Setelah penisku cukup keras, Nengpun kurobohkan di rerumputan dan menindihnya. Mula-mula Neng kaget, tetapi aku tidak memberi Neng kesempatan menolak, aku mencium bibirnya dan meramas teteknya.
Sewaktu birahi Neng sudah kembali menyalak berkobar-kobar dan dari hidungnya sudah mengeluarkan napas yang mendengus-dengus, aku berhasil melepaskan celana panjangnya.
Meskipun Neng masih memakai celana dalam, kusibak bagian pinggir di selangkangan celana dalam Neng, dan setelah aku mendapatkan vaginanya yang sudah basah, moncong penisku segera kutempelkan di depan lubang vagina Neng dan siap ku-upload penisku ke lubang vagina Neng.
Neng panik!
Neng mendorongku dengan sekuat tenaga. Berhubung konsentrasiku berfokus pada keasyikan vagina Neng, sehingga aku tidak siap lalu aku jatuh terjungkal ke samping Neng.
Malam itu aku hanya dapat ciuman dan meramas tetek Neng, tetapi aku tidak berhasil mengentot Neng.
Aku sedikit terhibur pulang ke rumah ketemu Bude. "Mandi dulu..." suruh Bude sewaktu aku memeluknya dengan manja di dapur. "Badanmu bau cewek. Kamu sama cewek lagi?"
"Jangan khawatir Bude, aku tetap uta akan Bude. Mbak Lesti di mana?" tanyaku.
"Ada di kamar," jawab Bude.
Sambil mengambil handuk untuk mandi, aku tidak pergi ke kamar Mbak Lesti, tetapi hanya melewatinya saja. Aku terkejut kaget karena secara tidak sengaja kulihat kain jendela Mbak Lesti yang sedikit terbuka itu.
Dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Mbak Lesti menggeliat-geliat di atas kasur dengan telanjang bulat...!!
Oh... astagaaa... mulutku tanpa sadar sampai terbuka menganga saking tercengangnya aku melihat tubuh telanjang Mbak Lesti yang terkadang terlentang dan terkadang memeluk bantal guling.
Akibatnya membuat penisku mengeras di balik celana yang kukenakan. Ahhh…
Sekuat tenaga aku menahan gejolak di dadaku yang bergemuruh sambil berharap Bude tidak datang menghampiriku, sehingga aku masih bisa terus mengintip lupa dengan acara mandiku.
Kulihat Mbak Lesti yang masih memeluk batal guling pinggulnya bergerak-gerak maju-mundur seolah sedang menggesek-gesekkan memeknya ke batal guling.
Terkadang ia mengandaikan batal guling itu sebagai pacarnya, ia berbaring telentang sementara batal guling ditaruhnya di atas tubuhnya lalu digesek-gesekkan ke selangkangannya.
Saat itu aku ingin menyerbu masuk ke kamar Mbak Lesti, tetapi aku belum mandi, aku takut Mbak Lesti menolakku. Namun aku berpikir lagi. Jika aku tidak melakukannya sekarang, besok atau lain waktu aku tidak akan mendapatkan kesempatan seperti yang begini lagi.
Mbak Lesti masih menggeliat-geliat mendekap bantal guling. Entah berapa lama aku menyaksikan Mbak Lesti menyetubuhi bantal guling itu.
Aku tak sanggup bertahan lebih lama lagi sewaktu aku melihat tubuh Mbak Lesti berguncang mungkin ia sedang mengalami orgasme yang sangat dahsyat, tubuhnya menggelepar-gelepar sedangkan jari tangannya mencengkeram kuat kain seprei.
Aku terabas saja masuk ke dalam kamar Mbak Lesti, lalu naik ke tempat tidur memeluk Mbak Lesti dengan napas memburu. Dan dengan tangan gemetar aku membuka seluruh pakaian yang kukenakan.
Aku mengambil posisi di atasnya, kali ini aku tidak ingin gagal seperti dengan Neng tadi.
Aku segera membimbing penisku ke arah lubang Mbak Lesti. Mbak Lesti sama sekali tidak menolakku lalu, blesssss... batang penisku yang beruntung itu berhasil menerobos masuk ke dalam lubang kehormatan Mbak Lesti yang sangat disembunyikannya itu.
Selanjutnya kupompa lubang vagina Mbak Lesti yang sempit dengan batang penisku. Aku mengeluarkan dan memasukkan penisku yang keras itu sehingga membuat Mbak Lesti merintih nikmat, dan ia pasrah saja.
Maka itu aku yakin Mbak Lesti menerima penisku di dalam lubang vaginanya bukan karena terpaksa dan rintihannya juga bukan rintihan kesakitan, kalaupun ada, maka akan kalah dengan kenikmatan yang diperolehnya.
Selanjutnya penisku lebih jauh menjangkau lubang vagina Mbak Lesti, pantatku kugerakkan naik-turun dan terasa dinding vaginanya berdenyut menjadikan penisku merasa semakin nikmat saja, sehingga kupercepat gerakan naik-turunku, sampai akhirnya muncullah perasaan yang sulit kukatakan.
Tubuhku menegang merasakan nikmat yang teramat sangat nikmat itu, dan ngilu rasanya seluruh batang penisku yang dicengkeram dan disedot lubang vagina Mbak Lesti sampai menjalar ke pinggul lalu ke seluruh tubuh.
Aku sudah tidak bisa lagi mengendalikan napsuku yang menggebu saat itu. Menjelang keluarnya spermaku, kudorong penisku sampai ke ujung lubang vagina Mbak Lesti.
Sambil mendekap tubuh Mbak Lesti yang mulus pikiranku benar-benar sudah tidak waras. Napasku memburu, jantungku berdegub merasakan gelombang birahi yanh menyala di dalam tubuhku. Dan makin lama makin membara. Ah… aku tak tahan lagi.
Aku mengerang dan seiring dengan itu kugelontorkan cairan nikmatku ke lubang vagina Mbak Lesti.
Crroott.... crroott... crroottt... crroott... crrooott...
Akhirnya seluruh berat badanku kuhempaskan ke tubuh Mbak Lesti dengan jantung berdebar dan napas yang tersengal-sengal antara nikmat bercampur capek yang kurasakan.
Kelihatannya begitu mudah aku menyetubuhi Mbak Lesti, tetapi sesudahnya tubuhku basah berkeringat, pikiranku sungguh kacau. Bagaimana seandainya Mbak Lesti hamil?
Masih saja kuteruskan permainan terlarang itu beberapa kali. Sampai akhirnya tertangkap basah oleh Bude dan Bude memaksa aku menikahi Mbak Lesti yang tak lain adalah tanteku sendiri, anak dari kakekku. (bc_022024)