Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG ARMAN DONELLO

Status
Please reply by conversation.
pengennnya sih.......pihak police yang bermain kotor kalah sama kewaspadaannya si Arman....sehingga mereka bisa hidup tentram aman dan kaya raya
 
Enam

Mereka masuk ke dalam kamar kerja Sebastian Chang yang tak seberapa luas. Mungkin hanya sekitar 2 X 2 meter. Lantainya dilapisi permadani merah yang lembut. Selain sebuah meja kerja dengan laptop di atasnya yang dalam keadaan tertutup, terdapat juga sebuah lemari tinggi yang menutupi salah satu dinding. Di atas lemari terdapat sebuah koper merah diletakkan tegak hingga menyentuh langit-langit kamar, beberapa kotak kardus berwarna coklat polos yang ditumpuk sehingga sama tinggi dengan koper merah.
"Sejak dulu, aku selalu ingin tahu apa isi kotak merah itu." Kata Imel sambil menyeret kursi ke dekat lemari dan naik ke atasnya.
"Aku pegangin biar enggak jatuh." Kata Arman sambil memeluk ke dua kaki Imel dari arah depan. Tetapi hal itu menyebabkan wajah Arman menemukan perut Imel dan dengan nakal lelaki itu menjilati udel Imel.
"Arman... geli!" Kata Imel sambil mengikik. "Kamu apaan sih..." kedua tangan Arman mengelus-elus pantat dan paha gadis itu dengan lembut.

Imelda jadi gelagapan oleh rasa geli yang aneh. Tangannya tak kuasa menggapai koper yang ingin diraihnya, alih-alih, malahan kedua pasang jari jemari tangannya meremas rambut Arman yang agak ikal.
"Arrrmmannhh... kamu apaan ssiiihhh..." Dia mendesah ketika Arman menggigiti bagian bawah udelnya... hanya beberapa sentimeter di atas pubisnya. Lututnya gemetar dan Imel menjatuhkan diri dari kursi semata-mata agar mendapat pelukan erat pemuda itu.

Dan Imelda mendapatkannya. Dia memeluk leher pemuda itu dengan kuat, kedua kakinya membelit pinggang Arman. Dia menjadi gadis yang sangat manja saat berbisik di telinga Arman minta digendong ke kamar.
"Mau ngapain?" Balas Arman dengan berbisik pula.
"Aku mau bobo... ngantuk."
"Katanya tadi mau kerja... ngeberesin dokumen Papa."
"Besok lagi aja."

Imelda seperti melayang ketika Arman membopongnya ke kamar dan merebahkannya di ranjang bersprey merah muda berbunga-bunga. Dia memejamkan mata mengharapkan elusan tangan pada rambut dan kecupan di keningnya yang dilakukan oleh pemuda itu berkembang ke tempat lain yang lebih sensitif.

Tapi pemuda itu kini diam dan tak melakukan apa-apa. Maka Imelda pun membuka mata, menatap wajah yang tertunduk itu sedang menebarkan senyum misterius yang menggoda.
"Kenapa?" Tanya Imel.
Arman tak menjawab, dia terus menatap wajah itu tanpa kedip.
"Jangan diam saja." Bisik Imel.
"Kamu tidak takut... menyesal?"

Imelda tersenyum lebar, wajahnya penuh percaya diri dan tatapan matanya gemerlap.
"Aku akan menyesal jika tak melakukannya malam ini... kamu milikku, aku sepenuhnya milikmu." Desis Imel dengan nafas sedikit tersengal.
"Sungguh?"

Imelda mengangguk.

Arman pun tersenyum. Senyum yang menyeluruh dan --setengah-- licik. Sepasang matanya berbinar-binar memancarkan kepercayaan diri yang tinggi. Bagaimana pun juga lelaki itu tahu persis bagaimana memuaskan perempuan. Jangankan yang tampak pasrah seperti saat ini, sedangkan yang kurang bergairah pun bisa disikatnya sampai ambyar.

Ya, Arman tahu persis. Pengalaman dan jam terbanglah yang membuatnya sangat yakin. Walau usianya masih 23 tapi bukan umur yang menyebabkan seseorang piawai dalam sesuatu keahlian.

Bu Linda, ya dia ingat dengan Bu Linda. Guru Bahasa Inggris yang bertubuh kurus kering itu telah mengajarkannya untuk pertama kali ketika dia duduk di kelas 11. Kulitnya hitam manis dengan memek tipis tanpa bulu, Arman mengentotnya pertama kali di Perpustakaan. Bu Linda adalah guru yang sangat baik. Dia membantu Arman dalam segala hal: uang, rasa aman dan bimbingan pelajaran. Bu Linda tahu Arman telah kehilangan ke dua orangtuanya dan tinggal bersama neneknya yang hanya hidup dari berjualan tempe bungkus. Sungguh besar hutang budi Arman terhadap Bu Linda, oleh karena itu Arman tak mungkin menolak ketika Bu Linda memintanya untuk meraba kedua susunya yang sudah agak lepet, menciumi dan mengulum putingnya yang coklat lalu menjilati memeknya. Di perpustakaan, sore itu, Bu Linda melepaskan celana dalamnya dan Arman memasukkan kontolnya yang besar dan tegang ke dalam liang kenikmatan itu. Menggenjotnya hingga mereka sama-sama ke luar.

Ada perasaan kosong yang hampa ketika dia duduk dan mengetahui keperjakaannya telah hilang ditelan memek Bu Linda. Dia ngecrot di dalam dan Bu Linda dengan penuh kasih membelai rambutnya.
"Lain kali di luar ya sayang... ibu masih subur... tapi ibu bahagia sekali menjadi yang pertama untukmu." Katanya. Waktu itu Bu Linda meneteskan air mata bahagia sambil mengangkang dan melap liang memeknya dengan menggunakan celana dalamnya. Dia kemudian menyuruh Arman datang setiap malam Senin, Selasa dan Rabu ke rumahnya; hanya untuk mengentotnya selagi suami dan anaknya tidak ada di rumah.

Selama itu, Bu Linda mengajarinya bagaimana mengentot memek dengan baik.

Setelah Bu Linda, lalu ada Bu Sella --istrinya Pak Hendrik-- yang mau menerimanya bekerja di rumahnya dengan catatan, Arman harus bisa memuaskannya di ranjang. Arman pun setuju. Setiap malam dia mengentot Bu Sella di samping suaminya yang sedang nyenyak karena dijejali valium.

Setelah itu datanglah Gisela yang memergokinya sedang kencing di halaman belakang. Keponakan Pak Hendrik yang berumur 33 tahun itu melotot melihat kontolnya yang besar. Jika dia datang berkunjung ke rumah Pak Hendrik, dia selalu meminta jatah di dak jemuran di atas gudang.

Lalu ada Bu Polwan di Polres dan Bu Kepala Sipir. Selama enam bulan di penjara, Arman belajar bagaimana memuaskan STW berbobot 80 kg itu dengan baik. Tetapi di penjara itu juga dia belajar bagaimana menyusun arsip yang baik saat ditugaskan di ruang belakang administrasi.

Lalu, ketika pulang dari penjara, dia telah mengentoti sedikitnya 3 emak-emak di kampungnya. Dan sekarang, di hadapannya seorang bidadari tengah terbaring pasrah. Bidadari jelita yang yang minim pengalaman seks dan tidak tahu apa itu orgasme yang sebenarnya.


Tujuh

Arman pelahan menurunkan wajahnya dan mengecup bibir tipis gadis itu dengan lembut, mengunyahnya pelahan karena tak ada perlawanan. Arman tahu Imelda pasrah menunggu sensasi kenikmatan seperti yang dirasakannya dulu ketika Ben memecahkan keperawanannya. Oleh sebab itu Arman dengan tenang menyusuri pinggiran lehernya dan melahap daun telinganya, ini akan menstimulus otaknya agar rileks serta memberikan efek melemaskan tengkuk yang keras.

Arman pernah menduga jika seorang perempuan dirangsang dengan berbagai cara rangsangan, perempuan itu akan melambung tinggi dalam waktu yang lama. Itu adalah dugaan keliru. Kepala Sipir itu memberi tahu bahwa seorang perempuan ketika tubuhnya dirangsang, otak sadarnya harus diberi informasi akurat bahwa dia cantik dan tubuhnya sempurna dan kamu adalah budak cintanya yang akan setia sampai kiamat. Bisikanlah kata-kata manis ke telinganya, panggil namanya dengan lembut dan nyatakan cintamu dengan nada setulus-tulusnya; lalu buka kancing bajunya satu-satu dengan sabar... jangan biarkan dia membantumu melakukannya... kerjakan dengan rapi dan terampil... biarkan perempuan itu merasakan ditelanjangi secara pelahan dan menerima ketelanjangannya yang sempurna untuk kamu nikmati... biarkan... semua perempuan tahu bahwa tubuhnya tidak sempurna dan kamu harus menutup ketidaksempurnaan itu dengan menunjukkan keinginanmu yang gigih untuk menikmati setiap senti tubuhnya dengan bersungguh-sungguh... demikianlah pelajaran yang diberikan oleh Bu Kepala Sipir.

Dan kini Arman sedang mempraktekannya.

"Imelda Chang... engkau adalah bidadariku yang jelita... aku jatuh cinta padamu sejak pertama kali aku melihatmu... aku rela menunggu ribuan tahun untuk membuktikan ketulusan cintaku kepadamu seperti saat ini... aku menghambakan diriku kepadamu... kepada kesempurnaan tubuhmu dan cinta kita yang abadi... aku akan serahkan semuanya untukmu... aku menyayangimu..." Bisik Arman di telinga Imelda sambil melepaskan satu demi satu kancing dasternya. Lalu melepas BHnya dan meletakkannya di pinggir ranjang.

Imelda mendengar rayuan itu dalam keadaan memejamkan mata. Dia telah melupakan kesedihan kehilangan Papa yang dicintainya beberapa puluh jam yang lalu... dia telah melupakan beban hidup yang akan ditanggungnya di masa depan... dia telah melupakan mimpinya menjadi wanita karir di perusahaan besar... dia telah melupakan semuanya... satu saja yang dia ingat saat itu, dan hanya satu... seluruh syaraf-syaraf tubuhnya berdenyaran meminta lebih... lebih dan lebih.

Arman tersenyum saat menemukan sepasang bukit kembar sebesar apel itu benar-benar mancung. Puluhan tubuh perempuan telah direguknya... tapi kali ini, yang satu ini, beda. Lain dari yang lain.

Itu adalah sepasang payudara yang runcing dan tajam, putih lembut seperti susu, tampak gurih dan lezat dengan pentil biji kedelai berwarna coklat. Sangat menjanjikan. Kini bibir-bibir Arman yang rakus mulai menikmatinya secara pelahan dan sistematis. Menyusurinya dengan cara mencucup-cucup menggunakan ujung bibir dan lidah, merasakan degup jantung yang berdebam-debum di baliknya. Lalu ketika menemukan pentil yang mengeras itu... dia mengisapnya dengan penuh perasaan.
"Oh Tuhan... mmmhhhhhkkkkk...." Imelda reflek mendesah. Isapan di pentilnya itu langsung terkoneksi ke syaraf-syaraf di bagian ujung pucuk memeknya hingga meletupkan suatu cairan kental berwarna bening, yang membasahi celana dalamnya.

Imelda mengerang pelan. Menggelinjang sejenak. Bibirnya tersenyum dengan dagu mendongak ke langit ketika titik-titik di bagian perutnya dicucup oleh mulut lelaki itu; dia merasakan jari jemari Arman meraba bagian pinggangnya lalu meraih bagian pinggir celana dasternya. Jari jemari itu kini merenggut daster dan celana dalamnya, menariknya dengan sebuah kekuatan tangan yang pasti; meloloskannya melalui paha dan betis sehingga dia merasakan angin dari jendela meniup ujung vaginanya yang basah.

Terasa dingin.

Sekarang Imelda merasakan ketelanjangannya yang sempurna. Dia tahu bahwa kemaluannya yang masih menguncup itu telah membentang dengan bebas. Dia merasa malu dan melipat paha untuk menutupinya. Tapi jari-jari yang kokoh dan lebar itu menahannya.
"Apakah dia sedang memandangi memekku? Oh... tidak. Jangan. Aku malu." Kata Imelda dalam hatinya, namun bersamaan dengan itu dia menginginkan sebuah sentuhan pada kemaluannya. Dulu, ketika dia bercinta dengan Ben, Ben selalu menciumi bibirnya dengan satu jarinya mengobel-ngobel memeknya hingga basah. Setelah itu dia memasukkan batang kemaluannya ke dalam memek. Imelda cukup puas saat itu.

Tapi lelaki ini memperlakukannya dengan cara yang berbeda.

Imelda merasa nyaman ditelanjangi oleh Arman dan berharap lelaki itu segera melepaskan bajunya dan menaiki tubuhnya. Imelda tidak begitu mengerti mengapa Arman selama beberapa detik itu hanya memandangi memeknya saja. Dia ingin protes. Imel membuka matanya dan melihat lelaki itu tengah membungkuk melepaskan baju dan celananya. Saat dia selesai menelanjangi dirinya dan kemudian berdiri, Imel pertama-tama melihat perutnya yang rata berbentuk seperti roti sobek. Di bawah perutnya ada sebuah benda yang menggantung berat. Memiliki ujung seperti helm dengan batang silinder yang tebal berwarna coklat.
"Oh Tuhan... memekku akan ditusuk oleh kontol yang besar dan berotot itu... apakah... apakah akan sakit? Ketika Ben melakukannya dulu dengan kontolnya yang kecil dan pendek, aku merasakan kenikmatan yang cukup lumayan memuaskan. Tapi yang ini... apakah... apakah aku akan merasakan hal yang sama?" Kata Imelda dalam hatinya. Dia pun merasa agak khawatir.
"Arman... jangan... jangan... kasar... ya..." Bisik gadis itu dengan suara tertahan.

Arman tersenyum lebar dan menyeluruh. Dia membungkuk dan berbisik, "aku akan melakukannya selembut mungkin." Lalu Arman mengecup matanya, seakan menyuruh Imel untuk terpejam.

Imelda pun memejamkan matanya.

Mula-mula lelaki itu menciumi lipatan selangkangannya, terasa sangat aneh bagi Imel jika itu ternyata sangat enak. Ya, enak. Tetapi ketika sepasang jemari Arman meremas payudara buah apelnya dan mulutnya mencucup-cucup pubisnya yang berjembut lembut, Imel merasakan suatu kenikmatan yang sangat halus. Itu rasanya di atas enak. Syaraf-syaraf sahwatnya berbondong-bondong mengalir menuju klitorisnya, yang saat itu sudah berdenyut-denyut merasakan sensasi nikmat. Hal ini menyebabkan Imelda secara tak sadar tersenyum lebar, apalagi ketika dia merasakan sebuah penyemprotan kecil yang nikmat terjadi di entah di mana pada bagian tertentu di memeknya. Bahkan Imelda sempat tertawa kecil.
"Ough... Man... enakkh... mmmhhh..." Katanya seperti merasa lega.

Itu adalah kenikmatan yang pernah dirasakannya bersama Ben. Dan Imel menyukainya.

Sekarang Imelda semakin rileks. Wajahnya mengendur dan merasa sedikit mengantuk. Pada saat itu Arman mengangkat betisnya dan menaikkan kakinya ke atas ranjang sehingga membentuk huruf M. Arman kemudian menempatkan kepalanya di antara ke dua paha Imel dan mulai menjilati bibir-bibir memek Imel bagian luar secara simultan. Kemudian, Arman membeliakkan bibir-bibir luar itu untuk menemukan bibir-bibir bagian dalam yang halus berwarna pink, di tengah-tengahnya tampak klitoris yang kemerahan tengah bergerak-gerak naik turun seperti ekor ular sinduk yang berbisa.

Imelda belum pernah dijilat memeknya oleh siapa pun sebelumnya. Oleh sebab itu, Arman dengan hati-hati menyentuh ujung kelentit Imel dengan ujung lidahnya. Mempermainkannya sebentar hingga kelentit itu menegang lalu lidahnya menyusur bagian dalam bibir-bibir memek Imelda dengan seluruh permukaan lidahnya.

Arman mendengar bagaimana Imelda mendesis tertahan namun reaksinya belum seperti yang dia harapkan. Arman lalu mencucup kelentit yang mengeras itu dan mengisapnya... srrr... crot...
"Aih... Mann..." Imelda mengeluh.

Arman menelan cairan yang dimuncratkan oleh kelentit Imelda dan merasakan rasanya yang asin agak sepet. Dia mencucupnya lagi selama beberapa kali...
"Uuuuugggggggghhhkk... Maaannnn..." Imelda menjerit dengan perut melenting ke atas. Kali ini, reaksi itu membuat Arman tersenyum lebar.
"Mungkin ini saatnya." Kata Arman dalam hatinya.

Dia kemudian berdiri tegak. Menyeret tubuh gadis yang tak berdaya itu hingga pantatnya berada di bibir ranjang. Membentangkan kedua pahanya yang terbuka dan menatap liang memek yang megap-megap itu dengan tatapan nanar.

Inilah memek "asli" pertama yang akan diewenya. Sebuah memek indah yang kenyal dan merah dan mungkin sempit. Memek gadis berusia 25 tahun yang menjanjikan.

Arman menunduk, menggenggam batang kontol yang sudah tegang sejak tadi. Kepalanya yang berbentuk helm itu tampak beringas, sangat siap untuk menerobos liang kenikmatan itu dan melakukan penetrasi.

Maka Arman pun menempelkan kepala kontolnya itu tepat di mulut liang memek Imelda yang berkilat oleh lendir kenikmatan.
"Ihhkhhh..." Imelda merintih saat Arman menekan kepala penisya masuk pelahan. Mulut vagina yang megap-megap seperti mulut ikan itu tiba-tiba menganga dan seakan-akan mencaplok kepala kontol Arman.
"Agkhhhh..." Arman mendesah. "Ini... ini..."
"Terus." Bisik Imelda.

Arman kesulitan memasukkan kepala kontolnya agar tembus minimal kepalanya saja dulu.
"Ugh!" Keluh Arman.

Dia menekan dengan kuat tapi liang itu sempit sekali. Dia lalu menekan terus dengan sekuat tenaga. Lalu tiba-tiba... Sleb!!!! Kepala kontol itu meluncur masuk dengan agak kasar, seiring dengan penetrasi itu Imelda langsung menjerit, "aduhhhh!!!"
"Sakit?"

Imelda mengangguk. Dia meringis.
"Aku tekan lagi ya?"
"Tunggu dulu sebentar..." Imelda menarik nafas, dia merasa sedikit perih pada bagian dalam vaginanya. Karena Arman melihat Imelda meringis, dia mencabut kontolnya yang sudah masuk bagan kepalanya itu.
"Jangan... uh... lagi enak..." Protes Imelda.
"Tadi katanya sakit."
"Sedikit agak perih... masukin lagi... tapi pelan ya."

Arman memasukan lagi kontolnya dengan pelahan, kali ini lebih mudah. Dia menekannya dengan gerakan yang sangat pelahan. Sekarang kepala kontol dan sebagian batangnya pun masuk.
"Mmhhhkhhh....akhh... Man... koq aku agak perih... di dalem... OH! Tahan sebentar.... aku... aku..."

Srrr...srrr....
"Kamu ke luar." Bisik Arman.

Imelda mengikik pelan.
"Hi hi hi... enak... tunggu... akhhhh... aku ke luar lagi..." Kata Imelda. Arman berniat mencabut kontolnya dengan maksud agar cairan kenikmatan yang berasal dari dalam liang memek Imel bisa leluasa mengucur keluar.
"JANGAAANNN!!!" Imel berteriak tertahan. "Tunggu... jangan dicabut... aku lagi enaaak..." kali ini suara Imelda terdengar manja.

Arman dengan sabar menunggu sampai gadis itu merasa siap.
"Nnnahhh... sekarang, Man... sekarang."
"Cabut atau...?"
"Iiiiihhh... lagi... cabut masukin lagi..."
"Oh."

Arman mencabut kontolnya kemudian memasukkannya lagi, kali ini batang kemaluannya meluncur masuk hingga setengahnya.
"Aduh!" Imelda mengaduh lagi.
"Kenapa sih?" Bisik Arman.
"Sakiitt..." Imelda mengeluh manja.

Karena sedikit kesal, Arman secara tiba-tiba mencecabkan seluruh batang kontolnya hingga meluncur masuk seluruhnya hingga ke pangkal selangkangannya.

Drrrrtttttt.... jjjjjlleeebbbbbbb!!!

"AAAAAAAAKKKKKKKKK...... sakiiiiitttttt......" Jerit Imelda. Dia merintih kali ini dengan suara pilu dan sepasang mata sipitnya mengembang airmata karena menahan rasa pedih. Dia tersengal sejenak sambil menatap Arman.

Arman terdiam merasa bersalah.
"Tapi bohong... enak koq." Kata Imelda sambil menggigit bibir. Dia tak tega melihat ekspresi rasa bersalah yang terpancar di wajah Arman.
"Cabut ya." Kata Arman.

Imelda mengangguk.
"Aaaaa....dddduuuuuhhkkkhhhh.... hhhh... hhh..." Keluh Imelda, masih dengan menggigit bibir.

Arman pelahan mencabut kontolnya dari kuluman memek Imelda yang sangat ketat.
"Aaa... aaada...da... darahnya..."
"Apa...?"
"Lihat di ujung kepala kontol aku... ada darahnya."
"Masa? Aku enggak lagi mens koq." Kata Imelda. Dia bangkit dari duduknya dan memperhatikan kontol Arman yang mengacung-acung dengan gagahnya.
"Ihh... pantesan... kontol kamu gede banget... eh... itu... darah itu..." Tiba-tiba saja Imelda mengikik.

Dia turun dari ranjang dan melangkah menuju lemari pakaian dengan telanjang bulat. Arman memperhatikan tingkah Imelda dengan kebingungan. Imel membuka pintu lemari dan mengambil saputangan, melap lapisan darah kental yang tipis itu hingga kepala kontol Arman yang merah kecoklatan menjadi bersih.
"Hi hi hi... kontolnya panas ih." Kata Imelda sambil melipat saputangannya lalu menyimpannya di lemari paling bawah.
"Kamu enggak kenapa-kenapa?"

Imelda tidak menjawab. Dia meraih leher Arman dan mengecup bibirnya dengan gemas. Arman membalasnya sebentar lalu melepaskan diri.
"Itu darah apa?"
"Itu darah perawan aku." Jawab Imelda sambil tersenyum menyeringai.
"Oh Tuhan!" Keluh Arman. "Kamu ternyata...."

Imelda mengikik.
"Aku bahagia Arman... aku juga baru tahu kalau aku masih perawan... pantesan tadi agak perih."
"Bukannya kamu sama Ben pernah..."
"Ssstttt... dia kontolnya kecil.... terusin lagi yuk... aku masih pengen..."
"Pengen apa?"
"Iih... ini... aku jadi gatel..."
"Aku..."
"Aaaah... ayo dong lagi... tadi dijilat enaakkk banget... aku mau lagi... ayoo..." Imelda merengek manja, dia menarik tangan Arman dan membawanya ke ranjang.

Tetapi Arman hanya tercenung saja.

Sekarang dia baru tahu kalau dia belum pernah memperawani perempuan mana pun kecuali gadis itu. Dia mengeluh dan tiba-tiba saja merasa hampa.

***
(Bersambung)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd