Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Teaser ya? Oke

"Beberapa kilometer dari camp ini ada sebuah permukiman yang terbengkalai dan kebetulan ada sebuah minimarket besar. Aku sudah pernah kesana dan barang-barangnya masih lengkap, makanan minuman dan yang lainnya"
"Besok pagi kita kesana, ambil barang-barang yang dibutuhkan"
*****
"Emmhhh kak"
"Iya?"
"Aku boleh ngomong sesuatu, tapi kak Dino jangan kaget ya"
"Oke, apa Citra?"
"Gimana ya kak, aku mau......"
*****
"Usahakan kamu tidak menembak ya kecuali kalau keadaan benar-benar darurat. Suara senjata api bisa memancing mayat hidup. Dan kamu tetap didekat Citra ya"
"Kenapa dia? Aku maunya sama kamu"
*****
"Yang ini ya kak"
"Yang ini ya Din"
"Gak Nad, dia gak suka sama itu"
"Heh, Dino suka sama ini ya"
"Eh, kalian kenapa sih?"

Episode 06 : Supply Run coming soon

Dan satu lagi, akan ada karakter baru tapi munculnya di pertengahan season. Inisialnya S nama tengah atau bisa juga belakang, silahkan tebak sendiri hehe
 
Akhirnya selesai juga baca marathonnya hehe.. :p

Awalnya dan beberapa kali mampir ke sini ngerasa ga cocok sama base ceritanya. Ternyata setelah dibaca lebih lanjut, salah satu cerita yang nyaman buat di baca.. :malu:

Ditunggu updateannya hu.. ide buat cerita selanjutnya mungkin bisa kearah berantem ala perempuan yang suka sama satu laki.. penyelesaiannya pake cara seperti "biasanya" tp dicari yang paling yahud siapa.. :p
 
Akhirnya selesai juga baca marathonnya hehe.. :p

Awalnya dan beberapa kali mampir ke sini ngerasa ga cocok sama base ceritanya. Ternyata setelah dibaca lebih lanjut, salah satu cerita yang nyaman buat di baca.. :malu:

Ditunggu updateannya hu.. ide buat cerita selanjutnya mungkin bisa kearah berantem ala perempuan yang suka sama satu laki.. penyelesaiannya pake cara seperti "biasanya" tp dicari yang paling yahud siapa.. :p
Terima kasih atas masukannya hu, ane masih harus banyak belajar sih. Dan juga ane masih harus banyak belajar nulis juga terutama bagian romancenya. Tetapi tema post apocalypse dan survival tetap melekat erat di series ini.

Ane sadar juga kalau cerita ini gak bakal serame di lapak-lapak sebelah mungkin karena temanya yang tak biasa dan jarang orang suka, but yeah, gpp nyoba cari tantangan aja haha.
 
Ane sadar juga kalau cerita ini gak bakal serame di lapak-lapak sebelah mungkin karena temanya yang tak biasa dan jarang orang suka, but yeah, gpp nyoba cari tantangan aja haha.
Iya hu sekalian ngasih alternatif juga kan bosen kalo semua cerita tema dan genrenya sama wkwk:beer:
 
6. Supply Run

Aku dan Fidly akhirnya sampai di camp, tepat disaat matahari sudah hampir terbenam. Awalnya Fidly keberatan untuk meninggalkan tempat tinggalnya, namun kuyakini dia untuk bergabung bersama grupku. Sebelumnya Fidly memintaku untuk membantu membakar tempat tinggalnya.

"Aku mau bakar tempat ini Din"

"Kenapa?" tanyaku.

"Supaya aku bisa melupakan kenangan buruk di tempat ini Din, ayo bantu aku"

Kami disambut oleh kawan-kawanku, Dila yang pertama kali melihatku langsung berlari dan memelukku erat.

"Kamu dari mana aja sih Din? aku khawatir" kata Dila sesegukan.

"Hehe jalan-jalan lah" balasku sambil mengelus rambutnya.

"Sampai tiga hari Din, mereka pada cemas"

"Udah-udah Py, jangan nangis ah" balasku mengusap air matanya.

"Din, ini siapa?" Sandi mendekati Fidly.

"Dia Fidly San, dia sudah menyelamatkan aku"

"Tuh kan, kamu sendiri kenapa-kenapa" isak Dila.

"Dan kamu lihat sendiri, aku gak apa-apa Dila" balasku.

"Tunggu dulu, sepertinya aku mengenali kamu" kata Sandi menatap Fidly. "Kamu yang dulu pernah ke markasku untuk minta makanan kan?"

"I.. Iya" balas Fidly.

"Sebentar, kamu bukan termasuk dari mereka? Orang-orang yang menyerang markasku dulu?"

"Enggak, sungguh. Aku hidup sendiri di hutan. Aku tak terlibat dengan mereka" balasnya.

"Emmm okelah aku percaya sama kamu. Terima kasih kamu sudah mengajarkan aku cara untuk mengelabui mayat hidup"

"Mengajarkan apa San?" tanyaku kepada Sandi.

"Itu loh Din, kamuflase" balasnya. Aku menggangguk tanda mengerti.

"Selamat datang di camp" Sandi menyalami Fidly, ia tersenyum.

*****

"Din, kamu bisa ikut aku?" Sandi menghampiriku disaat aku sedang duduk santai sambil menghisap rokok.

"Kenapa San?" tanyaku.

"Udah ikut aja dulu"

Singkatnya Sandi dan aku berjalan menuju api unggun yang sudah menyala. Terlihat ada Galang, Dani, Anin, Fidly dan Citra yang sudah duduk disekitar api unggun itu.

"Emm ada apa San?" tanyaku.

"Jadi gini, persediaan makanan di camp mulai menipis. Tidak hanya makanan saja, obat-obatan juga. Ikan-ikan di sungai juga sudah mulai sulit ditangkap. Jadi aku akan membuat sebuah grup untuk mengambil barang-barang di kota, mungkin disana masih banyak tempat-tempat yang belum dijarah" jelas Sandi.

"Untuk ini aku akan memimpin grup. Satu grup terdiri dari lima orang termasuk aku, siapa yang akan ikut? Aku tidak memaksa kalian" tambahnya.

"Aku ikut" kataku sambil menaikkan tanganku.

"Oke, yang lain?"

"Aku juga kak" Citra menaikkan tangannya.

"Sandi, aku boleh menyanggah?" Fidly berkata.

"Boleh, silahkan Fid"

"Kita tak perlu ambil barang-barang di kota San. Sekitar tiga kilometer dari sini ada sebuah permukiman mewah, beberapa Villa. Disana ada bangunan minimarket besar dan beberapa gudang. Kita bisa ambil barang-barang disana San" kata Fidly.

"Hah? masak sih?" tanya Sandi.

"Selama aku hidup di hutan ini, aku sering ambil barang-barang disana, termasuk makanan" balasnya.

"Hmmmn boleh juga sih, oke kita akan kesana. Berarti Fidly juga ikut ya?" kata Sandi. Fidly menggangguk.

"Oke, kurang satu orang berarti, siapa?"

"Aku ikut"

Aku terkejut mendengar suara itu, Dila berjalan mendekatiku.

"Aku ikut" kata Dila sekali lagi.

"Eh hei, kamu tak perlu ikut Dila. Disana berbahaya" kataku sambil memegang kedua pundaknya.

"Enggak Din, sekali-kali aku mau bantu kalian" ia menatap mataku dalam. Aku bisa melihat dia sungguh-sungguh.

"Please Din, aku mau ikut denganmu"

"Hmmm okelah kalau itu maumu. Dila ikut juga San"

"Baiklah, grupnya sudah lengkap ya. Besok pagi kita berangkat. Istirahat dengan cukup untuk malam ini"

"Siap"

Aku menatap Dila yang tersenyum kearahku.

"Kamu serius Py, mau ikut denganku?" tanyaku.

"Iya Din"

"Yaudah kamu istirahat sana, besok harus bangun pagi" kupeluk tubuhnya erat. Dila membalas pelukanku.

"Hehe iya Din"

*****

Tubuh ini terasa segar setelah melakukan ritual mandi. Aku berjalan menuju kamar, dan terlihat wanita mungil bernama Citra sedang berdiri santai menungguku. Ia mengenakan celana pendek dan tanpa mengenakan baju, sepertinya dia sedang berganti pakaian sebelum tidur. Pantatnya yang bulat sekal itu menghipnotis pikiranku. Kudekati dia dan kupepet tubuhku di punggungnya. Ia terkejut, namun dengan cepat aku peluk perutnya dan mulai menciumi belakang lehernya.

"Sllrpppppp sllrpppppp"

"Ughhhh kakkkk ughhhhhh kakak ngapain sih"

"Kangen kamu hehe"

Kuremas-remas buah dadanya yang sekal itu sambil terus menyerang lehernya, Citra mendesah dan tubuhnya meliuk menikmati sensasi yang kuberikan. Kemaluanku mulai mengeras menimbulkan rasa sesak didalam celanaku. Citra tampaknya menyadari hal itu karena selangkanganku tepat berada dibagian pantatnya, ia membalikkan kepalanya dan tersenyum nakal. Aghhh sial, dia menggerak-gerakkan pantatnya sehingga kemaluanku yang masih terbalut celana pendek ini tergesek.

"Sshhhhh mmmmhhhh Citra mulai nakal yaaa hhghhhh" bisikku di telinganya.

"Kakkkkk aghhhh aku abis mandi" kata dia.

"Lalu?"

"Kalau kita gituan akunya harus mandi lagi aghhhh" dia kembali mendesah saat aku meremas kembali payudaranya.

"Gak apa-apa hehe, kita mandi bareng abis main" balasku.

"Kalau mandi bareng kita gituan lagi kak hegghhhhh ughhhhhh"

"Hghhhhh kamu gak kangen aku?" bisikku mesra di telinganya, tubuhnya bereaksi.

"Gak, wleee"

"Dih, gak jujur"

"Kakk aghhhhhhh" kuremas buah pantatnya yang menonjol di celana pendeknya, gemas sekali. Ia membalikkan tubuhnya dan menatapku sejenak, Citra menyambar bibirku dan mulai bercumbu. Awalnya terasa lembut namun lama-kelamaan cumbuan ini menjadi liar dan semakin liar. Citra mengisap-isap liur di mulutku dan kubalas perlakuannya. Hisapan demi hisapan menghiasi cumbuan kami, kedua tangannya melingkar erat di leherku.

"Hghhhhhh ummpphhhhh" suara lirihnya keluar dari sela-sela cumbuan kami. Citra melepaskan bibirnya dan terlihat benang saliva yang terbentuk cukup panjang. Napas kami beradu sambil menatap mata satu sama lain.

"Main yuk"

"Emmmm gak mau"

"Dih"

"Maen terus kak, gak bosen napa" dia menolak, tapi kenapa dia meremas-remas kemaluanku coba?

"Hggghhhhh kamu nakal, sini" dengan cepat aku angkat tubuh mungilnya menuju ke ranjang, ia tak melawan sama sekali. Kutaruh tubuhnya pelan dan mulai kucumbu kembali bibirnya. Kami saling bercumbu liar selama beberapa menit. Lumatan demi lumatan aku lancarkan beserta remasan kencang pada buah dadanya, ia membalas dengan meremas kencang kemaluanku, aku mulai melepas celanaku dan batang kemaluanku akhirnya bisa bebas. Citra membulatkan matanya saat melihat kemaluanku yang sudah tegang mengacung, tangan kanannya membelai setiap bagian alat kelaminku dan mulai mengurut. Aku mendesah.

"Ughhhhhh kangen sama ini ya hehe" kataku.

Dia tak menjawab. Aku kembali menciumi bibirnya dengan liar, nafsu kami mulai memuncak. Sepertinya malam ini kita akan habiskan dengan kenikmatan duniawi. Tak lama kemudian Citra mengarahkan batang kemaluanku ini ke mulutnya yang sudah terbuka. Lidahnya mulai menari-nari menjilat setiap bagian kulit kelaminku, aku menikmati permainannya.

"Ahhhhhh Citraaa"

Kemudian ia mendorong kepalanya sehingga batang kemaluanku masuk kedalam mulutnya lebih dalam, aku bisa merasakan hangat dan basah mulutnya. Citra mengempotkan mulutnya. Ah bangsat, hisapannya enak sekali.

"Ummpphhhh sllluuurpppp" suara hisapannya terdengar dari sela-sela mulutnya, aku merem-melek merasakan nikmat yang teramat sangat. Jujur hisapannya setara dengan mulut kemaluannya, hehe.

"Aghhhhh Citraaa, nikmat sekali" desahku keenakan. Ia melepaskan kemaluanku dari mulutnya, air liurnya cukup banyak melumuri setiap bagian batangku, ia tersenyum nakal. Ah, dia memang benar-benar menggoda. Kulepas baju dan celana pendeknya sehingga tubuhnya yang mungil itu sudah tak terlapisi benang sehelaipun. Kucumbu kembali bibir Citra, ia membalas cumbuanku.

"Ssllrrrpppp ssllrrpppppp"

"Ughhhhh slllrrrpppppppp"

Beberapa menit kemudian kami melepaskan cumbuan ini, seperti biasa benang liur terbentuk cukup panjang. Aku menatap matanya yang terlihat sayu sekali seakan-akan ingin melakukan lebih. Aku sodorkan batang kemaluanku kearah mulutnya yang langsung disambar olehnya. Kuluman demi kuluman ia lancarkan sambil sesekali tangannya meremas pelan bola zakar, tempat cairan mani diproduksi, aku melenguh merasakan kenikmatan ini. Sekitar lima menit lamanya dia memainkan alat kelaminku dan aku merasakan aliran mani akan siap menyembur, Citra terus menerus mengulum batang kemaluanku bahkan lebih intens, dia mungkin tahu aku akan klimaks beberapa saat lagi.

"Aghhhhhhhhh Citraaaa aku keluarrrrr"

Crot

Crot

Crot

Crot

Empat kali semburan mani keluar dari lubang kencingku. Citra terus mengulum batangku yang berkedut kencang, tanpa pikir panjang aku dorong pinggulku sehingga batang ini masuk lebih dalam. Citra kaget dan menggeleng-gelengkan kepalanya namun aku tak peduli, diriku sudah terkuasai birahi. Setelah orgasmeku reda, aku melepaskan kemaluanku dari mulutnya, campuran liur Citra dan spermaku melapisi batang kemaluanku. Citra terbatuk-batuk.

"Uhukk uhukkk kakk uhukkkk"

"Maaf, aku keterlaluan ya tadi" jawabku. Yep, saat nafsu birahi sudah melanda tubuhku

"Uhukkk kak ambilkan minum tolong" kuturuti perkataannya. Citra meneguk botol air minum hingga habis.

"Maaf ya" kuelus pipinya, ia hanya tersenyum.

"Gak apa-apa kak, tapi aku kaget tadi" balasnya datar.

Kujatuhkan tubuhku di ranjang dengan posisi terlentang, kemaluanku masih tegak mengacung walau sudah menyemburkan mani, Citra tiduran diatas perutku yang kembang kempis. Ia mengelus perutku sehingga aku merasa geli, ia kembali tersenyum nakal.

"Gimana kak, udah kuat lagi?" tanya dia.

"Emm lumayan" balasku.

"Ini belum selesai kan kak? gantian sekarang.

"Dih, nantang nih"

"Iya emang aku nantang kok, ayo tuntaskan kak......"

"..... biar tidurnya bisa lelap hihi"

Kami kembali bercumbu selama beberapa menit, saling bermain lidah dan bertukar ludah. Tangan kananku bergerak mengelus area selangkangannya, kugesek-gesek rambut kemaluannya yang tipis itu pelan. Citra mendesah pelan dan ia sengaja mengeluarkan suara itu tepat ditelingaku sehingga birahiku mulai memuncak. Jemariku bergerak lagi dan akhirnya menemukan lubang kawinnya yang sudah basah oleh lendir alamiah. Dengan cepat aku menusukkan jariku ke lubangnya dan mulai mengocoknya pelan. Desahan Citra semakin intens sesekali juga lenguhan birahi terdengar.

"Ahhhhhh ahhhhh ahhhhh kakkk ahhhhh"

"Shhhhh ahhhhh ahhhhhh sshhhhh"

Kocokan ini semakin kupercepat sembari cumbuan yang semakin liar, tangan kiriku meremas-remas kencang buah dadanya dan tak lupa puting susu mungilnya yang sudah tegang itu kupilin dan sesekali kucubit pelan. Desahan Citra semakin liar, suaranya benar-benar seksi. Pantatnya bergoyang-goyang saat kocokan ini kubuat semakin kencang, cairannya mulai mengucur keluar dari lubang kemaluannya sehingga jemariku terasa hangat dan licin tentunya. Tak berapa lama tubuhnya mulai mengejang, goyangan pantatnya semakin kuat, tampaknya aku mengocok kemaluannya tepat mengenai area sensitifnya. Aku tersenyum nakal melihat reaksi tubuhnya.

"Kakkkk ahhhhh sshhhhh mau pipissss ahhhhh ahhh terusss kocok kakkkkk ahhhh pipissss ahhhhhhh"

Otot kemaluannya berkedut kencang, jemariku teremas kuat sekali. Cairannya menyemprot kencang membasahi tangan kananku mungkin sekitar tiga kali ia menyemburkan cairan cintanya. Setelah orgasme itu reda tubuhnya melemas dan jatuh ke kasur.

Tapi,

Ini belum selesai, hehe.

Dengan cepat aku angkat tubuh Citra yang masih lemas itu dalam posisi terlentang, kedua pahanya aku lebarkan dan tampak area kemaluannya yang berkedut-kedut basah karena orgasme hebatnya. Kudekatkan kepalaku ke area kemaluannya dan kujilat bagian mulut kemaluannya. Citra kembali mendesah lirih, pantatnya sedikit terangkat. Lidahku mengeksplorasi daerah kemaluan wanita imut ini sesekali kuhirup bagian itu, aroma kemaluan wanita sehabis orgasme memenuhi paru-paruku dan aku sangat menyukainya, sisi liarku tiba-tiba terpicu akibat aroma tersebut. Oh, tak lupa juga aku mulai mengeksplorasi area yang lain.

Lubang anusnya.

Dengan lidahku ini, kujilat bagian dekat lubang anusnya, salah satu bagian sensitif wanita lainnya dan yang paling terlarang seharusnya. Tubuhnya semakin mengejang karena permainanku.

"Kakkkk ahhhhhh kok ituku dijilat aaahhhhhh geliiii ahhhhh ahhhhh"

Desah to dia, hehe.

Pikiran liarku mulai berputar. Mungkinkah aku harus melakukan seks anal untuk dia? Sejujurnya aku pernah sekali melakukan seks jenis itu dengan seorang mahasiswi saat aku kerja dulu. Kapan-kapan aku ceritakan itu kepada kalian, hehe.

Okelah, lain kali saja. Mungkin dia belum pernah dan aku tahu itu sakit.

Setelah bagian itu kujamah, kembali kumainkan kemaluannya dengan lidahku. Dengan lihai kujilat sebuah daging kecil sebesar kacang yang biasa disebut klitoris. Bagian itu kujilat dengan intens. Tubuhnya semakin mengejang, desahan dan lenguhannya semakin keras terdengar. Cairannya kembali mengucur dari sela-sela kemaluannya, kuseruput cairan itu dengan rakus, rasanya sedikit aneh namun aku suka bahkan ketagihan.

"Ugghhhhhhhh uhhhhhhhh kakkkk ahhhhh ahhhhhh"

"Ssslrrpppp ssllrrpppp"

"Kakkk akku mau pipiss lagiii kakkk ahhhh ahhhh terus kakkk geliii ahhhhh"

"Sslllrrpppp Citra keenakan yaaa sslrrpppp" kataku.

"Iyaaahhh kakkkk Citra ngerasaa enakkk ahhhhh ahhhhh pipisss kakk mau pipisss lagiii ahhhh ahhhhh ahhhhh"

Ssrrrrrrrr

Ssrrrrrrrr

Ssrrrrrrrr

Cairan dari lubang kencing itu kembali mengucur, kucaplok bagian kemaluanku dengan mulutku, menampung seluruh cairan beningnya beserta lendirnya yang keluar dari lubang kemaluannya, tak terlalu banyak kurasa dari orgasme pertamanya. Setelah dirasa cukup kutelan semua cairan yang tertampung di mulutku.

"Hahhhhh hahhhh kakk nikmat bangett ahhhhhh"

"Hehehe sampai pipis gitu"

Citra terengah-engah menikmati sisa-sisa orgasmenya, tatapannya lemah namun masih menantang, kukocok-kocok batang kemaluanku sampai kurasa tegang sekali. Bersiap untuk menikmati menu utama, hehe.

"Pengen titit kakak, plisss masukin hhhhhhh" katanya lirih tapi terdengar seksi di telingaku.

"Mmhhh kok titit Cit?" tanyaku nakal, aku memancing dia untuk mengeluarkan "sedikit" dirty words.

"Iyahhh kontol, kontol kakak. Masukkin ke memek Citraa hhhhhhhh. Pengen dientot kakak"

Aku tertawa dalam hati. Citra memang berbeda dalam kondisi seperti ini, dia benar-benar bisa liar saat melakukan hubungan seks. Tanpa pikir panjang kumasukkan batang kemaluanku ini ke liangnya dengan cepat. Citra langsung mendongakkan kepalanya dan mendesah panjang. Buah dadanya tampak membesar dan putingnya mengacung tegang, dan disaat itu juga aku menyerang buah dadanya dengan mulutku sembari mendorong kemaluanku hingga menabrak mulut rahimnya. Kuhisap puting susu itu dengan keras, desahannya semakin liar saja.

"Aahhhhhhh ahhhhhhh kakakkkk ahhhhhh"

Setelah dirasa cukup aku mulai menggerakan pinggulku maju mundur, tubuhnya bereaksi karena gesekan antar kemaluan kami. Sekitar dua menit kugenjot kemaluannya pelan, remasan relung lubangnya membuatku merem melek dan sesekali aku mendesah kecil. Sempit, menggigit, dan tentu saja basah.

Plok plok plok plok

Plok plok plok plok

"Hhhggghhhhhh ughhhhh sempit banget memek kamu Citra hggghhhhhh"

"Kontol kakak yang gedeee ahhhh ahhhhhh ituku kerasa penuh kak ahhhh ahhhhh"

"Hehehe hhgghhhhh aku genjot yang kenceng ya sayanggg hhhhgghhh kamu siap-siap yaaa"

"Iyaahhhh kakkkkk genjot aja ahhh"

Plok plok plok

Plok plok plok

Genjotan ini semakin kupercepat hingga tubuhnya berguncang, desahannya semakin liar dan semakin liar. Sesekali aku mencumbu bibirnya liar yang ia balas dengan liar juga. Tubuh kami basah oleh keringat yang terus mengucur, menciptakan suasana pengap di kamar ini. Kami terus memacu birahi yang semakin memuncak, berlomba untuk meraih orgasme demi orgasme yang jelas sangat nikmat.

"Hhhghhhhhh ahhhhh Citraaa aku mau keluarrrr ahhhhh ahhhhh"

"Hhhhhh ahhhhh hhunnggghhh Citra jugaaa mauuu pipisss lagi kakkkkk ahhhh ahhhh"

Plok plok plok

Batang kemaluanku mulai berdenyut-denyut pertanda orgasme ini sudah tiba, genjotan ini menjadi semakin liar, relung kemaluannya juga berkedut hebat dan mengucurkan cairan cintanya. Sedikit lagi, sedikit lagi....

Plok plok plok

"Akuuu pipissss kakkkkk ahhhhhhhh"

Ssssrrrrrrr

Ssssrrrrrrr

Ssssrrrrrrr

Dengan cepat kucabut batang kemaluanku yang sudah membesar dan kudekatkan kearah lubang kencingnya. Semprotan cairan bening membasahi seluruh batang kemaluanku, terasa dingin namun justru menambah sensasi. Kukocok dengan kencang kemaluanku yang sudah siap menyemprotkan isinya. Aku memang tak berniat untuk keluar didalam kemaluannya, jadi kuarahkan ke perut dan buah dadanya. Tubuhnya masih terkejang-kejang menikmati orgasme hebatnya itu.

"Ugghhhhhh Citraaa aku keluarrr"

Crot

Crot

Crot

Crot

Cairan sperma ini akhirnya menyembur kencang dari lubang kencingku. Membasahi perut mulusnya dan buah dadanya yang mengacung bulat. Perutnya yang masih mengejang kembang-kempis itu sudah berlumuran spermaku. Tubuhku terasa ringan saat orgasme ini. Tak berapa lama kujatuhkan tubuh ini ke ranjang disamping Citra orgasmenya sudah mereda. Batang kemaluanku mulai menyusut lemas begitu juga dengan seluruh tubuhku.

"Hhhhhhh kakk makasih hihi" ia berkata lirih sambil menatapku. Aku tersenyum.

"Hehe iya Citra, makasih juga" balasku.

"Sperma kakak banyak banget ih, lengket nih perut sama dadaku"

"Aku bersihin ya, pakai handuk hehe"

Singkatnya kami membersihkan diri. Aku tawarkan untuk mandi bersama namun ia menolak, mungkin dia pikir kita akan main lagi di kamar mandi, hehe. Setelah beres kami tiduran di ranjang. Aku hanya mengenakan celana dalam sedangkan Citra mengenakan kaos polos dan sama seperti aku, menggunakan celana dalam.

"Emmm kak"

"Iya Citra" balasku.

"Aku boleh kasih permintaan buat kakak?"

"Boleh kok, apapun aku turuti"

"Hehe oke, tapi jangan kaget dulu ya"

Kaget? apa maksudnya?

"Emm oke"

"Mulai besok, emmm.... kakak tidur di tempat lain ya, biar Fidly tidur sama aku"

"Hah?"

"Kok kaget kak, kan gak boleh kaget"

"......"

"Kasian kak aku sama Fidly, tidur sendirian. Boleh ya kak" dia memohon dan menatap mataku dalam. Aku berpikir cukup lama. Kami terdiam.

"Kak, boleh ya?" tanyanya lagi.

"Hhhahhh yaudah deh" aku memelas, jelas kecewa sih.

"Yeeee kakak baik deh hehe" dia memelukku erat sekali.

"Citra, kamu yakin ini?"

"Iya kak, Fidly sepertinya orang yang baik kak, aku bisa berteman dengan dia" balasnya.

"Iya juga sih" kuelus rambutnya mesra. "Emmm aku belum cerita ya tentang Fidly"

"Belum kak" balasnya.

"Kamu udah ngantuk?" tanyaku, ia menggeleng.

"Aku cerita ke kamu soal Fidly, biar cepet ngantuk hehe"

"Ihh kakak, kayak baca dongeng sebelum tidur dong" kami tertawa bersama.

"Yaudah, jadi begini ceritanya......"

*****

Kupersiapkan semuanya, pistol sudah siap lengkap dengan pelurunya, shotgun sudah oke dan kapak sudah siap juga. Aku berjalan pelan menuju keluar, dan menemukan Dila yang sedang bersender di dinding.

"Pagi Dila" kusapa dia.

"Pagi juga"

"Lagi apa?" tanyaku.

"Senderan aja disini hehe" balasnya.

"Emm kamu yakin mau ikut?"

"Iya Din, sekali-kali aku pengen bantu kamu"

"Tapi diluar sana bahaya Py, sebaiknya kamu tetap disini aja....."

"Gak Din, aku mau ikut" tegasnya. Kami terdiam sejenak. Dari matanya aku bisa melihat dia sungguh-sungguh.

"Sebelumnya kamu pernah pakai senjata api gitu?" tanyaku.

"Emmm pernah sih tapi jarang aku pakai buat nembak, seringnya si Gaby" aku bisa ambil kesimpulan kalau Dila belum mahir menggunakan senjata api. Aku semakin khawatir.

"Aku ajak Gaby aja buat gantiin kamu...."

"Din! Enggak! Aku aja"

Aku tak bisa berbuat banyak. Salah satu sifatnya yang sebenarnya kurang aku suka. Memaksa. Aku jadi teringat saat kuliah dulu, Dila memaksa untuk berangkat kuliah walaupun dalam kondisi sakit. Aku sudah melarang dia untuk tidak pergi kuliah namun dia justru memarahiku. Haha masa lalu.

"Yaudah, ni kamu bawa" aku mengambil sebuah pistol yang sudah terisi peluru dan beberapa amunisi kepada Dila, ia hanya menggangguk.

"Usahakan kamu tidak menggunakan ini ya kecuali kalau keadaan benar-benar darurat. Suara senjata api bisa memancing mayat hidup" jelasku. "Dan kamu tetap dekat sama Citra ya" tambahku.

"Kenapa dia? Aku maunya sama kamu" balasnya.

"Dia sudah mahir Py, udah sering menghadapi mahkluk-mahkluk itu. Dia bisa lindungin kamu" kataku, ia kembali menggangguk.

"Jangan lupa juga ini tuas pengaman senjata (safety pin) dalam kondisi mati, jadi pistol ini tak bisa buat nembak, kalau mau nembak kamu geser tuasnya" jelasku.

"Oh siap" balasnya pendek. Kami terdiam cukup lama, aku baru sadar kalau Dila terlihat cantik sekali pagi ini, ia mengenakan kaos putih dan celana jeans biru muda.

"Kamu cantik Py" kataku sambil kuelus pipinya, ia dengan cepat tersenyum.

"Gombal" balasnya.

"Emmm ikut aku bentar yuk"

"Kemana?"

"Udah ikut aja" kutarik tangannya pelan.

Singkatnya aku membawa Dila menuju sebuah tempat, tepatnya dibelakang bangunan tempat kita tinggal, tempatnya lumayan sepi namun indah karena menghadap ke gunung. Pagi ini udara tercium segar, aku mengajak Dila menuju sebuah pohon besar.

"Emmm Din kita ngapain kesini?" tanya dia.

"Aku...."

Dengan spontan aku dekati kepalaku dan mencium bibirnya, Dila tampak kaget dengan perlakuanku, hanya beberapa detik aku cium bibirnya dan kulepas. Tatapan matanya berubah.

"Masih sekitar satu jam Py, kita emmm.... aku kangen aja...." kataku. "Kamu masih ingat saat kuliah dulu, kita cabut makul terus main ke taman kampus?"

"Ingat lah Din hehe" kekehnya, aku tersenyum.

"Dan kita ngelakuin apa?" tanyaku lagi.

Ia menggangguk tanda mengerti kami saling mendekatkan kepala, kami mulai berciuman lembut, Dila melingkarkan kedua tangannya sambil mendesah kecil, aku tahu bibir Dila adalah salah satu bagian sensitifnya. Lidahku mulai menggeliat mengeksplorasi relung mulutnya. Mungkin sekitar satu menit kami bercumbu mesra, tangan kananku mulai bergerak memasuki kaosnya, aku bisa merasakan halus kulit perutnya yang halus dan rata itu. Kuelus bagian itu hingga Dila mendesah. Yep, salah satu bagian sensitifnya yang aku masih ingat betul.

"Ahhhhhhh Dinnnn ssshhhhhhhh"

Desahannya merdu sekali, kedua tanganku sudah berada di bagian pinggangnya, kuremas pelan bagian itu. Desahannya semakin merdu, tampaknya Dila sudah semakin terangsang yang ditandai dengan semakin liarnya cumbuan kami. Kuhisap liurnya dan ia membalasnya. Cukup lama kami bermain-main seperti ini dan kami melepaskan bibir, benang saliva terbentuk panjang saat bibir kami terlepas. Kami terdiam beberapa saat dan saling menatap mata. Tangan kananku bergerak menuju bongkahan dadanya yang sekal itu, namun Dila memegang tanganku erat sekali, kami kembali saling menatap.

"Jangan keterusan" ia berkata pelan.

"Hehe iya tahu" jawabku.

"Emm Din"

"Iya Dila"

"Mungkin kalau bencana ini tidak terjadi, apa kita bisa bersama lagi?" tanya dia.

"Mungkin"

"Maafkan aku Din, gara-gara aku, kamu jadi hancur" ia memegang pipiku. Aku tersenyum.

"Setelah kita bertemu kembali, aku sudah maafkan kamu kok hehe" balasku sambil mengelus pipinya. "Aku senang bisa bertemu kamu lagi Dila" kucium kembali bibirnya dengan lembut.

"Ma... makasih ya Dino. Tapi, kita bisa mulai kembali dari awal kan?" tanya dia dengan mata membulat. Ah, tatapan dia membuatku semakin hanyut.

"Bisa kok hehe, tapi kita sekarang di dunia yang berbeda. Dunia yang buas, jadi sekarang aku akan melindungimu dari bahaya itu Dila" ia tersenyum bahagia mendengar perkataanku.

"Aku akan latih kamu jadi wanita yang kuat Dila"

"Hehe kapan latihannya?" tanya dia.

"Kapan-kapan haha" kami tertawa bersama. "Yuk ah, mereka kayaknya udah pada siap" ia menggangguk dan berdiri. Kugandeng tangannya yang mungil dan berjalan menuju kawan-kawan kami.

*****

Pagi hari ini cerah sekali. Matahari bersinar cukup terik dan udara terasa segar sekali. Kami berjalan mengikuti Fidly yang berada di posisi depan, Citra dan Dila berada di belakangnya dan aku dan Sandi diposisi belakang. Aku genggam kapak ini untuk mengantisipasi jika mayat hidup menyerang kami.

"Emm kak, masih jauh ya?" tanya Citra.

"Kayaknya sih, coba tanya si Fidly" balasku.

"Bentar lagi kok hehe" kekeh Fidly

GGRAAAHHHHHHH

Tiba-tiba saja sesosok mayat hidup berjalan mendekati posisi Citra, dia dengan sigap mengambil belati dari pinggangnya dan menusukkannya tepat di kepalanya. Dila terkejut dan setengah menjerit.

"Ahhhhhhhh"

Aku juga terkejut dengan serangan mahkluk itu yang muncul secara tiba-tiba.

"Anjir dah, ngagetin. Bagus Citra" pujiku kepada dia.

"Ahhhhh" Dila terlihat masih teriak.

"Udah Nad, udah aku habisi dia" kata Citra.

"Emm makasih"

"Hehe udah biasa Nad" balasnya.

Sekitar satu jam akhirnya kami tiba ditempat permukiman mewah yang Fidly maksud. Ya, aku sudah pernah kesini bersama dia tiga hari yang lalu. Sialnya, beberapa kerumunan mayat hidup berjalan-jalan disekitar tempat ini. Kami berjalan cepat mengikuti Fidly, beberapa mayat hidup sempat menyerang kami. Aku gunakan kapak ini untuk menghabisi mahkluk itu sembari terus berjalan.

"Ssttt, Dila. Tetap didekat Citra"

"Iya Din"

Kami terus berjalan menyusuri jalan permukiman ini. Beruntung tak terjadi apa-apa selama ini, semuanya berjalan lancar.

"Nah ini San"

Kami tiba di sebuah bangunan yang biasa kita sebut "minimarket", namun bangunan ini terlihat cukup besar dan terdapat gudang disamping. Fidly maju duluan dan memeriksa pintu masuk yang terbuat dari besi. Ia membuka pintu tersebut dengan mudah, aku tahu dia sudah sering kesini.

"Ayo masuk"

*****

"Nah, terus apa yang kita lakukan?" tanyaku kepada Sandi.

"Nih daftar barang-barang yang harus kita cari. Sekarang kalian bagi tugas untuk mengambil barang disini"

Aku bersama Citra dan Dila mencari-cari barang yang sudah terdaftar di kertas ini. Barang yang dibutuhkan sebenarnya tidak banyak. Aku berjalan-jalan menyusuri beberapa rak berisikan makanan ringan, aku periksa bungkus makanan itu dan melihat tanggal kadaluarsa. Hmmm masih lama ternyata, kuambil beberapa bungkus dan kumasukkan kedalam tas.

"Emmm kak, aku gak nemukan cokelat disini" kata Citra, raut mukanya terlihat kecewa.

"Yahh kasian deh hehe"

"Ihh kakak"

"Eh, Dino. Aku nemu ini di sana" Dila berjalan mendekatiku dan memberikanku sebungkus wafer cokelat.

"Wah makasih ya Dil hehe, tapi gak kadaluarsa kan ini?" tanyaku.

"Enggak kok, masih lama lumayan"

"Kak Dino suka wafer cokelat ya?" tanya Citra.

"Iyalah Cit, dia suka banget"

Citra berjalan kearah rak makanan ringan dan memeriksanya, tak lama dia memberikanku sebungkus wafer cokelat.

"Yang ini lebih enak loh kak"

"Gak Cit, yang ini Dino pasti suka"

"Ini lebih enak"

"Yang ini jelas lebih enak"

"STOP" Aku setengah berteriak menyetop mereka berargumen tak jelas.

"Kalian kenapa sih?" tanyaku. Mereka hanya diam saja dan melihat satu sama lain.

"Yaudah masukkin aja wafer itu ke tasku, biar aku makan nanti"

Kutinggalkan mereka yang masih terdiam, aku tak mengerti mereka tiba-tiba saja beradu kata. Aku berjalan menuju sebuah counter kasir dan memeriksa laci dan rak. Kutemukan beberapa lembar uang berwarna merah. Ah, uang sekarang sudah tak berguna hehe. Mataku tertuju kearah bungkus bergambar dua manusia lawan jenis yang tampak bahagia, kuambil bungkus itu dan mengecek tanggal kadaluarsa.

2024

Hmmmn benar juga, masih lama ternyata. Aku tak ingat sekarang tanggal berapa hehe. Kuputuskan untuk menaruh kembali bungkus itu.

"Hehe ya ampun Din, kok dikembaliin?" tiba-tiba Fidly sudah berada disampingku.

"Fidly"

"Kalau mau ambil mah gak apa-apa hihi" kekehnya.

"Gak ah, gak penting juga kali"

"Emmm Din, biasanya main gak pakai itu ya" tanya dia.

"Jarang sih, malah kurang nikmat kalau pakai itu" balasku.

"Dasar ya kamu, mesum" dia mencubit lenganku, terasa sakit.

"Aduh Fid, sakit tahu"

Singkatnya kami sudah mengambil beberapa barang yang dibutuhkan, secukupnya saja. Tas ini sudah terisi penuh dan berat tentunya. Sandi mengecek kaca bangunan yang menghadap keluar.

"Ah, bangsat sialan"

"Kenapa San?"

"Tuh lihat"

Benar-benar sial, sekerumunan mayat hidup memenuhi sekitar bangunan ini. Aku mengintip lewat pintu kaca minimarket dengan perasaan cemas, bagaimana kita bisa melewati mahkluk-mahkluk itu?

"Gimana nih San?" tanyaku.

"Entahlah, kayaknya kita harus tunggu sampai mereka jalan lagi. Paling parah ya kita terpaksa bermalam disini dan pergi besok pagi..."

"Dino" Dila berjalan menghampiriku dan membawa sesuatu.

"Gak sekarang Dila....."

"Emmm, ini mungkin bisa digunakan Din" ia membawa sebuah..... petasan?

"Hah? petasan?"

"Mayat hidup tertarik dengan suara keras kan? mungkin ini bisa berguna" kata Dila. Aku berpikir sejenak. Betul juga ya.

"Iya juga ya, tapi cuma satu doang?" tanyaku balik.

"Engga kok, ada satu kotak isinya banyak disana" balasnya.

"Gimana San?" tanyaku kepada Sandi.

"Ide bagus Din, suara petasan jelas menarik perhatian mayat hidup. Oke Nad, berikan aku beberapa" suruhnya. Dila menggangguk.

Singkatnya kami mengambil beberapa petasan. Dilihat dari labelnya aku bisa tarik kesimpulan kalau petasan ini mengeluarkan percikan-percikan dan suara yang lumayan keras, lebih dari cukup untuk mengelabui mereka.

"Kamu siap Din?"

"Siap"

"Satu, dua, tiga.... lempar!"

Aku dan Sandi menghidupkan petasan itu dan langsung melemparkannya kearah mayat hidup. Benar, suaranya keras sekali sehingga mayat-mayat itu tertarik dan berjalan kearah petasan itu.

"Ayo, lari!"

Kami langsung berlari keluar dari bangunan ini, kerumunan mayat hidup itu tampak kebingungan dengan suara-suara petasan yang bersahut-sahutan. Kami terus berlari keluar dari area permukiman, sesekali mayat hidup menyerang kami yang untungnya bisa kita habisi. Aku menarik tangan Dila sedangkan Citra berada di belakangku.

"Awas Din"

Mayat hidup itu nyaris saja menerkamku, beruntung Fidly dapat menembakkan crossbownya tepat di kepalanya.

"Makasih Fid"

Akhirnya kami tiba di pinggir hutan dengan selamat. Aku menarik napas dalam-dalam karena kelelahan, begitu juga dengan kawan-kawanku.

"Hahhh hahhh seru juga ya" kataku.

"Anjing, seru apanya Din. Kita nyaris kejebak semalaman disana" kata Sandi.

"Berkat Nadila, kita selamat kak" Citra memuji Dila, aku tersenyum.

"Kamu lihat sendiri kan, kamu bukanlah beban" kataku kepada Dila yang terengah-engah.

"Hehe" ia tertawa kecil.

"Makasih ya Nad, karena kamu kita selamat"

"Hehe iya sama-sama"

"Dan ini pertama kalinya kita gak mengeluarkan satu peluru Din" kata Sandi.

"Hemat amunisi San"

*****

"Jadi selama ini kamu yang masak makanan ini Ay?" tanya Gaby yang sedang mengiris ikan.

"Hehe iya Gab, tapi gak aku doang sih, ada beberapa orang yang membantu aku disini" balasku. "Dan kamu sendiri sepertinya bisa masak juga"

"Emmm, dulu aku hidup sendiri di apartemen Ay, orang tuaku mengajari hidup mandiri termasuk bikin masakan sendiri. Pacarku juga yang ngajarin aku masak, kebetulan dia seorang koki hehe"

"Wah keren" aku memujinya, dia hanya melemparkan senyuman. "Umur kamu berapa Gab?" tanyaku basa-basi.

"Emmm, 22 kalo gak salah" balasnya.

"Walah, berasa tua akunya haha" tawaku.

"Eh emang umurmu berapa?" ia balas bertanya.

"23"

"Yaelah selisih satu tahun haha. Jadi aku harus panggil kamu kakak atau mbak gitu ya" kata Gaby.

"Panggil Aya aja dah gak biasa dipanggil kak"

Kami tertawa bersama. Aku sangat nyaman berteman dengannya, ia orangnya ramah dan punya rasa ingin tahu. Aku menyukainya.

"Aku mau ambil cucian dulu sebentar, kamu tunggu disini ya" kataku.

"Siap" balasnya.

Singkatnya aku berjalan menuju kearah tempat cucian dan mengambil sebuah wadah berisikan beberapa bilah pisau. Aku bawa wadah itu menuju dapur. Tiba-tiba kakiku seperti terpeleset sesuatu dan aku terjatuh terjerembab ke lantai.

BRUUKKK

Beberapa bilah pisau itu terjatuh ke lantai. Gaby terkejut dan langsung menghampiriku.

"Aya.... kamu gak apa-apa"

"Emmm iya hehe, kepleset doang" kataku berusaha tenang. Aku dan Gaby mengambil beberapa bilah pisau itu ke wadah. Setelah beres aku kembali berdiri dan menaruh wadah itu ke tempat asalnya.

"Kok bisa kepleset sih Ay?" tanya Gaby.

"Lantainya basah, aku gak sempet lihat tadi...."

"Aya, kakimu...."

Raut muka Gaby berubah, ia menunjuk kearah kaki kananku. Betapa terkejutnya aku disaat mengetahui ada sebilah pisau menancap di kakiku!

Tapi ini aneh, aku tak merasakan sakit sama sekali.

Aku menunduk dan mencoba untuk mencabut pisau yang menancap di kakiku. Kucabut benda tajam itu, pisau itu berbentuk kecil dan berlumuran darahku. Aku hanya menatap pisau itu.

"Aya....."



CREDITS ROLL
 
Sedikit Trivia

Gak ada sih



Eh ada deng

1. Ada easter egg kecil di segment Aya-Gaby
2. Dan juga di segment minimarket
3. Dah gitu aja sih

Oh iya, di episode berikutnya mungkin mengandung konten sensitif, jadi ane sarankan untuk baca dengan bijak hehe.

Happy reading and have a nice day:panik:
 
Wah, pacarnya gebi dulu yusa kali yah
Ahaha


Kak jangan nanggung dong, kirain beneran mau anal, ternyata sebatas pikiran doang, padahal aku kan berharap ada yang gitu. Jarang jarang kan.


Btw kita ga pernah chat langsung kan? Kok updatean nya hampir mengandung unsur yang sama yah? Otak mesum nya ga beda jauh sepertinya
:hore:
 
Pertalite....
Disini jual pertamax turbo gan
Wahhh semakin menarik... Izin sungkem mm..

Semoga sehat selalu om tee es
Amin hehe, selama inter milan mainnya masih onfire si author juga ikutan onfire nulisnya.

*lah malah bahas bola wkek
Wah, pacarnya gebi dulu yusa kali yah
Ahaha


Kak jangan nanggung dong, kirain beneran mau anal, ternyata sebatas pikiran doang, padahal aku kan berharap ada yang gitu. Jarang jarang kan.


Btw kita ga pernah chat langsung kan? Kok updatean nya hampir mengandung unsur yang sama yah? Otak mesum nya ga beda jauh sepertinya
:hore:
Masih ingat dengan karakter Billy di season 1? Nah dia itu kekasihnya Gaby. Jadi gak ada sangkut pautnya dengan yusa universe hehe.

Untuk anal sih masih harus belajar banyak dulu teknik eksekusinya haha
Buset serakah betul si dino, baru aja main sama citra udah mepet nadila juga :galak: :galak:
Masih mending mepet dua cewe, ketimbang semuanya dipepet wkwkwk
 
Sedikit Trivia

Gak ada sih



Eh ada deng

1. Ada easter egg kecil di segment Aya-Gaby
2. Dan juga di segment minimarket
3. Dah gitu aja sih

Oh iya, di episode berikutnya mungkin mengandung konten sensitif, jadi ane sarankan untuk baca dengan bijak hehe.

Happy reading and have a nice day:panik:
Hehehehe Yusa jadi malu :kangen:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd