Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Wah ane belum mampu bikin adegan trisom palagi lesbi hahaha

Anyway.....
"Hiks hiks hiks kakkkkkkk periihhhhhhh"

Suara tangisan keluar dari mulut Gracia, aku mengusap air matanya. Raut mukanya benar-benar membuatku iba. Selaput daranya telah robek.
*kaburrrr


Mantulllllll,Akhirnya!!!!
Bau2nya update besok nii,pas ultah gre :v let's see soon :)
 
Siapkan pop corn dan tissue (kalo diperlukan) karena ini bakal panjang banget. Enjoy and happy reading hehe

10. No Going Back, Part 2

"Boleh ya kak? Hehehe" sepertinya aku harus menuruti kemauannya. Aku bergegas menuju pintu kamar dan menguncinya.

"Gre? kamu serius?" tanyaku.

"Iya kak, aku serius....."

Mungkin ini akan menjadi malam yang panjang......

"Sekarang aku mau tanya. Kamu belum pernah melakukan ini kan?" tanyaku.

"Belum pernah kak"

"Oke, berarti kamu masih perawan" balasku. Gracia mengganguk antusias.

"Terus, sebelum bercinta aku harus ngapain?" tanya Gracia.

"Emmmm, kamu buka bajumu"

"Kak, aku malu...."

"Kan cuma aku doang yang lihat Gre hehe" kekehku.

Gracia menuruti perintahku walau masih terlihat malu-malu. Kaos berwarna hitam itu ia lepaskan, dan terpampang sebuah balutan bra berwarna putih, Ah. Buah dadanya besar sekali. Aku terpana melihat keindahan tubuh Gracia. Kulitnya putih dan bentuk pinggang dan perutnya seksi sekali, sesekali aku menelan ludah melihat pemandangan ini dan sudah kuduga, batang kemaluanku mulai mengeras.



"Kok dilihat doang kak?" tanya Gracia memecah keheningan.

"Hehe seksi banget sih badan kamu"

"Ihhh kakak, ini pertama kalinya aku buka baju dihadapan cowok" balasnya malu.

"Ohhh gitu, kalau aku udah beberapa kali....."

"Ihh kakak mesum ya" kata Gracia.

"Ehhh enggak kok hehe..."

"Lalu aku harus gimana lagi?" tanya dia.

"Lepasin bramu"

Gracia langsung melepas tali bra-nya dan tampaklah gundukan buah dadanya yang kencang dan padat. Bagian putingnya berwarna merah muda pertanda dia belum pernah disentuh oleh pria manapun. Ah! dan aku adalah pria pertama yang akan mencicipi buah dadanya.

"Sekarang aku tiduran, dan kamu naik keatas perutku"

"Gak apa-apa kak?" katanya dengan nada keraguan yang jelas.

"Iya gak apa-apa Gre, kamu tak manjakan dulu. Sebelum bercinta si pria harus memanjakan wanitanya dulu Gre"

Ia mengganguk tanda setuju. Lalu Gracia naik keatas perutku, aku langsung menyerangnya dengan cumbuan hangat di bibirnya, aku berusaha untuk memainkan lidahnya. Gracia membalas perlakuanku dengan memainkan lidahku.

"Ssslllrrppppppp"

Dan tak lupa aku menghisap liur Gracia. Ia terlihat kaget dengan permainanku namun akhirnya ia bisa mengimbangi. Tanganku mulai bergerilya meremas pantatnya yang masih terlapisi celana pendeknya. Sekal sekali, setara dengan buah dadanya. Remasan itu membuat mulut Gracia melepas mulutku dan, Shit! desahannya seksi sekali.

"Ahhhhhhh kakak......."

Tanganku mulai masuk dari celah celana pendeknya, kulit pantatnya halus sekali, kuraba bagian yang mungkin adalah titik lemah dari seorang Gracia, kami masih bercumbu ria ditambah dengan tanganku yang semakin gemas meremas pantatnya.

"Kak ahhhhhhh geli banget ahhhhh"

Respon positifnya membuat libidoku semakin naik. Aku mulai menciumi lehernya, lidahku dengan cepat menjilati area lehernya yang putih itu, rasa keringat yang asin mulai menyerang indera perasaku, namun aku tak peduli dengan hal itu. Lenguhan nikmat kembali terdengar pertanda Gracia menikmati permainanku. Kugigit kecil bagian lehernya dan meninggalkan bekas merah.

"Kakk ahhhh kok digigit aghhhhhhhh"

"Gak apa-apa Gre, nikmatin aja"

"Kakak kan bukan mayat hidup, sampai gigit-gigit segala ahhhhhh"

Aku terkekeh mendengar ocehannya Gracia. Selanjutnya aku menyerang bagian belakang telinganya, bagian sensitif dari kebanyakan wanita. Citra, Aya dan Anin sudah menjadi "korban" seranganku. Dugaanku tepat, Gracia mendesah nikmat saat kuserang bagian ini. Desahannya sangat natural dan seksi, kurasakan tubuhnya meliak-liuk mengekspresikan kenikmatan birahi.

"Ughhhhh kakkkkk geliiiiiii"

"Hehehe enak kan Gre" tanyaku.

"Iya kak, lakukan lagi plisss"

Kembali aku menyerang belakang telinganya sekaligus tanganku meremas-remas buah dadanya, sesekali jariku memencet puting susunya yang sudah menegang. Gracia mendesah kembali, kali ini semakin intens bahkan bisa dikatakan Gracia sudah melewati "batas" birahinya.

Setelah kegiatan pemanasan itu, kubimbing Gracia untuk tidur terlentang, kulepas celana pendeknya sekaligus celana dalam. Terlihat gundukan kemaluan yang sangat indah, tanpa bulu! one of my favorites! Birahiku otomatis naik ke mode maksimal, ibarat mobil F1 pakai KERS -eh.

Oke, jemari-jemariku mulai mengelus bagian luar bibir kemaluannya yang terlihat sangat rapat, pertanda belum pernah dimasuki benda tumpul. Kubelai bagian yang bernama labia minora itu dengan hati-hati karena takut jika Gracia merasa kesakitan. Tubuhnya kembali menggelinjang, merasakan rasa geli yang teramat sangat.

"Ahhhhh kak Dinoooooo"

Lalu kudekatkan kepalaku ke area kemaluannya, tapi sebelumnya kulebarkan kedua kakinya sehingga kemaluannya semakin terekspos. Lidah ini aku julurkan ke area luar kemaluannya, aku kasih jalur ludah di kemaluan Gracia sambil jemariku terus melakukan gerakan memijat. Desahan dan lenguhan Gracia semakin seksi terdengar membuatku semakin semangat melahap kemaluannya yang tembem bagaikan sebuah bakpao itu.

Kubuka perlahan mulut kemaluan Gracia, terlihat sebuah daging kecil yang menyembul indah menyambutku, tanpa pikir panjang aku menyerang bagian itu, lidahku dengan lembut menjilati bagian yang aku tahu hampir semua wanita bakal merasa keenakan. Dan dugaanku tepat, Gracia melenguh.

"Ughhhhhhhh kok dijilati sih kakkkk lubang pipiskuuuuu ahhhhhhh"

Semakin intens kujilati daging kecil yang sudah mulai tegang itu, sama seperti batang kemaluanku yang semakin sesak didalam celanaku. Sekitar tiga menit aku melahap kemaluannya. Tubuhnya mulai bergetar hebat, kemaluannya mulai banyak mengeluarkan lendir dan tentu saja aku tidak ingin lendir itu terbuang begitu saja, dengan menggunakan mulut, kuseruput hampir sebagian besar lendirnya, memang terasa aneh namun aku menyukainya.

"Ahhhhhhh kakkkkkk aku mau pipisssssss ahhhhhhhh" Gracia mendesah, tak kuhiraukan racauannya dan terus menyerang daging kecil itu.

"Hehe jangan ditahan Gre, biarkan itu keluar" kataku.

"Kakak mau aku kencinginn ahhhhhh" balasnya.

"Itu bukan pipis Gracia, udah gak apa-apa keluarin aja jangan ditahan" kutatap Gracia yang kulihat matanya sayu. Kuelus rambutnya.

"Beneran gak apa-apa kak?" balasnya lagi.

"Iya Gracia sayang"

"Ihhh kakak ngapain pakai kata sayang"

"Hehe biar ada suasana romantis lah Gre, bercinta kan seperti itu" balasku.

"Ohh gitu ya kak, yaudah lanjutin kak"

Aku kembali melahap kemaluannya, lidahku dengan lihai menjilati daging kecil itu. Desahan Gracia semakin nyaring dan indah didengar. Mungkin sekitar tiga menit tubuhnya kembali bergetar hebat dan ah! kedua pahanya menjepit kepalaku.

"Kkaaakkkkk aku pipisssssss ahhhhhhhh ahhhhhhhh"

Kucaplok bibirku melingkari area kemaluannya dan pada akhirnya.....

"Ahhhhhhhh"

Syurrrrrrrrrrrr

Tubuh Gracia berguncang hebat, kemaluannya berkedut hebat dan mengucurkan cairan cintanya, cukup banyak sampai cairan itu tak dapat tertampung di mulutku bahkan aku nyaris tersedak. Perlahan aku telan semua cairan nikmat itu dan menjilati sisa-sisa lendir di sekitar kemaluannya.

Gila. Masih perawan tapi udah bisa squirting sebanyak ini!

"Ughhhhh kakkkkk"

"Hehe enak kan?" tanyaku. Gracia mengganguk, kulihat wajahnya yang lemah dan penuh titik-titik keringat.

"Itu namanya orgasme Gre, tapi kamu bisa mencapai level orgasme tertinggi untuk seorang wanita" jelasku.

"Hahhhh iya kakkkk sampai aku pipis hahhhh, tapi gak apa-apa kan?" tanya Gracia terengah-engah berusaha untuk mengambil udara.

"Hehe gak apa-apa kok, eh kamu minum gih, pasti haus banget" aku menyodorkan botol air minum yang kemudian Gracia meneguknya hingga habis.

"Kamu istirahat dulu, nanti kita lanjutin ke hidangan utama" kataku sambil mengelus rambutnya.

"Iya kak"

Sembari Gracia beristirahat aku lepas semua baju dan celanaku, akhirnya batang kemaluanku terbebas dari sangkarnya.

"Ahhh kakkk" Gracia menutup mukanya melihat batang kemaluanku.

"Ehh kenapa Gre?" tanyaku.

"Itunya kakak, gede banget" balasnya, aku tersenyum mendengarnya.

"Biasa aja kali haha, udah jangan ditutup muka kamu"

Dengan perlahan Gracia membuka tangannya yang menutupi mukanya. Dia terlihat malu-malu melihat kelaminku, matanya membesar sepertinya dia takjub.



"Sebelumnya kamu belum pernah lihat ini kan?" tanyaku sambil menggengam batang kemaluanku.

"Pernah kak, lihat di film dewasa...."

"Anjirr Gre" aku menggeleng.

"Tapi ini baru pertama kali aku lihat langsung kak" balasnya.

"Ohh gitu, nakal juga kamu ya hahaha"

"Ihhh kak" sialan! Gracia langsung meremas batang kemaluanku cukup keras.

"Aduhhhhh" aku mengerang kesakitan dan geli yang teramat sangat akibat remasannya.

"Kakak nakal deh hehe" kata Gracia sambil tertawa.

"Biarin"

"Aku laporin Citra kalo kakaemnnphhhhh" perkataan Gracia terputus saat aku kembali menciumi bibirnya, Gracia membalas ciumanku sambil memadu lidahku. Kembali aku bercumbu panas bersama Gracia.

"Ssslllrpppp sllrrpppppp"

"Ughhh kakkk ughhhhhhh"

Kuremas-remas buah dada Gracia, namun kali ini cukup keras sehingga Gracia mendesah cukup kencang, sebenarnya aku khawatir suaranya terdengar keluar, namun aku sadar kalau kamar gudang ini letaknya cukup jauh dari bilik kamar kawan-kawanku. Setelah remasan itu jariku membelai-belai puting susunya yang sudah tegang untuk menstimulasi birahi wanita lucu ini.

"Kakkk geliiiiii aghhhhhhhhh"

Tak lama aku lebarkan kedua paha Gracia hingga kemaluannya terekspos kembali, aku menatap mata Gracia yang memberikan sinyal untuk segera melakukan hidangan utama ini.

"Gracia, kamu yakin?" tanyaku memastikan.

"Iya kak, lakukan aja" balasnya tersenyum.

"Tapi ini bakal sakit Gre"

"Iya kak aku tahu, tapi aku siap kok. Asal pelan-pelan" balas Gracia.

Tatapan Gracia berubah, seakan-akan aku adalah kekasihnya yang siap menyerahkan kesuciannya kepadaku. Ah aku terhanyut dengan tatapannya. Kuciumi bibirnya kembali dan kembali menatapnya.

"Kak"

"Iya Gre"

"Katanya kalau bercinta, pasangan harus dalam keadaan suka sama suka ya?" tanya Gracia.

"Emmmm iya" balasku.

"Berarti kakak suka sama Gracia" perkataan dia membuatku kaget.

"Gimana ya Gre......"

"Jujur aja kak hehehe" balasnya.

Aku berpikir cukup lama sambil menatap matanya kembali, dalam hati kecilku sebenarnya aku mulai tumbuh rasa suka kepada dia.

"Iya" balasku mantap.

Gracia menciumi bibirku, namun rasanya lain. Cumbuan ini bukanlah cumbuan nafsu.

Ini adalah cumbuan cinta.

Hatiku berkecamuk, selain Gracia aku juga mulai menyukai Citra, namun dalam hatiku juga aku masih menyukai Dila......

Dila, tapi dia telah tiada.....

Aku menggelengkan kepala berusaha untuk tidak memutar kembali memori masa laluku.

"Kakak kenapa?" tanya Gracia keheranan melihat tingkahku.

"Nothing hehe, aku emmmm....... lanjutin ya"

"Iya kak aku siap"

Kugenggam batang kemaluanku, bersiap untuk melakukan penetrasi kemaluan Gracia. Kubelai bibir kemaluannya dengan batangku perlahan-lahan untuk menaikkan gairah Gracia.

"Ughhhh kakk geliiiiiiii"

Kulihat responnya positif, setelah bermain gesek-gesek aku meregangkan tubuhku sejenak, bersiap untuk melakukan penetrasi kelamin dan tentunya, melepas kesucian Gracia.

"Siap ya Gre"

Kuarahkan batang kemaluanku tepat kearah bibir kelaminnya dan dengan perlahan kudorong pinggulku. Sial! Ini susah sekali padahal kemaluannya sudah banyak mengeluarkan cairan.

"Kakkkkkkk aghhhhhhhhh sssakitttttttttt"

Batang kemaluanku mulai menyeruak masuk kedalam kemaluannya, kurasakan denyutan hebat melanda batangku. Dengan perlahan aku kembali mendorong pinggulku. Kulihat ekspresi muka Gracia yang menahan sakit di area selangkangannya.

"Sssakkkiiitttttt kakkkkkkkk pellannnnnnn aghhhhhhh"

Air matanya mulai mengalir, aku mulai tidak tega melihat raut mukanya. Mungkin aku harus menghentikan semua ini.

"Gracia, kalau kamu kesakitan begini mending aku stop aja" kataku sambil mengelus pipinya.

"Kakkkkk, lanjutin aja" balasnya lirih.

"Kamu yakin Gre? Kulihat kamu kesakitan gini"

"Gak apa-apa, lanjutin aja"

Kulumat kembali bibirnya untuk menenangkan Gracia, ia membalas lumatanku. Setelah itu aku kembali menatap matanya yang masih berurai air mata, ia tersenyum.

"Aku lanjut ya"

Kupegang pinggulnya dengan kedua tanganku, lalu dengan perlahan aku kembali mendorong batang kemaluanku yang baru masuk sepertiganya. Tubuhnya melengkung saat kemaluanku mulai merangsek masuk.

"Sssaakkkitttttttttt aghhhhhhhh"

Perlahan namun pasti kemaluanku sudah mulai masuk setengahnya, dinding kemaluannya sempit sekali dan memijit-mijit batangku. Aku semakin semangat untuk menjebol selaput daranya yang sebentar lagi aku dapatkan. Dan akhirnya kepala kemaluanku menabrak sesuatu, oke ini selaput daranya. Kudorong pinggulku lebih dalam. Sialan! Aku merasakan nikmat yang teramat sangat dan sialnya lagi, selaput daranya cukup tebal sehingga aku kesulitan untuk mendorong kemaluanku lebih dalam.

"Kakkk Dinooooooooo aghhhhhhhhhhh"

Dorongan kemaluan ini aku paksakan untuk bisa menjebol selaput daranya dan berhasil! batang kemaluanku sudah terbenam dalam di kemaluannnya

"Hiks hiks hiks kakkkkkkk periihhhhhhh"

Suara tangisan keluar dari mulut Gracia, aku mengusap air matanya. Raut mukanya benar-benar membuatku iba. Selaput daranya telah robek.

Dan Gracia adalah wanita kedua yang kuambil selaput daranya, setelah Dila.

Kudiamkan kemaluanku di dalam kemaluannya, Gracia masih mengerang kesakitan namun raut mukanya sontak berubah, ia tersenyum kearahku.

"Kakkkkk aghhhhhhh gini ya rasanya" kata Gracia.

"Iya Gre, pasti sakit banget ya. Maafkan aku" balasku.

"Punya kakak gede banget ughhhhhh, penuh banget rasanya hhhhhhhh"

"Hehehe, aku mainin buah dadamu dulu biar rasa sakitnya hilang" kataku. Gracia mengganguk. Kedua tanganku berpindah ke buah dadanya yang bulat sekali, kuremas-remas lembut dan kumainkan putingnya dengan lidahku. Kuhisap putingnya cukup keras berharap ada air susu yang keluar. Gracia mulai mendesah menikmati permainanku.

"Ouhhhhhhhh kakkkkkkk"

"Gimana udah enggak sakit?" tanyaku.

"Udah enggak kak"

"Yaudah aku lanjutin ya" kataku.

Kutarik kemaluanku perlahan, tubuhnya bergoyang saat kutarik kemaluanku. Terlihat lelehan darah perawannya disela-sela bibir kemaluannya, cukup banyak mengingat Gracia memiliki selaput dara yang cukup tebal. Darah perawan itu sedikit bercampur dengan lendir kemaluannya dan berwarna merah muda. Dengan perlahan aku dorong kembali kemaluanku, rasa sensasi yang aneh melanda saraf-saraf kemaluanku dan ini nikmat sekali.

Ughhhhh, aku kelepasan mendesah.

Dinding kemaluannya terus memijat-mijat batang kelaminku, aku dibuat merem-melek menikmati legitnya kemaluan Gracia. Namun aku tetap harus konsentrasi karena kalau ini tetap kubiarkan aku akan keluar dan ini tidak bagus. Kudorong kembali kemaluanku perlahan saja, tubuh Gracia bergetar merespon, aku tersenyum melihatnya. Kepala kemaluanku akhirnya kembali menabrak sesuatu didalam kelaminnya, sepertinya aku sudah mencapai mulut rahim.

"Aku goyang ya Gre, nikmatin aja jangan tegang" kataku. Gracia menggangguk.

Kutarik perlahan batang kemaluanku hingga setengahnya saja, lalu kudorong lagi, kutarik lagi dan kudorong lagi, begitu seterusnya sehingga kemaluanku keluar masuk di lubangnya. Tubuh Gracia bergoyang menikmati sodokanku. Desahannya kembali keluar dari mulutnya.

"Ahhhhhh ahhhhh kakkkkk ahhhhhhh"

Dinding kemaluan itu memijat-mijat batangku cukup keras, membuatku melayang. Kunaikkan intensitas genjotan ini sehingga tubuh indah Gracia bergoyang semakin tak karuan.

Plok plok plok

Suara benturan selangkangan ini semakin membuat birahiku naik.

Plok plok plok

"Kkkkakkkkkk aghhhhhhhhh"

Semakin kukencangkan genjotan ini, desahan Gracia semakin intens terdengar, kemaluanku semakin keras diremas-remas oleh dinding kemaluan Gracia. Lima menit kemudian tubuhnya mengejang, perutnya yang rata itu mengembang kempis, sepertinya ia akan meraih orgasmenya.

Plok plok plok

"Kkaaaaakkkkkk aggkkkuuuuu pipisssssssss ahhhhhhhhhh"

"Keluarin aja Greeee aghhhhhhh enakkkk banget ni memek kamuuuuuu"

"Aghhhhhhh ahhhhhhhh ahhhhhhhh"

Gracia meraih orgasme keduanya, kemaluannya berkedut sangat hebat, batangku serasa diremas keras sekali, aku mati-matian menahan sensasi ini agar aku tidak klimaks. Tubuhnya mengejang dan mengeluarkan banyak keringat. Aroma persetubuhan mulai memenuhi ruangan ini. Dengan pelan kutarik keluar batang kemaluanku dan cairan bening mengucur kencang dari lubang kencingnya. Pemandangan yang sangat indah!

****

Aku beristirahat sejenak setelah Gracia meraih orgasme keduanya, pertama kalinya ia merasakan dengan penetrasi kemaluanku. Terlihat bercak darah yang lumayan banyak disela-sela bibir kemaluan Gracia. Kubersihkan noda darah yang bercampur dengan lendir orgasmenya menggunakan tissu.

"Kak, ngilu banget...." Gracia akhirnya berkata setelah terdiam cukup lama akibat orgasme hebatnya.

"Maaf ya Gre" jawabku, aku sebenarnya tak tega mengoyak selaput dara Gracia.

"..... tapi nikmat banget hehe" balas Gracia. "Kak, makasih ya udah kasih aku pengalaman ini"

"Kamu gak nyesel perawanmu aku ambil?" tanyaku.

"Enggak kak" dari nada suaranya sepertinya tak ada rasa penyesalan. Mungkin sekitar sepuluh menit kami beristirahat, kuserang kembali bibirnya dan Gracia membalas lumatanku, kami berciuman dengan mesra sekali seakan-akan kami adalah pasangan kekasih.

"Kamu sekarang nungging" kataku.

"Nungging? kayak gimana kak?"

"Posisi kamu seperti orang merangkak Gre, tapi nanti pinggulmu kamu angkat. Nanti aku masukkin lagi lewat posisi itu" kataku. Gracia langsung menuruti perintahku. Sial! pantatnya benar-benar sangat menggoda. Besar dan kenyal. Batang kemaluanku kembali tegang bagaikan tiang besi.

"Siap ya Gre, aku masukin lagi"

"Iya kak, aku siap selalu kok hehe"

Dengan perlahan aku kembali menggesekan batangku ke mulut kemaluannya yang sudah basah oleh lendirnya. Gesekan itu membuat pinggul Gracia meliak-liuk sehingga pantatnya bergoyang seperti menantangku. Ia kegelian. Kuremas kencang pantatnya untuk menambah sensasi geli.

"Kakkkkkk ahhhhhhh ahhhhhhh geliiiiiii"

Remasan itu semakin kutingkatkan, pantatnya bergoyang indah, birahiku semakin tak terkontrol. Dengan cepat kumasukkan batang kemaluanku ke liang surganya, langsung mentok masuk ke mulut rahimnya. Gracia mendesah hebat akibat ulahku. Masa bodoh, dia sudah tak terlihat kesakitan.

Saatnya aku dominate dia, hehe.

Plok plok plok

Plok plok plok

"Ahhhhh ahhhhhh oghhhhhhhhhhh kakkkkkkkkk"

"Kak Dinoooooo tititttttttt kkakakkkkk enaaaakkkkkk oghhhhhhh"

Genjotan ini semakin kencang saja akibat desahan, lenguhan, pijitan kemaluan, dan pantatnya yang semakin bergoyang mengikuti genjotan kemaluanku, tubuhku banyak mengeluarkan keringat, begitu juga dengan Gracia.

"Oghhhhhhh ohhhhhhhbbhhhhh"

Plok plok plok

Plok plok plok

Sekitar puluhan kali aku menyetubuhi kemaluan Gracia. Lenguhan seksinya semakin memekikkan telinga, namun aku tahu dia pasti keenakan menikmati proses bercinta ini, hehe.

Tapi, arghhhhhhh...... ini mungkin adalah kemaluan wanita terenak yang pernah aku rasakan.

"Kakkkkkkkk akuuuuuuu keluarrrrrrrrrr aghhhhhhhhh"

"Iya Graciaaaaa aghhhhhhhh"

Tubuhnya kembali mengejang, pantatnya bergoyang indah. Gracia kembali meraih orgasmenya, namun aku tak peduli, aku tetap menggenjot liang kenikmatannya tanpa mengurangi kecepatan. Gracia melenguh liar dan suaranya berubah, oke mungkin Gracia sudah membuka sisi liarnya. Mungkin.

Akhirnya aku lepas kelaminku dari lubang surganya, cairannya banyak sekali yang keluar membasahi kasur ini. Bodo amat sih sebenarnya hehe.

"Hhahhhhhh hahhhhhhh enak banget kakk" Gracia berkata sambil terus mengambil napas akibat orgasme tadi.

"Hehehe enak ya Gre"

"Aku ketagihan digituin kak, hehehe lanjut lagi dong"

"Lah kamu gak capek?" tanyaku.

"Enggak kak, udah kuat lagi hehe. Ayo ah Gracia harus gimana lagi kak?"

Duh.

"Emmm aku tak tiduran terlentang, posisi kamu diatas perutku". Aku langsung tiduran terlentang dibarengi dengan Gracia yang sekarang berada diatasku.

"Terus kak?"

"Kamu masukkin tititku kedalam kemaluanmu hehe"

"Ohh oke kak"

Gracia meraih kemaluanku yang semakin keras itu dan mulai memasukkanya kedalam bibir kemaluannya. Tubuhnya bergetar sembari kemaluanku merangsek masuk ke liangnya.

"Kaakkkkk aghhhhh"

"Nah sekarang, kamu naik-turunkan pinggulmu. Terus nikmatin aja sensasinya" kataku. Gracia mengganguk. Pinggulnya mulai bergerak naik turun. Awalnya pelan saja namun lama-kelamaan ia menaikkan intensitasnya. Benturan pantat Gracia dengan pahaku terdengar cukup keras.

Plok plok plok

Sialan! kemaluannya benar-benar bikin aku merem-melek, pijatannya yang "unik" itu membuatku harus mati-matian menahan laju air mani yang sudah siap menyembur. Wajahnya terlihat memerah dan dia menggigit bibir bawahnya menahan arus birahi yang semakin kuat dalam dirinya.

"Ughhhhhhh uhhhhhhhh kak Dinooooo"

Plok plok plok

Oke ini cukup, kedua tanganku meraih pinggulnya, tubuhnya aku turunkan sehingga tubuh Gracia menempel ke tubuhku, buah dadanya bersentuhan dengan dadaku. Gracia menyerang bibirku, melumatnya hingga bermain lidah denganku. Aku sangat menikmati cumbuan ini begitu juga dengan wanita yang sudah aku renggut kesuciannya ini. Kupeluk perut mulusnya dan aku mengambil ancang-ancang, bersiap untuk menggenjot kembali kemaluan si wanita lucu ini.

"Siap ya Gre"

Kunaik turunkan pinggulku sehingga kemaluanku menghujam liang surganya, kupercepat intensitas gerakan ini. Kembali Gracia mendesah mengekspresikan kenikmatan birahi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kupijit lembut sisi perutnya untuk menambah rasa nikmat, salah satu kebiasaanku saat bersetubuh dengan wanita. Pikiranku mulai kacau akibat pijatan kemaluan Gracia. Aku mulai berfantasi jika seandainya Citra, Anin dan Aya terlibat dalam persetubuhan ini. Citra mengangkangkan selangkangannya kearah kepalaku dan kujilati liang kemaluannya, sedangkan Anin dan Aya sedang mendesah nikmat akibat gerakan kakiku menghujam kemaluan mereka. Gila, seandainya keempat wanita ini bisa orgasme bersamaan.....

Aku menggelengkan kepalaku, fantasiku terlalu liar sepertinya.

Oke, aku akan fokus ke Gracia.

Plok plok plok

"Aghhhhhh aghhhhhhhhhhhh"

"Kak Dinooooo tititnyaaa enakkkkk aghhhhhh"

Mungkin berkisar sepuluh menit tubuh Gracia kembali mengejang. Ia mendesah panjang dan suaranya benar-benar seksi. Gracia kembali meraih orgasmenya, kurasakan dalam kemaluannya menyemburkan cairan yang menyirami batang kemaluanku disertai dengan pijitan-pijitan yang kencang sekali, bahkan saking hebatnya orgasme ini sampai air liur Gracia menetes membasahi mukaku.

"Oghhhhhhhhh kakkkkkkkkkk"

Dengan spontan aku balikkan posisi, sekarang Gracia tidur terlentang sedangkan aku berada di area selangkangannya. Kembali kumasukkan batang kemaluanku ke liangnya yang sudah benar-benar basah, rambutnya acak-acakan dan raut mukanya terlihat lemah, ia menatapku dalam seakan-akan memohon untuk melakukan persetubuhan lagi.

"Ohhhhhhhhhh mentoookkkkk kakkkkkkk"

Kugenjot kembali kemaluan Gracia, untuk kali ini langsung kunaikkan intensitas ke tingkat maksimal. Nafsuku sudah benar-benar out of control dan akal sehatku sudah dikuasai oleh birahi. Batang kemaluan ini aku sodokkan berulang kali tanpa ampun. Desahan Gracia sudah terdengar melemah mungkin karena staminanya sudah habis, namun aku tak peduli, aku harus menuntaskan semua ini.

Plok plok plok

Oke, sepertinya aku mulai tak tahan dengan aliran mani yang sudah diujung. Kugenjot beberapa kali sebelum aku keluarkan kemaluanku untuk menuntaskan sensasi ini.

GREP

Sialan! Kedua kaki Gracia bergerak dan mengunci pinggangku. Kuat sekali sampai aku tak bisa melepaskannya.

"Kakkkkkkka akkuuuuuuuu keluarrrrrrrr kakkkkkkkkk"

"Greee tolonggggg lepasiiinnnn kakimuuuuuu oghhhhhhh ohhhhhh"

"Kakkkkk ahhhhh ahhhhhh keluarrrrr kakkkkkkkkk"

Dinding kemaluannya menjepit batangku keras sekali, aku tak bisa menahan sensasi ini.....

"Kakkkkkkkkkkkkkkk"

"Graciaaaaa ahhhhhhhhhhhhh"

Kemaluanku berdenyut kencang dan air mani yang aku tahan tersembur keluar memenuhi seluruh rongga kemaluan Gracia. Mani ini menyembur banyak sekali bahkan kurasakan kedua bola zakarku terasa sangat nyeri. Tubuhku langsung lemas merasakan kenikmatan orgasme yang mungkin paling hebat dari sebelumnya. Aku terjatuh menindih tubuh Gracia yang sudah lemah, aroma keringat sudah memenuhi ruangan ini.

"Hhhhhhhh kak Dinoooo hhhhhhhhh"

"Akuuu sayangg kakakkghhhhhhh......"

Suaranya lemah sekali, mataku terasa berat dan akhirnya aku tertidur bersama Gracia.

****

Kubuka kedua mataku, tubuhku terasa lemas sekali setelah bertempur menggapai kenikmatan bersama Gracia. Kulihat Gracia yang masih tertidur lelap, bibirnya tersenyum dan terlihat cantik sekali, mungkin dia bahagia dalam tidurnya. Kurasakan kemaluanku telah terlepas dari bibir kelaminnya.

Aku baru sadar kalau aku keluar didalam kemaluannya.....

Bagaimana kalau maniku berubah menjadi janin didalam perutnya?

Bodo amat dah, semoga aja tidak terjadi.


Kubersihkan sisa-sisa maniku yang meluber di bibir kemaluan Gracia menggunakan tissu. Lalu aku berdiri dan mulai meregangkan tubuhku, sendi-sendi tulangku berbunyi cukup keras. Aku membuka jendela gudang dan sinar matahari menyinari ruangan ini, tampaknya ini sudah pagi. Lalu aku menyelimuti Gracia menggunakan sebuah kain besar yang aku temukan di gudang dan mulai berpakaian. Kubuka pintu gudang, hmmm terlihat sepi.

Oh iya, kalau Citra nyariin Gracia gimana ya? aku harus membangunkan dia.

Kugoyangkan tubuh Gracia yang masih terlelap dalam tidurnya. Dia hanya merespon dengan menggoyangkan tubuhnya. Kubisikkan telinganya dengan suara yang aku buat mesra.

"Graciaaaa, bangun udah pagi" kataku.

"Ughhhh kak Dino....." Gracia mendesah pelan.

"Nanti kamu dicariin Citra loh Gre"

"Iyaa kak, aughhhhhh selangkanganku ngilu kak" kata Gracia mengaduh sambil tangannya memegang bagian vitalnya.

"Nanti sakitnya ilang kok Gre, pakai pakaian kamu ya" balasku.

Gracia mencoba untuk berdiri namun ia tampak terlihat kesulitan, kubantu dia untuk berdiri dan mengenakan pakaiannya kembali.

"Jangan lupa mandi Gre, hari ini bakal berat sepertinya" kataku sambil melihat Gracia mengenakan pakaiannya.

"Iya kak" balasnya lirih.

"Emmmm maaf ya Gre aku keterlaluan tadi malam"

"Ehhh gak apa-apa, aku justru berterima kasih sama kakak hehe" balasnya terkekeh.

Gracia mendekatiku dan kami bercumbu sejenak.

"Aku sayang sama kakak"

"Hah? Gre....."

Gracia menatapku dalam. Matanya membulat. Indah sekali.

"Emmmm...." ia terlihat malu. Kuelus rambut panjangnya.

"Yaudah kamu kembali ke kamarnya, nanti dicariin Citra"

"Iya kak emmm, ma-makasih ya kak atas semuanya...."

"Hehe iya"

Gracia meninggalkan ruangan ini, aku duduk dikasur dan membuka kaleng susu beruang, kuteguk semua cairan susu itu hingga habis.

Aku tak percaya......

Gracia menyukaiku?


*****

Singkatnya, kami berkumpul di ruangan utama untuk menyantap sarapan. Billy memasak telur dadar dengan campuran makanan militer (ransom), rasanya lumayan dan bikin kenyang hehe. Kulihat Citra dan Gracia sedang menyantap makanan. Kudekati mereka.

"Enak ya Cit?" tanyaku.

"Iya kak enak banget, Gracia sampai nambah dua kali tuh" kata Citra.

"Hehehe enak kok Cit, lagian kata kak Sandi boleh nambah sepuasnya" balas Gracia sambil terus menyantap makanan itu.

"Pantesan gendut ya Gre hahaha"

"Gak apa-apa ketimbang kamu Cit, kurus kayak lidi"

"Abis makan aku jitak ya Gre, biar benjol"

"Hahahaha"

Mereka tertawa bersama, Citra tak tahu kalau Gracia makan banyak karena untuk memulihkan staminanya setelah bercinta denganku tadi malam.

"Eh Dino, bisa bicara sebentar?" Sandi mendekatiku.

"Oh iya San, kenapa?"

"Ikuti aku"

*****

"Jadi, mereka akan menyerang?"

"Iya Din"

Dengan teropong ini, kulihat ada sekitar 10 orang bersenjata sedang berjalan menuju camp ini. Mereka terlihat bersenjata lengkap.

"Lalu?" tanyaku.

"Mau gak mau kita harus bersiap untuk melawan mereka Din. Bilang ke Galang kita akan pertahankan camp ini"

Singkatnya kami berkumpul di ruangan utama, aku menggengam senapan SS2 yang sudah terisi peluru, begitu juga dengan kawan-kawanku. Sandi memegang sebuah senjata seperti sniper.

"Oke, semoga kita semua selamat. Kalian sudah siap?" kata Sandi, aku mengganguk.

"Dino, Galang sama Anin kalian berlindung di posisi depan. Usahakan jangan menembak duluan, biarkan mereka dulu yang menembak. Dan untuk yang lainnya, Billy dan dua rekanku akan melindungi kalian. Sedangkan aku akan naik ke atas untuk mencoba menembak mereka menggunakan sniper ini" jelas Galang.

"Aku gak mau ninggalin kakak" kata Citra kepadaku.

"Citra, aku gak apa-apa. Kamu bersama Billy saja sama yang lain. Oke?" kataku sambil memegang pundaknya, raut mukanya menunjukkan kekhawatiran. Ia mengganguk tanda setuju.

"Kita pasti bisa menghadapi ini Citra, kita harus yakin"

"Oke, sekarang bergerak menuju tempatnya masing-masing. Mereka akan segera menuju kemari"

Aku, Galang dan Anin merunduk menuju ke tempat yang dimaksud oleh Sandi, yaitu dekat pintu masuk. Pintu itu sudah terlindungi oleh sebuah karung beras dan beberapa meja kayu sehingga menjadi sebuah tempat perlindungan. Aku menoleh kearah Anin yang anehnya ia terlihat biasa-biasa saja.

"Kenapa Din?" tanya Anin.

"Hehe gak apa-apa. Kamu berani juga ya Nin"

"Iyadong, aku kan udah sering nembakin mayat hidup hehe"

"Bagus deh kalau gitu, semoga rencana ini berjalan lancar"

"Iya Din"

Tak berapa lama gerombolan bandit itu sudah tiba di area parkiran camp. Kuintip mereka dengan hati-hati, terlihat seorang yang berjalan menuju pintu masuk, sepertinya itu ketua bandit.

"HEI SANDI, KALIAN SUDAH TERKEPUNG, MENYERAHLAH" teriak orang itu.

"TIDAK BANGSAT, TEMPAT INI TIDAK AKAN KUSERAHKAN KEPADA KALIAN" teriak Sandi.

"BAIKLAH KALAU ITU MAUMU, TEMBAK!"

DOR DOR DOR DOR

DOR DOR DOR DOR

Suara rentetan senjata api terdengar saut menyaut, aku langsung berlindung. Desingan peluru menghantam seluruh bangunan ini. Aku langsung ketakutan mendengar suara tembakan dan desingan peluru ini, Anin langsung memelukku kencang sekali.

"Tidak apa-apa Din, kita aman disini" kata Galang.

Sekitar satu menit suara tembakan itu terhenti, aku mengintip mereka yang sedang mengisi peluru senapan. Kulihat Galang yang sudah dalam posisi menembak.

"Dino, Anin, sekarang"

Aku menggangguk, kuarahkan moncong senapan itu kearah bandit-bandit.

"SEKARANG!!!"

DOR DOR DOR

DOR DOR DOR

Aku, Anin dan Galang mulai menembak kearah mereka, aku berhasil melumpuhkan dua orang yang kebetulan berada didepanku. Mereka terlihat panik dan mulai berlari mencari perlindungan.

"BANGSAT!!"

DOR DOR DOR

DOR DOR DOR

"Lang, aku isi peluru dulu" kataku sambil merunduk dan mengambil magasin berisi peluru.

"Oke Din, aku lindungin kamu" teriak Galang.

Kupasang magasin ini dan megokangnya, senapan ini sudah siap untuk menembak kembali. Kuarahkan moncong senapan itu kearah seorang bandit yang sedang menembak kearah Sandi. Sialan!

DOR DOR DOR

Beruntung aku langsung merunduk sehingga peluru itu tak mengenai kepalaku.

"Sialan!"

"Din, aku bantu kamu" Anin langsung menembakkan senapannya kearah bandit yang menyerangku.

"Makasih Nin"

DOR DOR DOR

"DIN, SEKARANG GANTIAN BANTU......."

AGHHHHHHHHH

Anin terpental ke tanah, dia tertembak! Aku langsung menghampiri Anin yang mengerang kesakitan. Kulihat Anin tertembak dibagian bahunya.

"LANG, ANIN KETEMBAK" teriakku.

Galang menghampiri Anin dan langsung mengecek lukanya.

"ANJING, BANGSAT. TAK AKAN KUMAAFKAN MEREKA!!. DIN! kamu ketempatnya Billy sekarang. Bawa Anin kesana"

"Tapi kamu Lang...."

"Aku akan baik-baik saja"

Kubawa Anin menuju ke tempat Billy yang letaknya tak jauh dari pintu masuk. Kulihat bahu Anin bersimbah darah.

"Aghhhhhhhh Dinnnnnnn"

"Anin kenapa Din" kata Aya.

"Dia tertembak"

"Taruh Anin disana Din, eh Citra bantu aku" kata Aya.

"Iya Ay"

Kubawa Anin menuju tempat yang aman dari serangan mereka, Aya dan Citra membawa sebuah kotak P3K. Setelah itu Aya langsung merobek kaos Anin, terlihat luka tembak yang cukup dalam, darah segar mengucur membasahi kaos Anin.

"AGHHHHH SAKKIITTTTTT"

"Gimana Ay?"

"Lukanya parah banget Din, mungkin aku bisa menghentikan pendarahannya" kata Aya dengan nada khawatir.

"Itu Ay, iket tangannya yang kenceng biar darahnya berhenti" kata Citra.

"Nah, ayo Citra, eh Gre ambil air minum"

Aku meninggalkan mereka dan menuju ketempat Billy yang sedang berlindung untuk mengisi peluru. Aji dan Dani terlihat kewalahan menghadapi mereka.

"Gimana Bil?" tanyaku.

"Aku gak apa-apa Din, kita bisa melawan mereka" kata Billy berusaha untuk tenang, namun dari raut wajahnya ia cemas.

"Kamu yakin Bil? aku bantu kamu disini"

Billy berdiri dan mulai menembakkan senapannya kearah bandit itu, aku mengikutinya dengan menembakkan senapanku. Aku berhasil melumpuhkan salah satu bandit itu, tembakanku tepat mengenai kepalanya.

DOR

BUUGHHHHH

"BILLY!!!!!"

Billy tertembak! Aku mengecek tubuhnya. Kepalanya berdarah, ia tewas.

"Sandiiiiii" teriakku saat Sandi menghampiriku.

"Ahhh Billy......."

"Kedua rekanku sudah mati Din, sekarang tinggal aku sendiri disini...."

DUARRRRRRRRRRR

Aku terkejut mendengar suara ledakan yang cukup keras. Dari mana asal ledakan itu?

"San, kamu dengar tadi?" kataku.

"Suara ledakan, tapi dimana?" kata Sandi heran. Kulihat para bandit itu juga kaget mendengar suara ledakan itu.

"Din, kita bantu Galang di depan. Aji sama Dani tetap disini jaga Aya sama Citra" kata Sandi.

Aku dan Sandi berjalan merunduk menuju ke tempat Galang. Dia sedang mengisi peluru senapannya.

"Lang, kamu dengar suara ledakan?" tanyaku.

"Iya Din"

GGGRRAHHHHHHHHHHHH

"AGHHHHH TOLONNGGGGH"

"BANGSAT!! TEMBAK TEMBAK"

"ANJINGGG MAYAT HIDUPPP AGHHHHHH"

Aku tak percaya yang kulihat sekarang, ada puluhan mayat hidup menyerang bandit-bandit itu. Mereka terlihat ketakutan.

"San......"

"Aku tahu, ada seseorang yang sengaja meledakkan pagar listrik itu sehingga mayat hidup bisa masuk kesini...." kata Sandi.

"Tapi setidaknya, kita selamat dari bandit-bandit itu....."

"Lawan kita sekarang mayat hidup, mereka mulai menuju kemari"

"Kita tembak mereka, semoga kita bisa melumpuhkan semuanya"

*****

Mayat hidup itu berjumlah cukup banyak, mungkin sekitar puluhan. Ini terlihat buruk sekali, kita terjebak!

"Din, tembak" teriak Galang mengaburkan lamunanku.

"Oh, oke oke" kuarahkan moncong senapan itu kearah mahkluk itu yang sedang menuju kemari setengah berlari. Sebisa mungkin aku membunuh beberapa mayat hidup namun usaha kami tampak sia-sia, mayat itu terus menyerang tanpa lelah.

"Lang, kita gak bisa melawan mereka" kataku putus asa. Kulihat Galang juga cemas.

"Tidak ada jalan lain" Sandi menghampiriku.

"Apa maksudmu?" tanyaku.

"Kita tak bisa melawan mereka, tapi kita bisa menghindari mereka" kata Sandi. Kulihat ia membawa sebuah belati.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Galang.

"Kita akan menjadi mereka" aku terkejut mendengar perkataan Sandi. "Apa maksudnya?"

"Kamu lihat kan Din, mereka tidak menyerang kawan mereka sendiri, jadi kita harus melakukan ini"

Sandi memotong bagian perut dari mayat itu. Apa yang akan dilakukan dia?

"San....."

"Kalau kita ingin selamat, kita harus menjadi bagian dari mereka. Tak jauh dari sini ada sebuah camp lagi milik kawanku. Kita akan kesana tapi sebelum itu......." kulihat Sandi melumuri seluruh pakaiannya dengan darah mayat hidup itu.

"....... kita harus melakukan ini" sambungnya.

"Sebentar, kamuflase?" tanya Galang.

"Benar Lang, dengan darah ini kita berkamuflase menjadi mayat hidup. Aku tahu teknik ini dari seorang wanita yang pernah kutemui di hutan. Dia bisa bertahan hidup dari mayat hidup menggunakan teknik ini" jelas Sandi.

Tunggu, seorang wanita? Fidly?

"Tunggu apa lagi, kita harus melakukan ini" aku mengikuti instruksi Sandi, aku merogoh isi perut mayat hidup itu sehingga tanganku berlumuran darah, bau anyir langsung menusuk indera penciumanku namun aku berusaha untuk mengabaikan bau itu. Kulumuri seluruh baju dan celanaku dengan darah ini sehingga seluruh pakaianku sudah berwarna merah.

Aku menghampiri Citra yang sedang merawat Anin. Dia menoleh menatapku heran.

"Kak, kok bajunya jadi merah?" tanya dia.

"Kita akan menjadi mayat hidup Cit" jawabku. "Jadi kita ambil darah dari mayat itu dan melumuri seluruh pakaian kita" tambahku.

"Menjadi mayat hidup? kamu serius kak?" kata Citra kaget.

"Iya Citra, kita akan pergi dari sini" kataku.

Kulumuri tanganku dengan darah dari mahkluk itu. Kulihat Citra melihatnya dengan ekspresi jijik.

"Kak aku jijik..."

"Ya mau gimana lagi Citra, kita harus lakukan ini" kulumuri seluruh pakaian Citra sehingga berwarna merah. Kawan-kawanku mengikuti instruksi Sandi.

****

"Kalian sudah siap?" kata Sandi. Kami menggangguk.

"Oke, jadi kita akan berjalan perlahan dan jangan sekali-kali berlari. Dan jangan sampai kita menyentuh mahkluk itu. Semoga saja kita selamat" kata Sandi. "Oh iya, kita memecah menjadi beberapa grup, satu grup terdiri dari dua orang" aku menggangguk.

"Baiklah, let's do this"

Aku berjalan duluan bersama Citra, mayat hidup itu sudah bergerombol dan berjalan pelan. Mereka terlihat pasif. Aku dan Citra berjalan pelan melewati kerumunan mayat hidup itu. Jantungku berdetak kencang, keringatku keluar cukup banyak saat ada beberapa mayat hidup melihatku.

"K-kak, aku takut....."

"Sstttt Cit, jangan bersuara....."

Langkah demi langkah, akhirnya kami lolos dari kerumunan mahkluk itu, tapi sial! sepertinya ini belum berakhir, terlihat segerombol mayat hidup yang berjalan menuju kemari, aku berusaha tenang menghadapi ini....

"AGHHHHH DOR DOR DOR".

Suara tembakan!

GGRRRHHHHHH GRRHHHHHH

Kulihat mayat hidup itu bereaksi setelah mendengar suara tembakan itu, aku mulai panik begitu juga dengan Citra, kuambil pistolku untuk berjaga-jaga kalau ada mayat hidup yang menyerang.

"Hei" Sandi menggandeng tangan Gracia, dan kulihat dibelakangnya Aya dan Dani, Galang yang menggendong Anin bersama Aji.

"Lalu, kita harus kemana?" tanyaku dengan suara pelan"

"Kesana, ikuti aku"

GGRRRHHHHHHHHH GGRHHHHHHHHH

Sialan! mayat hidup ini mulai menggeram, suaranya sangat memekikkan telinga.

"San, ini bukan ide yang bagus" kataku.

"Kita harus yakin Din, kita pasti bisa lolos dari sini"

GGRRRAHHHHHHHH

"AGGHHHHHHHH" Aku menoleh kearah sumber suara. Aku tak percaya. Aji tergigit oleh mahkluk itu! aku mengeluarkan pistolku dan bersiap untuk menembak mayat hidup itu. Namun tangan Sandi menahanku.

"Jangan tembak Din"

"Aji tergigit San!" kataku tegas.

"Kita harus lari, tak ada jalan lain" kulihat Aji yang mengerang kesakitan dikerumuni oleh mayat hidup.

"AYO DIN!!"

AGHHHHHHHHH

Mahkluk itu mendorongku hingga terjatuh, kepalaku terbentur tanah sehingga membuatku pusing, untung dengan cepat aku mengarahkan pistolku kearah kepala mahkluk itu dan menembaknya.

DOR

Peluru itu sukses mengenai kepala mahkluk bangsat itu dan terjatuh menindihku. Kusingkirkan tubuh mayat itu.

"Mahkluk bangsat" umpatku.

Aku melihat sekeliling, sialan! mahkluk itu mulai mengerebungiku. Adrenalinku berdetak kencang sekali, aku ketakutan melihat ini semua.

Tidak Din, kamu pasti bisa melawan mereka.

Dengan pisau ini kusabetkan ke leher mayat hidup yang menyerangku, mahkluk itu berhasil kulumpuhkan.

"ANJING" mayat itu menangkap tubuhku dan didepanku terlihat dua mayat hidup yang siap menyerangku. Aku meronta-ronta namun pegangan mahkluk itu kuat sekali. Sialan!

Apa ini akhir dari hidupku......

SSYUTTTTTT

Bruk

Pegangan mayat itu terlepas, ia jatuh disampingku. Kulihat sebuah anak panah menancap di kepalanya. Dengan cepat aku tembakkan pistol ini dan sukses melumpuhkan dua mayat hidup yang siap menyerangku. Aku menoleh kebelakang. Ternyata Fidly menolongku.



"Zahr... eh Fidly"

Ia menatapku dingin, pakaiannya berwarna merah sama seperti aku.

"Hai Dino, kita ketemu lagi..."

"AWAS!" Fidly mengarahkan senjata crossbow itu kearahku, aku langsung menghindar.

SYUTTTTT

Tepat sasaran! nyaris saja aku digigit mahkluk itu dari belakang.

"Terima kasih Fidly"

"Iya"

"Kenapa kamu disini?" tanyaku.

"Aku... maafkan aku Din, aku yang meledakkan pagar listrik itu sehingga mayat hidup ini masuk kesini" kata Fidly, aku terkejut mendengarnya.

"Tapi aku ingin menolong kalian dari bandit-bandit bangsat itu. Sehingga aku terpaksa melakukan ini" jelasnya.

"Iya Fid gak apa-apa, kita selamat dari bandit-bandit itu. Tapi salah satu kawanku tergigit tadi...."

"Maafkan aku...."

Tiba-tiba mahkluk itu menyerang kearah Fidly, dengan cepat aku tembakkan pistol ini sehingga mayat itu tewas.

"Hampir saja"

"Terima kasih Din. Sekarang kamu pergi dari sini. Biar aku yang memancing mayat-mayat ini kearahku..."

"Tapi Fid...."

"Aku gak apa-apa Din, aku sudah biasa melawan mereka. Sekarang pergilah" kata dia. Kulihat dia tersenyum kearahku. Manis juga senyumannya. Fidly menghidupkan sebuah flare.

"PERGILAH, SEMOGA KITA BERJUMPA LAGI"

Aku langsung berlari menerobos kerumunan mahkluk yang sepertinya tertarik dengan flare itu. Walau susah payah akhirnya aku bisa lolos dari mahkluk itu. Aku menoleh kebelakang dan benar, flare itu menarik perhatian mayat hidup.

"Fidly......"

*****

Aku terus berlari melewati pepohonan, udara semakin dingin menusuk tulang dan kulitku.

"KAK DINOOOO"

Akhirnya, aku melihat kawan-kawanku sedang duduk dibawah pohon. Citra yang melihatku langsung berlari kearahku, ia memelukku erat sekali.

"Kak.. hiks... hiks...."

"Iya Citra, aku disini"

"Aku kira kakak gak selamat hiks...."

"Hehe tapi aku selamat kan" kutatap mata Citra yang basah dengan air matanya. Sandi dan Galang mendekatiku.

"Bravo, hehe kamu selamat juga"

"Tapi Aji....."

"Sudahlah Din, semoga dia tenang disana"

Akhirnya kita sampai di sebuah camp yang ukurannya sama besar dengan camp sebelumnya, kita disambut oleh salah satu penghuni camp.

"Kalian tidak apa-apa?" kata seorang lelaki yang menghampiriku.

"Aku gak apa-apa, Citra kamu gimana?"

"Gak apa-apa kak, tapi Anin....."

"Aku butuh beberapa alat untuk mengangkat peluru di bahunya" Aya menghampiriku.

Singkatnya, aku membawa tubuh Anin menuju sebuah ruangan. Salah satu anggota camp itu menyediakan sebuah ranjang tidur. Aku menaruh tubuh Anin yang lemah. Mukanya pucat sekali.

"Gimana kondisinya?" tanyaku kepada Aya.

"Aku bisa menghentikan pendarahannya, namun kita harus secepatnya mengangkat peluru itu" Aya terlihat cemas.

"Aku bantu......"

"Enggak Din, aku bisa sendiri" kata Aya tegas.

"Kamu yakin? Aku bersedia untuk membantumu Ay...."

"Jangan bilang aku tak bisa...."

Aya menyentakku, wanita ini memang keras kepala.

"Aya, tolong. Anin itu kawanku juga, aku akan bantu kamu, oke?" kataku. Kami terdiam sejenak.

"Oke Din, maafkan sikapku tadi"

"It's okay"

"Itu Din, kamu pegang Anin yang kuat. Mungkin dia akan meronta nanti saat kuambil peluru di tubuhnya"

****

Akhirnya dengan susah payah, Aya berhasil mencabut peluru itu dari bahu Anin, "operasi" berjalan dengan lancar walau Anin meronta kesakitan karena kita tidak punya semacam obat bius disini. Kulihat Aya sedang membuat sebuah infus darurat menggunakan botol air mineral yang berisi air campuran gula dan garam. Ia dengan cekatan memasang sebuah jarum berlubang yang dihubungkan dengan selang kecil.

"Din, pinjam korek"

"Hah, buat apa?" tanyaku heran.

"Udah pinjam ah bawel" aku mengambil korek api disakuku dan memberikanya kepada Aya. Kulihat dia menghidupkan korek dan memanasi jarum berlubang itu. Setelah dirasa cukup ia memasang infus itu ke tangan Anin.

"Darimana kamu tahu semua ini?" tanyaku.

"Aku kan pernah jadi anggota palang merah Din" jawabnya.

"Ohh oke hehe"

Aya mengusap kening Anin yang berlumuran keringat, dia meneteskan air mata.

"Anin..... kamu pasti bisa Nin, kamu pasti selamat"

Kuhampiri Aya dan mengusap rambutnya. Tak lama Aya menangis dan memelukku erat sekali. Kutenangkan dia dengan mengelus punggungnya.

"Anin pasti selamat kok" kataku.

"Hiks hiks aku... aku sudah memberikan yang terbaik untuk dia Din"

"Kita harus yakin Ay, kamu kan yang selalu bilang begitu" balasku. Ia menggangguk.

"Rudi pasti senang aku bisa menyelamatkan orang Din" katanya dengan suara sesegukan.

"Dia pasti bahagia lihat kamu sekarang" kataku. Aya menatapku dan melemparkan senyuman.

"Yaudah Ya, kita keluar yuk. Biarkan Anin istirahat"

****

Keesokan harinya, aku dan kawan-kawanku sedang berkumpul diluar menyantap sarapan yang dibuat oleh kawannya Sandi, sebuah ikan goreng. Aku melahap makanan ini hingga habis. Staminaku terkuras karena kejadian mengerikan kemarin.

"Gimana kondisi Anin?" tanya Galang.

"Denyut nadinya stabil Lang, dia akan baik-baik saja" balas Aya.

"Bagus, semoga dia bisa bangun"

"Eh Dino, Galang. Kita ada sedikit masalah disini" kata Sandi.

"Apa?"

"Radio tower kami sepertinya rusak, tower itu letaknya tak jauh dari sini. Dengan radio itu kita bisa menghubungi militer yang mungkin masih berada disekitar sini"

"Berarti dengan radio tower itu, kita bisa selamat?" tanya Galang.

"Tepat sekali, tapi sayang rusak. Mungkin diantara kalian ada yang bersedia kesana dan mengecek tempat itu?" tanya Sandi.

Kami terdiam sejenak.

"Aku saja, aku siap bantu kamu San" aku menjawab.

"Aku ikut" Gracia tiba-tiba berkata. Aku terkejut.

"Gre, disana berbahaya. Sebaiknya biar aku yang menemani Dino" kata Galang.

"Aku bisa kok, hehe. Pliss kak Galang" Gracia merengek. Aku justru tersenyum melihat tingkah lakunya.

"Hmmm baiklah. Din kamu bisa kan jaga Gracia?"

"Jelas dong hehe"

****

"Ini buku panduan yang mungkin berguna nanti"

"Oke siap gan hehe"

"Jangan lupa Din, ikuti panduan di buku ini. Semoga saja radio tower itu masih berfungsi" kata Sandi sambil menyalamiku.

"Gracia, hati-hati" aku melihat Citra memegang kedua tangan Gracia, tatapan mukanya mengekspresikan kekhawatiran.

"Selama ada kak Dino, aku gak bakal digigit mereka kok hehe" Gracia menjawab dengan tersenyum. Mendengar itu raut muka Citra berubah menjadi sedikit ceria.

"Awas lo Gre kalau pulang jadi mayat hidup" canda Citra.

"Heh, sembarangan lu Cit" Gracia mencubit lengan Citra.

"Sakit kampret"

Aku tertawa melihat tingkah laku mereka. Bisa gak sih mereka akur sehari aja?

"Udah udah, yuk Gre" ajakku.

"Berangkatttt"

"Hati hati ya kak Dino, Gracia"

Credits Roll (Ane sarankan untuk mendengarkan lagu ini setelah membaca, karena ada semacam "clue" untuk episode selanjutnya, apa cluenya? silahkan simpulkan sendiri hehe.)
 
Terakhir diubah:
Sedikit trivia (lagi.....)

1. Penampilan terakhir Fidly di cerita ini hehe, maaf ya
2. Sebenarnya ane punya foto Citra-Gracia mereka foto bareng, tapi entah kenapa kok ane cari lagi di hp sama lepi malah gak ada :(
3. Ini untuk pertama kalinya ane nulis sex scene dengan wanita yang masih perawan (Gracia hehe) jadi mungkin agak sedikit weird hehe
4. Adegan Aya membuat semacam infus darurat, terinspirasi dari film Shooter
5. Untuk episode selanjutnya adalah penultimate dari cerita ini, dengan kata lain cerita ini sebentar lagi tamat.
6. Also, untuk episode penultimate, ane kasih satu pesan aja:

Brace yourself

Happy reading and have a nice day, seperti biasa.
 
Gue demen nih penulis yg sabar Dan detail bgt nulisnya, sayang anin kalo tewas, padahal masih nunggu cerita sama dia lebih detail lg
 
Mantep suhu updateanny
Hehe thanks
Gue demen nih penulis yg sabar Dan detail bgt nulisnya, sayang anin kalo tewas, padahal masih nunggu cerita sama dia lebih detail lg
Hehe ane nulis cuma buat have fun doang sebenarnya, but anyway thank you
Kcw ini lah, nungguin Fidly tapi dah kelar aja :tkp: :sakit:

Ini Gre mau minta "jatah" di tower gitu? :baca::kacau:
Enggak, cuma temenin kak dino doang ehehe :D
 
Inspirasi bisa datang drimna aja y hu nyampek ke film² jga
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd