Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Aku dan mantanku (2)

Bimabet
lanjut suhu.. pernah jg mengalami seperti itu hehe
 
Tengkyu Suhuuu... Apdetan yang sangat berfaedah.
 
Kasian juga sih belum di kunjungi nyo, tapi maklum juga istri melahirkan lagi repot" ny, sementara pake yg palsu sambil berhayal sis, karena berhayal aman dan bisa ganti" pria tanpa takut penyakit..
 
Kenapa? Nyo tau Sist ada main dgn El dibelakang dia?

Bentar, bukannya affair dgn El itu hanya dalam imajinasi? Ato saya mungkin yg salah baca ya..
 
Iya hu, affair sama El memang cuman imajinasi tapi aku (sekedar) chat El di belakang Nyo dan Nyo ga bisa terima itu meskipun di antara aku sama El ga ada apapun yang terjadi, kami jadi temen malah.

Mungkin bagi laki laki itu sudah sebuah bentuk pengkhianatan

Cuma sekedar chat dan dia marah menganggap itu sebuah pengkhianatan? Wooww..

Apa dia sadar pengkhianatan yg sudah dia lakukan terhadap istrinya?
 
Wah ya gimana ya mungkin dia lagi emosi sesaat, tapi percayalah dia pasti kembali, asal yg sis katakan benar ada ny, dan buktikan bahwa dia cuma salah paham, perlahan pasti dia luluh lagi, its ok cuma butuh waktu, semangat sis..
 
Kali ini aku ingin flashback jaman kuliah, saat di mana hubunganku dan Nyo bermula. Aku mengenalnya dari teman kuliahku, itu pun tanpa sengaja. Aku sedang main ke rumah kontrakannya seperti biasa selepas maghrib. Saat aku memarkir motorku, aku melihat di teras temanku sedang ngobrol dengan dua orang laki-laki.

"Hei, Da." aku menyapanya seperti biasa sambil masuk ke dalam rumahnya tanpa memerdulikan tamunya. Lalu aku ngobrol dengan Eni, teman satu kontrakannya.

"Siapa di luar?" tanyaku

"Katanya kenalan mba Ida, dari radio." jawab Eni.

Aku ingat aku dan Ida tmnku itu pernah ikut acara cari jodoh lewat radio. Iseng sih biar punya kenalan banyak saat itu.

Ida masuk ke dalam rumah, "Ayo, aku kenalin."

Eni yang memang pemalu langsung menolak. Aku ikut-ikutan tidak mau.

"Ayo sih, temenin aku ngobrol." Ida memaksaku sambil menyeret kami berdua keluar.

"Nih kenalin temanku." Ida membuka obrolan begitu kami berhadapan.

"Eni." dia bersalaman dengan kedua laki-laki itu sekilas lalu kabur masuk ke rumah lagi.

"Pooh." aku menyalami laki-laki bernama Tama.

"Pooh." aku menyalami laki-laki bernama Nyo yang dari tadi menebarkan senyumnya.

Kurus, rambut gondrong tapi pedenya selangit. Cuma itu yang aku ingat.

Sok ganteng bener, pikirku saat itu.

Aku mau masuk lagi tapi ditahan Ida. Jadi aku berusaha buat basa-basi. Dan laki-laku bernama Nyo tak hentinya memandangku dengan tatapan yaah aku akui matanya bagus dan tajam ditambah cara senyumnya. Tapi percayalah, aku belum tertarik saat itu, bukan tipeku soalnya, hehe.. Bukan wajah badboy.

Aku ngeles untuk bisa masuk lagi ke dalam rumah. Dan aku kembali ngobrol dengan Eni.

"Sstt, mba kamu diliatin terus tuh." Eni berbisik sambil memberi isyarat ke jendela.

Aku menoleh ke jendela, "siapa?"

Dan aku melihat Nyo memang sedang mengintaiku dari jendela.

"Apaan sih?" aku melengos

"Ganteng ko, naksir kamu kayaknya deh." Eni tambah menggodaku.

Aku cuman melongo.

"Tuh kan diliatin lagi...sana mba keluar nemenin mba Ida."

Aku menoleh ke jendela lagi dan Eni tidak berbohong. Nyo bolak balik melihat dari jendela, ke arah kami.

"Liatin kamu kali, En." balasku.

"Pooh, ada yang nungguin kamu nih..." Ida berteriak dari luar.

"Kan bener..." Eni ikut menambahi.

"Lagi sibuk!" balasku pada Ida.

Aku baru keluar ketika dua laki-laki itu berpamitan pulang. Nyo menatapku lagi dan memberikan senyum terbaiknya. Dua hari kemudian Ida bilang kepadaku kalau Nyo minta no hapeku.

Seminggu kemudian aku dan Nyo bertemu lagi, kali ini hanya berdua. Dia mengajakku makan siang. Ok, ternyata pesonanya lebih terlihat jelas saat matahari masih bersinar. Rambutnya pun sudah terpotong rapi. Dari makan siang pertama itu kami berlanjut ke makan siang yang berikutnya bahkan merambah ke makan malam. Tapi jangan bayangkan makan siang dan makan malam yg mewah ya, kami sama-sama anak kost yang masih dijatah per bulan oleh orang tua jadi kami gantian setiap membayar makanan kami. Dari kebersamaan itulah kami merasa nyambung dan cocok dalam segala hal dan Nyo pun memintaku jadi kekasihku. Aku menerimanya. Awal awal pacaran ya biasa lah ya, masih jaim tidak neko neko. Ternyata Nyo tipe laki-laki yang romantis yang selalu memberikan yang terbaik untuk pasangannya. Aku akui dengan pesona dan karakternya dia sangat mudah menarik perhatian wanita. Dan hal itu membuatku tidak tenang, makanya setiap hari aku menuntutnya untuk bertemu, bisa dari pagi sampai malam.

"Ayo, kita main." ajakku saat kami mager di kostnya setelah kami selesai makan malam.

"Main apa?"

"Suit. Yang menang boleh lakuin apa aja ke yang kalah." kataku.

"Ok."

Dan kami memulai permainan itu. Kami suit. Aku kalah. Dia mengusap rambutku. Suit lagi, aku kalah dia memencet hidungku. Suit, aku menang aku mencium pipinya. Dia terlihat terkejut. Suit lagi, aku kalah dia mencium pipiku. Suit, dia menang mengecup bibirku. Suit lagi, dia kalah aku mencium lehernya. Dan dia bergidik, mukanya memerah. Aku tidak menyangka responnya akan sedasyat itu. Permainan suit kami semakin memanas, kami saling berusaha untuk menang. Ok, aku akui seiring permainan itu aku takut kami mulai tidak terkontrol jadi aku memutuskan untuk pulang.

"Udah ya, besok lagi mainnya, dah malam juga, aku mau pulang." kataku mencoba mengatur nafas sambil bangkit daro dudukku.

Aku berdiri tapi tiba-tiba Nyo mendorongku ke tembok, menghujaniku dengan ciuman kasar dan bergairah. Aku sempat terkejut dan kewalahan, berusaha mendorongnya menjauh tapi Nyo sekuat tenaga terus menciumku, menempelkan tubuhnya ke tubuhku. Aku menyerah. Aku membalas serbuannya padaku. Ini ciuman pertama kami dalam artian ciuman yang sesungguhnya. Kami saling membuka mulut, bermain lidah, bertukar air liur. Ciuman yang benar-benar liar dan penuh gairah sampai kami saling melepaskan diri dengan terengah-engah. Seandainya kami tidak kehabisan nafas kami pasti akan terus melanjutkan. Muka kami sama sama memerah, seperti kepiting rebus. Jujur, kakiku lemas.

"Aku pulang, Nyo." kataku lirih

Seandainya aku bisa nginep, pikiran nakalku mulai menggangguku.

Nyo mengecupku, "Love you."

Aku pulang ke kontrakanku.

Pada malam itulah aku tahu bahwa aku sudah membangunkan singa yang tertidur. Sejak saat itu kami tak pernah absen melakukan ciuman seperti tadi setiap ada kesempatan.

"Nyo, aku mau jujur sama kamu. Setelah ini terserah keputusanmu apa." aku menelan ludah mencoba menenangkan diri sendiri.

Aku ingat kami sedang makan siang saat itu di KFC karena awal bulan jadi bisa gaya dikit lah yaa, hihi.. Lagian ini bahasan penting, aku pikir butuh tempat yang lumayan keren di jaman kami kala itu.

"Ada apa sih?" tanyanya penasaran.

"Aku udah ga virgin." aku mengamati responnya.

Nyo-ku hanya terdiam, tak berani memandangku. Sibuk dengan minumannya.

Aku menunggunya merespon cukup lama.

"Nyo?" ada ketidakpastian dalam suaraku.

Dia memandangku terlihat marah dan ada kekecewaan di sana, "trus?"

"Aku mau jujur di awal, karena aku ga mau membohongi kamu. Kalau masih mau jalan, berarti kamu menerimaku dengan keadaan aku yang udah ga virgin. Tapi kalau kamu ga terima ya ga apa apa kalau kamu mau putus sekarang juga. Aku ga mau kalau dah terlanjur sayang aku baru bilang jujur ternyata kamu ninggalin aku kan lebih sakit rasanya. " aku mencoba menyusun kata-kataku sebaik mungkin.

Nyo menghela nafas, menatap mataku mencari kebenaran di sana. Selanjutnya no respon lagi.

"Nyo marah ya?" aku frustasi dengan responnya.

"Ayuk, pulang! Dah selesai makannya kan?" pertanyaannya bagaikan sebuah perintah.

Aku menurut. Tanpa suara, tanpa kata sepanjang jalan menuju kostnya kami tenggelam dalam pikiran masing-masing. Aku yang biasanya ikut masuk ke dalam kamar kostnya entah kenapa kakiku hanya mampu di pintu gerbangnya saja. Dan Nyo kali ini pun tidak menawariku masuk.

"Aku pulang ya? Maaf." aku menyetater motorku dan meninggalkannya. Aku menangis sepanjang jalan menuju kontrakanku.

Aku gelisah sejak aku mengantarnya pulang hingga menjelang malam dia tidak menghubungiku. Aku mencoba menulis sms untuknya tapi aku hapus, aku coba lagi menyusun kata katanya tapi aku urungkan kembali. Yang bisa aku lakukan saat itu hanya menangis mengingat kembali kebodohanku jika bisa dibilang itu kebodohan ya meskipun itu aku lakukan tanpa paksaan sama sekali.

Pria itu bernama Dedi. Pacar pertamaku saat kuliah. Dia teman SMA teman kuliahku. Kesan pertamanya adalah badboy. Aku suka tipe itu karena aku lebih merasa tertantang jika bisa memilikinya apalagi dengan aroma rokok di tubuhnya membuatnya terlihat semakin seksi di mataku karena seorang badboy biasanya cenderung setia ketika menemukan wanita yang benar benar bisa menaklukan hatinya. Saat kenalan dia bersikap cuek, seperti tidak tertarik denganku yang jelas jelas sering jadi rebutan lelaki untuk dijadikannya kekasih. Pede ga dilarang ya, hihi... Hal itu membuatku semakin tertantang. Aku paksa bagaimana caranya agar dia mau tukeran no hape denganku. Oke, satu misi berhasil. Selama di situ, aku terus terusan mencoba menarik perhatiannya. Oke, misi dua berhasil. Dia tergelak mendengar ocehanku dan tersenyum menggoda padaku. Maju selangkah, Pooh.

Hari berikutnya, dia tidak ada tanda-tanda menghubungiku. Oke, aku hubungi duluan. Lama responnya. Barangkali aku salah masukin nomer. Aku bete. Fix, usahaku sia-sia. Malamnya aku baru dapat responnya, meskipun hanya dengan kalimat 'ada apa'

Aku putuskan untuk mundur melihat responnya. Berganti hari berganti minggu, kesibukanku kuliah membuatku agak lupa pada sosok Dedi. Lagian banyak kakak angkatan yang menarik perhatianku, hehe..

Siang hari tanpa hujan tanpa petir hapeku mendapatkan sebuah sms dari Dedi. Dia mengajakku makan malam bareng.
Aha, kena juga kau, Ded! Dan aku langsung mempersiapkan sebaik mungkin pertemuanku kembali dengan Dedi. Dia menjemputku, kami makan malam, ngobrol banyak, tentang kisah hidupnya, tentang kisah hidupku. Setelah makan malam aku diajak ke kostnya. Aku deg-degan ini pertama kalinya aku ke kost laki-laki. Kami masih terus ngobrol padahal sudah jam 11 malam saat itu di dalam kamarnya dengan pintu yang terbuka lebar.

"Sini kost bebas ya? Aku ga apa apa belum pulang nih, ga dimarahin ibu kost?" tanyaku memastikan.

"Ga apa-apa. Banyak yg nginepin ceweknya di sini." jawabnya santai sambil mengepulkan asap rokok dari mulutnya.

Wow, aku sedikit bergairah melihatnya.

Tapi lama lama aku terbatuk, tidak tahan dengan semburan asap rokoknya yang tidak pernah berhenti. Dedi melongo, lalu segera mematikan rokoknya.

"Sorry." katanya.

Aku tersenyum. Kami ngobrol lagi, tapi kali ini dia menutup pintu kamarnya.

"Kamu ngajakin makan bareng ada yang mau diomongin?" tanyaku.

"Ga ada."

"Bohong. Mesti ada."

"Mau ngajakin makan doang ko." jawabnya.

"Kamu punya pacar?" aku memberanikan diri.

"Hah?" Dia terlihat sangat terkejut. Lalu tertawa tergelak. "Ngapain kamu aku ajak ke sini kalau aku punya pacar?" disentilnya dahiku.

Aku cemberut.

"Jadi aku siapamu sampai dibawa ke kostmu?" tanyaku

Dedi mengerling nakal. Didekatkannya wajahnya ke wajahku. Aroma rokok menyengat hidungku tapi membuatku bergairah. Tanpa komando kami berciuman. Ciumannya kasar dan to the point. Aku kewalahan. Dia tidak sabaran langsung menarik kaosku ke atas dan menjamah payudaraku yang masih dibungkus bh dengan tangannya, meremasnya tanpa jeda dan kasar seperti ciumannya. Aku berusaha menolak sekuat tenagaku. Tapi aroma rokoknya membuatku seperti terhipnotis.

"Ded, stop!" aku terengah engah.

Dedi menghentikan aksinya. Lalu menjauhiku. Aku membetulkan kaosku.

"Bisa kita pelan-pelan? Aku...belum pernah sebelumnya." ucapku setengah berbisik. Antara horny namun juga ragu.

"Kamu yakin? Aku ga akan maksa."

Aku mengangguk.

Dedi mendekatiku dengan lebih lembut. Menciumku pelan pelan meskipun rasanya tetap kasar. Dedi merebahkanku ke kasurnya. Melepas kaosnya. Lalu menciumku lagi. Melepas kaosku, dan celana jinsku, menciumi leherku, pundakku sambil menurunkan tali bhku. Aku menggigit bibir, merasakan sensasi sentuhan pertama di tubuhku. Tangannya menyusuri punggungku sambil melepas kait bhku. Aku memandangi wajah di depanku, wajah laki laki yang mungkin akan menjadi masa depanku. Ya, aku percaya padanya. Dilepasnya bhku dalam satu tarikan. Matanya menatap payudaraku yang sama sekali belum pernah terjamah. Tangannya mulai menggerayangi payudaraku kiri kanan bergantian dan secara bersamaan. Lalu menyusu padaku, dijilatinya putingku membuatku makin hilang kesadaran. Aku mengerang. Dedi beralih ke celana panjangnya, mencopotnya hingga tersisa celana dalam.

"Punyaku panjang dan gede, nanti pasti sakit, yakin?" dia membelai rambutku.

Aku tanpa sadar mengangguk.

Cepatlah, sebelum aku berubah pikiran, batinku.

Dedi tersenyum, melepas celana dalamku. Aku berusaha menutupi vaginaku dengan jepitan kakiku ketika Dedi mengamati seonggok daging di antara selangkanganku. Dedi melepas celana dalamnya. Aku tidak berani melihatnya, malu sih. Dedi menciumku, menindihku, membuka kakiku dengan kakinya, terasa sentuhan penisnya di vaginaku. Aku merinding. Dia bergerak menggesekkan gesekkan penisnya di atas vaginaku membuat vaginaku bereaksi menjadi lebih basah. Selesai menggesek, penis Dedi mulai mencari lubang vaginaku. Begitu ketemu, dia menghentak, mencoba menerobos masuk vaginaku yang masih tersegel.

"Auw!" aku menjerit.

Dedi mencobanya lagi, menghentaknya lagi.

Aku menjerit, "sakit.." rintihku sambil menggigit bibir bawahku.

Dedi mencobanya lebih keras menghujamkan penisnya ke vaginaku.

"Ded..." aku mulai menangis.

Dedi melihat air mataku turun merasa iba dan khawatir. Dia menghentikan hentakannya padaku, memelukku untuk menenangkanku.

"Maaf ya?" katanya. Lalu dia menciumku lembut dan berubah kembali menjadi nafsu. Aroma rokok di mulutnya kembali memabukkan kesadaranku. Sambil menciumiku, penisnya kembali mencari lubang vaginaku. Begitu menemukan, dia agak sedikit mengangkat tubuhnya dan mencoba kembali menerobos masuk. Dan kami sama sama terhenyak ketika penisnya berhasil masuk. Air mataku turun perlahan karena memang nyerinya luar biasanya. Tapi aku sempat melihat ekspresi Dedi yang lelah dan seperti menahan nyeri yang sama. Awalnya aku merasa aneh ada yang mengganjal di vaginaku., terasa sesak. Dedi mulai menggerakkan tubuhnya maju mundur, otomatis penisnya pun terasa bergerak di vaginaku. Sakit tapi tidak sesakit di awal. Sepertinya vaginaku berhasil menyesuaikan dengan ukuran penisnya. Dedi bergerak mulai cepat, sedangkan aku hanya mengerang, mendesah, dan mencoba mengatur nafas. Benar benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Hanya menerima semua perlakuannya padaku. Kami bercinta tanpa kata. Dedi mencoba menutupi suara desahan kami dengan membunyikan musik. Tiba-tiba Dedi mencabut penisnya dan mengocoknya sebentar lalu keluarnya cairan putih kental yang ditampungnya di perutku sambil mengerang. Aku hanya bisa menyaksikan kejadian itu dengan penuh tanda tanya besar.

6 bulan kemudian Dedi meninggalkanku tanpa pesan. Ternyata dia bukan masa depanku.

Dulu aku sama sekali tidak menyesalinya. Toh aku melakukannya atas dasar sayang. Tapi sekarang ketika akau bersama Nyo, aku menyesali perbuatan bodohku itu karena gara-gara Dedi, Nyo juga akan meninggalkanku.

Pooh, besok ketemu yuk. Nyo mengirim sms padaku.

Aku tidak percaya, aku baca ulang ulang untuk memastikan bahwa itu sms darinya dan bunyi pesannya memang itu.

Keesokan harinya kami bertemu di kostnya. Canggung dan lama kami saling terdiam. Tak disangka, Nyo lalu memelukku.

"Aku sayang, Pooh-ku. Apapun kamu tetaplah jadi milikku." bisiknya.

Aku melepas pelukannya, menatap wajahnya tak percaya.

"Apa?" tanyanya heran ketika aku tak juga berhenti menatapnya.

"Makasih, Nyo karena tetap bersamaku."

Dan kami berciuman.

"Besok aku pulang kampung dulu ya, Pooh. Jangan nakal."

"Berapa lama?"

"Seminggu dua minggu."

Seminggu berlalu aku merindukannya. Jaman kami belum ada wa, belum ada vidcall, tarif telp dan sms mahal jadi tidak bisa sering berkirim kabar. Suatu siang, telp rumah kontrakanku berbunyi. Ini telp dari Nyo. Dia mengabariku kalau baliknya harus diundur, mungkin sekitar semingguan lagi. Aku bilang iya, ga apa apa ko padahal aku ingin dia secepatnya kembali. Telp tertutup, 3 menit kemudian seseorang mengetuk pintu rumahku. Aku membukanya. Tak percaya siapa yang ada di hadapanku sekarang.

"Nyo?!" pekikku tertahan.

Lelaki yang ada di hadapanku hanya nyengir lebar.

"Katanya tadi, kamu bilang..."

"Ssstt, aku ga disuruh masuk nih? Panas tau."

Aku tergelak dan menyuruhnya masuk. Dia duduk lalu aku mengambilkannya minum yang langsung dia teguk sampai habis.

"Naik bis ke sini? Bukannya turunnya jauh? Tadi telp dari mana? Ko telp baru di tutup udah nyampe sini aja?" aku mulai menghujaninya dengan banyak pertanyaan.

Ini hari paling bahagia dalam hidupku. Semua kejutan ini, ya ampun, Nyo kalau aku ingat momen itu aku merasa bahwa aku pernah sangat berarti dalam hidupmu.

"Kejutan! Seneng ga?" katanya riang.

"Seneng banget lah. Kamu berhasil ngerjain aku."

"Apa hadiahku? Kamu ga kangen aku ya?" dia pura pura ngambek.

"Pertanyaan bodoh." jawabku sambil mendekat ke arahnya dan aku menciumnya untuk melepas rasa rinduku.

Nyo membalas ciumanku. Hangat dan lembut. Kami berciuman lama seakan kami tidak akan bertemu lagi. Dan ciuman kami berubah menjadi ciuman penuh nafsu dan gairah. Aku membuka mulutku lebar-lebar sementara lidahnya menjelajahi rongga mulutku, lidah kami saling berpaut. Saling melumat dan memberi kenikmatan. Nyo menarik tubuhku makin mendekat, lenganku mengait lehernya. Suara bibir yang saling melumat menambah gairah kami. Tangam Nyo mulai menggerayangi tubuhku. Awalnya hanya mengusap-usap punggungku lalu ke arah depan, mencoba menyentuh payudaraku. Aku mendesah. Dan Nyo juga. Aku menginginkan, sangat menginginkannya hari ini. Aku yakin Nyo begitu. Aku ajak dia ke kamarku. Di kasur, kami melanjutkan lumatan bibir kami. Aku merasakan penisnya menonjol tidak sabaran ingin dibebaskan dari celana yang menjaganya. Aku juga sudah banjir. Nyo membuka celana panjangnya, celana panjangku dengan tidak sabar. Kami melakukan petting dengan celana yang masih menempel. Tangannya mulai berani meremas payudaraku dari luar. Aku menaikkan kaosku hingga ke leher. Nyo sempat terdiam. Penis dan vagina kami masih bergesekkan. Nyo memberanikan diri menurunkan bhku, aku yakin ini pertama kalinya dia melihat langsung yang namanya payudara wanita. Terlihat ragu-ragu Nyo merabanya, meremasnya, dan memuntir muntir putingku.

Ssshhh, aku melenguh keenakan.

Tiba-tiba Nyo bangun membuka celana dalamnya dengan tidak sabaran. Lalu dia beralih ke celana dalamku dan melepaskan dengan hati-hati. Dia menindihku lagi, mencium bibirku penuh nafsu sambil mencoba memasukkan penisnya ke vaginaku. Tapi selalu gagal. Aku membantunya. Aku pegang penisnya. Dan wajahnya makin memerah, nafasnya memburu. Aku tuntun penisnya masuk ke lubang yang benar, lubang vagina.

Ssshhh, kami sama sama mendesah, menikmati setiap momen masuknya penis ke vagina. Sedikit sakit but its ok. Setelah penisnya seluruhnya masuk ke dalam Nyo begitu tidak sabarnya menggenjot vaginaku.

"Auw, ssshhh, hmmmmph..." racauku

Nyo seperti asyik dengan dunianya sendiri. Merem melek tidak terkontrol. Sesekali meremas payudara ku, sesekali mencengkeram tubuhku. Nyo semakin mempercepat dan menghujamkan penisnya dalam-dalam membuatku sedikit ngilu.

"Aaaaaaahhhhhh......" terdengar desahan panjamg dari mulut Nyo sambil membenamkan dalam-dalam penisnya. Dia lalu mencabutnya dan terkulai lemas di sebelahku.

"Kamu nanti nginep sini ya, Nyo?"

Nyo hanya mampu mengangguk. Masih mencoba mengatur nafasnya kembali.

Dalam sehari itu entah berapa kali kami melakukannya. Ini hal baru bagi Nyo jadi aku biarkan dia mengeksplor semua keinginan tahuannya yang selama ini hanya dia dapatkan dari film porno. Dan hari itu adalah awal mula dari hubungan kami yang masih berlanjut sampai sekarang meskipun status kami sudah tidak bisa saling memiliki.

Singkat dan mengalir..*** wordy...nubi menikmTi ceritanya..spt baca tulisan anak sastra..lanjutkan hu...btw, boleh tw plat mana? šŸ˜
 
Bimabet
Yang semangat sis sibukin diri di kerjaan ato fokus ke anaknya...
semoga nyo mau balikan lagi :)

susah dapet partner apalagi partner yang sangat di cintai
beruntung loh sist dapet partner seperti si nyo dia tipe setia
buktinya nakalnya cuma sama sist ngak pernah sama yang lain...
Jadi kalo dia marah kata ane Wajar sih dia...

Dia sangat mencinta istri sah sama sist jadi ngak bisa memilih bisa di bilang kata si nyo juga kalian saling melengkapi....

misal nih misal istri si nyo mau di madu...
poohnya mau di madu ngak ?? Tapi pooh cuma pingin jadi satu-satunya piye iki :pandaketawa:
ketemu orang baru juga belum tentu cocok kan?? :)


kita tidak tau takdir akan membawa kita kemana. kalo pooh yakin hanya si nyo yang mampu membahagikan dirimu ya perjuangkan...misal suatu hari istrinya mau di madu....

saya cuma bisa berdoa semoga kalian bahagia :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd