zhuquejr92
Guru Semprot
- Daftar
- 28 Jan 2015
- Post
- 677
- Like diterima
- 13.475
Duapuluh Dua
Pengganti?
Pengganti?
Shanty.
Ada- ada aja hari ini bikin emosi, kayak itu orang karyawan baru. Selama gue disini gak pernah ketemu pelanggan semacam dia.
Pak deri juga bilang, kalau ada tamu penting kalau bisa jangan mendahului, seperti tadi. Gue di cegat gara-gara orang pentingnya mau masuk.
Gue gak terlalu jelas lihatnya, karena gak pernah lihat, soalnya yang pernah gue lihat cuman pak roni, dia pemilik ini kantor.
Kadang juga pernah lihat makan di rumah makan, gue suka tipe boss kayak gitu. Kebanyakan boss minder makan di rumah makan kayak gini.
Ponsel gue bergetar, “ini kan nomor sekolahan”
“halloo”
“selamat siang, ini benar dengan orang tua Maxwell?”
“iah benar saya mamanya, kenapa ya bu?”
“Bisa ke sekolahan sebentar?? Ada masalah dengan Maxwell” pikiran ggue langsung menerawang jauh, apa yang terjadi sama Maxwell.
“Iah bu saya kesana,” gue piker Maxwell udah pulang lebih awal, tapi masih di sekolah. Pikiran tentang Maxwell terus berkecamuk di otak gue.
Dengan agak cepat gue gas motor matic, padahal dikit lagi sampai, Arah dari sini ke sekolahan Maxwell cukup jauh bisa memakan waktu tiga puluh menit.
Gue berdiri sembentar di gerbang sekolah, karena sekolah ini di campur, dari TK,SD, SMP, dan SMA. Jujur gue agak minder dengan pakaian yang gue pakai, karena kebanyakan murid disini anak orang kaya semua.
Memang sengaja gue masukin Maxwell ke sini karena mau memberikan yang terbaik, masuk ke sekolah yang paling terfavorit di kota Jakarta ini. Berapa pun biayanya gue siap demi pendidikan Maxwell.
Langkah gue berhenti ke salah satu ruangan guru, dari kejauhan Maxwell duduk dengan salah satu gurunya.
“permisi” kata gue sambil ketuk pintu walaupun masih kebuka.
“silahkan masuk” katanya, gue noleh ke kiri kanan yang sepi gak ada orang sama sekali dan langsung duduk di samping Maxwell.
“Ada masalah apa ya bu?” gue noleh ke Maxwell tapi dia nunduk.
“Dia berkelahi dengan teman satu kelasnya, “ gue ikut kaget padahal masih TK kenapa bisa seperti itu.
“Maaf bu, maafin Maxwell juga” kata gue ikut nunduk.
“Masalah sudah selesai kok bu, saya panggil kesini karena Maxwell gak mau di antar pulang karena takut mama nya marah”
“Saya tahu, bukan Maxwell yang memulai, “tepukan pelan di pundak gue buat nafas gue sedikit lega.
“nah sekarang maxwell, mama kamu udah datang buat jemput, ayo pulang” kata ibu guru, Maxwell noleh ke arah gue sambil nunduk.
“Mama gak marah kok, yuk” ajak gue, dia lansung beridiri,
“Ingat ya, sebagai orang tua kita gak bisa memarahinya karena salah, lebih baik kita mendengarkan keluhan anak. Itu akan buat anak menjadi orang terbuka kepada orang tuanya di banding memarahinya” nasihatnya buat gue senyum,
“Terima kasih banyak” gue langsung pamit,
“Pegangan” pintague ke Maxwell, karena biasanya gue bonceng di depan, tapi kali ini depan motor ada keranjang buat bawa pesanan.
***
Sampai tunggu rumah makan gak terlalu ramai, Maxwell sedikit pendiam dari tadi pulang sekolah sampai selesai mandi sekaligus makan malam.
“Kamu berkelahi karena apa?” tanya gue pas kondisinya lebih tenang. Tapi Maxwell masih diam dari tadi siang.
“Apa karena mata kamu berbeda dari orang lain?” mata Maxwell memang berbeda dari orang ke banyakan, karena warnanya biru. Maxwell cuman gelengin kepala.
“Terus kenapa?” elusan di kepalanya.
“Mereka ledek aku karena gak tulis nama ayah” jawabnya pelan, itu buat mata gue memerah. Dan reflek peluk erat sambil elus kepalanya lagi.
“memang papa kemana ma?” pertanyaan yang paling sulit gue jawab dari pertanyaan lainnya.
“Pergi jauh dan sangat jauh.” Jawaban gue sama seperti sebelumnya karena itu jawaban yang terbaik untuk saat ini.
“Kita bisa ketemu sama papa?”
“Entahlah” jawab gue, gak mau jawab karena belum saatnya Maxwell tau semuanya, gue bakal kasih tau semuanya kalau dia sudah paham dan siap buat semuanya.
“Lain kali kamu cuekin aja teman kamu yang jahil itu, lama-lama kau cuekin dia akan bosan sama kamu” kata gue pelan.
“Iah ma, “
“Sekarang kamu mau dengar dongeng apa?”
“Aladin sama jin lampu”gue senyu, dia gak terlalu murung seperti tadi.
“okehh” gue langsung bacain dongengnya, memang dari kecil Maxwell suka di bacain dongeng seperti ini, dia bilang biar mimpinya indah.
“Kalau mama di kasih permintaan, mama mau apa?” tanya Maxwell di sela-sela gue cerita yang udah setengah jalan.
“Mau mama, kamu jadi orang sukses” senyum gue pelan
“kalau kamu mau apa?”
“aku mau ketemu papa” ucapnya semangat, gue gak bisa ngomong apa-apa, cuman senyum aja.
kalau di pikir gue rasa memang gak bisa gantiin sesosok seorang ayah, tapi gue berusaha menjadi dua pribadi demi Maxwell, walau kerasa sangat lelah.
“Dan sekarang bobo aja ya”
“Iahh” jawabnya langsung pejamin mata. Ciuman pelan di kening Maxwell, dan berjalan keluar mau lihat apa tante sama om selesai rapih-rapihnya.
***
Suasana lantai bawah sudah sepi, tapi masih ada lampu yang menyalah, “Loh belum tidur ti?”
“belum ngantuk kok tante”
“Tadi tante gak sengaja dengar di kamar kamu, kenapa kamu gak cari penganti?”
“hehe” gue cuman nyengir aja, kalau di tanya kayak gitu.
“gak ada niatan tante, satu-satunya niat shanty cuman Maxwell sekarang,”
“Kamu masih muda, masih banyak yang mau sama kamu pasti, dan terima kondisi kamu”
“entahlah tante, shanty gak kepikiran”
“apa kamu masih kepikiran dia?”
“Shanty gak mau ingat dia, karena dia shanty gak minat cari penganti atau cari lain, maxwell udah cukup buat shanty sekarang tante” kata gue, benar-benar gak berminat. Entah kenapa rasanya lelah untuk bercinta atau mencintai seseorang.
“Tante tinggal tidurr yah, kamu jangan terlalu malam,”
“Iah tante” gue langsung seduh teh hangat buat bawa ke kamar, dan kembali suara desahan dari kamar tante dan om.
Mereka making love, sambil berbicara, gue gak tau bahas apa. Hanya desahan dan erangan yang dominan di pembicaraan mereka.
Mungkin tante ada benarnya, kalau gue cari pengganti dia di hidup gue, mungkin beban gue berkurang karena ada sosok ayah bagi Maxwell,
Tapi belum tentu sepenuhnya, bisa aja hanya sekedar mau tubuh gue aja, itu sala satu alasan lainnya. Lihat Maxwell tidur buat gue yakin bisa kuat jalanin perjalanan hidup ini, walau tanpa adanya penganti.
Paginya, Maxwell gak mau ikutan jemputan, karena dia ketemu temannya yang ledek dia kemarin. Dengan senang hati gue antar dia ke sekolahan,
Jadwal kali ini gak padat, jam sebelas udah pulang. Walau jam pulangnya agak lama dari TK kebanyakan, tapi disana kebanyakan praktik di banding teori, makanya walau sekolah lama Maxwell senang-senang aja.
“ayo masuk, nanti mama jemput ya” kata gue pas di turun dari motor.
“hehe iah, gak usah ma nanti naik mobil aja” katanya langsung cium pipi gue dan jalan cepat ke dalam, tapi gue masih belum yakin, nanti jam sebelas gue cek lagi. dan berharap gak ada masalah lagi.
Masih jam delapan kurang, belum sarapan. Kata tante disini ada bubur ayam yang enak, tapi gue lupa di mana, soalnya jarang keluar. Apa lagi beli bahan makanan, gue gak pernah ikut, karena mereka perginya tanpa bilang ke gue.
Alhasil gak ketemu gue pilih pulang buat bikin sarapan sendiri,
“Kamu dari mana shan?”
“Antar Maxwell tante, lupa bilang ke om sama tante hehehe”
“pantas aja, di kamar gak ada. Ya udah sana”
“Nanti aja, dulu. Bantuin angkat sayuran dulu” gue rasa om sama tante kesiangan ke pasar sampai-sampai jam segini baru pulang, mungkin mereka lelah pertempuran tadi malam.
“Ikan mujair pesanan kamu” tante langsung kasih beberapa ekor yang masih segar.
“Banyak banget tante”
“Buat Maxwell, dia kan paling suka ikan kan?”
“terima kasih banyak tante, shanty yang bersihin aja. Nanti siang shanty buatin ikan bakar yah, tante mau di buatin juga?”
“Boleh, “ udah lama juga gak pernah masak, dan pasti Maxwell senang gue buatin ikan bakar, karena ikan makanan favoritnya,
***
“Ha udah jam sebelas lebih” gumam gue lupa harus ke sekolah lihat Maxwell, ini karena salah gue sendiri buatnya terlalu lama,
“selesai” gumam gue selesai bakar ikannya, dan langsung pergi. Tapi sayang pas udah naik motor, mobil jemputan Maxwell udah datang,
“Maaa” teriaknya pas turun dari mobil.
“Mama baru aja mau jemput”
“Aku udah pulang” katanya, tarik tangan gue masuk kedalam.
“Ma, aku udah baikan sama teman aku,” katanya pas ganti pakian,
“terus?”
“iah, dia udah gak ledekin aku lagi” lanjut pegang perut.
“lapar?” angguknya
“Mama buatin sesuatu buat kamu, “ bisik gue
“apa?”
“Ikan bakar”
“Ikan??, MAUUuuu”jeritnya senang sambil lompat-lompat,
“Sini gendong” Maxwell langsung gue gendong di belakang, kadang memang terasa pinggang gue bunyi beberapa kali pas gendong maxwell
“Ikannya kok gak ada” Gue agak panik pas lihat ikan bakarnya gak ada di panggangan,
“udah di meja, “ sambung tante, buat menghela nafas lega, gue kira di comot kucing atau sejenisnya.
Masih belum terlalu ramai, om sama tante ikutan makan, Maxwell juga, gue suapin makannya, karena dia belum bisa pisahin tulang ikan.
“Enaakkkk” gumamnya dengan mulut yang penuh nasi.
“Kunyah dulu”
“Kenapa kita gak tambah menu ikan aja disini?” kata om cicipin ikan bakar gue.
“Boleh, gimana menurut kamu shan?”
“Hee?”
“tapi shanty paling bisa dua macam doang, ikan bakar sama pesmol hehe,” kata gue ngerasa aneh aja, karena disini jarang yang pesan ikan, makanya tante sama shanty beli ikan buat Maxwell.
“Kenapa gak di coba?”
“kita bikin menu, ikan bakar, nila, gurame, bawal, Dan kalu pesmol kamu bisanyanya apa?” gue langsung mikir, karena biasanya gue bikin ikan mujar, kadang ikan mas sama ikan bandeng.
“Hmm, ikan mujair, nila juga bisa, ikan masa juga, sama ikan bandeng, tapi shanty biasanya ikan mujair sama ikan bandeng” senyum gue suapin Maxwell yang nambah makannya.
“okeh, mulai besok kita tambah menu ikan disini”
“tapi kalau gak ada yang beli?”
“di coba, dulu gak ada salahnya? Kamu buat jangan banyak dulu gimana?”
“iah shanty ikut aja tante om, hehehe” gue masih ragu sebenarnya, cocok apa ngaknya.
Kalau soal ikan, Maxwell jagonya. Dia habis satu piring orang dewasa kalau makan ikan, nafsunya makannya besar kalau makan favoritnya.dan kadang jari gue ketusuk duri buat ambil daging ikannya buat dia makan.
Bersambung...
#Note, update dikit ya hu...