Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

1. Rumah Kami Surga Kami 2. Petualangan Hot 3. Langkah Langkah Jalang (TAMAT)

Duuh.. ketinggalan jauh nih, marathon doeloe suhu.. izin baca yo
 
Malam itu memang malam yang sangat memuaskan desir dan hasrat birahiku. Karena setelah Victor ejakulasi, Edgar pun maju lagi. Lalu setelah Edgar ejakulasi, Victor maju lagi untuk yang ketiga kalinya.

Lalu aku tidur berama mereka. Dalam keadaan telanjang semua.

Inilah untuk pertama kalinya aku bisa tidur sambil memegang dua batang penis yang berbeda.

Dan gilanya, menjelang fajar menyingsing, mereka menyetubuhiku lagi secara bergiliran.

Kesan indahnya tertinggal di batinku sampai berhari-hari beikutnya.

Beberapa hari kemudian...

Ketika aku sedang berada di ruang kerjaku, pas pada jam makan siang... Karel mendatangiku. Seingatku, adik bungsu Papa Fred itu baru delapanbelas tahun umurnya, tapi sudah jadi mahasiswa entah semester berapa.

Kalau aku menilai-nilai, Karel itu paling tampan di antara adik-adik Papa Fred. Tampangnya agak mirip artis bule yang sudah menjadi WNI dan inisialnya ML itu. Tapi Karel jelas jauh lebih muda daripada artis bule itu.

“Tumben kamu mau datang ke sini. Ada yang penting padaku Karel ?” tanyaku sambil berpikir, pasti dia sudah mendengar “jatah” untuk adik-adik Papa Fred.

“Kebetulan gak ada kuliah aja Zus. Makanya iseng maen ke sini. “

“Kekurangan duit buat jajan ?” tanyaku.

“Nggak, “ sahut Karel sambil menatapku dengan senyum di bibirnya.

“Terus... nggak ada hal penting lainnya ? Ngomong dong terus terang. “

“Aku... aku dikasih tau sama Victor... katanya ada jatah buatku juga. Bener Zus ?”

“Ooo... soal itu ?!” cetusku sambil menoleh ke sekitarku, takut ada yang ikut dengar. Lalu aku bangkit dari kursi kerjaku dan mendekatkan mulutku ke telinga Karel. Dan membisikinya, “Kamu mau nyobain ML denganku ?”

“Iya Zus. Heheheee... “

Aku berpikir sejenak. Akhirnya kukeluarkan kunci kamarku dari tas kecil yang biasa kubawa tiap hari.

“Tadi waktu datang ke sini, ketemu sama Edgar ?” tanyaku.

“Nggak tuh. Edgar entah di mana. Mungkin sedang makan siang. “

“Kamu ke sini pake apa ?”

“Pake taksi Zus. Motorku lagi di bengkel. “

“Mmm... kalau begitu kamu duluan aja ke rumahku ya. Kamu langsung aja naik ke lantai dua, ke dalam kamarku. Ini kunci kamarku bawa aja. Sekarang baru setengah satu. Nanti jam tiga juga aku sudah tiba di rumah. “

“Jadi aku harus nunggu di kamar Zus Ayu ?”

“Iya. Sengaja kuatur begitu, supaya Edgar nggak mengganggu kita nanti. “

“Iya, iya... aku ngerti Zus. “

Aku bergerak ke pintu untuk menguncinya. Lalu menghampiri Karel lagi. “Coba lihat dulu kontolmu segede apa ?” cetusku sambil mengusap-usap rambut Karel.

Karel tenang saja berdiri sambil menurunkan ritsleting celana jeansnya. Lalu menyembulkan penisnya sambil berkata, “Dibandingkan sama kontol Edgar dan Victor sih masih gedean kontolku Zus... ! Ini matinya aja segede gini. Kalau udah ngaceng sih jauh lebih gede lagi. “

AKu tersentak kaget menyaksikan sesuatu yang luar biasa itu. Dan spontan kupegang penis Karel sambil berkata, “Edaaan... kontolmu gede banget Karel. Ya udah. Nanti malam aku kasih sepuasmu ya. “

“Iya Zus. “

“Kamu ingin lihat memekku juga ?” tanyaku.

“Mau dong kalau boleh sih. “

Sebagai jawaban, kupelorotkan celana dalamku sampai di lutut, lalu kusingkapkan spanrokku sampai perut. Dan mendekatkan memekku ke depan mata Karel yang sudah duduk di kursi tamu lagi. “Nih... memekku bagus nggak ?”

“Wow... memek Zus Ayu merangsang sekali... pengen jilatin sampai basah kuyup... !” ucap Karel sambil mengusap-usap kemaluanku. “

“Jilatin deh sekarang... tapi cuma boleh tiga jilatan aja. Soalnya ini kan di kantor. Nanti di rumah aku kasih sepuasnya. “

Karel benar-benar memanfaatkan kesempatan yang kuberikan itu. Spontan ia mengulurkan lidahnya untuk menjilati kemaluanku. Benar-benar cuma tiga jilatan. Berarti dia berjiwa disiplin. Tidak minta lebih daripada yang sudah diizinkan.

Aku pun cepat menarik celana dalamku kembali, kemudian menurunkan spanrokku dan merapikannya sesaat.

“Udah, sekarang ke rumahku aja dulu ya. Punya duit buat taksinya ?”

“Punya Zus, “ sahut karel sambil berdiri. Lalu kucium kedua belah pipinya, yang kulanjutkan dengan ciuman hangat di bibirnya.

Karel tampak senang sekalimendapatkan kejutabn-kejutan itu. Kemudian pamitan padaku.

“Hati-hati di jalan, Karel. Ohya... kalau ketemu Edgar di depan, jangan bilang apa-apa. Bilang aja abis ngasihin bingkisan dari Broer Frederick. “

“Iya Zus. Daag... !”

“Daag ... !”

Setelah Karel berlalu, aku tercenung sendiri di depan meja kerjaku. Kenapa aku seakan ingin merahasiakan pertamuanku dengan Karel nanti malam ?

Karena Karel itu sangat tampan, paling muda pula di antara saudara-saudaranya. Jadi aku ingin menikmatinya tanpa gangguan dari siapa pun. Cukup Karel saja sendirian buat menghangati jiwaku nanti malam.

Maka terbayang olehku, betapa segarnya daun muda seperti Karel itu nanti. Bayangan itu diam-diam membuat kemaluanku terasa berkedut-kedut.

Tapi aku masih menyempatkan diri untuk mengadakan briefing pada jajaran staf perusahaan.

Jam setengah tiga sore aku pun pulang, sambil membawa dua botol madu Sumbawa pesanan Papa Frederick. Kedua botol madu Sumbawa itu kuserahkan kepada Frederick sambil berkata, “Kasihkan kedua botol madu Sumbawa in kepada Broer Federick. Pakai aja mobil SUV. Supaya yang sedan tetap bisa kupakai kalau ada urusan mendadak nanti.”

“Iya Zus, “ sahut Edgar, “Besok kan libur, apa aku harus tiba pagi-pagi di sini ?”

“Nggak usah. Besok kan hari libur. Pulang sore menjelang malam juga gak apa-apa. “

“Baik Zus. “

Begitulah aku sudah mengatur semuanya itu. Yang penting aku ingin menikmati kesegaran Karel tanpa diganggu siapa pun nanti.

Setibanya di rumah, Edgar memasukkan sedanku ke garasi. Kemudian ia mengeluarkan mobil SUVku. Dengan SUV itu pula Edgar meninggalkan rumahku, menuju rumah Papa Fred di kota yang jaraknya 50 kilometeran dari kotaku.

Setelah Edgar berlalu, aku langsung naik ke atas yang lantainya sedang dipel oleh salah seorang PRTku.

Pintu kamarku tidak dikunci. Berarti Karel sudah menungguku di dalam.

Benar saja. Karel sudah mengenakan celana pendek dan baju kaus serba putih, sambil nonton acara musik MTV di televisiku.

Begitu menyadari kedatanganku, Karel langsung berdiri.

“Sudah makan ?”

“Sudah, “ sahutnya, “Tadi sebelum ke sini makan dulu di rumah makan di ujung jalan itu. “

“Mandi sudah ?”

“Mandi pagi sudah. Mandi sore belum. Soalnya biasa mandi jam lima sore. “

“Sekarang kan kita punya acara istimewa. Kalau mau ML, harus mandi dulu sebersih mungkin. Supaya waktu ML benar-benar nyaman. “

“Oh, begitu ya. “

“Mau mandi bareng sama aku ?”

“Mauuu... kalau mandi bareng Zus Ayu, mandi lima kali sehari juga mauuu... “ sahut Karel dengan nada bersemangat.

“Tadi selama menunggu di sini, kamu membayangkan apa ?” tanyaku sambil memegang sepasang bahu Karel.

“Jujur aja... aku membayangkan memek Zus Ayu terus... “ sahut Karel tersipu.

“Hihihihi... berarti memekku sangat merangsang bagimu, gitu ?” ucapku sambil menarik tangan Karel dan menuntunnya ke kamar mandi.

“Betul... sangat merangsang. “

“Memek itu bahasa Belandanya apa ?” tanyaku.

“Kut, “ sahutnya.

“Kalau kontol apa bahasa Belandanya ?

“Penis. Sama dengan bahasa Inggris. “

“Kalau fuck apa bahasa Belandanya ?”

“Neuken. “

“Kapan-kapan aku ajarin bahasa Belanda ya. “

“Boleh Zus. “

Kemudian kulepaskan spanrok dan blazer-ku. Kemudian kugantungkan di kapstok kamar mandi. Begitu pula blouse putihku dilepaskan dan digantungkan di kapstok.

“Kamu udah banyak pengalaman ngentot cewek ?” tanyaku yang tinggal mengenakan bra dan celana dalam saja.

“Pengalaman sih ada tapi gak sering. Masih bisa dihitung sama jari, “ sahutnya lugu.

“Sama siapa ?”

“Sama buruh pabrik Broer Frederick. Dia deketin aku terus. Sampai akhirnya ngajak bersetubuh, “ sahutnya sambil melepaskan baju kaus dan celana pendeknya. Sehingga Karel langsung telanjang bulat. Rupanya dia tidak mengenakan celana dalam di balik celana pendek putihnya itu.

“Di mana bersetubuhnya ?” tanyaku sambil memegang penisnya yang sudah mulai menegang, tapi belum ngaceng benar.

“Di pabrik. Di kamar satpam, “ sahutnya pada saat aku mulai meremas-remas penisnya dengan lembut.

Pengakuan Karel itu jadi bahan pertimbanganku. Bahwa di pabrik Mama jangan sampai terjadi hal seperti itu.

“Kamu bisa ngentot seenaknya di pabrik ya. Karena kamu kan adik ownernya. “

“Hehehee... iya sih... satpam malah sengaja ngasihin kamarnya untuk dipakai gituan. “

“Terus sampai sekarang kamu masih suka begituan sama buruh pabrik itu ?”

“Nggak Sekarang dia sudah kawin lagi. “

“Owh, jadi waktu terjadi hubungan gelap sama kamu, perempuan itu janda ?”

“Iya Zus. Setelah dia kawin lagi, aku gak berani deket-deket lagi. “

“Cantik orangnya ?”

“Biasa-biasa aja Zus. “

“Dibandingkan sama aku cantikan siapa ?”

“Jauh dong. Zus Ayu sangat-sangat cantik. Dibandingkan sama Zus Ayu sih dia nggak ada apa-apanya. “

“Masa sih ?! “ sahutku sambil menanggalkan behaku, lalu menggantungkannya di kapstok.

“Serius. Zus Ayu memang sangat cantik. Makanya Broer Frederick sangat menyayangi Zus. “

Aku menyangga sepasang toket gedeku dengan kedua telapak tanganku, lalu mendekatkannya ke depan mata Karel, sambil bertanya, “Toketku bagus nggak ?”

“Indah dan merangsang Zus. Gede -gede tapi kelihatannya tidak kendor. “

“Memangbelum kendor. Coba aja pegang, “ kataku sambil menarik tangan kiri Karel, lalu menempelkan telapaknya ke toket kiriku.

Karel memegang toket kiriku. Memijat-mijatnya sedikit, seolah tengah menguji kepadatan dan kekencangan payudaraku. “Benar... masih kencang Zus, “ ucapnya.

Aku tersenyum sambil melepaskan celana dalamku, lalu melemparkannya ke keranjang pakaian kotor.

Setelah sama-sama telanjang, aku berhadapan dengan Karel di bawah shower utama. Lalu kupijat tombol merah dan memutar krannya. Air hangat pun memancar dariu shower di atas kepala kami.

Pada saat itulah aku memeluk leher Karel sambil mencium dan melumat bibirnya, dengan desir birahi yang terasa indah sekali. Karena karel memang tampan sekali.

Kemudian tanganku menggenggam batang kemaluannya yang terasa semakin menegang ini, lalu kucolek-colekkan moncongnya ke mulut memekku.

Karel cuma diam sambil memperhatikan penisnya yang sedang dicolek-colekkan ke memekku.

“Kontolmu biar kenalan dulu dengan memekku. Hihihihiii, “ aku ketawa kecil sambil mencolek-colekkan terus moncong penis Karel ke celah memekku. Akibatnya, penis Karel jadi ngaceng sekali, sementara liang memekku pun mulai membasah.

Dan aku menyadari suatu hal penting. Bahwa penis Karel lebih gede daripada penis Edgar dan Victor.

Sehingga aku pun mulai tak sabar lagi. Ingin segera merasakan nikmatnya dientot oleh kontol gede Karel ini.

Maka kuambil sabun cair dari dekat kran shower dan mulai menyabuni sekujur tubuhku sampai ke sela-selanya. Botol sabun cair itu diserahkan kepada Karel. maka ia pun mulai menyabuni tubuhnya sendiri.

Tadinya aku mengajak Karel mandi bareng karena ingin “macem-macem” di kamar mandi. Tapi niat itu kubatalkan. Karena pikirku lebih baik kami cepat menuntaskan mandi, kemudian bersetubuh di atas tempat tidurku saja.

Maka setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuh dengan handuk, kukenakan kimonoku yang kuambil dari lemari kaca berisi pakaian dan handuk bersih itu. Tanpa mengenakan celana dalam mau pun beha di dalamnya.

Sementara Karel mengenakan celana pendek dan baju kaus serba putih itu. Kemudian mengikuti langkahku menuju bedroom.

Aku mengajak Karel duduk dulu di atas sofa yang berdekatan dengan bed.

“Kontolmu gede banget Karel. Jadi sebelum dimasukkan ke dalam memekku, harus dijilatin dulu memeknya sampai benar-benar basah. “

“Iya Zus. Justru dari tadi aku ngebayangin terus memek Zus Ayu... ingin menjilatinya sepuas mungkin seperti janji Zus Ayu tadi di kantor. “

Aku melepaskan ikatan tali kimonoku. Lalu kimonoku direntangkan. Sehingga memekku terbuka sepenuhnya di atas sofa yang kami duduki.

“Ayo... jilatin deh memekku sepuasmu sekarang, “ ucapku sambil mengusap-usap memekku.

Karel tampak girang. Lalu duduk di atas lantai bertilamkan karpet abu-abu ini, di antara kedua kakiku dan wajahnya menghadap ke arah kemaluanku.

“Udah jagoan kamu jilatin memek kali ya ?”

“Jagoan sih nggak. Tapi aku sering nonton bokepnya Zus. “

“Ya udah, jilatin deh... “ ucapku sambil menggeser bokongku maju ke depan. Supaya Karel dipermudah menjilati memekku.

Karel pun mulai menciumi celah kemaluanku. Kemudian ia menjulurkan lidahnya sambil mendorong kedua belah pahaku, mungkin agar aku semakin ngangkang sehingga ia makin mudah melakukan aksinya.

Wow... ternyata Karel sudah punya teknik sendiri dalam hal cunnilingus. Pada waktu lidahnya mulai menjilati celah kemaluanku yang sudah dingangakan, jempol tagan kirinya mulai menggesek-gesek kelentitku, sementara jari tengah kanannya mulai diselundupkan ke dlam liang memekku.... kemudian jari tengahnya itu bergerak maju mundur seolah penis tengah mengentot liang memek.

Begitu massivenya aksi Karel itu, sehingga dalam tempo singkat saja liang memekku mulai basah... makin lama makin basah.

Sehingga akhirnya aku berkata, “ Pindah ke atas tempat tidur yuk. “

Karel mengiyakan. Lalu mengikuti langkahku menuju tempat tidur.

Di atas tempat tidur aku menelentang sambil merentangkan kedua belah pahaku. Kasrel pun menelungkup, seperti mau menjilati memekku lagi.

Tapi kucegah, “Jilat memeknya cukup dulu. Sekarang mainkan aja kontolmu. Kalau terlalu becek, gak enak nanti. “

Karel tidak membantah. Ia melepaskan baju kaus dan celana pendeknya. Lalu memegang penisnya, dengan moncong diletakkan di mulut vaginaku.

Aku pun membantunya. Memegang leher penisnya, lalu kumasukkan kepala penisnya. Dan berkata, “Ayo dorong... “

Karel pun mengikuti perintahku. Mendorong penis gedenya dengan mata terpejam.

Blesssssss.... masuk hampir setengahnya...

Kemudian ia mulai mengayun penisnya sedikit demi sedikit, sampai akhirnya penis gagah itu mulai bisa mengentotku secara normal.

Aku pun menarik kedua tangan Karen, sehingga dadanya terhempas ke atas sepasang toketku.

Kemudian bibir Karel kupagut ke dalam ciuman hangatku....
 
Bagian 31



Karel adalah adik Papa Fred yang paling kecil. Namun ternyata penisnya paling gede di antara saudara-saudaranya. Panjangnya sih sama, tapi diameternya jauh beda.

Bukan cuma gagah alat kejantanannya saja. Karel pun ternyata sangat perkasa bermain di atas perut perempuan. Lebih dari sejam dia menyetubuhiku. Padahal aku sudah dua kali orgasme, tapi Karel tampak masih perkasa. Masih enjoy mengentotku dengan gagahnya.

Karuan saja aku merintih-rintih dalam nikmat tak terlukiskan dengan kata-kata belaka. “Kamu memang pejantan yang sangat tangguh Karel. Ayo entot terus sepuasmu... kontolmu luar biasa dahsyatnya... sangat enak... oooo.... ooooh.... sambil emutin lagi pentil tetekku Karel... iyaaaaa.... iyaaaaa.... oooooh.... kamu akan mendapat keistimewaan dariku nanti... karena kontolmu luar biasa enaknya Karel.... oooo... ooooh... entot terusssssssss.... ooooohhhhhhhhhhh... enttttoooooooootttttt... entot... entooooooooooooottttttttttt... Karel..... oooooh.... “

Sesekali Karel pun suka menanggapi rintihanku. “Memek Zus juga... lu... luar biasa enaknya Zusssss.... ! Gak nyangka aku bisa menikmati memek seenak ini Zussss... !”

Lalu mulut Karel bersarang lagi di leherku, menjilat-jilat dan menggigit-gigit seperti yang kuajarkan tadi.

Terkadang jilatan dan gigitan-gigitan kecil itu pindah ke daun telingaku, ke ketiakku dan ke mana saja yang bisa terjangkau oleh mulutnya.

Sampai pada suatu saat, Karel berbisik terengah, “Kayaknya aku udah mau ngecrot Zus... lepasin di... di mana ?”

“Di dalam aja, “ sahutku, “Ayo kita lepasin bareng-bareng... biar nikmat... !”

Memang pada saat itu aku pun merasa sudah mau orgasme lagi untuk yang kesekian kalinya.

Maka kugoyangkan pinggulku seedan mungkin... kugoyang terus... sementara gerakan maju-mundurnya penis Karel makin lama makin cepat... makin cepat.... !

Lalu kami seperti dua manusia yang sedang kesurupan. Kujambak rambut Karel sambil meremas-remasnya. Sementara kedua tangan Karel meremas sepasang payudaraku kuat-kuat... dengan mata melotot dan nafas tertahan... lalu... penis gede itu mengejut-ngejut di dalam liang kemaluanku yang sedang menggeliat dan memilinnya...

Dan... moncong penis Karel menyemprot-nyemprotkan cairan kental hangatnya... sekaligus menyemprotkan kehangatan ke dalam sekujur batinku... oooo, betapa indahnya semua ini... !

Cretttt.... cretcret.... croooootttttttt... croooottttttt.... crotcroooooooootttttttttttt.... crot... Crooooooooootttttttttttttttttttt..... !

Karel berkelojotan di atas perutku. Lalu terkulai lemah. Dengan tubuh bersimbah keringat.

“Kamu memang sangat memuaskan, “ ucapku sambil menepuk-nepuk pipi Karel, diikuti dengan cuman hangatku di bibirnya, “Emwuahhhh... !

Karel mencabut penisnya yang sudah lemas dari liang memekku. Lalu duduk bersila sambil mengusap-usap pahaku. “Buatku... persetubuhan tadi merupakan persetubuhan yang paling fantastis, Zus... soalnya aku merasakan getaran aneh pula di hatiku... jangan-jangan aku mencintai Zus Ayu nih... “

“Mmm... aku juga merasakan hal yang sama, “ sahutku, “Tapi aku ini punya abangmu, Karel. “

“Iya... aku menyadari hal itu, “ kata Karel, “Tapi kira-kira kalau aku tinggal di sini, boleh nggak ya ? Biar aku bisa lebih dekat ke kampusku. Bisa sering-sering main sama Zus Ayu pula... “

“Nanti Victor ikut-ikutan mau pindah ke sini pula, “ sahutku.

“Victor kan kerja di pabrik. Gak mungkin diizinkan sama Broer Frederick. Kalau aku gak ada kegiatan apa-apa selain kuliah. “

“Kamu satu-satuinya adik Broer Fred yang kuliah ya ?”

“Iya. Victor dan Edgar kan gak mau lanjutin pendidikannya. Setelah lulus SMA malah memilih kerja di pabrik. “

“Adrianus juga begitu kan ?”

“Iya. Dia kan diangkat jadi direktur di pabrik. Padahal pendidikannya cuma SMA juga. “

“Kalau kamu mau tinggal di sini, boleh-boleh aja. Di bawah kan masih ada tiga kamar yang kosong. Tapi harus minta izin sama abangmu dulu. “

“Broer Frederick pasti mengizinkan. Alasanku sangat tepat kan. Ingin mendekati kampus, supaya tidak capek di jalan. “

“Ohya... kamu nggak bekal pakaian untuk ganti ?”

“Nggak Zus. SOalnya gak ada rencana mau nginap sih. Itu celana pendek dan baju kaus tadi dipakai di dalam baju kuliahku. “

Tiba-tiba aku teringat pada celana dan t-shirt baru, yang tadinya kubeli untuk Edgar. Sedangkan bentuk tubuh Karel kira-kira sama dengan tubuh Edgar. Sama-sama tinggi langsing.

Maka kukeluarkan celana jeans dan t-shirt baru itu dari dalam lemari. Lalu kuberikan kepada Karel, “Nih cobain dulu. Kalau ngepas di tubuhmu, ambil saja buatmu. “

Karel menyambut celana dan t-shirt hitam itu. Kemudian mencobanya. Ternyata ngepas dengan tubuhnya.

“Terima kasih Zus, “ kata Karel yang tampak senang dengan hadiah itu.

Lalu aku melangkah ke kamar mandi buat bersih-bersih dan mengelap keringatku. Dan keluar lagi dari kamar mandi setelah mengenakan kembali kimonoku.

Ketika mau melangkah ke arah ruang cengkrama, kulihat handphoneku berkedip-kedip lampunya. Ternyata ada email dari Sam. Berisi catatan pribadinya yang selalu kubarter dengan catatan pribadiku sendiri.

Hmmmm... Sam memang pejantan unggulan. Ada saja sosok baru yang jadi sasarannya. Seperti yang tercatat berikut ini.....



==================================================================



Halina sudah menjadi mualaf dan menjadi istriku ketigaku. Kemudian aku ikut membantu agar ia menjadi WNI, lewat proses panjang. Dan surat kewarganegaraannya itu baru keluar setelah Halina melahirkan bayi cewek cantik, yang lalu kuberi nama Samyanna, sebagai gabungan namaku dengan nama Halinna, dengan nama kecil Anna.

Rumah dan bangunan calon restoran untuk Halina sudah selesai dibangun sebelum Anna lahir. Letaknya tidak jauh dari hotelku.

Rumah baru yang dibangun di atas tanah kosong itu sudah dihuni oleh Halina. Tapi restorannya belum dibuka, karena Halina ingin konsen mengurus anaknya dulu, dibantu oleh seorang babysitter bernama Kinanti.

Baik rumah mau pun bangunan untuk restoran itu dibiayai oleh tabungan Halina sendiri. Sementara uang dollarnya yang disimpan di SDB bank asing itu belum dipakai selembar pun.

Sebelum Halina melahirkan, Frida sudah duluan melahirkan bayi cewek juga. Yang lalu kuberi nama Devi Patriani. Dengan begitu aku sudah punya tiga anak yang resmi sebagai anakku. Feo anak dari Aleksandra, Devi anak dari Frida dan Anna anak dari Halina. Ditambah lagi dengan Satria, anak dari Mamie tapi dalam akte kelahirannya disebut anak Papa.

Sementara itu aku belum berhasil juga menghamili Mamie. Tapi Mamie akan bersabar sampai tiba saatnya hamil lagi.

Kalau dinilai sepintas lalu, perkawinanku seperti kusut. Tapi sebenarnya sebaliknya. Frida, Aleksandra dan Halina menjadi tiga sekawan yang solid dan damai. Aku merasa nyaman dan bahagia menyaksikan kekompakan mereka. Bahkan aku berpikir sebaiknya setiap lelaki yang melakukan polygami harus mampu membuat istriu-istrinya rukun dan damai begitu.

Namun aku tidak berusaha untuk menyatukan mereka di dalam satu rumah. Karena takut mendapat cibiran masyarakat yang tidak mengetahui asal-muasal perkawinanku dengan Aleksandra dan Halina itu. Tidak mengetahui bahwa aku menikahi kedua perempuan bule itu dengan tujuan tak sekadar untuk mengumbar nafsu birahiku semata. Kalau untuk mengumbar nafsu belaka, lain lagi orangnya.

Sementara itu bangunan hotel baru di belakang itu sudah selesai, tapi masih belum dibuka secara resmi, karena interiornya sedang dikerjakan oleh Halina... !

Ya, ternyata pendidikan Halina itu cukup menarik. Dia tamatan Instytut Sztuk Pięknych (Institut Seni Rupa) Jurusan Projektowanie Wnętrz (interior design) di negaranya.

Maka Halina sangat bersemangat ketika kutawari untuk menata interior hotel baruku itu. Yoga pun kusuruh untuk membantu Halina dalam menata interior hotel baru yang empat lantai itu.

Sementara itu Natasha sudah lama kutempatkan di hotel punya Aleksandra, sebagai manager operasional, dengan gaji yang jauh lebih besar daripada gaji di hotelku dahulu. Dalam waktu sedang menata hotel baruku itulah terjadi suatu kisah yang tergores dalam lembaran kehidupanku.

Kisah tentang perempuan... ya, lagi-lagi sesosok perempuan hadir di dalam lembaran kehidupanku.

Pada suatu hari, aku kedatangan seorang tamu di ruang kerja hotelku. Dia adalah Bu Merry, pebisnis permata yang modalnya benar-benar besar itu.

Aku memanggilnya Bu, karena aku tahu bahwa dia istri seorang konglomerat. Padahal usianya kira-kira sebaya dengan Mbak Ayu.

Tentu saja aku terkejut melihat tamu yang datang itu. Wanita pebisnis kelas kakap yang telah menggoalkan perjuanganku untuk menjual berlian-berlian dari Afrika Selatan milik Halina itu.

“Aduuuuh... ada angin apa yang meniup Bu Merry sampai sudi mendatangi tempat sederhana ini ?” sapaku sambil menjabat tangannya yang halus dan hangat itu.

“Angin sumpek membuatku sengaja mencari Sam sampai ke sini, “ katanya setelah kupersilakan duduk di sofa ruang tamu.

“Sumpek gimana Bu ?”

“Jenuh mondar-mandir di Jakarta. Sementara perjalanan bisnisku tidak selamanya sukses. Bahkan kalau dihitung-hitung, lebih banyak gagalnya daripada suksesnya, “ sahutnya dengan senyum yang... aaaah... manis sekali senyum istri konglomerat yang aktif dalam bisnis permata itu... !

“Bisnis kan selalu begitu Bu. Kadang sukses, kadang gagal, “ tanggapku.

“Iya sih. Tapi aku datang ke sini, khusus untuk meminta saran kepada Sam. Jujur, aku ingin punya pabrik yang bisa menghasilkan produksi secara rutin, sehingga bisa mendatangkan income secara rutin pula. Kira-kira pabrik apa yang stabil produksi dan pemasarannya ?”

“Kalau mau bikin pabrik yang stabil produksi maupun marketingnya, menurut aku yang awam ini sih mendingan produksi kebutuhan anak-anak. Dari mainan sampai kebutuhan sekolahnya sebatas taman kanak kanak saja, “ ucapku.

“Haaaa ?! Itu ide yang cemerlang Sam ! Kebutuhan anak-anak kan selalu dinamis, tidak ada matinya. Wow... ini inspirasi yang benar-benar brilliant... ! ”

“Kalau Bu Merry butuh lahan untuk membangun pabrik itu, aku bisa membantu, terutama lahan di kota ini. Tapi kalau ingin yang lebih murah lagi, banyak pabrik tekstil yang bangkrut, lalu disita oleh bank dan sekarang mau dijual lagi dengan harga cukup murah, karena patokannya harga lelang. “

“Pabrik-pabrik yang akan dijual dengan harga klelang itu lebih menarik lagi. Hmmm... aku bisa stay di kota ini nanti. Ohya... apa di hotel ini masih ada kamar kosong ?”

“Hotel ini tidak layak dihuni oleh wanita selevel Bu Merry. Soalnya hotel ini cuma melati tiga. Ada sih di belakang, hotel bintang tiga. Tapi belum dibuka. Aku malu menyodorkannya kepada Bu Merry yang pasti biasa nginap di hotel five star. “

“Ogitu ya ? Padahal aku ingin ngobrol banyak sama Sam, “ Bu Merry terlihat kecewa.

“Mmm.. ada sih kamar yang mungkin agak sesuai dengan kriteria Bu Merry. Di situ tuh... “ kataku sambil menunjuk ke pintu bedroom yang berhubungan dengan meeting room, ruang cengkrama, ruang makan dan ruang tamu terpisah. Bedroom yang merupakan suite room itu punya pintu keluar tersendiri.

Menurutku, kualitas suiteroom itu sesuai untuk wanita sekelas Bu Merry. “SIlakan dilihat dulu keadaan kamarnya. Mudah-mudahan sesuai dengan selera Bu Merry, “ kataku sambil membuka pintu menuju ke arah suite room itu.

“Ini kan kantor ?” tanya Bu Merry heran.

“Iya. Tapi kamar ini punya pintu tersendiri menuju ke luar. Jadi pintu ini nanti bisa dikunci oleh Bu Merry. Ohya... Bu Merry bawa pengawal ke sini ?”

“Nggak. Tadi aku pakai pesawat. Lalu dari bandara pakai taksi ke sini. Sebagai petunjuknya, kartu nama yang pernah Sam berikan di Jakarta. “

“Pakai pesawat pribadi ?”

“Nggak. Pakai pesawat umum. Sekali-sekali ingin nyobain ngeluyur sendirian saja, tanpa merasa terganggu oleh kehadiran asisten, sekretaris pribadi dan para bodyguard. Wow... ini kamarnya bukan kamar biasa... ini suite room kan ?”

“Iya Bu. “

“Wah... kurasa kondisi dan fasilitasnya tidak kalah dengan hotel bintang lima. Ada meeting roomnya segala... mmm... ya udah, aku mau cek in di sini aja. Tapi... “ ucapan Bu Merry terputus. Lalu dilanjutkan dengan bisikan, “Nanti temani aku tidur di sini ya... “

Pandangan Bu Merry poun tampak berubah. Jadi seperti jinak begitu.

“Ditemani sama aku juga boleh. Tapi takut... “

“Takut apa ?”

“Takut kebablasan. Hehehee... “

“Justru aku ingin kebablasan. Ingin ngerasain selingkuh itu seperti apa rasanya... “

“Serius Bu ?” ucapku sambil memberanikan diri memegang pergelangan tangan wanita 26 tahunan itu.

“Sangat serius. Sam mau kan ?”

“Iya, “ aku mengangguk, “Sekali-sekali kita urus masalah pribadi, ya Bu. Jangan bisnis mulu. “

“Naaah... aku juga berpikir begitu. Terlalu ngabisin waktu untuk bisnis juga bisa kena serangan jantung nanti. Makanya perlu refreshing sekali-sekali. “

“Refreshing apa rekissing ?” tanyaku dengan tatapan dan senyum menggoda.

Bu Merry menyahutku dengan bisikan, “Refucking secara rutin setiap weekend juga oke. “

“Hihihiiii... pancingku disambut sama ikan paus, “ sahutku yang kulanjutkan dengan ciuman di pipi kiri Bu Merry. Lalu kujabat tangannya sambil berkata, “Deal... !”

“Suiteroomnya sesuai dengan keinginan saya. Terutama masalah keamanan dan kerahasiaannya, pasti terjamin kan ?”

“Tentu saja. Privacy-nya terjamin. Bellboy juga takkan berani mengetuk pintu kamar ini sih. “

Baru sekarang aku berani memperhatikan sosok Bu Merry yang sempurna untuk menjadi istri seorang konglomerat. Sangat cantik, masih sangat muda pula untuk ukuran seorang lelaki limapuluhan tahun sih.

Di mataku juga Bu Merry adalah wanita tercantik di antara semua wanita yang pernah kukenal. Bahkan aku tak menyangka kalau dia akan tertarik padaku. Karena dia seolah putri pingitan di kandang emas, yang senantiasa dijaga oleh singa-singa buas. Singa-singa yang siap menerkam siapa pun berani mengganggunya.

Tapi kenyataannya begitu mudah wanita muda dari kelas jetset itu mendatangiku, khusus untuk memasrahkan tubuhnya.

Apakah aku harus menolaknya ? Hohohooo... aku bukan seorang hypokrit yang berlagak moralis. Ada sosok fantastis yang mau menyerahkan dirinya, masa harus kutepiskan ?
 
Jam berapa nanti jam kerja Sam selesai ?” tanya Bu Merry dengan senyum manis menghiasi bibir tipis merekahnya.

“Aku kan owner hotel ini Bu. Jadi aku tidak punya jam kerja. Kapan saja boleh bekerja, kapan saja boleh melakukan apa pun yang kuinginkan. “

Bu Merry mendekap pinggangku sambil berkata, “Kalau gitu aku mau mandi dulu. Sam jangan ke mana-mana ya. “ Ucapan itu diakhiri dengan kecupan hangat di bibirku.

“Apa perlu kutemani mandinya ?” tanyaku.

“Untuk sementara belum perlu. Nggak tau besok atau lusa sih, “ sahutnya.

Hmmm... ucapan itu seolah jadi indikator bagiku. Bahwa dia akan menginap tiga malam di suite room itu.

“Tapi sekadar menyaksikan Bu Merry mandi boleh kan ?” godaku sambil menggelitik pinggangnya.

“Jangan frontal dong. Mendingan step by step. Biar indah kesannya nanti. “

“Oke deh. Selamat mandi ya Bu Merry... “

“Jangan manggil ibu-ibuan terus dong. Panggil namaku aja lebih nyaman, biar gak terlalu formal. Kita kan bukan sedang ngurus bisnis. “

“Nggak berani ah. Level Bu Merry kan jauh di atasku. “

“Lho... agama kita tidak mengenal kasta kan ?” ucapnya sambil memegang kedua pergelangan tanganku, “Lagian sebentar lagi aku kan bakal menjadi milik Sam. “

“Duuuh... bergetar hatiku nih... mmm... kalau gitu aku mau manggil Merryku aja ya. “

“Naaah... itu lebih romantis... seneng dengarnya juga. Karena sebentar lagi aku memang bakal jadi Merrymu... hihihiiii... “

Sebenarnya kamar mandi itu dipasangi kamera cctv. Aku bisa memantau kejadian di dalam kamar mandi itu di monitor PC kerjaku. Tapi aku tak mau melakukannya. Karena aku ingin mengikuti irama Bu Merry yang mulai hari ini akan dihapus “Bu”nya. Irama step by step... supaya meninggalkan kesan indah di kemudian hari.

Maka dengan gerakan kilat kulepaskan pakaian formalku. Kuganti dengan celana sport pendek dan baju kaus putih. Lalu kusimpan jas, dasi, celana panjang dan celana dalamku di lemari ruang kerjaku. Berarti aku sudah tidak mengenakan celana dalam lagi di balik celana pendek putih ini. Hihihihiiii.... !

Lalu aku duduk di belakang meja kerjaku kembali. Sambil membayangkan apa yang akan kualami bersama wanita jelita dari kalangan jetset itu. Tapi ketika aku sedang membayangkan semua yang bakal terjadi, tiba-tiba terdengar pintu diketuk.

“Siapa ?” tanyaku agak keras.

“Yoga Bang, “ sahut dari luar pintu.

“Masuk aja. Nggak dikunci. “

Lalu Yoga muncul di ambang pintu. Melangkah masuk dan duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi kerjaku dibatasi oleh meja tulis.

“Ada apa Ga ?” tanyaku.

“Anu Bang... kalau aku kawin dengan Wulan, boleh nggak ?”

“Hmm... Wulan mana ?”

“Wulan anaknya Tante Reki. “

“Haaa ?! Wulan adiknya Pia itu ?”

“Iya Bang.. “

“Kenapa pilihanmu jatuh pada Wulan ?”

“Terus terang... Wulan itu keperawanannya aku yang ngambil. Kebujanganku juga dia yang ngambil. Karena itu aku merasa sangat bersalah kalau tidak menikah dengan Wulan. “

“Tapi... kamu mencintainya gak ?”

“Sangat mencintainya Bang. Wulan itu sosok yang penyabar dan menyenangkan. “

“Setahuku nikah dengan saudara sepupu itu memang dibolehkan. Apalagi Wulan itu anak Tante Reki. Dan Tante Reki adik kandung almarhumah ibu kita. Jelas bisa lah kamu kawin sama dia. Tapi kuliahmu kan belum selesai. “

“Itu dia Bang. Setelah dipikir-pikir aku memutuskan untuk kawin aja dulu. Soal kuliah kan bisa diselesaikan nanti. Kalau perlu, cuti aja dulu setahun. “

“Kamu mau kawin, memangnya udah punya apa ?”

“Nggak punya apa-apa. Hanya punya Bang Sam aja sebagai satu-satunya saudara kandungku. “

“Hmmmm... lantas setelah kawin pekerjaanmu gimana ?”

“Ya tetap bekerja di sini aja. Terserah Bang Sam mau ditempatkan di bagian apa. Malah Wulan juga kalau bisa sih pekerjakan aja di sini. Dia kan alumnus akademi perhotelan dan parawisata. “

“Ohya ?! Boleh deh nanti kupikirkan dulu semuanya ya. “

“Iya Bang. Terima kasih. “

“Ada lagi yang mau kamu sampaikan ?”

“Nggak ada. Cuma mau menyampaikan masalah Wulan itu saja Bang. “

“Ya udah. Sekarang kembali aja ke tempat kerjamu. Aku sedang ada tamu. “

Setelah Yoga berlalu, aku tersenung sendiri di ruang kerjaku. Wulan itu adik Pia. Sedangkan Pia sudah menanamkan memori tersendiri di dalam lembaran kehidupanku. Hmmm... Sang Kakak sudah kumiliki secara rahasia. Lalu Sang Adik mau dinikahi pula oleh adikku.

Tapi aku takkan merintangi niat baik Yoga untuk menikahi Wulan. Bahkan aku harus mendukungnya sebisaku.



Tiba-tiba terdengar suara Merry di ambang pintu yang mnenghubungkan suiteroom dengan ruang kerjaku, “Aku sudah siap, Pangeranku... “ ucapnya dengan tatapan dan senyum yang sangat mengundang.

Aku berdiri dan berkata, “Sebentar ya... mau ngunci pintu dulu. “

Lalu pintu keluar dari ruang kerja kukunci dan kunyalakan lampu merah yang berada di luar sana, sebagai pertanda bahwa aku sedang tidak berada di ruang kerjaku atau sedang tak mau diganggu.

Hal kecil seperti ini sebenarnya bisa diatur dengan sekali pijit asalkan diprogram lewat teknologi zaman now.

Memang terasa benar banyak sekali yang harus diupgrade di hotel ini. Tapi apakah tidak berlebihan kalau hotel melati tiga dimodernisir seperti itu ? Bukankah orang bisa mencemoohkannya sebagai kegenitan kaum urakan ?

Aaaah... mungkin sebaiknya hotel lama ini harus kuupgrade semua, sampai layak dijadikan hotel bintang tiga. Berarti setelah hotel baru itu grand opening, hotel lama ini akan kupugar sedemikian rupa, sehingga layak dianggap sebagai hotel bintang tiga, meskipun tidak bertingkat seperti hotel baruku.

Kemudian aku masuk ke dalam pintu yang terbuka itu. Merry sudah mengenakan baju rumah yang... wow... sangat mengundang... ! Betapa tidak ? Baju rumah itu berwarna coklat muda polos, terbuat dari kain goyang. Tapi bukan bahannya yang membuatku terpana, melainkan modelnya itu. di bagian dadanya terbuka lebar, sehingga pertemuan dua bukit kembarnya begitu kentara jelas... dua tonjolan kecil itu pun terlihat, sebagai pertanda bahwa ia tidak mengenakan bra... ! Sementara bagian bawahnya begitu pendek, mempertontonkan kemulusan sepasang paha putihnya yang seolah memancarkan sinar yang... erotis sekali... !

Terlebih setelah melihat wajah cantiknya yang memancarkan aura erotis itu... terutama pada sepasang mata bundar bening dan sepasang bibir tipis yang merekah seolh mengundang untuk dikecup itu... wow... aku memang tidak salah lihat. Karena ia sedang merentangkan kedua tangannya yang menarikku untuk menghambur ke dalam pelukannya... ! Harum parfum yang pasti super mahal itu pun tersiar ke dalam penciumanku... sementara kehangatan tubuhnya juga menular ke tubuhku.



Dan tanpa berpikir panjang lagi kudekap pinggang rampingnya, lalu kupagut bibir sensualnya.... dengan sepenuh gairah dan perasaanku... !

Lidahnya terjulur. Membuatku sigap dan langsung menyedot lidah harum itu ke dalam mulutku. Sementara kedua lengannya melingkari leherku. Dekapanku pun berubah menjadi remasan di pinggangnya... merayap ke bokongnya yang terasa kencang... hmm... terasa seolah tengah bermimpi diriku ini. Karena sebelumnya bermimpi pun belum pernah, bahwa wanita yang akan transaksi trilyunan mengucapkan siap dalam sekejap, kini seolah sudah menjadi milikku... yang siap untuk kuperlakukan secara bagaimana pun dalam kekuasaanku.

Sementara itu, kedua tanganku yang sedang meremas bokongnya mencari-cari sesuatu yang tidak kutemukan. Mencari tonjolan di pertemuan antara sepasang buah pantatnya... tidak ada tonjolan itu. Berarti ia bukan hanya tidak mengenakan beha, melainkan juga tidak mengenakan celana dalam. Berarti kalau gaun rumah yang terbuat dari bahan mahal itu disingkapkan setinggi mungkin, akan kusaksikan langsung dua bagian tubuhnya yang mulus dan padat ini.... payudara dan memeknya... !

Wow... belum apa-apa penisku terasa mulai ngaceng di balik celana dalam dan celana panjangku ini... !

Namun aku masih berdiri berhadapan dan berpelukan dengannya. Satu-satunya kenakalan yang berani kulakukan adalah meremas gaun di bagian bokongnya, sambil menariknya sedikit demi sedikit. Sehoingga akhirnya aku mulai meremas bokongnya langsung, tak terhalang oleh housecoatnya lagi.

Si John pun semakin mendongak saja di balik celana dalam dan celana panjangku. Seolah ingin segera dipertemukan dengan sesuatu di bawah perut wanita muda ini.

“Pangeranku...langsung aja ke sana yuk... “ ucap wanita cantik jelita itu sambil menunjuk ke arah bed.

Sebagai jawaban, kuangkat dan kubopong tubuh Merry Andriani ke arah bed. Lalu kuletakkan dengan hati-hati di atas kasur bertilamkan kain seprai putih bersih itu.

Lalu dengan perlahan tapi pasti aku merayap ke atas perutnya. Menciumi lehernya yang harum, daun telinganya yang tak beranting-anting dan bibirnya yang tipis merekah. Lama aku melumat bibirnya sambil meremas bagian dada housecoatnya. Meski masih terhalang oleh kain gaun rumahnya, aku bisa merasakan kencangnya payudara Merry.

Lalu aku melorot turun untuk menciumi betisnya yang indah... naik ke lututnya... naik lagi ke pahanya yang terasa hangat... lalu naik lagi ke pangkal pahanya sambil menyingkapkan bagian bawah gaun rumah itu. Sekelebat nampak kemaluan Merry yang memang tidak bercelana dalam seperti dugaanku tadi. Ketika aku menciumi pangkal pahanya inilah Merry menarik ujung gaunnya ke atas sekali, melewati perutnya. Sehingga makin jelaslah bagian di bawah perutnya yang kecil dan kencang itu.

Kutatap kemaluan tanpa rambut sehelai pun itu... begitu indahnya. Putih mulus, lebih putih daripada betisnya. Sementara bibir luarnya (labia mayora)tampak kemerahan. Maka dengan penuh gairah kuusap-usap permukaan memek bersih itu sambil kuciumi. Sepasang paha putih mulus itu pun merenggang lebar. Kemudian kedua tanganku mengangakan memek mulus itu sampai terlihat bagian dalamnya yang berwarna pink itu. Kuperhatikan dengan seksama, terutama ingin menemukan di mana kelentitnya tersembunyi. Setelah hafal letaknya, aku pun mulai menjilati bagian dalam yang berwarna pink itu.

Terasa Merry agak tersentak. Lalu terdiam ketika aku mulai menjilati kemaluannya dengan lahap. Terasa rambutku diusapusap olehnya, sementara tubuhnya mulai agak menggeliat-geliat. Terlebih lagi ketika aku sudah menjilati bagian terpeka di kemaluan wanita yang biasa disebut itil alias kelentit alias clitoris itu... ia mulai benar-benar menggeliat dengan nafas tertahan-tahan. Sehjingga aku semakin massive menjilati itilnya yang sebesar kacang hijau itu.

Sementara tanganku terjulur ke atas... ke bagian yang masih tertutup oleh housecoatnya itu. Dan aku menemukannya. Payudaranya yang berukuran sedang namun masih sangat kencang itu. Tanpa basa-basi lagi kuremas payudara yang masih tersembunyi di balik housecoatnya itu.

Sementara tanganku yang satu lagi mulai membantuku. Jempolnya kupakai untuk menggesek-gesek kelentitnya, sementara aku menjilati lagi bagian yang berwarna pink itu.

Cukup lama aku melakukan ini semua. Sehingga akhirnya terdengar suara Merry yang tersendat-sendat, “Cu... cukup Pangeranku... mainkan aja tongkat kejantananmu... aaa... aku sudah gak sabar ingin menikmatinya... “

Kuikuti permintaannya itu. Aku berlutut sambil melepaskan celana pendek dan baju kausku. Sementara Merry pun melepaskan gaun rumahnya lewat kepala.

Kami jadi sama-sama telanjang kini. Merry memandang ke arah penisku yang sudah sangat ngaceng ini. Bangkit dan duduk sambil menangkap penisku, “Wow... punya Sam panjang gede banget... ! Luar biasa... !” cetusnya sambil memegang penisku dnegan tangan halus dan hangatnya.

Lalu ia menelentang lagi sambil merentangkan sepasang pahanya selebar mungkin. Tanpa banyak basa basi lagi kuletakkan moncong kontolku di mulut memek Merry dengan agak membungkuk. Kemudian kudorong sekuat tenaga... sampai membenam sebatas lehernya. Lalu aku menghempaskan dadaku ke atas sepasang toket padat kencang itu.

Kudesakkan lagi penisku sampai terbenam separuhnya. “Ooooh... sudah masuk jauh... “ desisnya sambil merangkul leherku ke dalam pelukannya.

Hmmm... luar biasa sempitnya liang memek Merry Andriani ini. Sehingga aku menduga kalau wanita muda ini belum pernah melahirkan.

Meski baru terbenam separuhnya, aku mulai mengayun penisku perlahan-lahan. Kutarik mundur lalu kubenamkan lagi... kutarik lagi kudorong lagi... kutarik lagi kudorong lagi... sehingga makin lama penisku makin dalam juga menerobos liang sempit dan menjepit ini.

Maka mulailah aku mengentotnya secara berirama. Irama perlahan tapi pasti. Makin lama makin cepat, sampai ke batas normalnya gerakan penis mengentot liang memek.

Awalnya Merry hanya mendesah-desah. Tapi setelah aku lancar mengentotnya secara berirama, Merry pun mulai merintih-rintih erotis.

“Saaaam.... oooo.... oooooh.... Saaaaam..... oooooh... kontol Sam ini... gilaaaa.... gede sekali.... oooooh.... belum pernah aku merasakan entotan seenak ini Saaaam.... ayoooo.... entot terus Saaam.... entot terussss..... oooooh...oooo.... oooooh.... ini luar biasa enaknya Saaaam..... !”

Merry tampak benar-benar menikmati entotanku. Terlebih lagi setelah aku menjilati lehernya disertai dengan gigitan-gigitan kecil... rintihannya pun semakin menjadi-jadi.

“Pangerankuuu... oooo.... ooooooh.... ini luar biasa enaknya Sayaaaaaaaaang.... aaa... aaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh.... enak sekali Sayaaaaang.... entot terussssssss.... iyaaaaaaa... iyaaaaa... iyaaaaaaaa... aaaaaaa... aaaaaaaaaaaaahhhhhh.... aaaaa... pasti aaa... aku bakal ketagihan dientot lagi dan lagi olehmu Sayaaaaaaaaaaaang.. ayo entot terussss... entottt yang kencang... iyaaaaa... iyaaaaaa... aaaaaa... aaaaah... luar biasa enaknya kontolmu ini Saaaaaaaaaam....... !”

Pertarungan kontolku dengan liang memek Merry berlangsung terus dengan sengitnya. Aku merasa jadi manusia beruntung, karena punya penis yang panjang, sehingga berkali-kali moncong kontolku bisa menggedor dasar liang memek Merry. Mungkin hal itu yang membuat Merry makin lama makin merintih histeris... seolah tengah kesuruppan dan tak peduli dengan keadaan di sekitarnya lagi.

Cukup lama semua ini terjadi. Sehingga keringatku mulai bermunculan dari pori-pori kulitku. Sebagian berjatuhan ke atas dada, leher dan wajah Merry, bercampur aduk dengan keringat Merry sendiri.

Sambil mengentotnya dengan kencang, aku pun mulai asyik menjilati ketiaknya yang sudah keringatan namun harum sekali. Pasti harum deodoran mahal.

Terkadang juga kuemut pentil toketnya yang sudah menegang. Terkadang juga kusedot-sedot pentil toket yang tengah kukulum itu.

Detik-detik indah itu berlangsung dalam tempo yang cukup lama, mungkin lebih lama dari durasi rata-rata. Sampai pada suatu saat Merry berkelojotan. Aku pun ingin mkenciptakan kesan teramat indah. Meski masih bisa lebih lama bertahan di atas perut Merry, kupercepat entotanku dengan tujuan ingin cepat ejakulasi, berbarengan dengan orgasme Merry.

Tiba-tiba Merry menggeliat... lalu mengejang tegang, dengan perut terasa mendorong ke atas... lalu terasa liang kemaluannya mengeliat-geliat dan mengejut-ngejut... pda saat itulah penisku dibenamkan sedalam mungkin tanpa digerakkan lagi... lalu penisku pun mengejut-ngejut sambil memuntahkan cairan kenikmatanku...

Crottttt... crootttttt...crotcrot...croooooooooooooooooooottttttt.... crot... crooooooott.... !
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd