Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG ARMAN DONELLO

Status
Please reply by conversation.
delapan belas

Selama satu minggu itu pekerjaan Arman hanya diam di kamar kontrakan, merapikan uang dan membungkusnya dengan kertas sampul coklat per seratus juta. Dalam kepalanya berseliweran berbagai macam ide, gagasan, keinginan, kesedihan, kenangan... semuanya berkecamuk.

Arman tiba-tiba merasakan kehampaan yang mendalam.

sembilan belas

Selesai mandi dan sarapan di warung makan yang terletak di ujung gang, Arman menelpon Vanny dan minta bertemu di kantornya di Jalan Dago. Suara Vanny terdengar riang ketika menjawab telpon. Vanny berjanji akan menyediakan waktu dan membatalkan semua janji hari itu untuk menemui Arman.

Dengan menaiki angkot, Arman pergi ke jalan dago dan menemukan gedung Bank itu tampak penuh oleh para nasabah. Dia memasuki lobby dan mendapat sambutan yang ramah dari satpam.
"Saya mau ketemu Vanny, bisa tolong tunjukkan ruangannya, Pak." Kata Arman kepada satpam yang ramah itu.
"Sudah ada janji, Pak?" Tanya Satpam.
"Sudah."
"Tunggu sebentar, Pak." Katanya, dia kemudian mencabut alat komunikasi radio Handi Talkie dari saku pinggangnya. "Ring tiga ke ring satu... ring tiga ke ring satu... ada tamu buat Bu Vanny... ganti..."
"Ring satu ke ring tiga... kijang baru sedang ditunggu... mohon di antar ke lantai 3... ganti..."
"Ring tiga ke ring satu... siap 86."

Setelah memasukkan handie talkie itu ke saku pinggangnya, dengan sangat sopan Satpam tersebut membawa Arman ke lantai 3 dan menunjukkan ruang kerja Vanny yang terletak di ujung koridor. Setelah mengetuk pintu, Satpam tersebut membukakan pintu untuk Arman dan mempersilakan masuk.
"Makasih, Pak." Kata Arman.
"Siap."

Begitu melangkahi ambang pintu, Arman disambut senyum Vanny yang lebar. Dia berdiri dari mejanya dengan HP menempel di telinga, satu tangannya bergerak-gerak mempersilakan Arman duduk di sofa minimalis khusus tamu.
"I ya i ya... betul, Pak. Saya yakin itu bukan kesalahan sistem... bisa... bisa... mmm... baik, saya mengerti... tapi hari ini saya ada klien... apa bisa digeser waktu meetingnya... baik... siap."

Vanny menutup telpon dan memasukkan HPnya ke dalam tas blazzernya.
"Hallooowww... Mas Arman... apa kabar? Gimana Imel? Masih ngambek ya... kelihatan koq kalau Imel lagi illfill begitu... ha ha ha... agak nyebelin... tapi mas Arman harus sabar... dia emang begitu..." Kata Vanny dengan riang. "Silakan duduk... mau minum apa? Jus? Kopi? Teh?"

Sejenak Arman teragitasi oleh suasana riang yang dihadirkan Vanny. Dia sejenak merasa gamang.
"Kopi aja ya biar semangat..." Vanny merogoh kantong blazzernya dan meraih HP, menelpon seseorang minta diantarkan dua cangkir kopi. "Tadinya saya mengira mas Arman akan datang agak siang... jadi bisa sekalian makan siang di sebelah..."
"Mmm... sebelumnya mohon maaf mengganggu..." Kata Arman.

Vanny tertawa renyah.
"No no no... enggak sama sekali. Saya senang mas Arman mau mampir ke sini... apa pun urusannya..."
"Saya sebetulnya sudah punya rekening di Bank CBA..."
"Mas Arman mau menutup buku dari bank itu... ehem. Bagus, saya senang sekali. Di sini kami punya fitur layanan terbaik... dari internet banking, investasi emas sampai dengan konsultasi finansial... bahkan kami memiliki sejumlah konsultan terbaik nasional yang bisa membimbing mas Arman untuk membangun bisnis yang sukses... kami sangat memperhatikan kebutuhan nasabah dan senantiasa menjaga keamanan dan kenyamanan nasabah... paket-paket kami dari nominal 100 juta sampai satu M... koq saya jadi ngiklan ya ... ha ha ha... maaf..."

Arman menghela nafas, berat. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu.

Sebuah ketukan di pintu membuat Vanny urung duduk di depan Arman. Seorang office boy masuk membawa baki berisi 2 cangkir kopi. Dia meraih cangkir kopi dan meletakkannya di depan Arman, satu lagi diletakkan di ujung yang bersebrangan.
"Makasih ya Wan, kalau masih ada kue di ruang direktur... ambil aja bawa ke mari ya."
"I ya, bu."
"Nah... mas Arman... langsung saja diminum dulu... mungpung masih panas."
"Makasih..." Jawab Arman sambil mengecup bibir cangkir ditemani tatapan tak berkedip dari Vanny. "Sebetulnya, selain ingin membicarakan pembuatan rekening... saya... juga ingin nanya sedikit tentang Imel..."
"Imel? Emang kenapa dia?"
"Entahlah, sudah seminggu lebih dia... tidak acuh..."
"Mas Arman kangen ya?"

Arman mengangguk.

Entah apa yang dirasakan Vanny saat itu, saat melihat cowok ganteng yang tengah duduk di depannya, wajahnya menjadi kuyu karena merindukan orang lain. Ada rasa cemburu, sedih, aneh... tapi juga diam-diam merasa senang karena hubungannya bermasalah.
"Sabar aja mas... Imel orangnya memang agak aleman... kadang bahkan angin-anginan..." Bersamaan dengan itu, HP di saku blazzer bergegat keras.

Vanny meraih HPnya dan melongok sebentar, matanya sedikit terbelalak.
"Mas Arman... ini Imel... saya angkat ya? Hallowww... Imeelll... apa kabar?" Kata Vanny, suaranya riang. Dia kemudian memijit tombol speaker sehingga pembicaraan telpon bisa didengar oleh Arman.
"Aku mau ke sana ngurusin leasing, bisa enggak Van." Kata Imel di sebrang sana.

Arman menjengkit, dia duduk tegak. Wajahnya sedikit berubah... suara itu... dia kangen dengan suara Imel.
"Kapan?"
"Sekarang. Bisa kan?"
"Mel... aku lagi sibuk... sebentar lagi meeting sama Bu Gresia... tapi kalau kamu mau cepet aku suruh Selly yang ngelayanin... mau?"
"Ogah. Kalau sore?"
"Paling besok, Mel kalau mau. Emang berapa yang mau dileasing?"
"Ada sepuluh motor... ya udah besok aja aku ke sana."
"Oke, aku tunggu. Kamu nanti dianter Arman kan?"
"Siapa?" Tanya Imel, nadanya tinggi.
"Arman. Dia kan pacar kamu."
"Ah, udahlah. Aku males ngebahas dia."
"Kenapa?"
"Aku males, Van. Dia itu... ah sudahlah. Bodo amat."
"Dia selingkuh ya kayak si Ben."
"Enggak... bukan itu. Van, udah ya. Sampai besok."
"Eh, Mel, tunggu. Berati kamu putus sama Arman?"

Tapi telpon keburu ditutup. Ketika Vanny ngelirik ke arah Arman, cowok itu tampak sangat aneh. Tatapannya kosong.
"Mas... mas Arman..." Kata Vanny. "Haallowww..."

Arman terdiam dengan ekspresi melamun.
"Salah saya apa?" Kata Arman seperti mengigau. "Imel kamu koq tega banget..."

Vanny terdiam. Ingin rasanya dia mendekati cowok itu, menghiburnya, memeluk lengannya... menciumnya...
"Hadeuuh..." Keluh Vanny. Dia dengan sabar membiarkan lelaki itu menyelesaikan konflik batin yang sedang bergejolak di dalam dadanya. Sementara itu, sambil menikmati tubuh cowok yang sedang down itu, diam-diam Vanny membandingkannya dengan Anton, pacarnya. "Hmm... emang jauh sih, dia lebih ganteng... tubuhnya juga lebih atletis..."

dua puluh

Gresia Anastasia Wijaya memperbaiki riasan bedaknya yang tipis di belakang stir. Direktur HRD & Development System Bank BHS itu memiliki kebiasaan seperti itu selama hampir lebih dari separuh hidupnya. Terhitung sejak dia mengetahui bahwa penampilan yang prima dan menawan itu adalah sebagian dari pekerjaan, maka dia tak pernah bisa dihentikan untuk selalu menyediakan waktu 5 menit sebelum ke luar dari mobil. Lalu TP-TP (Tebar Pesona) sedikit menggoda para satpam terutama yang masih brondong, office boy dan para nasabah yang mengantri di ruang tunggu. Dia tahu dirinya cantik dan masih seksi walau kini usianya sudah menginjak 46. Beberapa decak kagum, lirikan dan bahkan siulan selalu menyenangkan hatinya. Bagaimana pun, kaum adam adalah mainan paling menyenangkan dalam hidupnya. Mereka memiliki pesona khas masing-masing yang tak pernah sama.

Saat dia menyelesaikan ulasan terakhir pada pipinya --yang masih kencang dan halus-- sepasang matanya menangkap sesosok mahluk jantan yang seksi tengah berjalan di depan moncong BMWnya.
"Aih... brondong ganteng, mau kemana?" Tanya Gresia dalam hatinya. "Mau melakukan penarikan atau pemasukan...hhhhhh... jadi gemezsssss..."

Matanya terus mengikuti langkah kaki yang kokoh itu dengan nanar. Menilik dari selera berpakaiannya yang kuno --kemeja Polo lengan pendek, pantalon katun potongan lurus yang ketat di bagian bokong, sepatu kulit-- brondong itu tentulah seorang pemain cinta yang hebat. Gresia nyengir sendiri ketika secara tak sadar dia mengusap bagian tengah selangkangannya dari atas rok spannya yang pendek. Dia memperhatikan brondong itu berbicara dengan Satpam dan kemudian di antar ke suatu tempat.
"Hm, pasti nasabah baru." Katanya.

Ke luar dari pintu mobil, Gresia sengaja membiarkan matahari pagi menyinari sebagian paha mulusnya yang putih... dan sedikit ujung celana dalamnya. Beberapa pasang mata pria yang tak sengaja melihatnya, sepertinya menjelalat. Sengaja dia memperlambat waktu menutup mobil. Berdiri sebentar lalu pura-pura lupa pada tas tangannya, dia menungging untuk meraih tas yang tergeletak dekat tongkat persneling. Sepasang buah pantatnya yang masih semok menggoda, membuat Satpam yang berjaga di balik pos geregetan ingin menampolnya dengan lembut dan meremasnya.

Gres tahu orang-orang memperhatikannya. Tapi mereka tidak tahu Gres sengaja melakukannya. Sekilas tatapannya menyapu sekitar, beberapa brondong yang tertegun dan bapak-bapak setengah baya yang menelan ludah... namun ada beberapa cibiran dari sejumlah STW dan mamah-mamah muda yang menanti giliran dalam antrian. Bodo amat.

Gres melangkahkan kaki dengan anggun. Office boy mengangguk hormat mengucapkan selamat pagi, Gres menjawabnya. Satpam Lobby tegak menghormat. Gres mengangguk. Dia tersenyum kepada para nasabah dan menatap tajam para CS (customer Service) dan Teller... seakan-akan dia berkata, "kerja yang cepet, jangan lelet!"

Kemudian dia meneruskan langkah dan sengaja mencegat satpam yang baru saja mengantar Arman untuk menemui Vanny. Satpam itu berhenti sejenak dan menghormat.
"Barusan yang Pak Asep antar itu tamu saya atau bukan?" Tanya Gresia dengan nada seakan kesal.
"Bukan, Bu. Itu nasabah baru yang akan konsultasi dengan Bu Vanny."
"Oh, baiklah."
"Permisi, Bu."

Saat memasuki lift, Gresia berpikir mencari cara agar bisa mengenal brondong itu.
"Sekali-kali gangguan si Vanny boleh juga tuh." Katanya dengan senyum yang cerdik. "Si Vanny itu juga apaan... paling besar juga nasabah 100 juta, pake dibawa-bawa masuk ke ruang kantor segala... gua kasih tahu si Anton tahu rasa lu."

Satpam lantai 3, Hadi membungkuk hormat kepadanya. Office boy Wawan melangkah cepat menuju ruang kerja Vanny membawa baki berisi 2 cangkir kopi.
"Pake disuguhin segala... ha ha ha Vanny vanny... tahu aja kamu sama barang bagus." Kata Gresia sambil memasuki ruangannya sendiri, meletakkan tas di meja dan menyalakan komputer, memasukkan password...
"Hari ini tidak akan ada tamu, tidak ada acara penting... aku bisa nyantai..."

Tiba-tiba pintu diketuk dan Office Boy Wawan masuk.
"Permisi, Bu." Katanya sambil melangkah menuju meja meeting yang panjang dan mengambil beberapa toples kecil berisi kue-kue cemilan untuk diletakkan di atas baki.
"Cemilan itu udah agak lama, Wan." Kata Gresia. "Buat siapa?"
"Tamunya Bu Vanny, Bu."
"Ambil cemilan baru di lemari, yang itu nanti bawa aja ke belakang ya... kalau udah agak basi buang, tapi kalau masih layak... kamu habiskan sama-sama teman-teman. Oke?"
"Siap, Bu. Makasih."
"Sekalian bilangin ke Vanny saya mau mampir ke ruangannya."
"Siap, Bu."

dua puluh satu

Wawan meletakkan toples-toples itu di atas meja kecil sambil mengintip paha Vanny yang terbuka secelah.
"Mulus benerrrr." Kata Wawan dalam hatinya.
"Bu, tadi Bu Gresia bilang mau mampir ke sini sebentar."
"Ah, yang bener Wan?"
"I ya, Bu."
"Baik, makasih ya Wan." Kata Vanny. "Jadi sampai mana kita tadi? Oh, persyaratan ya... KTP atau SIM, No HP, Email... berapa jumlah nominal yang akan Mas Arman simpan?"
"Enggak besar... cuma satu koma delapan."
"Maksudnya 180 juta? Berarti Mas Arman akan saya rekomendasikan untuk mendapatkan layanan silver dan berhak mendapatkan konsultan gratis selama 3 pertemuan..."
"Permisi... Maaf mengganggu... boleh saya masuk..."
"Si...silahkan masuk, Bu. Mas Arman, ini kenalkan Ibu Direktur HRD dan Development System... penyelia saya."
"Arman." Kata Arman sambil bangkit dari duduknya, mengulurkan tangan dengan gaya seorang jentelman sejati.
"Gresia." Jawab Gres, dia menerima uluran tangan itu dengan lagak perawan bau kencur yang pemalu. "Saya pengawas penyelia manajer... maaf jika kehadiran saya membuat Pak Arman kurang nyaman."
"Tidak, Bu. Tidak apa-apa."
"Silahkan, Van. Lanjutkan."
"Nah... apabila simpanan tersebut berupa deposito triwulan... mas Arman akan mendapatkan tambahan konsultasi gratis menjadi 6 pertemuan sedangkan untuk tabungan hanya 3 kali saja."
"Baik, saya paham. Tadi disebutkan mengenai investasi emas... itu maksudnya apa?"
"Kami memliki cadangan emas batangan Mas Arman... maksudnya begini, saat ini harga emas per gram adalah 571 ribu rupiah, misalkan mas Arman membeli 10 gram berarti mas Arman harus menyetorkan uang 5 juta 7 ratus 10 ribu rupiah, nanti kami akan mengeluarkan rekening yang berbeda berupa sertifikat kepemilikan emas 10 gram."
"Berarti saya tidak pulang membawa emas, tapi membawa sertifikat?"
"Betul. Tapi mas Arman tidak perlu khawatir, sertifikat itu bisa diuangkan sewaktu-waktu dengan nilai jual emas yang berlaku saat itu."
"Kalau sebaliknya gimana?" Tanya Arman.
"Maksudnya?"
"Saya punya emas 10 gram lalu menyimpannya di sini, apakah saya pulang dengan membawa sertifikat 10 gram?"

Vanny tertawa pelan. Namun Bu Gresia mendehem.
"Maaf." Kata Vanny. "Sampai dengan saat ini belum ada kasus seperti itu. Kalau orang sudah punya emas umumnya mereka menyimpannya sendiri. Tapi dalam hal ini kami akan mengechek surat-surat pembelian, kadar emas dan lain-lain..."
"Maaf Pak Arman, saya ingin sedikit menambahkan. Seandainya Mas Arman memiliki emas untuk disimpan di tempat kami... tentu saja kami sangat wellcome. Tetapi ada beberapa standar yang harus dipatuhi... untuk mudahnya begini, kami menerima simpanan emas yang diproduksi oleh London Gold, American Gold dan Antam Indonesia." Kata Gresia dengan wajah serius. "Khusus untuk emas Produksi Antam Indonesia yang diproduksi pada tahun 1990 s/d 1998 memiliki nilai yang berbeda. Karena pada kurun waktu tersebut Antam hanya memproduksi emas 24 Karat, emas murni. Harganya pun lebih mahal. Tadi Vanny luput menjelaskan bahwa investasi emas yang dimaksud di Bank ini adalah emas 22 Karat dengan harga seperti yang sudah disebutkan tadi. Sedangkan untuk emas Antam produksi 90-98 nilai harganya adalah... sebentar saya chek dulu." Berkata begitu Gresia mengeluarkan HPnya dan memijit-mijit screen. "Hm, di sini disebutkan harganya 1 juta rupiah per gram... kini Antam tidak memproduksi emas 24 karat lagi, jadi ini menjadi benda langka yang banyak diburu oleh para kolektor...oh, ya. Ini ada informasi terbaru... kemarin dari sebuah toko emas di alun-alun Bandung ada yang menjual emas 24 karat 100 gram tahun 98... toko itu kemudian melelangnya dan berhasil dijual dengan harga 150 juta..."

Mendengar penjelasan tersebut Arman jadi terpaku.
"100 gram dijual 150 juta?" Tanya Arman dengan wajah yang mustahil menyembunyikan keheranan.
"Ya, 150 juta. Pak Arman heran ya apa sebabnya? Karena emas produksi Antam 92-98 memiliki keunikan... selain kualitas massanya yang tetap tak berubah sampai jangka waktu 500 tahun --kalau yang 22 karat, setiap tahun berkurang 0,001 gram per tahun-- selain itu emas produksi tahun itu juga memiliki khasiat yang aneh. Yakni, jika kita rendam emas tersebut dalam bathtube selama 2 jam, maka airnya akan berubah menjadi kekuningan dan apabila air tersebut kita pergunakan untuk berendam... itu merupakan anti oksidan kulit terbaik... tubuh jadi lebih bugar dan lebih awet muda.... maaf, apakah saya tidak terlalu bertele-tele dan berpanjang lebar?"

Arman bengong.
"Pak Arman... Pak Arman... apakah saya..."
"Tidak... tidak, Bu. Saya sedang terpukau menganggumi cerita Ibu..."
"Jangan panggil saya Ibu, panggil Teteh saja..." Kata Gresia dengan hati berbunga-bunga. Senyum di wajahnya mekar berseri. "Saya memiliki kisah unik di balik produksi emas Antam ini... kisah seorang Insinyur Pertambangan yang bernama Donny Kartono...mmm... bukan.. Donny Kantono... mmm... atau mungkin Donny Karsono... saya lupa lagi... pokoknya nama depannya Donny... dia menemukan cadangan emas yang sangat besar di daerah Sekemirung... Bogor Selatan... tapi ceritanya sangat panjang tidak akan cukup satu jam... eh, ini sudah ke luar dari jalur dari pembicaraan..." Kata Gresia dengan sedikit kerlingan genit.
"Oohh... saya ingin sekali mendengarnya." Desah Arman dengan polos.
"Sungguhkah?"
"I ya, Bu. Eh... Teteh."
"Kalau begitu Pak Arman harus mentraktir saya makan siang..."
"I ya, boleh, Bu eh Teh. Kapan dan di mana, sebutkan saja."

Hati Gresia menjerit-jerit gembira. Ho ho ho... brondong polos ini mudah sekali dijerat.
"Yaaa... siang ini juga boleh... kebetulan jadwal saya lagi kosong... mmm... bagaimana kalau di Blue and Green Resto..."
"Yang di mana, teh? Yang di Gunung Manik Sumedang atau yang di Bukit Tunggul Lembang?"
"Memang di Gunung Manik ada BG Resto? Mau dong ke situ..." Kata Gresia dengan nada yang sangat manja.
"Mm, ada... teh, tempatnya sangat sedap bener. Di pinggang Gunung Geulis yang sejuk, pemandangannya indah, ada air panasnya dan Gule Kambingnya, konon, itu paling the best se dunia."
"Ah masa?"
"Asli." Kata Arman. "Asal Teteh mau ceritain legenda emas itu... saya siap mentraktir... teteh mau apa saja di situ... bebas... kita bisa janjian ketemu di sana atau sewa travel... atau pake mobil teteh dan saya yang jadi sopirnya."
"Pake mobil teteh aja... Pak Arman."

Arman tertawa.
"Panggil saya Arman saja, teh." Kata Arman. "Sekarang jam berapa?"
"Jam sembilan 10 menit." Vanny yang menjawab.
"Kalau kita berangkat sekarang, paling cepat kita bisa sampai di sana sekitar jam setengah dua belasan... kalau macet... ya... bisa jadi jam satuan..."
"Kalau begitu kita berangkat sekarang." Kata Gresia dengan nada gembira.
"Mas Arman... jadi soal bikin rekeningnya gimana?" Tanya Vanny dengan kesal.
"Mmm... sebenarnya sekarang saya tidak sedang membawa uangnya..."
"Besok kan masih bisa." Kata Gresia lembut. "Memang jumlah nominalnya berapa yang mau disimpan?"
"180 juta." Sahut Vanny.
"Saya nanya ke Arman, Van."
"Mungkin lebih." Jawab Arman.
"Baik, biar nanti saya urus sendiri. Kamu urus yang lain saja ya Van."

Vanny terdiam sejenak.
"I ya, Bu."

Sementara itu Arman menghabiskan kopinya dan mengambil beberapa cemilan yang langsung dikunyahnya. Dia kemudian berdiri dan dengan kurang sabar melangkah duluan ke luar ruangan kerja Vanny. Sebelum Gresia mengikuti langkah Arman, dia berkata pelahan kepada Vanny, "jika semua berjalan lancar dan baik... tanpa ada desas desus dan gosip murahan tersebar... saya akan rekomendasikan nilai A kepada Dirut... tapi kalau tidak... ah, sudahlah. Mungkin kita akan menjadi sahabat." Kata Gresia dengan senyum yang dingin mengerikan.

Vanny tak bisa bicara sepatah kata pun. Cuma bisa memaki-maki dalam hati.
"Dasar macan betina yang kelaparan brondong!" Katanya sambil menghempaskan diri di kursi putarnya, lalu mengubur mimpinya untuk berselingkuh dengan pemuda ganteng itu jauh di lubuk hatinya yang paling dalam.

Begitu mereka pergi, Vanny menelpon Imel dan mengatakan bahwa pertemuan dengan Direktur HRD dibatalkan.
"Dia ada acara mendadak ke Sumedang," Kata Vanny. "Kamu ke sini deh sekarang, di sini banyak cemilan enak."
"Oke." Jawab Imelda di sebrang sana.

(Bersambung)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd