima perang mengatur pasukan.

"Emang orangnya Sugeng berapa sih?", tanya Yosa heran.

"30...😆", Sinto terkekeh.

"Gendeng cuma 30 wkwkwk.. kita wong 2 ae ngatasi sakjane mas", ucap Yosa masih terheran-heran.

"Males boss, lagi ga mood gelut..", bantah Sinto.

"Wooo.. Jangkrikk sampean iku !!", Yosa terbahak. Gerakan kakinya menendang pantat Sinto.

"Ehh iyo iyo jangkrik krik krik..jangkrike kecepit kimpet... Halahh bos e iki lak mesti ngerjain"

😂😂Longor.


-----






Bremmm..ciittt

Sinto masuk ke sebuah pelataran gedung tua mengendarai motor Yosa. Seorang bertato dan berkepala plontos menyambutnya.

"Weihh boss.. dapet motor sport rek. Istimewah", ucap si Plontos memuji kelihaian Sinto.

"Jancukk Geng. Diuber satpam aku iku mau", jawab Sinto ber akting.

"Santai boss.. nang kene aman (disini aman)", balas si Plomtos yang ternyata Sugeng. Mereka beriring masuk ke gedung tua dengan mendorong motor hasil akting colongan Sinto.

"Lhukkk.. sopo iku sak jodo mok cancang ngunu (siapa itu dua sejoli kamu ikat begitu)?", Sinto menoleh ke sisi ruangan yang terpancang empat pilar. Dua pilarnya digunakan untuk mengikat Dodo dan Amanda. Dodo terkesiap melihat Sinto, namun segera diredam oleh kedipan mata Sinto kearahnya. Wajah Dodo terlihat babak belur. Darah kering menempel di dagunya. Sedangkan Amanda awut-awutan rambutnya, namun pakaiannya masih lengkap.

"Biasa cak bos, arek longor (anak bodohh) tapi sok iyes", jawab Sugeng santai.

"Lhoo iku yang cewek cakep Geng. Ga mok gebleh ae (ga kamu setubuhi aja), Sayang ga kepakai hahaha", Sinto tertawa terbahak demi melihat tubuh sintal Manda serta kecantikan wajahnya. Hanya akting ya bos Dodo, jangan marah.

"Wah ga bos. Aku meski suka bertengkar, tawuran, suka ngamuk, bandel. Tapi aku tdk mau mabuk dan angger ngenthu (asal bersetubuh). Ga selera aku", sungut Sugeng menampik ide tak senonoh Sinto.

"Waaancukk.. Preman syariah koen.. wkwkwkwk", Sinto terbahak meledek. Sugeng hanya diam tak berani membalas.

"Preman cacingan ehh.. syariah opone", suara Yosa menyeruak. Tahu-tahu Yosa sudah asyik duduk diatas motornya yang diparkir di dalam ruangan tersebut.

"Waaah teko marani gepuk koen (kamu dateng cari mati) ?!!", Sugeng berang melihat Yosa yang cengengesan.

"Koen yang manggil Singa cukk", bentak Yosa tak mau kalah.

"Rekk.. habisi monyet ini", Sugeng berteriak memanggil anak buahnya yang sedang asyik bersantai di dalam kamar-kamar ruangan. Sontak mereka yang berjumlah 30an orang menghambur.

"Woiii mlebuo kabeh...", gantian Sinto memberi instruksi. Hampir 4x lipat dari jumlah anak buah Sugeng memasuki gedung. Seperti sedang ada konser musik saja.. Ramai sekali.

"Lho suwun cak bos dibantu nggowo anak buah", Sugeng menoleh ke arah Sinto dan berterima kasih atas bantuan pasukan tambahan.

"Koen iki ancen congok (kamu itu asli bego) Geng.. lihat itu orang yang kau ikat, dan lihat itu pemilik motor sport. Mereka semua bos ku ndeeeng !!!", Sinto berteriak lantang memenuhi seisi ruangan.

"Lho cak tapi.. eh anu..", Sugeng tergagap sempurna.

"Lha lho lha lho gundulmu a?!!. Suruh anak buahmu diam, atau akan kuhabisi", bentak Sinto.

Seisi ruangan terdiam. Mereka sedang melihat raja preman mengamuk. Salah bicara sedikit saja bisa benar-benar habis.

"Mas to...", aku minta satu lawan satu aja sama kunyuk itu. Sekalian tulung pean buka ikatan tali Dodo", Yosa berdiri di depan Sugeng. Tanpa komando, semua anak buah kedua belah pihak membentuk lingkaran besar. Mengitari persabungan yang akan segera berlangsung.

"Wooo yo siappp tokkk Pak bos..", Sinto melangkah santai kearah Dodo dan Amanda.

Nyali Sugeng sudah ciut duluan. Ia tak membayangkan bahwa Sinto ada di pihak Yosa. Andai kata nantinya Sugeng menang berkelahi satu lawan satu, maka tetap saja ia tak akan selamat dari incaran Sinto berikut anak buahnya. Dalam hal dunia ke-preman-an di seantero Surabaya, Sidoarjo, Gresik.. Sugeng hanyalah remahan kecil rengginang di sebuah kaleng konghuan yang mana kaleng itu dibawah kekuasaan Sinto.

Yosa kian mendekat menyambut perkelahian tersebut. Kepalang basah, Sugeng langsung melayangkan tendangan ke arah dada Yosa. Yosa hanya butuh sedikit memiringkan badan untuk menghindari tendangan Sugeng.

Kaki kiri Yosa laksana pegas melentingkan tubuhnya. Dalam sekejap kedua kaki Yosa seperti menjapit kepala Sugeng kemudian membantingnya dengan keras ke lantai. Sugeng terkapar. Darah leleh keluar dari hidungnya. Yosa menyambutnya dengan memainkan kembangan, menunggu Sugeng bangkit.

Sugeng mencoba berdiri. Mengambil sebilah kayu yang tergeletak di lantai dan mengayunkan dengan keras ke arah kepala Yosa. Yosa hanya tersenyum. Mentajuhkan diri dan melakukan sapuan ke arah kaki Sugeng, mirip saat Yosa dulu menyapu kedua kaki Yanto dan Doni. Sugeng terjengkak. Sebuah pertandingan yang tak seimbang.



Brummm...




Sebuah motor RX King mendadak memasuki ruangan. Menerjang lingkaran manusia yang berkerumun, menarik tangan Sugeng, kemudian melesat pergi dengan kecepatan tinggi. Kejadian itu begiru cepat dan tanpa disadari oleh siapapun.


●•●•●•●


Menuju part terakhir..

See u di part final 👋


✋ Salam Semprul 👍


-----

#staydisini
#pantenginterus
#jangankasihkendor
#sunduldonk
#dukungbiarteruslanjut
#cuk
wiiihhhh dah pertempuran puncak nih ,

ditunggu episode terakhirnya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd