Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

1. Rumah Kami Surga Kami 2. Petualangan Hot 3. Langkah Langkah Jalang (TAMAT)

Wah benar2 jd petualang Sam ni. Ma kasih up na jd penasaran dng akhirnya

Ntar mungkin muncul lagi perempuan2 hubungan sedarah :pandaketawa:

kalo ngak salah inces tuh nular dan bakal nurun benerngak sih hu ???
 
Enak sekali hidup Sammy ( karena ini real story ) dapet istri 3 yang bisa rukun dan semua mempunyai harta sendiri.
Ini benar benar Surga Dunia, mempunyai istri-istri yang cantik dan sexy serta kerabat dan sudara yang sama sexy dan catik juga dan semua terpuaskan sera takluk oleh ketampanan dan yang paling penting kejantanan Sammy di ranjang

lanjut suhu @Neena update ceritany karena ini real story maka kita tinggal menikmati dan melihat sepak terjang Sammy
 
Selesai mandi kami menuju bedroom kembali. Halina mengenakan kimono putih yang disediakan oleh hotel, sementara aku mengenakan baju dan celana piyama yang kubekal dari rumah.

Ketika melihat ke arah bed, Halina tercengang. “”Kain seprainya diganti ?” tanyanya.

“Iya, “ sahutku, “Kain seprainya kecipratan darah perawanmu. Makanya kusuruh ganti. Sekarang jadi bersih dan rapi kembali kan ?”

“Iya... Sam selalu tahu apa yang kuinginkan. Thanks Honey, “ ucap Halina sambil mengecup pipiku.

“Sekarang baru jam duabelas. Meetingku delapan jam lagi. Apa kamu gak ingin jalan-jalan ?”

“Nggak, “ Halina menggeleng, “Jalan-jalan di Jakarta bisa mandi keringat lagi nanti. Mendingan istirahat di sini saja. Di sini kan dingin karena ada ACnya. Tapi kalau turun ke tempat parkir saja, wow, seperti masuk ke tengah kobaran api. “

Aku pun lalu merebahkan diri di samping Halina. “Nanti malam aku mau meeting di lantai dasar. Kamu istirahat aja di sini ya. “

“Iya, “ sahut Halina sambil meletakkan lengannya di atas dadaku, “Rasanya aku nyaman sekali berdekatan denganmu Sam. “

“Sama aku juga begitu, “ sahutku, “apalagi sekarang... aku telah membuktikan your virginity. Sehingga aku semakin cinta padamu... “

“Padahal kita baru ketemu kemaren ya. Tapi perjalanan cinta kita cepat sekali. Laksana penerbangan dengan pesawat supersonic. “

Aku cuma mengiyakan tanpa menanggapi. Karena kantukku datang. Akhirnya aku tertidur dalam pelukan Halina.



Jam tujuh malam aku makan malam dulu di resto hotel bersama Halina. Selesai makan malam kuantarkan dulu Halina ke kamar di lantai lima, kemudian aku kembali lagi ke lantai dasar. Tepatnya ke meeting room, untuk melakukan meeting dengan beberapa tokoh dari instansi-instansi yang akan mengadakan seminar dan workshop di hotelku. Memang ada moderator yang mengundang mereka, sementara aku hanya mengucapkan presentasi belasan menit, kemudian membagikan brosur kepada semua yang hadir di dalam meeting room itu.

Hasilnya lumayan. Sebelum meeting itu ditutup, ada 5 pihak yang bermaksud mengadakan seminar dan 2 pihak yang bermaksud mengadakan workshop. Tentu saja aku harus memberikan fee kepada pihak moderator kalau seminar-seminar dan workshop-workshop itu sudah dilaksanakan.



Jam sepuluh malam aku sudah kembali ke kamar 510. Halina menyambutku dengan kecupan mesra di bibirku, diikuti dengan ucapan, “Ditinggal dua jam saja terasa sekali kesepiannya.... apalagi kalau ditinggal berhari-hari. “

“Aku kan gak jauh. Masih di hotel ini juga, “ sahutku sambil menepuk-nepuk pipinya.

“Sam... dulu aku sering dengar cerita di antara teman-temanku. Mereka bilang pengantin baru bisa ML sampai tujuh-delapan kali pada malam pertamanya. Apa itu betul ?” tanyanya.

Kupegang kedua bahu Halina sambil balik bertanya, “Jadi kamu sudah kepengen disetubuhi lagi ?”

Halina mengangguk sambil tersenyum manis.

Aku memperhatikan Halina yang masih memakai kimono yang tadi siang.

Tadinya aku ingin menjaga agar luka bekas hymennya yang sobek sembuh dulu. Tapi fisik orang bule memang lebih kuat daripada bangsaku sendiri. Karena itu akhirnya kupenuhi keinginan Halina, dengan mengangkat tubuhnya ke atas meja makan. Setelah menanggalkan kimono dan celana dalamnya, kusuruh dia duduk di atas meja makan itu, dengan kedua kaki menginjak pinggiran meja. Kedua kaki itu kurenggangkan sampai benar-benar mengangkang seperti kodok swike yang siap untuk dimasak.

“Kita mau bersetubuh di atas meja ini ?” tanya Halina lugu.

“Ya... biar sekalian belajar, bahwa bersetubuh itu bisa dilakukan di mana saja dalam posisi apa saja, “ sahutku sambil menanggalkan celana panjang sekaligus celana dalamku.

Penisku belum tegang benar. Tapi setelah kucolek-colekkan ke mulut kemaluan Halina yang sudah ternganga karena duduknya mengangkang itu, akhirnya penisku mengeras juga. Maka kulepaskan kemejaku, lalu aku berjuang agar aku bisa memasukkan penisku ke dalam liang memek Halina, sambil berdiri di samping piunggiran meja itu.

Akhirnya aku berhasil membenamkannya meski dengan susah payah. Sementara Halina sudah merebahkan diri, celentang di atas meja makan, dengan sepasang kaki mengangkang seperti “yuyu kangkang”.

Ketika aku mulai mengentotnya, Halina merintih perlahan, “Sam... begini juga enak Sam.... “

“Iiii... iyaaa... “ sahutku terengah.

“Tapi aku tak bisa memeluk dan menciumimu, Honey... “

“Jadi ingin seperti yang pertama tadi ?”

“Iya Sam. Kan main seperti tadi belum membosankan. Jangan dulu pakai posisi begini. “

Mendengar ucapan Halina itu, aku pun mengerti. Lalu kutarik kedua tangan Halina, sehingga ia jadi bisa memelukku, sementara batang kemaluanku masih menancap di liang memeknya. Dengan sedikit gerakan, aku bisa menyangga bokong Halina dan melangkah ke arah bed dengan hati-hati, dengan penis tetap tertanam di liang memeknya.

Kemudian kucelentangkan Halina di atas bed, sambil berusaha agar penisku jangan sampai lepas dari liang sanggamanya.

Tadinya aku ingin mengajari Halina untuk melakukannya dalam posisi yang berbeda dengan yang pertama. Tapi tampaknya Halina kurang nyaman dengan posisi di atas meja makan tadi. Karena itu aku melakukannya dalam posisi missionaris lagi seperti yang pertama tadi siang.

“Kamu merasa lebih nyaman dalam posisi begini ?” tanyaku sambil menatap wajah jelita Halina.

“Iya... dalam posisi begini terasa lebih lengkap. Karena kita seakan menyatu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut, “ sahutnya sambil melingkarkan lengannya di leherku.

Aku pun mulai mengentotnya perlahan-lahan dulu. Makin lama makin kupercepat, sampai ke batas kecepatan normal.

Halina pun mulai merintih-rintih erotis, “Saaaam.... this is better... ooooh... I love you so much Saaaam.... yessss... yesss... fuck me Saaam... fuck... fuck.. Saaam... oooo... o... ooooooh.... fuck me honey.... fuck.... fuck.... !”

Halina ngoceh terus dalam bahasa Inggris tentunya. Tapi terkadang dia ngoceh dalam bahasanya sendiri, “Pieprzyć mnie mocniej, proszę... !“ (entot aku lebih keras, please)

Aku pun mengikuti keinginannya. Kugenjot penisku dalam kecepatan tinggi dan keras. Sehingga biji pelerku menepuk-nepuk bagian di bawah memek Halina dan menimbulkan suara plok... ploookkk... plokkkkk..... plokkkkk.... ploooook.....ploookkk... !

Rintihan dan desahan erotis Halina pun semakin menjadi-jadi. “Saaam... ini luar biasa enaknya Saaaam.... aaaaa.... aaaah.... aaaaa.... aaaaah.... hajar terus Saaam..... enak sekali honey.... aaaaa... aaaa.... aaaaaaah.... Saaaam.... Saaaam.... Saaam......... !”

Meski berada di dalam kamar berAC yang cukup dingin, tubuhku mulai keringatan. Halina juga sama. Namun hal itu membuatnya semakin seksi di mataku. Sehingga aku mulai lahap menjilati lehernya yang sudah keringatan disertai gigitan-gigitan kecil.

“Saaaammmmm.... aaaaaaaa.... aaaaah Saaaam.... alamku semakin indah Saaam.... aaaa.... aaaah.... fuck me Saaam... fuck me ... fuck... fuck... aaaaaa... aaaah........ !”

Terlebih ketika aku mulai mengemut pentil toket gedenya... menjilati dan menyedot-nyedotnya seperti bayi sedang menyusu ke tetek ibunya. Semakin klepek-klepek juga Halina dibuatnya.

Ketika kedua tangannya terjulur ke atas kepalanya, aku pun leluasa menjilati ketiaknya, disertai dengan gigitan-gigitan kecil pula.

Ini semua membuat Halina semakin klepek-klepek. Bahkan akhirnya dia mulai berkelojot-kelojot... menahan nafas dan mengejang tegang... dengan perut agak terangkat.. dengan nafas tetap tertahan.... !

Lalu kupercepat entotanku, sampai pada suatu saat kubenamkan batang kemaluanku sedalam mungkin, tanpa menggerakkannya lgai.

Untuk kedua kalinya aku merasakan nikmatnya waktu liang kemaluan Halina terasa seperti menggeliat dan mengejut-ngejut, seolah ingin memuntahkan batang kemaluanku. Lalu terasa liang sanggamanya seolah dibanjiri oleh lendir libidonya.

“Aaaaaaaah...... !“ Halina melepaskan nafas panjang sambil memelukku erat-erat. Dan akhirnya tubuh Halina melemah, dengan keringat membasahi wajah, ketiak dan lehernya.

Pada saat itulah aku menatap wajah cantiknya dalam keadaan baru mencapai orgasme. Wajah yang seakan memancarkan aura setelah mencapai kepuasannya. Hatiku pun berkata, bahwa aku merasa sangat menyayanginya lebih daripada cewek-cewek yang telah kumiliki. Entah kenapa, perasaanku penuh dengan unsur-unsur cinta dan kasih sayang... bahkan ada perasaan hormat juga padanya. Sehingga timbul niat untuk memanjakannya di hari-hari mendatang.

Katakanlah Halina punya nilai plus di hatiku, yang akan kurahasiakan kepada siapa pun.

Kemudian kulanjutkan lagi ayunan penisku. Diiringi irama cinta dan kasih sayang, tanpa niatan menyakitinya sekecil apa pun.

Sementara kelopak mata Halina sudah terbuka lagi. Menatapku dengan sorot pasrah, sebagai perempuan yang fisiknya telah kumiliki sepenuhnya.

Kalau tadi aku mengentotnya dengan gerakan hardcore, kini aku bermain dalam nafas softcore. Lembut dan mengutamakan keindahan. Bukan sekadar menyalurkan nafsu birahi.

Kalaulah aku sudah punya ikatan batin dengan Halina, mungkin getaran batinku ini sudah sampai di jiwanya tanpa harus mengatakannya. Karena Halina pun terasa jadi lebih romantis. Lebih sering mencium bibirku sambil menyedot-nyedot lidahku yang terjulur tanpa disengaja.

“Sam... oooo... ooooh.... ayunan penismu dilambatkan begini, membuatku makin bisa menghayatinya betapa mendalamnya cintaku padamu sekarang Saaam.... oooooh.... semuanya indaaaah.... kamu adalah pangerankuuuuu.... come on.... entot terus Saaam... aku merasa seolah tengah melayang-layang di langit... melayang-layang di surga Saaam.... ayo Saaam.... entot terus memekku Saaam.... “

“Iya... iya... tapi dari mana kamu tau kata entot, memek dan sebagainya ? AKu kan belum pernah mengajarimu. “

“Tadi waktu Sam sedang meeting, aku main WA dengan Aleksandra... ingin belajar kata-kata khusus di dalam bahasa Indonesia... jadi aku mulai menghafalkannya... fuck itu ngentot asal katanya entot... vagina itu memek... penis itu kontol... hihihiiiii.... betul kan Honey ?”

“Hahahaaa... betul... kamu memang cerdas, Baby... “

Lalu kulanjutkan lagi entotanku dengan irama medium. Terlalu hardcore tidak, softcore pun tidak... !

Halina pun klepek-klepek lagi.

Aku tahu bahwa aku masih bisa bertahan lama di atas perut Halina. Tapi mungkin hal itu bisa menyakitinya, karena baru tadi siang aku memecahkan selaput daranya.

Maka aku menunggu gejala-gejala yang satu itu. Gejala bahwa Halina akan mencapai orgasmenya. Karena aku berniat ingin ejakulasi pada saat Halina tiba di puncak orgasmenya.

Halina pun merintih-rintih erottis....“Saaaam.... ooooh.... Saaaam..... Saaaaam..... oooo......... “

Lalu tidak terdengar suaranya lagi karena dia sedang menahan nafasnya... !

Tampaknya aku akan berhasil. Ketika Halina berkelojotan aku pun mempercepat entotanku... makin lama makin cepat. Lalu ketika Halina mengejang, aku pun mendorong penisku sedalam mungkin.

Dan manakala liang memek Halina menggeliat sambil mengejut-ngejut, penisku pun sedang mengejut-ngejut sambil menyemprot-nyemprotkan cairan maniku di dalam liang surgawi cewek bule itu.

Crooot... croooot... crooootttt....crottt.... croooottttt.... croooottttttttt.... crooooottttttt... !

Kami sama-sama menggelepar... lalu sama-sama terkulai lemas... dalam kepuasan sedalam lautan... !



Esok paginya aku dan Halina makan breakfast di resto hotel. Aku melihat rona wajah putih kemerahan di pipinya, yang membuatku makin sayang padanya.

“Sebenarnya urusanku di Jakarta sudah selesai, “ kataku kepada Halina yang sudah selesai menyantap sarapan pagi, “Tapi aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke Puncak. Kamu belum pernah main ke Puncak kan ?”

“Belum, “ sahut Halina, “Apakah udaranya panas juga seperti di Jakarta ini ?”

“Tidak. Di Puncak udaranya sejuk sekali. Jadi kamu takkan kepanasan di sana. “

“Bagus kalau begitu. Aku senang dibawa ke mana pun, asalkan yang udaranya tidak panas. “

Aku mau menjawab. Tiba-tiba terdengar suara wanita di sampingku, “Dek Sammy ?! Apa kabar ?”

Aku terkejut dan menoleh ke sebelah kananku. Ternyata yang memanggilku itu salah satu rekan bisnisku. Bu Merry... seorang pengusaha permata... !

“Bu Merry ?! Nginap di hotel ini juga ?” tanyaku sambil cepat aku berdiri dan menjabat tangan wanita itu.
“Nggak. Saya hanya mau menemui relasi dari Jerman yang sedang nginap di sini. “

Dan... tiba-tiba aku teringat pembicaraanku dengan Halina kemaren. Bahwa Halina memiliki 322 butir berlian dari Afrika Selatan. Kenapa tidak aku tawarkan saja kepada Bu Merry ini ?

Lalu aku menoleh kepada Halina dan memberi isyarat agar dia berdiri dan berjabatan tangan dengan Bu Merry. “Bu Merry... kenalkan dulu rekan saya ini. “

Halina pun berjabatan tangan dengan Bu Merry sambil sama-sama menyebutkan nama mereka.

“Bu... mungkin Tuhan mengirim Ibu ke sini, karena saya punya sesuatu yang akan ditawarkan kepada Bu Merry. Sesuatu yang ada hubungannya dengan bisnis Bu Merry. Silakan duduk dulu Bu, “ kataku ramah.

“Apa yang mau ditawarkan nih ? Semoga saja permata yang akan ditawarkan itu. Karena saya hanya aktif di bidang yang satu itu, “ kata Bu Merry setelah duduk berhadapan denganku dibatasi meja resto hotel.

“Iya. Bu Merry tentu tau berlian dari Afrika Selatan kan ?”

“Tentu saja. Berlian dari Afrika Selatan itu kualitasnya nomor satu di dunia. “

“Saya punya banyak Bu. Apakah Ibu bersedia memborongnya semua ?”

“Kalau ada sertifikatnya, tentu saja saya mau. Berapa pun banyaknya, akan saya beli semuanya. “

Kemudian aku berkata setengah berbisik kepada Halina, “Ibu ini pebisnis permata yang sangat disegani di negara ini. Berlian punyamu tigaratusduapuluhdua butir kan ?”

Halina mengangguk.

“Ada contoh sertifikatnya ?”

“Hanya ada fotocopynya. Sertifikat aslinya ada di safe deposit box di bank internasional itu. “

“Fotocopynya dibawa sekarang ?”

“Ada, “ sahut Halina sambil mengeluarkan gulungan fotocopy dari dalam tas kecilnya. Lalu menyerahkannya padaku.

Kemudian gulungan fotocopy itu kuserahkan kepada Bu Merry.
“Ini fotocopy sertuifikatnya Bu. Karena yang aslinya disimpan di safe deposit box di sebuah bank internasional, “ kataku.

Bu Merry tampak bersemangat sambil mempelajari fotocopy yang jumlahnya sesuai dengan jumlah berlian milik Halina itu.

Bu Merry mengangguk-angguk. Lalu bertanya serius, “Jumlah semuanya berapa butir ?”

“Tigaratusduapuluhdua butir Bu, “ sahutku.

“Akan saya beli semua, “ kata Bu Merry dengan nada semakin serius, “Kapan bisa transaksi ?”
Aku menoleh lagi kepada Halina dan bertanya, “Barangnya ada dimana ? “

“Ya di Jakarta ini, “ sahut Halina sambil mengeluarkan kartu nama sebuah bank internasional yang ada di Jakarta.

Hmmm... semua ini seolah dituntun oleh Tuhan dan para malaikatNya.

Tanpa direncanakan, tiba-tiba Bu Merry muncul di depan mataku. Bukankah ini suatu miracle juga ?

Terima kasih, ya Allah... !
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd