Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Akhir Dari Sebuah Pendakian

Pachinko_69

Semprot Kecil
Daftar
21 Mar 2022
Post
78
Like diterima
162
Bimabet
Prolog:


Hesti Purwadinata sedang menggemari aktivitas barunya yaitu hiking. Beberapa kali dalam acara yang ia bawakan bersama 3 rekannya, ia sempat menceritakan sedikit bagaimana ia begitu antusias saat melakukan kegiatan tersebut. Kali ini ia merencanakan keberangkatannya untuk hiking ke gunung Lawu bersama sahabat dan juga partner host kesayangannya yaitu Enzy Storia. Bagaimana trip mereka berlangsung?
.
.
.
.
Satu minggu sebelum keberangkatan.

"Gimana njet? Semua udah dipersiapin kan?" ujar Hesty kepada Enzy.
"Udah dong kak, tinggal nguatin olahraga aja" jawab Enzy antusias.
"Iya yang penting harus kuat fisik aja" ujarnya kembali mengingatkan Enzy yang baru pertama kali akan melakukan kegiatan hiking.

Setelah menghabiskan sisa waktu seminggu dengan memperbugar fisik mereka masing-masing, akhirnya Hesty dan Enzy memantapkan diri untuk berangkat. Ditemani asisten mereka yaitu Nopi dan Aul, tour guide dan juga porter, merekapun menuju salah satu gunung eksotis yang ada dipulau Jawa yaitu Gunung Lawu.

Setelah menempuh jalur hiking selama 3 jam rombongan Hesti Enzy sampai pada pos 1, merekapun beristirahat dan mencoba membaur dengan pendaki maupun warga setempat, Enzy yang sangat antusias dengan perjalanan pertamanya merekam menggunakan handy cam miliknya apa saja yang ia temui selama perjalanan, tidak ada kendala berarti karena mereka masih berada di awal perjalanan.

"Guys, akhirnya sudah sampe pos 1, lumayan cape tapi aku super excited buat sampe ke Puncak" ujar Enzy merekam dirinya sendiri beserta rombongannya dan beberapa pendaki yang sempat meminta foto dan tanda-tangan mereka berdua.
"Ayo njet, kita lanjut" ajak Hesti yang sama sekali tidak merasa kelelahan.

Mereka lanjut menuju pos 2 yang diperkirakan akan memakan waktu sekitar 5-6 jam tergantung dari kecepatan jalan mereka. Perubahan hawa dipertengahan perjalanan cukup mereka rasakan, suasana siang terkesan mendung, sepanjang perjalanan mereka menemukan kendi berisi dupa dan bunga yang membuat mereka sedikit kebingungan.

"Kok banyak sajen kak?" tanya Enzy pada salah satu tour guide yang mereka sewa.
"Lagi ada ritual adat warga asli gunung mbak" ujar Tour guide tersebut.
"Ritual apa ya kak?" Enzy yang penasaran kembali bertanya.
"Kurang tau mbak, warga disini hanya keluar dan ritual selama 4 tahun sekali dan ga ada yang berani interaksi" jawab Tour guide itu menjelaskan.

Perlu diketahui ada dua jenis warga yang tinggal disana, yaitu warga lokal, seperti penduduk pada umumnya melakukan interaksi sosial layaknya masyarakat umum, sedangkan warga asli gunung Lawu merupakan warga yang tidak berinteraksi dengan orang lain, hanya dengan sesama anggotanya saja, dan mereka hanya akan terlihat ketika ada ritual adat, selebihnya tidak ada yang benar-benar tau mereka tinggal dimana dam bagaimana cara mereka hidup.

Perjalananpun terus berlanjut sampai di pos 2, tidak ada kejadian aneh selama perjalanan rombongan tersebut selain banyaknya benda-benda asing yang mereka temui, setiap kali Enzy ataupun Hesti bertanya jawabannya selalu serupa, "untuk ritual" dan "kurang tau". Setelah beristirahat dan makan siang mereka melanjutkan perjalanan menuju pos 3, namun karena takut mengganggu ritual adat warga tersebut, mereka disarankan untuk mengubah rute perjalanan menuju pos 3, lebih sedikit jauh dan memutar, namun mereka menyetujuinya dengan alasan menghormati kebudayaan setempat.

Setelah menempuh perjalanan lebih dari 8 jam karena perubahan rute, mereka memutuskan untuk mendirikan tenda dan melanjutkan perjalanan keesokan hari, karena hari sudah mulai gelap.

Tenda dan segala perlengkapan sudah siap, merekapun menikmati api unggun dan makan malam, sebelum ngecamp, penjaga pos 3 menghimbau para pendaki untuk tidak terganggu apabila mendengar suara-suara aneh yang akan bermunculan, karena adanya ritual adat warga daerah tersebut.

"Hoom, Swaweynya, Hoom" terdengar sayup-sayup suara kerumunan yang sedang membaca mantra dari kejauhan, dan sisi lain dari jalur gunung menjadi lebih terang.
"Njet anter gua ke danau yu, gua kebelet" ujar Hesti
"Kebiasaan lu mah kak, tapi aman kan?" tanya Enzy yang sedikit panik karena suara ritual lumayan sedikit menakutkan.
"Aman udah, gua udah 3x kesini ga ada apa-apa" jawab Hesti yang jauh lebih berpengalaman.

Akhirnya mereka berdua memutuskan menuju danau yang berada ditengah-tengah jalur ritual dan juga jalur tracking mereka. Setelah menunaikan hajatnya, Hesti memerhatikan sekitaran danau yang cukup aneh dan berbeda, tidak seperti perjalanan sebelumnya, danau tersebut sangatlah hening, tidak ada riak maupun aliran air yang bergerak.

Fenomena tersebut membuat Hesti sedikit kebingungan, sayup gumaman kerumunan semakin terdengar ditelinga mereka, Enzy yang takut namun penasaran menunjuk kearah sumber cahaya api yang cukup terang.

"Eh liat deh kak, kayaknya Ritualnya disitu deh" ucapnya setengah penasaran.
"Liat yuk njet" ucap Hesti bersemangat.
"Ih aman ga kak? Ntar malah kenapa-kenapa lagi" protes Enzy yang takut.
"Udah ayo ikut" ujar Hesti yang beranjak mendekati sumber cahaya itu.

Setelah berada diposisi yang dekat, mereka dikagetkan dengan sesosok pria tua dibelakang mereka dan menepuk pundak Enzy.

"Astaga!" pekik Enzy saat menengok kebelakangnya, Hesti yang panik menarik Enzy menjauh dan berusaha kembali menuju tempat mereka berkemah. Lebih dari 15 menit mereka berjalan panik namun tidak ditemuinya jalan menuju tempat mereka berkemah. Dan mereka akhirnya tersesat.

Suasana gunung sangat hangat, tidak seperti biasanya, saat mereka berdua kebingungan ada tepukan tangan lagi ke pundak Hesti.

"Mamak!" teriak Hesti panik.
"Apa sih kak!" ujar Enzy yang ketakutan.
"Ada yang nepok gue" ujar Hesti sambil terus berjalan tanpa mau menengok.
"Ikut saya kalau mau selamat" terdengar suara berat dari arah belakang mereka. Namun karena rasa takut, mereka berdua berlari tak tentu arah hingga mereka melihat sebuah cahaya api unggun, dan berharap itu milik pendaki yang lain, namun itu sepertinya api unggun milik warga asli yang sedang melakukan ritual.

"Permisi mbah, kita berdua kesasar mbah" ujar Hesti saat mereka tiba dan langsung disambut oleh tatapan tak suka.
"Baik, duduk" ujar salah satu pria tua yang sepertinya dihormati.

Hesti dan Enzypun duduk diantara warga yang sangat asing penampilannya, jauh lebih menyeramkan dari suku baduy sekalipun.

"Bawa si Anum" ujar pria tua itu.
"Nggeh Mbah" entah siapa yang menjawab. Digiring seorang perempuan berusia sekitar 20 an dengan tangan terikat.
"Itu mau diapain mbah?" tanya Enzy.
"Ditumbalkan" ujarnya dengan sangat tenang.

Hesti dan Enzypun panik mendengar ucapan pria tersebut. Mereka ingin pergi namun saat mereka bangkit pria tua itu mencegahnya.

"Kalian yang sudah liat, tidak bisa pergi" ujar pria tua itu.
"Anum sudah siap?" tanyanya pada perempuan yang akan ditumbalkan itu.
"Sudah mbah" ujar Anum gemetar.

Tubuh Hesti dan Enzy ditahan oleh pemuda yang ada disana, karena kemolekan tubuh keduanya tak jarang ada tangan-tangan nakal yang menjamah payudara maupun vagina Hesti dan Enzy, namun karena rasa takut mereka tidak bisa melawan. Proses penumbalanpun dimulai, perlahan mereka menggumamkan mantra dari bahasa yang tidak dimengerti oleh Hesti maupun Enzy.

Tubuh Anum dibaringkan dan dengan satu sabetan kepala Anum dipenggal dengan benda tajam, Hesti dan Enzy hanya bisa memejamkan mata karena takut, ditengah ketakutan itu, tangan jail dari pemuda yang memegangi mereka terus menggerayangi mereka.

"Hngghhh Kakkk" ujar Enzy yang sedang diremasi payudaranya, bahkan tangan pemuda itu sudah merangsek masuk dan bersentuhan langsung dengan kedua gundukan yang menggemaskan.
"Hmmmhhh" desah Hesti tertahan dengan kondisi yang sama bahkan ada tangan yang menari-nari di vagina Hesti.
"Lepaskan dan buat mereka duduk" ujar mbah yang langsung dilaksanakan oleh para pemuda tersebut.
"Siapa namamu?" ujar pria tua tersebut.
"Hesti mbah" "Enzy mbah" ujar keduanya bergantian.
"Saya Lasno" ujar pria tersebut.
"Kalau kalian ingin selamat, kalian harus mengikuti ritual kami tanpa melakukan sedikitpun kesalahan, mengerti?" ujar mbah Lasno.
"Mengerti mbah" ujar Hesti sedikit lebih tenang dibanding Enzy yang sudah menangis.

Mbah Lasno menguliti tubuh Anum yang sudah tidak bernyawa, dan mengambil darah dari tubuh tersebut.
"Ini minum" ujar Mbah Lasno menyodori darah tersebut kepada Hesti dan Enzy.
"tanpa bersuara dan tak boleh dimuntahkan" perintah Mbah Lasno.
"Hoekkhhh" Enzy gagal meminum darah tersebut dan langsung mendapat sabetan kayu pipih yang mengenai wajah cantiknya.
"Ahhhh" rintih Enzy saat terkena sabetan dari Mbah Lasno.
"Darmo bersihkan darah dari wanita muda itu" ujar Mbah Lasno pada seorang pemuda bernama Darmo.
"Enggeh Mbah" jawab Darmo.

Ia membersihkan darah dengan cara yang tak biasa, ia menjilati wajah Enzy didepan Hesti dan membuat Hesti merinding dibuatnya, Enzy mencoba mengelak namun tenagq Darmo terlalu kuat.

Hesti memekik kaget ketika Mbah Lasno dengan santainya memotong tubuh Anum dan membagikannya kepada para warga, disisakannya kepala Anum dan dia simpan. Prosesi pembersihan darah berlanjut dengan cumbuan dan remasan kepada tubuh Enzy oleh Darmo,
"Hehhhhh Lepasssh" erangan Enzy memekakan telinga saat ia meronta mencoba melepaskan dirinya dari Darmo.
"Sudah cukup" ujar Mbah Lasno kepada Darmo, Darmo pun berhenti.
Tiba-tiba satu sabetan ia berikan kembali kepada Enzy, dan wajah Enzy kembali berdarah.
"Joko. Bersihkan" ujar Mbah Lasno pada pemuda lainnya.

Berbeda dengan Darmo, Joko lebih kurang ajar, dengan santainya setelah ia menjilati wajah Enzy, ia merobek baju Enzy dan mengenyoti payudara Enzy didepan Hesti, Enzy merintih dan berontak sekuat tenaga melawan serangan dari para pemuda itu. Hesti yang tak terima dan berhasil memulihkan diri dari rasa shocknya merangsek maju dan memukul tubuh Joko dari belakang. Hal itu memicu kemarahan Mbah Lasno, ia langsung menyabet Hesti hingga terjatuh, sabetan tersebut membuat punggung Hesti berdarah. Darmo menarik Hesti dan pemuda lain menjilati punggung Hesti yang berdarah. Hesti masih terus meronta dan berusaha menyelamatkan dirinya maupun Enzy yang sedang dijadikan objek seksual maupun objek kekerasqn mereka.

Karena perlawanan sengit Hesti, Mbah Lasno memerintahkan pemuda lainnya untuk menelanjanginya, mereka mengikat Hesti dan memposisikan Hesti dengan bentuk "X" tangan melebar dan kaki melebar. Tak sanggup melawan Hesti hanya mampu mengumpat dan meronta, pemuda yang kesal dengan ucapan Hesti menampar wajah Hesti berkali-kali hingga Hesti hanya bisa meminta belas kasihan para pemuda tersebut.

"Ahhmmmphhhnnnn" (Ampuuun) mohon Hesti sambil terisak. Tangisan Hesti justru membuat Mbah Lasno semakin bersemangat.

"Malam ini kita berpesta" Ujar Mbah Lasno yang menampar-nampar payudara Hesti dengan sangat bernafsu, ia pun mengocok vagina dan menggigit puting payudara Hesti secara kasar, dengan kondisi yang terikat Hesti hanya bisa meronta-ronta kesakitan dan tidak berdaya dengan apa yang Mbah Lasno dan para pemuda itu perbuat kepadanya.

Jarinya yang terikat di jilati oleh pemuda lain dan digerogoti olehnya, Hesti hanya bisa mengerang kesakitan saat kuku jari-jari tangannya mulai mengelupas, dan beberapa jarinya robek akibat gigitan dari pemuda tersebut. Erangan Hesti hanya ditimpali oleh tawa para pemuda yang menyaksikan dirinya kini sedang disetubuhi Mbah Lasno, sementara Darmo sudah menjejalkan penisnya ke mulut Hesti, sambil sesekali menampari wajah Hesti dengan brutal.

Payudara kirinya kini sedang di cumbui oleh seorang pemuda, sedangkan yang sebelah kanannya sedang dicumbu oleh Mbah Lasno. 3 orang menggarap tubuh Hesti dan sisanya hanya tertawa sambil menunggu giliran. Mbah Lasno melepas penisnya dari vagina Hesti dan menyabet vagina Hesti dengan kayu tipis tadi.

"Cplashh"
"Awwwww Sakiithhh" erang Hesti merasa kesakitan dan para pemuda itu berebutan untuk menjilatinya. Hesti berontak ketika payudaranya di gigit oleh salah seorang pemuda yang tadi menggerogoti jarinya hingga robek. Dan kini vaginanya sudah dijejali oleh penis pemuda yang tadi menjilati vaginanya.

Mbah Lasno meninggalkan tubuh Hesti, merasa mendapat kesempatan, para pemuda lain mengerubungi Hesti dan mereka langsung menggerayangi tubuhnya dengan beringas, tatapan penuh nafsu dari para pemuda yang tidak sabar ingin mencicipi tubuh Hesti membuatnya hanya bisa bergidik pasrah.

Mbah Lasno menghampiri Joko yang masih asik menikmati bagian atas tubuh Enzy tanpa gangguan berarti karena tenaga Enzy yang kalah jauh dibanding tenaganya, Joko meremas dan menarik-narik payudara Enzy dengan kasar.
"Hmphhh mmmphhhnnn" (Hmmm ampuun) pinta Enzy yang tak begitu jelas karena mulutnya terhalangi penis seorang pemuda, ia menjambak rambut Enzy dengan kasar dan menampar nampar payudara Enzy hingga memerah, itu membuat Enzy semakin meringis kesakitan.

Joko memainkan payudara kanan Enzy dengan cara menyentil, menarik dan memilin putingnya, sedangkan oleh pemuda yang sedang menjejalkan penisnya di mulut Enzy, payudara kirinya ditampar-tampar sembari menjambak rambut Enzy dan menekan kepala Enzy maju mundur dengan satu tangan.

Ditengah siksaan Joko dan pemuda itu, Enzy dikagetkan dengan rasa dingin yang menjalar dibagian bawah tubuhnya, ternyata Mbah Lasno mulai menggerayangi bagian bawah tubuh Enzy, ia merobek celana yang dikenakan oleh Enzy dan mengocok vagina Enzy dengan kasar.

"tlHnghhhh Jnghhhhnnnn" (Tolong jangan) Racauan Enzy merasa panik karena ada pria asing yang sedang memainkan vaginanya, rontaan Enzy membuat pria yang sedang menikmati mulutnya klimaks, ia berejakulasi di mulut Enzy, hal itu membuat Enzy tersedak dan memuntahkan sperma tersebut.
"Hoeeekkkkh, sumpah udahh dong ampunn" melas Enzy ketika Joko sudah menyodorkan penisnya kedepan mulut Enzy, ia melawan dengan menutup mulutnya rapat-rapat walau penis Joko dengan semangat mendobrak pertahanan mulut Enzy, wajahnya yang terluka dipegangi Joko, setiap luka ditampari oleh penis Joko, Enzy hanya bisa menggelengkan kepalanya menghindari penis Joko.

"Auhhhh Jangaaaaan!" teriak Enzy yang langsung disambut oleh penis Joko yang merangsek masuk kedalam mulut Enzy. Hal yang membuatnya berteriak adalah Mbah Lasno yang sudah memasukan penisnya kedalam vagina Enzy yang masih rapat.
"udhhhh amphnnn" (Udah ampun) isak tangis Enzypun mengiringi persetubuhannya dengan Mbah Lasno dan Joko yang sedang menikmati sensasi bibirnya yang tipis merona.

Joko dan Mbah Lasno masih menyetubuhi Enzy secara bergantian, sesekali Mbah Lasno memberi tamparan pada bokong dan payudara Enzy, ia menyiksa Enzy dengan cara menarik puting Enzy dengan kasar.
"Auhhhh Tlngghhh Udhhhh" ( Aduh Tolong Udah) pinta Enzy yang sudah pasrah dengan kondisi tubuhnya yang luka luka.

Entah berapa lama persetubuhan mereka, Joko akhirnya berejakulasi di mulut Enzy, dan membuatnya muntah berkali-kali, Mbah Lasno menghentikan permainannya dan memerintahkan beberapa pemuda untuk mengikat Enzy seperti mereka mengikat Hesti.

Di sisi lain Hesti mengalami luka parah akibat ulah Darmo yang menyetubuhinya dengan liar.
"Cplaaashhhh" darah mengucur deras dari payudara kiri Hesti yang robek akibat sabetan-sabetan Darmo dengan kayu pipih milik Mbah Lasno. Erangan Hesti nyaris tak terdengar karena mulutnya dibungkam oleh penis pemuda lainnya. Setelah sekian lama menyetubuhi Hesti, Darmo akhirnya klimaks didalam vagina Hesti dan entah sudah ada beberapa pemuda yang menggauli mulut Hesti dan berejakulasi disana.

Setelah semua pemuda kebagian menikmati tubuh Hesti dan Enzy secara bergiliran dalam posisi terikat, Mbah Lasno memerintahkan para pemudanya untuk melepaskan ikatan Hesti dan Enzy dan mereka memposisikan tubuh Hesti dan Enzy seperti awal kedatangan mereka. Kali ini Mbah Lasno menjejalkan penisnya pada kedua mulut Enzy dan Hesti secara bergantian. Hingga sperma Mbah Lasno di muncratkan pada mulut keduanya.

"Hoek, Uhuk-Uhuk" keduanya nyaris muntah akibat sperma pria tua tersebut.

"Awhhhh kak Hesti" rintih Enzy menangis memanggil sahabatnya tersebut.

"Hnggghhh njet" ujar Hesti ketika keduanya saling menatap dan berpelukan mengasihani diri mereka masing-masing.

"Ctashhhh" sabetan keras dilakukan oleh Mbah Lasno pada punggung Enzy.
"AAAAAHHHHHKKKK" teriak Enzy merasakan kesakitan.

"Ini ga mungkin! Ini ga mungkin" ujarnya tak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya.

"Ctashhhh" giliran Hesti yang mendapatkan sabetan Mbah Lasno.

"Hngggghhhh" Hesti hanya meringis memegangi tubuhnya yang penuh luka-luka.

Mbah Lasno menyabetkan parang ke arah Enzy, namun Hesti menangkisnya, dan tangannya terkoyak dan lepas, Mbah Lasno mengambilnya dan melemparnya kepada pemuda yang lain.

Giliran Enzy yang mendapatkan perlakuan sama, kini keduanya harus merelakan lengannya yang terkoyak oleh parang Mbah Lasno. Satu lengannya yang tersisa memeluk Enzy dan ia hanya bisa menangis dipelukan sahabatnya itu.

"HAHAHAHAHAH" tawa Mbah Lasno menikmati pelukan kedua sahabat tersebut. Mereka dipisahkan paksa, tubuh keduanya kini meronta-ronta.

"Buggh" Sebuah pukulan kayu ranting mengenai kepala Hesti dan membuatnya mengalirkan darah.

"Hnggggh, ampun mbah" erang Hesti yang membuat Mbah Lasno semakin antusias menyabetnya dengan bambu tadi.

"Cplashhhh" sabetan Mbah Lasno membuat kulit punggung Hesti menjadi robek.
"AHHHHHMPUUUUUNNN" teriakan Hesti menggema ditengah keheningan gunung tersebut.

Hesti hanya bisa berteriak ketika salah satu pemuda mengoyak payudaranya dengan beringas hingga putingnya terlepas dan meninggalkan luka besar disana, belum usai satu sabetan Mbah Lasno pada payudaranya yang lain membuat kedua payudaranya terkoyak. Tubuh Hesti sangat mengenaskan. Punggungnya terluka parah payudaranya robek dan mengucurkan darah.

Dengan tubuh tak berdaya seperti itu Joko dengan santainya menyetubuhi tubuh Hesti yang sudah sangat mengenaskan, dicumbu wajah Hesti yang babak belur, ditengah-tengah persetubuhannya, Joko menjilati darah yang mengucur diantara payudara Hesti dan menguyah daging Hesti yang terkoyak disana.

"Ahhhhkkkk, Bunuh gua aja Bunuh" erang Hesti tak kuat menahan rasa sakit. Joko hanya tertawa dan berejakulasi di vagina Hesti.

Selepas Joko beberapa pemuda menyutubuhi lagi Hesti dan menyiksanya lebih lagi, salah seorang pemuda menjilati telinga Hesti dan menggiggitnya hingga putus, tak sampai disitu pembuda tersebut memakan kuping Hesti saat ia berorgasme di wajah Hesti. Entah berapa lama tubuh Hesti disetubuhi oleh para pemuda tersebut.

Disisi lain Enzy yang sedari tadi sudah pingsan mengalami hal yang tak jauh berbeda, bahkan sisa lengan yang sudah putus daritadi digerogoti oleh salah seorang pemuda yang ikut menyetubuhinya. Punggung Enzy hancur karena sabetan dari Mbah Lasno, payudaranya terkoyak oleh gigitan para pemuda yang menikmati tubuhnya.

Adegan penyiksaan masih terus berlanjut, seorang pemuda menjilati jari Hesti yang masih tersisa ditangannya dan memaksa jari Hesti untuk mengocok penisnya, setelah berejakulasi, lelehan spermanya sendiri ia jilati sambil mengunyah jari Hesti hingga putus, Hesti yang tak berdaya hanya bisa mengerang kesakitan. Ia nyaris kehabisan darahnya.

Kedua sahabat itu dibaringkan bersama bersandingan dan mereka berdua kembali disetubuhi oleh Mbah Lasno dan Darmo, Joko mengambil sebilah pedang panjang dan mengasahnya sambil menyaksian persetubuhan itu. Selesai mengasah, ia menghampiri keduanya dan memenggal kedua wanita itu secara bersamaan. Satu sabetan pedang mengenai leher Enzy.
"Shrrrrhhhhh" darah mengucur deras membasahi wajah Mbah Lasno dan Darmo, mereka hanya tertawa sembari melanjutkan genjotan mereka kepada tubuh Enzy yang tergolek lemah dan Hesti yang histeris melihat kepala sahabatnya terlepas dari tubuhnya yang sedang disetubuhi oleh Darmo, Mbah Lasno menarik kepala Enzy dan mendekatkannya kepada Hesti, ia semakin histeris melihat kepala sahabatnya sendiri.

Ditengah teriakannya, darah mengucur deras dari bagian leher Enzy dan masuk kemulut Hesti yang sedang histeris. Gelak tawa semakin terdengar riuh menyaksikan adegan tersebut, kepala Hesti dipaksa melihat tubuh sahabatnya sendiri yang sedang dikuliti oleh Joko. Ia hanya bisa meringis pedih antara rasa sakit yang ia rasakan pada tubuhnya dan juga rasa sakit kehilangan sahabatnya sendiri.

"Kamu masih mau hidup?" ujar Mbah Lasno yang sedang menyetubuhinya, ia hanya bisa menangis tanpa bisa menjawab.

"Mbah Lasno mengambil salah satu jari kelingking Enzy yang tubuhnya sudah tak berbentuk lagi, Hesti hanya bisa menutup mata saat Mbah Lasno memasukan jari kelingking Enzy kemulutnya dan memaksa Hesti mengunyah sahabatnya sendiri.

"Kamu boleh pergi" ujar Mbah Lasno pada Hesti.

Hesti dengan tertatih mencoba bangkit dan pergi dari tempat itu, tertawa melecehkan semakin terdengar dari para pemuda yang kini sedang memakan potongan tubuh Enzy mentah-mentah. Belum begitu jauh, Mbah Lasno melemparkan kayu pipih dengan kencang dan tepat menembus punggung Hesti yang sedang merangkak.

"Ahhhhhkkkkk" Hesti merintih kesakitan dan Joko mengejar Hesti, menjambak kepalanya sebelum mengayunkan pedang dan memenggal kepala Hesti.

Ia memegang kepala Hesti dan menyeret tubuhnya kembali untuk di kuliti dan dimutilasi seperti apa yang mereka lakukan kepada Enzy. Hampir seluruh bagian tubuh mereka berdua habis menjadi santapan warga asli tersebut hanya menyisakan kepala mereka berdua ditambah dengan kepala Anum.

Kepala Hesti, Enzy dan Anum dijejerkan bagai sebuah piala. Joko, Mbah Lasno dan Darmo memuncratkan spermanya kepada kepala tak bertubuh itu. Ketika Fajar menjelang Mbah Lasno memutilasi tubuh Hesti dan Enzy dan menyantapnya bersama-sama sebelum benar-benar menghilang dari gunung tersebut.
.
.
.
.
Nopika dan rombongan pendaki lainnya mencari Hesti dan Enzy namun tidak menemukan hasil, mereka hanya menemukan robekan pakaian yang tidak dapat dipastikan milik siapa karena sudah terbakar. Benda asing, dupa dan sajen pun menghilang bersama duo host kesayangan penonton setia Tonight Show tersebut.


Tamat
 
banyakinn pleaaseee crita critaa gore kyak beginih,jangan drama akhwat muluww yang TS.nya labil suka ngilang n ganti2 judul padahal belum ada sampek tamat critanyaa.... hihihiih peace
 
terimakasih sudah membuat cerita ini kak
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd