Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Aku, Kamu, Dia dan Mereka Bagian Kedua - Pertualangan Cinta

Bimabet
Manthap suhuu...
Wah terulang kembali nih pergumulan Andre dgn Ci Dewi.... kl bs sampai ke gap ama suster Vivi... sekalian 3 some tuh hahhaha
Wah mantep banget imajinasinya suhu..
Saya bayanginnya aja udah bakal seru banget..
Ditunggu aja ya next update nya..
:beer:
 
#Update Part 2
Jangan lupa klik like dan beri komentar jika menyukai cerita ini.
:beer::ampun:

Beberapa jam yang lalu, aku hampir kehilangan nyawaku.
Beberapa jam yang lalu, aku hampir 'membunuh' salah satu orang yang kucintai.
Beberapa jam yang lalu, aku menghianati kekasihku saat tiga orang suster mengerjaiku.
Hanya dalam beberapa jam saja semuanya dapat terjadi, hidup ini bagaikan permainan.
Nikmatilah sebelum permainan itu berakhir.

Aku terbangun setelah tertidur dengan bantuan obat penenang.
Tapi satu hal yang dapat kupastikan, saat ini aku berada pada ruang kamar rawat inap yang berbeda.
Jika kemarin kamar yang gelap, suram dan kurang bersih, semua berbeda saat ini.
Namun aku hanya diam dan merenungi nasibku.

Tidak berapa lama, masuk seseorang yang sangat kukenali.
"Sudah bangun?"
Aku hanya mengangguk.
"Sudah mami bilang berapa kali kalau bawa mobil itu pelan-pelan aja"
"Jam berapa baru pulang? Gak ada orang tua kelakuan makin jadi aja ya kamu ini"
"Bawa anak cewek orang terus mabuk-mabukan, sampai larut malam baru pulang"
"Kamu ini mau jadi apa?"
Begitulah ocehan mamiku tercinta, namun entah mengapa aku sangat senang masih dapat mendengar ocehannya.
Kemudian masuk lagi seorang lainnya.
"Sudah lah mi, anak baru sadar ngapain dimarah-marahin sih. Udah kejadian juga"
"Dre.. are you okay kan?"
"I'm okay pi"
"Itu baru anak papi, dulu papi juga sering tabrakan. Bedanya papi pakai motor"
"Ohiya, anaknya pak Reinhard yang sama kamu semalem itu siapa sih namanya?"
"Mitha pi, mitha kenapa?"
"Udah tenang aja, dia juga udah sadar kok. Cuma kondisinya lebih parah dari kamu"
"Saya mau liat Mitha pi"
"Udah kamu istirahat aja, diluar juga lagi ada polisi sama wartawan"
"Keluarga Mitha sama pamanmu lagi handle semua" (paman yang berbeda lagi dari uncle kemarin).
Tentu saja, keluargaku adalah tipe-tipe yang tidak ingin menjadi pemberitaan.
Apalagi ini menyangkut masa depanku.
Seorang anak berprestasi yang tiba-tiba mabuk-mabukan dan berperilaku buruk.
Jika sampai masuk dalam pemberitaan, Pastilah akan menghancurkan semua catatan prestasiku.
Ya memang begitulah masyarakat kita.
"Ohiya.. papi sama mami sebentar lagi berangkat ke Surabaya. Kamu nanti dijaga uncle"
"Okey pi. Hati-hati ya"
"Ohiya.. kamu kalo mau nakal lain kali di rumah aja. Jangan nakal di luaran kayak gini lagi"
Karena aku sedang malas berdebat, jadi aku hanya mengangguk.
Padahal aku ingin sekali menjelaskan bahwa itu bukan 100% kesalahanku.
Tapi mengelak pun tidaklah berguna sekarang.
Kemudian papi dan mamiku keluar ruangan. Mereka berpapasan dengan seorang suster yang akan masuk ke ruanganku.
Suster itu adalah suster Vivi yang semalam.
"Ah maaf pak" kata suster Vivi.
Papiku hanya tersenyum dan kemudian meninggalkan suster itu.
"Pagi mas Andre, Bagaimana kondisinya?" sapa suster Vivi.
"Badan saya masih sakit-sakit semua sus"
"Coba saya periksa dulu ya"
Kemudian suster Vivi memeriksaku mulai dari mata, mulut, nadi, dst.
"Kalau begini sih seharusnya sudah boleh mandi" kata suster Vivi.
"Masnya mau mandi gak?" lanjutnya
"Mau sih sus, tapi sepertinya saya belum bisa sus" keluhku.
"Oh.. gak mandi sendiri mas. Nanti di bantu" jawabnya.
"Boleh deh sus, gerah dan mulut saya ini bau banget.. Habis muntah-muntah" kataku.
"Yasudah mas, sebentar ya. Nanti saya kembali lagi"
"Oke sus"
Suster Vivi keluar ruangan dan kembali lagi dengan membawa beberapa benda.
Setelah menaruh kursi di dalam kamar mandi, suster Vivi menghampiriku.
"Mari mas, saya bantu" kata suster Vivi sambil membantuku turun dari ranjang.
Kami berdua berjalan ke kamar mandi yang ada dipojok ruangan ini.
"Nah mas duduk disini dulu ya"
Suster Vivi kemudian mengenakan sarung tangan dan masker.
"Bajunya mau di bukain atau buka sendiri mas?" kata suster Vivi.
"Hah? Maksudnya sus?"
"Ya kan mau di bantuin mandi. Masa mandi pakai baju mas" katanya.
"Loh yang bantu suster kah?" tanyaku terbingung-bingung.
"Iya mas, kenapa? Malu ya? Santai aja mas, saya udah biasa kok mandiin orang sakit"
"Dari anak kecil sampai kakek-kakek juga udah biasa saya. Emang kerjaan"
"Oke deh sus" kataku.
Walaupun dia berkata demikian, bagaimana mungkin aku tidak panik jika mengingat perbuatannya semalam.
Terutama saat ini rumah sakit sedang sibuk dan orang tuaku ada disini.
Namun aku tetap melepaskan pakaianku satu persatu.
Saat hendak menurunkan celanaku, aku kesulitan karena kakiku belum kuat saat ini.
Suster Vivi hanya cengar-cengir saat itu.
"Kalo mau di bantuin ya bilang aja toh mas" kata suster Vivi sambil menurunkan celanaku.

Kali ini aku sudah tidak memakai sehelai kain pun.
Suster Vivi mulai membasuh badanku, leher kemudian tangan.
Aku yang mesum ini sangat menikmati momen dimandikan oleh seorang suster cantik ini.
"Mas.. kok bangun sih?" tiba-tiba suster Vivi bertanya.
"Lah, bagus dong kalo saya bangun. Kok suster malah kaget?" tanyaku balik.
"Maksud saya itunya mas kok bangun?" kata suster Vivi sambil menujuk penisku.
"Ah.. gatau sus, kenapa bangun sendiri" jawabku sambil berusaha menutupi penisku.
"Sudah lah mas, udah biasa kok saya" kata suster Vivi.
"Maaf sus, reflek ini sus. Baru sekali soalnya saya dimandiin gini, sama cewek lagi" kataku
"Hahaha.. yasudah kalo gitu dibuka aja mas. Santai aja"
"Malu sus. Jangan di liatin"
"Justru saya pengen liatin juga mas. Hahaha"
Entah mengapa mendengar perkataan itu, penisku berdiri semakin tegak.
"Wiihh.. masih bisa lebih gede lagi ya mas" kata suster Vivi.
"Dasar suster biadab. Padahal semalam sudah liat, sekarang pura-pura penasaran" kataku dalam hati.
"Yaudah nih sus, kalo suster pengen liat masa gak saya kasih liat" kataku nakal sambil melepaskan tanganku.
Suster Vivi tidak berkata apa-apa dan lanjut membasuh badanku. Kemudian ia berjongkok.
"Mas.. buka pahanya, mau di bersihin ga kakinya?" kata suster Vivi.
Aku pun membuka lebar-lebar pahaku. Suster Vivi kemudian menyabuni pahaku kiri dan kanan.
Sekarang aku sedang dalam posisi mengangkangi seorang suster cantik yang sesekali mencuri-curi melihat penisku.
Jika ada orang yang masuk dalam kamar mandi ini, maka pasti akan menuduh yang aneh-aneh.
"Mas.. gak mau di keluarin aja mas?" tanya suster Vivi.
"Keluarin apanya sus?" tanyaku.
"Peju nya lah mas, saya kasian liat itunya udah tegak gitu kalo gak di keluarin" jawabnya.
"Iya nanti sus" jawabku.
"Kok nanti itu loh, habis mandi nanti kotor lagi. Sekarang aja kalo mau"
"Sekarang sus?"
"Iya sekarang aja mas"
"Gabisa sus, saya malu kalo ngocok depan suster"
"Suster keluar dulu deh"
"Gabisa mas. Kalo mas kenapa-napa di dalem kamar mandi saya bisa kena masalah"
"Yaudah gausah deh sus"
Suster Vivi kemudian membuka sarung tangannya, mengambil sabun cair dengan tangannya dan menggenggam pensiku.
"Yasudah sini saya bantuin aja deh kalo gak bisa ngocok sendiri" kata suster Vivi mulai mengocok penisku.
"Aduh sus, jangan sus"
"Jangan teriak-teriak mas, mau kita ketahuan disini?" kata suster Vivi.
Aku kemudian hanya mengangguk tanda setuju dan suster Vivi melanjutkan kocokannya.
"Kok gak keluar-keluar sih mas" kata suster Vivi
"Kalo gini kita bisa ketahuan nih" lanjutnya kemudian mengambil air dan membasuh penisku.
Suster Vivi kemudian membuka maskernya dan..
"Sleeeppphh" penisku masuk dalam mulut suster Vivi.
Aku menikmati isapan suster Vivi.
"Keluarin mas, cepet. Saya bisa becek nih nanti" kata suster Vivi.
"Gabisa keluar sus, semalem udah puas" jawabku.
Suster Vivi kaget mendengar jawabanku.
"Jadi mas semalem udah sadar waktu kita bertiga nyepongin mas?"
"Iya sus.. Jadi suster udah biasa nyepongin kontol pasien?"
"Ya enggak lah mas.. Yang bersih aja kayak mas gini biasanya. Hahaha"
"Jadi gimana ini sus? Nanggung kalo gak di keluarin" godaku.
"Yaudah mas, soalnya saya juga udah becek ini. Tapi kali ini aja ya"
Suster Vivi kemudian membuka celana perawatnya dan celana dalam g-string nya.
Ia menghampiriku dan mengangkangi aku yang duduk di kursi.
Ia membuka vaginanya dan mulai mengarahkan penisku ke bibir vagina nya.
Dadanya berada tepat di depan mataku ketika vagina nya perlahan-lahan menenggelamkan seluruh batang penisku.
"Hmmmmmmmm... Gede banget mas" kata suster Vivi.
"Enak gak sus?"
Suster Vivi hanya diam dan mulai bergoyang naik turun.
"Kalo gak enak cabut aja sus" kataku
"Enaaakkk maasssss" jawabnya tersengal-sengal.
"Sus.. boleh liat toketnya gak sus"
Suster Vivi kemudian membuka beberapa kancing baju perawatnya, ia kemudian menarik payudaranya keluar dari dalam BH pinknya.
"Jilatin mas, jangan cuma di pandangin aja" kata suster Vivi sambil terus bergoyang naik-turun.
Aku menjilati payudara suster Vivi yang sedang bergoyang.
Suster Vivi mulai mendesah pelan, seperti ditahan-tahan.
"Oouuuhh sayangg...." tiba-tiba suster Vivi melenguh dan melumat bibirku.
Aku hanya menikmati dan berdoa agar tidak ada yang melihat kami disini.
"Saya mau keluar masss..." kata suster Vivi sambil mempercepat goyangannya.
Tidak berapa lama kemudian tubuh suster Vivi menindih tubuhku.
"Mas sayang.. aku keluar mas... Enak masss..." bisiknya
"Saya juga bentar lagi keluar nih sus. Ayo lanjutin, nanti ketahuan" bisikku.
Kemudian suster Vivi perlahan-lahan menggoyangkan lagi tubuhnya naik-turun sambil terus melumat bibirku.
Semakin lama goyangan suster Vivi semakin kencang.
"ouuhh.. ouuhhh..ouuhhh.."
"hhhahh..hhhhh..hhhhh"
Desah suster Vivi setiap kali ia menurunkan dan menaikkan badannya
Aku merasa sudah berada pada ujung kenikmatanku.
"Sus.. sudah mau keluar sus" kataku.
Namun suster Vivi malah semakin mempercepat goyangannya.
Croootttt... Croottt.. Crooott...
Spermaku keluar di dalam vagina suster Vivi.
Namun suster Vivi masih menggoyangkan tubuhnya sampai aku menembakkan sisa-sisa spermaku lagi.
Crooott.. Croot.. Crroott..
Suster Vivi terkulai lemas seperti tadi lagi di pelukanku.
"Makasih ya mas, aku keluar dua kali hari ini" bisiknya.
"Sama-sama sus, nanti mandiin saya lagi ya sus" jawabku.
Kami kemudian berciuman beberapa saat dan suster Vivi merapikan pakaiannya sebelum membantuku mengenakan pakaian.
"Sus.. gak apa tadi keluar di dalem?" tanyaku.
"Gapapa mas, malah bahaya kalo crot di luar. Belepotan di baju malah ketahuan orang" katanya
"Makasih ya sus" kataku.
"Sama-sama mas, nanti saya boleh minta lagi kan?" katanya menggoda.
"Boleh kok sus, buat suster cantik masa gak boleh" jawabku.
Suster Vivi kemudian membantuku kembali ke ranjang pasienku sebelum meninggalkanku.

Setengah jam kemudian, pamanku beserta kedua orang tuaku masuk dan memberikanku HP serta dompetku.
"Mobilmu ada di dealer dre, gimana badanmu?" kata pamanku.
"Eh dre. Papi sama mami mau ke bandara. Yang penting kamu selamat" kata papiku.
"Kalo ada yang sakit bilang ya, jangan diam-diam aja. Sakit dalam nanti kamu" kata mamiku.
"Iya mi, hati-hati ya" jawabku.
Kedua orang tuaku pun beranjak meninggalkan ruangan setelah memberikan ciuman pada pipiku.
"Ini baru ponakan gua... Masih muda nakal-nakal gak apa dre. Kalo papi mami lu marah, lu tinggal sama gua aja" kata pamanku.
"Hahaha.. thank you om" jawabku
"Om.. aku mau ke kamar Mitha dong om. Bisa bantuin?" pintaku.
"Siap bos. Sini ayo gua anter lu. Dia baru bangun juga tuh kayaknya" kata pamanku.

Aku kemudian sampai di depan ruangan Mitha, pamanku membawaku masuk dengan kursi rodaku.
Aku dapat melihat ci Dewi, paman dan tantenya Mitha ada disitu.
Aku kemudian melihat Mitha yang masih terbaring di atas ranjang.
"Eh andre.. masuk-masuk sini" kata tantenya Mitha.
"Sini dre..." kata Mitha melambaikan tangannya yang terpasang selang infus itu.
Setelah kejadian itu, aku tidak menyangka masih diterima baik disini.
Pamanku membawaku masuk kemudian meninggalkanku untuk mengurus sesuatu.
"Maafin gua ya mit.."
"Semuanya, maafin saya ya"
"Udah gapapa.. namanya musibah gak ada yang tau" kata pamannya Mitha.
Aku kemudian menggerakan roda kursiku mendekati Mitha.
"Kamu gimana mit?" tanyaku.
"Udah andre jangan sedih, kalo kamu sedih. aku jadi ikutan sedih loh"
"Lagian semalem kan bukan salah kamu sampai mabuk"
"Kamu juga udah ngajakin pulang, tapi aku yang nahan kamu kan"
"Sebetulnya aku tau anak-anak mau ngerjain kamu, tapi aku gak ngasih tau kamu"
"Jadi sebetulnya ini salah aku, bukan salah kamu" kata Mitha sambil meneteskan air mata.
Aku menghapus air mata yang keluar dari mata Mitha.
"Yaudah mit, jangan nangis. Aku senang banget liat kamu masih bisa senyum kayak tadi"
"Ayo dong senyum lagi" lanjutku.
Mitha pun berusaha tersenyum namun air matanya masih mengalir deras.
"Sekarang kamu istirahat aja ya.. Aku bakal tanggung jawab semuanya kok mit"
"I Love You" kataku.
"I Love You Too" jawab Mitha.
Aku pun berpamitan dengan keluarga Mitha dan bergegas kembali ke ruanganku.
"Kamu mau balik sendiri?" teriak ci Dewi.
"Iya ci.. Sorry banget ya ci" kataku.
"Yaudah sini cici anter"
"Gausah ci, bisa sendiri kok"
Namun ci Dewi segera mendorong kursi rodaku dan meninggalkan ruangan Mitha.
"Dre... Maafin cici ya" kata ci Dewi dalam perjalanan menuju ruanganku.
"Kenapa minta maaf ci?"
"Iya.. cici terlalu egois, cici ngelarang kamu sama Mitha"
"Cici gak seharusnya egois. Kamu boleh kok kalau mau pacaran sama Mitha"
"Cici baru sadar pas dapat kabar dari polisi semalam"
"Cici takut banget kehilangan kalian berdua" jelas ci Dewi.
"Iya ci, maafin aku juga ya ci. Aku gak cerita semuanya dari awal" jawabku.
Ci Dewi hanya mengangguk dan sesekali menghapus airmata yang tertahan di pelupuk matanya.

Di perjalanan, kami bertemu dengan pamanku yang baru menuju kembali ke ruangan Mitha.
"Eh.. sorry-sorry ya non.."
"Kenapa gak tunggu om aja sih dre. Ngerepotin orang kan" kata pamanku.
"Gapapa om, ini aku sendiri yang mau. Sekalian cerita-cerita sepanjang jalan tadi" jawab ci Dewi.
"Kenapa kamu nangis toh non? si Andre ngapain kamu non?" kata pamanku.
"Ah enggak om, aku sedih aja liat Andre sama adek aku kena musibah gini" jawab ci Dewi.
"Yaudah non balik aja, biar saya yang bawa Andre"
"Oke om. Bye Andre, cepat sembuh ya. Duluan ya om" kata ci Dewi sambil mencubit pipiku.
"Oke ci" jawabku.
"Iya non. maksih ya" jawab pamanku.

Aku dan pamanku pun tiba diruanganku.
"Hebat kamu ya, adek sama kakaknya digasak semua" kata pamanku.
"Ah mana ada. Gak sama dua-duanya malah" jawabku.
Setelah itu penjenguk berdatangan satu-persatu.
Maklum rekan bisnis orang tua dan keluargaku serta semua teman-temanku totalnya banyak sekali dan mereka sudah mendapatkan kabar kecelakaanku.
Tamu terus berdatangan sampai sekira jam 8 malam.
"Eh dre.. kalau malam kamu tidur sendiri gapapa kan? Om masih ada yang mau di urus soalnya"
"Iya gapapa om. Udah biasa tidur sendiri" jawabku
"Makanya cari istri kalo gak mau sendiri" kata pamanku.
"Baru juga lulus, masa langsung nikah"
"Lah bisa aja, udah boleh kok" jawab pamanku.
"Nanti jam 10an lah om tinggal ya" lanjutnya.
"Oke om, makasih ya udah banyak bantuin" kataku.
"Halah kamu ini kayak orang lain aja" jawabnya.

Jam 9.30 malam ci Dewi datang ke kamarku.
"Andre.." panggil ci Dewi dari depan pintu.
"Ah dewi.. masuk masuk non" jawab pamanku.
"Ci..." panggilku.
"Gimana keadaanmu dre?" tanya ci Dewi.
"Udah agak baikan sih ci. Udah mulai kuat bediri, kalo jalan udah bisa dikit-dikit"
"Kata dokter barusan, besok juga udah bisa lari lagi"
"Mitha gimana ci?" tanyaku.
"Mitha sekarang lagi tidur, tadi kata dokter juga semuanya normal" jawabnya.
"Syukur deh" jawabku.
....
"Mau ngobrol non?" kata pamanku.
"Iya om, gak ganggu kan?" kata ci Dewi
"Enggak, kalo gitu om mau pulang sekalian deh ya" jawab pamanku.
"Loh andre gak ada yang jagain?" tanya ci Dewi.
"Gapapa anak cowok mah dia, kalo anak cewek baru dijagain" jawab pamanku sambil senyum-senyum.
"Yaudah om duluan ya, non... Dre..."
"Jangan macam-macam lu ya" bisik om ku sebelum meninggalkan kami.


Bersambung

Lanjutin apa nggak ya cerita ini..
Hmmm :malu:
Lanjutin lah Om...
 
hmm.. ts nya sombong ah..
instruksinya pm aja, tp nggak dibales om
Ya lah gimana kaga sombong orang lagi di Ln :pandaketawa:
Dia sedang merubah diri menjadi orang yang lebih baik buat calonnya...
masa mau nakal terus...pasti ada waktunya dia mesti berhenti dan fokus ntar ke keluarga sama anaknya
:pandaketawa:
Adios :ngacir:
#Gloomymonday:(
 
Kekeh...penasaran sama peformanya yah hu
Ya lah gimana kaga sombong orang lagi di Ln
Dia sedang merubah diri menjadi orang yang lebih baik buat calonnya...
masa mau nakal terus...pasti ada waktunya dia mesti berhenti dan fokus ntar ke keluarga sama anaknya
Adios
#Gloomymonday
Suhu itu hanya penasaran dengan kelanjutan ceritanya kok hu.. hahaha
Lanjutin lah Om...
Siap hu
hmm.. ts nya sombong ah..
instruksinya pm aja, tp nggak dibales om
Ampun hu, jangan marah2 atuh
 
#Update Part 3
Berhubung sudah page 4.. Update dulu deh.
Jangan lupa klik like dan beri komentar jika menyukai cerita ini.
:beer::ampun:

Pamanku telah meninggalkan aku bersama ci Dewi dalam ruangan rawat inapku ini.
"Andre.."
"Ya ci"
"Kamu beneran sayang sama Mitha?"
"Iya ci, tapi..."
"Ssssttt" kata ci Dewi sambil menutup bibirku dengan tangannya.
"Cici cuma mau dengar iya atau enggak. Gausah pakai alasan" lanjutnya.
"Ci.."
"Gapapa dre, tapi bisa kan kalau kita tetap saling sayang di belakang Mitha?" tanya ci Dewi.
"Ya emang cici kayaknya jahat banget, tapi cici baru aja jatuh cinta sama kamu dre"
"Cici belum siap kehilangan lagi" lanjutnya.
"Ci.. sebenernya gua udah punya pacar, dan itu bukan Mitha juga ci" jawabku.
Mendengar kata-kataku tadi, ci Dewi kelihatan sangat marah.
Ci Dewi memukuliku secara brutal walaupun sangat lemah dan tidak terasa sakit sama sekali.
"Jahaaat bangeet sih.. Jahat... Jahat.. Jahaaatt..."
"Ci.. udah malem ci" kataku.
"Pukul aja gua ci, tapi jangan nangis sama teriak-teriak. gua emang pantas kok di pukul" lanjutku.
Ci Dewi kemudian memelukku, aku merasakan pelukannya sangat erat sampai membuatku sulit bernafas.
"Ci.. gua bisa mati kalo dipeluk begini ci" kataku.
"Biarin.." kata ci Dewi semakin memper-erat pelukannya.
Aku hanya memejamkan mataku.
Kemudian aku merasakan pelukan ci Dewi telah lepas dari badanku.
Perlahan aku membuka mataku. Dan alangkah kagetnya aku.
Cuppp.. Sebuah ciuman mendarat di bibirku.
Aku tidak dapat mengelak dari ciuman itu.
Kulihat ci Dewi sekarang berada di atas ranjang pasien ini.
Ia mulai melepas jaket dan kemejanya.
"Ci.. ini tempat umum ci, jangan begini" kataku.
Ci Dewi menghentikan aksinya dan mengenakan kembali jaketnya.
"Sorry dre.. cici gak bisa tahan tadi"
"Iya ci, sorry juga ya. Tapi ini tempat umum, gimana kalo ada orang masuk tiba-tiba" kataku.
Ci Dewi hanya mengangguk, kemudian duduk disisi ranjang.
Kami berdua bercerita hingga larut malam. Ci Dewi tertidur di kursi dan kepalanya di rebahkan di sisi ranjang.
Aku berusaha bangkit dan perlahan-lahan memindahkan tubuh ci Dewi ke sofa panjang di pojok ruangan dengan kekuatanku yang ada.
Aku berhasil membawa tubuh ci Dewi ke atas sofa, namun kekuatanku seolah habis.
Aku terjatuh lagi, tanganku menghantam lantai dengan keras dan menghasilkan bunyi yang cukup kencang.
Tapi aku melihat ci Dewi masih tertidur pulas, aku sangat lega.
Namun tanganku sangat sakit sehingga aku tak mampu mengangkat tubuhku lagi.
Aku memutuskan untuk rebahan saja di lantai dan berharap ada suster yang datang.
5 menit.. 10 menit.. 15 menit.. Tidak ada yang datang ke ruanganku.
Namun pada menit-menit selanjutnya. Aku melihat seorang perawat masuk kedalam ruanganku.
"Astaga.." suster itu kaget.
"Sssssstttttt" kataku.
"Mari saya bantu" kata suster yang ternyata suster Maya itu.
"Sssssssssttttt"
"Jangan berisik sus.. Kalo mau berisik daritadi saya udah teriak. Kasian anak orang baru tidur" kataku.
"Perhatian banget sih mas, istrinya?" kata suster Maya sambil membawaku kembali ke ranjang.
"Bukan istri saya, itu kakaknya temen saya yang sama-sama korban tabrakan"
"Ooohhh kakak pacarnya, bilang aja gitu mas. Pake bilang temen" goda suster Maya.
"Emang temen" jawabku.
Aku merasakan dada suster Maya menempel pada lenganku, tiba-tiba aku menjadi terangsang.
Timbul niat-niat nakal dalam otak mesumku.
"Sus.. saya boleh minta obat tidur lagi gak?" tanyaku.
"Kenapa mas?"
"Gabisa tidur saya sus" jawabku.
"Yaudah bentar ya" jawab suster Maya.
Suster Maya kemudian keluar dan kembali lagi bersama suster Febi.
"Ini mas obatnya di minum ya" kata suster Febi sembari memberikanku obat tidur.
Aku tidak menelan obatnya, aku hanya menyelipkan obatnya diantara pipi dan gigiku.
"Suster Vivi mana sus?" tanyaku.
"Oh Vivi lagi off mas, kenapa tanya suster Vivi?" jawab suster Maya.
"Gapapa sus" jawabku.
"Suster Vivi cantik ya mas?" goda suster Febi.
"Saya mau tidur deh sus. Makasih ya" jawabku.
Aku pun pura-pura tertidur dan ingin melihat suster-suster ini apakah masih berani jika ada ci Dewi yang tidur di sofa.
Cukup lama aku merasakan tidak ada kejadian apapum. Aku cukup kecewa.
Namun saat aku hendak menelan obat tidur, aku merasakan ada yang membuka pintu kamar perlahan-lahan.
Kondisi ruangan yang sudah minim cahaya membuatku tidak dapat mengetahui siapa yang masuk kedalam kamar.
Namun beberapa saat kemudian, aku merasakan penisku sudah diraba-raba dari luar celana.
"Udah gede Feb" kata suster Maya.
"Pelan-pelan May, ketahuan sama cewek itu ntar" kata suster Febi.
Mereka berdua kemudian membuka celanaku hingga terlepas.
Mereka menaikkan baju pasienku sampai sebatas dada.
Suster Maya mulai menjilati kepala penisku secara perlahan.
Mereka benar-benar jago dalam bermain mode senyap seperti ini. Sangat berpengalaman.
"Feb.. aku gak tahan dari kemaren. Pengen nunggangi eh" kata suster Maya.
"Duluan lah, aku liatin ceweknya kalau bangun" kata suster Febi yang kemudian menutup tirai ranjang itu.
"Mas.. kontolnya aku pinjem dulu yah. Habisnya bikin sangek banget sih" bisik suster Maya.
"Oke sus. Pake aja" bisikku sambil melepehkan obat tidurku.
"Ahhh..." suster Maya menjerit kecil karena kaget namun penisku sudah masuk kedalam vagina nya.
"Hmmmmmmmhhhhhh" suster Maya melenguh.
"Maaf ya mas.. saya beneran gak tahan mas" kata suster Maya.
Suster berjilbab ini seperti terlihat sedang mengemis untuk dipuaskan padaku.
"Oke sus, jangan berisik kayak kemaren ya sus. Nanti cici itu ikutan" kataku.
"Kemaren mas juga tau?" suster Maya semakin salting.
"Iya sus, suster Vivi udah kasih memeknya tadi pagi. Ayo sus cepet di goyang"
"Hah.. curang vivi curi start" kata suster Maya yang kemudian langsung memompa vaginanya dengan kencang.
"Ploookkk.."
"Plooookkk.."
"Plooookkkk"
Bunyi ketika penisku beradu dengan vagina suster Maya.
"May.. pelan-pelan toh, ceweknya bangun nanti" kata suster Febi.
"Waduuuuhhhh.. May..May.. pasiennya bangun may" lanjut suster Febi kaget melihat mataku yang terbuka.
"Biii....aarrrrr...iiinnn...." kata suster Maya.
"Enaaakkk Feeebbbb"
Plokkk. Plokk.. Plok..
Aku melambaikan tanganku memanggil suster Febi.
Seperti kucing yang hendak diberi makan, suster Febi segera mendekat ke arahku.
"Ayo sus.. aku mau liat toketmu. Kemaren cuman sekilas aja"
"Hah?"
"Diaaa udaaaah taaa..u Feb yaa..ng kemaren maleeeeeeeeemmmm" kata suster Maya sambil terus menggoyangkan pinggulnya naik turun.
Suster Febi langsung membuka seluruh kancing baju perawatnya, ia melepaskan seluruhnya namun tetap mengenakan jilbab putihnya.
"Nih mas nete.." kata suster Febi.
"Ahh..Oh... hhhh.. ouuhh,.. aahhh" suster Maya terus mendesah kecil saat ia memompa vaginanya dengan penisku.
"Aaaahhhhh.. Aku mau keluar..."
"Keluarr...."
"Keluaaaaarr... Ouuuuhhhhh"
Crooooootttt.. Suster Maya mengeluarkan cairan kenikmatannya ke arahku dan suster Febi.
"Aduh may, squirt nya kok ke jilbabku sih" keluh suster Febi.
"Sorry.. Enaaaakk bangeet. Gak tahan" jawab suster Maya.
Suster Maya pun tergolek di sudut ranjang.
Melihat ada penis yang menganggur, suster Febi segera mengambil lap dan membersihkan cairan yang belepotan tadi.
Setelahnya ia mulai membuka celana nya, sekarang suster Febi sudah tidak mengenakan apapun kecuali jilbab putihnya.
Suster Febi kemudian menghisap penisku sedalam-dalam mulut mungilnya mampu menahan..
Aku merasakan kepala penisku masuk hingga ke kerongkongannya.
Berkali-kali kulihat suster Febi melakukan ini dan wajahnya terlihat merah.
Di kocoknya penisku dengan cepat. Kemudian ia segera naik ke atas ranjang dan mengambil posisi WOT seperti suster Maya tadi.
Dan blesssss..
Seluruh vagina suster Febi yang sempit dan mungil itu menjepit penisku.
"Sempit banget sus, jarang ngentot ya?" bisikku.
"Ahhhhhh....hhhmmmm" desah suster Febi.
"Jarang mas, suami saya sering dinas keluar" bisik suster Febi sebelum menggenjot pantatnya.
Memang tidak mengeluarkan bunyi seperti suster Maya, suster Febi menaik-turunkan pantatnya dengan sangat teratur.
Vagina nya yang sudah becek dan lembab itu membuat penisku sangat mulus untuk keluar masuk didalamnya.
"Ahhh... yeee... aaahh... aahhh..ahhh" desah suster Febi halus.
Tidak berapa lama kemudian suster Febi pun mencapai klimaksnya.
"Ahhhhhhhh...." kemudian suster Febi terkulai lemas di sebelahku.
Suster Febi terus menciumi bibirku. Kubalas dengan permainan lidah yang baru kupelajari dari suster Vivi tadi pagi.
Suster Maya bangkit dan menarik wajahku, kemudian dilumatnya bibirku dengan ganas.
Setelah beberapa menit kemudian.
"Mas.. bisa berdiri kan?" kata suster Maya yang kemudian membantuku berdiri.
Suster Maya membawaku ke sofa panjang dan mendudukkan ku persis di sebelah kepala ci Dewi.
"Sus.. jangan gila" kataku.
"Aku sangek banget mas, pengen ngentotin cowok disebelah pacarnya" bisik suster Maya sambil menjilati wajahku.
Mendengar kata-kata itu, aku semakin terangsang.
Suster Febi hanya senyum-senyum dan masih terkulai di atas ranjang.
Suster Maya kemudian membuka seluruh pakaiannya seperti yang dilakukan suster Febi. Menyalakan lampu emergency.
Dan dia mulai lagi dengan menjilati penisku.. Aku menatap wajah ci Dewi yang sangat polos saat tidur. Sensasi yang sangat luar biasa.
Suster Maya kemudian mulai menunggangi penisku lagi, namun karena goyangannya membuat sofa bergetar dan takut ci Dewi bangun,
Suster Maya kembali berjongkok dan menghisap penisku.
Melihat itu, suster Febi turun dan mengangkat bokong suster Maya.
Suster Febi kemudian menjilati vagina suster Maya sementara suster Maya terus menghisap penisku.
"Ohhh enak sus" kataku..
"hmmmmmmhhhh" suara desahan kedua suster binal ini bergantian.
"Ahhh sus. Mau keluar sus"
Suster Maya melepaskan mulutnya dari penisku, kemudian ia mengocok penisku dengan sangat cepat.
Aku memejamkan mata menikmati momen-momen ini.
Dan Crotttt Crottt Crooottt. Aku mencapai puncak kenikmatanku.
Aku membuka mata dan kulihat suster Febi dan suster Maya tersenyum-senyum sambil menahan tawa.
"Kenapa sus?" tanyaku
Mereka tidak menjawab, hanya menujuk ke arahku.
"Damn..."
Aku mengeluarkan spermaku ke arah ci Dewi dan sekarang spermaku benar-benar berceceran disekitar wajah dan rambut ci Dewi.
"Salahmu ya mas" bisik suster Maya.
Aku marah dan kecewa pada kedua suster ini. Kemudian aku berdiri.
"Loh sudah bisa berdiri" kata suster Maya kaget.
"Sini lu lonte" kataku sambil menjambak rambut suster Maya dan kemudian suster Febi juga.
"Aaahhh" suster-suster ini mulai berteriak kecil.
"Teriak lu berdua, kita liat siapa yang rugi" kataku.
Mereka berdua pun terpaksa diam dan menahan sakit di rambutnya.
Aku membawa mereka kedalam kamar mandi karena kamar mandi ini cukup kedap suara.
"Lu suka kontol kan? nih kontol gua lu isep" kataku sambil menamparkan penisku ke wajah suster Maya.
"Buka mulut lu" kataku.
Suster Maya hanya menurut dan ku masukkan penisku sedalam-dalamnya sampai kerongkongannya.
"Hueeeekkk" suster Maya mual dan ingin muntah namun tertahan.
Berkali-kali kulakukan hal ini.
Aku kemudian menarik rambut suster Maya ke arah wajahku
"Gimana ha? suka kan kontol gua?" hinaku
"Suka nggak?"
Suster Maya hanya mengangguk.
Aku kemudian memutar badan suster Maya membelakangiku.
Sekarang penisku menempel pada pantatnya. Segera kuarahkan penisku ke dalam lubang vagina suster Maya.
Dan bleesssss.. Segera kugenjot penisku sekuat-kuatnya.
Kutampar wajah cantik suster Maya berkali-kali karena aku sangat kesal.
"Plak" "Plak" "Plak" "Plak"
Suster Febi yang dari tadi menonton mulai sedikit ketakutan.
"Enak lonte?" kataku.
"Enaaakk mas... enak.. ampun mas, enak banget" jawabnya
"Plak" "Plak" "Plak" "Plak"
Aku menampar-nampar wajah suster Maya saat dia mendesah keenakan.
"Marah di tampar sus?" tanyaku
"Enggak mas, enak mas... Tampar terus mas" suster Maya mulai mengemis.
Suara desahan dan tamparan memenuhi ruangan kamar mandi itu.
Suster Maya pun mencapai puncak kenikmatannya berkali-kali. Tanpa kuberi istirahat, aku terus menggenjot suster Maya.
Hingga saat kulepaskan, suster Maya hanya terjatuh lemas ke lantai kamar mandi itu.
Kudekati suster Febi, kemudian kutarik tangannya.
"Ampun mas" kata suster Febi.
"Mau kontol gak lu?" tanyaku sambil menempelkan penisku ke pipi suster Febi.
"Maa..maau mas"
"Jawab yang bener" kataku sambil menjambak rambut suster Febi dari luar jilbabnya.
"Mau mas.. Aku mau kontol" katanya.
"Hahaha.. suster sini lonte semua ternyata" hinaku.
"Yaudah nih kontol gua kasih ke lu"
Aku kemudian mendorong suster Febi ke dinding kamar mandi.
Aku segera memasukkan 2 jariku kedalam lubang vagina suster Febi.
Clepok... Clepok... Clepok...
Suara vagina suster Febi yang sangat becek ketika 2 jariku memompanya dengan kencang.
"Ampuuun mas.. Enaaakkk.. Ampunnn" desah suster Febi.
Suster Febi pun squirt tidak lama kemudian.
Tubuhnya terkulai lemas.
"Lemah banget sus" bisikku.
Kemudian kurebahkan suster Febi di lantai kamar mandi itu.
Kepala suster Febi persis disebelah suster Maya yang masih terkulai lemas.
Kugenjot vagina suster Febi dengan sekencang-kencangnya, kurasakan berkali-kali kepala penisku menyentuh dinding rahimnya.
Suster Febi kelonjotan dan menarik wajah suster Maya kemudian mereka berdua berciuman dengan ganas.
"aahhh sakit.. Ahhh.. Ahh. ahh"
"Terus... sakit.. teruss.. enakkkkk"
Kupercepat genjotanku pada vagina suster Febi, ia semakin kelonjotan dan beberapa kali squirt.
Aku sudah tidak tahan dan akan mencapai puncak kenikmatanku.
"Suss... gua mau keluar"
"Jangan di daaaalleeeeeeemmmm" teriak suster Febi pelan.
"Akkuuuuu laaagiiii suuuubbuuuurrr" lanjutnya.
Aku pun semakin menjadi-jadi dan Crot.. Crott.. Crottt...
Aku mengeluarkan spermaku di depan dinding rahim suster Febi.
"Ahhhhhhhh" leguhku.
Aku kemudian mendekatkan wajahku ke suster Febi dan suster Maya.
"Gapapa kan kalau hamil anakku sus" tanyaku.
"Hmmmhhhh" suster Febi hanya mendesah keenakan.
Sementara suster Maya menjilati sisa-sisa sperma pada batang penisku.
Aku kemudian menciumi wajah suster Febi dan suster Maya bergantian sebelum meninggalkan mereka.

Aku segera bangkit dan berjalan kembali ke ruanganku.
Kutinggalkan kedua suster itu di lantai kamar mandi ruanganku.
Aku kedinginan saat pertama kali keluar dari kamar mandi.
Aku berjalan melalui ci Dewi yang masih tertidur lelap.
Aku mengenakan semua pakaianku dan duduk di tempatku tadi disebelah kepala ci Dewi.
Ku bersihkan spermaku pada pipinya dan rambutnya.
Kuciumi keningnya dan ku elus mesra.
Kemudian aku tertidur disitu karena kelelahan.


Bersambung

Jangan kenceng-kenceng juga hu komennya, jadi berasa punya utang updatean. Hahaha
Tapi terima kasih ya buat suhu-suhu yang sudah mensupport cerita ini..
:ampun:
 
Terima kasih updatenya suhu :D
 
Widih Andre ngamuk nih, salah sendiri buat Andre marah, eh jangan2 suster Febi langsung mbelendung nih gara2 Andre :D:konak::bacol:
 
Bimabet
Rumah sakit mana ini suhu...
Hmm.. penasaran hu? Saran saya coba deh suhu masuk RS dulu.
Kali aja itu RS di deket rumah suhu.
Widih Andre ngamuk nih, salah sendiri buat Andre marah, eh jangan2 suster Febi langsung mbelendung nih gara2 Andre
Ayo mari kita sama2 doakan penanaman benih kali ini sukses besar.
ijin nyimak disini ya om @zissycaem makasih
Silahkan suhu.. masih banyak kamar kosong, langsung di isi aja.
Terima kasih updatenya suhu
keyen ceritanya ini.... lanjutkan hu...
manteeeep ud ky br4zz3r aj suhu...
Cerita terbaik!!!
Mantap hu..
bakalan seru nih cerita..lanjut hu...
Thank you suhu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd