Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Alkisah Di Desa Permai

Cerita manakah yang akan diterbitkan selanjutnya

  • Majlis Budak ( MC Nur )

    Votes: 388 58,4%
  • Sekolah Budak ( MC Intan )

    Votes: 220 33,1%
  • Serikan Budak ( MC Syifa )

    Votes: 56 8,4%

  • Total voters
    664
Bimabet
Budak Kelas



Aku berdiri di depan sana. Telanjang tanpa satu helai kainpun yang menutupi tubuhku. Hanya kalung anjing yang menutupi leher jenjangku. Sisanya, seluruh tubuhku dapat dilihat dengan jelas oleh siapapun.



Dari mataku kulihat teman sekelasku yang menyorakiku. Mata mereka sebagian besar menatapku seolah ingin melahapku bulat-bulat. Sementara sisanya terutama yang perempuan mereka sontak memalingkan pandangan dengan malu.



“Ini beneran Intan ?”



“Seriusan. Bodinya mantep juga.”



“Gila. Mimpi apa kita semalam bisa ngeliat bidadari gak make baju di depan kelas.”



“Kok kau bisa kayak gitu, Tan ?


“Liat tuh tokednya, mantep banget.”



“Beh, Pantatnya kayaknya enak kalau diremes.”



“Ini orang minta dikontoling apa ?”



“Wah, ada rejeki nomplok nih.”



Ingin rasanya aku menutup telingaku rapat-rapat dari suara itu. Cemoohan terdengar makin nyaring layaknya dengungan lebah. Meski begitu, aku tak bisa serta merta menutup telingaku karena itu berarti tubuhku tak akan memiliki pelindung lagi.





“Intan, kenapa kamu telanjang !”bentak Jamilah keras.”Pak Ghani juga, kenapa biarin !”



“Kamu diam aja, Jam.”balas Pak Ghani dengan mata melotot.



“Ini biadab sekali. Bagaimana mungkin ada cewek telanjang di depan umum ?”tanya Jamilah mengungkapkan kekesalannya.



“Diam !”



“sebagai guru bapaknya harusnya malu.”



“Bapak bilang diam !”bentak Pak Ghani lebih keras yang kini tahu-tahu saja sudah berdiri di depan Jamilah.”Jangan mentang-mentang kamu anak ustadz jadi bisa-bisanya bersikap gak pantas di depan gurumu.”



“Bapak harusnya malu. Aksi biadab ini gak pantas terutama di depan kelas ! Saya akan laporkan ini ke-“



“Coba-coba kamu akan kena masalah, Jam.”ujar Pak Ghani mengancam.”Jangan coba-coba.”



Meskipun terlihat masih tegar dengan pendiriannya, pada akhirnya mulut Jamilah bungkam juga. Sepertinya berhadapan dengan Pak Ghani yang naik pitam mampu membuat gentar siapapun yang berhadapan dengannya.



Pak Ghani menghela nafas panjang dan berdiri di sampingku yang masih berusaha mati-matian untuk menutupi tubuh telanjangku. Meski begitu, tentu saja pandangan terutama dari mata-mata nakal para lelaki masih dapat melihat harta yang selama ini tersembunyi rapi dibalik baju yang selalu kukenakan.



“Ehm,”Pak Ghani berdehem kencang meminta kelas untuk tenang.

Butuh beberapa waktu sampai suasana kelas kembali tenang. Namun pada akhirnya kondisi cukup kondusif sampai Pak Ghani memulai pembicaraan.



“Jadi bapak menemukan ternyata di antara kalian ada yang bekerja sebagai PSK. Jujur bapak awalnya merasa kecewa. Murid yang seharusnya bermoral justru jatuh dalam pekerjaan yang sangat tidak bermoral.”



Aku mengutuki kata-kata Pak Ghani yang sangat munafik. Dia berkata pekerjaan yang kujalani karena perintah Citra sebagai tindakan biadab tapi justru dia menyeretku dalam kebiadaban yang lebih lagi.



“Karena itu, bapak memberikan hukuman pada anak ini.”



“Ditelanjangin pak ?”tebak salah satu murid.



“Atau diperkosa rame-rame ?”tebak murid lainnya.



“Wah, tuh jalang emang gak pantes pake baju. Telanjang aja terus.”



“Ssst, diam biar bapak lanjutkan.”potong Pak Ghani sebelum suasana kelas semakin tidak kondusif.”Nah, bapak putuskan kalau Intan akan menjadi budak kita.”



Aku menatap Pak Ghani tak percaya. Apa-apaan dia ? Apa dia ingin membuat satu kelas menjadi tuan yang akan mempermainakn tubuhku.



“Jadi..budak ?”



“Maksudnya apa, pak ?”



“Begini, jadi Intan ini adalah pecandu kontol. Dia juga seneng kalau tubuhnya disiksa dan dipermalukan. Makanya liat, dia gak berusaha kabur kan. Dia malah berdiri telanjang aja di depan kelas.”



Sontak semua mata kembali memandang ke arahku. Aku menunduk sambil berusaha menyembunyikan wajahku yang bersemu malu.



“Jadi kenapa jadi budak ?”



“Nah, bapak pikir, seharusnya kita tidak menghakiminya. Mungkin itu memang kebutuhannya sehingga dia masuk ke dalam prialku yang biadab. Makanya bapak sekaligus guru-guru udah mutusin kalau Intan akan jadi budak kita semua. Supaya dia bisa menyalurkan hasratnya.”



“Jadi nanti Intan bakalan ngpain ?”



“Kalian boleh ngapain apa aja ke Intan. Intan mulai sekarang adalah properti milik kelas. Kalian bebas ngelakuin apa aja ke dia. Tapi pastikan itu gak meninggalkan luka serius.”



“Beneran nih, pak ?”tanya seorang murid antusias.



“Bener dong. Masa bapak bohong.”



“Tapi guru-guru lain gimana ?”



“Tenang aja. Kan bapak udah bilang kalau ini juga kesepakatan guru. Makanya selain jadi budak kalian, Intan bakalan layanin para guru.”



Sontak kelas menjadi heboh mendengar pengumuman dari Pak Ghani. Para murid khususnya kaum lelaki yang selama ini memendang nafsu pada tubuhku tersenyum senang karena pada akhirnya akan dapat menikmati tubuhku seutuhnya.





“Pak ! Sekali lagi saya peringatkan. Ini perbuatan biadab !”sela Jamilah dengan amarah yang makin memuncak melihat kebiadaban yang terjadi di depannya.



“Oh, tapi semua kelas setuju kan ?”



“Setuju dong pak.”



“Kalau ini udah aturan sekolah mau gimana lagi.”



“Demi bisa nikmatin si Intan, apa sih yang enggak.”



Aku diam-diam mengutuki nafsu teman-temanku. Hanya demi bisa mencicipi tubuhku mereka sanggup membiarkan kebiadaban terjadi begitu saja di depan mata mereka bahkan jika itu melibatkan teman mereka.



“Nah, denger sendiri kan, Jam. Temen-temenmu udah setuju.”



“Tapi pak…”



“Kau ini berisik kali, Jam.”timpal Rustam yang sedari tadi diam saja.”Mulutmu itu gak bisa dikunci apa ?”



“Jangan ikut campur, Tam. Aku tahu kau dalang di balik ini semua.”



Rustam memamerkan senyuman bengis di wajahnya dengan pandangan menantang.”Terus kau mau apa ?”



“Akan kulaporkan ini pada para tetua. Biar mereka semua yang hentikan kegilaan ini.”Jamilah mengalihkan pandangannya pada Pak Ghani.”Bapak juga akan dipecat.”



“Coba aja kalau kau berani !”balas Rustam menantang.”Kau tahu sendirilah kalau bukan karena bapakku, sekolah ini gak berdiri.”



“Ini gak ada urusan sama bapak kau !”



“Sekali lagi kau protes, sekolah ini bisa ditutup sama bapakku,”ancam Rustam.



Jamilah menelan ludahnya gemas tapi pada akhirnya dia menghela nafas pasrah. Dia tahu ancaman Rustam serius. Jika terlalu banyak berurusan dengannya, itu malah akan memperpanjang masalah.



“Baiklah. Intan, sekarang silahkan perkenalkan diri.”



“Na…na…ma saya…”



“Yang jelas dong !”bentak Pak Ghani setengah marah.



“Bener tuh. Jadi lonte harus percaya diri.”



Aku memejamkan mata mendengarkan berbagai cercaan yang berdatangan silih berganti. Hal yang paling menyakitkan adalah kenyataan kalau yang mengatakannya adalah teman-temanku sendiri.



“Nama saya Intan. Mulai saat ini saya adalah budak di kelas ini.”



“Tugasmu apa Intan ?”tanya Pak Ghani ramah.



“Tugas saya adalah menjadi pelampiasan nafsu semua orang di sini.”



“Oh, kayak gimana tuh.”



“Bisa ngesex…”



“Kok bilangnya sex,”protes Citra memberangut.”Budak hina kayak lu gak pantes nyebut kayak gitu.”



“Ayo, Intan diulangi,”pinta Pak Ghani lembut.



“Kalian bisa ngentot sama saya.”



“Wah, ngentot. Masukin kontol ke mana aja tuh,”cetus seorang murid.



“Ke semua lubang di tubuh saya. Pantat…”



“Inget Intan. Ngomongnya yang jorok ya.”



Aku mendengus dalam hati mendengar kata-kata Pak Ghani yang sok baik. Guru seperti dirinya harusnya mengajarkan adab bukannya malah menyuruh muridnya telanjang di depan teman-teman sekelasnyadan berkata kotor.



“Kalian bisa masukin kontol kalian ke memek dan bool. Kalau mau kalian kontol kalian juga bisa saya sepong.”



“Wah, mantep banget emang nih budak.”



“Bener paket komplit.”



“Pak, ini gratis kan ?”



“Oh tentu saja. Semua yang dia lakukan juga menjadi ganti dari kas kelas. Jadi, pakai baik-baik ya.”



“Okelah. Jangan khawatir. Ini budak bakalan hancur sama kontol-kontol kita.”



Suara tawa mereka terdengar keras membahana. Mempertawakan diriku yang hanya bisa terdiam menerima semua penghinaan mereka.



“Terus buat siswi perempuan gimana pak ?”protes salah seorang murid perempuan.



“Kalau buat yang perempuan, nanti vagina kalian bisa dijilatin sama budak ini. Kalian juga bisa nyiksa dia. Dan oh ya nanti kalian kalau kencing di mulut budak ini ya.”



“Ih, jijik banget.”seru beberapa murid khususnya yang perempuan



“Enak kali,”Timpal Citra sambil tertawa.”Kalian gak pernah kan ngerasain buang air di mulut cewek.”



Beberapa memberengut meskipun dalam hati mereka mulai terpantik rasa penasaran. Sementara itu aku berdiri gelisah membayangkan diriku akan menjadi toilet untuk teman-temanku nantinya.



“Baik semua. Khusus hari ini, kita akan belajar bagaimana cara menyiksa budak.”



Semua murid bersorak senang karena selain tidak perlu diajari matametikan oleh Pak Ghani, mereka bisa langsung belajar cara menyiksaku sehingga nanti mereka dapat memberikan siksaan yang benar-benar menghancurkanku.



“Nah, bapak butuh asisten. Rustam, Citra, Munah, maju ke depan. Kalian bantu bapak.”



“Tapi pak…”ujar Munah enggan.



“Kamu masih mau selamat di pelajarab bapak ?”tanya Pak Ghani dengan nada mengancam.



Munah menelan ludahnya dan berjalan maju bersama Citra dan Rustam yang tentunya dengan senang hati maju ke depan dan mendemonstrasikan bagaimana cara menyiksaku.



“Baik, Rustam, karena kamu cowok, jadinya tahu dong bagaimana cara membuat Intan bertekuk lutut.”



“Pastinya, pak !”sahut Rustam riang.



Tangan Rustam terjulur ke atas kepalaku dan dengan satu sentakan dia menekanku hingga aku berlututu di hdapannya. Kemudian Rustam menarik resleting celananya dan mengeluarkan kontol besarnya



Aku meski sudah berkali-kali melihat kontol Rustam yang teracung bahkan sering juga mencicipinya dengan smeua lubang di tubuhku, melihatnya lebih dekat tetaplah pengalaman menjijikan terutama karena aku tahu bagaimana bangsatnya pemilik kontol itu.



“Ayo, dasar budak ! Masa harus disuruh sih !”



Aku menelan ludahku dan akhirnya membuka mulutku lebar-lebar dan menelan kontol Rustam bulat-bulat. Mulutku kuusahakan mati-matian agar gigiku tidak mengenai kontolnya karena hal itu sama saja dengan bunuh diri.



Perlahan kumaju mundurkan kepalaku sehingga kontol Rustam timbul tenggalam dalam mulutku beberapa anak perempuan terlihat memalingkan muka menyaksikan aksi menyepongku sedangkan para lelaki terlihat bersemangat menyaksikan aksiku. Bahkan beberapa diam-diam mulai memainkan kontol mereka.



“Nah anak-anak, funsi mulut budak itu bukan buat ngomong ya,”jelas Pak Ghani dengan gaya ramahnya.”Buat budak, mulut dan lidah itu dipakai buat nyepong sama jilatin kemaluan dan pantat. Oh, bisa juga buat jilat bagian lain. Jadi kalau misalnya sepatu kalian kotor, jangan lupa buat minta budak ini bersihin pake lidahnya.”



Rustam mencabut kontolnya tiba-tiba. Dia kemudian mengeden sejenak dan mengeluarkan aliran air kencing yang masuk ke dalam mulutku. Aku yang tak punya pilihan akhirnya menegak semua air kencing itu.



“Wih, mulutnya bisa jadi kloset juga.”seru salah seorang murid takjub.



“Oh tentu saja. Ini juga bakalan mempermudah kalian kalau lagi kebelet. Jadi nanti kalau kencing di kelas aja ya. Nanti di minum sama Intan.”



Aku terus menegak air kencing itu hingga habis. Beberapa tetes yang tercecer juga bergegas kujilat kembali dengan posisi merangkak.



“Ayo cepet !”bentak Rustam sambil menginjak kepalaku dan memaksaku untuk terus menjilati bekas kencingnya yang tercecer.



Setelah semua itu, Rustam menjabak rambutku hingga aku mendongak berdiri. Dia kemudian memaksaku untuk nungging dengan kedua tanganku yang bersandar ke dinding kelas dan mengangkat pantatku lebih tinggi.



“Nah, selanjutnya, Munah, silahkan,”perintah Pak Ghani.



“Ngg.***k…”ucap Munah terbata dengan pandangan iba melihatku.



“Cepat munah !”bentak Pak Ghani menyuruh Munah untuk mendekat. Dengan perasaan yang enggan, Munah akhirnya mendekatiku.



Pak Ghani mengeluarkan pena yang selama ini berada di saku kemejanya dan berkata.”Nah, sekarang kamu tusuk pantat Intan make ujung pena ini ya.”



Mataku membelalak terbuka mendengarnya. Membayangkan saja sudah membuatku ngilu.”Jangan pak.”



“Udah dibilang mulut budak itu bukan buat ngomong !”bentak Pak Ghani sambil menampar pantatku.



“Biar saya yang urus pak.”potong Citra sambil mengambil cambuk yang biasa digunakannya untuk memukulku dari tas dan kembali.



“Oh bagus. Biar Citra demonstrasikan bagaimana cara memukul budak yang baik dan benar.”



Citra dengan seringai sadisnya mendekatiku sambil memainkan cambuk dengan banyak ekor itu. Kemudian dengan mulut pedasnya dia memberi perintah,”nungging lebih tinggi.”



Aku sambil membayangkan rasa sakit kemudian semakin menunggingkan pantatku. Saking tingginya sampai tanganku bisa menggapai lantai. Kemudian dengan tidak berperasaan, Citra mulai menghantamkan cambuk itu ke pantatku.



“Terima kasih Nyonya sudah menghukum budak hina ini.”kataku sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat.



“Wah, tuh budak emang suka disiksa ya,”komentar salah satu murid.



“Bener. Dia malah terima kasih kalau dipukulin.”



“Makanya anak-anak, kalau nyiksa yang serius ya. Tapi jangan sampai budaknya sakit. Nanti gak bisa dipakai deh.”



“Baik Pak.”



“Nah Munah, silahkan lakukan tugasmu,”pinta Pak Ghani.



Dengan masih segan, Munah meraih pena itu dan mulai memasukkan bagian ujungnya ke dalam anusku. Meskipun baru di bagian depan, aku sudah merasakna kesakitan yang sangat karena terkena ujung pena itu.



“Ahhhh.”



“Ayo masukin lagi.”perintah Pak Ghani. Munah menelan ludah kemudian memasukkannya lagi lebih dalam ke dalam saluran anusku. Ujung penanya juga berputar membuatku makin tersiksa.



Tapi di tengah siksaan itu, aku merasakan perasaan yang luar biasa. Nafsuku memuncak seiring pena yang menerobos lebih dalam ke dalam saluran anusku. Hingga tanpa sadar aku mencapai klimaks dan memuncratkan cairan kenikmatan dari vaginaku.



“Uhhhh ! Ahhhhh !”Aku melolong antara sakit dan nikmat seiring dengan semakin banyak cairan klimaksu yang tumpah membasahi lantai kelas.



“Hahahaha ! Dasar budak sampah. Ditusuk malah sange.”



Tubuhku melorot tak kuat lagi menahan berbagai macam kenikmatan dan siksaan. Nafasku tersenggal berusaha mengggapai udara untuk mengisi dadaku yang sesak.



Padahal ini baru hari pertama aku menjadi budak kelas. Neraka yang sesungguhnya baru dimulai.
 
Makasih updatenya tapi jangan intan jadi budak di kelas terua dong....!
 
Makasih updatenya tapi jangan intan jadi budak di kelas terua dong....!
 
suhu klo bisa si intan jadi maniak bau ketek cowok kan bau ketek cewek mampu menaikkan libido cewek kan dia juga suka ketek tuan haris apalagi klo nikmatin burket cowok
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd