Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG ARMAN DONELLO

Status
Please reply by conversation.
Mantap ada cerita baru. Jadi penasaran, pembaca bakal dibawa 'jalan2' sejauh apa sebelum balik lagi ke urusan uang 2M.
 
Blm dpt 2 milyar aj udah hajar 2 stw...
Gmn klo dpt, bisa jadi Don Juan dia
 
PENGUMUMAN

Kepada Yth. :
Seluruh warga di mari dan para semproters yang berbahagia


Sekaitan dengan adanya Pandemi Covid 19 serta adanya pemberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di tempat ane tinggal, dengan ini ane sampeiken beberapa pengumuman sbb:
  1. Update mengenai kisah Arman Donello ini ada kemungknan akan tersendat disebabkan roda perekonomian RL ane belum lancar, jadi mohon menjadi mafhum.
  2. Meskipun tersendat tapi ane akan usahakan cerita ini akan berakhir sampai label tamat.
  3. Terkait dengan cerita ELEGI CINTA YANG HILANG dengan sangat menyesal ane beritahukan bahwa cerita tersebut sudah ane seleseiken sampai tamat, namun hak cipta kepemilikannya telah beralih menjadi milik privat (orang lain). Karena itu mohon jangan diungkat-ungkit lagi.
  4. Ane juga mohon maaf jika dalam thread kali ini ane akan lebih sedikit interaktif, soalnya kuota terbatas (xi xi xi)
  5. Dalam kisah ARMAN DONELLO ini, ane mengajak dan menghimbau kepada para warga di mari untuk berkomentar dengan sebebas-bebasnya dan sepanjang-panjangnya. Soalnya ane pasti akan membacanya.
  6. Sesuai dengan anjuran pemerintah, ane juga mengajak kepada seluruh warga di mari untuk menjaga kesehatan, pakai masker dan sarung tangan kalau bepergian namun tetap bahagia.
  7. Atas perhatiannya ane ucapken makasi makasi makasi.

Demikian pengumuman ini ane sampeiken.

Peace
@Sumandono
 
Bagian Dua
MENJADI DRIVER OJOL

Selama beberapa hari Arman tiduran saja di rumah. Dia membantu neneknya membuat tempe bungkus dengan giat. Namun hal tersebut menyebabkan produksi tempe menjadi meningkat tajam, sedangkan penjualannya masih segitu-segitu saja. Akhirnya, neneknya menghentikan produksi, sementara menunggu persediaan tempe yang sudah dibuat terjual habis.

Teman-temannya, Dase dan Usep selalu rutin datang tiap sore. Ngobrol dan memancing-mancing informasi. Sementara itu, anggota reserse yang tinggi besar itu masih terus saja menguntitnya.

Arman terkekeh sendirian. "Cepat atau lambat, aku akan punya kesempatan untuk mengambil uang itu." Katanya dalam hati.

Selama beberapa hari itu juga, secara diam-diam Arman mengawasi rumah Pak Hendrik yang terletak di ujung jalan raya. Rumah besar yang mewah itu tampak tidak terurus. Rupanya, sejak penggerebekan narkoba di rumah itu, tak ada seorang pun keluarga Pak Hendrik yang mau tinggal di situ. Bu Sella, istrinya Pak Hendrik dan Hendra Halim, anaknya, menghilang entah ke mana. Sedangkan rumah itu, konon, masih disegel oleh Polisi sebagai barang bukti tempat produksi sabu.

Sebagai gembong narkoba, Pak Hendrik sendiri dihukum kurungan seumur hidup.

***

Sore itu, selepas main volley di lapangan dekat kantor RW, Arman dan beberapa anak-anak Karang Taruna berkumpul di balai RW. Sudah lama Arman tidak nongkrong di tempat itu dan dia merasa ragu. Soalnya, reputasinya sebagai satu-satunya warga kampung itu yang pernah dibui, sudah tersebar luas. Namun dia berpura-pura cuek.

Dia masuk dan nimbrung ke Balai RW, namun anak-anak Karang Taruna itu tidak ada yang menyapa.

Setelah beberapa menit nimbrung, tiba-tiba sejumlah ledekan dan sindiran berseliweran membuat kuping Arman menjadi panas.
"Ngakunya kerja di Jakarta, taunya dipenjara..." Kata salah seorang pemuda.
"Mulut pengedar mana bisa dipercaya..." Kata yang lain.
"Kalau mau kaya jangan jualan sabu, jadi ojol aja kaya si Udin... hidupnya sudah lumayan tuh." Kata yang lain lagi.

Arman tak memiliki kesempatan membela diri. Dia pelahan-lahan meninggalkan balai RW dengan perasaan sakit dan tersinggung. Dia tidak bisa marah dan melabrak orang-orang di situ, itu hanya akan memperburuk reputasinya saja.
"Lebih baik kugenjot saja memek emak-emaknya... biar tahu mereka bukan keturunan orang-orang suci." Desis Arman dengan penuh dendam.

Dia pulang ke rumahnya dan mengingat-ingat siapa saja orang yang sudah menyindirnya. Si Dodi, Ujang, Boris dan Toni. "Hm, mereka belum tahu kalau memek emaknya pada gatel semua!" Kata Arman dengan sebal.

Setelah mandi, dia nongkrong di depan rumah. Dase dan Usep tidak kelihatan batang hidungnya. "Mungkin sudah bosan." Katanya dalam hati. Arman juga tidak melihat si reserse tinggi besar itu menguntit dirinya. Tapi Arman yakin, si reserse itu masih mengawasinya dari kejauhan. "Aku harus tetap berhati-hati."

Pada saat itu, Pak RT lewat bersama Kang Atang dan Kang Odeng. Di punggung mereka menggantung tas yang berisi joran untuk memancing.
"Selamat sore Pak Juhe." Sapa Arman kepada Pak RT. Orang yang disapa hanya menjawab dengan dengusan yang angkuh.
"Anjing!" Maki Arman dalam hatinya. "Sombong benar." Demikian juga kang Odeng dan Kang Atang. Mereka lewat dengan cuek dan angkuh.
"Hm, kesempatan nih." Kata Arman. Dia memikirkan sesuatu... dia mengambil 10 bungkus tempe dan memasukkannya ke dalam kantong kresek.

Pak RT itu adalah bapaknya si Dodi, orang yang tadi meledeknya di balai RW. Istrinya Pak RT, Ceu Lilis, adalah emak paling centil di kampung itu. Dia sering menggoda anak-anak muda yang nongkrong dan merasa dirinya cantik.

Ceu Lilis orangnya kurus, kecil dan pendek. Ketika kawin dengan Juhe, umurnya baru 17. Dia punya 2 orang anak, Dodi berumur 19 tahun dan Erni, 17 tahun.

Arman melangkah menuju rumah Pak RT yang terletak di pojok kampung. Tiba di sana, dia mengintip ke jendela dan melihat Ceu Lilis tengah menonton video porno di HPnya.
"Kebetulan... he he he." Desis Arman senang. Dia lalu mengetuk pintu pelahan-lahan.
"Permisi." Katanya.
"Ya, siapa ya?" Tanya Ceu Lilis.
"Saya Ceu, Arman."
"Maghrib-maghrib begini ada apa Arman?" Tanya Ceu Lilis. Dia membuka pintu dan berdiri di ambangnya. Karena pendek, dia tengadah memandang Arman. Sekilas Ceu Lilis memandang bagian yang menggembung di celana Arman.
"Bukannya Ceu Lilis pesen tempe... " Kata Arman pura-pura.
"Enggak koq."
"Oh... jadi siapa atuh, kan uangnya sudah dibayar...bener ceuceu enggak pesen?"
"Ih enggak... Arman..."
"Aduh." Arman pura-pura menjatuhkan bungkusan tempe, dia segera membungkuk untuk mengambil bungkusan itu. Dengan secara sengaja, kepala Arman menyundul pertengahan selangkangan ceu Lilis yang mengenakan daster tidur.

Arman mendongak dan dengan sengaja pula mulutnya menyentuh ujung belahan memek ceu Lilis yang sudah mekar karena menonton film porno.
"Aduhhhh... Arman...aghkh..."

Tanpa membuang kesempatan, Arman segera meraih pantat Ceu Lilis dengan kedua tangannya, kepalanya lalu masuk ke dalam daster Ceu Lilis. Dia langsung menjulurkan lidahnya ke belahan memek itu dari balik dasternya yang tipis. Ternyata Ceu Lilis tidak memakai celana dalam.
"Khhammu apa-apaan... arhmanh... aghk..."
"Maaf Ceu... Ceuceu cantik sekali...maaf saya kelepasan..."
"Arhmanh.... kamu...Oughk!" Jerit Ceu Lilis. Jari Arman dengan tangkas mengobel liang memek itu hingga memek itu menjadi banjir oleh cairan sahwat.

Arman lalu berdiri. Dia meraih tangan Ceu Lilis yang kecil dan membawanya ke celananya yang menggembung.
"Ceu... punya Arman gede kan?"
"Jangan... Arman, nanti ketahuan orang... "
"Jangan di sini ceu..."
"Itu ada si Erni lagi nonton TV..." Kata Ceu Lilis.

Arman dengan cepat menarik tangan Ceu Lilis, membawanya ke luar... ke samping gang gelap yang buntu. Arman yakin, ceu Lilis tidak akan menolak. Soalnya, dia sedang nonton film porno, pasti dia sedang horny. Lagi pula, Arman pernah mendengar kalau Pak Juhe bermalasah dengan kemaluannya.
"Ceu... memek ceuceu sudah basah..." bisik Arman sambil mengelus-elus belahan memek Ceu Lilis dengan menyingkap daster tidurnya. Sementara itu tangan Ceu Lilis dibawa oleh tangan Arman masuk ke dalam celana pendeknya.
"Arman... ih... kontolmu gede sekali... panas lagi..."
"Arman tahu Ceuceu sudah lama enggak merasakan ini." Kata Arman sambil memangku Ceu Lilis hingga naik ke perutnya. Ceu Lilis tubuhnya sangat ringan sekali.

Arman membiarkan celana pendeknya jatuh ke tanah. Menggenggam batang kontolnya dan mengarahkannya secara intuitif ke dalam liang memek Ceu Lilis.

Jleb!
"Aduh anjing..." Bisik Ceu Lilis. "Man... kontolnya kegedean... langsung masuk lagi... aih..."

Pelahan Arman menyusupkan kepala kontolnya terus masuk ke dalam liang memek Ceu Lilis yang disambut dengan rintihan tertahan dari emak yang centil ini. Seketika Ceu Lilis pun memeluk leher Arman dengan erat dan mengaitkan kedua kakinya ke pinggang Arman.

Sebetulnya Ceu Lilis sudah beberapa kali menggoda Arman, namun pemuda itu dingin-dingin saja sebelumnya. Ceu Lilis heran, mengapa tiba-tiba sekarang Arman mengentot dirinya? Ah, bodo amat. Yang penting kontolnya yang gede itu kini sudah terbenam ke dalam liang memeknya yang memang sudah lama tidak dicoblos Juhe, suaminya.
"Annjinngkhhh.... " Desah Ceu Lilis ketika Arman meraih buah pantatnya, mengangkatnya dan menurunkannya secara simultan.
"Enak kan ceu?"
"Diam kamu! Terus genjot!!!" Sentak Ceu Lilis dengan setengah berbisik.

Setelah beberapa kali digenjot, tiba-tiba Ceu Lilis memeluk Arman dengan erat demikian juga kaitan kedua kakinya membelit pinggang Arman dengan sangat kuat. Hal tersebut menyebabkan Arman menghentikan genjotannya.

Rupanya Ceu Lilis tengah mengejang...pprrrrroooooooottttt.....
"Aku keluarrrrrhh... hanjingng... eurgggrrrrhhhh.... "

Arman memeluk Ceu Lilis dengan kuat, memberikan waktu kepada emak centil ini untuk menyemprotkan kenikmatannya.

"Mamah... mamah... " Tiba-tiba suara seorang perempuan terdengar dari dalam rumah. "Mamaaaahhhh..." Teriak perempuan itu lagi. Itu adalah suara Erni, anaknya Ceu Lilis yang sudah berumur 17 tahun.
"Tolol bener tuh anak... ada apa sih!" Ceu Lilis bersungut-sungut dan melepaskan diri dari pelukan Arman. Plok! Demikianlah bunyinya ketika kontol Arman secara tiba-tiba dicabut dari memek Ceu Lilis.
"Ada apa sih Erni?" Tanya Ceu Lilis sambil masuk ke dalam rumahnya dengan nada menyentak marah.
"Ini si bapa nge SMS, katanya umpannya ketinggalan di atas lemari... tolong ambilin terus anterin ke rumah Kang Atang."
"Huuuhhh... dasar si kontol peot pelupa... ini kan mamah lagi sibuk..."
"Mamah lagi sibuk apa sih?" Tanya Erni keheranan.
"Ini ngambil jemuran di luar... kamu aja yang nganterin ke sana... gih..."
"Gak mau, Erni lagi nonton sinetron... lagi seru..."
"Nih mamah kasih uang 10 ribu... cepat sana pergi... pulangnya kamu ke warung Ceu Romlah dulu ya... beli garam sama masako buat masak tempe."

Akhirnya Erni pun mau disuruh ibunya mengantarkan umpan ke rumah Kang Atang yang jaraknya cukup lumayan jauh.
"Man, ayo sini... kita terusin ngentotnya di dalem... "

Arman yang bersembunyi di balik gang sempit yang gelap, melangkah berjinjit sambil memegangi celana pendek dan celana dalamnya, dia pun masuk ke dalam rumah Ceu Lilis dan langsung ke kamar.
"Nah, sekarang ayo masukkan kontolmu yang dalem..." Kata Ceu Lilis sambil berbaring di kasur di dalam kamar tidurnya. Kedua kakinya membuka lebar dan memeknya yang belepotan dengan cairan kenikmatannya tampak megap-megap minta ditusuk-tusuk lagi.

Arman tersenyum penuh kemenangan. Tanpa sungkan-sungkan lagi dia menghajar memek emak centil itu dengan segenap tenaganya. Bentuk memek Ceu Lilis yang memang kecil dan tipis itu, karena memang orangnya juga kecil, tampak amburadul dihajar kontol Arman yang gede dan panjang.

Bibir-bibirnya terbeliak-beliak oleh hujaman-hujaman kepala dan batang kontol Arman yang ganas.

Ceu Lilis ke luar berkali-kali hingga akhirnya dia kelenger.
"Sudah... sudah... man... sudah... aku sudah muncrat berkali-kali...." Katanya dengan nafas tersengal-sengal.
"Arman juga sudah cape Ceu, udah pengen ke luar..."
"Jangan di dalem, Man... nanti ceuceu hamil..."
"Akhhhh.... ceu... terlambat... arghkhkh.... euuukh.... "

Arman ternyata ngecrot di dalam memek Ceu Lilis. Crot crot crot... akhhhh...

Ceu Lilis merasa kesal tapi Ceu Lilis tak berdaya, dia sudah kelengar oleh kenikmatannya sendiri. Dia melayang-layang dan tertidur.

Arman cepat-cepat memakai celananya dan pergi ke luar rumah. Tiba-tiba dia melihat Dodi sedang berjalan pulang, Arman cepat bersembunyi di balik gang yang gelap. Ketika Dodi memasuki rumahnya, dia melihat ibunya tidur dalam keadaan mengangkang dengan memek yang terbuka.

Arman mengintip, ternyata si Dodi langsung mengentot ibunya.
"Mamah... mamah... maaf ya Dodi ngentot mamah... enak sih..."

Arman pun pulang sambil tertawa-tawa kecil. Dendam sudah terbayarkan.

***

Ketika pulang, neneknya sudah tidur. Arman merenung dan menimbang-nimbang, apakah dia akan mendaftar sebagai anggota baru di Pangkalan Ojek Cibeusi ataukah tidak. Kemarin dia mengunjungi rumah Mang Oha, namun syaratnya berat sekali. Mang Oha minta bagian setengah dari jumlah pendapatan bersih ngojeg sedangkan Arman menginginkan setoran. Mang Oha maunya enak sendiri... mau dapat uang banyak dengan mengeluarkan tenaga sedikit. Mang Oha sama saja dengan yang lain.
"Ah, kenapa aku tidak mendaftar jadi ojek online aja?" Pikir Arman tiba-tiba. Dia teringat kepada kata-kata orang yang meledeknya di Balai RW. "Ya, kenapa aku tidak jadi driver ojol saja? Toh modalnya juga sama cukup besar."

Memikirkan hal itu, Arman jadi bersemangat. Besok dia akan berbicara dengan Enin atas rencananya ini. Mudah-mudahan Enin bisa membantu.

***

Keesokan harinya, setelah Enin pulang dari pasar, Arman mengutarakan niatnya. Enin sangat setuju dan gembira. Tapi...
"Enin sebetulnya enggak ngerti ojek online itu, Man. Tapi pasti beda syaratnya dengan ojek pangkalan."
"Ya i ya lah, Nin. Masa sama?! Syaratnya Arman harus punya SIM, STNK motor atas nama sendiri... motornya juga harus keluaran baru Nin, minimal keluaran tahun 2011... punya HP Android dengan OS terbaru... SKCK..."
"eS Ka Ce Ka? Apa itu ngger?"
"Itu Surat Keterangan Catatan Polisi..."
"Tapi kan kamu pernah dibui, apa bisa...???"
"Ya, bisa saja, Nin. Cuma dalam catatannya dicantumkan bahwa Arman pernah dipidana gara-gara dituduh mengedarkan narkoba...."
"Apa betul kamu enggak pernah ngedarin obat haram itu, Man?"
"Sumpah, Nin, demi awloh, Arman ga pernah nyentuh barang haram itu... Arman cuma kerja di Pak Hendrik..."
"Sudah, sudah. Enin sudah tahu. Kira-kira biayanya semua berapa ya Man?"
"Entahlah, Nin. Besok Arman coba bikin SKCK dulu... setelah itu bikin SIM... setelah itu nyari HP seken... setelah itu..."
"Sudah, sudah. Kamu jangan ngawur dulu... jangan menghayal dulu... itu semua berapa? Kamu punya uang berapa?"
"Arman punya uang 700 ribu, Nin."

Nenek tua itu menghela nafas, berat.
"Enin memang punya simpanan... tapi sedikit... paling cuma gelang emas 10 gram... apa itu cukup?"
"Pasti cukup, Nin." Berkata demikian pikiran Arman langsung melayang ke kantong kresek yang dia sembunyikan di bawah bak sampah... "Hmm, aku harus mengambilnya secara diam-diam." batin Arman. "Malam ini aku harus mengendap-endap ke rumahnya Pak Hendrik..."
"Ya, sudah, besok habis jualan tempe, kita ke toko Mas." Kata Enin dengan nada suara pasrah.

***

Beberapa menit setelah mereka selesai melakukan pembicaraan serius, tiba-tiba Ceu Nuning datang bersama anaknya, Nita.
"Nin, koq engga bikin tempe?" Tanya Nuning heran, dia melirik sekilas ke arah Arman.
"Engga, Ning. Itu masih banyak. Kemaren-kemaren Arman bikin banyak sekali, sekarang masih tersisa tuh... banyak sekali kan?"
"Oh, begitu ya. Tadinya saya mau bantu-bantu lagi bikin tempe... sekalian menyampaikan pesan bapak buat Arman, makasih katanya. Arman... bapak sudah sembuh, sekarang sudah bisa kerja lagi."
"Syukurlah, Ceu. Arman ikut senang." Jawab Arman, kalem. Tangan Arman yang kanan mengusap bagian depan celananya secara sambil lalu, tapi itu adalah sebuah kode rahasia yang hanya dimengerti oleh Nuning.

Nuning berdehem.
"Sekalian juga Nin, tadi Mak Ijah yang tinggal di RT sebelah bilang sama Nuning, katanya minta dipijit sama Enin... "
"Hoalah si Ijah tuh alesan saja... bilang saja dia kesepian minta ditemenin ngerumpi... dasar."
"Enin mau kan?"
"Ya sudah, aku lagi nganggur... berangkat ke sana sekarang."
"Mamah, Nita boleh ikut enggak sama Enin ke rumah Nenek Ijah?" Tanya Nita dengan polos.
"Boleh, tapi jangan ngerepotin yah... jangan terlalu sore, kalau sudah sore langsung pulang ke rumah ya?"
"I ya mah." Jawab Nita dengan suara gembira.
"Emang, Nita mau apa main ke rumah Nenek Ijah?" Tanya Arman penasaran.
"Mau main sama Rike... bonekanya banyak sekali... lagian Rike baik... Nita boleh main boneka-bonekaan punya Rike." Jawab Nita dengan semangat.
"Rike itu anaknya Kak Karmila, Arman, sepupu aku. Tetangganya Mak Ijah." Kata Nuning dengan sepasang matanya mengerjap-ngerjap.
"Oh."

Begitu Enin dan Nita meninggalkan rumah, Arman dan Nuning saling bertatapan. Mereka saling tersenyum dan berpegangan tangan.
"Ceu... di kamar yuk?" Ajak Arman.

Nuning tidak menjawab. Dia malah pergi ke pintu depan. Sekejap Arman terhenyak heran, tapi ternyata maksud Nuning adalah mengunci pintu depan. Tanpa basa basi dia langsung masuk ke dalam kamar Arman.
"Asik... akhirnya...." Bisik Arman dalam hatinya dengan gembira, dia pun melangkah memasuki kamarnya.

***

Mereka duduk di bibir ranjang berrendengan. Saling menatap. Lalu tiba-tiba Nuning menunduk.
"Man..."
"I ya Ceu? Ada apa?"

Nuning terdiam. Mendadak airmatanya menetes.
"Ada apa, Ceu? Ceritakan semuanya sama Arman biar hati ceuceu lega."
"Kang Dadang... ternyata dia selingkuh dengan Esih... teman kerjanya di Pabrik... ceuceu... ceuceu... merasa dikhianati. Ceuceu marah dan sekaligus sedih..."

Arman mengusap air mata yang jatuh di pipi Nuning.
"Saya mencintai Kang Dadang, Man. Sungguh... ceuceu tak ingin menghianatinya... tapi... sudah 3 bulan dia tak pernah menyentuh ceuceu ... ceuceu tidak kuat Man... ini, ini gatel sekali... enggak cukup dengan jari sendiri... " Kata Nuning, suaranya bergetar. "Ceuceu tidak bermaksud apa-apa, Man, ceuceu... ceuceu... menyayangi kamu seperti seorang Ceuceu kepada adiknya..."
"Gapapa Ceu... Arman mengerti dan paham... Ceuceu tidak bermaksud meninggalkan Kang Dadang kan?" Kata Arman dengan nada tenang.

Nuning mengangguk.

"Ceuceu jangan khawatir, Arman tidak akan menuntut apa pun..."
"Sungguh?"
"I ya, Ceu... tapi..."
"Tapi apa?" Bisik Nuning.
"Ceu... apakah sebelumnya ceuceu pernah merasakan yang lain selain dengan Kang Dadang?" Tanya Arman.
"Belum pernah, Man... cuma sama kang Dadang saja dan kamu... itu pun... itu pun punya kamu belum pernah masuk..."
"Arman tidak akan mengganggu keutuhan pernikahan ceceu, tapi Arman janji akan memuaskan Ceuceu kapan pun ceuceu mau." Kata Arman dengan lembut di telinga Nuning.

Nuning tersenyum.

Pelahan dia tengadah dan membiarkan bibirnya dikecup oleh bibir Arman. Mereka berciuman lama sekali. Saling pagut. Arman merasakan lidah Ceu Lilis demikian haus dan karena itu menjadi sangat liar. Pelahan namun pasti, satu demi satu mereka menanggalkan bajunya masing-masing hingga akhirnya mereka telanjang bulat. Dalam keadaan telanjang bulat itu merekas saling menyentuh dan merasakan hasrat sahwat satu sama lain.

Setelah kurang lebih 15 menit, akhirnya Arman membaringkan Nuning di atas kasur.
"Aku akan membuatmu mustahil melupakanku seumur hidupmu." Batin Arman dalam hatinya. Dia kemudian menyusuri seluruh tubuh Nuning dengan bibirnya. Dari leher, pundak hingga ke perut. Sepasang payudara Nuning tampak sudah agak lembek namun menurut Arman itu lebih baik daripada payudara Bu Kepala Sipir yang sudah sangat peot atau susu tante Susi yang sudah memble. Dia mencucup puting susu itu dengan lembut. Mengisapnya dengan tehnik yang sudah dilatihnya selama berbulan-bulan di penjara.

Nuning pun mengerang. Tetapi bibirnya tersenyum merekah seperti merekahnya liang memeknya yang merah.

Dia pernah bercinta dengan Kang Dadang selama entah berapa kali... namun baru kali ini dia merasakan suatu sentuhan rangsangan yang menyeluruh... rasa bersalah dalam hatinya bahwa dia telah menghianati Kang Dadang pun luruh, seiring getaran-getaran sahwat menyetrumi seluruh tubuhnya.

Walau secara diam-diam Nuning merasa heran... bagaimana Arman, yang selama ini dia anggap sebagai anak kecil, demikian berpengalaman menjamah bagian-bagian tubuh sensitifnya namun Nuning tak begitu mempedulikannya. Dia kini merasakan liang memeknya meletup-letup minta untuk disumbat dengan penis Arman.

Nuning mengerang-erang lembut. Bahasa tubuhnya bergerak secara otomatis membukakan kedua pahanya dengan lebar. Dia ingin mengatakan kepada Arman untuk secepatnya mengentot memeknya. Tapi ternyata Arman sangat sabar sekali.

"Armanh... aphha... yanghk... khamu lakhukhan..." Nuning mendesis keras ketika sebuah benda yang sangat lembut dan kenyal menyentuh-nyentuh kelentitnya.

"Ssshhh.... ssshhhh.... shhhhh... armanhh.... shhhh... shhhh... ssshhhh.... shhhhh... armanhh.... shhhh... shhhh... Armanhhhh.... ssshhhh.... shhhhh... armanhh.... shhhh... shhhh... "

Seumur hidupnya Nuning belum pernah dijilmek (jilat memek) oleh siapa pun, termasuk oleh suaminya sendiri. Oleh karena itu, jimek pertama yang dilakukan Arman membuatnya merasakan sensasi edan yang tak mungkin dilukiskan dengan kata-kata. Apalagi soal jilmek menjilmek ini Arman memiliki pengalaman yang cukup mumpuni. Di lapas itu, dalam keadaan tangan terborgol ke belakang, Arman setiap sore berdiri di atas lututnya dan menjilmek Bu Kepala yang duduk mengangkang di atas meja. Dan itu dilakukannya selama berbulan-bulan.

Kini Arman tahu bahwa aroma liang memek Nuning lebih baik ketimbang Bu Kepala atau Bu Polwan. Ketika ujung lidahnya masuk ke dalam liang memek Nuning dan mengobel-obelnya secara sangat terampil, hal itu membuat mamah muda itu mengangkat pinggulnya menjauhi permukaan kasur, meremas jambak rambut Arman dengan kegemasan terindah yang pernah dirasakannya.

"Armanhhh.... Ssshhh.... ssshhhh.... shhhhh... armanhh.... shhhh... shhhh... ssshhhh.... shhhhh... armanhh.... shhhh... shhhh... Armanhhhh.... ssshhhh.... shhhhh... Armanhh.... shhhh... shhhh... "

Lalu tiba-tiba Nuning menjerit. "Aaaaakkkkkkkkkkkkk....."

Seiring dengan jeritannya yang menyayat tapi penuh kenikmatan itu, mulut memeknya berdenyut-denyut keras.... lalu... srrrrrrr.... prottttt... prrrootttt... proottt.... ceprot!!!

Itulah Nuning untuk pertama kali dalam hidupnya mengalami orgasme.
"Oh Tuhan Arman... enak sekali..." Desisnya.

Arman tersenyum. Dia menatap Ceu Nuning yang terpejam dengan tubuh mengejang-ngejang. Arman membiarkan ceu Nuning selama beberapa saat sambil menikmati tubuh telanjang yang kuning langsat.

Sambil memejamkan mata, Ceu Nuning berkata, "Armanh... cepat... ewelah memek ceuceu pake kontol... Armanhhh... pake kontol... ewelah ceuceu..."
"I ya Ceu. Memek Ceuceu akan Arman ewe sampai dobol dan ambyar..."
"Cepatlah Armanhh... ceuceu sudah enggak kuat... masukkan kontolnya ke dalam liang memek ceuceu... yang dalammmhhhh...."

Arman kemudian dengan tenang membenamkan kontolnya ke dalam liang memek Ceu Nuning. Menggenjotnya pelahan dan penuh perasaan.

Nuning merasakan batang kontol masuk ke dalam liang memeknya dengan penuh.
"Akhh... yang cepat Armanhh... yang cepat dan dalam..."
"I ya Ceu... tunggu sebentar..."

Arman mempersiapkan dirinya untuk penyerbuan penggenjotan secara cepat. Dia menarik nafas dalam-dalam, lalu...

Jleb! Cleb! Jleb! Cleb! Jleb! Cleb! Jleb! Cleb! Drrrrttttt.... Jleb! Cleb! Jleb! Cleb!
Plak plok plak plok plak plok plok plak plok plak plok plok plak plok plak plok

Srrrr.... ceprot... ceprot.... plok plak plok plak plok srrrr.... ceprot... ceprot...

Baru saja 7 menit penggenjotan itu dilakuka, tiba-tiba Nuning memeluk tubuh Arman dengan sangat erat sambil menjerit... "Aaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkk......"

Arman membiarkan gerakannya dihentikkan oleh pelukan erat Ceu Nuning... dia langsung mencabut kontolnya yang berlumuran dengan cairan putih warna susu yakni cairan kenikmatan yang berasal dari dalam liang memek ceu Nuning... dengan gemetar dia menggenggam batang kontolnya lalu dia menyemprotkan pejuhnya di daerah pubis Nuning yang berbulu halus...

Crot! Crot! Srrrrr... Crot... crot... crot...
"Arrrgggghhhh...." Arman menggeram saat pejuhnya yang terakhir menetes di ujung mulut penisnya.
"Oukhhh... lumayan juga walau enggak ngecrot di dalem... hhh... brrrr...." Katanya dengan setengah berbisik kepada Nuning yang terkapar dalam keadaan setengah pingsan saking nikmatnya.

***

Arman berdiri dan melangkah mengambil handuk. Melap keringatnya yang membanjir di sekujur tubuhnya. Dia tersenyum-senyum melihat pucuk memek Ceu Nuning yang mengkerut dengan ujungnya tampak masih berdenyut-denyut.

Mamah muda itu terlihat demikian lelap. Wajahnya berseri-seri sebagai efek dari kepuasan seksual yang telah dialaminya. Bibirnya pun tersenyum.

Melihat ketelanjangan mamah muda itu, tiba-tiba saja kontol Arman menegang lagi. Arman pun mentertawakan dirinya sendiri sambil mengenakan kaos dan celana pendeknya. Lalu pergi ke dapur dan menyeduh secangkir kopi tubruk. Dia membawa cangkir itu ke ruang tamu dan meletakkannya di atas meja.

Arman duduk di kursi dengan santai dan menyalakan rokoknya. Mengisapnya dengan kuat. Seiring kepulan asap rokok, pikiran-pikirannya bermunculan tanpa henti.

Di dalam kepalanya berloncatan rencana-rencana dan ide-ide. Setelah bercinta, memang biasanya Arman dapat berpikir jernih untuk mematangkan rencana-rencananya. Terutama rencananya untuk malam ini.
"Aku harus ke sana... masuk ke halaman belakang, menerobos benteng tembok setinggi 2 meter dan mengambil kantong kresek kecil itu... harus..." Desisnya dengan penuh tekad.

***

Nuning terjaga dari mimpi indahnya. Perasaannya masih melayang-layang, namun dia segera sadar kalau dia dalam keadaan telanjang bulat. Belahan memeknya terasa rapat oleh suatu cairan yang mengering. Mamah muda itu mengikik sendiri.

Dia cepat berpakaian dan menemukan Arman tengah merokok sendirian di ruang tamu. Nuning mendekatinya sambil tersenyum sumringah. Mereka bertatapan dengan sambil tersenyum.

Nuning lalu membungkuk dan mencium pipi Arman.
"Makasih, Man. Eweannya enaaaakkk sekali. Mudah-mudahan memekku enggak gatel lagi." Bisik Nuning di telinga Arman.
"Sama-sama ceu." Jawab Arman dengan senyum.
"Nanti, kalau memek ceuceu gatel lagi... kamu harus mau ya ngewe ceuceu kayak tadi."
"I ya, ceu."
"Ceuceu pulang dulu ya... "
"I ya ceu, salam ya buat bapak."

Ceu Nuning tak menjawab, dia tiba-tiba teringat sesuatu. Dengan buru-buru dia melangkahkan kaki meninggalkan rumah itu, langkahnya pun sangat tergesa-gesa.
"Mudah-mudahan nasi enggak gosong..." Katanya dalam hati dengan ekspresi wajah khawatir.

***
(BERSAMBUNG)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd