Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Oke, pendek banget ya? Hahaha memang ini adalah episode terpendek di cerita ini.

Untuk kedepannya mungkin agak lama karena bakal agak panjang sampai tak pecah jadi dua part, so stay tune and happy reading seperti biasa.

NB: Lagi males nulis "sedikit trivia"
 
Oke, pendek banget ya? Hahaha memang ini adalah episode terpendek di cerita ini.

Untuk kedepannya mungkin agak lama karena bakal agak panjang sampai tak pecah jadi dua part, so stay tune and happy reading seperti biasa.

NB: Lagi males nulis "sedikit trivia"
jadiin satu aja hu, biar baca nya enak 😂
 
This episode is still under development, but here is some spoiler for you.....
"Darimana kalian dapat senjata sebanyak ini?"
"Sebenarnya bangunan ini adalah bekas camp militer, entah kenapa camp ini ditinggal"
"Kalian boleh ambil salah satu dari senjata ini"

----------------------

"Jadi, tanganmu harus siap menerima goncangan dari senjata ini Ya"
"Hmmn oke aku coba ya"

-------------------------

"Apa yang terjadi San?"
"Sepertinya kita harus bersiap menghadapi semua ini Din. Kita akan berperang"
"Perang?"
"Ya, melawan manusia"

---------------------------

"Apa yang kamu lakukan?"
"Untuk menghadapi mereka, kita harus melakukan trik khusus"
"Trik khusus?"
"Ya, kamuflase. Kita akan menjadi mereka"

---------------------------

"Gre, lihat aku......"
"Kak......"
"Selama kamu ada disampingku, kamu akan baik-baik saja"
"Apakah kita akan mati kak?"
"Tidak Gracia, kamu tak akan mati"

No Going Back, Part 1 dan 2
Coming (agak lama sih) soon. So stay tune seperti biasa hehe.
 
9. No Going Back, Part 1

"Oh iya, sebagai ucapan terima kasih, kalian bisa bergabung dengan kami. Kami sudah membangun sebuah camp tak jauh dari sini. Disana ada persediaan makanan dan air yang mencukupi. Bagaimana Galang?"

Kulihat raut muka Galang yang terlihat senang mendengar permintaan Sandi.

"Hmmmn baiklah. Kami akan ikut dengan kalian"

Sejujurnya aku senang mendengar permintaan Sandi. Akhirnya kami selamat, namun di satu sisi aku menaruh rasa curiga ke mereka, apakah mereka benar-benar orang baik atau justru hanya menjebak kita?

Singkatnya kami mengikuti mobil mereka, jalanan yang kita lalui semakin susah karena melewati jalan tanah, beruntung kita mengendarai mobil jenis SUV sehingga hal tersebut tidak menjadi masalah. aku hanya bisa melihat mobil mereka dan sekelilingnya hanya kegelapan. Akhirnya kami tiba di sebuah pintu gerbang besar dengan beberapa dinding kawat yang cukup tinggi. Kulihat ada tanda seperti petir yang mungkin menandakan bahwa dinding kawat ini teraliri listrik.

Sandi keluar dari mobil dan berjalan menuju mobil kami.

"Kalian tunggu disini"

"Oke"

Sandi terlihat menekan sebuah tombol, terdengar suara sirine.

"Kita punya pendatang baru" kata Sandi.

Pintu itu tiba-tiba terbuka.

"Ayo, kita jalan lagi" mobil ini kembali berjalan memasuki pintu gerbang, tampaknya mereka membuat camp itu dengan sangat baik.

"Lang, apa keputusanmu ini benar?" sejujurnya aku masih curiga dengan mereka.

"Instingku mengatakan kita akan selamat kalau bersama mereka, kalau kulihat dari persenjataan mereka sepertinya mereka punya senjata yang lengkap Din" jawab Galang santai.

"Hmmmn baiklah, aku harap kamu benar sebagai pemimpin" balasku.

"Din, ingat. Grup kita tidak ada namanya seorang pemimpin, kita semua sama"

"Okelah hehe" walaupun begitu, aku selalu menggangap Galang sebagai pemimpin grup kami. Sifatnya yang tegas membuatku kagum.

Akhirnya mobil ini sampai di sebuah bangunan besar, mirip seperti supermarket kalau bisa dibilang. Tempat itu terlihat tertutup sekali karena terdapat beberapa dinding kayu yang cukup tinggi menutupi beberapa bagian bangunan.

"Gede juga markas mereka" kata Galang.

Mobil ini berhenti mengikuti mobil Sandi, dia turun dari mobil dan menghampiri kami.

"Sudah sampai, sekarang kalian bisa keluar"

Kami keluar dari mobil, hawa dingin langsung menusuk kulit, entah ini sudah jam berapa.

"Selamat datang di markas kami. Kami disini berjumlah enam orang termasuk aku. Jadi kalian bisa menginap disini untuk sementara waktu. Ikuti aku masuk" kata Sandi.

Kami memasuki bangunan itu lewat pintu depan, terlihat ruangan yang cukup besar dan dipenuhi oleh beberapa peti kemas entah apa maksudnya. Yang jelas kita berada di tempat yang aman. Kulihat beberapa orang menghampiri kami, mereka membawa senapan.

"Kita kedatangan tamu" kata Sandi.

"Wah, sepertinya anggota baru San" kata salah satu rekannya. Anggota baru?

"Bukan Bil, kita temukan mereka di jalan. Mereka sudah membantu kita"

"Oh iya perkenalkan namaku Billy" seseorang lelaki yang bernama Billy mendekatiku dan menyalamiku.

"Aku Dino"

"Aku Galang, dan ini pengikutku" kata Galang.

"Kalian pasti lapar kan? kebetulan aku sudah memasak makanan, karena ada anggota baru makanan bisa cepat habis hahaha" tawa Billy.

"Baiklah, eh Lang, suruh teman-temanmu istirahat disini" kata Sandi.

"Oke" balasnya.

Aku mendekati Citra yang sedang duduk bersama Gracia, tampaknya ia sedang memakan cokelat bersama dia.

"Kamu laper ya Cit?" tanyaku.

"Iya kak hehe"

"Aku juga kak" balas Gracia.

"Kak, disini dingin banget"

"Ini pakai jaketku biar gak kedinginan hehe" aku melepas jaketku dan kuberikan ke Citra.

"Makasih ya kak" balas Citra sambil tersenyum.

"Gracia kamu gak kedinginan?" tanyaku kepada Gracia.

"Enggak sih kak, gak terlalu dingin ini mah" balasnya.

"Gendut sih, makanya tahan dingin"

"Sembarangan lu Cit" kulihat Gracia mencubit pipi Citra.

"Apaan sih kampret, main cubit-cubit segala" kata Citra.

"Kamunya gemesin sih, enak buat dicubit hahaha" tawa Gracia.

"GRACIAAA"

Okelah, biarkan mereka bersenda gurau dulu. Aku menghampiri Galang yang sedang berbicara kepada Sandi.

"Disini semua tersedia Lang. Mulai dari makanan, senjata, air, listrik. Kita beruntung bisa menemukan tempat ini" kata Sandi.

"Wah, gila ya" kata Galang.

"Yahh walaupun makanannya sebatas ransom militer, tapi enak kok hehe. Billy bisa meracik makanan itu jadi makanan yang bisa dimakan oleh orang-orang seperti kita"

"Wah hebat juga dia" kataku.

"Eh gan, makanan udah siap" celetuk Billy.

"Siap, yuk makan" ajak Sandi.

*****

Setelah makan, yang menurutku lumayan enak walaupun hanya sebatas makanan ala militer yang terdiri dari ikan kering, daging kornet dan kuah santan yang dicampur dengan beberapa bumbu. Tak apa yang penting isi perut sudah penuh hehe.

Malam itu kawan-kawanku beristirahat di sebuah ruangan tidur khusus karyawan yang terdiri dari empat bilik. Satu bilik ada dua ranjang lengkap dengan bantal dan selimut. Gracia dan Citra tidur bersama, sedangkan Aya dan Anin berada di kamar sebelah. Galang, Aji dan Dani terpaksa tidur di satu kamar karena kamar satunya dipakai untuk menyimpan bahan makanan, sedangkan aku sendiri? tidak masalah aku mencari ruangan sendiri untuk tidur mengingat bangunan ini memiliki ruangan yang banyak. Aku sedang berdiri di belakang bangunan dan menghisap rokokku. Kebiasaanku sebelum tidur yang seharusnya tak perlu ditiru.

Malam semakin larut, langit terlihat mendung sehingga tak menampakkan bintang-bintang di langit. Mataku sendiri sama sekali tak merasa ngantuk, mungkin aku harus mengisap rokok satu batang lagi.

SSRREEKKKKKK

Aku terkejut mendengar suara itu. Sepertinya suara tersebut berasal di depanku.

SSRREEEKKKKKKKK

Karena penasaran, aku mencoba untuk mendekati sumber suara. Sepertinya suara tersebut berasal dari pepohonan itu, aku hidupkan senter untuk mencari-cari sumber suara.

SSSREEEKKKKKK

"Hei...." aku mengeluarkan suara dari mulutku.

Betapa terkejutnya aku saat menyinari senter yang kubawa, seorang wanita, ia terlihat kaget saat aku sinari dia.

"Hei, siapa kamu?" tanyaku kepada sang wanita.

"Tolong, jangan tembak aku....." katanya dengan suara lirih.

"Ngapain kamu disini?" tanyaku kembali. Ia tampak bingung, wanita itu bertubuh pendek dengan mengenakan hoodie warna hitam yang menutupi kepalanya.

"Aku... aku......"

"Hei take it easy, okay. Aku tak akan tembak kamu" aku mencoba untuk mendekati wanita itu, namun ia melangkah mundur satu langkah.

"Tolong......."

"Iya, kenapa?"

"Aku.... aku...... minta makanan..... tolong....." kata sang wanita dengan suara terbata-bata.

"Hei, hei..... kamu mau makanan?" tanyaku. Ia mengganguk.

"Oke, aku ada beberapa. Kamu tunggu disini" aku langsung berjalan menuju pintu dan masuk ke ruangan makanan yang ternyata tidak dikunci, aku mengambil sebuah makanan kaleng, mungkin ini cukup untuk si wanita. Tak lama kemudian aku berjalan kembali ke lokasi wanita itu. Ia duduk bersender didekat senterku.

"Ini"

Wanita itu terlihat gembira, ia membuka hoodie yang menutupi kepalanya. Terlihat wajahnya yang menurutku lumayan cantik dengan kulitnya yang putih, aku penasaran kenapa dia berada disini.

"Terimakasih orang asing" kata sang wanita.

"Iya sama-sama, ngomong-ngomong siapa namamu?" tanyaku sambil duduk disampingnya. Kulihat dia menaruh sebuah senjata ke tanah, seperti sebuah crossbow yang pernah aku lihat di film.

"Namaku Zahra" katanya sambil melihatku. "kamu sendiri?"

"Aku Dino"

"Hehehe nama yang aneh" katanya terkekeh sambil membuka makanan kaleng itu.

"Terserah dah" aku membalasnya.

Kulihat wanita yang bernama Zahra itu makan dengan lahapnya, mungkin dia seharian belum makan.

"Kamu sendiri?" tanyaku.

"Iya" balasnya.

"Hah? terus kamu tinggal dimana?"

"Aku tinggal disebuah tenda yang letaknya tak jauh dari sini. Awalnya aku bersama beberapa orang yang selamat dari bandit-bandit namun akhirnya mereka semua lenyap entah kemana" kata Zahra.

"Bandit?"

"Iya, orang-orang jahat bersenjata. Aku sudah sering menemukan mereka di sekitar sini"

Aku terdiam sejenak sambil mengisap rokokku yang belum habis. Zahra melanjutkan makannya.

"Lalu, kamu ngapain aja selama ini?" tanyaku.

"Bertahan hidup, mencari makanan, menghindari dari binatang buas, mayat hidup dan orang-orang jahat" kata Zahra.

"Kamu benar-benar wanita yang tangguh" aku memujinya. Ia tersenyum.

"Dan kamu sendiri?" tanyanya balik.

"Aku bertemu dengan orang-orang yang menguasai gedung itu bersama kawan-kawanku hehe" balasku.

"Sebaiknya kamu jangan terlalu percaya dengan mereka"

"Maksudnya?" tanyaku heran.

"Bisa aja mereka cuma manfaatin kalian, ya begitulah"

"Tapi mereka baik kok" kataku.

"Baik mungkin hari ini, besok bisa aja jahat" kata Zahra.

"Kenapa kamu tidak bergabung dengan kami saja? kita ada teman-teman cewek kok"

"Tidak terimakasih, aku lebih suka hidup sendiri Din"

"Hmmmn okelah terserah kamu"

Kami terdiam, Zahra sudah menyelesaikan makannya dan membuang kaleng itu ke tanah.

"Aku mau balik, makasih sudah menolongku" Zahra menyalamiku dan tersenyum. Damn, senyumannya manis sekali. Ia bergegas pergi dan tidak lupa ia mengambil crossbownya.

"Dan jangan sekali-kali mengikutiku Din, sampai jumpa di lain waktu" Zahra akhirnya pergi ke dalam gelapnya hutan. Aku heran ia bisa berjalan walau disekitar sini gelap gulita.

"Baiklah Zahra......"

"Sebenarnya namaku bukan Zahra" kata dia menoleh kearahku.

"..... Namaku Fidly"

*****

Kubuka mataku perlahan, tubuhku masih terasa lemas sekali karena jam tidurku terlalu singkat, mungkin hanya sekitar empat jam aku tidur. Kurenggangkan tubuhku sehingga aku bisa mendengar suara tulang-tulangku yang berubah posisinya. Oh iya akhirnya aku memutuskan tidur di gudang makanan yang kebetulan sekali ada satu set kasur beserta bantal.

Kubuka pintu gudang, aku melihat Citra berjalan dengan membawa handuk.

"Hoaammm pagiii" kataku sambil menguap.

"Pagi kak hehe" kekeh Citra.

"Bawa handuk mau ngapain?" tanyaku.

"Mandi lah kak, ada kamar mandi gede disana" balas Citra.

"Ohhh yaudah sana mandi hehe"

"Kakak juga dong"

"Mau mandi bareng?"

"Ihhh gak maoo" Citra meninggalkanku, aku tersenyum saja melihat tingkah lucunya. Dan sepertinya kemaluanku sudah tegang saat aku berbicara dengannya.

Sebentar.

Aku ikutin dia aja gimana? Sekalian emmmm....

Gak Din, pagi-pagi udah mesum.

"Heh"

PLAKKK

"Lu gila ya Din" tiba-tiba Anin menamparku, namun kulihat ekspresinya bukan marah.

"Ya maaf hehe canda doang" balasku sambil mengelus pipi kananku.

"Aku mau mandi, jangan ikuti aku oke?" kata Anin sambil tersenyum. Hmmm.

"Iya-iya bawel"

Mungkin sebatang rokok bisa meredakan libidoku hehe.

****

Kubasuh semua tubuhku menggunakan air shower, terasa segar sekali. Sudah lama aku tidak menikmati ini. Dengan sabun cair ini kubersihkan semua tubuhku dari kotoran yang melekat di kulitku.

Tak berapa lama aku mengeringkan tubuhku dengan handuk dan bergegas keluar dari kamar mandi.

"Kak"

"Eh Gre, mau mandi?" kulihat ekspresi wajah Gracia seperti terkejut melihatku. Ada yang salah kah?

"Emmm iya kak hehehe....."

"Yaudah ni aku udah selesai hehe" kataku.

"Ehhh emmm iya kak...." ekspresi Gracia tidak berubah.

"Ada apa Gre" kutanya dia, Gracia masih terlihat bengong.

"Gre"

"Ehhh iya kak, aku mandi" Gracia langsung menuju pintu kamar mandi dan menutupnya. Aku tertawa melihat tingkahnya.

"Dasar anak aneh"

Singkatnya aku mengganti pakaian dan celana yang aku bawa di tas ransel, lalu aku berjalan keluar gedung. Ahhhh udara pagi memang nikmat untuk dihirup.

"Ah Dino selamat pagi"

"Oh pagi juga Bill"

"Aku sudah siapkan sarapan buat kalian, semoga memuaskan ya hehe" kata Billy.

"Hehe makasih ya, nanti aja aku nyusul" balasku.

"Jadi Bill, bagaimana ceritamu?" aku membuka obrolan.

"Hmmmn ceritaku ya Din, dulu aku adalah seorang koki di sebuah restoran terkenal di Bandung. Ya begitulah semua berjalan dengan baik sebelum wabah ini menyerang" kata Billy.

"Wah keren dong, seorang koki. Pantesan makanannya enak hehe" balasku.

"Makasih Din hehe. Saat itu Bandung kacau sekali Din setelah wabah mayat hidup menyerang. Beruntung aku diselamatkan oleh Sandi dan kawan-kawan, kami bisa keluar dari kota Bandung sebelum militer membom habis kota itu"

"Bandung Lautan Api jilid 2" kataku.

"Yup, sejarah terulang lagi"

"Kalau kamu Din?" tanya Billy.

"Aku sebenarnya orang rantauan yang bekerja di Jakarta hehe. Sama seperti ceritamu, Jakarta juga kacau banget saat diserang wabah mayat hidup"

"Gitu ya, hampir semua Jawa sudah terkena dampaknya, mungkin seluruh Indonesia bahkan dunia" kata Billy.

"Hah? berarti wabah ini sudah menguasai dunia?" tanyaku.

"Iya Din, Sandi yang bilang begitu. Disini terdapat beberapa dokumen militer tentang wabah itu. Kamu bisa temuin Sandi kalau kepingin tahu"

"Ohh gitu ya"

"Yaudah, aku sarapan dulu ya" kata Billy.

"Oke, aku nanti nyusul"

******

Setelah sarapan aku sedang berbicara dengan Sandi tentang beberapa hal, salah satunya tentang apa yang terjadi di dunia sana, tentang wabah mayat hidup.

"Kamu pengen tahu Din, ikuti aku"

Aku mengikuti Sandi menuju sebuah ruangan, bisa dibilang ini seperti ruang pertemuan. Terdapat sebuah meja bundar berukuran besar lengkap dengan kursi-kursinya, beberapa rak buku menghiasi sisi ruangan. Aku melihat-lihat isi rak itu dan menemukan beberapa dokumen militer yang entah apa maksudnya.

Sandi membuka sebuah kertas besar yang ternyata adalah sebuah peta, terlihat peta pulau Jawa yang sudah banyak dikasih tanda yang aku tak tahu apa maksudnya.



"Nah Din, ini pulau Jawa" kata Sandi.

"Kenapa banyak sekali coretan warna merah di peta itu?" tanyaku.

"Coretan merah itu pertanda bahwa daerah tersebut sudah terinfeksi, dengan kata lain telah dikuasai oleh mayat hidup. Tetapi masih banyak juga orang-orang selamat yang terjebak di area itu. Termasuk kita" jelas Sandi.

"Selama 55 hari, wabah itu sudah menguasai hampir seluruh wilayah Jawa, Sumatera, dan mungkin seluruh Indonesia." tambahnya.

"Ohh gitu ya" kulihat coretan merah itu menandai beberapa wilayah seperti Jakarta, Bandung, Jogja dan lain-lain. Wabah ini sudah menguasai hampir seluruh Jawa dan sekitarnya.

"Lalu, ini Ground Zero maksudnya gimana?" tanyaku sambil menunjuk sebuah titik hitam di peta.

"Kamu gak tahu Din, kalau Semarang diserang oleh mahkluk raksasa yang muncul dari laut?" tanya Sandi, aku menggeleng heran.

"Pemerintah memang merahasiakan berita serangan itu Din. Semarang dibombardir habis untuk membunuh monster itu, dan akibatnya kota tersebut rata dengan tanah tetapi militer berhasil membunuhnya. Makanya disini dinamakan "Ground Zero" " jelas Sandi. Aku benar-benar baru tahu tentang berita itu.

"Dan ini ada satu foto yang memperlihatkan monster itu dari jarak dekat" Sandi mengambil sebuah foto dan memberikannya kepadaku. Kulihat foto itu, monster tersebut terlihat buas sekali.



"Lalu? Gimana kondisi disana?" tanyaku.

"Menurut dokumen-dokumen yang aku temukan disini, kota Semarang ditutup oleh militer. Mereka membangun sebuah tembok tinggi untuk menutupi kejadian tersebut."

"Apa mungkin gara-gara monster itu wabah mayat hidup menyebar ke seluruh Jawa?" kataku mencoba untuk berteori.

"Entahlah, tapi menurutku tidak. Wabah ini kalau aku baca di dokumen ini berasal dari Afrika. Virus itu menyebar melalui udara dan menginfeksi binatang dan manusia, namun virus itu bersifat pasif, supaya virus itu aktif harus ada semacam "pemicu" seperti luka yang terinfeksi dan gigitan mayat hidup" kata Sandi. Aku teringat dengan Dani yang mengalami luka tembak akibat serangan orang-orang bersenjata beberapa waktu yang lalu.

"Dan juga Din, virus itu malah bisa menyembuhkan beberapa penyakit saat berada dalam kondisi pasif"

"Hah, maksudnya?" tanyaku tak mengerti.

"Kalau yang aku baca disini, dalam beberapa kasus banyak pasien yang mengidap kanker justru sembuh total setelah adanya wabah ini"

"Benar-benar diluar nalar" aku teringat dengan Aya yang sempat lumpuh akibat kecelakaan yang dialaminya, namun setelah wabah itu menyerang ia bisa menggerakkan kakinya kembali.

"Jadi, sebenarnya kita sudah terinfeksi ya?" tanyaku.

"Sepertinya begitu, kan aku sudah bilang kalau virus itu menyebar lewat udara" balas Sandi.

"Dan ini safe zone, satu-satunya tempat yang masih aman oleh wabah ini." Sandi menunjuk sebuah coretan warna hijau yang menandai kota Surabaya dan Pulau Madura.

"Iya aku tahu kok, aku dengar dari radio. Militer membangun sebuah camp besar disana" kataku.

"Betul sekali" jawab Sandi.

"Seharusnya kita akan kesana" kataku.

"Tapi itu sulit sekali Din, tahu sendiri kan kita berada di Death Zone. Transportasi benar-benar terputus, komunikasi juga. Jadi satu-satunya jalan adalah kita harus bertahan hidup." jelas Sandi. Aku mengganguk tanda mengerti.

"SANDIIIIIIII"

"Iya Jon, kenapa?" tanya Sandi kepada salah satu anggotanya.

"Kamu harus lihat ini, keatas gedung sekarang"

Aku mengikuti Sandi menuju anak tangga yang menuju keatas gedung.

"Lihat"

Kulihat ada beberapa asap yang mengepul di kejauhan.

"Ada apa San?" tanyaku kepada Sandi.

"Mereka akan menyerang" jawabnya.

"Menyerang? mayat hidup?"

"Bukan, mereka. Orang-orang bangsat yang selalu mengganggu kami." jawab Sandi dingin.

"Orang? tunggu apa maksudnya ini?" tanyaku heran.

"Mereka itu sekumpulan bandit, orang-orang bersenjata yang jahat. Mereka selalu mengganggu kami untuk merebut wilayah ini Din" jelas Sandi.

"Itu berbahaya sekali San" jawabku.

"Iya, tapi inilah yang aku maksud Din. Bertahan hidup, selain melawan mayat hidup."

"Sebenarnya manusia adalah musuh kita yang paling berbahaya Din" kata Sandi. Aku terkejut mendengarnya.

"Maksudnya?" tanyaku.

"Manusia jika memakai senjata, apapun, mereka bisa bertindak semaunya" kata Sandi.

"Apa yang terjadi?" tiba-tiba Galang muncul.

"Galang.."

"Kamu lihat asap itu Lang? Mereka akan menyerang camp ini" kata Sandi. Kulihat Galang terkejut.

"Hah? Siapa?" tanya Galang.

"Kumpulan bandit, mereka selalu mengganggu kami. Jadi kami minta tolong untuk membantu kami melawan orang-orang itu" kata Sandi.

Kulihat Galang terkejut.

"Jadi ini maksud kamu kita diterima disini hanya untuk membantu kalian melawan orang-orang itu? Tidak, Sandi. Kita akan keluar dari sini."

"Tolong Lang, kita butuh bantuan disini. Aku akan senang sekali jika kamu bersedia membantu kami, aku akan jamin keselamatan grup kamu"

"Tidak San, kita tidak mau ambil resiko. Lagian grupku hanya ada tiga orang yang bisa menggunakan senjata...."

"Empat, Citra bisa menggunakan senjata" aku memotong omongan Galang.

"Tetap aja ini tindakan bodoh Din, aku tak setuju dengan ini semua"

"Seharusnya kamu tetap bersama kami Lang. Diluar sana sudah tak ada tanda-tanda kehidupan. Kamu yakin bisa survive dengan kehidupan disana?" tanya Sandi sambil mendekati Galang.

"Galang, aku akan jamin keselamatan anggota grup kamu. Aku janji" Sandi memegang pundak Galang. Kulihat dia seperti memikirkan sesuatu.

"Inilah kehidupan baru kita Lang, membunuh atau dibunuh. Bertahan hidup" tambahnya.

Cukup lama kami terdiam.

"Oke baiklah San, aku pegang janjimu" kata Galang sambil menyalami tangan Sandi.

"Terima kasih Lang, setelah semua ini selesai aku akan berhutang budi padamu"

"Oke guys, jadi apa yang harus kita lakukan?" aku memotong pembicaraan mereka berdua. Sebenarnya aku khawatir dengan keselamatan anggota grup ini, terutama Citra.

"Kita akan berlatih menggunakan senjata api, aku punya banyak di gudang" kata Sandi.

******

Aku dan Galang masuk ke sebuah ruangan, terlihat beberapa senjata api tertata rapi berikut pelurunya.

"Nah ini ruangan senjata kami, kalian bisa lihat-lihat dulu" Billy berkata.

"Emmmm, ini AK-103 ya?" tanya Galang.

"Iya Lang, kamu kok tahu?" tanya Billy.

"Aku pernah menggunakan senjata itu saat di akademi polisi dulu"

"Ohh kamu polisi ya, bagus kalau gitu"

"Eh iya, kalian punya amunisi 5.56?" tanya Galang.

"Ada kok, jumlahnya mencukupi. Amunisi pistol juga ada"

"Anjirr dah, ini semuanya dari militer?"

"Iya, awalnya tempat ini pernah jadi camp militer. Entah kenapa semua senjata dan amunisinya ditinggal"

Aku melihat-lihat semua koleksi senjata yang dimiliki grupnya Sandi. Hampir semuanya berjenis Assault Rifle dan beberapa pistol yang setipe dengan kepunyaanku. Kulihat ada sebuah pistol berjenis Revolver.

"Ini aku ambil pistol ini boleh Bil?" tanyaku.

"Boleh kok hehe, kalian boleh ambil senjata dan amunisi di sini, Sandi sudah mengijinkan kalian untuk mengambil senjata ini" kata Billy.

"Oh iya peluru shotgun" aku mengambil boks berisi beberapa butir peluru shotgun, aku ambil secukupnya saja.

"Eh Din, kamu bisa ikut aku? Kita akan bilang hal ini kepada teman-teman kita" kata Galang. Aku menggangguk.

Singkatnya aku dan kawan-kawanku berkumpul disebuah ruangan. Galang menceritakan semuanya.

"Jadi begitu guys, mau gak mau kita harus membantu Sandi dan kawan-kawan untuk mempertahankan tempat ini" kata Galang.

"Tapi Lang, kenapa kita gak kabur aja dari sini? Aku sudah duga mereka bukan orang baik" kata Anin.

"Mereka orang baik kok Nin, buktinya kita dikasih makanan dan tempat yang layak" sanggahku.

"Aku takut Gre..." kudengar Citra memeluk Gracia, ia terlihat cemas. Kudekati dia.

"Citra, kita bisa hadapi semua ini" aku menenangkannya.

"Kak, kapan ini semua bisa berakhir?" kata Citra.

"Entahlah Citra, tapi aku yakin kita bisa hadapi ini"

"Tetaplah bersamaku, kamu tak akan terluka sedikitpun"

"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" kata Aji.

"Jadi sore nanti kita akan latihan menggunakan senjata api. Aku, Dino sama Anin yang nanti akan mengajarkan kalian mengingat kita bisa menggunakan senjata api" kata Galang.

"Gimana guys? kita bisa hadapi ini" tambahnya. Kulihat mereka tetap terlihat cemas selain aku dan Galang.

"Aku pernah dengar dari kawanku yang bertugas di daerah konflik, dia berkata "live together, die alone" jadi kita harus kompak menghadapi ini atau tidak, kita akan mati sendiri" kata Galang dengan nada yang membakar semangat.

" "Live together, die alone" bagus banget kata-katanya" sanggah Aya.

Kami berkumpul membentuk lingkaran dengan Galang yang berada di tengah. Galang memberikan kata-kata yang membakar semangat, kulihat mereka terlihat serius mendengarkan perkataan Galang. Jujur, dia memang pantas menjadi pemimpin grup kami.

"Baiklah, kalian bisa istirahat dulu, nanti sore kita kumpul di parkiran untuk latihan"

*******

Sore itu kami berkumpul di lapangan bekas parkiran bangunan supermarket ini. Sandi dan Galang terlihat sedang ngobrol entah apa yang mereka bicarakan. Aya, Anin, Citra dan Gracia sedang mencoba menggunakan senjata api.

"Nah gini Gre cara megangnya, biar pistolnya gak lepas pas ditembak" Anin sedang mengajarkan Gracia menggunakan pistol.

"Kayak gini Nin?" tanya Gracia.

"Nah betul, coba kamu tembak sekali"

DOR

Gracia menekan pelatuk pistol tetapi sayangnya pistol tersebut terjatuh setelah ditembakkan.

"Keras banget hentakannya Nin"

"Gak apa-apa Gre, dicoba lagi supaya mahir hehe"

"Kamu jago juga ya Nin ngajarin nembak" aku berkata kepada Anin.

"Hehe masak sih Din? Aku aja lihat dari video game yang pernah aku mainin"

"Gracia, tanganmu harus mantap memegang pistol itu biar gak jatuh" kataku kepada Gracia. "Dan juga posisi kakimu juga harus benar untuk meredam hentakan"

"Ohh gitu ya kak, aku coba lagi ya"

Gracia melakukan posisi yang aku ajarkan. Kulihat tangannya terlihat mantap memegang pistol itu.

KLIK

"Loh kak, kok pelurunya gak keluar?"

"Berarti pelurunya abis Gre, isi ulang dulu pelurunya" kata Anin.

"Gimana caranya?" Gracia terlihat bingung.

"Begini Gre, kamu tekan tombol pelepas magasin (magazine) peluru, terus kamu ganti dengan magasin baru" kata Anin mengajarkan Gracia. Gracia mengikuti seluruh instruksi dari Anin.

"Kak, aku ajari pakai ini" Citra menghampiriku dengan membawa sebuah senapan api jenis SS2 kepunyaanku.

"Itu berat banget loh Cit, kamu aja kayak kesusahan bawanya"

"Gak apa-apa kak, aku mau coba" kulihat wajah Citra yang terlihat antusias.

"Baiklah, pertama-tama kamu harus megang senjata ini dengan benar, seperti ini" aku memandu Citra cara memegang senapan itu.

"Nah seperti itu, kamu harus mantap memegangnya biar gak terjatuh saat menembak"

"Oke kak, terus selanjutnya gimana?"

"Oh iya, kamu harus mengganti mode tembak dulu Citra, itu ada semacam tombol geser, nah kamu geser ke mode semi auto" kataku menjelaskan.

Citra menuruti perintahku dan mengganti mode senapannya.

"Nah bagus, sekarang kamu coba tembak target disana" aku menunjuk sebuah benda yang digunakan sebagai target latihan menembak. "Sebelumnya kamu tarik napas dulu dan usahakan kamu menahan napas saat membidik supaya senjatamu tidak goyang"

Ia mengganguk, lalu mulai membidik senapannya. Kulihat dengan seksama cara memegangnya yang sudah terlihat mantap.

"Sekarang, tembak!"

DOR

Kulihat pelurunya melesat dan mengenai target walau tidak terlihat tepat sasaran.

"Keras banget hentakannya kak" kata Citra sambil memegang bahunya, mungkin dia kaget.

"Memang Cit, senapan jenis itu memang keras hentakannya, beda dengan pistol" jelasku.

"Ohhh gitu ya kak hehe, boleh aku coba lagi?" tanya Citra.

"Silahkan"

Citra melakukan gerakan siap menembak kembali, kali ini ia terlihat lebih siap dari sebelumnya.

"Tembak!"

DOR

Tepat sasaran! peluru itu melesat dan tepat mengenai target.

"Kamu hebat Citra" aku memuji dia.

"Hehe makasih kak" ia terlihat gembira.

"Dia benar-benar cepat belajar" Sandi menghampiriku.

"Iya San, Citra cepat sekali beradaptasi" balasku.

****

Malam itu aku beristirahat di gudang, aku sedang tiduran santai. Hari ini terasa melelahkan sekali setelah berlatih menggunakan senjata api tadi sore, untung saja masakan Billy bisa memulihkan staminaku, sekaligus aku tidak harus merokok lagi untuk bisa ngantuk haha.

Tok tok tok.

"Eh siapa?" tanyaku.

"Aku kak...." kukenal suara itu. Gracia.

Aku bergegas menuju pintu dan membukakannya.

"Eh Gre, ada apa?" tanyaku.

"Ehhh emmmm, boleh aku masuk?"

"Emmm boleh-boleh" Gracia masuk ke gudang itu, lalu aku menutup pintu itu.

"Kamu kok enggak tidur?" tanyaku kepada Gracia yang duduk diatas kasur.

"Emmm gak bisa tidur hehe" balasnya dengan terkekeh.

"Yaelah, terus?"

"Ya gak apa-apa kak aku temenin kamu disini, ngobrol-ngobrol biar cepet ngantuk" balasnya.

"Hmmm okelah mari kita ngobrol"

"Emm kak Dino...."

"Iya Gre?" aku balas menjawab.

"Rasanya begituan gimana ya kak" aku terkejut mendengar perkataan Gracia.

"Maksudnya?" balasku. Gracia terdiam sejenak seperti menahan sesuatu.

"Itu loh kak..... bikin anak" aku langsung menangkap maksud dari Gracia.

"Ohh, bercinta. Emang kenapa?"

"Penasaran aja"

Aku bisa menarik kesimpulan bahwa Gracia adalah wanita yang masih polos, hmmmmn.

"Sebelumnya, kamu gak tau begituan Gre?" aku bertanya.

"Enggak kak, tapi......"

"Tapi...."

"Aku pernah ciuman hehe" kata Gracia. Sebenarnya aku tak terkejut dengan perkataannya. Menurutku di jaman sekarang wanita pernah ciuman itu hal yang lumrah.

"Ohhh punya pacar ya Gre?" tanyaku.

"Bukan pacar kak, kayak sebatas temen aja"

"Ohh gitu ya" balasku

"Kak, kalau misalnya aku..... gituan sama kakak gimana?" tanya Gracia.

"Gituan apa sih Gre?" aku berpura-pura tanya padahal sebenarnya aku sudah tahu apa maksud dia.

"Emmmm, bercinta"

Hahaha. Aku tertawa dalam hati, ini anak polos banget.

"Bercinta? Emang kamu pengen punya anak Gre?" tanyaku dengan memasang muka heran yang kubuat-buat.

"Ehh emmmmm......." Gracia terlihat bingung.

"Iya kak, aku penasaran dengan bercinta" Gracia menatapku. Dengan melihat matanya yang bulat itu sepertinya dia serius.

"Gracia, bercinta itu gak bisa sembarangan. Antara cowo dan cewe harus punya rasa suka sama suka supaya bercinta itu memiliki arti" jelasku sambil mengelus rambutnya.

"Emmm, misalnya aku suka sama kakak berarti kita bisa bercinta dong?"

"Iya lah" aku sembarangan menjawab.

"Emmm, kak. Aku mau bercinta sama kakak"

"Ehhh" aku terkejut karenanya.

"Gracia jangan sembarangan ah....."

"Engga kak, aku serius. Aku penasaran soalnya. Boleh ya kak?" Gracia mendekati wajahku dan tiba-tiba saja dia mencium bibirku. Jelas aku terkejut dengan serangan tiba-tiba Gracia, dia mulai melumat bibirku perlahan.

"Sssllrrppppp sllrppppp" Gracia ternyata lihai sekali bermain cumbu, aku membalasnya. Cukup lama kami berciuman dan pada akhirnya Gracia melepas cumbuannya.

"Kak....."

"Gracia......."

"Boleh ya kak? Hehehe" sepertinya aku harus menuruti kemauannya. Aku bergegas menuju pintu gudang dan menguncinya.

"Gre? kamu serius?" tanyaku.

"Iya kak, aku serius....."

Hufft, mungkin ini akan menjadi malam yang panjang......


End of Part One
Dan tentu saja, Credits roll
 
Terakhir diubah:
Sedikit Trivia (akhirnya.....)

1. Why i choose her?

Jadi gini, ane awalnya mau masukin tokoh lagi yang ada di pp ane tapi belum cukup umur (padahal karakternya bisa dibilang pas buat "bertahan hidup" hehe). Ane muter-muter di thread sebelah dan melihat ada kejadian pilah-pilih member yang akan muncul (oke, threadnya @Wizard Kid , hehe) pada bahas Fidly. Oke ane cari tahu tentang dia dan wow lumayan dan sudah legal, setelah melewati masa development (bersama kandidat lain, eh gak penting sih ini) akhirnya ane putuskan milih dia.

Walaupun cuma sebatas cameo, tapi nanti di part 2 bakal muncul lagi dia dan akan memberikan sedikit "kejutan" hehe.

2. Why kentang?

Memang sengaja gan, tapi don't worry part 2 udh sekitaran 1000 kata dan masih on progress, semoga aja minggu depan bisa post hehe.

3. Billy? kayak kenal

Semacam tokoh easter egg, tetapi hanya nama dan skillnya doang sih. Billy disini tetap berbeda dengan Billy di universe lain. (Kalo sama mah udah "terbantai puas" tuh cewe-cewe di universe ane hohoho)

4. Sesi curhat dikit aja

Sebenarnya ane udah lost interest nulis cerita ini, entah kenapa konsep survival menurut ane terkesan kurang menarik, pengen banget nulis cerita lagi dengan konsep baru (cyberpunk maybe?). But don't worry ane tetap komitmen untuk menamatkan cerita ini lagian bentar lagi juga mau tamat ni cerita kampret hahaha

Oke sedikit trivia sudah selesai

Dan jangan lupa minggu ini ada MotoGP Inggris. Happy reading and have a nice weekend. Cheers.
 
Wah ada fidly favorit ane :o

Semoga part berikutnya dibanyakin ya hu role doi wkwk
Dia akan menjadi "penengah" dalam konflik di part 2
Oh iya kita sebut saja Fidly the Mysterious Women *slap
Cheers suhu perjalanan ke Surabaya jauh :beer:
Itupun kalo mau ke Surabaya agar supaya safe zone haha
Wah mereka minimal harus melawan 1 jeti jombie dulu wkwk
Weey tolong lah kasian jamgan lama2 updatenya, kasian si dino
Ini lagi syuting adegan Gre vs Dino. Lumayan dapet tontonan gratis hoho
Madura GG anjer, eh iya banyak garam jangan² zombie takut garam? wkwk

Kirain Bandung Lautan Asmara Jilid II :ngacir:
Menurut artikel yang ane baca di suatu forum fiksi luar negeri, memang mereka kurang suka sama garam wkwk
Wait, ane pernah denger lautan asmara, tapi lupa sih kayaknya haha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd