Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
17. Mercy

Dino


"Tidak mungkin.... ini tidak mungkin...."

Aku terduduk lemas melihat pemandangan ini, sungguh mengerikan. Lapangan golf ini sudah dimasuki mayat hidup dan jumlahnya cukup banyak, terlalu banyak.

"Dino, Din......"

Rachel berteriak mengaburkan pikiran jelekku. Aku langsung tersadar karenanya.

"Din, ayo kita lawan mereka"

"Tapi, teman-temanku....." kataku panik bercampur sedih memikirkan nasib mereka.

"Aku yakin mereka selamat Din, mereka pasti masih ada di bangunan utama" jawab Rachel optimis. Dia benar, mungkin mereka sedang berlindung disana. Aku mulai berdiri lagi dan melihat Rachel membawa sebuah belati yang panjang.

"Kamu bisa pakai ini kan Din?" tanyanya, aku hanya mengangguk dan mengambil belati itu dari tangannya.

"Aku akan tembak mayat itu dari belakang, jika mereka mendekat kamu tebas dia" katanya lagi. Aku hanya mengangguk. Kami maju menghadapi kerumunan mayat hidup di depan. Rachel meletuskan beberapa peluru ke kepalanya dan aku menebas mahkluk itu saat mendekat. Aku berhasil menghabisi beberapa mayat hidup walau tanganku masih terasa sakit, namun aku berusaha semampuku.

SRAKKKK

SRAKKKK

"Ahhhhhhh" aku tersandung saat sibuk menebas kepala mayat itu hingga terjatuh, beruntung Rachel dapat menembak salah satu mayat yang nyaris saja menerkamu.

"Makasih Hel" kataku sambil kembali mengambil belati yang berlumuran darah mayat hidup.

DOR DOR DOR DOR

Tiba-tiba aku mendengar suara senjata api yang berasal dari bangunan utama, aku yakin itu pasti teman-temanku. Aku langsung berdiri dan kembali menebas beberapa mayat yang mulai mengerubingi kami. Awalnya pekerjaan itu terasa mudah namun lama-kelamaan tenagaku mulai habis, tanganku semakin terasa sakit memegang belati itu.

SRAKKK

SRAKKK

KRAKKK

KRAKKK

"Dino!!" suara itu sangat aku kenal, Anin dan Galang.

"Galang, Anin...." balasku terengah-engah. Aku tak percaya mereka selamat.

"Lang, bagaimana ini bisa terjadi....."

"Bahasnya nanti aja Din, kita habisi mahkluk-mahkluk itu dulu....." sanggah Galang. Aku mengangguk.

"Rachel, kamu kenapa disini?" tanya Anin kepadanya. Aku langsung menyanggah.

"Nanti aja Nin...."

Kami membentuk formasi melingkar untuk menghabisi mayat hidup yang tersisa di lapangan golf ini. Jumlahnya mungkin sekitar 30-40 an. Galang dan Rachel menggunakan senjata api, Anin menggunakan tongkat baseball dan aku sendiri membawa belati.

"Ayo kita lakukan"

TRAT TRAT TRAT

TRAT TRAT TRAT

Rachel dan Galang menembakkan senjata apinya kearah kepala mayat hidup, saat mahkluk itu bergerak maju aku dan Anin menghabisinya. Begitu seterusnya hingga jumlah mayat itu mulai berkurang. Keringatku terus bercucuran membasahi bajuku, tubuhku mulai kehabisan tenaga namun aku terus memaksakan batas tenagaku demi keselamatan teman-temanku.

"Aaahhhhhh" aku mengerang kesakitan saat berusaha menebas salah satu mayat hidup sehingga tebasan itu meleset, aku panik karena mayat itu berada dalam posisi menerkamku.

BRUKK

Tiba-tiba mayat itu langsung terjatuh didepanku dengan anak panah menancap pada kepalanya. Aku tahu itu pasti Fidly.

"Dino....." sapanya dengan membawa crossbownya.

"Makasih Fid" balasku, ia hanya mengangguk.

Pertempuran ini berlangsung hampir sekitar 20 menit, akhirnya kami berhasil membunuh semua mayat hidup di lapangan golf ini. Kami yang melawan semua terengah-engah kelelahan, tubuhku sudah sangat lemah dan nyaris terjatuh. Galang langsung menghampiriku dan membopongku.

"Din kamu gak apa-apa?" tanyanya.

"Aku butuh air...." balasku dengan suara lemah.

"Anin, tolong bantuin Dino"

Kami berjalan menuju bangunan utama dengan susah payah. Pandanganku mulai kabur karena kelalahan.

"Dino!!!"

Dila berteriak saat melihatku, dia langsung berlari kearahku dan memelukku erat sekali, dia langsung menangis di pelukanku.

"Hiks... hiks.... kamu kemana aja sih....." kata Dila terisak. Kuelus rambutnya untuk menenangkannya.

"Aku disini Dila...."

"Kamu gak apa-apa kan? Ada yang luka?" Dila menatapku dengan mata yang sembab, aku tak menjawab pertanyaannya dan tersenyum kepadanya.

"Udah gak apa-apa, aku kecapekan doang. Udah ah gak usah nangis"

"Kak Dino....." giliran Citra memelukku erat, namun beda dengan Dila, ia tak menangis. Pertanyaannya pun sama seperti Dila.

"Kakak beneran gak apa-apa? aku khawatir banget" kata Citra lirih, aku hanya tersenyum.

"Hehehe aku disini kok, berarti tak kenapa-kenapa kan?"

BUUGGGG

Aku langsung menoleh saat mendengar suara pukulan yang cukup keras. Ternyata Aya melayangkan pukulan tangannya kearah Rachel sehingga ia terjatuh ke tanah, teman-temanku langsung melerai Aya yang akan kembali ingin memukul dia.

"Lepasin!!"

"Aya! jangan pukul dia!" kataku tegas.

"Aku yakin si brengsek ini yang sudah mencelakai kamu kan Din? dan semua kekacauan di tempat kita" jawabnya penuh amarah. Aku tertegun melihat raut wajah Aya yang benar-benar marah kepada Rachel.

"Apa maksudmu?" tanya Galang yang langsung menatapku. Tiba-tiba tanganku diangkat oleh Dila dan langsung terkejut.

"Dino, tangan kamu kenapa?" tanya Dila.

"Aku bisa ceritakan semua nanti, tapi tolong Aya, jangan sakiti Rachel. Dia sudah menyelamatkanku...." pandanganku semakin mengabur, kepalaku semakin berat dan tubuhku terasa ringan. Aku terjatuh ke tanah dan semuanya menjadi gelap.

******

Kubuka mataku yang masih terasa berat, dengan cepat aku menyadari kalau aku berada di kamar. Yang kulihat pertama kali adalah Dila dan Citra, mereka tampaknya sudah menunggu lama disini.





(Killer Duo, hehe)

"Kak Dino, udah sadar" kata Citra girang, Dila juga tak kalah girangnya melihatku.

"Dino, ya ampun...." dia langsung memelukku erat, aku berusaha untuk melepaskan pelukannya karena akunya jadi susah bernapas.

"Dila hehe, lepasin dulu. Sesek" kataku, Dila langsung melepas pelukannya dan kembali duduk disampingku.

"Kakak minum dulu ini" Citra menyodorkan botol berisi air dan aku langsung meneguknya hingga habis. Aku berusaha untuk bangun dari kasur namun kepalaku masih terasa pening.

"Din, jangan bangun dulu ih. Istirahat aja dulu"

"Rachel, dia dimana?" kataku khawatir karena aku teringat dengan kejadian tadi saat Aya memukul dia.

"Kak, gak apa-apa. Dia sedang diinterogasi sama yang lain"

"Hah?" tanyaku semakin khawatir, aku yakin Aya pasti akan menyakiti dia lagi. Aku harus mencegahnya.

"Gak, aku harus kesana. Ughhhhh....." tubuhku tampaknya masih tak bisa dipaksakan untuk berdiri sehingga aku kembali terjatuh ke kasur. Dila tampak kesal karena perbuatanku.

"Ih, udah dibilangin" gerutunya. Ah, sudah lama aku tidak melihat ekpresi itu, dalam hati aku justru tertawa.

"Tapi Rachel......"

"Hmmmn kak, sekarang cerita sama kita apa yang sebenarnya terjadi dengan kamu" kata Citra serius, Dila juga menatapku serius sambil memegang tanganku.

"Dan kenapa dengan tangan kamu Din? jari manismu hilang....."

"Iya aku akan cerita semua, tapi sebelumnya aku ingin temen-temen yang lain ke sini semua. Mereka harus tahu"

"Yaudah, aku panggil mereka dulu. Jagain kak Dino ya Nad" Citra keluar dari kamar dan tinggal aku dan Dila disini. Dia masih memegang tanganku dengan erat.

"Dino, kenapa bisa seperti ini?" katanya lirih, dia pasti sangat sedih melihat kondisiku sekarang. Aku mencoba untuk menenangkannya.

"Itu tak penting Dila, yang penting aku masih hidup sekarang"

"Aku khawatir banget sama kamu, tiba-tiba kamu hilang dan sekarang jadi kayak gini. Aku kira kamu sudah mati Din....." Dila meneteskan air matanya dan isak tangisnya mulai terdengar. Dia kembali memelukku erat sekali. Kuelus rambut panjangnya berusaha untuk menenangkannya, aku sadar Dila benar-benar sangat mengkhawatirkanku, hatiku luluh.

Detak jantungnya terasa sekali di dadaku, mungkin terasa berirama dengan detak jantungku. Tiba-tiba Dila mengangkat kepalanya dan menciumi bibirku dengan lembut sekali, dengusan napasnya pelan berirama dengan setiap kecupan bibirnya. Aku membalasnya dengan memberikan kecupan yang lembut juga. Kami bercumbu sekitar satu menit sampai akhirnya kami melepaskan bibir, dia masih termenung tanpa ekspresi.

Dan juga sejujurnya kemaluanku mulai bereaksi akibat cumbuan itu namun aku tahan. Bukan di saat yang tepat aku melakukan hal itu sekarang.

"Dino, aku tak bisa bayangin kalau misalnya kamu udah gak ada. Aku.... aku benar-benar takut kehilangan kamu...." kata Dila lirih.

"Enggak, jangan berpikiran seperti itu. Aku tak akan mati sia-sia Dila. Aku akan terus berusaha untuk melindungimu, teman-teman yang lain juga...."

Guratan bibirnya bergerak menampilkan senyuman yang manis. Matanya yang masih basah membulat mendengar perkataanku.

"Apapun akan aku lakukan demi keselamatan kalian. Apapun"

Kami kembali berpelukan erat cukup lama. Dalam hati aku berjanji untuk melindungi teman-temanku, Dila dan Citra apapun itu caranya.

Pintu kamar terbuka dan tampak Galang dan yang lainnya masuk kedalam. Mereka langsung melihat-lihat kondisiku.

"Din, kamu udah baikan?" tanya Galang.

"Masih agak pusing, tapi gak apa-apa" balasku.

"Sekarang cerita ke kami Din apa yang sebenarnya sedang terjadi"

Akhirnya aku mulai bercerita. Dimulai dari kejadian aku mengejar Rachel dan berakhir dengan ditangkapnya aku oleh orang-orang tak dikenal. Pabrik semen yang letaknya cukup jauh dari lapangan golf ini dan seorang pemimpin yang dipanggil Boss. Mereka terkejut saat aku bercerita bahwa aku sempat disiksa oleh orang-orang itu dan berakhir dengan kedua jari manisku dipotong sebagai jaminan.

"Dia mengancamku untuk segera pergi dari lapangan golf karena itu wilayahnya" kataku jelas. "Untungnya Rachel berhasil membebaskanku dari sana. Kalau saja dia gak ada, entahlah nasibku bagaimana sekarang" tambahku. Mereka tampak serius memandangiku, terlebih Aya yang sepertinya ingin menanyakan sesuatu kepadaku.

"Aku masih tak percaya dengan Rachel Din, dia sudah jelas menjebakmu. Kamu lihat sendiri kondisi kamu seperti ini" kata Aya, namun aku langsung menyanggahnya.

"Enggak, dia tak pernah ingin menjebakku Ay, Rachel sendiri sudah bilang kepadaku kalau orang-orang itu jahat dan mereka juga sudah menyakiti dia. Lang, tolong jangan sakiti dia. Dia tak bersalah atas semua ini" aku memohon kepada Galang yang sejatinya adalah pemimpin dari grup kami.

Galang berpikir sejenak, tampak dari raut mukanya ia khawatir bercampur marah. Dalam hati aku merasakan hal tak enak.

"Kita sekarang dalam kondisi hidup mati, mereka jelas orang-orang jahat Din, jadi maaf mungkin kita harus mengusir Rachel dari sini. Dia tak pernah menjadi anggota grup kita Din"

Aku terkejut mendengar keputusan Galang, sontak aku bergerak dari kasur dan menatap Galang.

"Mengusir dia? tak ada jalan lain kah Lang? dia sudah membantu kita membersihkan mayat-mayat hidup disini" aku terus membela Rachel sesuai dengan janjiku kepadanya.

"Lang, dia sudah kehilangan salah satu anggota keluarganya, adiknya sendiri. Dia tewas di tangan Boss itu, dan juga dia dijadikan budak seks disana"

Galang tertegun mendengar semua pembelaanku.

"Aku tak setuju Rachel diusir Lang. Tolong pikirkan lagi keputusanmu, aku sangat berhutang budi padanya"

"Hmmmn baiklah Din, untuk saat ini Rachel tetap berada disini namun untuk sementara ini dia akan dikurung dulu sampai kita memutuskan hal yang terbaik untuknya" jawaban Galang memuaskanku walau aku juga takut kalau dia benar-benar mengusirnya.

"Terima kasih Lang, ini adalah keputusan terbaik. Sekarang aku mau temui dia" kataku berusaha untuk berdiri.

"Aku anterin kak" kata Citra.

"Hehe makasih Cit"

Singkatnya aku dan Citra berjalan menuju bangunan utama tempat Rachel dikurung sementara, kubuka pintu kamar itu dan melihat Rachel yang sedang duduk terdiam dengan kedua tangan terikat. Kudekati dia dan memotong tali itu hingga terlepas, bibir Rachel masih mengeluarkan darah segar akibat pukulan dari Aya.

"Dino....." dia berkata lirih.

"Bibir kamu berdarah Hel" jawabku merasa iba dengan kondisinya.

"Mereka akan mengusirku kan Din?" tanya Rachel, aku hanya menatap wajahnya.

"Untuk saat ini enggak Hel, tapi maaf kamu harus dikurung disini, jangan khawatir kami akan kasih makanan dan pakaian untuk kamu"

"Aku gak apa-apa Din kalau memang kalian ingin mengusirku, aku bisa hidup sendiri diluar....."

"Gak, itu tak akan terjadi. Kau akan tinggal bersama kami, pasti ada jalan lain untuk menyelesaikan masalah ini, pasti ada"

Kupeluk tubuhnya erat sekali, rasa hangat tubuhnya terasa padaku. Rachel juga membalas pelukanku selama beberapa saat.

"Jangan sia-siakan nyawamu Hel, apapun yang terjadi kau adalah bagian dari keluarga kami"

Mata Rachel basah dan mengalirkan air mata, ia tampak terharu mendengar perkataanku tadi.

"Terimakasih Din, aku tak tahu bagaimana aku bisa membalas semua kebaikan kamu"

"Hehe yaudah aku balik ke kamar dulu, nanti Citra akan bawakan makanan dan pakaian untuk kamu"

Aku berjalan keluar kamar Rachel dan menutup pintunya, aku terkejut melihat Aya yang berdiri disamping pintu, aku masih kesal padanya karena sudah berbuat kasar kepada Rachel.

"Din....."

"Kenapa Ay?" tanyaku dengan nada yang tidak enak.

"Aku.... aku minta maaf karena sudah mukulin Rachel, aku tak bisa menahan emosiku" kata Aya.

"Kamu minta maaf sama Rachel Ay jangan sama aku. Dan satu lagi Aya, jangan ulangi perbuatanmu itu, kasihan dia" jawabku, aku merasa lega mendengar perkataan Aya yang sudah menyesali perbuatannya.

"Iya Din"

"Kamu ngapain disini?" tanyaku.

"Aku ingin mengobati lukanya Din, ni aku bawa kotak obat"

"Yaudah masuk aja Ay sama sekalian minta maaf sama dia. Oh iya Galang sama yang lain kemana?" tanyaku.

"Mereka akan mengangkat mayat-mayat itu kebelakang dan membakarnya Din. Kamu mau ikut?"

"Emmm, kepalaku masih pusing sih"

"Istirahat aja kamu, biar kita yang membereskan ini semua"

*****

Sandi

"Berat banget anjirr ni mayat" aku berkata sendiri sambil menyeret salah satu mayat hidup yang sudah kami habisi kemarin. Kegiatanku sekarang adalah membawa mayat-mayat ini ke belakang lapangan golf dan kemudian membakarnya. Masalahnya jumlah mayat-mayat ini lumayan banyak sehingga kami agak kesulitan melakukannya.

Apalagi siang ini lumayan terik dan aku merasa gerah. Untungnya tak hanya aku saja yang melakukan kegiatan ini, Anin menghampiriku dan membantu mengangkat mayat ini.

"Hehe makasih Nin" kataku kepadanya.

"Yaelah ngapain sampai diseret dah hahaha" tawanya.

"Habisnya gak ada yang bantuin"

"Kamunya gak minta tolong dari tadi" balasnya. Iya juga ya kenapa gak kepikiran dari tadi.

"Hmmmn bener juga"

"Dih"

Dengan susah payah aku dan Anin menimbun mayat itu ke lubang yang sudah digali awalnya, lubang itu sudah terisi beberapa mayat namun pekerjaan kami masih jauh dari kata selesai, masih ada mayat-mayat yang tersebar di depan lapangan golf ini. Aku terengah-engah bercampur gerah.

"Hah capek bener, padahal baru angkat satu doang" keluhku, tetapi aku lihat justru Anin masih terlihat segar bugar dan bersiap untuk mengangkat mayat lagi.

"Ayo San, angkat lagi....."

"Eh, Sandi. Ada pekerjaan buat kamu" tiba-tiba Galang menghampiriku dengan membawa sebuah kertas kecil.

"Gimana Lang?" tanyaku.

"Gini, persediaan obat-obatan kita sudah menipis. Jadi giliran kamu yang ambil beberapa obat di apotik. Ini listnya" kata Galang sambil memberikan kertas itu padaku. Kulihat banyak sekali daftar obat-obat yang harus diambil, anjir dah.

"Hmmmn oke, tapi aku doang ini?"

"Enggak lah San, kamu sama siapa gitu hehe. Yaudah aku tinggal dulu"

Oke, sekarang aku harus cari "teman" dulu, tapi siapa ya? Hmmmn.

"Sandi...."

Ternyata si Gaby sudah berada didekatku tanpa kusadari. Kulihat dia tampak segar mungkin habis membasuh diri, dia mengenakan kaos berwarna putih dan celana jeans. Cantik sekali dia.



"Emm San, woii"

"Eh Gaby. Kenapa?"

"Kamu lagi apa?"

"Emmm, gak ngapa-ngapain sih. Oh iya Gab, minta tolong dong" dengan polos aku meminta padanya.

"Minta tolong apaan?"

"Emmm, temenin aku ke apotik yuk nyari obat-obatan tadi disuruh sama Galang" kataku. Gaby tampak berpikir sejenak.

"Kenapa aku? kan bisa minta tolong sama yang lain" tanyanya balik, aku malah bingung harus ngomong apa.

"Emm gak mau ya.... yaudah deh" kataku kecewa.

"Ohh gak ada temen ya hehe, yaudah aku bantu deh"

"Beneran Gab? ya ampun makasih ya" aku girang mendengar perkataannya dan entah kenapa aku merasa sangat semangat.

"Iya iya, kita berangkat sekarang?"

"Iya Gab, yuk aku ambil mobil dulu"

Singkatnya aku dan Gaby meninggalkan lapangan golf dengan mobil. Letak apotik itu sebenarnya tak terlalu jauh dari sini, mungkin sekitar 10 km. Namun tempat tersebut tidak berada di pusat kota. Dalam perjalanan aku dan Gaby hanya diam saja menikmati perjalanan, aku sengaja untuk tidak ngebut untuk memberikan kenyamanan padanya.

"Aku gak nyangka Dino bisa selamat ya San" Gaby mulai memecah keheningan.

"Emm iya Gab, aku juga senang" balasku.

"Jujur sih, aku khawatir dengan dia. Orang-orang jahat itu sudah menyakiti dia" tambahnya. "Dia sudah menolongku saat aku terluka dulu dan aku benar-benar berhutang budi sama dia"

Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya. Gaby adalah wanita yang sangat perhatian kepada siapapun, aku ingat saat Dino menghilang tempo hari, dia dan Nadila sangat cemas dan sempat menangis.

"Oh iya San, menurut kamu Rachel bisa dipercaya gak sih? aku masih curiga sama dia" tanyanya.

"Menurutku sih, dia bisa dipercaya kok. Buktinya dia sudah menyelamatkan Dino. Aku rasa itu sudah cukup" balasku.

"Hmmmn oke dah, tapi aku kasihan juga sama dia kalau sampai Galang mengusirnya. Dia sudah kehilangan adiknya gara-gara orang jahat itu"

"Iya sih, aku setuju aja Rachel bergabung bersama kita. Dia sudah cukup menderita"

Tak terasa kami tiba di apotik. Bangunan itu lumayan besar seperti minimarket, sejujurnya aku belum pernah kesini sehingga kami harus membawa senjata untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Aku dan Gaby keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk yang terbuat dari kaca.

Di dalam apotik tampak sangat berantakan, sepertinya tempat ini sudah dijarah setelah wabah ini terjadi. Namun beruntung masih ada benda-benda yang bisa aku ambil. Kuambil kertas list dari kantong celanaku dan melihat daftar obat yang harus diambil.

"Hmmmn ini, ini dan ini ya. Oke dah"

"Gimana San? apa aja yang harus diambil?"

"Ini Gab, kamu ambil obat-obat yang ini" aku menunjuk nama-nama obat kepadanya. Dia hanya mengangguk saja.

"Yaudah aku ambil"

"Oke"

Singkatnya aku mengambil obat-obatan sesuai pada daftar, sesekali aku ambil barang-barang yang mungkin saja berguna. Ah, apotik ini juga menjual pisau cukur dan kuambil beberapa. Sepertinya ini sudah cukup.

Namun kedua mataku tertuju pada sebuah kotak boks kecil yang tergeletak di lantai, karena penasaran kuambil barang itu. Aku menelan ludah mengetahui fungsi dari benda itu. Hmmm, aku ambil apa tidak ya? pikirku.

"Barangnya udah nemu San....."

Aku terkejut Gaby sudah ada di belakangku. Aku yang dalam kondisi kaget memegang suatu barang, matanya menatapku heran.

"Aku....ini......aku......ambil barang ini hehehe......" kataku gugup karena mata Gaby yang seakan memindaiku.

"Ehhh.... itu kondom?"

Aku terkejut. Sialan. Aku tak sengaja mengambil barang yang sudah jelas tidak terdaftar dalam list. Aku kelabakan dan berusaha untuk melemparkan barang itu ke lantai. Namun tangan Gaby justru menahan tanganku.

"Lah kok dibuang?" tanyanya polos.

"Bukan..... Ini bukan......" entah kenapa aku sangat grogi menjawab pertanyaannya. Tangannya masih mengenggam tanganku cukup kuat.

"Bentar, kamu punya pacar disana? Kalau ada kok aku gak tau ya?" tanya Gaby, aku semakin gelagapan.

"Ehhh, emmmm..... enggak Gab......"

"Ohhh okee, berarti kamu cowok yang percaya diri juga hehe" jawabnya santai.

"Ehhh bukan bukan..... aku tak pernah melakukan seks......"

GREP

Hah? sialan lu San, kenapa tiba-tiba ngomong kayak gini didepannya. Bisa malu setengah mati dah. Bagaimana ini? Gaby pasti ngerasa gak nyaman lagi sama aku.

"Ehhhh Gab, maaf.... emmmm aku gak bermaksud...."

"Ada yang salah denganku San?" tanya Gaby, namun dilihat dari raut mukanya, dia tak menunjukkan rasa risih denganku. Jantungku berdegup kencang melihat tatapan matanya yang seakan-akan menggali isi hati dan pikiranku.

"Ehhhh, enggak Gab. Kamu cantik, gak salah......." tak sadar aku melontarkan jawaban, tanpa terpikirkan sama sekali. Dia hanya tersenyum dan itu sangat manis. Jujur saja, sebelumnya aku belum pernah menemukan wanita dengan senyuman yang membuatku melayang.

Kami terdiam beberapa saat dan masih saling menatap. Entah kenapa aku makin nyaman dengan raut wajahnya, begitu juga dengan Gaby.

"Aku mau melakukan seks denganmu......"

DEG

Hatiku bagaikan disambar geledek, tubuhku terasa seperti dikejutkan listrik. Aku gak salah dengar apa yang dikatakan Gaby barusan?

"Ehh, emmm...... Gaby, kenapa?" tanyaku dengan kegugupan yang sangat.

"Kamu pria yang suka bertanya?" ucapnya tersenyum sambil beberapa saat membuang muka. Otakku semakin kacau dan senang pastinya, bibir ini semakin gugup untuk berkata lagi.

"Waktu kita masih banyak kan? Kita bisa lakukan disini sekarang"

"Gaby? kamu.... kamu serius dengan ini?" tanyaku gugup. Jujur aku tak menyangka bisa seperti ini. Sebelum wabah ini saja jangankan berhubungan seks, kencan dengan wanita saja aku tak pernah.

Gaby memundurkan langkahnya dan mulai membuka jaket hitamnya, aku terpaku melihat dia tanpa berkedip apalagi gundukan buah dadanya yang tercetak jelas pada kaos putihnya selalu meracuni pikiranku. Setelah jaket itu terlepas dia mulai mendekatiku, aku hanya menelan ludah saja.

Gaby mulai mencium bibirku lembut sekali, aku masih terpaku kaku, bingung apa yang harus aku lakukan. Dia mencabut bibirnya dan tersenyum menatapku.

"Kamu belum pernah ciuman sama cewek? Hihihi" kekehnya lucu, aku hanya menggeleng.

"Emmm belum pernah Gab...."

"Seriusan? berarti aku dapet yang fresh graduate dong" kata Gaby tersenyum lembut yang membuatku melongo dan melayang. Gaby kembali mendekatkan wajahnya kearahku dan dia berkata pelan.

"Asal kamu tahu San, bukan kamu saja yang merasa sendiri. Aku juga"

Ciuman itu kembali terjadi, tetapi aku berusaha untuk membalas ciuman dari bibirnya, pada akhirnya aku bisa mengimbangi ciumannya entah kenapa itu naluri atau bukan. Kami berciuman selama beberapa detik saja dan akhirnya kami melepaskan bibir, Gaby hanya terdiam menatapku dalam dan aku berusaha untuk membalasnya.

Gaby memundurkan tubuhnya satu langkah dan melepaskan kaos putih polosnya. Aku hanya mematung melihatnya tanpa ada respon sama sekali. Kaos itu sudah terlepas dan memperlihatkan tubuhnya yang langsing dan mulus. Aku menelan ludah melihatnya, jujur ini pertama kalinya aku melihat wanita telanjang dada dihadapanku secara nyata.

"Gaby....." aku berkata lirih, bingung harus berkata apa padanya dengan kondisi seperti ini.

"Kamu bisa lepas beha aku?" tanyanya.

"Emmm.... aku..... bisa....."

"Yaudah lepasin aja"

Aku tahu kait beha perempuan itu berada di belakang punggung, tanpa pikir panjang kuarahkan kedua tanganku ke belakang punggung Gaby. Jemariku langsung menemukan kait itu dan kulepaskan. Gaby menatapku pasrah tanpa melawan sama sekali.

Beha itu akhirnya terlepas dan menampilkan pemandangan yang menakjubkan. Buah dadanya yang kencang dan proporsional, indah sekali. Mataku langsung mengunci ke bagian itu.

"Kok dilihat aja San?" tanya Gaby lembut. Aku langsung tersadar.

"Ehhh emmmm...... aku tak tahu harus ngapain Gab" jawabku polos. Jujur saja, ini pengalamanku pertama kali.

"Jadi beneran kamu belum pernah beginian?" tanyanya sekali lagi.

"Iya, jujur sejujur jujurnya Gaby" jawabku pasti.

Gaby tertawa, aku tak mengerti maksudnya kenapa ia tertawa.

"Ya ampun kamu polos banget ya"

"Emmmm...."

"Gini deh, pegang aja dadaku pelan San tapi jangan keras-keras" mendengar perintahnya kugerakkan tanganku menuju buah dada bulatnya.

"Eits, sebentar. Aku udah buka baju tapi kamunya belum"

"Oh iya"

Dengan semangat kulepaskan kaosku, sekarang aku juga telanjang dada sama seperti dia. Tanganku kugerakkan kearah buah dadanya sebelah kanan. Dengan perlahan kuremas bongkahan itu hati-hati. Tiba-tiba Gaby mendesah pelan

"Aahhhhh"

"Gaby, maaf maaf. Sakit ya?" kulepaskan tanganku dari buah dadanya, rasa bersalah melanda diriku karena tampaknya dia kesakitan.

"Enggak, terusin aja San tolong"

"Beneran nih?"

"Iya"

Kuremas kembali buah dadanya perlahan, kuberikan pijitan-pijitan kecil di bongkahan itu. Gaby kembali mendesah berkali-kali setiap aku pijit pelan buah dadanya. Bulat, kencang dan proporsional, dan aku menyukainya.

Tiba-tiba Gaby menggerakkan badannya menempel pada tubuhku, bibirnya kembali menempel ke bibirku, kami kembali bercumbu ria. Dengusan napas Gaby terasa sekali begitu juga denganku.

"Ssllrrppp cuppp cupppp"

Cumbuan Gaby semakin lama semakin liar sampai aku gelagapan. Sekarang lidahnya berusaha untuk bermain dengan lidahku. Mungkin karena naluri, aku membalas perlakuannya, lidah kami saling beradu dan suara decakan air liur terdengar pelan. Aku mulai terbiasa dengan ini.

"Sslllrrpppp sslllrrppppp"

"Cupppl cupppp cuuppp"

"Ahhhhh ssllrpppppp"

Beberapa menit kemudian kami melepaskan bibir, kehabisan napas akibat bercumbu. Dalam hati aku masih tak menyangka melihat Gaby dalam kondisi seperti ini bahkan sampai berciuman dengannya. Dia menatapku tersenyum. Ah, lesung pipinya terbentuk yang membuatku semakin ingin melakukan hal lebih kepadanya.

"Aku tiduran aja San biar nyaman"

Gaby mengubah posisinya yang sekarang terlentang di lantai apotik ini. Kami kembali bercumbu ria diatas tubuhnya. Sesekali kuelus buah dadanya pelan untuk iseng saja. Gaby kembali mendesah disela-sela cumbuan kami, desahannya benar-benar membuat nafsuku semakin naik.

"Ahhhhh aahhhhh cuppppp"

"Sandiii ahhhhhh"

Dia mendesah sambil memanggil namaku, entah kenapa aku sangat bangga karena itu. Aku semakin semangat mencumbui bibirnya dan memainkan buah dada bulatnya itu. Beberapa menit kemudian kami melepas cumbuan ini, seperti biasa karena kehabisan napas. Gaby terengah-engah mengambil napas sama seperti aku. Kutatap wajahnya yang sudah berbalur keringat dan ia kembali tersenyum.

"Sandi, tolong buka celanaku"

"Gaby....." aku masih ragu untuk melakukan perintahnya.

"Udah gak apa-apa Sandi, aku percaya sama kamu"

Mendengar perkataannya entah kenapa aku kembali semangat. Kulepaskan celana jeansnya yang dibantu olehnya, tanpa diperintah olehnya aku juga melepaskan celana dalam hitamnya. Sekarang ia sudah telanjang bulat, aku terpana dan menelan ludah berkali-kali saat melihat tubuh Gaby yang terlentang di lantai tanpa sehelai benang. Buah dadanya membusung dengan puting merah mudanya yang imut sekali dan yang membuatku semakin terpana adalah area kemaluannya yang ditumbuhi sedikit rambut. Tanpa sadar juga penisku sudah membesar dan terasa sesak di celanaku.

Gaby tersenyum melihat kegugupanku dan berkata.

"Kamu juga lepas celana dong"

"Oh iya"

Dengan cepat kulepaskan celana jeansku beserta celana dalamku juga, sekarang aku sudah telanjang bulat. Penisku yang mengeras sudah terbebas dari sangkarnya, namun dengan cepat kututup kemaluanku dengan kedua tanganku.

"Loh kok ditutup sih San"

"Aku malu" jawabku. Jujur saja aku malu menampilkan kemaluanku sendiri.

"Aku aja enggak kok hehe, udah buka aja"

Dengan perlahan kubuka kedua tanganku dan menampilkan batang penisku. Gaby hanya tersenyum melihatku.

"Hmmm lumayan lah"

"Hah?"

"Iya Sandi, lumayan kepunyaanmu" jawabnya memastikan, aku jadi senyum-senyum sendiri. Ini pertama kalinya seorang wanita memuji batang penisku, rasanya seperti melayang ke langit ketujuh mendengarnya.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan Gab?" tanyaku bingung.

"Masukkin aja"

Aku terkejut mendengar jawabannya yang begitu santai. Dalam hatiku terdapat dilema, di satu sisi aku senang dan bahagia melakukan hal ini kepada Gaby, wanita yang selama ini selalu mengganggu pikiranku. Namun di satu sisi juga aku merasa ragu untuk melakukan ini.

"Gaby, bukannya aku nolak, tapi kenapa kamu ingin melakukan ini padaku?" tanyaku pelan sambil mengelus pipinya.

"Entahlah San, aku sebenarnya juga bingung. Kamu pria yang baik" jawab Gaby.

"Jadi, kamu sungguh-sungguh ingin melakukan ini Gab" tanyaku memastikan dan dibalas dengan anggukannya.

Kucium bibirnya kembali sejenak dan bersiap untuk melakukan seks, seks pertama kali selama hidupku. Aku sangat bersemangat untuk melakukannya.

"Eh, Sandi. Ya ampun hampir saja lupa"

"Kenapa Gab?"

"Pakai kondom hehe"

"Emm, oke"

Kubuka bungkus kondom itu dan mengambil salah satu, awalnya aku bingung bagaimana cara memakainya. Gaby langsung mengangkat tubuhnya dan mengambil kondom itu.

"Gak bisa ya? hehe yaudah biar kubantu"

Dia membantu memasang kondom itu pada penisku yang tegang mengacung, dia hanya senyum-senyum melihat alat kelaminku. Aku hanya melongo saja melihatnya.

"Nah udah beres"

"Terus gimana lagi Gab?" tanyaku ragu dan bingung.

"Masukkin aja ke vaginaku San"

Mendengar jawabannya aku langsung merangkul tubuh Gaby dan menelentangkannya ke lantai, kucium bibirnya kembali dengan lembut dan pelan, Gaby sedikit mendesah akibat perlakuanku. Setelah bercumbu ria aku bersiap untuk melakukan penetrasi kedalam kemaluannya. Pengalaman pertamaku, tentu saja.

Dengan perlahan kulesakkan penisku yang terbungkus kondom itu ke mulut vaginanya. Awalnya saat kepala penisku mulai masuk, tubuh Gaby sedikit tersentak dan ia mengaduh. Apa dia masih perawan?

"Aughhhhh....."

"Gab, kamu......"

"Aku udah gak perawan San, maaf ya" Gaby menatapku dalam, sepertinya ia merasa bersalah kepadaku. Aku langsung paham mungkin Billy, pacarnya dulu yang sudah mendapatkan kesuciannya.

"Iya aku paham Gab, gak apa-apa" jawabku meyakinkannya walaupun aku sedikit kecewa juga, tetapi tidak apa-apa.

"Yaudah San, masukkin aja"

Dengan perlahan kudorong pinggulku sehingga batang penisku mulai masuk kedalam vaginanya. Rasa sempit dan hangat sangat terasa pada penisku, mataku sedikit melotot dan mulutku juga mendesah merasakan kenikmatan yang pertama kali kurasakan. Gaby juga ikutan mendesah saat penisku menggesek rongga vaginanya yang sudah basah itu.

"Aahhhh ya ampun, enak banget" desahku.

Kuteruskan mempenetrasi penisku ke vagina Gaby, rasa nikmat semakin terasa, nafsu birahiku semakin naik apalagi melihat Gaby mendesah nikmat dan guncangan buah dadanya. Tanganku dengan sadar kembali meremas-remas payudara itu dengan lembut dan pelan. Desahannya semakin keras akibat perbuatanku.

"Ahhhh ahhhh ahhhhh Sandiiii....."

Penisku sudah masuk hampir semuanya, otot vaginanya sedikit berkedut-kedut memberikan rasa nikmat pada diriku. Kuelus pipinya gemas dan Gaby menatapku nanar, kedua matanya indah sekali.

"Udah masuk semuanya, sekarang kamu goyangkan pinggulmu San biar enak" kata Gaby, aku hanya mengangguk.

Kutarik perlahan pinggulku sehingga batang penisku sedikit keluar dari mulut vaginanya, Gaby melenguh kembali dan mulai mengimbangi gerakanku, kumasukkan kembali batang penisku dan kukeluarkan lagi, begitu seterusnya sampai terbentuk gerakan keluar masuk seperti orang berhubungan badan, itu yang kulihat dari film porno saat itu. Desahan dan lenguhan kami keluarkan dari mulut sambil terus kugenjot liang vaginanya. Mataku merem melek keenakan merasakan sempitnya liang kemaluan Gaby.

Plok plok plok

Plok plok plok

"Aaahhhhh Sandi.... terusss jangan berhentii ahhhhhh"

"Iyaa iyaaa Gaby, aku genjot teruss ahhhhh ahhhhh"

Entah karena nafsuku sudah menguasai seluruh tubuh, gerakan menggenjot ini mulai tak beraturan. Penisku mulai berkedut-kedut hebat dan kurasakan juga spermaku mulai mengalir didalam. Sekuat tenaga kutahan sensasi itu, aku tahu kalau laki-laki keluar dulu sebelum perempuan meraih orgasme itu bukan hal yang bagus. Aku bertekad untuk membuat Gaby orgasme.

"Aaahhhhh Sannn ahhhhhhhh"

"Gabyyy ahhhhhhhh"

"Akuu mau keluarr Sann ahhhhh ahhhhhhh"

"Iyaahhh Gabbbb aku jugaaa ahhhhhh aahhhhhhhh"

CROT CROT CROT CROT

CROT CROT CROT CROT

Tubuhku mengejang hebat, keringat bercucuran deras saat penisku berkedut sangat hebat dan memuntahkan sperma yang kurasa cukup banyak memenuhi kantung kondom yang kukenakan. Tubuh Gaby sedikit terangkat dan mengejang-ngejang, sensasi pijitan didalam vaginanya semakin membuatku merem melek. Sepertinya Gaby juga meraih orgasmenya. Setelah beberapa saat tubuhku langsung terasa lemas sekali dan hampir saja aku ambruk menimpa tubuh Gaby.

"Hahhhh hahhhhh hahhhh"

"Hahhh hahhhh Sandi hahhhh....."

"Iya Gaby. Aku keluar tadi didalam hahhhhh" kataku lemah sambil terus berusaha mengambil napas.

"Kan pakai kondom Sandi, ih masak lupa" jawabnya lucu.

Kucabut batang penisku dari liang vaginanya, tampak cairan bening keluar dari mulut vagina Gaby, pemandangan yang membuatku semakin terpana. Sekarang aku bingung bagaimana caranya melepas kondom ini.

"Gimana cara lepasnya?" tanyaku.

"Tinggal tarik aja kalau udah lepas, iket talinya terus buang aja" jawabnya lemah. Aku langsung menuruti perintahnya, kondom itu aku lepas dari penisku yang mulai menyusut, spermaku sudah tertampung banyak sekali didalam, lalu kuikat kondom itu dan membuangnya ke tong sampah yang letaknya tak jauh dari tempat kami. Aku langsung tertidur terlentang di samping Gaby.

"Hmmmn Sandi"

"Iya?"

"Ini rahasia kita berdua ya, jangan bilang ke siapa-siapa"

"Iya Gab, siap"

"Hehe gimana rasanya seks untuk pertama kalinya" kata Gaby.

"Emmmm enak Gab, enak banget" jawabku pasti.

Kami terlentang selama beberapa menit, setelah tenaga ini pulih kami kembali mengenakan pakaian. Aku senyum-senyum sendiri melihat Gaby yang sedang memakai celana jeansnya. Dia wanita yang baik dan cantik sekali. Aku masih tak menyangka bisa melakukan seks padanya.

"Emm kenapa senyum-senyum San?" tanyanya.

"Hehehe"

Sebenarnya aku merasakan sesuatu yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Entah kenapa sepertinya aku tak mau kehilangan dia, Gaby.

Apa aku mulai suka padanya?

******

Citra

Setelah beres membantu kak Dino membakar semua mayat hidup aku bergegas ingin mandi, untung saja persediaan air masih cukup namun tetap saja aku harus berhemat. Rasanya segar sekali membasuh badan dengan air setelah seharian berkeringat, setelah melaksanakan ritual mandi kukenakan kaos warna merah dengan celana kain yang menutupi pahaku.

Aku berjalan menemui Fidly yang sedang asyik ngobrol bersama Melati. Karena penasaran kudekati mereka.

"Eh Citra, udah mandi ya?" tanya Melati.

"Kok tahu?" tanyaku balik.

"Keliatan lah Cit, bajumu udah ganti haha" jawab Melati. Aku hanya tersenyum saja mendengar perkataannya.

"Sana mandi Mel, bau banget kamu" celetuk Fidly.

"Iya iya, nanti ah" Melati tampaknya malas melakukan perintah Fidly dan aku hanya tertawa saja melihat mereka.

*****

Setelah makan malam, aku sedang mencari-cari sesuatu di ruangan yang beralih fungsi menjadi tempat penyimpanan barang-barang, makanan dan obat-obatan kami simpan disini.

Akhirnya aku menemukan satu makanan yang sangat disukai kak Dino. Cokelat batangan, kesukaanku juga. Awalnya aku berniat untuk memakannya namun kuurungkan niat itu dan memutuskan untuk memberikannya kepada kak Dino. Dia pasti suka.

Semoga saja dengan cokelat ini, Kak Dino bisa cepat sembuh.

Aku berjalan menuju bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal kami, lebih tepatnya untuk tidur. Letaknya tak jauh dari bangunan utama. Malam ini terasa cukup dingin sehingga aku mengenakan jaket untuk mengurangi rasa dingin itu. Akhirnya aku tiba di kamar kak Dino dan kuangkat tanganku untuk mengetuk pintu.

Namun sepertinya aku mendengar suara walau samar, sepertinya didalam ada orang selain kak Dino.

Apa mungkin Nadila ya?

Kuurungkan niat mengetuk pintu dan kuputuskan untuk mengintip di celah jendela yang kebetulan tidak tertutup rapat. Benar saja, ada Nadila di dalam sedang asyik ngobrol dengan kak Dino. Mereka akrab sekali.

"Aku sayang kamu, Dino...."

"Aku juga Dila"

"Janji gak akan pergi lagi"

"Hehe iya deh janji"

Suara itu sayup-sayup terdengar dari celah jendela, aku bisa melihat mereka walau tak jelas dan entah kenapa aku semakin penasaran mengintip mereka.

Dan sebuah pemandangan didalam membuatku mematung, waktu seolah-olah seperti berhenti.

Mereka berciuman.

Aku tak salah lihat, mereka berciuman walau sekali lagi pandangan itu tampak samar-samar. Nadila terus menempelkan tubuhnya dan dari reaksinya kak Dino juga menyukainya.

Mereka berciuman mesra, mesra sekali seperti seorang kekasih.

Entah kenapa ada rasa tak enak pada hatiku. Aku langsung menaruh cokelat batangan itu ke dekat pintu dan pergi meninggalkan tempat itu berjalan menuju belakang lapangan golf yang menghadap ke sungai. Suasana disana sangat sepi, hanya terdengar suara air sungai dan suara jangkrik.

Aku duduk termenung dan terus memikirkan apa yang aku lihat tadi. Rasanya hatiku bergemuruh melihat mereka bermesraan walau ini bukan untuk pertama kalinya.

Namun dengan cepat aku menyadari bahwa hubunganku dengan kak Dino hanyalah sebatas teman dekat, sangat dekat seperti kakak-adik. Kami secara gamblang tak pernah menyatakan perasaan kami masing-masing. Mungkin karena canggung atau entahlah, aku bingung.

Tanpa sadar air mataku mulai keluar, mengingat semua peristiwa bersama kak Dino sebelumnya, sifat protektifnya yang berlebihan pada awalnya justru membuatku merasa tak nyaman namun lama-lama aku dapat terbiasa, karena kak Dino aku bisa sampai sejauh ini. Aku sangat berhutang budi padanya. Disisi lain aku tak bisa berbohong pada diriku sendiri bahwa aku menyukai kak Dino. Setelah peristiwa yang menimpa Gracia, kak Dino benar-benar menemaniku dan menjagaku saat aku syok waktu itu dan karena hal itu juga tumbuh rasa suka pada dia dan aku juga yakin dia merasakannya.

Namun setelah munculnya Nadila semuanya berubah, kak Dino mulai memperhatikan dia dan aku seakan-akan terlupakan. Walau pada awalnya kak Dino pernah cerita bahwa Nadila itu adalah teman dekatnya sekaligus cinta pertamanya, aku mengerti dan mencoba untuk mengalah kepada Nadila. Aku tahu kak Dino lebih bahagia kalau bersama dia.

Aku terisak mengingat semua ini. Kuusap air mataku dengan tangan dan melihat langit malam yang bertabur bintang. Tidak, aku tak membenci kak Dino, tapi kenapa.

Kenapa aku harus suka sama kamu, kak?

Kenapa Nadila harus muncul dan seakan-akan mengambil hati kakak?

Aku sudah lelah mengalah, kak.....

.

.

.

.

'Have you guessed the riddle yet?' the Hatter said, turning to Alice again.

'No, I give it up,' Alice replied: 'what's the answer?'

'I haven't the slightest idea,' said the Hatter.

CREDITS ROLL
(tumben pakai lagu indonesia wkwkw)
 
Trivia dikit

1. Mercy dalam bahasa Indonesia artinya ampunan atau belas kasihan. Mengacu pada Dino yang membela Rachel dan meminta belas kasihan kepada pemimpin grup, Galang.

2. Yang pernah nonton TWD, pasti tahu tokoh Sandi based on siapa wkwkwk.

3. Dan juga untuk pertama kalinya terdapat POV cowok selain Dino.

4. Episode ke-29 secara keseluruhan

5. Spoiler untuk episode selanjutnya ada pada lagu credits roll, silahkan cerna sendiri hehe

Happy reading and have a nice day. Stay safe and stay healthy

Anyway, apdetan selanjutnya agak lama dikit, mau fokus ke spin off dulu hehe
 
widiw ada glen sama maggie
ahaha'

aku baru baca sampe megang kondom doang, nanti aku terusin dah, biar lebih nyaman bacanya.

sekilas baca akhir, mau ada adegan jambak-jambakan kah antara citra dan nadila?

kasian rachel kak, semoga bisa diterima sama galang, jadi "budak" nya juga gapapa dah

biar ada "cerita"nya
:pandaketawa:
 
Makasih updatenya suhu @metalgearzeke :beer:
Makasih buat updatenya ya hu.....
Sama-sama hu, semoga suka ya:ampun:
widiw ada glen sama maggie
ahaha'

aku baru baca sampe megang kondom doang, nanti aku terusin dah, biar lebih nyaman bacanya.

sekilas baca akhir, mau ada adegan jambak-jambakan kah antara citra dan nadila?

kasian rachel kak, semoga bisa diterima sama galang, jadi "budak" nya juga gapapa dah

biar ada "cerita"nya
:pandaketawa:
Galang udah punya Anin, nanti jambak-jambakan jadinya wkwk

Citra gak suka gelud kak, kasian Nadila ntar hehe :ngacir:
 
Anjer scene di apotik jadi nostalgia ke season 2 TWD untung kesananya sandi sama gaby gak naik kuda. Wkwkwkwk
Mantap dapet banget polos2nya sandi mirip sama glenn yang waktu itu masih seumuran mahasiswa dikerjain sama Maggie
 
Cih.




Alias
Galang pinter juga ya.. Begitu tau rachel biasa dijadiin budak seks, langsung berubah pikiran
Rachel ga diusir tapi dikurung... Mau dijadiin 'peliharaan' kah? :pandajahat::pandajahat::pandajahat:
Tuh kan pemikiran nya sama
Wkwkw

Anin ga perlu tau kok
Kayaknya pada suka banget ya Rachel digituin hmmmm
.
.
.
.
Ane juga suka sih hohoho:pandaketawa:
Bentar, ga suka berantem tapi gamau ngalah?

Menarik ini konflik hati nya citra
Kekerasan bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah, sebelum outbreak

Kalo setelah outbreak..........
terimah kasih updatenya suhu @metalgearzeke
:baca:
Met datang, semoga betah ya hehe
Dek citra gausah sedih, ikut om aja beres udah nanti kita main kuda2 an :pandajahat:
Weleh weleh :pandaketawa:
Anjer scene di apotik jadi nostalgia ke season 2 TWD untung kesananya sandi sama gaby gak naik kuda. Wkwkwkwk
Mantap dapet banget polos2nya sandi mirip sama glenn yang waktu itu masih seumuran mahasiswa dikerjain sama Maggie
Yang di twd gak dijelaskan secara gamblang adegan hehe Maggie-Glenn, jadi ane impementasikan kesini wkwk
 
3 eps lagi tamat yah

Spinoff nya du WP? Tapi ga ada ah kak

Judulnya apa? Fear the 55 days later?

Btw, jadi penasaran, kenapa 55 hari ya? Padahal di awal cerita asa udah hit setahunan lebih dari outbreak

Apa aku aja yang males baca?
 
Makin mantul hu ceritanya.
Makasih ya hu
Sama2 gan semoga suka ya
Cuma sampe Maggie buka kaos langsung black screen? Wkwk
Nah itu padahal bodinya maggie mantap betul
3 eps lagi tamat yah

Spinoff nya du WP? Tapi ga ada ah kak

Judulnya apa? Fear the 55 days later?

Btw, jadi penasaran, kenapa 55 hari ya? Padahal di awal cerita asa udah hit setahunan lebih dari outbreak

Apa aku aja yang males baca?
Iya confirmed, episode 20 adalah episode terakhir.

Spin off nya 55 Days Later: The Safe Haven

1. Citra dan Dino pertama kali bertemu di hari ke-55 setelah outbreak
2. Indonesia sudah dikuasai oleh wabah mayat hidup di hari ke-55
3. 55 angka favorit ane kalau pas main game balap online (loh?)

Ya gitu sih kak, ane gak pinter bikin judul hehe
 
Bimabet
Sama2 gan semoga suka ya

Nah itu padahal bodinya maggie mantap betul

Iya confirmed, episode 20 adalah episode terakhir.

Spin off nya 55 Days Later: The Safe Haven

1. Citra dan Dino pertama kali bertemu di hari ke-55 setelah outbreak
2. Indonesia sudah dikuasai oleh wabah mayat hidup di hari ke-55
3. 55 angka favorit ane kalau pas main game balap online (loh?)

Ya gitu sih kak, ane gak pinter bikin judul hehe

wah aku salah baca berarti yah

perasaan waktu aku baca pilotnya, ada perkataan "sudah satu tahun"

kalau aku angka favoritnya lima sih, kak. soalnya di tanggal segitu ada bidadari dilahirkan ke dunia

:kangen:

(ga ada yang nanya)

belum ada di platform manapun yah kak itu spinoff nya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd