Post Credits Scene
299 days after outbreak.......
BRAK!
Begitulah kiranya suara pintu yang didobrak akibat terkunci. Tampak dua sosok wanita berjalan perlahan masuk ke sebuah tempat seperti kafe yang sudah ditinggal lama dari penghuninya.
"Aman"
Wanita yang membawa topi itu menaruh sebuah kapak dan duduk santai. Sedangkan wanita satunya yang membawa gitar di punggungnya itu langsung masuk ke sebuah ruangan, tampaknya ruangan seperti dapur.
"Ah ini dia" kata wanita pembawa gitar.
"Ntap, bikin kopi dulu"
Wanita pembawa gitar itu menyiapkan seperangkat alat peracik kopi. Tak lama kemudian jadilah kopi tersebut.
"Gak nyangka kamu bisa bikin kopi" kata wanita pemakai topi
"Hahaha, dulu pernah diajarin sama barista yang kebetulan temanku" balasnya.
"Eh, kafe ini ada stand buat akustiknya juga ternyata" kata wanita pembawa gitar sambil menunjuk ke arah stand. Ia terlihat gembira.
"Wah iya"
Si wanita pembawa gitar itu berjalan menuju stage tersebut. "Dah lama gak main di stage haha" wanita itu mulai memainkan gitarnya, dan akhirnya dia bernyanyi.
Will the circle be unbroken
By and by, by and by
Its a better a home waiting
In the sky, in the sky
Will the circle be unbroken
By and by, by and by
Its a better a home waiting
In the sky, in the sky
"Lagu ini lagi Nad, gak bosen napa?" Tanya si wanita bertopi.
"Entahlah, aku suka lagu ini. Apalagi kalau dijadiin akustik lebih keren hehe" balasnya. Wanita yang dipanggil "Nad" itu kembali memainkan gitarnya, terdengar sangat indah petikan demi petikan yang dihasilkan senar gitar itu.
"Eh Gab, kopimu udah abis?" tanya Nadila. Oh iya si pembawa gitar itu bernama Nadila dan wanita pemakai topi itu bernama Gaby.
"Iya, ayo ah abisin kita jalan lagi" kata Gaby sambil melepas topinya dan merapikan rambut.
"Hehe oke bentar lagi" Nadila menaruh gitarnya.
"Gimana Gab, kita harus kemana lagi?" tanya Nadila sambil menyeruput sedikit cairan kopi yang masih panas.
"Ke Timur, seperti yang aku dengarkan di radio. Cuma itu tempat satu-satunya yang masih aman." kata Gaby.
"Timur itu jauh banget Gab, apa mungkin kita bisa sampai kesana?"
"Harus yakin lah, buktinya kita masih bersama kan"
"Harusnya, kalau Puti masih......"
"Nad, jangan bahas itu lagi" kata Gaby tegas.
"Kalau aku tidak melakukan hal bodoh itu Gab....." perkataan Nadila tersendat. Perlahan air mata keluar dari sela-sela matanya, tak lama kemudian ia menangis.
"Nadila...." Gaby mendekati Nadila. Gaby tahu temannya mengalami tekanan batin yang teramat sangat, kesalahan yang bisa dibilang sepele ternyata memberikan dampak fatal. Nadila tak sengaja menembak Puti saat dia mengira itu mayat hidup. Bayang-bayang tubuh Puti yang tak bernyawa seakan menghantui Nadila. Kemudian Gaby memeluk Nadila yang masih menangis.
"Itu kecelakaan Nad, kamu jangan terus menyalahkan diri sendiri" Gaby mencoba menenangkan temannya.
"Tapi Gab......"
"Sudahlah, itu telah berlalu Nad" Gaby mengelus rambut Nadila yang panjang dan halus. Nadila menikmati setiap elusan tangan di rambutnya memberikan kesan tenang.
"Yang penting, kita lupakan kejadian itu dan mulai bergerak kedepan, oke?"
"Iya Gab" Nadila menghapus air matanya.
"Yaudah kita lanjutkan perjalanan yuk" ajak Gaby yang dibalas dengan anggukan Nadila. Kedua wanita itu keluar dari kafe dan masuk ke mobil. Mereka melanjutkan perjalanan kearah timur, namun mereka tidak tahu rintangan yang akan mereka hadapi kedepannya.
End (?)