Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG ARMAN DONELLO

Status
Please reply by conversation.
Delapan

Imelda membimbing Arman ke atas ranjang dengan kegembiraan yang tak bisa disembunyikan.
"Ranjang ini pendek." Kata Arman, dia naik dan membaringkan dirinya sendiri di atas ranjang yang empuk dan harum. Kedua tangannya melipat di belakang kepala sebagai bantal. Mood Arman menurun namun batang kemaluannya masih mengacung-acung.

Imelda merangkak di atas ranjang sambil menatap Arman.
"Kamu kenapa?" Tanyanya.
"Enggak kenapa-kenapa."
"Bohong." Kata Imel. "Cape ya?"
"Enggak."

Imelda berbaring telungkup di sisi Arman sambil bertopang dagu. Kedua kakinya bergantian menendang-nendang pelahan permukaan ranjang seperti orang sedang berenang.
"Aku suka banget dijilatin tadi ... hi hi hi... kamu enggak jiji?"
"Enggak... memek kamu cantik... sangat cantik... aku suka." Jawab Arman.
"Iiih...lagi yuk... kamu jangan ngelamun gitu dong... kenapa sih?"
"Aku tiba-tiba inget, Enin."
"Enin? Siapa?"
"Nenek. Aku panggil nenek dengan panggilan Enin."
"Oh."
"Enin kadang suka bangun kalau aku enggak pulang." Kata Arman dengan nada rendah.

Imelda terdiam. Terdengar jam dinding dari ruang tengah berdentang 10 kali.
"Udah jam sepuluh... Man... aku masih penasaran... pengen lagi..." Kata Imelda. Dia beringsut dan merebahkan kepalanya di dada Arman. Tangannya iseng memainkan batang kemaluan Arman yang masih mengacung.

Arman membelai rambut Imelda yang pendek dan menciumi ubun-ubunnya.
"Aku juga pengen... aku kan masih kentang belum ke luar."
"Kentang? Maksudnya?"
"Kena tanggung... abis tadi lihat darah aku takut kamu kenapa-kenapa."

Imelda mengikik. Tiba-tiba dia bergerak dan menaiki tubuh Arman.
"Aku ngantuk... aku mau tidur di atas pelukan kamu." Kata Imelda sambil menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Arman. Buah dadanya menekan dada Arman yang bidang dan kuat.
"Aduhhh... enak dan nyaman." Kata Imel. "Masukin ya..." Berkata begitu Imelda meraih batang kontol Arman dan memasukkannya tepat ke dalam liang memeknya. "Akhh..."

Begitu kontolnya masuk, Arman menggeliat. Dia meraih buah pantat Imel yang kencang dan halus lalu menggenjot kontolnya hingga masuk lebih dalam dan mengayuhnya naik turun dengan cepat.
"Akhh...Arman... terus... lagi... aduuuuhhh... enaakkk... terus... yang cepet... i ya... akhhhh... Arman... Arman... aku ke luarrrr.... oughkhhh.... lagii... terussshhh... akhhhh.... akhhhh... sssshhh... ssshhhh.... oukhh.... ya... itu... begitu... terusss.... ARMAAAANNNNNN.... "

Imelda mengejang. Dia memeluk Arman dengan keras dan melenguh panjang.

Arman merasakan semburan yang hangat menyirami bagian pubis dan selangkangannya. Itulah semburan cairan kenikmatan Imel.
"Jangan lepasin dulu... aku lagi enak." Bisik Imelda sambil memiringkan kepalanya dan menempelkan pipinya di dada Arman. Matanya terpejam dengan bibir tersenyum lebar.
"Imel ..." Bisik Arman saat dadanya merasakan hembusan nafas teratur dari hidung Imelda.
"Jangan dilepas." Imelda berkata seperti mengigau. Beberapa detik kemudian Arman mendengar bunyi dengkur.... zzzz... zzzzz.... zzzz.... hrrrrr.... zzzz... hrrrr...
"Oh Tuhan... " Keluh Arman. Selama hampir satu jam dia membiarkan Imelda tidur di atas dadanya. Setelah benar-benar lelap, barulah dia melepaskan diri.

Arman mengeluh panjang. Kepalanya tiba-tiba berdenyut-denyut sakit.
"Hadeuuh... benar-benar sangat kentang." Bisiknya kepada dirinya sendiri.

Sembilan

Arman terjaga oleh harum telur dadar dan daging panggang yang sangat menyengat. Dia turun dari ranjang dengan kepala pusing. Mengenakan kaos tanpa celana dia kemudian berjalan terhuyung-huyung ke kamar mandi dan kencing banyak sekali. Ke luar dari kamar mandi dia menuju dapur dan mendapatkan kecupan di bibir dari Imelda. Gadis itu hanya mengenakan atas dasternya sedangkan pinggang ke bawah telanjang. Tampak ujung memeknya yang mungil tersenyum malu.
"Selamat pagi sayang." Kata Imel sambil satu tangannya meraih batang kontol Arman dan menggenggamnya. "Semalam enak sekali..."
"Tapi aku kentang." Arman bersungut pelan.
"Cup cup cup... sayang... jangan ngambek... ngentot lagi yuk."
"Aku lapar." Kata Arman.
"Aku juga...yuk sarapan dulu."

Entah mengapa pagi itu Arman merasa sangat lapar sekali. Dia menghabiskan setengah mangkuk kentang rebus, empat lembar daging panggang dan 2 lembar telur dadar. Imelda merasa geli melihatnya.
"Aku tadi nyari celana... koq enggak ada." Kata Arman.
"Aku buang." Kata Imel. "Sayang... celana pendek itu jelek sekali, aku enggak suka.."
"Kamu panggil aku sayang emang bener kamu sayang?"

Imelda tidak menjawab. Dia bangkit dan menggigit telinga Arman.
"Aduh... sakit... kamu beneran ih ngegigitnya."
"Ngentot yuk." Kata Imelda di telinga Arman.
"Enggak ah takut kentang."
"Iiihhh... soalnya semalem aku ngantuk banget, yang."
"Sebel ah."

Imelda tiba-tiba membungkuk, dia kemudian berjongkok dan meraih kontol Arman yang telanjang. Mengulumnya dan mengocok dengan mulutnya.
"Akhhh... " Arman mengerang. Kontolnya langsung tegang dengan sempurna setelah dikocok dengan mulut Imel.

Arman melepaskan diri dan meraih tubuh Imel, mengangkatnya dan mendudukkannya di atas meja makan. Imelda tertawa senang dan membentangkan ke dua pahanya.
"Jilat sayang."

Arman mencucup dan menjilati memek Imelda dengan rakus. Gadis itu mendesis-desis keras dengan mata merem melek.
"Ssshhhh.... ssshhhh... sssshhh....Arman... cukup... cukup... masukan sekarang...."

Arman segera bangkit dan menancapkan kontolnya hingga amblas sampai ke pubisnya. Lalu menggenjotnya dengan kecepatan tinggi. Tusukan-tusukan kontol Arman membuat memek Imelda terbeliak-beliak dan berkali-kali memuncratkan lendir kenikmatan.
"Oh Tuhan... oh Tuhan... oh Tuhan... ARMAAAAAANNNNNNNNN!!!!!!! AAAAAAKKKKKKKKKK!!!!!"

Ceprot... srrrr... ceprot.... srrrr....

Tubuh imelda sejenak kejang-kejang seperti orang terkena penyakit ayan. Lendir kenikmatanya meleleh dan tumpah di atas lantai ruang makan.
"Imel... aku... juga pengen ke luar..." Bisik Arman.
"Keluarin di dalem sayang..."
"Nanti kamu hamil."
"Biarin. Aku pengen punya anak dari benih kamu."
"Sungguh?"

Imelda mengangguk.

Arman kemudian memeluk Imelda dengan erat dan menancapkan kontolnya dengan sedalm-dalamnya. Dia mengerang ketika pejuhnya menyemprot dengan keras di dalam memek Imelda.

Srrrrr.... crot... crot.... crot.... Srrrrr.... crot... crot.... crot.... Srrrrr.... crot... crot.... crot....
"Arrrgggkhhhhhkhh...." Arman menggeram sambil bergidik. Imelda terus memeluknya dan menahan pantat Arman agar kontol tidak lepas dari kuluman memeknya.

"Hadeuuuhh... enak..." Kata Imelda sambil melepaskan diri dari Arman dan turun dari meja. Dia berjalan ke kamarnya dan merebahkan diri di ranjang.
"Mau kemana?"
"Tiduran dulu..." Jawab Imelda.

Arman tersenyum melihat belahan pantat Imel bergerak-gerak saat melangkah masuk ke dalam kamar.

Sepuluh

Imelda terbangun dan dia uring-uringan karena tidak menemukan Arman di mana pun di rumah itu. Ketika ditelpon, HPnya tertinggal di atas meja makan dan Imel jadi senewen.

Hari itu Imel tidak berniat pergi kerja ke showroom dan ingin menghabiskan waktu dengan Arman seharian sambil membereskan dokumen-dokumen milik papanya. Tapi Arman pergi tanpa pamit dan dia menurunkan koper serta kotak-kotak kardus itu dengan perasaan kesal. Saat notaris datang, Imel menyatakan ketidaksiapannya dan meminta maaf. Notaris itu menjelaskan bahwa Almarhum akan menjual sebagian asset propertinya di Bogor dan di Bandung dan telah sepakat dengan harganya serta biaya-biaya administrasinya.
"Sudah ada pembeli, kalau semuanya siap, surat perjanjian perikatan jual beli bisa ditandatangani secepatnya."
"Sementara ini semuanya ditunda dulu selama beberapa waktu, Pak. Saya mohon maaf sebelumnya dengan perubahan ini. Saya sendiri belum diberitahu mengenai penjualan aset-aset itu... mohon maklum."
"Baiklah, Bu. Saya tunggu kabar secepatnya... ini nomor saya." Kata si notaris sambil menyerahkan selembar kartu nama. "Permisi."
"Yuk, mari."

Tapi seharian itu Arman tidak muncul. Imelda sangat kesal. Malamnya Imelda tidak bisa tidur dan marah-marah sendirian. Keesokan harinya Arman tidak juga datang, Imel membanting emeber dan panci di halaman belakang. Lusanya, sepanjang hari Imel menangis. Dia kehilangan semangat dan memanggil-manggil Arman dengan pilu.

Empat hari kemudian Arman muncul di pintu dengan wajah kuyu. Imelda memburunya dengan perasaan campur aduk, marah, sakit hati, kecewa, sedih tapi juga gembira.
"Kamu jahat. Jahat. Jahat." Imel menangis sambil memukuli dada pemuda itu.

Tetapi pemuda itu diam seribu basa. Dia membiarkan dirinya dipukuli tanpa secuil pun niat untuk membalas atau berreaksi. Dia malah pergi ke teras belakang dan merokok.

Setelah puas melampiaskan kekesalannya, barulah Imelda sadar ada yang tidak beres dengan Arman. Dia merasa bersalah, menciumi Arman dan meminta maaf.

Tetapi Arman hanya diam. Diam. Dan diam.
"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Imel, akhirnya. Setelah agak lama, barulah Arman menjawab.
"Enin meninggal." Katanya. Nada suaranya terdengar dingin tapi di pipinya meleleh airmata.

***
(Bersambung)
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd