Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

1. Rumah Kami Surga Kami 2. Petualangan Hot 3. Langkah Langkah Jalang (TAMAT)

Aku sangat bersemangat melakukan semua ini. Sementara Fred tampak enjoy dengan perlakuanku padanya. Ia membelai rambutku dengan lembut, sambil menikmati selomotan dan urutanku. Sehingga aku makin bergairah untuk mengoral penisnya yang luar biasa pande-nya (panjang gede) ini.

Namun beberapa saat kemudian Fred menepuk-nepuk pipiku sambil berkata, “Cukup Sayang... “

Maka kulepaskan penis Fred dari kulumanku.

Pada saat berikutnya, sambil berlutut Fred meletakkan penisnya di permukaan kemaluanku. Lalu memukul-mukulkan meriamnya ke celah memek dan kelentitku, sehingga aku terkejut-kejut sambil menahan tawa geliku.

Tak cuma itu. Kepala penisnya digesek-gesekkan dulu ke celah memekku yang sudah semakin basah ini. Barulah kemudian ia mengarahkan tepat di ambang liang memekku. Dan terasa ia mendesakkan penis gagahnya itu. Sementara sepasang pahaku sudah dikangkangkan selebar mungkin.

Dan... ooooh.... penis gagah itu mulai melesak ke dalam liang memekku... !

Meski liang kemaluanku sudah terasa becek, namun penis Fred terasa seret sekali masuknya. Tapi ketika penis Fred baru masuk sedikit, Fred mulai mengentot dengan jarak pendek. Lalu makin lama entotannya makin panjang, karena pada waktu didorong makin jauh membenamnya. Sampai akhirnya Fred mulai lancar mengntotku. Moncong penisnya sudah mulai mencapai dasar liang memekku.

Dan aku langsung merem melek saking nikmatnya. Karena setiap kali penis Fred didorong, selalu mentok di dasar liang kemaluanku. Pada waktu mentok itulah yang membuat mataku terbelalak, lalu merem lagi setelah Fred menarik penisnya.

Aku pun mulai merintih perlahan, sambil melingkarkan lenganku di leher Fred, “Ooooo.... ouuhhhh... Freeeed... aku semakin mencintaimu Freeed.... ooooh....ooooh.... !“

Fred menatapku dari jarak yang sangat dekat. Lalu memagut bibirku ke dalam lumatan hangatnya. Membuatku terpejam-pejam dalam nikmat surga dunia ini.

Fred berhasil membuatku terlupa segalanya. Terlebih ketika entotannya mulai dipercepat, membuat moncong kontolnya terus-terusan mentok dan “menonjok” bagian terpeka di dalam liang memekku.

Jelas hal ini membuat sekujur batinku berdesir-desir di tengah arus kenikmatan hubungan sex.

Terlebih lagi setelah Fred meremas toket kananku, sementara mulutnya “menancap” di puting toket kiriku... menyedotnya, menjilatinya, menciuminya... ooooh.... batinku semakin melayang-layang dibuatnya. Batinku seolah tengah melayang di langit tinggi... langit ketujuh yang indah sekali.

“Iya Freeed... fuck me Freeed.... fuck me harder please.... oooooh... iyaaaaaaaaaaa... iyaaaaaaaa... iyaaaaaaaaaaaaa.... entot terus Freeeed... !” gumamku tak terkendalikan lagi.

Ternyata gaya Fred agak mirip dengan gaya Sam. Ketika penisnya sedang gencar menggenjot liang kewanitaanku, mulutnya bersarang di leherku. Menjilati dan menyedot-nyedot. Bahkan terkadang sedotannya terasa kuat sekali. Pasti akan meninggalkan bekas cupangan di leherku nanti. Tapi aku tak peduli. Karena sedotan-sedotan kuatnya di leherku, justru membuat persetubuhan ini jadi semakin nikmat.... semakin mengesankan.

Tubuh Fred pun sudah bermandikan keringat. Sementara aku diam-diam sudah dua kali orgasme... !

Tapi aku malah mulai menggoyang-goyangkan pinggulku. Liang kemaluanku mulai membesot-besot dan memilin-milin penis Fred... seolah ingin menghabisi penis bule yang gagah perkasa ini.

Sampai pada suatu saat... tiba-tiba Fred mencabut batang kemaluannya... lalu bergerak secepatnya, mendekatkan penisnya ke mulutku.

Aku mengerti apa yang akan terjadi. Kutangkap penis Fred, lalu kukulum sambil menggelutkan lidahku ke moncong penisnya disertai dengan sedotan yang kuat sekali.

Penis bule itu mengejut-ngejut sambil menembak-nembakkan air maninya di dalam mulutku, diiringi dengan dengus-dengus nafas Fred.

Tanpa ragu sedotanku semakin kuperkuat. Dan air mani Fred yang begitu banyaknya kutelan semua, tanpa kusisakan setetes pun.

“Uuuuugggghhhhhhh..... uughhhhhhhhh.... ughhhhhh..... !” Fred masih mendengus-dengus. sampai akhirnya terkulai di sisiku.

Aku pun bergerak untuk menghimpit Fred. Menciumi bibirnya dengan mesra disusul dengan bisikan, “Aku sangat mencintaimu... dan sekarang aku sudah menjadi milikmu seutuhnya Fred.... “

Fred membuka mata birunya. Menatapku sambil berkata, “Aku merasa dirimu laksana bidadari yang turun dari langit untuk membahagiakan sisa-sisa hidupku, Sayang.... “



---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Catatan pribadi Mama baru sampai di situ. Mungkin karena pada hari-hari berikutnya Mama mulai sibuk. Sibuk sekali, sehingga Mama belum sempat melanjutkan catatan pribadinya. Mempersiapkan pernikahannya dengan lelaki bule bernama Frederick itu. Frederick yang mulai kubiasakan memanggil Papa, sebagai pengganti Papa Dardano.

Entah kenapa, aku ikut merasa bahagia membaca catatan Mama itu.

Terlebih setelah aku dan Ita dihadiahi mobil baru, sementara mobil Mama yang lama dijual ke dealer dengan system tukar tambah dengan mobil-mobil baru itu.

Aku dan Ita sepakat untuk memilih mobil SUV. Hanya warnanya yang berbeda. Ita memilih mobil yang berwarna orange, sementara aku memilih mobil yang putih bersih.

Kedua mobil kami sama persis, hanya warnanya saja yang berbeda. Dan kami bangga, karena mobil kami sudah lumayan canggih. Mobil kami sudah menggunakan system keyless. AC-nya bisa diatur dari setir. Begitu juga audionya. Wivernya pun sudah menggunakan sensor hujan. Jadi kalau di jalan tiba-tiba turun hujan, kami tak usah memutar tangkai wiver di balik setir lagi, karena wivernya akan jalan secara automatis. Seat di dalam pun sudah menggunakan system electronic. Tinggal pijit tombol saja, seat di belakang setir dan di samping kirinya akan bergerak sendiri. Kamera parkir pun sudah tersedia (zaman sekarang gak aneh lagi, mobil murah pun sudah memakai kamera parkir). Cc-nya [un lumayan gede, 2400 cc. Last but not least, mobil kami adalah mobil matic. Jadi aku cukup menggunakan kaki kanan saja untuk mengemudikannya, sementara kaki kiri bisa goyang poco-poco.... !

Pada hari itu juga sebuah sedan mewah buatan eropa, berwarna merah maroon metalic dikirimkan oleh seorang sopir ke rumah. Kata Mama, mulai hari itu sopir tersebut akan menyopiri Mama ke mana pun Mama pergi.



Tiga bulan kemudian, Mama dan Frederick melaksanakan akad nikah di rumah baru Mama. Kemudian resepsi pernikahan mereka dilaksanakan di sebuah convention hall. Banyak sekali yang datang untuk memberikan selamat kepada Mama dan Papa baruku. Kebanyakan dari tamu yang datang itu adalah relasi suami baru Mama. Sementara dari pihak Mama hanya beberapa orang yang datang, karena Mama tidak banyak menyebar undangan.

Papa Dardano tidak hadir. Mungkin karena untuk menjaga perasaan Mama dan perasaan Papa sendiri. Tapi Sam dan Yoga hadir.

Yoga datang bersama pacarnya, sementara Sam datang bersama istri keduanya, cewek bule yang bernama Aleksandra itu. Sam seolah tak mau kalah. Mama menikah dengan lelaki bule, Sam pun membawa istri bulenya yang berasal dari Eropa Timur itu.

Aku dan Sam sudah kompak. Untuk membuka catatan pribadi kami masing-masing. Bahkan di pesta pernikahan Mama itu, masih sempat Sam berbisik padaku, “Tadi pagi aku sudah kirim email berisi catatan pribadiku yang terbaru. “

“Ohya ?! Nanti aku baca. Thanks ya, “ sahutku.

Sam tahu bahwa aku akan memuat catatan pribadinya di sebuah media. Sam menyetujuinya. Bahkan bersemangat mengirimkan catatan pribadinya via email. Tentu saja aku sudah berjanji akan menyamarkan semua nama pelaku dalam catatan pribadinya.

Keesokan harinya Mama dan Papa Fred langsung terbang ke Nederland, untuk berbulan madu, sekaligus untuk memperkenalkan Mama kepada keluarga besar Papa Fred yang tinggal di negara kincir angin yang biasa disebut negara bunga tulip itu.

Aku dan Ita pada istirahat di rumah. Karena acara pernikahan Mama dan Papa Fred sangat meletihkan bagi kami.

Tapi Ita sudah menghidupkan mesin mobilnya ketika aku masih rebahan di dalam kamarku. Aku pun turun ke garasi.

“Mau ke mana ?” tanyaku sambil menghampiri Ita yang sedang mengelap mobilnya dengan kanebo.

“Mau main ke rumah teman. Mumpung lagi libur, “ sahutnya.

“Pulangnya jangan terlalu malam ya. “

“Iya Mbak. “

“Eh... pinjam laptopmu Ta. Punyaku lagi error, harus diinstall ulang. “

“Ambil aja sendiri di kamarku. Nih kunci kamarku, “ sahut Ita sambil menyerahkan kunci kamarnya.

“Aku pergi dulu ya Mbak, “ ucap Ita sambil membuka pintu mobilnya yang mesinnya sudah dipanaskan.

“Iya... hati-hati di jalan Ta. Jangan ngebut yaaa... “ seruku yang disambut dengan anggukan kepala Ita.

Sesaat kemudian SUV orange itu sudah bergerak keluar dari garasi. Kututupkan pintu garasi, kemudian masuk kembali ke dalam rumah.

Aku tidak menuju kamarku sendiri, melainkan menuju pintu kamar Ita yang kuncinya sudah berada di tanganku.

Aku hanya cari-cari alasan saja meminjam laptop punya Ita. Karena tujuan yang sebenarnya ingin mencari-cari sesuatu di laptop adikku itu.

Maka begitu duduk di belakang meja tulis Ita, kubuka dan kuaktifkan laptop adikku itu.

Kucari dan kucari catatan pribadi Ita, yang aku yakin berada di laptopnya ini. Tapi setelah mencarinya belasan menit, aku tidak menemukan file yang kucari.

Kemudian kutarik laci meja tulisnya. Kutemukan sebuah flashdisk hitam dan sebuah flashdisk putih.

Kucari-cari di flashdisk putih, tidak ada apa-apa di situ. Hanya berisi lagu-lagu kegemaran Ita. Kemudian kubuka flashdisk yang hitam. Nah... aku menemukan apa yang kucari itu. Ada file Word berjudul Lembaran Kehidupanku.

Kuambil flashdisk hitam itu ke dalam kamarku. Dan kucopy isi Lembaran Kehidupanku itu ke dalam laptopku.

Kemudian flashdisk hitam itu kukembalikan ke dalam kamar Ita, ke dalam laci meja tulisnya.

Setelah mengunci pintu kamar Ita, aku naik ke atas lagi. Untuk membuka file Lembaran Kehidupanku itu.

Setelah membaca halaman demi halaman catatan pribadi Ita itu, aku tercenung sendiri.

Aku sendiri tidak merasa suci. Kehidupanku juga sudah dicemari oleh noda-noda. Tapi aku hanya bertualang dengan Sam dan Yoga. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Bahkan setelah Sam “menghilang”, aku hanya menyerahkan tubuhku kepada Yoga seorang.

Tapi Ita itu... langkahnya sudah begitu jauh. Sehingga aku merinding-rinding waktu membaca catatan pribadinya yang diberi judul Lembaran Kehidupanku itu.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Para readers yang setia mengikuti perjalanan thread ini...

Karena catatan pribadi Mama Mien belum ada lanjutannya, maka dalam bagian berikutnya akan saya hidangkan catatan pribadi Ita. Dengan sub judul Lembaran kehidupan Ita.

Terima kasih atas dukungan, komentar dan like suhu semua. Mudah-mudahan suhu-suhu tetap rajin memberikan komentar yang positif dan konstruktif sebagai bahan bakar yang dibutuhkan untuk thread ini.

Mohon bersabar menunggu kehadiran bagian berikutnya yaaaa....

Salam sejahtera dari saya,

Neena Maureen
 
Bimabet
Ya kebanyakan lebih bandel adik dari pada kakak dan terjadi sama Ita, jadi dk sabar nunggu update ny..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd