Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

ARFAN, SI PEJANTAN TANGGUH DARI DESA(Remake)

DIKARENAKAN CERITA ASLI, UNTUK SESSION INI AY GAK KASIH MULUSTRASI YA AGAN2....
ARAB MAKLOOOOMMM....
:ampun:
:ampun::ampun:



Beberapa bulan sebelumnya...

(Copas+Edit)

Origin:
“Emak dan Budhe”

By mikal8080

4 Feb 2015

Disadur dari


https://www.semprot.com/threads/emak-dan-budhe.1106980/



Cerita dari negeri tetangga.. tapi sudah ane translate dengan susah payah kebahasa kita



Setelah kematian suaminya dua tahun yang lalu Arfan lah teman hidup bagi Leha. Oleh karena kemiskinan, mereka berdua anak beranak terpaksa menggantungkan hidup dengan mengambil upah mengerjakan kebun getah kepunyaan Pak Haji Latif seorang yang berada di kampung tersebut. Kehidupan mereka ibarat cari pagi makan pagi, cari petang makan petang. Dengan sebidang tanah yang tidak terlalu luas yang diwarisi dari almarhum suaminya, disitulah berdiri sebuah pondok usang yang dibuat dari kayu hutan, anyaman bambu serta hanya berlantaikan batang pinang yang dibelah dan diraut untuk dijadikan lantai. Rumah kampung yang dibuat tinggi bertangga kayu hutan itu hanya mempunyai ruang baranda, sebuah kamar dan dapur yang masih menggunakan dapur kayu bertungkukan batu cegar yang diambil dari sungai di ujung kampung.


Setelah selesai membantu Arfan di kebun getah, maka saat sorenya Leha juga terpaksa membantu Arfan untuk mengerjakan sawah yang ditanami padi. Selain dari itu kerjanya ialah memasak untuk mereka berdua. Dengan ikan keli atau puyu yang dipancing oleh Arfan disungai, Leha mengutip kangkung liar yang tumbuh dipinggir sungai untuk menambah lauk hidangan mereka tengah hari ini.


Setelah selesai menyadap getah karet diladang Pak Haji Latif, Arfan istirahat sejenak didepan pondoknya sambil menghisap rokok daun nipah yang baru dibelinya semalam. Dengan tembakau cap kerengga yang digulung rapi bersama daun nipah, Arfan mengisap asap rokok itu dengan kepuasan sambil memejamkan matanya. Perutnya bergelodak kelaparan setelah seharian bekerja sambil menunggu emaknya memanggilnya untuk makan.


Setelah perutnya kenyang seperti ular sawah baru makan seekor kambing, Arfan berbaring sebentar tidur-tidur ayam sambil menunggu hari sore untuk turun kesawah. Pikirannya melayang memikirkan hidup dan masa depannya yang tidak menentu. Memikirkan nasib emaknya yang terpaksa bekerja keras untuk meneruskan hidup mereka. Arfan kasihan dengan emaknya yang hidup dalam serba kekurangan jika dibandingkan dengan Budhe Warsih kakak emaknya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya yang terpencil ini. Hanya dua buah rumah ini saja yang terpisah dengan rumah-rumah lain di kampung itu.

Warsih juga adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya sudah 10 tahun yang lalu, tanpa anak. Tetapi hidupnya tidaklah sesusah emaknya. Budhe Warsih masih terlihat cantik diusianya yg menginjak 49 tahun, lebih tua dari umur emaknya yang masih 46 tahun, tapi soal kecantikan sebenarnya mereka tidak jauh beda. Pada masa mudanya dahulu, mereka berdua adalah kembang desa, namun begitu nasib tetap saja tak ditentukan oleh wajah, buktinya mereka tetap saja hidup miskin.


Hampir setiap hari saat Arfan pulang dari kebun Pak Haji Latif, ia melihat budhe Warsih mandi berkemban di sumur yang dipergunakan bersama keluarganya dan keluarga budhe Warsih. Sumur itu terletak didekat jalan yg biasa dilalui Arfan ke kebun karet. Hanya dia dan emaknya saja yang menggunakan jalan itu. Biasanya Budhe Warsih memakai kain kemban yang tipis dan tidak bercorak. Saat air sumur yang dingin itu membasahi kain yang dipakai oleh budhe Warsih, jelas terlihat tubuh budhe Warsih yang sungguh menggiurkan. Budhe Warsih walau sudah bisa dibilang berumur, namun kulit dan badannya yang masih montok jelas berbayang dibalik kain kembannya. Buah dada Budhe Warsih juga yang masih terlihat besar dan membusung indah, tidak terlalu turun meski usianya lebih tua 3 tahun dari mak Leha, mungkin karena Budhe Warsih tak pernah menyusui bayi, mungkin juga karena mendiang suaminya dulu tak sering meremas susunya. Puting buah dadanya jelas kelihatan dibalik kain kemban yang basah itu.


Setiap kali Arfan lewat dekat sana, Budhe Warsih pasti menegurnya. Biasanya hanya masalah sepele yang ditanya oleh Budhe Warsih. Arfan selalu mengambil kesempatan ini untuk melihat bagian-bagian tubuh Budhe Warsih yang menggairahkan. Budhe Warsih tau Arfan selalu melihat tubuhnya. Dia sengaja menyibak rambutnya yang basah dengan kedua tangannya. Ketiaknya yang putih juga ikut terlihat. Arfan tak dapat menahan matanya saat melihat tubuh Budhe Warsih yang menggairahkan. Dia pun sengaja berlama lama saat berbicara dengan Budhe Warsih sampai selesai mandi supaya dapat melihat tubuh Budhe Warsih sepuas-sepuasnya. Setelah Budhe Warsih selesai mandi barulah dia bergegas pergi. Itulah pekerjaan rutin Arfan setiap hari. Kegiatan ini pula yang menyebabkan tubuh Budhe Warsih selalu menjadi khayalan anak remaja yang baru saja memasuki umur 18 tahun itu.

Malam itu, seketika kontolnya mengeras saat dia memikirkan apa yang dilihatnya siang hari saat dia melewati sumur yang biasa digunakan Budhe Warsih, wanita paruhbaya kakak emaknya itu terlihat sedang menabur sampo di kepalanya. Dengan tiba-tiba air sabun masuk ke matanya. Ketika Budhe Warsih meraba-raba mencari timba, tiba-tiba kain kembannya melorot ke bawah. Maka terbukalah seluruh badan Budhe Warsih yang bahenol. Arfan tertegun melihat tubuh Budhe Warsih yang tidak dibalut seutas benang pun. Tubuh Budhenya memang masih teramat menggiurkan, apalagi bagi lelaki muda berumur 18 tahun yang baru saja memasuki akil balig seperti dirinya. Arfan mengambil kesempatan ini untuk menatap tubuh Budhe Warsih yang selama ini selalu hadir dalam khayalannya. Mata Arfan tertumpu pada celah paha Budhe Warsih. Kemaluan Budhe Warsih yang lumayan lebat bulunya kelihatan sangat membangkitkan gairah kelelakian Arfan yang baru tumbuh, kemaluan Budhe Warsih masih tertutup rapat seperti belum pernah terusik dan terpakai. Bentuknya tembam dan memanjang.

“Ar…! Tolong Budhe!” Inilah kata-kata yang menyebabkan Arfan sadar kembali.

Dengan segera dia menimba air dari sumur itu dan menyiramkannya ke muka Budhe Warsih dengan hati-hati.

“Ar kamu melihat ya…..?” Tanya Budhe Warsih sambil menutup tubuhnya kembali setelah hilang perih di matanya.

Arfan hanya tersenyum mengingat peristiwa itu. Tangannya menjalar masuk kedalam celana dan mulai mengurut-urut kontolnya. Tak disadari perbuatan itu diperhatikan oleh emaknya. Leha yang sudah dua tahun menjanda seperti terangsang juga saat melihat kelakuan anaknya. Sebenarnya ia sudah sering kali melihat kontol anaknya itu mengeras terutama waktu pagi hari ketika ia mau menyuruh Arfan untuk ke kebun. Arfan yang biasa tidur hanya dengan kain sarung tanpa baju itu selalu saja kainnya bergulung hingga ke pusar. kontolnya yang sudah berdiri keras jauh lebih besar dan panjang daripada milik mendiang suaminya. Leha terpaksa menahan nafsunya. Kadang-kadang terfikir juga dihatinya untuk mengusap-usap dan membelai kontol milik anaknya itu. Tapi dia berasa malu dan takut terhadap Arfan akan perbuatannya.

Keadaan yang sama sebenarnya juga berlaku pada Arfan. Dia juga selalu melihat memek emaknya ketika emaknya tidur terlentang dengan kaki mengangkang luas dengan kain batik yang dipakai tersingkap hingga ke pangkal pahanya, mungkin karena keletihan setelah seharian bekerja disawah. Memek emaknya masih montok dan besar, meski ditengah belahan bibir memek itu tampak semacam gelambir mirip jengger ayam. Tidak banyak bulu. Tembam dan bibirnya memek emaknya masih bertutup rapat seperti memek Budhe Warsih. Kedua wanita ini mempunyai paras rupa yang jelita juga dengan tubuh yang menggiurkan. Kerja keras di kebun dan sawah tidak mengurangi kemolekan dua wanita ini. Dua wanita ini menjadi sumber khayalannya ketika dia onani.

Pada suatu hari saat dia tengah mengurut-urut kontolnya hingga menimbulkan keenakan dan dia memuncratkan air maninya buat pertama kali. Setelah kejadian itu dia menjadi ketagihan untuk melakukannya saat dia merasakan emaknya tidak dirumah atau emaknya bertandang ke rumah budhe Warsih.

Pada sore itu dia berkhayal lagi sambil membayangkan tubuh budhe Warsih yang dilihatnya ketika menukar kain basahan selepas mandi. Dia dapat melihat dengan jelas tubuh budhe yang tidak dibaluti kain itu. Tubuh Budhe memang menggiurkan. Kulitnya yang cerah dan bentuk yang menarik makin menambahkan lagi kecantikan tubuh Budhe Warsih. Pikirannya juga terbayang memek emaknya yang sering dilihatnya. Dia mulai mengurut-urut kontolnya yang sudah mengeras. Sambil memejamkan mata, tangan Arfan bergerak pada kontolnya, ia merasakan sensasi nikmat.

Tanpa disadarinya, ternyata emaknya Leha telah pulang ke rumah. Leha sengaja pulang secara diam diam karena ia mau melihat apa yang sedang dibuat oleh Arfan. Arfan yang sedang berbaring di atas tilam yang telah lusuh meneruskan aksinya. Kain sarung yang dipakainya telah bergulung hingga ke pusar. Dia terhenti sebentar saat terdengar kaki emaknya masuk menuju kekamar. Dia terkejut dan tak sempat untuk menutup kontolnya yang sedang mengembang keras dan berdiri tegak itu. Leha yang terlihat bernafsu melihat kelakuan Arfan dari tadi, langsung memegang kontolnya.


"Ar, tolong mak ya…!" pinta emaknya dengan suara yang menghiba.

“Mak sudah lama gak megang ini. Mak sudah tak tahan!”

Anaknya terdiam tidak menjawab, tapi Leha terus mengusap-usap dan mengurut-urut kontol Arfan. Kontol Arfan yang tadinya sedikit mengendur terlihat mulai kembali mengeras merasakan tangan lembut emaknya membelai dan meremas. Dia memejamkan mata merasakan kenikmatan perlakuan emaknya.

“Ar belom ngerti.. Mak mau gimana?”

“Nanti mak ajari...” Jawab Leha sambil melepaskan pakaian.

BH dan celana dalamnya juga ikut dilepaskan, sekarang Leha sudah bertelanjang bulat dihadapan anaknya. Rasa malu bugil depan anaknya sudah tiada.

Arfan tertegun melihat tubuh emaknya yang sudah terbuka itu. Tubuh emaknya memang masih menggairahkan. Lebih sexy dari Budhe Warsih. Tubuh emaknya bersih, padat berisi walau pun dia tidak gemuk. kontol Arfan semakin tegang dan keras melihat tubuh yang sangat menggiurkan itu.

Kemudian Arfan merasakan tangannya ditarik dan diletakkan pada tetek emaknya. Tetek yang pernah dihisapnya tigabelas tahun yang lalu, terlihat masih merangsang. Ukurannya besar walau terlihat agak kendur. Tetek emaknya mulai diremas oleh tangannya yang kasar. Tindakan Arfan makin merangsang nafsu birahi Leha. Leha mengubah posisi duduknya. Tangan kanan Arfan ditarik dan diletakkan diatas memeknya yang sudah basah. Dia memandu jari Arfan menjelajahi isi memeknya yang sudah digenangi air birahi.

Walaupun pertama kali bagi Arfan melakukan perbuatan itu, dengan bantuan Leha jari-jarinya dapat menyentuh biji klitoris milik emaknya dengan baik. Leha mulai mendengus dan mengerang keenakan. Keadaan itu juga menimbulkan birahi pada Arfan. Pertama kali dia mendengar perempuan mengerang keenakan. kontolnya betul-betul keras. Leha sudah tidak dapat menahan gelora nafsunya yang memuncak lalu dia bangun dan menposisikan memeknya di atas kontol Arfan. Dia mengarahkan kontol anaknya yang keras menegang itu ke memeknya, lalu menekan badan ke bawah. Kontol Arfan mulai memasuki lubang memek emaknya. Mata putihnya kelihatan. Arfan belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini. Dia juga merasa sangat nikmat pada kontolnya yang sudah sedang diurut oleh lubang memek emaknya yang masih sempit.


“Ahh mak enak sekali...!” Arfan bersuara sepontan.

Leha juga berkeadaan sama, kontol Arfan yang besar itu memenuhi seluruh lubang memeknya. Saat kontol itu bergerak-gerak di dalam lubang memeknya, Leha berasa nikmat yang tidak terhingga, rasa nikmat yang sudah dua tahun tidak lagi ia dapatkan. Namun rasa nikmat kali ini mengalahkan rasa nikmat yang pernah dirasakannya ketika bersama suaminya dulu. Kontol anaknya bukan saja besar tapi juga keras dan panjang sekali. Bagi Arfan inilah pertama kali dia mendengar suara rintihan perempuan yang disetubuhi.


“Ar.. Nikmatnya aaahh aa...… kontolmu… Besar sekali...!!” Leha merengek sambil mengayak-ayak punggungnya ke atas, ke bawah, ke kiri dan ke kanan. Memeknya seperti mengemut keras kontol anaknya untuk merasai kenikmatan yang sudah lama tidak dirasakannya.

“Aduh.. aduu.. aduuu nikmatnya Ar… Mak gak tahan ..aahhh nikmat ni… nikmatnya…. Nikmatnyaaaaahh!!!” Leha melajukan lagi gerakan dan mengemutkan dinding-dinding memeknya untuk menambah kenikmatan.

Tiba-tiba tubuh Arfan mengejang dan terhentak, suaranya mendesah antara kedengaran dan tidak.

"Mak….., Ar mau keluar niiiii"

“keluar... keluaaaarrr!!… Keluarkan ajjaaaahhh Arrrr... aaahhhh!!!”

Crrruuuttt... crruuuttt... ccrrruutt... crruuuttt, berhamburan sperma Arfan dalam memek ibu kandungnya.

“Aaahh… aaaaa Aaaaaa… Enak sekali Ar… nikmatnyaahh Nikmatnyaaaa!” Leha menjerit sambil mendekap tubuh Arfan sekuat-kuatnya.

Ntah berapa kali semburan air mani Arfan menyelinap masuk ke rahimnya. Saat yang sama tubuh Leha juga mengejang dan dia mencengkram keras badan Arfan. Lalu perempuan itu terkulai di atas badan anaknya. Dia membisikan sesuatu di telinga Arfan sebagai tanda kepuasan.

“Emak puas Ar...… Kamu pintar main ya...”

Leha dan Arfan terbaring kelelahan. Mereka berpelukan dalam keadaan bertelanjang bulat.

“Apa yang kamu rasa Ar?” Tanya Leha.

“nikmat mak..”

“Mau lagi..?”

“Mau..!!”
“Lakukanlah Ar apa yang kamu mau. Bikin sampai kamu puas. Mak udah pasrah...” Kata Leha.

Mereka kembali bersetubuh untuk kedua kali. Kini Arfan yang menindih tubuh emaknya. Ia memacu diatas tubuh Leha. Ini lebih lama dari yang pertama tadi. Hari sudah menjelang sore, mereka terus bergumul memacu birahi, bukan hanya dua kali, malah berulang kali tanpa henti. Perbuatan itu sampai ke senja. Sampai kedua-duanya lemas tidak berdaya.



“Ar masih pengen lagi ya?” Tanya Leha saat Arfan masih menghisap putting buah dadanya dan meraba-raba memeknya.

“Ar belum puas mak...”

“Sekali saja ya Ar... Mak sudah capek ni...”

“Iya mak. habis ni kita istirahat...” Jawab Arfan sambil kembali menindih tubuh emaknya untuk yang kelima kali.

Walau pun sudah lelah dan tidak berdaya, Leha tetap melayani anaknya dengan bertenaga. Ia berusaha mengimbangi goyangan Arfan walau dengan perlahan saja. Leha tidak mau anaknya tersinggung. Dia mau Arfan menyetubuhinya bukan kerana terpaksa. Dia juga mau anaknya akan mengulangi perbuatan ini lagi dan lagi...


Permainan yang kelima ini sungguh panjang. Ketika itu azan Maghrib sedang berkumandang, mereka tidak hiraukan. Leha menggunakan segala kemampuan dan pengalamannya supaya Arfan cepat keluar. Rupa-rupanya Arfan sungguh hebat. Hampir sejam kontolnya menusuk memek emaknya barulah dia dapat membuat keluar air pekat dan hangat itu. Cuma kali ini tidak sebanyak yang pertama dan kedua. Walau pun tidak banyak, semprotan sperma Arfan kali ini telah menyebabkan Leha terbeliak mata dan membuat jeritan yang sangat kuat. Arfan turun dari tubuh emaknya saat azan Isya’ sudah berkumandang.


Suasana dalam kamar tidur itu agak gelap. Rumah mereka tidak ada aliran listrik. Hanya cahaya bulan. Jadi suasana dalam bilik itu tidaklah terlalu gelap.

“Pasang lampu teploknya Ar... Mak masih capek...” Kata Leha setelah Arfan turun dari tubuhnya.

Tanpa banyak bicara Arfan keluar kamar dan mencari lampu teplok. Setelah lampu teplok dipasang rumah mereka sekarang lumayan terang kembali. Arfan masuk balik ke dalam kamar tidur mereka. Dia melihat emaknya masih berbaring dalam keadaan telanjang bulat. Leha masih terlihat lelah. Arfan berbaring kembali di sebelah emaknya. Dia peluk kemudian mencium pipinya. Leha membalas pelukannya, Arfan memagut bibir emaknya dengan bibirnya. Mereka berciuman. Berdecit-decit bunyi kucupan mereka.


“Kenapa baru sekarang kita lakukan ini mak. Kenapa gak dari dulu dulu?” Tanya Arfan setelah puas mencium bibir dan lidah emaknya. Tangannya masih merayap meremas memek Leha.


“Entahlah Ar. Mak pun gak tahu. Cuma dulu itu mak takut Ar marah. Mak takut Ar anggap mak ni gatal...”

“Mak...,” Arfan bersuara sambil mengusap memek Leha.

“Mmm...?” Leha hanya berguman manja.

Dia mulai terangsang lagi saat tangan Arfan mengusap memeknya.

“Ar pengen tiap hari ngentot sama emak boleh gak?” Tanya Arfan lagi.

Jari-jari Arfan mulai menguis-nguis lubang kemaluan emaknya.

“Boleh….Ar.. Mak juga pengen. Kalau bisa kita main empat kali sehari...” Jawab Leha bersemangat sambil memegang kontol Arfan.

“kontol Ar ni besar, panjang. Keras pula... Emak suka kontol Ar. Waktu masuk di memek emak, mak merasa sangat nikmat. Tak puas sekali dua. Cuma mak capek. Kalau tidak sepuluh kali pun mak mau...” Jelas Leha.

“Jadi tiap hari kita main lagi ya mak?” Tanya Arfan sambil mengusap tetek emaknya yang bergelayut.

“ya Ar.. boleh...”

“kalau sekarang..?”

“Hmm….sekarang Mak sudah lapar Ar...” Jawab Leha. “

“Habis makan aja ya Ar...? lanjutnya meminta,”

“Janji ya mak… habis makan kita ngentot lagi?”

“Mak janji. Sampai pagi pun boleh...”

Mereka lalu bangkit untuk makan malam. Ketika Leha menarik kain batiknya, Arfan mencegah.

“Gak usah pakai bajulahlah mak. Ar suka lihat mak telanjang.”
Leha patuh pada kemauan anaknya.

Mereka berdua bergerak ke dapur untuk makan malam sambil berpeluk-peluk dalam keadaan telanjang bulat. Arfan begitu sayang pada emaknya. Dia tidak mau melepaskan tubuh emaknya. Saat Leha menyediakan makan malampun, Arfan masih memeluk tubuh emaknya dari belakang. Tangan kanannya mengusap memek emaknya. Tangan kirinya meramas buah dada ibunya bergantian. Hidung dan bibirnya tidak henti-henti mencium leher dan bahu Leha. Kontolnyapun ia gesek gesekkan ke pantat emaknya yang montok.


“Ala janganlah pegang itu dulu Ar. Emak geli...” Leha menggeliat lembut saat jari Arfan mencari biji kelentitnya.

Nasi yang sedang disendoknya hampir tumpah. Belum sempat Leha menyediakan lauk, Arfan sudah tidak dapat menahan nafsunya. “

“Emak, Ar gak tahan...” Kata Arfan.

“Kan mak udah bilang habis makan kita main lagi...” Jawab Leha sambil meletakkan gulai ikan di atas tikar pandan tempat mereka akan makan. “

“Tapi mak Ar sudah gak tahan ne...”

Melihat tingkah anaknya itu Leha membalikkan badannya lalu memeluk Arfan. “Ya udah Cepat Ar... Mak pun jadi terangsang gara gara kamu gangguin...”


Dengan hati-hati Arfan merebahkan tubuh emaknya di atas tikar bersebelahan dengan nasi dan gulai ikan . Setelah Leha berbaring telentang, Arfan langsung menindih tubuh emaknya. Saat Arfan menindih tubuhnya, Leha membuka lebar pahanya sambil mengangkang dan melebarkan memeknya. Arfan mulai mengarahkan kepala kontol pada lubang memek emaknya. Setelah pas kepala kontol mengenai sasarannya, Arfan mulai menusuk kontolnya ke dalam lubang memek emaknya. Walau pun kontolnya besar dan lubang memeknya ibunya sempit, kali ini Arfan lebih mudah menusuk, karena lubang itu sudah sangat basah.


Kemudian dia mulai menggerak-gerakkan kontolnya dalam lubang memek Leha. Sempit tetapi licin. Sambil menggerakkan kontolnya dalam memek Leha, Arfan mencium leher dan bahu emaknya. Dia juga tidak lupa menghisap puting tetek emaknya.


“Uuuuuhhh... nikmatnya Ar... Emak suka ngentot sama kamu!” Bisik Leha binal sambil mencengkram kepala anak itu kedadanya.

“Ar juga merasa nikmat mak. memek mak masih sempit... nikmatnyaaah mak!” Bisik Arfan sambil menggoyang kontol di lubang memek emaknya. Kemudian dia menjilat leher dan tetek emaknya.

Arfan terus menggoyang. Leha pun membalas goyangannya. Tiba-tiba Leha menarik rambut Arfan sekuat-kuatnya.

“Aduh Ar, nikmatnya emak udah mau nyape lagi ahhh... nikmatnyaaah kontolmuuh anak maaaakkk!” Tubuhnya kejang seketika.

Air lendir menderu-deru keluar dari lubang memeknya banyak sekali. Arfan memberhentikan goyangannya.

“Kenapa berhenti Ar?” Tanya Leha

“Emak sudah keluar ya?” Tanya Arfan kembali.

“dari mana kamu tahu?”

“memek mak udah becek sekali”

“sudah pintar anak emak ini. Teruskan Ar... Mak masih mau lagi”

“Kita gak jadi makan mak?”

“sudah tanggung Ar.. Kamu selesaikan aja dulu.. Biar kita sama sama puas!”

Arfan meneruskan goyangannya. Kali ini makin kuat. Setelah berkali kali mengoyang, emaknya kembali menjerit. Leha menarik tubuh anaknya. Tubuhnya terasa mengejang. Beberapa saat kemudian memek Leha banjir lagi. Ini sudah berulang yang keempat kali. Arfan juga sudah tidak dapat menahan. Dia mempercepat kocokan kontolnya. Leha juga sudah tidak tahan. Dia sudah tidak bisa berkata kata. Ia hanya makin memeluk erat tubuh Arfan. Dia merintih. Dia merengek. Dan akahirnya dia menjerit saat Arfan membuat genjotan terakhir dan menyemprotkan beberapa semburan sperma di dalam lubang memeknya. Mata Leha terbeliak merasakan itu. Kemudian tubuhnya terkulai lemas tak berdaya.


Arfan masih menindih tubuh emaknya. Dia masih bernafsu mencium pipi emaknya yang keletihan. Walau ia sudah melepaskan spermanya ia terasa masih bernafsu menjilat tetek emaknya yang sudah dibasahi keringat. Dan dia masih bernafsu menghisap putting buah dada emaknya yang masih keras menegang itu.


“Sudahlah Ar. emak sudah lapar ni, kita makan dulu yuk?” Kata Leha saat melihat Arfan masih menghisap putting teteknya. Kalau dibiarkan tentu dia masih mau lagi.


Arfan menuruti permintaan emaknya. Dia turun dari tubuh emaknya kemudian membantu Leha bangkit dari perbaringan. Dia juga sudah lapar. Nasi dan gulai ikan sudah dingin, tetapi mereka makan dengan lahapnya, mungkin karena merasa lapar sehabis memacu birahi dari tadi siang.

Setelah makan Leha membereskan sisa-sisa makanan dan menyimpannya ke dapur. Arfan juga ikut membantu emaknya membereskan peralatan makan. Setelah dirasanya semua beres, Arfan menarik tangan emaknya, mereka terus masuk kekamar. Saat dikamar kontol Arfan berdiri lagi melihat emaknya berbaring di atas kasur masih dalam keadaan telanjang. Untuk meredakan kontolnya yang tegang itu, Arfan naik di atas tubuh Leha. Dan sekali tekan kontol Arfan masuk ke dalam memek emaknya yang seperti sudah menanti kehadiran kontolnya.


Malam itu mereka kembali bersetubuh dan bergumul tanpa henti. Tubuh Leha tak lepas dari pelukan Arfan. Dan tubuh Arfan juga tidak mau melepas pelukan Leha. Kontol Arfan masih bersarang di kemaluan emaknya. Menjelang subuh baru mereka terlelap. Itu pun setelah tubuh mereka benar-benar letih, lesu dan tidak berdaya. Ketika azan Subuh berkumandang, mereka masih terlena dalam keadaan telanjang bulat dan saling berpelukan.

Arfan terjaga saat matahari sudah tinggi. Cahaya yang mencuri masuk melalui lubang dinding rumah mereka, telah membuka matanya. Objek pertama yang dipandang oleh Arfan adalah emaknya yang masih telanjang. Dia masih memeluk tubuh Arfan dengan erat. Emaknya masih terlelap dalam tidurnya. Wajah kelihatan tenang. Wajah emaknya semakin cantik di pagi ini walaupun belum mandi dan bersolek. Ternyata emaknya memiliki kecantikan yang alami. Arfan mengelus rambut emaknya dengan penuh kasih sayang tapi juga ada rasa birahi. Arfan terus mengusap rambut emaknya. Saat rambutnya diusap, Leha membuka matanya.


“Ada apa Ar??”

“Sudah siang mak...”

“Oohh.. Ya.. ?” balas Leha lagi sambil melihat suasana dalam bilik tidur yang mulai terang. Kemudian dia memandang Arfan dengan pandanan mata yang sayu.
“Kenapa wajah emak seperti sedih gitu?”

“Mak mau lagi Ar...” Jawab Leha dengan mesra dan manja.

“Kita main lagi yuk Ar?” Leha melirik Arfan dengan senyuman menggoda.

Tanpa membuang waktu Arfan mulai mencumbu emaknya. Ia memagut bibir emaknya yang kembali terangsang itu. Leha juga membalas ciuman anaknya dengan rakus sekali seperti orang kehausan. Seperti tidak sabar, Leha membuka pahanya. Arfan mengerti dan ia langsung menaiki tubuh emaknya. Kemudian kontol Arfan mencari sasarannya. Setelah sasaran ditemui dengan segera sasaran itu di sodoknya. Lubang memek emaknya terasa masih sempit walau pun semalaman Arfan tidak berhenti menggagahi lubang itu dengan kontolnya yang besar.

“Lebih cepat Ar! Emak sudah mau keluar nih!” Bisik emaknya

Arfan semakin mepercepat mengocok lubang memek emaknya. Leha mulai menjerit-jerit, meremas rambut anaknya dan kemudian mengejangkan tubuhnya. Tidak lama kemudian Arfan merasa kontolnya disirami air dalam lubang memek emaknya. Pergerakan kontolnya semakin licin. Berkali kali goyangan kontol diayun dalam lubang memek emaknya. empat kali emaknya terkejang. Masuk kali kelima Leha sudah tidak tahan. Dia sudah tidak bisa menahan tusukan kontol Arfan. Anak kandung Leha itu semakin ganas.

“Cepat Ar… cepat keluarkan Arrr!!! Mak dah gak tahan!! gak tahan… gak tahannnn!!…aaahhhh!!!!” Leha menjerit sambil menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan.

Arfan sebenarnya merasakan spermanya akan keluar tapi entah kenapa tidak keluar juga.

“Kenapa Ar?… Lama sekali punya kamu keluar? emak gak tahan… memek emak sudah ngilu...,”

“Entahlah mak. Ar juga gak tau.!!”

Arfan teringat ketiak emaknya. Ketiak emaknya putih mulus tanpa bulu. Dengan segera Arfan menguak tangan Leha. Ketiak Leha yang putih itu terlihat. Tanpa membuang waktu Arfan mencium ketiak emaknya. Bau ketiak emaknya yang lembut terus merangsang syahwatnya, kocokan kontolnya di memek Leha semakin kuat dan keras. Dan tidak lama setelah itu Arfan melepaskan air mani yang pekat dan hangat ke memek emaknya.
Arfan terbaring lemah di atas tubuh emaknya. Leha memeluk erat tubuh anaknya. Nafasnya masih turun naik dengan cepat. Saat Arfan hendak mencabut kontolnya, Leha menahan punggung Arfan dengan kedua-dua kakinya.
“Jangan cabut dulu Ar. Biar dia berendam dalam memek emak” kata Leha meminta anaknya tak mencabut kontol yang masih terasa keras meski sudah mengeluarkan mani kental.

Ketagihan Seks mungkin inilah istilah yang tepat buat pasangan ibu dan anak ini. Mereka seperti tidak sadar bahwa mereka adalah Ibu dan anak kandung. Keinginan melampiaskan nafsu birahi tidak ada yang menghalangi. Kelakuan sumbang kedua-dua anak beranak ini berkelanjutan tanpa di ketahui oleh penduduk kampung. Karena penduduk kampung itu tidak ambil peduli keadaan keluarga Leha yang susah itu.

Sementara Arfan yang mulai ketagihan hubungan kelamin dengan emaknya mulai membayangkan tubuh budhe Warsih pula. Dia mulai memikirkan cara untuk mendapatkan memek budhe Warsih. Dia tahu budhe Warsih memang sengaja sering memancing gairah birahi kepadanya. Bahkan sekarang setiap kali Arfan menyetubuhi emaknya, dia selalu membayangkan kemolekan tubuh Budhe Warsih. Dia bayangkan nikmatnya memek Budhe Warsih yang berbulu lebat itu. Leha tidak menyedari khayalan dan impian anak tunggalnya ini. Yang dia tau hampir setiap malam Arfan mengkhayalkannya. Dan Arfan tetap memberi kenikmatan pada memek emaknya, mereka selalu bersetubuh dengan begitu bernafsu sampai menjelang subuh. Dan belakangan ini Mereka selalu kesiangan mengerjakan kewajibannya setiap hari!
mangstaaaabb tenaaaaannnn suhu @memekibustw:pantat::pantat::pantat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd