Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 30 Days Fall in love in Bali

Bimabet
Duapuluh Dua

Pengganti?​

Shanty.

Ada- ada aja hari ini bikin emosi, kayak itu orang karyawan baru. Selama gue disini gak pernah ketemu pelanggan semacam dia.

Pak deri juga bilang, kalau ada tamu penting kalau bisa jangan mendahului, seperti tadi. Gue di cegat gara-gara orang pentingnya mau masuk.

Gue gak terlalu jelas lihatnya, karena gak pernah lihat, soalnya yang pernah gue lihat cuman pak roni, dia pemilik ini kantor.

Kadang juga pernah lihat makan di rumah makan, gue suka tipe boss kayak gitu. Kebanyakan boss minder makan di rumah makan kayak gini.

Ponsel gue bergetar, “ini kan nomor sekolahan”

“halloo”

“selamat siang, ini benar dengan orang tua Maxwell?”

“iah benar saya mamanya, kenapa ya bu?”

“Bisa ke sekolahan sebentar?? Ada masalah dengan Maxwell” pikiran ggue langsung menerawang jauh, apa yang terjadi sama Maxwell.

“Iah bu saya kesana,” gue piker Maxwell udah pulang lebih awal, tapi masih di sekolah. Pikiran tentang Maxwell terus berkecamuk di otak gue.

Dengan agak cepat gue gas motor matic, padahal dikit lagi sampai, Arah dari sini ke sekolahan Maxwell cukup jauh bisa memakan waktu tiga puluh menit.

Gue berdiri sembentar di gerbang sekolah, karena sekolah ini di campur, dari TK,SD, SMP, dan SMA. Jujur gue agak minder dengan pakaian yang gue pakai, karena kebanyakan murid disini anak orang kaya semua.

Memang sengaja gue masukin Maxwell ke sini karena mau memberikan yang terbaik, masuk ke sekolah yang paling terfavorit di kota Jakarta ini. Berapa pun biayanya gue siap demi pendidikan Maxwell.

Langkah gue berhenti ke salah satu ruangan guru, dari kejauhan Maxwell duduk dengan salah satu gurunya.

“permisi” kata gue sambil ketuk pintu walaupun masih kebuka.

“silahkan masuk” katanya, gue noleh ke kiri kanan yang sepi gak ada orang sama sekali dan langsung duduk di samping Maxwell.

“Ada masalah apa ya bu?” gue noleh ke Maxwell tapi dia nunduk.

“Dia berkelahi dengan teman satu kelasnya, “ gue ikut kaget padahal masih TK kenapa bisa seperti itu.

“Maaf bu, maafin Maxwell juga” kata gue ikut nunduk.

“Masalah sudah selesai kok bu, saya panggil kesini karena Maxwell gak mau di antar pulang karena takut mama nya marah”

“Saya tahu, bukan Maxwell yang memulai, “tepukan pelan di pundak gue buat nafas gue sedikit lega.

“nah sekarang maxwell, mama kamu udah datang buat jemput, ayo pulang” kata ibu guru, Maxwell noleh ke arah gue sambil nunduk.

“Mama gak marah kok, yuk” ajak gue, dia lansung beridiri,

“Ingat ya, sebagai orang tua kita gak bisa memarahinya karena salah, lebih baik kita mendengarkan keluhan anak. Itu akan buat anak menjadi orang terbuka kepada orang tuanya di banding memarahinya” nasihatnya buat gue senyum,

“Terima kasih banyak” gue langsung pamit,

“Pegangan” pintague ke Maxwell, karena biasanya gue bonceng di depan, tapi kali ini depan motor ada keranjang buat bawa pesanan.

***​

Sampai tunggu rumah makan gak terlalu ramai, Maxwell sedikit pendiam dari tadi pulang sekolah sampai selesai mandi sekaligus makan malam.

“Kamu berkelahi karena apa?” tanya gue pas kondisinya lebih tenang. Tapi Maxwell masih diam dari tadi siang.

“Apa karena mata kamu berbeda dari orang lain?” mata Maxwell memang berbeda dari orang ke banyakan, karena warnanya biru. Maxwell cuman gelengin kepala.

“Terus kenapa?” elusan di kepalanya.

“Mereka ledek aku karena gak tulis nama ayah” jawabnya pelan, itu buat mata gue memerah. Dan reflek peluk erat sambil elus kepalanya lagi.

“memang papa kemana ma?” pertanyaan yang paling sulit gue jawab dari pertanyaan lainnya.

“Pergi jauh dan sangat jauh.” Jawaban gue sama seperti sebelumnya karena itu jawaban yang terbaik untuk saat ini.

“Kita bisa ketemu sama papa?”

“Entahlah” jawab gue, gak mau jawab karena belum saatnya Maxwell tau semuanya, gue bakal kasih tau semuanya kalau dia sudah paham dan siap buat semuanya.

“Lain kali kamu cuekin aja teman kamu yang jahil itu, lama-lama kau cuekin dia akan bosan sama kamu” kata gue pelan.

“Iah ma, “

“Sekarang kamu mau dengar dongeng apa?”

“Aladin sama jin lampu”gue senyu, dia gak terlalu murung seperti tadi.

“okehh” gue langsung bacain dongengnya, memang dari kecil Maxwell suka di bacain dongeng seperti ini, dia bilang biar mimpinya indah.

“Kalau mama di kasih permintaan, mama mau apa?” tanya Maxwell di sela-sela gue cerita yang udah setengah jalan.

“Mau mama, kamu jadi orang sukses” senyum gue pelan

“kalau kamu mau apa?”

“aku mau ketemu papa” ucapnya semangat, gue gak bisa ngomong apa-apa, cuman senyum aja.

kalau di pikir gue rasa memang gak bisa gantiin sesosok seorang ayah, tapi gue berusaha menjadi dua pribadi demi Maxwell, walau kerasa sangat lelah.

“Dan sekarang bobo aja ya”

“Iahh” jawabnya langsung pejamin mata. Ciuman pelan di kening Maxwell, dan berjalan keluar mau lihat apa tante sama om selesai rapih-rapihnya.

***​

Suasana lantai bawah sudah sepi, tapi masih ada lampu yang menyalah, “Loh belum tidur ti?”

“belum ngantuk kok tante”

“Tadi tante gak sengaja dengar di kamar kamu, kenapa kamu gak cari penganti?”

“hehe” gue cuman nyengir aja, kalau di tanya kayak gitu.

“gak ada niatan tante, satu-satunya niat shanty cuman Maxwell sekarang,”

“Kamu masih muda, masih banyak yang mau sama kamu pasti, dan terima kondisi kamu”

“entahlah tante, shanty gak kepikiran”

“apa kamu masih kepikiran dia?”

“Shanty gak mau ingat dia, karena dia shanty gak minat cari penganti atau cari lain, maxwell udah cukup buat shanty sekarang tante” kata gue, benar-benar gak berminat. Entah kenapa rasanya lelah untuk bercinta atau mencintai seseorang.

“Tante tinggal tidurr yah, kamu jangan terlalu malam,”

“Iah tante” gue langsung seduh teh hangat buat bawa ke kamar, dan kembali suara desahan dari kamar tante dan om.

Mereka making love, sambil berbicara, gue gak tau bahas apa. Hanya desahan dan erangan yang dominan di pembicaraan mereka.

Mungkin tante ada benarnya, kalau gue cari pengganti dia di hidup gue, mungkin beban gue berkurang karena ada sosok ayah bagi Maxwell,

Tapi belum tentu sepenuhnya, bisa aja hanya sekedar mau tubuh gue aja, itu sala satu alasan lainnya. Lihat Maxwell tidur buat gue yakin bisa kuat jalanin perjalanan hidup ini, walau tanpa adanya penganti.

Paginya, Maxwell gak mau ikutan jemputan, karena dia ketemu temannya yang ledek dia kemarin. Dengan senang hati gue antar dia ke sekolahan,

Jadwal kali ini gak padat, jam sebelas udah pulang. Walau jam pulangnya agak lama dari TK kebanyakan, tapi disana kebanyakan praktik di banding teori, makanya walau sekolah lama Maxwell senang-senang aja.

“ayo masuk, nanti mama jemput ya” kata gue pas di turun dari motor.

“hehe iah, gak usah ma nanti naik mobil aja” katanya langsung cium pipi gue dan jalan cepat ke dalam, tapi gue masih belum yakin, nanti jam sebelas gue cek lagi. dan berharap gak ada masalah lagi.

Masih jam delapan kurang, belum sarapan. Kata tante disini ada bubur ayam yang enak, tapi gue lupa di mana, soalnya jarang keluar. Apa lagi beli bahan makanan, gue gak pernah ikut, karena mereka perginya tanpa bilang ke gue.

Alhasil gak ketemu gue pilih pulang buat bikin sarapan sendiri,

“Kamu dari mana shan?”

“Antar Maxwell tante, lupa bilang ke om sama tante hehehe”

“pantas aja, di kamar gak ada. Ya udah sana”

“Nanti aja, dulu. Bantuin angkat sayuran dulu” gue rasa om sama tante kesiangan ke pasar sampai-sampai jam segini baru pulang, mungkin mereka lelah pertempuran tadi malam.

“Ikan mujair pesanan kamu” tante langsung kasih beberapa ekor yang masih segar.

“Banyak banget tante”

“Buat Maxwell, dia kan paling suka ikan kan?”

“terima kasih banyak tante, shanty yang bersihin aja. Nanti siang shanty buatin ikan bakar yah, tante mau di buatin juga?”

“Boleh, “ udah lama juga gak pernah masak, dan pasti Maxwell senang gue buatin ikan bakar, karena ikan makanan favoritnya,

***​

“Ha udah jam sebelas lebih” gumam gue lupa harus ke sekolah lihat Maxwell, ini karena salah gue sendiri buatnya terlalu lama,

“selesai” gumam gue selesai bakar ikannya, dan langsung pergi. Tapi sayang pas udah naik motor, mobil jemputan Maxwell udah datang,

“Maaa” teriaknya pas turun dari mobil.

“Mama baru aja mau jemput”

“Aku udah pulang” katanya, tarik tangan gue masuk kedalam.

“Ma, aku udah baikan sama teman aku,” katanya pas ganti pakian,

“terus?”

“iah, dia udah gak ledekin aku lagi” lanjut pegang perut.

“lapar?” angguknya

“Mama buatin sesuatu buat kamu, “ bisik gue

“apa?”

“Ikan bakar”

“Ikan??, MAUUuuu”jeritnya senang sambil lompat-lompat,

“Sini gendong” Maxwell langsung gue gendong di belakang, kadang memang terasa pinggang gue bunyi beberapa kali pas gendong maxwell

“Ikannya kok gak ada” Gue agak panik pas lihat ikan bakarnya gak ada di panggangan,

“udah di meja, “ sambung tante, buat menghela nafas lega, gue kira di comot kucing atau sejenisnya.

Masih belum terlalu ramai, om sama tante ikutan makan, Maxwell juga, gue suapin makannya, karena dia belum bisa pisahin tulang ikan.

“Enaakkkk” gumamnya dengan mulut yang penuh nasi.

“Kunyah dulu”

“Kenapa kita gak tambah menu ikan aja disini?” kata om cicipin ikan bakar gue.

“Boleh, gimana menurut kamu shan?”

“Hee?”

“tapi shanty paling bisa dua macam doang, ikan bakar sama pesmol hehe,” kata gue ngerasa aneh aja, karena disini jarang yang pesan ikan, makanya tante sama shanty beli ikan buat Maxwell.

“Kenapa gak di coba?”

“kita bikin menu, ikan bakar, nila, gurame, bawal, Dan kalu pesmol kamu bisanyanya apa?” gue langsung mikir, karena biasanya gue bikin ikan mujar, kadang ikan mas sama ikan bandeng.

“Hmm, ikan mujair, nila juga bisa, ikan masa juga, sama ikan bandeng, tapi shanty biasanya ikan mujair sama ikan bandeng” senyum gue suapin Maxwell yang nambah makannya.

“okeh, mulai besok kita tambah menu ikan disini”

“tapi kalau gak ada yang beli?”

“di coba, dulu gak ada salahnya? Kamu buat jangan banyak dulu gimana?”

“iah shanty ikut aja tante om, hehehe” gue masih ragu sebenarnya, cocok apa ngaknya.

Kalau soal ikan, Maxwell jagonya. Dia habis satu piring orang dewasa kalau makan ikan, nafsunya makannya besar kalau makan favoritnya.dan kadang jari gue ketusuk duri buat ambil daging ikannya buat dia makan.

Bersambung...

#Note, update dikit ya hu...
 
Dramatis.. Berhubung kasian sama maxwell.. Bolehlah suhu dipercepat anak ketemu bapaknya..
 
Akhirnya baca maraton nya sudah selesai dan kisahnya bagus banget. Mengalir meskipun seperti banyak lompat2
 
Duapuluh Tiga

Pesmol lagi​


rey-

Udah satu mingguan gue santai sambil yakinin diri gue sendiri buat bisa bantu se optimal mungkin om roni,

Dan hari ini om roni undang gue ke kantornya, atau rasanya seperti hari pertama gue masuk kerja, padahal gue gak ikutan kerja.

Gue kesana sendiri, karena doni ada kerjaan lain, di rumah juga sering kosong, karena mereka tinggal di apartement yang gak jauh dari kantor.

“Tiap hari macet seperti ini ya pa?” tanya gue ke supir yang jemput gue.

“iah, pak” gue tau alasannya sekarang donny jarang ke rumahnya sendiri.

Sekarang udah jam mau jam Sembilan pagi, gue berangkat dari rumahnya donny jam tujuh pas, dan satu jam lebih gue kejebak macet tanpa sebab.

“Reyy” panggil om ronii yang ternyata tunggu di lobi,

“Maaf om, telat, macet parah tadi” Kata gue dengan wajah bersalah.

“Iah harap maklum aja, hari senin, Yuk ikut om”

“Kemana?”

“ikut aja,”

“Donny gak ikut?”

“dia ada kerjaan lain, “ om roni langsung ajak ke salah satu ruangan yang satu lantai dengan ruangannya. Dengan jalan perlahan di samping om roni, ada beberapa orang yang udah tunggu, hampir Sembilan orang udah ada di mejanya masing-masing dengan pakaian formal, termasuk gue juga.

“Selamat pagi semua” om roni membuka pembicaraan, gue gak tau om roni mau apa,tampang mereka semua sedikit tegang.

“Hari ini, saya mau perkenalkan seseorang yang akan membantu sementara di perusahaan ini”

“Namanya Reynold Anggara Wijaya” mereka tampak terkejut dengar nama gue, pastilah karena nama gue terkenal beberapa tahun lalu soal negatifnya di banding positifnya untuk sekarang,

“Mohon kerja samanya” gue berdiri sambil membungkukan diri sebagai tanda salam kenal. Dan om roni perkenalkan satu persatu orang penting di perusahaannya.

Gue tau mereka semua ngerasa gak nyaman dengan adanya gue, mereka tunjukin hal itu tanpa sadar mereka pas tatap sekaligus jabat tangan,

“William, “

“saya ingin bicara sama kamu” kata om roni, padahal gue udah siap-siap mau keluar ruangan, tapi gak jadi. Tunggu om roni keluar.

“Saya dapat laporan, kamu membuat suasana gaduh kemarin dengan seseorang?”

“Iah pak”

“Ada masalah apa?”

“Itu… Karena masalah kecil saja pak, jujur saya kurang suka ada orang luar selain karyawan masuk begitu aja ke divisi lainnya tanpa pengawasan” ucapnnya, bikin gue keinget kejadian keributan kemarin.

“maksud kamu kurir makanan itu?”

“Iah pak”

“Kamu belum beradaptasi, saya memang izinin masuk buat dia. Karena saya suka orang yang bertanggung jawab dan energik,”

“saya tahu pak”

“Lagi pula dia cuman sekedar kirim dan langsung pergi gak buat masalah selain itu kan?”

“Iah pak, saya paham, saya gak akan mengulanginya lagi” gue senyum sedikit, kalau om roni tau masalahnya karena kecil, pasti kena semprot.

“Silahkan keluar,”

“saya permisi pak”

“Boleh tanya om?” tanya gue pas jalan keluar ruangan, jalan di sampingnya. Kalau jalan seperti inget jalan bareng papa, tapi udah jarang gue lakuin itu.

“boleh”

“Emang si kurir itu lakuin apa sampai om izinin masuk?” gue pensaran karena cuman disini aja ada orang luar sampai boleh masuk ke dalam dengan leluasa.

“Oh dia, tiga tahun lalu tepatnya, dia gak sengaja tumpahin semua makanan pesanannya ke mobil om yang terpakir.”

“Dia naik motor?”

“iah, sepertinya baru bisa naik motor, “ ketawa tipis om roni mengingatnya.

“Habis itu?”

“Dia tunggu di depan mobil dengan satpam gedung sampai om datang,”

“saaat tau pemilik mobilnya adalah punya om, dia minta maaf, dan berjanji langsung bersihin makanan yang tumpah di cap mobil”

“Memang awalnya om kesal, kenapa orang macam dia bisa masuk ke dalam sini”

“Tapi, yang membuat om kagum, dia pegang ucapannya. Di saat itu juga dia langsung cuci mobilnya dengan peralatan seadanya.”

“Itu namanya tanggung jawab kan?” tanya om, buat gue kagum sama ceritanya. Gue cuman angguk-angguk.

“Gak sampai situ, dia suruh om ke rumah makan apa ya om lupa”

“Selera segar?” sambung gue.

“Nah iah, kok kamu tau?”

“Donny kasih tau kalau om pernah makan disana”

“Makannya enak, om akuin, dari situ om izinin dia masuk kalau ada pesanan ke sini” cerita nya pendek tapi gak terasa udah di lantai bawah.

“rey masih banyak belajar sama om,”

“Harus, masih muda dan punya harapan. “ ucap om roni bikin gue kembali teringat sedikit.

“Makan, siang kita kesana, berdua. Kamu harus cicipin, pasti kamu suka” lanjut om tepuk pundak gue sambil sedikit remas.

“boleh om”

“kalau gitu om balik ke kantor dulu okeh”,

Gue balik ke ruangan donny, yang sekarang jadi tempat gue sementara di kantor ini, luas dan disana terpampang foto keluarga donny, istri dan kedua anaknya.

Bisa apa ngak gue punya keluarga kecil yang bahagia?, kalau kondisi seperti ini terus gue gak akan bisa. Satu tahun maupun sampai lima tahun sekalipun.

Gue iri sama donny yang sekarang, walau awalnya gue kira dia akan susah dapat cewek. Tapi takdir berkata lain, dengan sedikit kecelakaan, dia menjadi seperti ini. Semakin berkembang.

Tapi gue semakin layu, dan tinggal tunggu kering, lalu hancur terbang terbawa angin.

***​

Seketaris om roni bilang kalau gue tunggu di lantai bawah, sekilas seketarisnya cantik sekaligus langsing. Tapi gue gak terlalu focus kea rah wajahnya, atau tepatnya gue sekarang gak terlalu perhatiin wajah cewek yang cuman sepintas.

“Dean kamu ikut ?” tanya om roni, tanya kearahnya.

“gak usah pak, saya makan siang di kantor aja” jawabnya, dan kali ini gue perhatiin wajahnya sesaat.

Cantik, seyum tipisnya membuatnya lebih anggun. Gue bisa baca raut wajahnya, dia tipe orang terbuka dan pekerja keras.

“Cantik gak seketaris om?, Masih single dia” ledeknya tertawa.

“cantik kok om, kalau ganteng, nanti kayak si donny”: jawab gue dengan tawa pelan.

“bisa aja, kamu masih kepikiran yah sama cewek itu?”

“iah om”

“Huft, andai aja kita punya foto lengkapnya alamatnya juga kan, bisa cari dengan cepat” om roni mengingat kembali kejadian lima tahun kemarin, walau sudah lama tapi rasanya seperti kemarin saat gue kepikiran.

“pasti ini kerjaan thalita, termasuk berkas di kampusnya juga lenyap begitu aja,” gue akuin, foto yang tersisa cuman foto dia yang canggung di foto. tak tersisa foto lainnya.

“Ya sudah, sekarang kita makan, udah sampai” kata om doni ajak gue masauk ke dalam rumah makan, masih sepi daripada kemarin. Gue lihat masih jam sebelas, pantas aja belum ramai.

“Silahakan” ucap salah satu wanita paruh baya, gue tebak usianya masih empat puluh tahunan.

Menunya gak jauh beda sama restoran Chinese food, tapi ada yang beda ada menu baru, namanya Pesmol ikan, pepes ikan, sama ikan bakar.

“disini enaknya kwetiawnya rey, kamu mau coba?”

“gak om, rey mau coba pesmol ikan mujair” gue langsung pesan, tapi wanita pemilik rumah makan sedikit terkejut pesanan gue.

“Bentar ya, saya tanya dulu masih ada apa ngak”,

“Okeh, memangnya udah mau habis ikannya?”

“Ngak, kebetulan ini masih promo, jadinya gak stok banyak” jawabnya,

“Nah itu dia, baru pulang”

“Tiiii… ikan pesmol masih ada gak?” tanyanya sedikit keras ke cewek yang baru datang membawa anak kecil di gendongannya.

“Adaaa satu lagi” jawabnya kejar anak kecil yang lari kea rah dalam.

Dan gak lama pesanan gue udah datang, “masih hangat silahkan” ucap wanita itu. Dari baunya enak udah kecium harum,

Satu lahapan penuh masuk mulut gue, rasa masakannya membuat gue sedikit tertegun. Gue pernah makan seperti kayak gini sebelumnya.

“Kamu kenapa rey?” tanpa sadar gue tundukin kepala sambil pegang kedua mata gue, karena gak langsung gue nahan sesuatu yang mau keluar dari sela-sela mata gue.

“Ngak om, rey cuman keinget aja,”

“soalnya makanan ini mirip dengan masakan dia om, “

“Cewek itu? Apa mungkin dia?” tanya om bikin gue gak mau pikir macam-macam.

“Ini efek gak pernah makan masakan kayak gitu selama ini om, “ senyum gue ambil tissue buat lap mata gue yang agak basah.

Yang jelas, gue kangen sama shanty, termasuk masakannya. Wajar aja kalau kita kangen sama seseorang masakan yang berbeda pun akan terasa sama.

Entah kenapa gue lebih suka makan dengan tangan kalau masakannya seperti ini, karena saat itu gue makan juga pakai tangan,

Benar-benar rasanya yang mirip, sampai gue memejamkan mata untuk menikmati setiap suapan. Tapi semakin lama terasa kembali ke masa itu.

Dimana shanty memperhatikan gue saat makan, dan rasa itu seperti datang lagi saat ini, tanpa sadar gue habisin sampai bersih termasuk bumbunya.

***​

“Om mau tanya ke kamu rey” tanya om roni pas kita udah selesai makan, dan sekarang perjalan balik ke kantor lagi.

“Kamu benar-benar sayang sama cewek itu ya? Sampai makanan pun kamu kerasa seperti dia”gue cuman senyum aja.

“emang nama cewek itu siapa om?”

“Hmm.. kalau gak salah titi”

“beda orang sepertinya om, rey rasa dia udah punya kekasih lainnya, dan mungkin saja udah menikah.” Walau di hati gue berharap gue bisa bertemu suatu saat, dengan kondisi apapun.

“Yang om dengar, dia janda” gue langsung noleh.

“Oh ya?”

“om gak tau suaminya kemana, yang jelas dia pria yang tak bertanggung jawab dan bodoh” gumam om dengan semangat,

"Bearti cuman mau enaknya ya itu orang," senyum gue ikutan kesal lihat sikap pria seperti iu secara tak langsung.

"iah, kalau dia cuman mau tubuhnya lebih baik sama pelacur, ya kan rey?" gue angguk aja, tapi

Selama perjalan, gue baru sadar ada papan reklame yang isinya adalah produk kosmetik yang gue langsung kenal, yaitu logo kosmetik yang gue rintis.

Walau sekarang namanya beda, tapi thalita gak menganti logonya, dan gue dengar produk kosmetiknya menjadi barang brand di kota-kota besar di Indonesia.

Ingatan gue kembali ke thalita secara gak langsung, andai thalita benar – benar mengandung anak gue. Akankan perceraian akan terjadi. Dan secara perlahan gue bisa lupain shanty.

Apa gue termasuk masih beruntung karena gue sekarang kehilangan keduanya, bukan bearti gue menyesal melepas thalita untuk shanty, walau akhirnya nihil.

Kali ini pikiran ini selalu berkecamuk dalam otak gue, apa keputusan gue salah untuk itu. Dan sekarang gue menerima koskuensinya atas semua itu.

Tapi yang jelas gue gak akan menyesali semuanya, gue masih percaya tuhan. Karena ia tak pernah meninggalkan umatnya karena tak mampu mejalani cobaan darinya.

Kalau memang ini jalan kehidupan gue sampai akhir usia, gue akan mulai menerima dengan penyesalan seumur gue.

Dan gue gak menyesal karena mencintai shanty.

Bersambung...

#Note update dikit ya hu..
 
Bimabet
Thx updatenya om

Aaaargh... Masih belum ketemuan juga Rey dengan Shanty.
Semoga Rey selalu makan siang di tempat Shanty biar bisa ketemuan lagi :pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd