Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Alkisah Di Desa Permai

Cerita manakah yang akan diterbitkan selanjutnya

  • Majlis Budak ( MC Nur )

    Votes: 388 58,4%
  • Sekolah Budak ( MC Intan )

    Votes: 220 33,1%
  • Serikan Budak ( MC Syifa )

    Votes: 56 8,4%

  • Total voters
    664
Mulai Berbagi

Malam itu tak biasanya Tuk Siamang memanggilku. Sudah satu bulan sejak pertemuan pertamaku dengan Tuk Siamang dan sejak itu aku tidak pernah melihat sosoknya secara langsung. Hingga kemarin malam aku menemukan secarik kertas bertanda Tuk Siamang di mejaku yang menyuruhku datang ke tempatnya malam ini.

Aku berdiri termangu di depan pintu gua. Bulan purnama bersinar terang membuat suasana menjadi lebih jelas terlihat. Hingga tiba-tiba dari pintu gua, keluarlah sosok Tuk Siamang yang hampir sama dengan yang kulihat sebulan lalu.

"Salam Tuk."

"Cepat masuk."Tanpa berbasa-basi Tuk Siamang langsung menyuruhku masuk ke dalam guanya. Aku dengan patuh mengikuti langkahnya masuk ke dalam gua. Lagi-lagi aku diajak ke bagian yang terang dengan selembar tikar pandan di bawahnya. Segera kami berdua duduk berhadapan. Meski pernah bertemu dengan Tuk Siamang sebelumnya, aku masih tidak dapat mengenyahkan aura misterius darinya.

"Bagaimana kabar budak-budakmu ? Kau sudah membuat mereka bersumpah kan ?"

"Sudah Tuk. Ibu dan 2 saudari saya sekarang sudah sepenuhnya bisa dikendalikan dengan Gendhing Adhira Abilasa."

"Bagus. Sepertinya aku tak salah mewariskan ilmuku. Kau apakan saja budakmu ?"

"Saya buat mereka begitu kecanduan dengan kontol saya. Saya perlakukan mereka seperti anjing dan membuat mereka begitu haus akan air kencing saya."

"Hahahah ! Bagus ! Sepertinya kau memang orang yang tepat untuk menggunakan Gendhing Abhira Abilasa."

"Terima kasih Tuk. Ini semua karena bantuan Tuk."

"Tidak. Gendhing Abhira Abilasa adalah mantra pemilih. Jika penggunanya tidak punya fantasi dan hasrat liar, mantra itu akan tumpul."

Aku berusaha mencerna kata-kata Tuk Siamang. Itu artinya, hasrat dan fantasiku pada keluargaku begitu besar sampai aku bisa menggunakan Gendhing Abhira Abilasa dengan maksimal.

"Tapi ini belum selesai. Ancaman kutukan dari penggunaan mantra ini masih mengintai."

"Saya harus mendapatkan budak baru tiap bulan hingga 20 kan Tuk ?"

"Bukan cuma itu. Kau terlalu bermain tertutup. Itu membuat Gendhing Abhira Abilasa menjadi berbahaya."

"Kenapa Tuk ?"

"Gendhing Abhira Abilasa seharusnya membuat korbannya menjadi haus akan kontol dan selalu minta dipuaskan. Kau memang sudah memuaskan mereka tapi kau tidak membuat mereka binal."

"Tapi bukannya saya sudah membuat mereka gila akan kontol saya."

"Itu belum cukup. Kau harusnya buat mereka ngentot dengan orang lain. Kau juga harusnya memamerkan kemolekan tubuh mereka pada orang banyak."

"Apa itu tidak berlebihan Tuk ?"

"Tak usah sok suci. Kau sendiri sudah membuat mereka melakukan hubungan terlarang denganmu. Harusnya membuat mereka sedikit lebih binal tidak akan ada masalah."

Aku terdiam mendengar mendengar bentakan Tuk Siamang. Sebenarnya aku ingin membantah karena aku tak ingin menghancurkan harga diri keluargaku di depan masyarakat. Tapi aku tahu kalau aku tidak bisa menentang Tuk Siamang.

"Dengar, kita ini sebagai manusia harus bisa membahagiakan orang lain. Sejauh ini keluargamu sudah membuatmu bahagia. Tapi kau belum membahagiakan keluargamu."

"Saya sudah membahagiakan mereka."bantahku tak terima.

"Kau tahu kalau ketiga budakmu tidak punya malu lagi dan hanya dipenuhi nafsu. Kau seharusnya paham kalau budakmu butuh pelampiasan. Kau harusnya juga memperhatikan kebutuhan nafsu budakmu."

Aku tertuduk diam mendengar kata-kata Tuk. Itu benar. Aku terlalu tamak akan pelayanan budakku hingga aku melupakan kalau budakku juga punya nafsu yang harus disalurkan.

"Ingat, jika kau tidak melakukannya, maka kau akan terkena kutukan dari Gendhing Abhira Abilasa."





"Mir, udah mau pulang ?"tanyaku melihat Amir yang berjalan melintasi ladangku.

"Iya nih. Napa emang ?"

"Enggak. Lu kayaknya capek banget."tanyaku mendekati Amir yang berdiri dan menurunkan cangkul di pundaknya.

"Iya nih. Kemarin pagar ladangku rusak diterjang babi."

"Sial banget kau."Aku tertawa sambil mengajak Amir berjalan ke desa kami.

"Ah, emang sial banget hari ini. Mana ibuku marah-marah terus lagi kemarin."

"Apes banget kayaknya."Aku mengangguk simpati."Oh ya, gimana kalau kau main ke rumahku. Itung-itung buat ngurangin stres."

"Ngapain ke rumahmu ?"

"Ah, adalah pokoknya. Pastinya kau ketagihan nanti."

Aku tersenyum misterius sambil terus berjalan. Sesuai dengan instruksi dari Tuk Siamang, aku akan membuat budakku menjadi semakin haus akan kontol. Dan aku akan mulai dengan membawa Amir.

Malam sebelumnya aku sudah menyiapkan rencana bersama ketiga budakku. Terlihat mereka bertiga sangat antusias dengan rencanaku. Dalam hati aku menyesal karena baru memberikan mereka kesempatan. Meski tak pernah bilang, ketiga budkaku tentu menginginkan lebih banyak kontol masuk ke dalam memek mereka.

Setelah berjalan agak lama akhirnya aku dan Amir sampai ke rumahku. Segera saja aku mengajak Amir masuk ke dalam rumah tamu dan mempersilahkannya duduk di sofa tamu.

"Wah, makasih ya Ris udah dizinin bertamu."

"Ah, gak usah lebai. Kita kan temenan,"

Kami mengobrol lepas dengan akrab. Sudah lama aku tidak mengobrol sedekat ini dengan Amir sejak aku terlalu sibuk untuk terus melatih budak-budakku. Sekarang aku akan menunjukkan hasil pelatihanku di depan Amir.

"Assalamualikum !"seru sebuah suara dari luat.

"Walaikum salam."jawabku dan Amir serempak.

Pintu terbuka dan terlihatlah sosok Intanyang begitu anggun dengan seragam sma dengan jilbab putih di kepalanya. Intan terlihat agak lelah setelah belajar seharian di sekolah.

Namun seketika Intan membuka kancing kemejanya dan menjatuhkan kemejanya kelantai dilanjutkan dengan tangannnya yang membuka resleting roknya dan segera saja panjangnya meluncur jatuh hingga sekarang Intan hanya menggunakan daleman berwarna biru dan jilbab putih.

"Loh Tan, kamu kenapa ?"tanya Amir melongo tanpa sadar.

"Emang kenapa bang. Inikan dalam rumah."Intan tersenyum genit sambil melanjutkan kegiatannya melepaskan bd dan celana dalamnya. Kemudian dia merangkak kearahku dan mencium kakiku penuh hormat.

Amir tak dapat berkedip melihat pemandangan aneh di depannya. Dia yang mengenal Intan sebagai gadis baik-baik sekarang dengan tanpa busana mencium kakiku takzim.

"Gak usah heran Mir. Intan diluarnya aja berjilbab. Tapi kalau di rumah, binalnya gak main-main."kataku tertawa santai sambil menepuk-nepuk kepala Intan yang masih berbalut jilbab.

Keterkejutan Amir tak berhenti sampai disitu. Dari dalam rumah, keluar ibu yang telanjang dengan hanya menggunakan jilbab lebar. Di tangannya dia memegang rantai yang terhubung ke collar milik Kak Syifa yang merangkak bugil dengan nampan berisi kue yang dipotong-potong di atas punggungnya.

"Silahkan Mir nikmatin kuenya."kataku mempersilahkan Amir yang masih terdiam melihat pemandangan aneh di depannya.

Ibu kemudian berbaring di meja tamu yang tidak terlalu besar sehingga kakinya terlipat ke bawah. Intan mengambil potongan kue dari punggung kakaknya dan meletakan di atas perut, memek, dan toked ibu yang terbuka. Setelah itu Intan meletakan potongan kue yang tersisa di lantai dan mulai makan seperti anjing bersama Kak Syifa.

"I..i..ini.. apa-apaan ?"akhirnya Amir buka suara.

"Loh, emangnya kenapa Mir ?"tanyaku pura-pura polos.

"Kok kamu bisa santai aja. Terus bu kenapa kalian telanjang semua ? "Amir berdiri dengan muka kesal.

"Kenapa Mir ?"tanya Kak Syifa genit."Kamu gak pengen lihat tubuh kita."

Amir terdiam sambil matanya menatap ketiga budakku. Aku tahu, Amir juga suka menonton dan membaca porno. Aku juga tahu Amir sebenarnya orang yang mesum dengan melihat dengan penuh nafsu tubuh wanita di desa kami.

"Mir, dengar, mereka semua bukan lagi keluargaku. Mereka sekarang adalah budakku."

"Maksudmu apa Ris ?"

"Mereka semua adalah budakku. Mereka sudah menyerahkan jiwa dan raga mereka untuk melayaniku. Itulah kenapa mereka sudah tidak memiliki malu lagi untuk melakukan hal ini."

Amir masih terdiam berusaha mencerna kata-kataku. Perlahan matanya mulai teralih dan memperhatikan seluk beluk tubuh budakku yang mempesona nafsunya.

"Mir, kamu adalah sahabatku. Kita sudah berkawan sejak lama sekali. Hari ini, aku ingin kamu juga menikmati apa yang sudah kunikmati. Maka dari itu, sekarang, silahkan kamu menikmati tubuh budakku."

"Kamu serius Ris ?"

"Iya. Sekarang mending kita makan dulu aja kuenya."Aku mengajak Amir untuk makan kue yang tersaji di atas tubuh ibu sementara Kak Syifa dan Intan dengan nikmat memakan kue di lantai seperti anjing.

"Baik. Sekarang ayo kita ke kamar."Ajakku usai menikmati kue. Amir hanya menurut saja masuk ke kamar ibu.

"Eh Ris, kok kau bisa sih bikin keluargamu jadi budakmu ?"tanya Amir ketika berjalan.

"Ah, adalah rahasianya. Sekarang kamu nikmatin aja pelayanan budakku."

Pakaiaan Amir dibuka satu persatu oleh ketiga budakku hingga tubuhnya yang telanjang terpampang. Kontolnya yang kecil terlihat mengacung ketika berhadapan dengan budakku yang sudah tidak berbusana lagi.

Tubuh Amir dibaringkan di kasur yang terletak di lantai. Tangan kanannya di arahkan ke memek Intan. Tangan kirinya diarahkan ke memek Kak Syifa sementara mulutnya bermain di memek ibu yang jongkok di depan mukanya.

Sungguh pemandangan yang sangat sensual. Kedua tangan Amir bergerak masuk ke dalam memek Intan dan Kak Syifa dan sesekali mencubit klirotis mereka berdua. Sementara lidahnya bermain di celah memek ibu. Sementara itu aku hanya duduk bersandarkan dinding sambil memainkan kontolku.

"Ahhh...enak banget memek budakmu..."cercau Amir yang memainkan 3 memek sekaligus.

"Bener kan. Siapa dulu tuannya."Amir tidak terlalu mendengarkan lagi. Mulut dan kedua tangannya terus bermain di memek budakku.

"Udah yo Mir. Waktunya nyoblos."ujar ibu berdiri disusul Intan dan Kak Syifa. Amir hanya mengangguk saja sambil beranjak duduk.

"Eh sebelum itu, Intan kamu kulum kontol amir. Syifa, kamu jilatin pantat Amir."perintahku.

Amir tersenyum senang ketika mendengar perintahku. Dia mengambil posisi setengah duduk dengan bertumpu pada lutunya. Intan segera menunduk di depan kontol Amir begitupun juga dengan Kak Syifa.

Mulut Intan dengan ganas melahap kontol Amir. Terdengar bunyi kecupan selama kontol amir dihisap oleh Intan. Sementara itu, lidah Kak Syifa bergerak perlahan menusuk celah pantat Amir disertai hisapan sensual..

Usai kontolnya terangsang hebat karena permainan kedua budakku, Amir beranjak pada ibu yang mengakang hingga memamerkan memeknya yang memiliki sedikit bulu.

Hari itu, untuk pertama kali aku merasakan sensasi bahagia dari berbagi. Bukan berbagi barang biasa melainkan budak-budakku untuk melayani sahabat terbaikku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd