Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Anak Sebelah

Post 2

Pukul 06:00 pagi alarm di Hp ku berbunyi membangunkan aku dari lelapnya tidur. Rasanya bener-bener malas mau berangkat kerja, tapi apa daya kewajibanku harus mampu mengalahkan kemalasanku. Akupun segera beranjak dari tempat tidur kemudian menuju ke belakang menuju kamar mandi. Sesampainya di dapur aku melihat Mita sedang makan sarapannya. Seperti kemarin dia hanya melilitkan handuk di tubuhnya. Entahlah, kalau dilihat sih bukan karena dia kurang pakaian, tapi aku yakin karena kebiasaan. Aku juga tak terlalu mempermasalahkannya.

“Eh, pagi Om..”

“iya pagi juga Ta... kamu udah mandi?”

“Udah dong Om...”

“Yaudah Om mau mandi dulu kalo gitu”

Akupun segera meninggalkannya menuju kamar mandi. Setelah buang hajat dan membersihkan seluruh tubuhku dalam guyuran air aku segera keluar dari kamar mandi. Kubelitkan handuk untuk menutupi pinggang kebawah tanpa ada daleman lagi melapisinya. Bukannya bermaksud apa-apa tapi begitulah aku sehari-harinya. Setelah aku sampai di dapur lagi, kulihat Mita masih duduk disana sambil menghadap piringnya yang sudah kosong.

“Jam berapa tadi mak Ijah nganterin makanan?”

“Barusan kok Om, sebelum Om bangun tadi” jawabnya enteng.

Kulihat ada paha ayam dan sayur kangkung di atas meja. Masih bertelanjang dada aku langsung mengambil piring dan segera makan pagi. Jadilah aku dan Mita pagi itu makan semeja masih dalam balutan handuk kami masing-masing. Tak ada rasa canggung diantara kami, dia kulihat enjoy saja dan akupun juga sama.

“Om, doain yah, ntar aku ada tes wawancara di Hotel Balero”

“Hemm... iya moga berhasil Ta.. eh jam berapa ntar kamu pergi?”

“Jam 10 pagi om jadwalnya”

“Ohh, yaudah ntar kamu jam setengah sepuluh berangkat aja, deket kok lokasinya”

“Iya Om..”

“Ntar kamu naik ojol aja kesananya, paling cuma kena 5000”

“Iya Om beres...”

Selesai sarapan aku segera siap-siap berangkat kerja. Jam sudah menunjukkan pukul 07:15 tandanya aku harus buru-buru berangkat, supaya sampai kantor tidak terlambat. Aku kasih Mita kunci pintu depan supaya nanti dia bisa meninggalkan rumah dalam kondisi terkunci semuanya. Tak lupa aku kasih dia uang saku secukupnya untuk sekedar bisa naik ojol sama beli makanan disana.

***

Pukul 17:30 aku sudah kembali kerumahku. Hari ini tidak melelahkan seperti hari-hari lainnya. Meskipun ada beberapa meeting tapi tidak sampai membutuhkan waktu yang panjang. Saat masuk kedalam rumah tak kulihat adanya Mita, tumben dia masih belum pulang, apa tes kerjanya sampai malam yah?

Setelah selesai mandi aku duduk-duduk di kursi ruang tamu. Aku masih bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek boxer tanpa celana dalam. Kuputar musik yang easy listening pada Home teather dengan volume rendah sambil membalas chat di Hp ku. Sejenak aku menikmati suasana yang rileks dan santai tiba-tiba Mita datang sambil mengucap salam. Kulihat dia masuk kedalam rumah dengan muka yang kusut, sepertinya dia capek banget.

Beberapa saat kemudian Mita keluar lagi dari dalam kamarnya hanya dengan belitan handuk di tubuhnya, dia langsung berjalan menuju belakang rumah. Sekitar sepuluh menit kemudian dia kembali dengan raut wajah yang lebih segar dibanding saat dia pulang.

“Mita, gimana tes kerjanya?”

“Lolos Om..” jawabnya sambil ikut duduk disampingku. Anak ini sepertinya sudah nyaman berada di dekatku, kalau masih canggung harusnya dia duduk di depanku.

“Syukur kalau kamu lolos... trus pulang-pulang kok kusut gitu?”

“Capek baget Om...”

“Yahh.. namanya orang kerja itu ya pasti capek Mita... semangat aja pokoknya”

“Ada minyak gosok gak Om?”

“Ada, tuh di lemari kamarnya Om...”

“Minta dong Om... pegel banget kaki sama pinggang Mita..”

Aku kemudian mengambil sebotol minyak urut yang ada kamarku lalu kembali mendekati Mita.

“Eh, mau nggak Om pijitin?”

“Hihihi.. ya mau dong Om..” balas Mita sambil terkekeh memamerkan deretan giginya yang rata dan putih bersih.

“Oke sekarang kita masuk ke kamar kamu aja “ ujarku

“Hloh.. kok di kamar Mita om?”

“Ntar kamu ketiduran disini... tapi gapapa asal mau Om gendong”

“Hihihi.. yaudah Om, kita ke kamar Mita aja”

Aku dan Mita lalu masuk kedalam kamar. Segera kusuruh Mita berbaring di atas tempat tidur dengan posisi tengkurap. Sambil ngobrol kumulai saja sapuan tanganku pada betis kirinya dan berikutnya betis bagian kanan. Aku tak menekan betisnya terlalu kuat supaya dia merasa nyaman dan tidak kesakitan. Berikutnya aku pijat juga daerang pahanya kiri dan kanan. Aku masih menahan gerak tanganku agar tak terlalu ke daerah pangkal pahanya. Namun begitu aku masih sempat melihat belahan memek Mita yang masih rapat terhimpit pangkal pahanya.

“Enak gak Ta pijatan Om?”

“Hemmm.. enak banget Om, kakiku jadi enteng”

Aku ajak ngobrol Mita sambil tanganku masih memijat daerah pangkal pahanya. Sempat beberapa kali aku hampir menyenggol permukaan vaginanya, namun aku masih hati-hati supaya dia tak mengira aku sengaja mengerjainya. Setelah kupijit kakinya, sekarang aku gantian memijat pundaknya. Kubalurkan minyak urut secukupnya pada daerah kedua pundaknya kiri dan kanan. Ku usap-usap permukaan kulit Mita yang tadi kuberi minyak.

“Uhhh... tambah enak Om...”

“Masak sih?”

Aku terus memijat pundaknya dengan lembut sambil berusaha menurunkan ikatan handuknya perlahan-lahan. Kusenggol-senggol ikatan handuknya dengan jempol tanganku supaya agak turun sedikit.

“Kenapa Om?” tanya Mita yang menyadari aku mengalami gangguan.

“Ini Ta, handuknya tebel, jadi susah mau mijitnya, kamu ganti pake kaos dulu gih..”

“Ohh... umm.. gini aja Om, mending aku lepas aja handuknya, gapapa kan?”

“Eh.. ja.. jang.. anu.. em.. boleh.. boleh..” jawabku agak bingung juga pada kenekatannya.

“Asal Om gak pikiran macem-macem aja yah... Hihi...” ledeknya.

Aku termenung sebentar. Sebenarnya inilah ujian keimananku dan kesetiaanku pada istriku. Di depanku sekarang ada gadis belia yang tengah matang-matangnya. Bisa saja aku perkosa dia kalau birahiku sudah mengalahkan akal sehatku.

“Hahaha... enggak lah Ta, kamu ini udah aku anggap keluarga Om sendiri” ucapku. Mungkin bunyi kata-kataku itu lebih tepatnya untuk mensugesti otak mesumku.

Mita kemudian duduk dan melepas handuk yang menutupi tubuhnya. Seketika itu juga aku melihat tubuh Mita yang tumbuh dengan sempurna. Pesonanya sungguh membuat mata lelaki manapun akan tergoda. Tubuhnya langsing, dengan warna kulit kuning langsat dan lekuk pinggangnya yang mirip gitar. Untung saja dia masih pada posisi membelakangiku, hingga aku hanya bisa melihat bongkahan pantatnya yang padat berisi itu. Setelah handuk yang dipakainya dia lepaskan lalu Mita kembali tengkurap di atas tempat tidur seperti awal tadi.

“Om mulai lagi yah Ta...”

“Lanjutkan Om...!!” balas Mita bersemangat.

Iya pasti dia merasa enak-enak saja kupijit, nih batang di balik celana sudah mulai menyiksaku karena berontak bangun dari tidurnya. Apalagi aku saat itu gak pake celana dalam, jadilah ada tonjolan yang jelas terlihat dibalik celana boxer yang kupakai. Namun begitu aku masih terus memijat area sekitar pinggang Mita yang seksi itu dengan telaten.

“Om..”

“Hemm.. napa lagi?”

“Sengaja yah tangan Om kena teteknya Mita?”

“Ohh.. itu buat memperlancar aliran darah di pangkal ketiak kamu, trus kan ada artikel yang bilang kalau payudara itu harus sering dipijit biar gak kena kanker tuh.. biar tetep kenceng juga lho Ta..” jawabku yang mendadak mirip terapis.

“Eh iya bener Om, mama juga pernah bilang gitu sih... tapi emang Om bisa cara mijitnya?”

“Lhah... ya bisa dong Mita sayang....” aduh kenapa pake sayang-sayang segala.

“Beneran?”

“Beneran... Om belajar dari yutub tuh...“ balasku meyakinkannya.

Tiba-tiba Mita bangun lalu duduk pada posisi yang masih membelakangiku. Aku juga masih setia di belakangnya menikmati pundak dan pinggangnya yang seksi itu.

“Kalau gitu Mita boleh dong dipijit teteknya sama Om... eh tapi Om ga boleh lihat yah!”

“Heh?? Tapi... ah yasudah... beres itu Ta”

Aneh juga anak satu ini, biasanya itu boleh dilihat tapi gak boleh dipegang, tapi yang ini malah boleh dipegang tapi gak boleh dilihat. Hayuk dah kalo gitu mah...

Dengan ragu aku mulai mendekatkan tanganku ke dada Mita. Tangan yang telah kulumuri dengan minyak urut itu mulai mendekati buah dada gadis cantik yang tengah duduk di depanku itu. Kedua tangan Mita diangkat untuk memudahkan tanganku menggapai payudaranya yang kenyal itu. Saat telapak taganku mendarat di payudaranya serasa detak jantungku bertambah cepat.

Deg... Deg.. Deg.. Deg....

Pelan-pelan mulai kuremas dan ku urut buah dada Mita dari celah ketiak menuju kedepan. Terus menerus kulakukan pijatan dan remasan itu sampai akhirnya Mita mulai terbuai dalam rangsangan nikmat di tubuhnya.

“Ahh... omm.. kok enak banget sih....”

“Udah pernah diurut cara begini apa belum Ta?”

“Uhhh.. belum Om... tapi kalo aku remes-remes sendiri udah sering..”

“Enakan mana remes sendiri apa Om yang remes?”

“Ahhh.. enakan... Om.. adduhh..”

Mita mungkin mulai larut dalam rangsangan tanganku pada buah dadanya. Buktinya sekarang dia menyandarkan kepalanya pada pundakku sebelah kiri, hingga kedua pipi kami bertemu. Aku terus meremas dan mengurut buah dadanya dengan tempo yang pelan. Rasanya ingin kunikmati sensasi ini lebih lama lagi.

“Ihh.. Om curang yah...”

“Emang kenapa Ta?”

“Kok Cuma Mita aja yang telanjang sih !?”

“Hehe.. iya gapapa, kan kamu yang sedang dipijitin”

“Gak.. gak adil.. pokoknya Om juga harus ikut bugil juga”

Aku bimbang, sebimbang-bimbangnya. Bagaimana mungkin aku akan menuruti kemauan anak gadis itu untuk menelanjangi diriku sendiri. Namun setelah kupertimbangkan lagi, mungkin supaya ada rasa adil diantara kami akhirnya aku menuruti kemauannya. Kupelorotkan celana pendek boxer yang kupakai lalu kulemparkan di sebelah ranjang. Batang penisku yang sedari tadi memang sudah tegang kini terbuka dengan bebas. Rasanya memang lega banget saat batang penisku lepas dari kurungan celana pendekku.

“Waahh... besar juga yah punya Om!!” seloroh Mita melihat batang penisku.

“Hehehe... enggak juga sih Ta”

“Ayo om kita lanjut lagi...”

Aku kemudin kembali duduk di atas tempat tidur dengan posisi kaki bersila. Tapi posisi itu di protes oleh Mita, katanya kakiku mengganjal pinggangnya. Kemudian aku selonjorkan kedua kakiku sambil kubuka agak lebar supaya Mita bisa berada di antaranya.

“Nahh.. enakan gini Om..”

“iya tapi masih ada yang ngeganjal lagi kan?” maksudku batang penisku mengganjal di pinggangnya.

“Udah gapapa Om, yukk lanjutin aja...”

Kembali aku remas-remas buah dada Mita yang posisinya masih seperti tadi. Kepalanya dia sandarkan pada pundakku. Pada posisi seperti ini bisa saja bibir kami bertemu dan saling mencumbu, tapi itu tidak akan terjadi, aku masih punya perhitungan kalau yang kita lakukan malam ini akan dia ceritakan pada istriku nanti.

“Auhhh... itunya juga di pijitin ya Om?” tanya Mita saat tanganku sengaja memijit dan memelintir puting susunya.

“Lhoh, ini kan bagian dari terapinya Ta ..” alasanku.

“Uuhh.. iya gapapa sih Om, jadi tambah enak nihh... ahh...”

“Kamu mau yang lebih enak lagi gak?”

“Ahh.. mau dong Om...”

“Kalau gitu kamu harus janji yah”

“janji apa sih Om?”

“Janji ga bakalan cerita kejadian ini pada siapapun, terutama tante Ana”

“Wahh.. itu gampang Om... iya Mita janji”

Eh iya, tante Ana itu maksudnya istriku, panggilannya Ana. Setelah Mita mengucapkan kata janji, tangan kiriku segera turun mencari celah vaginanya. Seperti dugaanku celah vagina Mita ini masih rapat dan sempit, tapi saat itu sudah basah banget.

“Kamu masih perawan ya Ta?”

“Iya dong Om....”

“Baiklah, akan Om jaga keperawananmu”

Selesai berkata demikian jari tangan kiriku mulai menggosok-gosok celah vagina Mita dan mulai memainkan klitorisnya. Usahaku tak menemui hambatan karena Mita dengan suka rela merenggangkan pahanya, lagian juga gerakan jariku semakin lincah karena rembesan cairan memeknya.

“Ahh... Ahhh... Mita diapain Om?”

“Udah tenang, nikmati aja..”

“Iya Om.. Ahh...kok enak banget sih.. Uhh...”

Memang baru pertama kali bagi Mita menerima rangsangan dari orang lain pada celah vaginanya. Tubuhnya bergerak naik turun, kadang juga meliuk-liuk seperti seorang penari. Semakin lama gerakan tubuhnya mengikuti kocokan jari tanganku pada klitorisnya. Namun yang jelas tak lama lagi pasti dia akan mencapai puncaknya.

“Aduh.. aduh.. Mita mau pipis Om, ahh... berenti dulu Om.. Ahh”

“Gapapa sayang, pipis aja disini”

“gak.. ntar basah kasurnya.. uuhh...”

“Udah gapapa pipis aja jangan ditahan... ntar om yang bersihkan “

Begitu aku selesai berkata, tubuh Mita tiba-tiba bergetar dan mengejang beberapa saat lamanya.

“Oohhh... Ohh.. Om... Ahh...Mita pipis.. uuhhh...”

Kudekap celah vagina Mita dengan telapak tanganku. Biasanya cewek paling suka saat orgasme ada sesuatu yang menahan vaginanya. Efeknya bisa membuat tubuhnya akan bergetar lebih lama dari biasanya.

“Aaaahhhh.... Omm... aku lemes Om... adduuuhhh....”

Aku tak berani berbuat lebih jauh lagi. Segera kubaringkan tubuh Mita yang masih kehilangan tenaga akibat orgasme yang menimpanya. Kutidurkan Mita dengan posisi telungkup, kuluruskan kaki kirinya dan kutekuk kaki kanannya.

“Ahhh... lemes deh.. makasih ya Om..”

“Iya sama-sama, kamu istirahat aja, udah malam nih, Om juga mau tidur”

Kukecup keningnya dengan rasa sayang lalu kuambil celana pendekku dan segera melangkah pergi keluar dari kamar Mita.

***

Bersambung ya.. sorry ^_^
Bacanya sampe jadi ikutan lemes
 
Terakhir diubah:
Post 3

Setelah kejadian malam itu aku dan Mita masih seperti biasa. Seakan tak ada hal penting yang terjadi diantara kita. Rencananya hari ini Mita masuk kerja untuk pertama kalinya, meskipun dia masih dalam status training, tapi toh sudah mulai dibayar. Pagi sekali Mita sudah berdandan, kulihat dia memakai kemeja lengan panjang warna cream dengan paduan rok panjang warna hitam. Tak lupa jilbab berwarna selaras dengan bajunya setia menutupi kepalanya.

Sore harinya aku pulang agak cepat karena ini weekend. Harusnya sore ini aku langsung pulang kampung menemui istriku seperti biasanya, tapi karena ada Mita yang ikut denganku jadinya kuputuskan untuk pulang besok pagi. Begitu aku membuka pintu rumahku langsung kutahu kalau Mita belum pulang karena kondisinya masih sepi.

Kulepas bajuku dan kubelitkan handuk sebatas pinggangku. Rencananya mau mandi tapi ada telfon dari istriku makanya aku kembali duduk di ruang tamu. Setelah istriku menutup telfonnya, gantian aku membalas chat dari temenku. Tiba-tiba Mita muncul dari balik pintu depan dan menjumpaiku yang tengah bertelanjang dada di ruang tamu. Wajahnya nampak kusut lagi, dengan pakaian yang agak kucel-kucel gimana gitu. Aku yakin dia mengalami hari yang berat di tempat kerjanya.

“Eh, baru pula ya sayang?” entah kenapa sekarang aku terbiasa panggil Mita dengan kata sayang, dia juga gak pernah protes.

“Iya Om.. huhh... nyebelin banget deh temen-temen Mita” balasnya sambil melempar tas ke depan pintu kamarnya. Diapun menghela nafas panjang setelah kerudung di kepalanya dia lepaskan.

“Ada apa sih? Temennya kenapa emang?” tanyaku sambil membaca chat di Hpku.

Mita kemudian duduk membanting tubuhnya di sebelahku. Bau tubuh Mita langsung menyeruak di hidungku, baunya asem-asem wangi gimana gitu. Aku masih membaca chat yang masuk di Hpku sambil sesekali melihat ke arah Mita.

“Pada pinter cari muka semua tuh Om.. padahal kan baru training, belum jadi karyawan beneran loh...” omelnya. Sambil tangannya mulai melepas kancing kemejanya sampi habis kemudian melepasnya. Nampaklah tubuh bagian atas mita kini hanya tertutup bra warna hitam saja.

Aku yang melihatnya sedikit panik, tapi aku tak mau membuat Mita merasa tidak nyaman.

“Ehh... itu tutup pintunya dulu napa..”

“Hihihi.. iya Om, Mita lupa” kemudian dia melangkah kedepan dan menutup pintu rumahku.

“Kamu kalo di rumah pasti kebiasaan gini ya sayang?” selidikku.

“Apa Om?”

“Langsung buka baju di ruang tamu...”

“ya enggak lah Om..”

“Trus kalo mau tidur?”

“kalo dirumah aku biasa tidur ga pake apa-apa”

“Lho emang kenapa gitu?”

“Ya kebiasaan aja, mulai dari kecil mama udah biasakan Mita tidur ga pake apa-apa”

Aku terdiam sesaat untuk mencerna perkataan Mita. Rupanya bener dugaanku, selama ini dia pasti tidurnya telanjang. Fiuhh.. jadi makin berdebar jantungku.

“Trus.. emangnya dirumah kamu semua begitu ya kalau tidur?” lanjut selidikku.

“Iya Om.. semuanya.. papa.. mama.. sama...”

“Ohhh...” mulutku ternganga mendengar ucapannya.

“Eh, trus kalau badan kamu kelihatan sama papa kamu gimana?”

“Yah gapapa Om... udah biasa kok papa liat Mita telanjang..”

“Hah?? Biasa gimana maksud kamu?”

“Ya gitu deh Om.. pokoknya kalau masih dalam rumah aja kami di bebasin mau pake apa aja terserah, ga pake apa-apa juga boleh.. hihihi..” ungkap Mita sambil terkekeh.

Entah kenapa pikiranku jadi membayangkan bu Anik, mamanya Mita sedang berjalan-jalan dalam keadaan bugil di depanku. Anjriitt... aneh banget sepertinya.

“Mita.. mandi dulu sono.. biar seger..” ucapku mengingatkannya.

“Bentar Om.. lagi mager nih..” kini dia senderan di tubuhku dan kepalanya diletakkan di pundak kiriku.

“Besok kita pulang yah Om?”

“Iya, kamu masuk kerja gak?”

“Enggak Om, senin baru masuk lagi..”

“Yaudah ntar siap-siap aja apa yang mau dibawa pulang”

Mita terdiam sebentar. Lalu mengambil Hp nya dan membuka chat yang masuk.

“Om.. Mita boleh nanya gak?”

“Iya boleh dong..”

“Umm, om kalo lihat aku bugil napsu gak?”

“Heh? Apaan sih kamu ini? Ya jelas tertarik lah, Om kan laki-laki normal”

“Ohh... kirain.. hihihi...” balasnya sambil terkekeh centil.

“Tapi Om masih ingat kalau kamu itu anak tetangga Om, makanya sebisa mungkin Om juga ikutan jaga diri kamu, bahkan Om sudah anggap kamu ini keluarga sendiri“

Mita tak membalas ucapanku. Dia kemudian menegakkan tubuhnya dan meletakkan Hp di atas meja. Tangannya lalu dengan terampil menggulung rambutnya yang terurai dan mengikatnya dengan gelang karet.

“Om.. boleh gak aku lepas rok disini, gerah banget deh...” ucap Mita yang membuatku tertegun tak percaya mendengar ucapannya.

“Boleh... kamu telanjang aja sekalian.. hahaha...” tawaku membalas pertanyaan lucu Mita.

“Beneran Om?”

“Iya beneran.. tapi kalo gerah itu ya mandi sana sayang.. “

“emang Om sudah mandi?”

“Belom..”

“Helehh.. sama gitu..”

“Hehehehe... males banget Ta, ga tau kenapa..”

Tanpa disangka-sangka Mita bener-bener melepas rok yang dipakainya. Aku diam saja tak berkomentar apapun. Setelah dia melepas rok hitam yang dipakainya kini terlihatlan celana dalam warna hitam yang menutupi kemaluannya. Berarti hari ini Mita memakai Bra dan celana dalam berwarna hitam semua. Moga aja dia gak sedang berduka.

“Eh..eh.. anak gadis kok ga punya malu gini sih!?”

“Haha, biarin.. harusnya Om yang malu.. ada gadis telanjang diliatin, wekkk....”

“Hadeuhh.. kamu bikin pusing aja...” balasku, yang pusing pala bawah maksudnya.

“Kalo pusing diobatin Om..”

“Hehhh... yaudah bawa sekalian ke mesin cuci sana dong sayang.. ngapain ditumpuk disitu !?”

“Biar sekalian aja Om, Hihihi...” balasnya sambil memungut rok panjang, kemeja dan kerudungnya kemudian dia bawa ke belakang.

Aku kira Mita langsung menuju kamar mandi setelah memasukkan baju kotornya, tapi ternyata dugaanku meleset. Dia kembali lagi muncul di depanku, namun kali ini dengan penampakan yang beda. Berani sekali anak ini telanjang bulat di depanku.

Ahh, tubuh itu.. betapa sempurnanya. Ngidam apa dulu mamanya hingga melahirkan anak sesempurna dia. Postur tubuh yang ideal, tidak terlalu kurus apalagi kegemukan. Bokongnya padat serta naik keatas, tidak turun atau tepos. Buah dadanya yang masih dalam fase pertumbuhan tidak bisa dibilang terlalu besar, tapi kelihatan kencang, membuat kedua gunung kembar itu seakan membusung menantang.

Batang penisku langsung bereaksi melihat pemandangan seorang gadis cantik bugil di depanku ini. Rasanya handuk yang melilit di pingganggku benar-benar semakin menyiksaku. Aku yang sebenarnya kelabakan mencoba menahan sekuat tenaga dan pura-pura tidak terjadi apa-apa, meski aku juga menikmatinya.

“Lhoh, kok gak cepet mandi malah keluyuran ga pake baju gituu...”

“Bentar Om..”

“Nunggu apa sih? Apa mau om pijitin lagi? Hehe...”

“Weehh... mau dong Om..”

Haduh, apa sih yang kupikirkan tadi? Ngapain aku malah nawarin dia dipijit segala? Bisa mampus aku nahan gejolak birahiku nanti.

“Yaudah duduk sini, om mau ambil minyaknya dulu..”

“Eh, ga usah Om.. ga usah pake minyak, ntar mau mandi kan..”
“Okelah kalo gitu... kamu kesini”

Entah kenapa aku malah menepuk pahaku saat menyuruhnya duduk. Anjriiittt... bisa berabe nih urusan. Apalagi Mita juga mau-mau aja menuruti ajakanku.

“Udah siap Om?”

“I.. iya.. udah..” jawabku terbata-bata saat kaki Mita mulai melangkah untuk duduk di atas pangkuanku.

“Mita gak berat kan Om?” tanya Mita lagi. Aku hanya menggelengkan kepala, tubuhnya yang lumayan langsing membuat beban di pangkuanku tak sampai menyulitkanku.


“Masih berat nahan nafsu buat ngentotin memek kamu yang berbulu tipis itu Mita” suara di otakku.

Dengan tenang Mita duduk di pangkuanku. Posisinya menghadap ke arahku hingga kami berdua saling berhadap-hadapan. Mukaku pas sekali di depan payudaranya yang mengkel itu. Ingin rasanya cepat-cepat aku remes lalu kuemut putingnya yang imut-imut dan berwarna merah muda itu. Tapi tenang, Everything is Under Contol, eh.. Control.

“Enak gak sayang?”

“Uhhh... enak banget Om, bener-bener bisa melepas stress di kepala... uuuh”

“Bilang yah kalo pijatan Om terlalu keras”

“Siap..” balasnya centil.

Tanganku dengan terampil memijat dan mengurut kedua payudara Mita bergantian. Sebenarnya agak susah juga kalau gak licin tanpa minyak, agak keset gimana gitu. Tapi aku lakukan saja pelan-pelan, sambil menikmati pemandangan susu gratis di depan wajahku.

“Berenti dulu Om..”

“eh, ada apa lagi sih sayang?”

“Gak enak Om, pantat Mita kegesek handuknya Om nih..”

Mita kemudian berdiri dari pangkuanku kemudian menarik handuk yang membelit pinggangku. Entah kenapa aku malah membiarkan perbuatannya itu tanpa sempat mengingat kalau di balik handuk itu aku sudah tak memakai apa-apa lagi.

“Eh.. eh.. jangan sayang...” ucapanku tak mampu menghentikan gerakan tangan Mita yang dengan paksa menarik handuk yang kupakai sampai terlepas.

“Nahh... gini kan bagus Om.. hihihi...”

Lama-lama kok berani banget anak ini yah? Trus sepertinya Mita ini melihat batang penisku yang sedang tegak mengacung seperti bukan sesuatu yang membahayakan. Mungkin dia belum tau kalau batang itu sudah menerobos lobang peranakannya bisa bengkak 9 bulan perut kamu Mita, Hahaha...

“Ayo dong Om mulai lagi ahh...”

“I.. ii.. ya..”

Jawabanku terbata-bata karena sekarang ini posisi celah vagina Mita tepat berada di depan batang penisku yang tegak mengacung. Kumulai lagi dengan tanganku meraba buah dadanya yang mengkal itu lalu memijitnya seperti tadi. Kuteruskan pola pijitanku bergantian kiri-kanan pada buah dada Mita lalu kulanjutkan dengan mengurut permukaannya dan berakhir di puting susunya.

“Uuhhh.... enak banget nih Om.. ahh..” desahan Mita mulai terdengar.

Sebenarnya tanpa kusadari juga pinggulnya sudah merapat kedepan dan bertemu dengan perutku. Otomatis ujung batang kejantananku bertemu dengan celah memeknya. Belum lagi dadanya yang terus mendekati wajahku semakin membuatku kesulitan untuk memijitnya.

“Ahhh... kok enak banget sih Om.. ahh.. ini... enak...” racaunya.

“Hemppphh.. “ akupun langsung mencaplok puting susunya dengan mulutku karena tanganku sudah kesulitan mengerjai payudaranya.

“Ihh.. kok di isep sih Om... aduuh... ngapain di isep Om?” rengeknya.

“Emmppphh.. slurrpp... emang gak boleh ya Ta?” balasku

“Ahhh.. jadi.. tambah enak banget Om.. aduhh... kurang ajar banget nih rasanya..”

Pinggulnya secara reflek mulai bergoyang maju mundur. Mungkin karena ujung penisku menggesek klitorisnya jadinya dia mencari posisi yang enak menurutnya. Kubiarkan saja dia meng-explore titik rangsangan pada celah vaginanya karena aku juga masih sibuk mengenyot puting susunya kiri-kanan bergantian.

“Ayo Om terus.. ahhh... Mita mau pipis lagi nihh...”

“Hemm... emphh...emphh...emphh...” kuhisap dan kujilati puting susu Mita sampai terlihat basah banget.

“Iya.. Iya... ini Om.. Ahhh... aku pipis.. aahhh... ahhh... ahhh...” tubuh Mita kembali bergetar karena gelombang orgasmenya.

Tangannya yang berada di pundakku kini merangkul leherku dengan erat. Sedangkan di bawah sana ujung kelaminku bertemu dengan celah vagina Mita yang kurasakan sangat basah. Mungkin hanya butuh satu kali hentakan saja penisku bisa langsung masuk kedalam memeknya.

Napas Mita masih tersengal-sengal dan tubuhnya masih bergetar halus. Kedua tangannya juga masih merangkul erat di pangkal leherku. Kupandangi wajahnya yang sayu namun tetap cantik, dia juga sama menatap mataku. Pelan-pelan wajahnya mendekat ke wajahku lalu bibir kami bertemu dan berciuman. Kupikir Mita baru pertama kali ciuman dengan laki-laki tapi ternyata perkiraanku salah. Lidahnya sudah bisa mencari lidahku, hingga akhirnya sekitar 5 menit kami saling mencumbu.

“Om hebat banget deh.. cuma dipegang aja bisa buat aku begetar hebat.. uhh”

“Hehe.. iya dong.. kan sudah level master gitu Ta..”

“Aduhh.. jadi lemes lagi nih Om..”

“Yaudah.. kamu mandi aja dulu sana.. biar seger lagi..”

“Trus, punya om apa gak mau dikeluarin?”

“Santai aja Ta.. besok pasti dikuras sama tante Ana.. hahaha...”

Akhirnya kubiarkan Mita mandi duluan, meskipun sebenarnya kalau kuajak mandi bareng juga dia pasti tak menolak. Tapi aku masih menghindari kehancuran yang lebih fatal, kalau diteruskan mungkin saja aku bisa menjebol perawannya Mita saat itu juga. Itulah yang ada dalam pikiranku.

***

Bersambung...

Sabar ya Gaes.. Pelan tapi Slow. ^_^
Slow But Sure
Pelan Pelan Saja
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd