Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT ANTARA CINTA DAN NAFSU

Big_O12

Semprot Lover
Daftar
30 Mar 2018
Post
245
Like diterima
3.062
Bimabet
Salam semprot untuk suhu penikmat cerita khas semprot. Jumpa lagi dgn cerita kami yang ketiga. Semoga sudi mampir dan kasih komen. Salam kenal buat suhu-suhu yg baru saja membaca cerita kami. Silakan baca cerita kami sebelumnya : Threesome,drama dan dilemma.
Bayang Senyum Semu.

dan inilah cerita yg ketiga. Selamat membaca 😚
 
Bagian 1

Sebuah mobil Audi Merah keluaran terbaru terparkir di pelataran parkir pantai Ancol di sebuah sudut yang gelap dan sepi. Pukul 01.00 WIB dinihari, suasana pantai di akhir pekan tampak sangat lengang. Di tengah deburan ombak dan tiupan angin pantai, mobil tampak bergoyang seiring hasrat dua orang tubuh telanjang yang sedang bergumul menyalurkan nafsu sex mereka didalamnya. Rintihan dan desahan menyatu bersama peluh kenikmatan pada tubuh mereka.
Eveline melangkah ke pangkuan Alex yang segera mendekap tubuh moleknya erat erat. Penis Alex tertanam sempurna pada cengkeraman Vagina Evelin. Pinggul Eveline bergerak lincah kesegala arah, memberikan gesekan lembut kulit tubuh Alex pada klitorisnya berulang ulang, membawanya semakin tinggi menuju puncak kenikmatan tiada tara. Payudara padat besarnya membenam mulut Alex, kedua tangannya mencengkram rambut Alex kuat kuat.

"Come On, Baby ... aaahhh ... that's it ... mmmhh ..." desahan terus mengalir dari bibir Evelin seiring gerakannya yang semakin cepat "Hisap keras Alex .. oohh .. lebih keras Alex .. aahh ..."
Alex semakin liar mendorong penisnya seiring gerakan cepat pinggul Eveline. Lidahnya bermain menjilat dan menghisap kedua payudara Eveline bergantian, sesekali menggigit kecil putingnya untuk memberikan tambahan sensasi yang Alex tau sangat disukai Evelin.
"Yeaah .. move it Ev .." Alex menggumam, membuat Eveline semakin terangsang dan menambah kecepatan serangannya.
Cengkraman Eveline semakin menguat. Rintihannya semakin jelas mengiringi jepitan Vaginanya yang semakin terasa memijat kuat penis Alex. Eveline menggelinjang, tubuhnya menegang dan pekik nyaringnyapun terdengar menutup pesta kenikmatan yang tengah mereka lakukan.
"Alex .. aaaaahhhh ....." jerit Eveline, disaat yang bersamaan semburat cairan hangat membanjiri vaginanya.
Alex mendorong lembut tubuh Eveline dari atas pangkuannya, memindahkannya ke kursi di samping tempat duduknya dan ikut terkulai lemas. Ia melirik Eveline yang rebah dengan mata terpejam, tengah mengatur deru nafasnya yang memburu. Alex tersenyum, merapikan kembali kemeja dan celananya yang terbuka, menyalakan mobil dan melaju menembus pekatnya malam.


Dering Handphone yang sangat nyaring mengejutkan Alex. Dengan mata masih terpejam Alex meraih teleponnya, mengintip enggan nama di layar dan menekan tombol jawab
"Ya ...." sapanya dengan suara parau. Ia melirik jam di dinding kamarnya. Pukul 11.00 wib. Alex terbelalak dan segera bangkit dari tidurnya
"Hanya mengingatkan bahwa kamu sudah telat 1 jam dari jadwal yang kita sepakati" suara Ana terdengar gusar di ujung sana "Tapi kelihatannya tuan besar baru saja bangun dari tidurnya ya ..."
"Mmh .. maaf Ana .. aku .. semalam aku tidak bisa tidur jadi .." Alex tergopoh memasuki kamar mandi sambil terus menempelkan HP nya ke telinga. "Beri aku waktu 1 jam lagi dan aku akan segera ada disana."
"Alex .. sampai kapan kamu begini?" ujar Ana setelah menghela nafas mengusir rasa jengkelnya setelah lelah menunggu. "Kamu tahu jadwal check up mu tidak bisa dianggap remeh. Dengan hanya tinggal 1 ginjal yang kamu punya, lengah sedikit saja bisa berakibat fatal .. sudah berapa kali aku katakan ini padamu."
"Yap .." dengan mulut berbusa dan sikat gigi yang menempel di mulutnya Alex masih berusaha berkomunikasi dengan Ana, "hahu ham .. akhu hanhi .."

Di sebuah ruang praktek Rumah Sakit ternama, Ana menutup teleponnya mengakhiri percakapan dengan Alex. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menghela nafas dan merebahkan punggungnya pada sandaran kursi.
"San .." ujarnya pada perawat yang menemaninya, "Mundurkan jadwal Medical Check Up atas nama tuan Alex ke pukul 12"
"Baik dok .." jawab sang perawat yang kemudian bergegas keluar.
Ana menatap langit langit ruang prakteknya dalam diam. Alex, seseorang yang pernah sangat dekat dengannya di masa lalu. Ia tidak mungkin membiarkan begitu saja orang yang pernah memenuhi seluruh hatinya dan sangat berarti dalam hidupnya pada masa itu. Masih teringat jelas bagaimana rasa cintanya pada Alex semasa mereka duduk di bangku SMA. Bahkan sifat Alex yang bak Don Juan tidak pernah dihiraukan Ana. Berkali kali ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri Alex melewatkan waktu bersamanya hanya untuk bersenang senang dengan wanita lain. Saat Ana mengambil kuliah jurusan kedokteran, ia baru menyadari bahwa penantiannya selama ini sia sia. Alex tidak berubah. Hatinya memang untuk Ana, namun raganya tidak akan pernah bisa Ana miliki. Seiring dengan kesibukan, mereka sepakat untuk mengakhiri hubungan. Ana berkonsentrasi penuh pada kuliahnya sampai meraih gelar Spesialis Bedah, sementara Alex sibuk meneruskan Dinasti perusahaan keluarga yang sangat besar dan terkenal di manca negara.
Namun takdir memang selalu menyatukan mereka. Ana sendiri akhirnya yang melakukan cangkok ginjal Alex untuk Ayahnya dua tahun lalu. Dan sejak itu, Ayah Alex meminta Ana untuk terus memantau kesehatan anak laki laki yang sangat di kasihinya itu. Tidak ada alasan bagi Ana untuk menolak, mengingat sumpahnya sebagai seorang dokter. Ia hanya bisa berjanji untuk melakukan hal ini se profesional mungkin.
Perawat kembali memasuki ruangan. Ana bangkit, memakai jas putih kerjanya dan berkata,
"Panggil pasien berikutnya, San ..."


Alex mematut diri di depan cermin. Ia melirik sekali lagi jam di dinding. Masih tersisa 30 menit baginya untuk menuju Rumah Sakit. Alex memperhatikan gurat gurat kemerahan bekas cakaran Eveline semalam pada dadanya. Ini pasti akan terlihat oleh Ana saat pemeriksaan nanti. Alex tahu Ana tidak akan berkomentar apa apa. Tapi dokter cantik dan cerdas itu akan tahu apa yang telah terjadi.
Alex memakai bajunya dengan cepat, menyambar sepatunya dan bergegas menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Sebelum berangkat ia mengirimkan text pada Eveline, memberitahukan kegiatan yang akan dilakukannya seharian nanti. Alex memacu Audi nya menuju Rumah Sakit.
Dering telepon kembali terdengar. Alex menekan tombol on air dan terdengar suara Eveline di ujung sana.
"Selamat siang sayang .." suara Eveline yang ceria memenuhi kabin. "Wow .. apakah aku membuatmu terlalu lelah semalam sampai kamu bangun sesiang ini dan terlambat untuk Medical Check Up mu?"
Alex tertawa kecil, tidak melepaskan tangannya dari kemudi.
"Naahh .." tepis Alex santai, "Itu belum seberapa .. kamu tahu aku bisa bertahan lebih dari itu."
Evelin tertawa manja. Alex tahu Eveline sangat puas dengan apa yang dilakukannya semalam.
"Aku sudah dikantor .." ucap Eveline. "Ada Klien yang harus aku dampingi mendaftarkan gugatannya di pengadilan. Setelah Check Up bagaimana kalau kita bertemu untuk makan siang?"
Alex tersenyum. "No prob, Honey .. Kita tentukan tempatnya lagi nanti ya."
Alex mematikan tombol On Air dan dengan bersamaan memasuki lapangan parkir Rumah Sakit. Ia berputar beberapa kali sebelum akhirnya memarkir mobilnya di sebuah slot kosong. Sangat sulit mencari tempat parkir sesiang ini. Ia segera melangkah tergesa memasuki gedung untuk menjalani pemeriksaan kesehatan rutinnya.


Ana melirik wajah Alex yang terbaring di hadapannya sejenak. Alex tersenyum nakal.
"Kamu mau bertanya tentang detail bekas cakaran ini?" tanya Alex. Ana memalingkan mukanya, melangkah ke mejanya sementara Alex bangkit merapikan kembali bajunya setelah pemeriksaan dengan stetoskop yang dilakukan Ana.
"Hasil pemeriksaan bulan ini cukup stabil," ujar Ana seraya memeriksa kertas hasil pemeriksaan lab dan mengamati hasil USG yang sudah dilaksanakan Alex sebelumnya. "Ikuti instruksi yang aku berikan. Jangan terlambat untuk kontrol bulan depan."
Alex menarik kursi dan duduk di hadapan meja Ana.
"Masih berhubungan dengan pengacara itu?" tanya Ana tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya, namun sedetik kemudian merasa menyesal telah melontarkannya. Alex tersenyum senang di hadapannya.
"Dengan nafsu sex nya yang sebesar itu, siapa lagi laki laki yang bisa mengimbanginya kalau bukan aku, An?" tanya Alex masih dengan seringai lebarnya.
Ana menunduk, berpura pura menulis sesuatu diatas kartu rekam medis Alex.
"Tapi kamu harus ingat kondisi kesehatanmu," ujar Ana pelan mencoba mengalihkan pembicaraan.
Alex menatap wajah Ana dalam dalam. Jauh dalam lubuk hatinya, Alex sangat mencintai Ana. Bahkan sampai saat ini. Namun kepribadian Ana yang sangat elegan membuatnya ragu untuk meminta lebih jauh. Alex merasa ia tidak akan pernah bisa mendampingi Ana sebagai seorang suami yang bertanggung jawab. Ia tahu telah sering mengecewakan Ana di masa lalu. Mustahil bagi Ana untuk memaafkannya. Maka Alex memilih untuk menerima permintaan Ayahnya, menjalin hubungan dengan Eveline.
Ayah Alex berhutang budi pada Ayah Eveline yang juga pengacara ternama, saat berhasil membebaskannya dari tuduhan dengan ancaman hukuman seumur hidup. Sampai kini Ayah Alex masih bisa bebas bersamanya mengurus perusahaan tanpa dibebani hukuman sedikitpun.
Eveline sendiri adalah gadis yang bergaya hidup sangat bebas. Nafsu sexnya sangat tinggi. Beberapa kekasih telah dibuangnya jauh jauh hanya karena tidak bisa memuaskan nafsunya di atas ranjang. Sementara kepuasan dapat diberikan oleh Alex, sehingga sampai detik ini Eveline masih setia bersamanya.

"Alex !" teguran Ana menyadarkan lamunan Alex. "Oh Tuhan .. kamu dengar apa yang aku katakan tadi?"
"Apa?" seringai Alex tanpa rasa bersalah, "Aku terkagum kagum dengan parasmu yang semakin cantik An .."
Ana mendengus "Simpan rayuanmu. Tidak akan berhasil memikatku seperti kamu memikat Eveline."
Alex terbahak. Ana semakin gusar. Ia bangkit hendak membuka pintu, namun Alex menarik tangan Ana dan mendekapnya erat.
"Tapi aku tahu kamu masih mencintaiku" bisik Alex menatap Ana dengan lembut "Matamu tidak bisa berbohong An .."
Ana meronta mencoba melepaskan diri. Ia tidak dapat menjawabnya karena apa yang dikatakan Alex benar adanya.
"Lepaskan aku Alex" ujar Ana setelah lelah meronta. Alex tersenyum, mengecup kening Ana lembut dan melepaskannya.
Ana menarik nafas lega.
"Pemeriksaan sudah selesai. Kamu boleh pergi sekarang" ujar Ana gamang.
Alex tersenyum, mengangguk dan melangkah keluar meninggalkan Ana. Melangkah menuju mobilnya kembali, Alex tersenyum senang. Melihat Ana sebulan sekali adalah saat yang ia tunggu tunggu. Alex tidak sabar menanti waktu kontrol berikutnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd