Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
18. Choice

(Note: tanda "===ooo===" adalah flashback)

===ooo===​

Cuaca sore ini indah sekali, matahari sudah hampir tenggelam pertanda malam hari hampir menjelang. Namun entah kenapa aku enggan untuk beranjak dari bibir pantai, suara air ombak yang memanjakan telingaku menjadi salah satu alasan.

"Hei Cit, ayok pulang" tiba-tiba aku dikejutkan oleh sahabatku yang sudah menemaniku ke pantai. Saking kagetnya jantungku serasa mau copot.

"Ihhh ngagetin sih" kataku kesal padanya.

"Hehehe maap-maap. Kamu masih mau disini Cit? pantainya udah sepi padahal" kata sahabatku.

"Bentar lagi ya Ri, entah kenapa pantai ini indah banget" jawabku.

"Iya juga sih, bagus banget"

Dia duduk disampingku dan melihat pemandangan matahari terbenam. Oh iya sahabatku ini namanya Gloria, Elizabeth Gloria lengkapnya. Panggilannya "Ori", simpel kan hehe.

Pertama kali aku mengenalnya sejak waktu SMA, saat orientasi siswa baru. Dia wanita yang baik, periang dan suka ngobrol sehingga aku merasa nyaman dengannya. Setelah itu kami bersahabat, Ori selalu menjadi wadah curhatku begitu juga sebaliknya walaupun aku yang lebih sering curhat. Masa SMA kami cukup bahagia hingga sampai kelulusan, kebetulan sekali aku dan Ori diterima di universitas yang sama dan fakultasnya pun juga sama. Mungkin kami memang sudah ditakdirkan untuk selalu dekat satu sama lain, hehe.

DDRRRTTT DRRTTTTT

Ponselku bergetar dalam saku celana, lantas aku mengambil benda itu dan mengeceknya.

"Siapa Cit?" kata Ori kepo, aku hanya diam saja sambil melihat layar ponselku.

"Pacar kamu ya"

"Emmmm iya Ri, hehe"

"Mau ngapain dia?" tanyanya.

"Ngajak ketemuan nanti malam di kafe" jawabku senang.

"Hhhhh yaudah deh"

"Kenapa sih Ri? kayaknya gak sreg gitu" tanyaku.

"Enggak kok Cit hehe, cuma yaaa.... enak kamunya aja"

"Makanya cari cowok lah Ri, biar gak sendiri mulu hahaha"

"Ihh Citra"

Ori menjawil pinggangku menimbulkan rasa geli, aku berusaha untuk membalas perbuatannya namun ia dengan cepat berlari menuju tempat parkir motor.

"ORIIII, AHHH"

===ooo===​

Beberapa hari kemudian setelah peristiwa mayat hidup masuk kedalam lapangan golf, aku sedang sibuk mencuci pakaian bersama Aya dan Anin. Kuambil beberapa pakaian dalam ember dan membilasnya dengan air yang bercampur dengan detergen, kukucek berulang kali pakaian itu hingga kurasa bersih dari kotoran, setelah itu kutaruh pakaian itu kedalam ember khusus untuk pakaian yang sudah bersih untuk dijemur.

"Citra, pakaiannya udah beres?" kata Aya.

"Hei, Citra..."

Aku terkejut dari lamunanku yang mungkin sudah berlangsung cukup lama dan menoleh kepadanya.

"Eh.... Aya.... Gimana??" tanyaku gelagapan.

"Itu cuciannya, udah beres belum?" tanyanya.

"Ohhh iyaa Ay, udah beres kok" jawabku sambil memegang ember itu. Aya masih menatapku heran dengan sikapku, biasanya aku selalu tanggap kalau bersama Aya.

"Emmm yaudah aku jemur pakaiannya" kata Aya namun dalam tatapannya ia terheran dengan sikapku. Setelah beres mencuci tubuhku terasa berkeringat terlebih wajahku, kuambil handuk yang tergantung pada jemuran dan kulap wajahku hingga bersih dari keringat. Tiba-tiba perutku berbunyi pertanda lapar, aku lupa kalau dari tadi aku belum sarapan.

Kulangkahkan kakiku menuju bangunan utama, tempat dimana teman-temanku sarapan pagi. Aku melihat panci yang berisi makanan, tampaknya makanan didalam masih cukup banyak, tanpa pikir panjang kuambil piring plastik dan mengambil beberapa makanan.

"Eh Citra, kamu belum sarapan tadi?" kak Dino tiba-tiba saja sudah berada disampingku.

"Belum kak hehe, tadi lagi sibuk nyuci baju"

"Rajin banget kamu Cit" ia mengelus-elus rambut panjangku, entah kenapa aku merasa nyaman karena ulahnya.

"Ihhh kak, rambutku berantakan nanti. Oh iya kakak bawa piringnya kok dua? jangan diabisin lah" kataku.

"Oh ini buat Dila, tadi dia juga belum sarapan, abis bangun hehe"

Aku hanya mengangguk saja.

"Yaudah kak, aku makan dulu ya" kataku kepada kak Dino.

"Eh bareng aja sama Dila, yuk"

"Kak....."

"Ayok ah"

Singkatnya aku, Nadila dan kak Dino menyantap sarapan bersama diluar. Namun aku melihat Nadila menatapku dengan sinis, kuabaikan kelakuannya dan berkonsentrasi menyantap makananku. Walau makanan ini tidak mengenyangkan seperti kehidupanku sebelumnya namun aku tetap menyantapnya dengan lahap.

"Dino, suapin...." Nadila tampak merengek dihadapan kak Dino.

"Dih, kamu punya tangan kok minta disuapin sih" kata kak Dino, namun Nadila terus merengek sambil sekilas melihatku.

"Ayok ah Din, sekali-kali"

"Hhhh yaudah, nih"

Kak Dino mengambil daging ikan dari piring plastik kepunyaan Nadila, ia mengarahkan daging itu kepadanya. Nadila tampak senang sekali dan membuka mulutnya.

"Aaaaak.... kereta mau masuk ke terowongan" kak Dino berkata seolah-olah makanan itu adalah kereta dan terowongan adalah mulut Nadila, dalam hati aku tertawa mendengar lelucon kak Dino. Daging itu masuk kedalam mulut Nadila dan mengunyahnya.

"So sweettt"

"Dih gitu doang" canda kak Dino.

Aku hanya melihat kemesraan mereka yang semakin hari semakin nampak. Mungkin sekarang aku senang melihat mereka namun dalam hati aku justru merasa sakit dan perih.

Seharusnya aku yang disuapin kamu, kak Dino.

AKU

Kuhabiskan dengan cepat daging ikan ini dan bergegas untuk pergi dari sini, entah kenapa aku semakin tak nyaman melihat mereka berdua, lebih baik aku disibukkan dengan kegiatan ketimbang melihat mereka bermesraan.

"Citra, mau kemana?" tiba-tiba kak Dino memanggilku saat aku berdiri.

"Emmm, itu kak mau bantuin Fidly sama Melati"

"Ohh oke, hati-hati"

Aku berjalan meninggalkan mereka. Dadaku terasa bergemuruh dan sedikit rasa emosi mulai tumbuh dalam diriku. Entahlah aku cemburu melihat kebersamaan mereka.

*****

"Citra, tangan kamu jangan sampai bergoyang sedikitpun pas membidik crossbow ini. Biar panahnya gak meleset" Fidly memberikan arahan saat aku mencoba untuk menggunakan senjata andalannya itu. Aku dan Fidly sedang berada di hutan kecil yang letaknya tak jauh dari bangunan utama tapi masih berada di wilayah lapangan golf sehingga tak perlu khawatir ada mayat hidup disini, kita sedang mencoba berburu ayam liar yang untungnya cukup banyak disini. Fidly selalu membawa minimal satu ayam untuk dimakan oleh grup kita, aku jadi tertarik untuk melihat dia berburu.

"Ohh oke Fid" aku berusaha untuk menenangkan saraf otot tanganku agar tidak goyang. Aku ingat perkataan kak Dino bahwa disaat membidik senjata api atau sejenisnya, usahakan untuk menahan napas sejenak supaya tangan tidak bergoyang, kupejamkan mataku untuk mengambil napas dalam dan menahannya, lalu kubuka mataku dan mulai membidik ayam liar yang berada didepan.

"Oh iya Cit, karena agak jauh targetnya kamu naikkan sedikit bidikanmu supaya bisa tepat sasaran" kata Fidly, aku mengangguk dan menaikkan bidikan crossbow ini sesuai perintahnya. Ayam liar itu masih sibuk mematuk tanah tanpa menyadari kalau aku sedang membidiknya.

Huffftttt

Kutekan pelatuk crossbow dengan perlahan.

SYUTTTTT

.

.

.

Ah, sial. Kenapa bisa meleset?

Tanganku sempat bergoyang sesaat sebelum aku menekan pelatuk senjata ini sehingga anak panah itu melesat keatas target dan menancap kuat pada batang pohon. Ayam liar itu langsung terkejut dan berlari entah kemana. Aku merasa kesal karenanya.

"Tumben meleset Cit" celetuk Fidly.

"Hmmphh iya"

Kami berdiri dari tempat persembunyian, kucabut anak panah itu dan memberikannya kepada Fidly.

"Aku aja yang nembakin Cit, kayaknya kamu lagi gak tenang gitu"

"Hah? Enggak kok aku gak kenapa-napa" balasku berbohong.

"Yakin? dari tadi aku perhatiin kamu gak kayak biasanya" Fidly melihatku seolah-olah menyelidikku. "Cit, mending kamu bantuin yang lainnya aja, biar aku sendiri yang nangkap ayam itu"

"Kenapa? aku gak menyulitkan kamu kan?" ucapku kesal.

"Bukan begitu Citra, aku senang kamu ikut tapi selama ini aku lebih suka sendiri kalau sedang berburu....." aku tahu dia tak ingin mengusirku dari sinu.

"Aku bantuin kamu Fid, please....."

"Hmmmn yaudah deh, tapi biarkan aku yang nangkepin ayamnya"

"Oke"

Singkatnya kami kembali menyusuri hutan untuk mencari ayam liar. Fidly tampak waspada melihat sekeliling, dia mungkin memiliki insting lebih baik daripada aku. Beberapa menit kemudian kami kembali menemukan ayam liar yang sekarang sedang menggaruk-garuk tanah. Dengan cepat Fidly membidik senjata crossbow itu dan menembakkannya. Anak panah itu melesat cepat dan tepat menghujam tubuh ayam itu dan sudah pasti, binatang itu tewas.

Aku kagum dengan kesigapaanya dalam berburu dan melawan mayat hidup. Ia sudah terbiasa hidup didalam hutan seperti yang pernah diceritakan kak Dino padaku. Fidly mendekati ayam itu dan mencabut pisau dari pinggangnya, ia langsung menyembelih ayam itu.

"Nah, dapet satu Cit" ia tersenyum kearahku.

"FIDLY, AWAS!!!" tiba-tiba saja sesosok mayat hidup muncul di balik pohon tepat didekat Fidly berdiri. Aku langsung mencabut pistol dari pinggangku dan menembak dua kali mayat hidup itu hingga tewas. Hampir saja karena jika terlambat beberapa detik saja Fidly sudah diterkam oleh mahkluk itu.

"Citra, makasih" ucapnya kaget, aku hanya mengangguk.

"Iya Fid sama-sama. Tapi kenapa ada mayat hidup disini? padahal tempat ini tertutup dari luar kan?" tanyaku heran kepadanya.

"Iya Cit, apa mungkin pagar di dekat hutan itu terbuka ya? kita selidiki dulu gimana?"

Kami memutuskan untuk mengecek pagar di sekitar hutan. Pagar itu membatasi area lapangan golf dengan tempat di luar. Dan benar saja, pagar itu terlihat rusak sehingga mayat hidup dapat masuk kesini, namun yang aku curiga pagar ini seperti dirusak sesuatu.

"Fid, apa mungkin orang jahat itu yang sudah merusak pagar ini?" tanyaku kepadanya yang sedang mengamati kondisi pagar.

"Kayaknya sih Cit. Kita harus bilang sama yang lain kalau pagar ini sudah dirusak"

*****

"Apa? pagar di dekat hutan rusak?" Kak Galang tampak terkejut saat Fidly dan aku menjelaskan apa yang terjadi tadi.

"Iya Lang, kita harus cepat memperbaiki pagar itu. Kalau dibiarin terus mayat-mayat itu bisa masuk ke tempat kita"

"Apa yang terjadi Lang?" kak Dino dengan cepat mendekati kami.

"Pagar di dekat hutan dirusak Din, mungkin orang-orang itu yang merusaknya"

"Sialan. Lalu gimana caranya kita bisa perbaiki pagar itu?" kak Dino tampak bingung memikirkan jalan keluar dari masalah ini. Tiba-tiba saja aku mendapat ide.

"Mmm kak, aku usul gimana kalau kita tebang beberapa pohon terus kayu itu digunakan untuk menutup pagar?" kataku kepada mereka.

"Hmmm ide bagus Citra, tapi kita harus mengerahkan banyak orang untuk menebang pohon" kata kak Galang.

"Kita punya beberapa kapak besar sih buat motongin kayunya" kak Dino tampak sangat setuju dengan usulku. Dalam hati entah kenapa aku merasa bangga.

"Yaudah kita harus lakukan sekarang, sebelum malam"

Singkatnya kami langsung menuju hutan itu dan menebang beberapa pohon disekitar pagar. Aku ikut membantu mereka, kulihat Anin yang sedang sibuk membawa beberapa kapak besar sendiri karena merasa kasihan kudekati dia.

"Aku bantu Nin"

"Makasih Cit, sumpah dah ini berat banget"

"Hehe"

Rencana yang aku usulkan tadi tampaknya berjalan lancar. Kami menebang dua pohon besar, memotong-motong ranting yang masih ada dan mendorong kayu itu untuk menutupi pagar yang rusak. Awalnya kami merasa kesulitan untuk melakukannya sehingga kami terpaksa menebang pohon-pohon sekitarnya supaya kayu besar itu dapat kami dorong. Pekerjaan ini memakan waktu cukup lama hingga tanpa terasa hari sudah menjelang malam. Untungnya kayu itu sudah cukup untuk bisa menutupi pagar rusak itu.

Kami kelelahan setelah melakukan pekerjaan itu, begitu juga denganku. Kak Dino menghampiriku sambil membawa botol air minum.

"Ini Cit, kamu pasti haus kan hehe" kata dia.

"Makasih kak"

"Kamu pinter banget ya, bisa bikin usul kayak gitu" dia kembali mengusap-usap rambutku, kebiasaan kak Dino selama ini. Aku hanya tersenyum mendengarnya.

"Aku cuma kepikiran aja kak hehe. Oh iya kak, tangan kamu masih sakit?" tanyaku.

"Kadang masih nyut-nyutan gitu tapi syukurlah aku udah bisa megang. Kamu gak lihat tadi aku pakai kapak"

"Syukurlah kalau gitu kak"

"Dinooo"

Nadila tiba-tiba muncul dari belakang kami dan langsung memeluk punggung kak Dino. Aku terkejut dibuatnya.

"Eh Dila, kenapa meluk-meluk?" tanya kak Dino.

"Gak apa-apa, pengen aja"

"Jangan disini dah, malu dilihat banyak orang"

"Gak mau ah"

Mereka semakin dekat saja dari hari ke hari. Ini juga sudah berkali-kali mereka melakukan itu tepat dihadapaku. Aku senang melihat mereka namun entah kenapa dalam hatiku justru terasa sakit dan perih. Tidak Citra, kamu tak akan bisa mendapatkan kak Dino selama ada Nadila, tidak akan bisa.

Mereka tak bisa dipisahkan.

"Kak, aku mau ke sana dulu, bantuin Aya sama Gaby siapin makan malam" aku tak ingin merusak momen mereka sebenarnya.

"Iya Citra" kak Dino menjawab, namun aku melihat Nadila mengunci mataku dengan senyuman liciknya, aku tak membalasnya.

===ooo===​

"Ori, emmm aku harus ngomong gimana ya?" aku sedang menelepon sahabatku. Awalnya dia mengajakku untuk pergi ke kafe namun secara bersamaan pacarku, Adit juga mengajakku kencan malam ini juga. Aku bingung harus memilih siapa.

"Kenapa Cit?" tanyanya.

"Aku diajak kencan sama Adit, Ri. Gimana yaa emmmm....." jawabku bingung.

"Ohh yaudah deh gak apa-apa. Kamu pacaran aja sana. Kapan-kapan aja kita main bareng hehe"

"Maaf ya Ri, maaf banget"

"Iya it's okay kok. Aku seneng malahan temenku udah bahagia punya cowok. Sedangkan aku sendiri belum.... emmmm enggak sih ada proses dikit...."

"Lah, kamu punya gebetan Ri?" tanyaku terkejut.

"Punya sih Cit, aku iseng main aplikasi dating dan ternyata ada yang cocok sama aku. Jadi yaaa.... begitulah" ia tampak semangat, dalam hati aku senang sekali sahabatku sudah "laku" hehe.

"Wah selamat ya, pajaknya dong... traktir makan-makan"

"Ihh kan belum jadian Citra....."

"Bilang aja gak punya duit hahaha"

"Ah dasar. Yaudah Cit kamu kencan sana sama pacarmu itu, malam ini kan jangan lupa"

"Oh iya hehe, udahan dulu ya"

Aku bergegas untuk mandi karena aku ingin Adit terpesona melihatku hehe. Adit adalah pacarku, aku pertama kali kenal saat acara pentas seni di universitas. Dia orangnya baik dan cukup perhatian denganku, itu sudah cukup untuk meyakinkanku saat ia mengutarakan perasaannya padaku. Dan pada akhirnya kami mulai berpacaran, banyak sekali hal-hal yang kami lakukan bersama mulai dari kencan setiap tiga hari sekali, jalan-jalan dan lain-lain. Jujur aku sangat mencintai dia.

Kukenakan pakaian terbaikku supaya Adit terpesona, hehe. Setelah menggunakan make up secukupnya aku hanya tinggal menunggu Adit. Tak butuh berapa lama ia tiba dengan mobil sedan yang tak terlalu mewah, ia keluar dari mobil dan menatapku, hehe dia pasti suka dengan pakaianku.

"Hei...."

"Emmmm...."

"Kenapa sayang?" kataku.

"Kamu cantik banget Citra, sungguh cantik...."

"Makasih hehe" wajahku mulai merona merah mendengar pujiannya.

"Yaudah yuk, selak kemalaman nanti"

Singkatnya Adit mengendarai mobilnya menuju ke tempat nongkrong yang lumayan jauh dari pusat kota. Sepanjang perjalanan kami selalu bersenda gurau apapun kami obrolin, terkadang ia tertawa saat aku menceritakan sahabatku, Ori yang akhirnya punya gebetan lewat aplikasi dating online.

"Hahaha ya ampun Citra, temenmu sampai senengnya gitu ya..."

"Iya yang, tapi aku seneng kok dia punya gebetan juga"

"Bagus deh kalau gitu"

Akhirnya kami tiba setelah hampir setengah jam. Sebuah kafe yang cukup besar dan ramai dikunjungi banyak orang. Aku menggandeng tangan Adit dengan mesra sepanjang perjalanan menuju tempat yang sudah dipesan sebelumnya. Jujur saja Adit pandai sekali mencari tempat yang romantis seperti ini.

"Kamu mau pesan apa sayang?" tanyanya sambil memegang brosur berisi daftar makanan dan minuman.

"Emmm minum aja deh yang, aku udah kenyang barusan makan tadi"

"Oke, mbak pesan ini, ini, ini sama ini ya"

Singkatnya, kami ngobrol beberapa hal sembari menunggu pesanan kami. Kulihat Adit benar-benar tampan dan baik kepadaku, dalam hati aku bahagia bisa memiliki pacar seperti dia.

"Sayang?"

"Iya?"

"Kita udah pacaran berapa bulan? aku lupa hehe"

"Ihhh dasar pelupa. Emm kayaknya udah 6 bulan"

"Oh iya 6 bulan haha"

"Kenapa emangnya?"

"Gak apa-apa yang, aku sangat mencintai kamu Citra. Aku janji apapun yang terjadi tak akan kutinggalkan kamu" perkataan Adit membuat hatiku luluh.

"Aku juga Dit, aku juga cinta sama kamu..."

"Emmm aku mau ke toilet bentar ya Dit, kebelet pipis hehe"

"Oke"

Aku beranjak dari tempat duduk menuju ke toilet, setelah beberapa menit aku keluar dari toilet dan kembali ke kursi. Adit tampak senyum-senyum melihatku.

"Ya ampun kamu cantik banget...."

"Dih gombal yang"

"Biarin, cowok dilahirkan di dunia ini buat gombalin cewek"

"Ihhh Adit"

Kami kembali ngobrol cukup lama entah apapun kami bahas, sesekali Adit menggodaku yang justru membuat hatiku semakin luluh. Kuminum minuman ini cukup banyak hingga tersisa setengah, aku memang punya kebiasaan kalau minum selalu banyak-banyak hahaha.

Waktu sepertinya menunjukkan pukul sepuluh malam saat aku melihat jam dinding yang terpasang dekat tempat kami. Tiba-tiba Kepalaku terasa ringan, penglihatanku sedikit kabur, mungkin aku kebanyakan minum karena saking nikmatnya. Tubuhku terasa aneh, aku merasakan gerah yang teramat sangat.

"Kamu kenapa sayang?" kata Adit dengan suara yang terdengar samar-samar.

"Aku.... aku......" kepalaku semakin terasa pusing, pandanganku berputar-putar dan akhirnya semuanya menjadi gelap.

****

Kubuka kedua mataku, kulihat sebuah langit-langit kamar berwarna putih. Aku dimana? Ini bukan kamarku. Kucoba untuk bangun dan ughh kepalaku masih terasa pusing.

Tapi, kenapa aku tak memakai baju, dan juga celanaku?

"Ughhhh sakitt" kurasakan nyeri di bagian selangkanganku. Kulihat Adit yang masih tertidur disampingku. Tapi, kenapa dia ada disini?

Apa yang terjadi denganku?

Jangan-jangan......

Kubuka selimut yang menutupi tubuhku, terdapat bercak-bercak merah di seprei kasur itu. Aku terkejut melihatnya. Darah apa ini?

"Emmmm sayang udah bangun" kata Adit dengan suara parau.

"Aku kenapa Dit?" tanyaku dengan suara terbata-bata.

"Hehehe sayang, tadi malam kamu mainnya liar banget. Puas dah haha"

"Maksudnya?" tanyaku tak mengerti.

"Kamu gak tau sayang? tadi malam kita ngapain?" aku hanya menggeleng, jujur aku tidak tahu apa maksud Adit.

"Kita bermesraan sayang di kamarku hehe, kamu cantik banget dah gak tahan hehehe"

Aku langsung mengerti maksudnya bersamaan dengan rasa nyeri dan perih pada selangkanganku.

Perawanku pecah? ini tidak mungkin....

"Adit, hiks.... hiks.... kenapa kamu ngelakuin ini padaku... hiks" mataku berair dan aku mulai terisak tangis. Perawanku koyak karena dia, seharusnya kesucianku ini kuberikan pada suamiku kelak.

"Hehe aku cinta sama kamu Citra, jadi ini kulakukan biar kamu selalu ada disisiku...."

"Apaan sih... huhuhu....."

PLAK

Adit menamparku, kepalaku langsung jatuh ke kasur. Isak tangisku semakin keras, ia meraih kepalaku dan menempelkan jarinya di bibirku.

"Sstttt jangan nangis ya sayang. Aku janji tak akan ninggalin kamu"

"Tapi... hiks.... hiks...."

"Aku janji Citra sayang. Tapi kamu harus nurutin semua permintaanku, mau gak sayang?"

Tangisku mulai mereda. Ia tampaknya serius dengan ucapannya.

"Kamu.... kamu serius gak akan tinggalin aku.....?"

"Iya sayang. Tubuh kamu sekarang milikku begitu juga sebaliknya...."

Setelah kejadian itu aku dipaksa tinggal di apartemen Adit, kekasihku. Setiap hari ia selalu minta jatah untuk dipuaskan olehku. Dalam hati sebenarnya aku tidak suka dengan sikapnya yang selalu kasar saat bermain dengannya walaupun di sisi lain aku juga menikmatinya.

"Bangsat, aku keluar Citraaa aghhhhhhhhh......" Adit sedang menggenjot vaginaku dengan ganas, aku merasa kesakitan namun juga nikmat yang teramat sangat.

"Ahhh jangan didalam, tolong.... aku gak mau....."

"Ah bacot, gue pengen hamilin lo tau gak aghhhhh....."

"Aahhhhh jangannnn aghhhhhhh"

Kami orgasme bersamaan. Penisnya berkedut kencang dalam lubang vaginaku, cairannya menyembur banyak mengisi relung kemaluanku menimbulkan rasa hangat dan lenget. Aku juga meraih orgasmeku yang entah berapa kali. Tubuhku sudah benar-benar lemas sekali dan sakit.

"Huaahhhh enak banget memekmu sayang ahhhhh" ia meracau sendiri menikmati orgasmenya. Aku diam saja sambil mengambil napas pendek.

PLAKKK

PLAKKK

"Bokongmu seksi banget yang, bikin ngaceng hehehe"

"Hahh, yaudah kamu disini dulu ya. Aku ada urusan mendadak...."

"Kamu.... kamu mau kemana?" tanyaku lemah.

"Jangan banyak bacot dah, ada urusan gue"

Singkatnya Adit meninggalkan aku sendirian di kamar ini. Tubuhku masih terasa lemas setelah berkali-kali orgasme. Setelah cukup lama terlentang di kasur aku memutuskan untuk mandi, untungnya kamar mandinya ada air panas kesukaanku sehingga tanpa pikir panjang kugunakan fasilitas itu dengan sebaik-baiknya. Beberapa menit kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk. Tubuhku terasa segar sekali.

"Ughhh sakittt" aku merasakan selangkanganku pegal dan nyeri.

"KRIINGGGG KRIINGGGG" ponselku tiba-tiba berbunyi. Aku langsung mengambil dan mengeceknya, pasti Ori.

"Hahh, ya ampun...." dugannku salah, ternyata Adit.

"Halo sayang, kamu udah mandi?"

"Emmm udah, kenapa?"

"Kamu kesini ya, ke tempat yang aku share nanti. Cepetan jangan telat" kata Adit sembari ia mengirim location pada aplikasi chattingku.

"Emm iya aku kesana"

*****

Tempat yang dishare Adit ternyata sebuah kafe. Bukan, bukan cafe yang biasa aku kunjungi. Ini seperti klub malam, kulihat banyak pemuda-pemuda yang masuk kedalam bersama wanita-wanita cantik yang kebanyakan mengenakan busana mencolok. Aku sendiri hanya mengenakan kaos pendek dan celana jeans panjang kesukaanku. Aku tak mengerti kenapa Adit mengajakku kesini.

Tanpa pikir panjang kulangkahkan kakiku masuk ke klub malam itu. Suara lagu-lagu dugem cukup keras terdengar, sejujurnya aku belum pernah kesini sebelumnya. Kulihat sekeliling dimana Adit berada sekarang.

"Hei kamu, sini....." Adit memanggilku dan memberikan sinyal tangan, kuhampiri dia namun ia tak sendiri.

"Adit! ini siapa??" emosiku tiba-tiba memuncak setelah melihat Adit sedang bersama dua wanita yang sangat cantik dan seksi dengan pakaian senonoh.

"Nah kenalin sayang, ini Citra...."

"....Lonteku"

Dadaku bergemuruh saat mendengar Adit berbicara seperti itu tepat dihadapanku.

"Adit, apa maksudnya ini semua??" aku setengah berteriak kepadanya sambil mengepalkan salah satu tanganku.

"Apa Citra? kamu mau ngentot lagi? cewek kok gatelan banget sih...." Adit menjawab ngawur, aku tahu dia sedang mabuk.

BRAK

Kuhantam meja ini keras-keras. Aku benar-benar marah mendengar perkataan Adit yang merendahkanku.

"Heh cewek, jangan kasar sama cowok dah" salah satu wanita di samping Adit berdiri dan menatapku tajam. Adit langsung berdiri dan mengayunkan salah satu tangannya kearahku.

PLAK

Pipiku ditampar olehnya sangat keras, aku nyaris terjatuh. Air mataku otomatis keluar sambil mengerang kesakitan.

"Heh lonte, kamu tau gak selama ini aku ngejar-ngejar kamu, pacaran sama kamu itu cuma pengen memekmu Citra...."

"Kamu... hiks.... hiks..... jahat Dit... jahat....." hatiku seperti dikoyak pisau mendengar perkataannya.

"..... sekarang aku pengen kamu ngentot sama dua cewek cantik ini sayang hehehe, enak kan bareng-bareng....."

"ENGGAK!! AKU GAK MAU HUHUHU......" tangisku pecah namun tak ada yang memperdulikanku karena tempat ini sedikit lebih jauh dari kerumunan apalagi ditambah dengan suara dentuman yang cukup keras. Aku berdiri dengan cepat dan melayangkan tamparan keras pada wajahnya.

PLAK

"Hiks.... hiksss.... kita putus......"

Adit hanya tertawa melihat ekspresi wajahku.

"Hahaha kamu mau putus silahkan, tapi kamu tak akan bisa lepas dari aku Citra. Camkan itu!!"

"Dasar cewek rendahan. Lonte!"

Aku langsung berlari menuju pintu keluar klub malam itu dengan air mata yang masih mengalir deras. Aku berlari dan terus berlari, ternyata hujan deras sudah mengguyur tempat ini namun kuabaikan.

BRUKKK

"AGHHHHH"

Kakiku tersandung batu sehingga aku terjatuh terjerembab ke tanah. Hujan semakin deras mengguyur seluruh tubuhku. Aku kembali menangis meratapi nasibku sekarang, memilukan.

"Huhuhu, kenapa aku yang harus ngalamin semua ini....."

===ooo===​

"Citra, kamu mau kemana?" kak Dino tiba-tiba memanggilku saat aku berjalan-jalan menyusuri lapangan golf malam ini. Aku hanya menoleh kepadanya tanpa berkata apapun.

"Citra, hei...."

Kak Dino terus memanggilku memanggilku tapi entah kenapa aku tak ingin membalasnya, aku terus berjalan menuju pohon besar yang letaknya lumayan jauh. Sepertinya kak Dino masih mengikutiku.

"Citra, hei......"

Aku tak membalasnya dan terus berjalan cepat.

"Kamu mau kemana Citra, hei...." kak Dino terus mengikutiku dari belakang, aku mulai kesal kepadanya. Sesampainya disana aku berhenti dan bersender di bawah pohon. Kak Dino langsung memegang pundakku dan menatapku tajam.

"Kamu kenapa sih?" tanya dia, aku memalingkan muka.

"Harusnya aku yang tanya sama kakak, kakak ngapain disini" tanyaku balik kepadanya, raut wajah kak Dino berubah seperti tak mengerti maksudku.

"Aku cemas sama kamu, tiba-tiba kamu seperti terus menghindar dari aku. Apa ada yang salah denganku, Citra?" tanyanya dengan lembut, aku sempat terkesima dengan gaya bicaranya.

Aku tak menjawabnya dan melepaskan pegangan pundakku.

"Aku ingin sendiri kak"

"Lho, kenapa Cit?"

Aku tak membalas pertanyaannya. Kulihat kak Dino duduk disampingku dan berusaha menatapku, aku terus memalingkan wajahku. Sejujurnya aku tak ingin diusik oleh siapapun termasuk kak Dino. Dia seharusnya menemani Nadila sekarang.

"Nadila gimana kak?" tanyaku kepadanya.

"Emmm dia udah tidur....."

"Maksudku, gimana hubungan kak Dino sama Nadila? baik kan?"

Kak Dino tampak terkejut mendengar perkataanku, dia berpikir sejenak untuk mencerna dan memikirkan jawaban. Aku tahu dari raut mukanya.

"Citra, aku sama Nadila gak ada hubungan apa-apa....."

"Kakak bohong" aku langsung memotong perkataannya. Aku jelas kesal mendengarnya, hatiku juga rasanya sakit. "Kakak gak usah bohong, jujur aja kalau kak Dino ada hubungan sama Nadila...." nada bicaraku mulai meninggi. Kak Dino semakin heran dengan sikapku, ini pertama kalinya aku membentak dia.

"Jawab kak, gak susah kan jawab iya"

"Emmm, iya Cit. Aku sama Nadila ada hubungan dekat sekarang" jawaban kak Dino sangat tegas menurutku. Hatiku seperti ditusuk dalam, aku berusaha untuk menahan air mataku yang akan keluar dari kedua mataku, aku tak ingin kak Dino melihatku bersedih.

"Emmm oke......" aku kembali membuang muka.

"Citra, kamu kenapa sih?" tanyanya lembut yang membuat hatiku luluh, walau bagaimanapun kak Dino selalu ada di hatiku.

"Aku lagi pengen sendiri kak, mending kakak temenin Nadila aja. Kasihan dia"

"Enggak, aku temenin kamu disini"

"Gak mau kak"

"Enggak, aku temenin"

"KENAPA KAKAK GAK PERNAH NGERTI SIH???" emosiku tiba-tiba saja meledak, nada suaraku meninggi. Kak Dino sampai tersentak mendengar suaraku.

"Kakak harus ngertiin perasaan Nadila, dia lebih pantas buat kakak" tambahku, jelas aku dengan sadar berkata seperti itu, membuka semua isi hatiku.

"Citra, kamu....."

"Nadila itu cinta pertama kakak, dan aku yakin dia masih cinta sama kamu...." kata-kataku sempat terputus.

"Citra....."

"Lagian kita tak punya hubungan apa-apa kan? aku anggap kak Dino sebagai figur kakak buatku, tak pernah lebih dari itu. Camkan itu kak....

Hatiku semakin teriris seiring dengan mulutku yang terus berkata terus terang kepadanya. Benar, aku memang merasa cemburu melihat kak Dino dan Nadila sedang bersama, namun aku cepat sadar bahwa mereka tak bisa dipisahkan.

Aku harus mengalah.

"Citra, kamu.... kamu suka sama aku?"

"Itu dulu kak, sekarang situasinya berbeda....."

"Kenapa kamu tak pernah bilang padaku?" tanyanya, entah kenapa jawabannya membuat hatiku semakin sakit.

"Dan kenapa kakak gak pernah bilang padaku selama ini?" tanyaku balik. Kak Dino justru terdiam dan menundukkan kepalanya.

"Maafkan aku Citra, aku tak tahu selama ini kamu memendam rasa padaku...." dari nada suaranya kak Dino benar-benar serius. Aku ingin menangis mendengarnya namun kutahan air mata yang hampir saja keluar dari bola mataku.

"Kak, gak apa-apa. Sekarang ada Nadila disisi kakak, aku..... aku lebih suka kalau kalian kembali bersatu seperti sebelumnya" aku menatap wajah kak Dino dengan sungguh-sungguh, walaupun jujur aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri.

"Nadila sangat penting dalam hidup kakak, dia lebih tahu tentang kamu ketimbang aku....."

"Citra...."

"Dan aku ingin kak Dino bisa bahagian Nadila, aku tahu dia pernah punya salah. Tolong maafkan semua kesalahannya kak"

Bola mata kak Dino membulat mendengarkan semua perkataanku, atau lebih tepatnya curahan isi hatiku. Aku sadar kalau Nadila lebih pantas untuk kak Dino dibandingkan aku.

"Kamu.... kamu yakin Citra? aku sejujurnya juga tak ingin menyakiti perasaanmu"

"Iya aku kuat kak, aku tak mau diduakan" kubuang mukaku saat kulontarkan perkataan itu, air mataku sudah tak bisa dibendung lagi dan sukses mengalir di pipiku, dengan cepat kuusap air mata ini dengan punggung tanganku.

"Kenapa kamu nangis, Citra?" tampaknya kak Dino kalau aku sempat menangis, kutatap wajahnya dan kubuatkan senyuman palsu padanya. Iya kak, aku menangis namun aku tak ingin kakak lihat aku nangis.

"Enggak, aku gak apa-apa kak...." tiba-tiba entah dorongan dalam diriku, kucium bibirnya dengan lembut sekali. Kak Dino awalnya terkejut dengan seranganku namun lambat laun dia bisa mengimbangi ciumanku. Kudorong tubuhnya jatuh ke tanah dan terus mencumbu bibirnya. Lidah kami terus beradu dan air liur saling bercampur dalam cumbuan. Aku sangat menikmati permainan bibirnya yang selalu membuatku melayang.

Dalam hati aku ingin sekali kak Dino mengerayangi dan menyetubuhi tubuhku, aku rindu dengan penisnya yang besar dan panjang itu menyodok-nyodok liang vaginaku yang selalu membuatku menjerit-jerit nikmat dan bahagia.

Namun dengan kuat kulawan nafsu birahi yang nyaris saja menguasai tubuhku, aku tak ingin mengkhianati Nadila.

Kulepas cumbuan bibir kami yang meninggalkan untaian air liur yang cukup banyak. Kak Dino menatapku heran.

"Maaf kak, ini yang terakhir kali. Aku tak ingin merusak hubungan kalian"

Kami kembali bangun dan duduk bersender di bawah pohon. Suasana hening menyelimuti lingkungan sekitar, sepertinya hari sudah berganti.

"Sekarang sudah jelas kak. Sekarang tolong tinggalkan aku sendiri disini......"

"Citra....."

"Nadila pasti khawatir sama kakak, jadi tolong tinggalkan aku sendiri"

"Kamu yakin?"

"Iya kak, aku gak apa-apa" jawabku memastikan. Kak Dino akhirnya mengangguk mengerti.

"Oke, kalau itu maumu....."

Kak Dino beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkanku sendirian di pohon besar ini. Aku terus melihat dia berjalan hingga sampai di bangunan tempat tinggal kami. Tangisku langsung pecah saat kak Dino sudah tak tampak lagi, air mataku mengalir deras membasahi mata dan pipiku. Kututup wajah ini dengan kedua telapak tanganku supaya tangisku tak terdengar.

Apa yang sudah aku lakukan?

Beberapa menit kemudian kubuka telapak tanganku, mungkin aku sudah terlalu lama mengeluarkan air mataku sehingga tanganku juga basah.

"Ori, seandainya kamu disini. Aku tak akan sendirian...."

===ooo===​

Sudah beberapa hari aku masih berada di apartemen tempat Adit tinggal. Dia sudah bukan kekasihku lagi setelah aku memergoki dia sedang kencan dengan wanita lain dan merendahkanku. Untungnya aku masih memiliki kunci duplikat kepunyaannya sehingga aku bisa tinggal di kamarnya kapanpun aku mau. Ia belum kembali setelah kejadian itu dan hari ini aku memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuaku. Semoga saja mereka tidak tahu tentang kejadian ini.

Kurapikan semua perlengkapan dan pakaianku kedalam tas dan beranjak keluar dari kamar ini. Namun di lorong apartemen banyak sekali orang-orang berlarian menuju lift dan tangga. Mereka tampak panik dan ketakutan.

"Ada apa pak? kenapa mereka semua panik?" aku bertanya kepada satpam yang sedang berjibaku menenangkan penghuni apartemen.

"Di luar ada kerusuhan dek"

"Hah? kerusuhan?" kataku heran.

"Iya dek, kamu harus keluar dari apartemen ini. Saya dengar militer sudah dikerahkan untuk meredam kerusuhan ini"

Dengan cepat aku berlari mengikuti orang-orang ke tangga karena jelas lift sudah terisi penuh. Mereka tampak sangat panik dan beberapa ada yang mencoba untuk menelepon kerabat mereka. Aku teringat Ori dan langsung menghubunginya, namun tak ada jawaban.

Aku berhasil keluar dari apartemen ini setelah susah payah berdesakan, aku terkejut melihat orang-orang berlarian ketakutan. Terdengar suara senjata api yang jaraknya lumayan dekat, aku mulai takut dengan situasi ini. Aku jadi teringat pada pelajaran sejarah tentang kerusuhan Mei 1998 yang situasinya kurang lebih sama seperti sekarang.

Aku terus mencoba menghubungi Ori dan orang tuaku namun anehnya sinyal ponsel seperti mati. Tampak orang-orang berbaju tentara sedang mengarahkan warga sipil untuk mengikutinya, tanpa pikir panjang aku bergabung bersama mereka.

"Hei nak, ikut bersama kami. Kota ini sudah dilockdown" kata salah satu tentara bersenjata lengkap. Aku terkejut.

"Lockdown? memangnya ada apa sebenarnya pak?"

"Saya tak bisa memberitahu sekarang"

Aku semakin heran dengan mereka yang tak mau memberitahu kejadian sebenarnya, namun aku merasa harus ikut bersama mereka. Aku dan beberapa warga yang lain diangkut menggunakan truk militer, di dalam aku hanya bisa terus berdoa semoga orang tuaku dan Ori baik-baik saja. Alangkah terkejutnya aku saat melihat dari luar.

Gerombolan manusia berjalan cepat dan menyerang beberapa tentara dan memakannya!

Apa yang sebenarnya sedang terjadi? ini bukan kerusuhan.....

"SIALAN, MEREKA MENYERANG KITA!!!" tentara itu berteriak keras sembari menembakkan senjata api kearah gerombolan manusia itu. Namun sepertinya peluru yang dimuntahkan tak memberikan efek berarti bagi manusia itu dan mereka terus menyerang.

"KITA HARUS KELUAR DARI SINI!!"

BRAKKKKK

Orang-orang didalam truk tampak panik dan berusaha untuk keluar, aku juga mulai panik dan mengikuti orang-orang itu. Karena berdesakan aku terjatuh ke aspal, rasa sakit melanda seluruh tubuhku.

"Aghhhhh" erangku, namun aku harus cepat berdiri karena gerombolan manusia aneh itu mulai menuju kemari!

Dengan cepat aku berlari mengikuti orang-orang yang berhasil keluar dari truk militer. Beberapa ada yang masuk kedalam bangunan dan gang-gang. Suara erangan seperti binatang buas mulai terdengar riuh, aku semakin ketakutan mendengarnya.

Tak ada pilihan lain, aku harus bersembunyi.

Dengan panik dan ketakutan yang bercampur aduk, aku melihat sekeliling gang ini untuk mencari tempat bersembunyi. Pandanganku tertuju pada tempat sampah besar, sepertinya aku bisa bersembunyi sementara disana. Di saat yang sama suara-suara erangan buas semakin terdengar jelas. Tanpa pikir panjang aku berlari menuju tempat sampah itu dan bersembunyi didalam.

Untungnya tempat sampah ini tidak terdapat sampah didalam sehingga tak tercium bau. Jantungku berdegup kencang mendengar suara buas yang semakin lama semakin dekat. Tak butuh berapa lama, gerombolan manusia aneh itu sudah berjalan disekitar tempat sampah ini. Tubuhku mengeluarkan keringat dan bergetar, jantungku demikian juga terus berdegup kencang, tanpa sadar air mataku mulai keluar namun aku harus tahan untuk tidak terisak ketakutan.

GGRRRAHJJHHHH

RRRRGGGGHHHHH

RRROOAWWRRRRR

Manusia aneh itu masih berjalan perlahan menyusuri gang, mungkin jumlahnya lumayan banyak dilihat dari erangan buasnya yang seakan tak pernah habis. Aku hanya bisa diam menahan semua gejolak dalam diriku, aku jelas tak ingin diserang oleh manusia aneh itu.

Setelah suara-suara itu tak terdengar lagi, kucoba untuk membuka tutup tempat sampah perlahan untuk mengamati keadaan sekitar. Tampak sepi sekali gang ini dan sepertinya sudah aman, aku keluar dari tempat sampah dan mengamati sekeliling dengan waspada. Entah kenapa tiba-tiba aku menjadi sangat waspada.

Aku berjalan pelan menuju ujung gang, suara-suara erangan buas dan tembakan senjata api masih terdengar cukup keras. Mungkin manusia aneh itu masih berada di sekitar sini.

Akhirnya aku sampai di ujung gang yang menuju ke jalan utama, tampak sangat sepi dan hanya terdapat mobil-mobil yang berhenti di tengah jalan. Tak ada orang disini, aku harus kemana sekarang?

Langkah kakiku berhenti saat melihat sosok manusia yang duduk tertindih tiang listrik, tapi tidak mungkin.... apakah aku salah lihat? kudekati sosok itu dan alangkah terkejut aku saat melihat sosok itu dari dekat, seorang perempuan yang sangat aku kenal.

Dia adalah Gloria, sahabatku.


"Astaga, Ori..." aku berteriak memanggil namanya. Tak salah lagi, itu Ori, aku sangat hafal dengan pakaian yang dikenakan dan wajahnya. Kudekati dia, kondisi tubuhnya benar-benar berantakan tertindih tiang listrik, banyak tumpahan darah di sekujur tubuhnya, raut mukanya tampak buas sekali tidak seperti Ori yang aku kenal.

"Ori? ya ampun.... apa yang terjadi?"

"GGERAAAAHHHHHHHH"

Aku sangat terkejut saat dia menggeram keras tepat dihadapanku, kedua tangannya bergerak-gerak berusaha untuk menerkamku. Aku berjalan mundur dan menutup mulutku tak percaya apa yang kulihat sekarang. Air mataku tak bisa kubendung.

"Ori.... hiks.... hiks.... hiks....."

"GGRRRHHHHHHHHHH"

"Kenapa kamu harus alami ini? hiks.....hiks....." tubuhnya mengejang beberapa saat dan memperlihatkan luka gigitan pada lehernya. Luka itu cukup besar, dalam dan terus mengeluarkan darah.

"Apa yang harus aku lakukan? aku tak bisa selamatkan kamu...."

Kakiku tiba-tiba lemas dan lututku jatuh ke tanah melihat kondisi sahabatku yang sudah berubah drastis, tak menyangka dia sudah menjadi manusia aneh yang aku temui sebelumnya. Apakah mereka menyerang manusia dengan gigitan sehingga bisa berubah menjadi seperti ini? kuusap air mataku dan menatap dia, matanya merah melotot kearahku.

"Maafkan aku Ri, mungkin kamu bukan seperti yang aku kenal sekarang, tapi mungkin di hati kecilmu kamu tetap Ori yang menyebalkan....."

"...tapi bikin kangen"

"Mungkin kamu masih inget ya Ri, kita makan cokelat bareng-bareng di pantai, curhat-curhatan sampai nangis segala...." aku berbicara pada dia walau dia hanya membalasnya dengan erangan yang menakutkan.

Tanpa sadar mataku kembali basah, air mataku mengalir. Aku tak bisa mengembalikan dia menjadi Ori yang ku kenal.

"Maafkan aku karena gara-gara Adit aku melupakanmu....."

"Aku seharusnya tidak mencintai dia Ri, dia orangnya brengsek. Kesucianku koyak karena dia....."

GGGGRRHHHHHHHHH

"ORIIIII PLISSSSSS KEMBALILAH. AKU SENDIRIAN DISINI RIIIII" aku kembali menangis, aku tak kuat menahan air mataku.

Kenapa bencana ini harus terjadi?

Kenapa sahabatku yang jadi korban?

Kenapa tidak aku saja?

GGGRRHHHHHHHHHAHHHH

Cukup lama aku menangis dihadapannya, aku lampiaskan semua emosiku dan curahan hariku. Tapi mungkin percuma saja aku menangis, Ori sudah tiada dan aku tak mungkin bisa mengembalikannya. Kuusap air mataku dan perlahan mulai berdiri.

"Ori......."

"Maafkan aku Ri........"

GGRRHRRHRHHHHHHHH

Sebenarnya aku sangat ingin memeluknya tanda perpisahan.

Aku berjalan meninggalkan dia, kembali air mataku tak bisa kubendung.

Selamat tinggal, Gloria......

===ooo===​

Pagi ini cukup mendung, berbeda dari kemarin. Udara yang sangat segar mengisi setiap relung paru-paruku memberikan nuansa segar pada tubuhku. Aku sedang memegang teropong binokular untuk mengamati kondisi pagar yang penuh dengan mayat hidup. Kata kak Galang aktifitas mayat hidup diluar cukup meningkat akhir-akhir ini sehingga kami harus lebih berhati-hati untuk keluar mencari suplai di kota. Oh iya aku tak sendiri disini, ada Nadila yang sedang duduk disampingku dengan memegang gitarnya. Ia memetik beberapa senarnya dan mencoba untuk melantunkan lagu. Jujur suara dia sangat bagus, aransemen gitar dan nada suaranya selalu berirama, aku terkesan dibuatnya.

"Gimana Cit, bagus gak?" tanyanya.

"Bagus kok Nad hehe" jawabku. "kamu berbakat banget jadi musisi" tambahku.

"Makasih Citra" ia tampak senang aku puji dia.

"Emm kak Dino dimana?" tanyaku.

"Dia lagi di gudang Cit, katanya sih lagi ngecek senjata-senjata"

"Ohhh oke, Nadila...."

"Iya kenapa Cit?"

"Emmm, aku boleh kasih saran untuk hubungan kalian?" yang aku maksud adalah hubungan kak Dino dengan Nadila yang aku yakin mereka sudah bersatu. "Aku hanya minta tolong aja kamu jagain kak Dino ya, bikin dia bahagia. Aku yakin kak Dino bisa bahagiain kamu juga"

"Iya Citra, makasih ya atas sarannya" jawabnya senang. Mungkin dia tahu aku berat untuk mengatakan hal itu, dia menatapku dalam dan tersenyum kepadaku.

Dan pada akhirnya, aku kembali mengalah. Mengalah untuk membiarkan kak Dino memilih Nadila sebagai pendamping hidupnya. Mungkin ini jalan terbaik untukku dan mereka. Aku ingin kak Dino dan Nadila bisa bahagia.

"Emmm Citra, aku juga minta maaf kalau sebelumnya aku selalu jahat sama kamu"

"Lho, kok? aku ngerasa kamu gak pernah jahatin aku Nad. Kita kan temen" kataku.

"Bukan gitu Cit, sebelumnya aku tahu selama ini kamu menaruh hati kepada Dino dan aku selalu menghalangi kamu" Nadila berkata serius kepadaku, aku hanya tertegun mendengarnya.

"Emm gak apa-apa kok Nad, memang kamu kan yang pantas untuk kak Dino"

"Kamu yakin Cit?"

Kami terdiam cukup lama, sejujurnya sangat berat untuk menjawab pertanyaan Nadila tadi. Aku masih menyukai kak Dino sampai saat ini namun aku sadar aku harus membuang jauh-jauh perasaan ini demi kebaikan mereka.

TRAT TRAT TRAT TRAT

TRAT TRAT TRAT TRAT

Tiba-tiba suara desingan peluru terdengar cukup keras dari lokasi tempat kami, dengan cepat aku mendorong tubuh Nadila hingga terjatuh, kutelungkupi tubuhnya untuk melindungi dari desingan peluru yang entah dari mana asal sumbernya.

TRAT TRAT TRAT TRAT

TRAT TRAT TRAT TRAT

"Citra, apa itu?" Nadila tampak ketakutan namun dengan cepat aku tenangkan dia.

"Entahlah Nad, tapi kayaknya itu suara tembakan senjata api"

"Aku takut Cit"

"Tenang, aku ada disini"

Kami masih berlindung dari desingan peluru yang menghujani bangunan utama. Aku melihat kak Dino dan kak Galang yang sedang merangkak sambil membawa senjata apinya. Mereka mendekatiku dengan cemas.

"Kamu gak apa-apa?" tanya kak Dino kepadaku.

"Iya kak kami gak apa-apa"

"Dino, hiks....hiks...." Nadila tampak menangis dan langsung memeluk kak Dino dengan erat.

"Iya Dila, aku disini" kak Dino berusaha menenangkan Nadila, sejenak kak Dino menatap kearahku namun aku balas dengan senyuman.

"Din, siapa yang nembak tadi?" tanya kak Galang.

"Aku takut orang-orang si Boss yang menembaki tempat kita"

"Apa?" kak Galang tampak terkejut. Sejujurnya aku juga takut orang-orang itu menembaki kita, kenapa mereka melakukan itu pada kami?

"SELAMAT PAGI WAHAI PENGHUNI TEMPAT INI, KALIAN PASTI TERKEJUT KAN APA YANG KITA LAKUKAN PADA KALIAN" tiba-tiba kami mendengar suara yang cukup keras sehabis tembakan itu berakhir, aku mencoba untuk mengintip dan menggunakan teropong. Tampak beberapa orang sedang berdiri di luar pagar lapangan dan satu orang membawa megafon.

"TENANG SAJA, KAMI TAK AKAN MENEMBAK KALIAN UNTUK SAAT INI, NAMUN SAYA PERINGATKAN SEKALI LAGI. KALIAN HANYA BUTUH WAKTU TIGA HARI UNTUK SEGERA MENINGGALKAN TEMPAT INI, WAKTU YANG TIDAK SEBENTAR BUKAN? JIKA KALIAN MASIH ADA DISINI SETELAH BATAS WAKTU ITU, KALIAN TAHU SENDIRI AKIBATNYA"

"KAMI BARU MEMBAWA LIMA ORANG, ITU BELUM SEBERAPA KAWAN. PASUKANKU LEBIH BANYAK DARI KALIAN. INI PERINGATAN TERAKHIR DARI KAMI"

Aku melihat mereka dengab teropong dan mengamati senjata-senjata yang mereka gunakan. Aku langsung berkata kepada kak Dino.

"Kak, mereka pakai senjata lengkap" kataku kepadanya.

"Iya Cit"

"Apa yang harus kita lakukan kak?" tanyaku cemas. Mereka bisa saja berbohong dan langsung menyerang lapangan golf ini. Aku merasa takut dan cemas jika hal itu benar-benar terjadi.

Aku kembali mengintip dan menggunakan teropong untuk melihat kondisi luar pagar. Mereka tampaknya sudah pergi dari tempat itu, namun tiba-tiba aku mendengar suara mobil truk. Aku langsung mengarahkan teropongku kearah sumber suara. Benar saja, truk berukuran cukup besar sedang menuju kearah pintu gerbang.

BRAKKK

CIIITTTT

Truk itu menabrak pintu gerbang hingga hancur berantakan, kendaraan itu sudah masuk ke lapangan golf. Aku tak mengerti apa maksudnya.

GGRRAAHHHHHH

GGGHHHRRRRRH

"KAK, ITU....." aku sedikit berteriak sambil menunjuk kearah truk itu. Beberapa mayat hidup keluar dari kontainer truk. Kami terkejut melihat mayat-mayat hidup yang jumlahnya lumayan banyak mulai berjalan kearah lapangan golf. Orang yang mengendarai truk itu langsung berlari keluar.

DOR DOR DOR

Kak Galang menembakkan senjata apinya dan berhasil membunuh orang itu.

"Kak, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanyaku kepada kak Dino. Ekspresi dia tampak berbeda dari sebelumnya, cemas dan takut.

"Mereka akan menyerang tempat kita, Citra....."

CREDITS ROLL

 
Terakhir diubah:
Trivia

1. Choice dalam bahasa indonesia artinya pilihan. Mengacu pada Citra yang harus memilih pilihan yang sulit

2. Citra adalah tokoh utama keempat yang memiliki episode sendiri, setelah Dino, Nadila, Gaby dan Aya

3. Penampilan satu-satunya Elizabeth Gloria (Ori) dalam flashback

4. Jadi bagaimana mereka akan pergi dari lapangan golf yang sudah menjadi rumah mereka ataukah bertahan? tunggu episode selanjutnya hehe

Btw, the last of us part 2 bikin emosi ya~

Happy reading and have a nice day. Stay safe and stay healthy
 
Aku belum baca bener sih, tapi ini kayanya merujuk ke TWD juga, ya? Cuma aku lupa pas arc mana

Soalnya samar aku inget juga ada adegan homebase yang ditabrak sama truk besar teh.

Btw, makasih kak update nya

Nanti aku baca deh kalo udah rada lowong, sepertinya menarik drama citra nya

Kasian citra
 
Makasih updatenya suhu @metalgearzeke :beer:
Hehe sama2
Seru jika ada yg berkorban buat Dino hihihi
Pasti ada kok hehe
Aku belum baca bener sih, tapi ini kayanya merujuk ke TWD juga, ya? Cuma aku lupa pas arc mana

Soalnya samar aku inget juga ada adegan homebase yang ditabrak sama truk besar teh.

Btw, makasih kak update nya

Nanti aku baca deh kalo udah rada lowong, sepertinya menarik drama citra nya

Kasian citra
Take your time
Makasih buat updatenya ya hu...... tetap semangat yaaaa
Selalu semangat kok, gak enak kalo mandek di tengah jalan wkwk
Hmmm keadaan sperti itu emang restoran masih buka yah..? Bukanya LG banyak mayat hdup?
Ohh itu flashbacknya sebelum wabah mayat hidup kok :ha:
 
Mungkin perlu ada pov dino soal menanggapi pilihan citra.. Biar ga kaya mayat hidup hatinya dino.. Kompor gas.. Makasih update nya om..
 
Makasih updatenya suhu....

Dino... Dino... Itu cewek udah mau eue bareng dan nempel mulu ama lo kok elonya gak peka sih :marah:
 
udah baca

part yang menguras emosi yah
ahaha'

waktu awal baca tuh agak roaming, karna nggak ada keterangan ini POV nya siapa,
citra kuat, tapi aku lebih suka nadila yang manja
ahaha'
jahat tapinya, ih
harusnya ada jambak-jambakan dulu, biar lebih asik
:pandaketawa:

aku teringat prison arc nya walking dead liat endingnya, bakalan ada perang besar inimah
 
Mungkin perlu ada pov dino soal menanggapi pilihan citra.. Biar ga kaya mayat hidup hatinya dino.. Kompor gas.. Makasih update nya om..
Awalnya episode ini ada dua pov citra sama dino tapi ane kesulitan saat nulisnya jadinya pov citra doang wkwk
:((:((:((
Kirain citra ketembak. Mungkin lebih baik mati ketimbangbsakit hati
Hehe untung aja itu tidak terjadi
Citra berlapang dada sekali :kk:
Wooiyadong :kangen:makin suka sama Citra
part ini sungguh emosional, selain partnya gracia:sakit:
Awalnya mau masukkin dialog Citra saat Gracia masih hidup, Citra sempat curhat sama dia beberapa hal termasuk tentang Dino. Klimaksnya, Gracia ngomong sama Citra kalau "mungkin aku suka sama kak Dino" dan Citra nganggap kalau itu bercanda, padahal bukan. Gracia memang suka sama Dino.

Namun ane putuskan untuk nge-cut adegan ini karena jadi terlalu panjang nanti episodenya. Ane kasih gambaran besarnya aja hehe
Makasih updatenya suhu....

Dino... Dino... Itu cewek udah mau eue bareng dan nempel mulu ama lo kok elonya gak peka sih :marah:
Bangsat emang dia :marah::marah:
udah baca

part yang menguras emosi yah
ahaha'

waktu awal baca tuh agak roaming, karna nggak ada keterangan ini POV nya siapa,
citra kuat, tapi aku lebih suka nadila yang manja
ahaha'
jahat tapinya, ih
harusnya ada jambak-jambakan dulu, biar lebih asik
:pandaketawa:

aku teringat prison arc nya walking dead liat endingnya, bakalan ada perang besar inimah
Orang kuat lebih bisa beradaptasi, orang manja lebih cepat kalah..... eh gak juga sih nanti ada pengembangan karakter juga hehe

Gak bisa bayangin kalo citra dan nadila jambak-jambakan hehe. Lebih suka gebuk-gebukan kayak di The Last of Us part 2 (mungkin yg udh maen, Ellie vs Abby)

Tebak-tebakan aja, mereka bisa bertahan apa tidak? Hehe
 
Abis baca ulang kok dapet feeling kalo dino bakalan mati di ending nanti biar adil gak ada yang dapetin dia. Apalagi udah ditungguin gracia di alam sana🤔
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd