Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
10. What Lies Ahead

Dear Diary.....

Gimana kabarmu? Sudah lama aku tak menulis hehe.

Maaf ya, aku gak sempet karena banyak banget kejadian-kejadian yang membuatku gak sempet buat nulis hehe.

Jadi gini Diary,

Aku bersama kak Toni dan Kak Andi menemukan sebuah rumah sakit.

Tempat itu terlihat bersih tanpa mahkluk menyeramkan yang biasa aku temui.

Dan ternyata rumah sakit itu ada yang menempati, sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa orang.

Mereka langsung menodongkan senjata api kearah kami, mungkin mereka anggap kita itu berandalan yang biasa kami temui sebelumnya.

Namun, aku lihat mereka hanya orang-orang biasa dan sepertinya orang baik.

Dan benar, mereka menyambut kita dengan baik-baik.

Bahkan aku memberanikan diri berkenalan dengan seorang laki-laki yang kurasa cukup ganteng, menurutku ya hehe.

Namanya Dino, kelihatannya dia lebih tua dariku jadi aku panggil kak aja kali ya.

Aku senang dengan mereka.

Dan cewek-cewek di kelompok itu juga ramah banget, aku suka hehe.

Tapi Diary,

Aku masih bingung dengan semua bencana ini,

Kenapa mahkluk itu menyerang kami? mereka dulunya juga manusia sama sepertiku....

Aku berharap ada sebuah obat atau gimana gitu untuk menyembuhkan mereka.

Aku rindu dengan kehidupanku dulu, Diary....

"Hei" tiba-tiba aku terkejut saat seorang wanita memanggilku cukup dekat, aku langsung menutup buku harianku.

"Eh, hei" balasku.

"Kita belum kenalan hehe" katanya ramah sambil duduk disampingku.

"Emm iya, aku Melati" balasku.

"Aku Citra"

Kami saling bersalaman tanda perkenalan, dia tersenyum melihatku.

"Senang bisa kenal sama kalian" kataku.

"Hehe iya. Kamu suka nulis diary juga ya?" tanya dia.

"Iya, padahal sebelum bencana ini terjadi aku gak pernah kepikiran nulis diary"

"Aku pernah nulis diary hehe, tapi sayang aku gak bawa bukunya setelah wabah ini"

"Ohh hehe"

"Berapa banyak mayat hidup yang sudah kamu bunuh?" tanyanya. Aku terkejut mendengarnya.

"Gak pernah"

"Kenapa? kamu gak pernah bunuh mereka sama sekali?" tanya Citra sambil memandangiku.

"Mereka.... mereka itu manusia Cit, aku gak tega sampai membunuh mereka" kataku. "Mereka hanya terserang penyakit, aku yakin pasti ada obat untuk menyembuhkan mereka"

"Melati, mahkluk itu menyerang manusia, memakan manusia. Mereka sudah berubah" dia menjelaskan. Aku hanya mengangguk.

"Maaf Mel, baru kenal aku udah lancang sama kamu" kata Citra merasa bersalah.

"Hehe gak apa-apa"

"Emmm, oh iya kamu kenalan sama yang lain lah, semoga kamu bisa akrab sama kita-kita hehe" kata Citra dengan tersenyum.

Dino POV

"Jadi gitu ceritanya" kataku selesai menjelaskan semua kejadian yang kami alami mulai dari camp kami yang diserang oleh gerombolan mayat hidup hingga kejadian di rumah sakit ini.

"Ohh gitu ya" balas Toni.

"Jadi, perempuan itu kondisinya gimana?" tanyanya.

"Sudah membaik kok, tapi sepertinya kita harus bermalam disini sehari untuk memastikan saja" balasku. Dia hanya mengangguk.

"Kalian sendiri gimana ceritanya?"

"Kami dulunya juga punya camp yang dihuni oleh cukup banyak orang-orang yang selamat dari bencana ini. Campnya cukup besar bahkan ada beberapa personel militer yang ikut berkontribusi. Namun sayang camp itu diserang oleh kelompok orang-orang bersenjata yang anehnya menggunakan mayat-mayat hidup sebagai umpan serangan. Mereka menjarah makanan dan persenjataan kami, beruntung kami selamat dan melarikan diri dari tempat itu. Kami berjalan ke suatu tempat ke tempat lain dan akhirnya berakhir disini" jelas Toni.

"Bajingan, kenapa mereka sampai tega menyerang camp kalian" kataku emosi.

"Entahlah, tapi beginilah kehidupan sekarang Din" balasnya. Aku menoleh kearah Galang yang tampaknya sedang mengawasi mereka.

"Oke, kalau gitu bergabunglah bersama kami. Kita bukanlah bajingan-bajingan seperti dalam ceritamu" kataku. "Gimana Lang?"

"Emmm, baiklah. Kita terima kalian disini, lagian kelompok kita akan semakin kuat hehe" kata Galang santai.

"Terimakasih Dino, kalian benar-benar orang yang baik" kata Toni sambil menyalamiku.

*****

Keesokan harinya, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan keluar dari kota Bandung, tidak mungkin kami bertahan di rumah sakit ini karena terlalu banyak mayat hidup di sekitar sini. Aku dan kawan-kawanku termasuk Melati, Toni dan Andi memasukkan barang-barang yang kami temukan di rumah sakit kedalam mobil. Beruntung mereka memiliki mobil jenis boks yang tempatnya cukup besar untuk menampung semua barang-barang yang kami kumpulkan.

"Din, tolong bantuin angkat kardus ini" kata Dani yang tampaknya kesulitan mengangkat kardus berisi senjata-senjata api kepunyaan kami.

"Siap hehe"

Setelah beres aku berjalan melihat-lihat mereka yang sibuk dengan kegiatannya. Kulihat Gaby sedang diperiksa oleh Aya.

"Ada yang bisa aku bantu Ay?" tanyaku kepada Aya.

"Hehe biar aku aja Din"

"Aduhh Ay, tanganku masih nyeri" keluh Gaby saat tangannya yang terbalut perban itu dipegang Aya.

"Ngecek doang Gab" balasnya. "Tapi kamu udah gak kenapa-napa kan? Pusing atau badan demam gitu?"

"Enggak, aku sehat kok" balas Gaby.

"Yakin? aku khawatir banget pas lihat kamu pingsan dan berlumuran darah. Aku kira kamu tergigit"

"Nah iya, kami semua panik" kataku.

"Iya bener aku gak apa-apa kok" kata Gaby tegas.

"Baiklah, tapi kalau kamu ngerasa pusing bilang ke aku" kata Aya. Gaby hanya mengangguk.

"Dah kamu duduk disini dulu Gab, aku mau bantu yang lain"

Aya meninggalkan kami berdua dan aku duduk disamping Gaby, setelah itu kami hanya diam saja.

"Din, makasih atas semuanya" kata Gaby memecah keheningan.

"Hehe kita kan teman harus saling tolong menolong" balasku, dia tersenyum. "Gimana ceritanya kamu bisa pingsan saat itu Gab" tanyaku.

"Aku berlari mengikuti Aya dan mungkin aku kesandung batu dan ya begitulah Din, kalau sebab luka di tanganku aku tak tahu"

"Beruntung banget kamu gak sampai kegigit padahal pas aku lihat kamu pingsan banyak banget mayat-mayat hidup yang mau menerkam kamu"

"Malah saat itu aku sempat kepikiran untuk memotong tanganmu saat lihat luka itu. Tapi Aya langsung mencegah itu terjadi" tambahku.

"Maaf ya Din, gara-gara aku kalian jadi panik"

"Gak apa-apa Gab, udah aku bilang tadi kita semua teman harus saling menolong satu sama lain"

"Dino, Gaby, ayo kumpul dulu sebelum cabut dari sini" kata Galang, kami mengangguk bareng.

Singkatnya kami berkumpul dengan dipimpin oleh Galang. Dia bilang kalau rencana kita adalah keluar dari kota Bandung yang sudah berubah menjadi kota mati. Kami hanya mengangguk mendengar setiap instruksi dia.

"Kita akan coba memutar lewat jalan ini" kata Galang sambil menunjuk peta kota Bandung yang kami dapat dari Andi.

"Apa gak kejauhan Lang?" tanyaku.

"Kita gak bisa lewat jalan kota, terlalu beresiko"

"Hmmn okelah, semoga jalan ini aman untuk dilewati. Oh iya untuk bensin gimana?"

"Kita punya beberapa jerigen bensin yang cukup untuk beberapa kilometer. Kita harus hemat bahan bakar untuk saat ini, saat perjalanan nanti jangan ngebut" kata Galang. "Nah, kita berangkat sekarang"

Aku masuk kedalam mobil dibarengi dengan yang lain. Rombongan kami terdiri dari tiga mobil, dua mobil dari camp dan satu mobil kepunyaan grup Toni. Mobil Galang berada di depan sedangkan mobil Toni berada di tengah dan mobil Sandi di belakang. Aku sendiri berada dalam mobil Galang bersama dia sendiri, Aya, Gaby dan Dila.

Awalnya perjalanan rombongan kami tidak berjalan mulus. Kota ini sudah porak poranda, puing-puing bangunan menutupi jalan-jalan utama sehingga kami harus memutar balik mencari jalan yang bisa dilalui. Terkadang kami bertemu dengan gerombolan mayat-mayat yang menutupi jalan. Awalnya aku usul untuk menerobos langsung dengan mobil ini namun ditolak oleh Galang.

Setelah beberapa jam akhirnya kami berhasil keluar dari kota Bandung walau sempat kami harus keluar dari mobil dan menghabisi beberapa mayat hidup. Aku menandai setiap tempat yang sudah kami lalui.

"Oh iya Lang, kamu gak bilang tujuan kita mau kemana?" kataku kepada Galang yang sedang menyetir.

"Emm Surabaya mungkin?" tanyanya balik.

"Terlalu jauh, bensin kita gak bakal cukup" balasku.

"Iya sih Din, kita realistis aja" kata Galang. "Kita cari suatu tempat yang bisa dijadikan tempat bermukim gitu, seperti di camp dulu" tambahnya.

"Pasti ada tempat untuk kita bermukim Din, aku yakin. Kita harus cari"

"Iya Lang, kita akan cari tempat itu"

Sudah hampir puluhan kilometer kami lalui, namun tak ada satupun tempat yang bisa dijadikan tempat bermukim. Beberapa kota sudah kami lalui dan selalu ada mayat hidup yang bergerombol disana. Aku mulai cemas melihat keadaan ini mengingat bahan bakar kita sangat sangat terbatas.

Matahari sudah terbenam pertanda malam hari. Kami memutuskan untuk beristirahat semalam di tempat pom bensin. Sialnya tak ada satupun bensin disana.

"Yah bangsat, bensinnya habis semua Din" kata Toni.

"Pasti sudah diambil sama orang dah, sial banget kita" balasku.

Malamnya kami makan bersama, makanan yang tidak mengenyangkan pastinya, namun kami tetap menikmatinya ketimbang tak ada sama sekali. Sesekali kami mengobrol bersama, bercerita tentang kehidupan sebelum bencana ini terjadi dan lain-lain. Tak terasa udara dingin mulai menusuk tulang, beberapa dari kawan kami memutuskan untuk tidur di dalam bangunan pom bensin ini, untungnya tak ada mayat hidup disini.

"Din, kamu gak ngantuk kan?" tanya Galang. Aku hanya menggeleng.

"Malam ini kamu jaga tempat ini ya, nanti sekitar jam 3 nan gantian aku. Gak keberatan kan Din?" pinta Galang.

"Santai hehe"

*****

Malam semakin larut, mungkin sudah melewati tengah malam. Aku sedang duduk santai di kursi plastik sambil membawa senjata api. Malam ini giliran aku untuk melakukan tugas jaga malam seperti sebelumnya, sebenarnya aku malas untuk melakukannya tapi mau bagaimana lagi, demi keamanan kelompok kita. Karena bosan aku berdiri dan mengambil bungkus rokok dari saku celana, ternyata tinggal satu batang tapi tak apalah, besok bisa cari lagi kalau nemu hehe.

Click

Kuhidupkan batang rokok ini dan kuhisap dalam asapnya. Ahhh, kepalaku terasa ringan setelah menghisap rokok ini.

"Kak Dino" tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat familiar, kutoleh kepalaku dan ternyata Citra berjalan mendekatiku.

"Kok gak tidur?" tanyaku.

"Gak tau kak, gak bisa tidur hehe" balasnya.

"Yaelah"

"Aku temenin ya kak"

"Boleh boleh"

Aku dan Citra duduk berdampingan sambil mengamati sekeliling dari balkon bangunan ini, sepertinya tak ada mayat hidup di sekitar sini. Kulihat Citra yang tampak seperti kedinginan dengan kedua tangannya saling memegang.

"Dingin?" tanyaku.

"Emmm iya kak" balasnya.

Kami terdiam sejenak menikmati udara malam yang memang terasa dingin, walau aku sendiri sebenarnya menikmati udara ini.

"Oh iya kak, aku bawa minum nih" kata Citra sambil menyodorkan botol air mineral.

"Lagi gak haus sih, tapi makasih hehe"

"Emmm, menurut kakak bagaimana dengan kelompok kak Toni?" tanya dia.

"Mereka bisa saling kerjasama kok, bagus untuk kelompok kita"

"Tapi aku kok khawatir sama Melati" kata Citra.

"Hah? kenapa emangnya?" tanyaku heran.

"Aku sama Melati sempat ngobrol-ngobrol pas di rumah sakit, dan katanya dia tak pernah membunuh mayat hidup" balasnya.

"Ohh, wajar sih mungkin dia belum terbiasa menghadapi mereka" kataku santai sambil kembali menghisap rokokku.

"Dia anggap mereka itu manusia biasa yang kena penyakit gitu kak. Padahal mereka sudah mati dan berubah menjadi mahkluk yang ganas"

"Hmmm" aku mendengarkan perkataan Citra sambil saling menatap.

"Aku rasa dia akan jadi lemah kalau pemikirannya seperti itu kak, dia tak akan bisa bertahan hidup lama"

"Citra, kamu gak boleh ngomong kayak gitu. Setiap orang punya sifat yang berbeda, Melati mungkin belum bisa beradaptasi di lingkungan seperti ini. Kamu gak inget dulu kamu juga kayak gini?" kataku kepada Citra. Dia menunduk.

"Iya kak, kakak yang ngajarin aku cara menghadapi bencana ini"

"Nah, kamu ajarin Melati biar bisa cepat adaptasi hehe. Sama kayak aku ngajarin kamu"

"Hehe iya kak, aku usahain. Ughhh aku malah ngantuk kak"

"Yaudah sana tidur"

"Ihh aku diusir ya?" canda Citra.

"Gak gitu hhhhhh"

Singkatnya, pagi ini kami melanjutkan perjalanan, aku sendiri memutuskan untuk tidur didalam mobil karena kantuk ini masih terasa. Galang kembali menyupir mobil dan sesekali memeriksa peta.

"Lang, aku tidur dulu. Bangunin kalau ada apa-apa" kataku.

"Hehe sorry ya Din"

*****

"Dino, Din bangun" aku merasa tubuhku seperti bergoyang-goyang, kubuka mataku pelan dan ternyata Galang membangunkanku.

"Kenapa Lang?"

"Sial banget, jalan ini terhalang banyak mobil"

"Hah?"

Aku langsung bangun dan melihat dari kaca depan mobil. Benar, banyak sekali bangkai-bangkai mobil yang tersebar menutupi jalan ini. Rombongan kami berhenti dan mengecek tempat ini.

"Hahhh terus gimana dong?" kata Anin.

"Hmmm gimana ya, kita gak bisa putar balik ke kota tadi" kata Andi yang sedang membawa senjata api. Aku sendiri masih melihat-lihat sekeliling tempat ini. Tak ada tanda-tanda kehidupan pastinya.

"Bagusnya, kita bisa mengambil beberapa barang disini. Dan bahan bakar tentunya" Fidly berkata.

"Kita bisa singkirkan beberapa mobil kok, rodanya aku lihat kebanyakan gak ada yang hilang jadi kita bisa dorong" kata Galang.

"Oke, tugas kita sekarang mencari barang-barang disini selagi kita singkirkan mobil-mobil ini. Andi, Toni, Dani kamu sedot bensin di setiap mobil siapa tahu masih ada, yang cewek kalian bantu satu sama lain. Aku akan awasi tempat ini" kata Galang.

"Dan ingat, jangan jauh-jauh dari tempat ini"

Singkatnya kami melakukan kegiatan masing-masing, siang ini terasa dingin karena awan pekat menutupi sinar matahari. Aku berjalan-jalan menyusuri bangkai mobil dan memeriksanya siapa tahu ada barang-barang bisa kita ambil. Sejauh ini aku menemukan beberapa koper berisi pakaian dan obat-obatan. Aku bawa barang itu dan menaruhnya didekat mobil. Pandanganku tertuju kepada Anin yang sedang asyik mengikat sesuatu.

"Lagi apa kamu Nin?" tanyaku.

"Eh Din, hehe lihat dah apa yang aku bikin" Anin menunjukkan sebuah pemukul baseball yang terlilit kawat berduri.



"Kalau pakai ini aku bisa membunuh mayat hidup lebih cepat Din, kawat duri ini dapat melukai mereka" jelasnya sambil memegang tongkat baseball itu.

"Kreatif juga lo" balasku.

"Hoho iya dong, lagian kita harus hemat amunisi juga kan, punya kita sudah mulai menipis"

Aku hanya tersenyum. Kulangkahkan kakiku berjalan menuju mobil, kubuka bagasi belakang mobil dan mulai mengambil beberapa barang dan kumasukkan kedalam bagasi. Kami beruntung bisa menemukan beberapa makanan di tempat ini walau itu hanya sebatas makanan kalengan dan snack, disamping itu kami juga menemukan beberapa pakaian dan peralatan yang mungkin berguna. Setelah beres aku berjalan-jalan memeriksa tempat ini.

Emm, Dila mana ya?

Tak sulit menemukan dia yang sedang asyik memainkan gitar pemberian Melati, dia terlihat senang memetik beberapa senar sambil melantukan lagu.

"Hehe dapet temen baru ya" kataku kepada dia.

"Gitarnya lumayan Din, enak suaranya" balasnya.

"Aku seneng lihat kamu main gitar lagi" kataku sambil duduk disampingnya. Ia tersenyum penuh arti, aku jadi senang melihatnya.

"Aku jalan-jalan dulu, eh Citra dimana Py?" tanyaku.

"Tadi aku lihat lagi sama Fidly dan Melati, disana kayaknya" balasnya sambil menunjuk kearah tempat mereka yang ternyata sedang mencari-cari sesuatu diantara mobil yang terbengkalai. Tanpa pikir panjang aku berjalan menuju kesana.

"Kalian lagi apa?" tanyaku. Mereka bertiga langsung menoleh kearahku. Ah, anjir dah mereka cantik banget.

"Ini kak aku geledah beberapa mobil dan banyak banget pakaian disini. Kayaknya ukurannya pas buat aku hehe" kata Citra.

"Yaelah Cit, jangan diambil semua lah, sisain buat aku lagian ukuran baju kita sama kan" sanggah Fidly.

"Aku juga dong" tambah Melati. Aku hanya tertawa melihat tingkah mereka.

"Mel, ukuran buat kamu kayaknya gak ada deh wkwk" tawa Citra. Melati memasang muka cemberut mendengar jawaban Citra.

"Hahaha udah-udah, harusnya ada baju yang pas buat Melati"

"Ada kok kak, tadi aku cuma bercanda doang hehe"

"Nyebelin kamu Cit"

Mereka tertawa bersama.

"Hei Din, kita menemukan galon air disana" kata Toni sambil membawa sebuah galon.

"Wah, bagus Ton. Beruntung banget kita gak usah susah-susah cari air" balasku.

"Hari keberuntungan kita pastinya haha"

"Kak, kamu minggir dulu hehe. Mau ganti baju" kata Citra.

"Ohh oke"

Aku kembali berjalan menuju tempat dimana Galang sedang mengamati keadaan sekitar diatas bis. Dia terlihat sedang melihat-lihat dengan teropong binokularnya, kunaiki sebuah mobil bekas dan ikut melihat keadaab sekitar.

"Sepertinya aman Din" kata Galang.

"Yoi, semoga aja gak ada apa-apa" balasku.

KREKKK

Aku terkejut mendengar suara yang cukup keras dari depan.

"Lang, kamu tadi denger?" tanyaku agak keras.

"Sialan, ada gerombolan mayat hidup menuju kesini Din" balasnya panik.

"Ada berapa?"

"Sial, sial. Ada puluhan jumlahnya. Din, suruh yang lain untuk bersembunyi sekarang! Kita tak akan bisa melawan mereka.

"Lah, kamu gimana?"

"Aku diatas aja, aman kok. Ayo cepat Din"

Aku berlari kearah mereka yang masih sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Hei, ada mayat hidup menuju kemari. Kalian sembunyi didalam mobil cepat!" teriakku.

"Dila...."

"Aku disini Din"

"Kamu sembunyi sama Aya dan Gaby cepat! Aku mau kesana memberitahu Citra, Melati sama Fidly" perintahku yang langsung dibalas anggukannya.

Suara-suara mayat hidup mulai terdengar bersahut-sahutan pertanda mereka sudah semakin dekat menuju kemari. Jumlahnya yang mencapai puluhan memaksa kita untuk bersembunyi sampai mayat itu pergi, amunisi kita sangat tipis dan tidak mungkin kita melawan mereka sebanyak itu.



"Citra, Citra"

"Ada apa kak?"

"Ayo kalian sembunyi di dalam mobil. Ada gerombolan mayat hidup menuju kemari" kataku. Citra dan Fidly langsung bergegas masuk kedalam mobil bekas yang kebetulan tidak terkunci. Sedangkan Melati hanya terpatung melihat kedepan, entah apa yang dipikirkan gadis ini.

"Mel, ayo cepat" aku menarik tangannya. Dia hanya diam saja, aku menoleh sekeliling. Sialnya tak ada tempat untuk bersembunyi, aku semakin panik karena suara mayat itu semakin keras dan terus mendekat.

"Melati, kita sembunyi di bawah mobil" kataku. Kami merunduk dan tiarap di bawah mobil. Suara-suara mayat itu semakin keras dan semakin keras. Aku bisa melihat dari bawah kolong mobil ini gerombolan mayat hidup sudah berjalan-jalan melewati tempat ini. Jantungku berdegup kencang melihat pemandangan mengerikan ini, aku berusaha untuk tidak menimbulkan suara apapun karena mayat hidup sangat tertarik dengan suara.

"Hiks hiks hiks"

"Mel, jangan nangis sstttttt" aku menutup mulut Melati sambil berusaha untuk menenangkannya. Dia terlihat sangat ketakutan.

"Kak, hiks hiks aku... aku takut...." kata Melati dengan suara lirih.

"Sstttt udah diem"

Melati justru meronta-ronta dan terus menangis. Aku menjadi jengkel karena sifatnya.

"Peluk aku Mel, udah jangan nangis"

SLEPPPP

Melati langsung memelukku erat sekali, buah dadanya yang cukup besar itu menempel di dadaku. Sialnya, batang kemaluanku malah tumbuh tegang disaat situasi hidup dan mati ini. Aku langsung mengambil napas panjang dan mengelus rambut Melati untuk menenangkannya.

"Kita pasti selamat Mel, kamu peluk aja aku oke?" bisikku di telinganya. Dia sudah tak menangis dan mengangguk.

Mayat-mayat itu terus berjalan melewati tempat kami bersembunyi, beruntung sepertinya mereka tak tahu kita bersembunyi tepat didekatnya. Aku terus memeluk Melati erat-erat dan dia membalasnya. Aneh, aku malah keenakan memeluk tubuh dia.

Aya POV

"Banyak banget mayatnya Ay"

"Iya, jangan sampai bikin suara yang bisa mengundang mereka"

Aku mengintip jendela mobil dan benar, gerombolan mayat hidup yang jumlahnya mungkin puluhan sedang berjalan melewati tempat ini. Mahkluk itu berjalan perlahan sambik mengeluarkan suara berat. Aku bersama Gaby dan Nadila sedang bersembunyi didalam mobil. Tangan kami memegang pistol untuk berjaga-jaga jika terjadi hal yang tak diinginkan walaupun aku tahu, menembak senjata di saat ini bukanlah ide bagus.

BRAKKK BRAKKKK

Aku langsung menoleh menuju sumber suara, salah satu mayat hidup membanting tangannya ke kaca mobil. Kami terkejut.

"Aahhhheemmmmpppppphhhhh" tiba-tiba Nadila refleks teriak mendengar suara dobrakan itu namun untungnya Gaby langsung menutup mulut dia.

"Sstttt Nad jangan teriak" kataku pelan. Aku sebenarnya juga ketakutan setengah mati melihat mayat-mayat hidup itu mengerubungi mobil tempat bersembunyi kami.

"Nad tenang, aku disini" Gaby berbisik ke telinga Nadila berusaha untuk menenangkannya.

Nadila masih meronta-ronta ketakutan, aku mendekati dia perlahan dan berusaha menenangkan temanku ini. Mayat itu masih mendobrak-dobrak mobil tanpa henti. Jantungku berdegup kencang dan keringat dingin mulai membasahi tubuhku. Namun yang aku heran Gaby terlihat tenang saja di saat kondisi hidup mati ini.

"Nadila, kamu hitung satu sampai lima, oke?" kata Gaby kepada Nadila.

"Satu..."

"Dua...."

BRAKKK BRAKKK BRAKKK

"Sstttt jangan panik Nad, lanjutin aja ngitungnya"

Aku memperhatikan cara Gaby menenangkan Nadila dengan berhitung. Aneh.

"Tarik napas Nad" Gaby menyuruh Nadila yang dibalas dengan anggukan.

"Nah, bagus sekarang hitung lagi"

"Satu.....

"Dua....."

"Tiga....."

GGGRHHHHHHH GGRRAHHHHHHH

Mayat itu mulai berhenti mendobrak mobil dan kembali berjalan, aku menghela napas panjang.

"Empat"

"Lima"

"......"

"......"

"Ay, gimana?" tanya Gaby.

"Kayaknya mayat itu udah pergi Gab"

Gaby melepaskan tangannya dari mulut Nadila, ia tampak sangat ketakutan dan hampir menangis.

"Gaby, aku takut....." Nadila langsung memeluk tubuh Gaby erat-erat dan dia membalasnya sambil mengelus rambutnya. Aku hanya tersenyum melihat keakraban mereka.

"Gimana, kita keluar sekarang?" tanyaku.

"Jangan dulu, tunggu yang lain" balas Gaby. Aku hanya mengangguk.

"Hmmmn jadi obat rasa takutnya dengan berhitung ya Gab?" tanyaku kepada dia.

"Hehe iya Ay. Aku juga sering gitu saat ketakutan seperti ini" balasnya. Aku hanya mengganguk.

"Terus gimana?" tanya Nadila yang mengusap air matanya.

"Kita nunggu disini, sampai teman-teman kita ada yang keluar dari persembunyian" balasku tenang.

Fidly POV

GGRRRHHHHHH GGRRHHHHHH

Aku mencoba untuk mengintip lewat jendela samping mobil, tampak beberapa mahkluk itu berjalan pelan sambil sesekali menoleh-noleh dan mengerang mencari mangsa yang bisa dimakan. Jujur aku mulai ketakutan saat ini, sudah lama aku tak mengalami kejadian ini.

"Fia, gimana?" tanya Citra yang berada di kursi depan mobil.

"Banyak banget mayatnya Cit" balasku.

"Tadi kamu lihat kak Dino sama Melati sembunyi dimana?" tanyanya lagi.

"Kayaknya di bawah mobil ini Cit, aku lihat mereka tiarap disini"

"Ya ampun kak, kamu nekat banget sih" gumam Citra.

Kusingkirkan kepalaku dari kaca mobil dan mengambil posisi terlentang di jok, aku menghela napas panjang.

"Kenapa Fi?" tanya Citra.

"Hmmmn gak apa-apa, aku cuma.... gimana ya, kayak takut gitu...."

"Ohh, bukannya kamu sering ya ngadepin mereka pas masih tinggal di hutan dulu?"

"Iya sih, tapi ini lain. Aku bisa dengan mudah bersembunyi di hutan hehe" kekehku.

"Ohh gitu ya, aku penasaran sama cara kamu bertahan hidup di hutan" kata Citra penasaran.

"Ah, ceritanya panjang Cit, kapan-kapan aku ceritain hehe"

Kami saling terdiam menunggu sampai gerombolan mayat itu pergi dari tempat ini, aku sudah bersiap menggengam pisau tajam ini untuk berjaga-jaga. Tiba-tiba aku terkejut dengan suara bantingan dari belakang mobil.

BRAKKK BRAKKK

Mungkin mayat itu sedang memukul-mukul mobil yang disangka makanannya, aku berusaha untuk tetap tenang. Citra juga terlihat cemas dengan suara bantingan itu.

"Gimana nih Fi?" katanya takut.

"Moga aja mereka tak melihat kita" balasku pelan.

Tanpa sadar mungkin sudah hampir beberapa menit kami bersembunyi dalam mobil, suara-suara mayat hidup sudah tak terdengar pertanda mereka sudah pergi dari tempat ini. Aku melihat Citra dan saling berpandangan, dia hanya mengangguk. Aku coba membukakan pintu mobil perlahan dan keluar dari mobil.

"Kayaknya aman Cit"

Kutundukkan kepalaku kearah bawah mobil, terlihat Dino dan Melati tiarap disana dan saling berpelukan, dalam hati aku merasa aneh melihat mereka.

"Din, udah aman"

"Beneran?"

"Iya"

Mereka melepaskan pelukan dan keluar dari bawah mobil. Citra langsung memeluk Dino sedangkan aku melihat Melati yang terduduk seperti ketakutan, kudekati dia.

"Udah pergi kok mayatnya" kataku kepada Melati.

"Aku... aku takut Fid" balasnya gemetar, air matanya terlihat mengalir.

"Udah gak apa-apa jangan nangis"

Tiba-tiba Melati memelukku erat, aku terkejut awalnya namun dengan tenang aku balas pelukannya sambil mengelus rambutnya yang halus sekali.

"Hehe jangan keras-keras meluknya" kataku.

GGRRRAAHHHHHHHHH

Aku terkejut melihat sesosok mayat hidup yang tiba-tiba saja muncul dari belakang mobil, aku langsung melepas pelukan Melati.

"MEL, AWASS"

GRRRGAHHHHHHHHH

Mayat itu nyaris saja menerkam Melati, aku langsung menendang mahkluk itu hingga terjatuh, kucabut pisau dari pinggangku dan menusuk kepalanya kuat-kuat. Mayat itu langsung tewas dengan darah yang memancar dari tusukan pisau itu.

"AHHHHHHHHHH" Melati kelepasan berteriak, beruntung Dino langsung menutup mulutnya.

"Mel, kamu gak apa-apa?" tanyaku kepada Melati yang masih terlihat syok karena kejadian tadi.

"Hiks.. hiks.... kakk" dia kembali memeluk Dino, sepertinya dia baik-baik saja.

"Hampir saja Fid, makasih" kata Dino.

"Sip" kubalas dengan memberikan tanda jempol.

*****

Dino POV

Setelah gerombolan mayat hidup itu sudah lewat kami berkumpul dengan beberapa barang-barang yang kami kumpulkan, cukup banyak yang kami temukan disini mulai dari pakaian, tas, bungkus makanan, bensin dan beberapa galon air. Bahkan Toni sempat menemukan empat buah pistol dari salah satu mobil, mungkin ini suatu keberuntungan untuk kami walaupun sempat ada gerombolan mayat hidup yang berjalan menuju kemari. Kami menaruh barang-barang itu kedalam bagasi mobil.

Hari tampaknya sudah menjelang malam, kami sudah beres menyingkirkan beberapa mobil yang menutupi jalan, aku dan Galang sedang berdiskusi.

"Gimana Lang, kita lanjutkan perjalanan atau bermalam dulu disini?" tanyaku sambil mengisap rokok.

"Mau gak mau kita harus jalan terus Din, bermalam disini kurasa terlalu berbahaya" balasnya.

"Tapi, bensin kita cukup kan?"

"Kurasa begitu"

"Hmmm okelah kalau begitu Lang"

Aku mengambil sebuah peta yang cukup besar dan menggelarnya, kutandai bagian yang sudah kami lewati selama perjalanan ini. Tampaknya rombongan kami sudah melewati beberapa kota yang sayangnya sudah tak ada tanda-tanda kehidupan selain mayat hidup.

Gaby dan Aya menghampiri kami sambil membawa botol air mineral dan beberapa bungkus makanan.

"Hei Gab, makasih hehe" kataku.

"Iya. Eh gimana Din kita bermalam disini dulu kan" tanyanya.

"Enggak, malam ini kita jalan lagi, terlalu berbahaya disini" balasku.

"Yahh, kami semua lelah Din" kata Gaby memelas. "Nadila sama Melati kayaknya masih syok karena kejadian tadi" kata Aya.

"Ya mau gimana lagi Gab, resikonya gede banget kalau kita disini semalam. Kita gak tahu mayat-mayat itu akan balik kesini apa enggak, jumlah mereka sangat banyak dan kita tak punya amunisi yang cukup"

Gaby hanya mengangguk sambil duduk disampingku. Ia mengenakan kaus putih yang lumayan ketat sehingga bongkahan payudaranya tercetak jelas menantang. Ah, tolong dah jangan berpikiran aneh-aneh dulu Dino.

"Gimana luka kamu, gak ada apa-apa kan?" tanyaku.

"Hehe enggak kok, tapi masih terasa nyeri tanganku" balasnya.

Dia menyibakkan rambut panjangnya dan memperlihatkan balutan perban yang menutupi lukanya, kuperiksa bagian itu dan sepertinya tak ada apa-apa.

"Besok perbannya harus diganti Gab" kata Aya.

"Oke Ay, makasih"

"Yaudah, kalian semua siap-siap dulu, malam ini kita berangkat" kata Galang.

"Siap"

Setelah semuanya beres, kami masuk kedalam mobil. Aku yang menyetir mobil ini bersama Nadila, Fidly, Melati dan Anin. Nadila duduk di kursi depan dan sisanya berada di belakang. Mobil kami berada di depan dan mobil Toni yang berisi persediaan makanan dan barang-barang ada di tengah.

Suasana jalanan terasa sunyi sekali, tak ada penerangan jalan yang hidup selain lampu mobil, aku harus berhati-hati dalam mengemudi mobil dan mengatur kecepatan supaya tidak kehabisan bensin mengingat persediaan bensin sangat terbatas. Rombongan kami melewati jalan-jalan yang biasa dilewati kendaraan umum dan seperti sebelumnya, tak ada tanda-tanda kehidupan selain mayat hidup. Suasana didalam mobil sendiri juga terasa sunyi, kulihat Nadila yang hanya menatap kaca depan mobil, Fidly dan Anin yang tampaknya sedang mengobrol dan Melati yang sudah terlelap. Jam didalam mobil menunjukkan angka 23:30 pertanda hari sudah mulai menjelang tengah malam.

"Ini audionya masih bisa Din?" tanya Dila.

"Coba aja" balasku.

Dila menghidupkan audio mobil yang ternyata masih berfungsi. Tiba-tiba suara hentuman musik terdengar cukup keras, aku sempat kaget mendengarnya.

(Langsung loncat ke menit 1:47)

"Apaan dah, serem liriknya" gerutu Dila. Hentuman suara dari loudspeaker mobil terdengar cukup keras sampai Melati terbangun karenanya.

"Hah? suara apa itu?" katanya kaget.

"Nih si Nadila ngidupin audio dan lagunya langsung keputer haha" kata Anin.

Dila langsung menekan tombol volume down pada audio mobil, dia tampak kesal mendengar lagu itu, aku tahu dia tak suka dengan lagu bergenre EDM haha.

"Jelek lagunya Din" katanya menggerutu.

"Tapi seru lagunya Nad, udah lama gak dengerin lagu gini hahaha" tawa Fidly.

"Iya Nad, bener kata Fidly" tambah Anin.

Dila diam saja tak menanggapi ocehan mereka, aku hanya tersenyum sambil terus menyetir mobil, beberapa menit kemudian lagu itu berganti dengan lagu barat yang mellow sekali, kali ini Dila terlihat senang sambil sesekali menirukan lagu itu. Namun Anin dan Fidly justru tidak terlalu menikmati lagu tersebut dan meminta Dila mengganti lagu.

"Nad, ganti lagu ah. Mellow banget sumpah" kata Anin.

"Yahh gantian lah Nin, tadi kalian yang nikmatin lagu ini sekarang giliranku" Dila tak mau mengalah.

"Hhhh yaudah deh, aku ngantuk hoaammm"

"Aku juga Nin, tidur yuk"

Mereka langsung tertidur, aku hanya tertawa melihat tingkah mereka.

"Hahaha kamu gak berubah ya Py, gak mau ngalah" kataku. Dila membalas dengan menjulurkan lidah kearahku. Ah, aku gemas sekali melihat ekspresinya.

"Din, kamu masih inget gak pas kita pergi ke Puncak?" tanya Dila.

"Emm masih inget, kalau gak salah pas makul kita kebetulan kosong terus kamu ajak jalan-jalan kemana gitu. Taunya nyasar sampai Puncak wkwk" tawaku membuka memori saat bersama dia dulu.

"Dan ada satu pertanyaan yang sampai sekarang aku penasaran Din"

"Apa Py?"

"Itu mobil kamu apa pinjem temen?"

"Emm, aku pinjem temen sih hehe"

"Ihh dasar kasian temen kamu lah" katanya sambil mencubit perutku.

"Aduhh Py, ngapain nyubit dah haha"

"Abis nyebelin kamunya"

"Hahaha, aku bohongin temenku pas pinjem mobil, buat anterin saudaraku ke bandara hahaha" tawaku.

"Tuh kan, makin nyebelin kamunya" balas Dila.

"Tapi kamu seneng kan, aku culik kamu sampai Puncak hahaha" tawaku, dia juga ikutan tertawa dan mengangguk.

Playlist mobil mulai memutar sebuah lagu barat yang kali ini sangat aku kenal, begitu juga Dila yang langsung bersenandung mengikuti irama lagu.

"Kayaknya semua lagu kamu sampai hapal dah" kataku.

"Hehe iya dong"

Irama lagu ini enak didengar sampai aku juga ikutan bernyanyi di tengah malam ini. Suasananya seperti hanya ada aku dan Dila di mobil ini. Sementara itu jalanan yang kami lalui mulai berkelak-kelok sepertinya.

"Din, kamu gak ngantuk?" tanya Dila.

"Enggak kok, udah biasa aku nyupir malem-malem hehe. Kamu tidur aja Py" kataku.

"Gak, aku mau temenin kamu" balasnya, namun aku lihat ekspresi mukanya yang sedang menahan kantuk.

"Dila, udah gak apa-apa. Kamu tidur aja ya" kuelus rambutnya pelan.

"Emmm yaudah Din"

CUP

Dila menggerakan kepalanya dan mencium pipiku.

"Met tidur sayang....."

"Dih panggil sayang"

"Biarin hehe"

*****

Dear Diary,

Aku takut, takut banget.

Kelompok kami diserang oleh mayat hidup yang jumlahnya banyak banget, mungkin sekitar puluhan.

Mereka buas banget, Diary

Aku takut

Mungkin aku memang penakut.

Tapi aku akan terus coba melawan rasa itu.

Citra bilang, rasa takut itu adalah kelemahan manusia saat melawan mahkluk itu.

Aku sadar, mereka sangat berani melawan mayat hidup. Aku jadi tertarik sama mereka.

Aku bisa belajar banyak hal dengan mereka.

Tapi tau gak kamu, Diary.

Saat aku memeluk Kak Dino.

Rasanya tenang banget, rasa takutku hilang begitu saja.

Semoga di suatu hari nanti....

Aku bisa memeluk dia lagi....

*****

"Ah, sial banget" kataku membanting setir. Dila terlihat bingung dengan sikapku.

"Kenapa Din"

"Bensin mobil udah mau abis" kataku.

"Yahh, terus gimana dong?"

"Mau gak mau aku harus berhenti dan ngomong sama Galang"

Kuberhentikan mobil ke pinggir jalan, rombongan lain juga mengikuti hal yang sama. Aku berjalan menuju Galang.

"Lang, bensin kita abis"

"Duh, gimana ini ya. Kita udah sampai mana sekarang?"

"Kota Banjar Lang, tadi aku lihat petunjuk jalan disana" kataku.

"Kita cari tempat untuk singgah dulu, nanti kita pikirkan rencana selanjutnya"

Singkatnya mobil ini kembali berjalan dan berhenti di sebuah pertigaan jalan utama, aku melihat-lihat sekilas tempat ini sambil membawa senjata revolverku. Galang menghampiriku dan membisikkan sesuatu.

"Din, selagi mereka istirahat kita lihat-lihat sekitar tempat ini"

Kami berjalan-jalan menyusuri jalanan yang cukup besar, mungkin ini adalah jalan provinsi yang biasa dilalui kendaraan umum maupun pribadi. Tak ada mayat hidup disekitar sini namun kami menemukan bangkai mobil maupun motor yang cukup banyak berserakan di jalan ini bahkan kami sempat menemukan panser dan tank juga. Aku memeriksa panser itu dan menemukan mayat-mayat tentara, kuambil beberapa magasin peluru dan memasukkannya kedalam saku.

"Eh Din, kita dimana sekarang?" tanya Galang.

"Banjar"

"Wah bentar lagi masuk Jawa Tengah Din haha, tinggal ikuti jalan ini sampai ada gapura gede, nah sampai dah di Jawa Tengah" jelasnya.

"Hehe kebetulan aku asli sana sih"

"Wah, kamu asli daerah mana Din?"

"Temanggung. Tapi aku belum pernah lewat sini, biasanya kalau pulang kampung lewat jalur utara" jelasku. Sekilas aku teringat oleh kedua orang tuaku yang berada disana dan adik tiriku. Semoga mereka tidak terkena bencana ini.

"Dino, eh. Lihat deh" aku langsung bergegas menuju Galang yang sedang membaca sebuah plakat besar yang bertuliskan "Lapangan Golf"

"Kita coba kesana Din"

Singkatnya aku dan Galang berjalan menuju tempat yang tertunjuk pada plakat tadi. Benar, tempat ini merupakan lapangan golf yang lumayan besar, tempat itu dikelilingi oleh pagar yang cukup tinggi. Aku dan Galang melihat-lihat sekilas tempat ini

"Din, gimana menurutmu?" tanya Galang kepadaku.

Aku tersenyum dan menjawab "Ini sempurna Lang, tempatnya luas banget" kataku senang.

"Iya Din, dan sepertinya lapangan golf ini tak berpenghuni. Kita bisa bermukim disana" kata Galang. Aku mengangguk tanda setuju. Namun aku terkejut melihat beberapa mayat hidup didalam sana.

"Tapi ada mayat disana Lang"

"Kayaknya dikit Din, kita bisa habisi mereka kok" kata Galang antusias.

"Kamu yakin tempat ini bisa kita kuasai?" tanyaku.

"Pasti bisa Din, aku yakin. Kita bisa mulai hidup kita disini. Ayo kita kembali, mereka pasti akan senang sekali kita menemukan tempat ini Din"

Malamnya kami berkumpul setelah menyantap makan malam. Aku dan Galang berdiri menghadap mereka dan menjelaskan apa yang kita temukan tadi sore.

"Jadi gini kawan-kawan, aku dan Galang menemukan sebuah tempat yang cukup besar dan luas, sepertinya bekas lapangan golf. Tempat itu dikelilingi pagar besi yang cukup tinggi dan aku rasa aman dari mahkluk-mahkluk itu. Namun dugaanku saat ini mungkin masih ada mayat-mayat hidup di dalam sana, kita bisa membasmi mereka jika kita bisa kerjasama" jelasku bersama Galang. Mereka terlihat senang mendengar penjelasanku.

"Kalau kita bisa kerjasama, kita bisa bermukim disana, memulai kehidupan baru seperti di camp dulu"

"Malam ini kita istirahat untuk besok, siapkan tenaga dan keberanian kalian"

"Besok pagi, kita akan kuasai tempat itu...."

CREDITS ROLL
 
Sedikit tribia

Sebelumnya, rest in peace Kobe Bryant

1. Jadi tokoh member/mantan member di season 1-2 ini terdiri dari:
Gen 1: Gaby
Gen 2: Nadila, 2 tokoh TBA (To Be Announced)
Gen 3: Gracia, Anin
Gen 4: Fidly, Melati
Gen 5: Citra, Aya, Kyla

Belum berani maen2 ke gen 6-8 dulu huehehe
2. Senjata yang dibuat oleh Anin, terinspirasi dari serial The Walking Dead (pasti tau siapa)
3. Pertama kalinya ane menggunakan lebih dari dua POV dan semua tokoh cewek muncul dalam satu episode
4. Hehe lagu yang ane selipkan di episode bukan sebuah pertanda kok, tenang aja

Happu reading and have a nice monday gais
 
kalo misal virus corona bisa membuat penderitanya jadi zombie dan akan terjadi zombie apocalypse kayanya bisa mempelajari beberapa cara bertahan hidup dari cerita ini wkwkwk
 
Bimabet
Mantap om di tunggu update selanjutnya
Makasih gan, selamat menunggu
kalo misal virus corona bisa membuat penderitanya jadi zombie dan akan terjadi zombie apocalypse kayanya bisa mempelajari beberapa cara bertahan hidup dari cerita ini wkwkwk
Wah jangan sampai terjadi wkwk
Boong...
Gracia sama Kyla?
Maksudnya di season 2 ini gan

Eh btw mereka udah ded kan, ngapain dibahas lagi:ngacir:
ikutan deg2an sluurrr pas sembunyi di mobil krn digruduk mayat hidup
Mantap
Mau nebak gen 2 yang TBA. Jangan2 itu Rachel yg bakalan nongol
Tebakan anda mungkin benar, coba yang satu lagi siapa hehe :ngacir:
Udah mati hu.... Wkwkwk....
Nah itu udh dijawab
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd