Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG ARMAN DONELLO

Status
Please reply by conversation.
tiga belas

Tidak sulit bagi Arman untuk menemukan tukang bangunan yang baik dan bisa dipercaya. Selama ini dia hidup di lingkungan mereka. Hampir semua tetangganya bisa melakukan pekerjaan sebagai kuli bangunan yang bekerja cepat dan rapih. Tetapi di antara mereka, tentu saja yang paling bisa dipercaya adalah Pak Nanang. Dia adalah seorang lelaki paruh baya yang tidak banyak mengeluh. Walau hidupnya serba kekurangan karena pekerjaan yang datang tidak menentu, namun di tengah kekurangannya dia selalu menghadapinya tanpa sumpah serapah.

Istrinya yang sering dipanggil Bu Ros oleh para tetangga, adalah orang yang pertama kali menemukan Enin meringkuk di dasar sumur dalam keadaan tak bernyawa. Saat itu dia hendak mencuci piring tapi pompa airnya macet dan lagi pula saat itu musim kemarau, jadi sudah biasa jika air dalam sumur pompanya itu kering. Dan sudah menjadi kebiasaannya jika kekurangan air selalu meminta air ke rumah Arman. Semua orang tahu, sumur yang terdapat di rumah Arman adalah sumur terbaik yang tak pernah kering dan airnya pun paling jernih.

Pagi itu Bu Ros membawa dua ember plastik yang cukup besar untuk mengambil air di sumur. Tiba di rumah Arman, dia memanggil-manggil Enin tapi tak ada jawaban. Akhirnya dia masuk ke dalam rumah karena ternyata pintunya tidak dikunci. Lalu mencari-cari Enin ke kamar dan ke halaman belakang, tapi tidak ada. Karena butuh air dan tidak berniat jelek, Bu Ros pergi ke sumur yang terletak di luar dapur. Tapi alangkah kagetnya ketika dia menurunkan ember timbaan, ember itu mengenai sesuatu yang keras, bukan mencemplung ke dalam. Bu Ros penasaran dan dia melongok ke dalam sumur. Tidak kelihatan ada kilatan cahaya yang dipantulkan oleh genangan air. Samar-samar dia melihat sepertinya ada kain baju jatuh ke sumur.

Sumur itu tidak begitu dalam, hanya sekitar 7 meter. Bu Ros kemudian mengambil senter yang menggantung di dapur... dia pun lalu menjerit dan berteriak-teriak minta tolong.
"Tolong! Enin jatuh ke sumur! Tolong!"

Serentak warga pun ramai memenuhi tempat itu. Pak RT Juhe melaporkan kejadian itu kepada Pak RW Erik yang hendak berangkat kerja. Pak Erik yang terkejut segera menelpon Polisi Kecamatan, Aiptu (Ajun Inspektur Satu) Suranta yang rumahnya terletak di RW sebelah.

Aiptu Suranta dengan sigap mengamankan TKP, mengevakuasi Enin dibantu warga dan melakukan investigasi secara menyeluruh kepada para tetangga dan sejumlah saksi. Kemudian dia membuat laporan kepada Kapolsek. Dalam laporan tersebut dia menuliskan hasil investigasinya dengan kesimpulan bahwa Enin alias Zuraida Rustiningtyas, 65 tahun, terjatuh ke dalam sumur sebagai akibat ember timbaan yang terlalu besar dan berat, sehingga dia tertarik dan terjatuh ke dalam sumur. Dalam laporan itu disebutkan dugaan terjadinya kecelakaan tersebut adalah sekitar jam 8 malam di mana pada malam itu, cucunya yang bernama Arman, 23 tahun, sedang bekerja di luar dan sama sekali tidak terlibat dalam kecelakaan tersebut. Hal ini dikuatkan oleh Tukang Tambal Ban yang menerangkan bahwa Arman datang ke bengkelnya dalam keadaan ban bocor pada jam sekitar 8-an.

Terjatuhnya Enin alias Zuraida Rustiningtyas adalah murni kecelekaan.

Laporan tersebut dibuat salinannya oleh seorang reserse bertubuh tinggi besar dan membawa salinan tersebut kepada seorang pejabat tinggi kepolisian di Polda Jabar.

Pejabat tinggi itu mengangguk-angguk. Dan tersenyum.

Arman sendiri pada hari itu, mendatangi Tukang Tambal Ban pada sekitar pukul setengah dua belas siang. Tapi ternyata motornya belum selesai dikerjakan karena masih menunggu suku cadang ban yang diinginkan datang. Akhirnya Arman naik angkot untuk pulang dan menemukan rumahnya sudah penuh sesak oleh warga yang berdatangan untuk menonton kecelakaan tersebut.

Pada saat itu Arman tentu saja merasa sangat terpukul. Tapi tak memiliki waktu untuk berduka. Pak RT Juhe dan Pak RW Erik segera memberondongnya dengan segala macam tetek bengek administrasi yang harus diselesaikan. Arman pun menurut, mengikuti aturan SOP yang sudah ditetapkan. Meskipun demikian, Arman tetap berterimakasih kepada warga, bahwa mayat Enin sudah selesai diurus, dimandikan, dikafani dan disholatkan.

Setelah itu Arman mencharter dua buah mobil omprengan untuk membawa jenazah ke Cilawung, Garut, di mana kakeknya dimakamnya. Beberapa warga ada yang ikut, termasuk di dalamnya Pak Nanang dan Bu Ros.

Sepanjang perjalanan, Bu Ros menceritakan secara detil apa yang dia ketahui tentang kematian Enin. Dari awal sampai akhir. Arman sempat juga melihat keraguan di wajah Pak Nanang bahwa kematian Enin bukanlah kecelakaan.

Pulang dari Garut, Arman menarik tangan Pak Nanang dan mengajaknya bicara di rumahnya. Namun ternyata Bu Ros juga ingin ikut.

Ketika membuatkan kopi, Bu Ros menanyakan apakah Arman tidak keberatan jika dia meminta beberapa lembar samping milik Enin.
"Atur saja semuanya sama Bu Ros... bagikan kepada tetangga yang membutuhkan." Jawab Arman sambil memeriksa kamar Enin. Dia memperhatikan dompet Enin yang kuno sudah dibuka orang... tapi uangnya masih ada. Tinggal 150 ribu lagi. Sementara lemari baju Enin pun sudah diacak-acak orang. Arman lalu pergi ke kamarnya sendiri dan memeriksanya secara teliti. Walau semua barang-barangnya masih berada di tempatnya semula, namun Arman melihat banyak yang berubah. Dia membuka lemari pakaiannya dan merasa yakin, ada orang yang telah menggeledah kamarnya.

Arman menemukan lipatan kaos kakinya sudah dibuka namun 5 butir amphetamin yang ada di dalamnya kini hanya tersisa 2 butir.
"Hm, sudah pasti orang yang menggeledah rumahku bukan polisi." Bisik Arman dalam hatinya.

Malam itu, dia berbicara panjang lebar dengan Pak Nanang mengenai renovasi kecil-kecilan yang ingin dilakukannya dan setelah direnovasi dia berniat menjualnya.

Pak Nanang tentu saja merasa senang sebab itu berarti dia dapat job. Dapat job berarti dapat uang.

Pak Nanang kemudian menjelaskan bahwa biaya renovasi tidak akan terlalu mahal, dia hanya akan akan memperbaiki pagar dan genting serta beberapa plafon yang sudah rusak kemudian mengecatnya.
"Biayanya mungkin sekitar 15 jutaan... saya akan dibantu sama Ujang Uceng, keponakan saya."
"Apa itu termasuk dengan upah Pak Nanang?" Tanya Arman.
"Belum, atuh Man. Upah untuk bapak mah biasa 150 ribu per hari, untuk Uceng 100 ribu.. kira-kira lamanya ya seminggulah."
"Baik, berarti buat Pak Nanang 900 ribu dan buat Uceng 600 ribu... jumlah total semuanya berarti 16 juta 500 ribu... besok saya akan ke ATM ambil uang, Pak Nanang besok bisa langsung kerja."
"Kalau begitu bapak permisi sekarang mau istirahat biar besok kerja semangat." Kata Pak Nanang sambil mengajak istrinya pulang.

Begitu Pak Nanang dan Bu Ros pulang, Arman mengambil linggis dan menggali tanah di bawah tiang jemuran.

Tiang jemuran itu cuma satu, tali tambang yang membentang itu diikatkan satu lagi pada paku yang menempel di dinding rumah bagian luar.

Sejak kakeknya mengatakan bahwa ayahnya menanam sesuatu di bawah tiang jemuran, Arman sudah lama ingin menggalinya. Tapi Enin tidak setuju, kata Enin yang dikubur adalah kenangan lama Doni bersama Ella. Bukan apa-apa. Apalagi harta karun.

Setelah menggali dengan kedalam setengah meter, Arman kemudian menemukan sebuah peti kayu sederhana yang dibungkus oleh plastik tebal berwarna putih. Peti kayu itu berukuran 60 X 40 cm dengan tinggi 30 cm.

Dengan gemetar dan rasa penasaran yang sangat tinggi, Arman membuka peti kayu itu di ruang tengah dan menemukan surat-surat cinta ayahnya kepada Sheilla Supadio, sebuah buku diary yang tipis, ijazah sarjana --ternyata ayah adalah Insinyur Pertambangan ITB-- buku nikah, foto-foto ayah dan ibunya ketika mereka menikah serta 20 buah emas batangan 100 gram dengan cap Antam (Aneka Tambang).

Arman memasukkan semuanya ke dalam tas ranselnya yang butut. Lalu pergi tidur.

empat belas

Dengan membawa sebatang emas batangan, keesokan harinya Arman menuju tukang tambal ban lalu pergi ke pusat kota dan menemukan toko emas yang tepat yang mau membeli emasnya dengan harga wajar. Sebelum pulang, dia mampir ke toko tas untuk membeli ransel terbaik serta membeli laptop dengan spesifikasi yang cukup mumpuni. Lalu pulang ke rumahnya dan menemui Pak Nanang, menyerahkan uang 16, 5 juta dan meminta nomor HPnya. Setelah itu dia pergi ke perkampungan yang terletak di belakang rumah Imel, mencari kamar kontrakan. Akhirnya dapat. Letaknya hanya beberapa rumah saja di belakang rumah Imelda.

Selama dua hari penuh dia berkutat dengan internet di kamar kontrakannya. Akhirnya dia menemukan orang yang bernama Dasuki itu nama lengkapnya adalah Dasuki Tjandra Purnama. Seorang pejabat tinggi kepolisian di Polda Jabar berpangkat Kombes.

Arman kemudian menelpon Pak Nanang dan meminta bertemu di sebuah warung makan sunda yang sederhana.
"Sudah makan siang belum, Pak?"
"Belum. Pas Arman tadi nelpon, saya sedang ngecat bagian depan... ini sebenarnya ada apa, Man? Koq ngundang-ngundang makan segala."
"Ayo makan dulu aja, Pak. Setelah kenyang, kita ngobrol sambil ngopi."
"Wah, kebetulan. Saya sudah lapar."

Selesai makan, Arman menjelaskan rencananya.
"Begini Pak, saya minta bapak menyebarkan berita bahwa saya mengalami kecelakaan parah ketika pulang mengantarkan penumpang. Sekarang saya dirawat di garut... biar semua warga tahu bahwa saya ada di tempat jauh."
"Wah, Man, enggak takut nanti jadi betulan kecelakaan...."
"Jangan begitu, Pak. Ini hanya agar teman-teman yang tidak menyukai saya bisa melupakan saya... katakan rumah itu juga dijual untuk biaya pengobatan."

Pak Nanang terdiam sejenak. Dia seperti berpikir...
"Bapak tahu apa sebabnya Arman melakukan ini... kamu akan menyelidiki kematian Enin, kan? Sudah bapak duga, kematian Enin memang tidak wajar. Bisa jadi dia sengaja dicemplungkan orang ke sumur."

Arman tersenyum.
"Pak Nanang sangat cerdas. Jaga kerahasiaan ya Pak jangan sampai orang tahu."
"Siap. Tapi..."
"Tapi apa?"
"Saya perlu tambahan uang untuk ongkos perceraian Nuning... 2 juta. Arman mau membantu kan?"
"Nuning bercerai?"
"Ya. Si Dadang benar-benar keterlaluan... dia sudah mabok sama janda buruh pabrik itu."
"Baik, Pak. Saya bantu." Jawab Arman sambil mengeluarkan uang 20 lembar seratus ribuan.
"Terimakasih ya, Man, sebetulnya bapak tidak bermaksud mata duitan tapi bapak terdesak."
"Sudah enggak apa-apa, ambilah Pak. Nanti kalau ada kerjaan saya telpon lagi." Kata Arman sambil beranjak dari tempat duduknya dan membayar makanan ke tukang warung.

(Bersambung)
 
Bimabet
ternyata bener dugaan sy dulu, bahwa arman anaknya Dony teman sebastian chang. sedikit-sedikit rhs kematian chang, dony akan terkuak mengarah pada kombes polisi.

yg belum diceritakan isteri dibalik foto chang dony dkk. apakah teman2 gang/ kuliah atau teman sma. semoga nanti ada flsh back. juga harta yg dicari kombes polisi.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd