Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG ARMAN DONELLO

Status
Please reply by conversation.
Wow updatenya sebuah ketidak-tertebakan yang sudah saya tebak.. hekekek

Tapi part yang paling tidak tertebak adalah nomor delapan belas

Hekekek
Makasi makasi makasi
 
dua puluh dua

Vanny ke luar dari ruang kerjanya, dia berdiri di pagar koridor lantai 3 sambil menatap langit yang biru dan jernih. Hari ini tampaknya akan berlangsung dengan cerah. Dari kejauhan dia melihat berbagai kesibukan manusia, mobil dan motor yang berlalu lalang, orang-orang yang hilir mudik... lalu dia melihat Arman ke luar dari lobby bersama Bu Gres.
"Hm... setelah mengisap semua kemudaannya... kita lihat, berapa lama dia akan mencampakkan Arman." Katanya dalam hati.

Vanny tahu, Gresia itu bukan perempuan sembarangan. Macan betina itu memulai karirnya dari bawah sebagai CS dengan bekal pendidikan D3 Perpajakan. Sambil bekerja dan menjadi selingkuhan seorang Brand Manajer, dia meneruskan sekolah dan mendapatkan gelar sarjananya. Tak lama dia promosi menjadi manajer dan menendang selingkuhannya untuk mendapatkan Alex Wu, Brand Manajer yang kemudian promosi menjadi Direktur Operational & Research. Mereka menikah dan memiliki satu orang anak perempuan bernama Vivian Wu. Belakangan ini, Vivian Wu semakin terkenal sebagai artis sinetron sekaligus bintang iklan yang sangat laris.

Usia Alex dengan Gres terpaut 15 tahun. Diam-diam, Gresia tidur dengan sejumlah petinggi Bank di level Komisaris untuk mendukung karir suaminya.

Didukung oleh istri yang gesit dan cantik, karir Alex melesat pesat. 5 tahun setelah menikah, Alex diangkat menjadi direktur utama. Ketika Gresia diangkat menjadi Direktur HRD & Development System, Alex ditarik ke Bank Pusat yang berkedudukan di Singapura. Hal tersebut menyebabkan Gres semakin bebas melakukan petualangan dengan para brondong incarannya. Apalagi ketika Vivian bergerak di dunia hiburan... dia bebas memilih-milih brondong kesukaannya. Bagi Gres, para brondong itu cuma semacam kuliner pinggir jalan yang cuma dicicip rasa dan teksturnya... hanya untuk ditinggalkan dan dilupakan.

Moge Matic 250 cc itu tampak sangat berbeda dengan kendaraan lainnya bahkan dilihat dari kejauhan ketika Vanny menerka-nerka siapa pengendaranya yang memakai blazer dan rok span itu.

Moge itu kemudian berbelok masuk ke halaman parkir Bank, Vanny merasa aneh melihatnya. Pengendara itu kemudian membuka helmnya dan kini Vanny tahu itu adalah Imelda.
"Tentu saja dia memakai motor keren, dia kan dealer motor." Katanya dalam hati.

Beberapa menit kemudian Imel sudah berada berada di depan meja kerjanya dan menandatangani berbagai surat perjanjian seperti biasanya. Setelah urusan bisnis selesai, barulah mereka pindah ke sofa tamu minimalis dan menikmati cemilan.

"Moge kamu keren." Kata Vanny.
"Itu punya Arman." Jawab Imel.
"Loh, koq bisa?"
"Ya bisa aja, orang dia minjemin ke aku."
"Terus dia ke sana ke sini pake apa?"
"Mana aku tahu. Biarin aja dia jalan kaki atau naik angkot. Bodo amat."
"Kasihan ih... kamu kejam."
"Aku enggak kejam. Aku pengen dia tahu kalau dia itu orang biasa lulusan SMA... dia musti tergantung sama aku... aku enggak suka dia jadi terlalu mandiri..."
"Tapi kan, Mel..."
"Cepat atau lambat dia akan kembali ke aku... kalau duit hasil penjualan rumah neneknya sudah habis... dia pasti datang ke aku."
"O, jadi selama ini dia punya duit dari situ... kamu tahu darimana?"
"Aku denger dia menerima telpon dan berbicara mengenai penjualan rumah neneknya."
"Oh."
"Lagian, kalau motor aku pegang... dia enggak akan bisa ngojol... he he he...."
"Ih kamu jahat."
"Aku enggak jahat. Kata Om Rudy, sahabat papa yang kemarin dulu ke showroom, aku harus hati-hati sama Arman... cowok ganteng seperti itu harus dijadiin boneka beruang buat di rumah... jangan dijadiin pinter... entar dia punya usaha sendiri lalu jadi belagak... bisa aja aku ditinggalin... dia cari yang lebih muda..."
"Emang umur Mas Arman berapa tahun?"
"Dia lahir desember... tahun ini 23."
"Kamu sendiri sudah 26 ya? Ha ha ha... aku udah 27... aku mungkin akan mengajak Anton untuk menikah."
"Sebetulnya aku juga pengen menikah sama dia... tapi kata Om Rudy... aku harus berpikir dulu secara matang... biarkan waktu yang menjadi proses. Begitu katanya."
"I ya juga sih. Itu ada benernya. Kita jangan sampai tergesa-gesa..." Kata Vanny. "Eh, Mel, kamu kan pernah tidur sama Ben... sssttt, jangan membantah. Aku tahu. Tapi kalau sama Arman kamu pernah juga enggak sih?"

Imelda menatap Vanny sambil tersenyum.
"Pernah."
"Terus?"
"Terus apa?"
"Kalau dibandingin Ben gimana?"

Imelda tiba-tiba mengikik.
"Kamu kenapa sih." Kata Vanny, wajahnya penasaran.
"Aku ibaratkan aja ya perbedaannya... Ben itu ibarat ayam yang pandai mematuk dan berkokok... tapi kalau Arman, dia... dia ibarat..."
"Ibarat apa?"

Imelda tersenyum, matanya mengerling ke langit-langit.
"Dia itu ibarat kuda liar yang bisa membawa kita ke surga."
"Ooooohhhh.... Maaayyyy..... Gaddddd.... sehebat itukah?"
"Karena itu aku harus bisa mengendalikan dan menguasainya... dia orang yang sangat baik sebenarnya, Van. Aku yakin dia juga setia. Tapi entah kenapa... aku takut sama kecerdasannya. Dia sangat cerdas. Coba kalau orangtuanya masih ada dan membiayainya di sekolah terbaik sampai perguruan tinggi... dia pasti jadi orang hebat... selama ini dia tinggal sama neneknya yang jualan tempe bungkus."
"Oh begitu."
"Udah siang nih... aku mau kerja lagi..."
"Ya udah... hati-hati di jalan ya."
"Oke."

dua puluh tiga

Gresia hampir tidak percaya jika ternyata dengan sekali lempar umpan, langsung dapat mangsa. Pelahan dan teliti, dia mengamati Arman. Brondong yang satu ini memiliki perawakan yang sangat berbeda dengan brondong-brondong lain yang pernah dicicipnya. Dia memiliki tubuh atletis yang proporsional, tidak kelihatan kekar tapi sangat macho. Brondong ini mungkin agak sulit ditundukkan, tapi sekali dapat... hi hi hi... takkan bisa dihentikan.
"Kelihatannya dia enggak mirip dengan barang sekali pakai... hm.... sejak terakhir aku berkencan dengan pria setengah bule peranakan negro amerika itu... aku belum lagi pernah merasakan ngecrot lagi... ah, entahlah." Katanya dalam hati sambil pura-pura tidur ayam. Dia bersandar di kursi jok kulit yang nyaman.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, menyusuri jalanan kota Bandung yang ramai lancar. Brondong itu rupanya cukup lumayan dalam menyetir, cukup terbiasa dengan transmisi manual dan dia melakukannya dengan halus dalam setiap perpindahan gigi. Setelah melewati bundaran Cibiru, mobil menepi memasuki pom bensin.
"Masih cukup, koq Man." Kata Gres.
"I ya Teh, tapi lebih baik kalau saya isi penuh... biar enak jalannya."

Gresia cukup heran dengan kelakuan brondong itu. Dia turun dan mengisi bensin lalu membayarnya tanpa banyak cingcong.
"He he he... dia bukan brondong mata duitan..." Kata Gres dalam hati. Dia melirik ke arah meteran fuel yang langsung bergerak ke arah penuh.
"Makasih... berapa semuanya?"
"Maksudnya teh?"
"Kamu kan cuma janji nraktir makan siang, bensin enggak termasuk kan?"

Brondong itu tertawa. Suara tawanya bikin Gresia gemes.
"Koq malah ketawa?"
"Teteh ini kenapa sih, cuma bensin doang dipikirin." Katanya sambil menginjak pedal gas dan mobil pun meluncur. "Mmmm... transmisinya belum pernah diservis ya teh? Ini kog agak kasar kerasanya..."
"I ya, mungkin ada setahun. Tapi masih oke koq."
"Memang, masih lumayan. Tapi daripada teteh nanti ke luar uang lebih banyak, lebih baik besok-besok segera diservis."
"Nasihat yang bagus." Kata Gres. "Nanti aku cari waktu yang tepat untuk ke bengkel."
"Ya tentu saja saya lupa kalau teteh sangat sibuk. Nanti Arman bantu deh bawa ke bengkel."
"Wah... baik banget. Yakin?"
"Yakin, teh."

Gresia berpikir, para brondong umumnya reseh. Mereka biasanya mencari cara agar bisa morotin dia. Sejauh ini, Gres tidak percaya pada brondong mana pun untuk mengurusi mobil BMW yang sangat disayanginya ini. Lagi pula, para brondong itu belum pernah ada yang bisa benar-benar memuaskan dia. Gres merasa tidak yakin dengan kebaikan pemuda itu.
"Ngomong-ngomong, Man, orangtua kamu kerja di mana?" Kata Gresia sambil menoleh ke arah Arman dan menikmati rahang yang kuat dan berbentuk sempurna itu.
"Entahlah." Jawab Arman sambil menarik nafas berat seakan-akan bersedih. "Kata Nenek, mereka berpisah beberapa hari setelah aku dilahirkan. Bahkan enggak sempat memberi aku nama. Nenek bilang, waktu Kakek memberi nama aku, dia menemukan sebuah kantong plastik yang ketinggalan di angkot..."
"Tunggu... kakekmu supir angkot?"
"I ya, Teh. Aku belajar nyupir dari beliau sejak SMP."
"Oh... terus?"
"Ternyata kantong plastik itu berisi es krim... conello... seumur hidup kakek belum pernah mencicipi es krim... karena sayang jika es krim itu mencair dan terbuang percuma, maka kakek pun memakannya... ternyata enak... ketika pulang dia kemudian memberi aku nama Arman Donello padahal maksud kakek Arman Conello... ha ha ha... lucu kan?"
"Sangat lucu sekali." Jawab Gresia dengan mimik wajah serius.
"Aku tidak pernah sempat mengenal mereka." Kata Arman lagi. "Jadi aku tidak tahu apa pekerjaan mereka."
"Ya Tuhan..."
"Setelah lulus SMU, kakek enggak setuju aku kuliah... lebih baik aku kerja jadi sopir angkot saja... lalu beliau meninggal... aku kemudian berpindah profesi jadi Ojol dan berniat mengumpulkan uang untuk membeli mobil... maksudku, aku akan jadi sopir taksi online... nah, bulan kemaren silam, waktu nenek sakit keras... nenek bilang dia berniat menjual tanah mereka yang di Garut buat modal... dan sudah ada pembelinya... nenek pengin aku membangun pabrik tempe.... bukan menjadi ojol..."
"Nenekmu pembuat tempe?"
"I ya, dia membuat tempe bungkus lalu menjualnya di pasar... namun sayang, setelah transaksi jual beli tanah selesai, beberapa hari kemudian nenek malah meninggal... yaahh, sudah takdir... aku berniat menyimpan uang itu di bank... sementara ini aku sedang memikirkan rencana menggunakan uang itu dengan bijak... sesuai keinginan nenek."
"Itu cara berpikir yang bagus, Man. Teteh senang mendengarnya... maksud teteh mendengar rencana kamu, soal nenek... teteh ikut sedih dan berduka cita."
"Itu sudah berlalu, Teh. Arman sudah berusaha melupakannya... teh, sebentar lagi kita sampai."

dua puluh empat

Mereka melewati alun-alun Tanjungsari, berbelok ke arah kanan dengan memintas jalan, lalu memasuki jalan aspal kecil yang jelek dan menanjak. Setelah beberapa kali melalui kelokan yang cukup tajam, akhirnya mereka menemukan sebuah plang besar yang berbentuk gapura yang bertulisan "Wellcome in Blue & Green Restorant" yang sangat besar, lalu di bawahnya ada tulisan yang lebih kecil "the wright way to enjoy nature and food".

Gresia tersenyum melihat plang itu, yang sangat mirip seperti di Lembang. Di pintu gerbang, dua orang satpam menyambut mereka dan mengarahkan mobil menuju tempat parkir yang sangat nyaman. Saat ke luar dari mobil, Gresia tersenyum sambil menarik nafas panjang.
"Wuih... udaranya seger banget." Katanya. Arman mendahului langkah Gresia menuju lobby restorant dan berbicara dengan petugas. Dia meminta meja balkon yang menghadap ke arah hamparan dataran rendah yang sangat indah.
"Siap, Pak. Kebetulan masih ada dua balkon yang tersisa... mau yang di lantai bawah yang biasa atau yang VIP... yang VIP ini terpisah, Pak. Berupa pavilliun yang dibangun menempel di lereng gunung Geulis... sangat kami rekomendasikan... ada kamar untuk istirahat dan bak air panas dari kawah gunung..."

Arman menoleh ke arah Gresia dan tersenyum.
"Teteh mau yang mana?"

Hati Gresia sedang berbunga-bunga saat itu. Belum pernah seumur hidupnya dia dimanja begitu rupa oleh seorang brondong.
"Yang VIP kalau boleh." Katanya.
"Yang VIP aja kang." Kata Arman.
"Cash atau kartu kredit, Pak."
"Cash saja. Berapa?"
"Mmm... cuma untuk makan siang aja atau mau sekalian menginap?"
"Makan siang sa..."
"Menginap." Bisik Gresia cepat ke telinga Arman.

Arman sejenak menatap Gresia dengan tatapan tajam. Dua pasang mata pun saling bertemu. Petugas lobby pura cuek tidak peduli.
"Baiklah, menginap, kang."

Petugas lobby tersenyum. Dia sudah menduganya.
"Baik dengan menginap ya... makan malam jam 7... kami akan mengirimkan menu pada jam 3 sore... makan pagi... jam delapan... apa perlu kami sediakan minuman lain... wine misalnya?"
"Boleh." Jawab Gresia.
"Baik, jadi semuanya... plus pajak... 3 juta 2 ratus 5 puluh 5 ribu rupiah."

Arman mengeluarkan dompetnya dan menarik beberapa puluh lembar uang pecahan 100 ribu dengan sekali tarik.
"Tolong dihitung." Katanya sambil meletakkan uang itu di meja lobby.
"Maaf, Pak. Ini kelebihan... " Kata si petugas setelah dengan teliti dan terampil menghitung uang tersebut. Dia mengembalikan 3 lembar uang seratus ribuan itu. "Uangnya 3 juta 3 ratus ya Pak... sebentar kembaliannya."
"Udah, enggak usah. Buat kamu aja." Kata Arman.
"Terimakasih, Pak." Kata Sang petugas lobby dengan mengangguk. Dia kemudian membungkuk mengambil kunci dan memanggil seorang bellboy yang mengenakan pakaian adat sunda.
"Tolong antarkan bapak ini ke ke Paviliun VIP."

dua puluh lima

"Oh Tuhan! Arman, ini indah sekali." Kata Gresia dengan mata membelalak.
"Memang." Kata Arman sambl tersenyum.
"Dari mana kamu tahu tempat ini?"
"Dulu, waktu aku menjadi ojol, di sini ada kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Seorang pejabat yang datang telat, memintaku mengantarnya ke tempat ini dengan motor karena saat itu sepanjang jalur Jatinangor - Tanjungsari sedang macet..."
"Ini lebih bagus dan lebih indah dibandingkan dengan yang di Lembang."

Pelayan datang membawa teko dan cangkir keramik. Meletakknya di atas meja dan menyampaikan informasi bahwa makan siang akan siap dalam 40 menit.
"Silahkan, Pak." Katanya setelah mengisi cangkir-cangkir itu dengan minuman yang terdapat dalam teko. Harum kopi jahe pun menyeruak.
"Terimakasih, Pak." Kata Arman. "Teteh enggak keberatan kan saya merokok?" Berkata begitu dia mengeluarkan kemasan rokok kretek dari saku pinggir pantalonnya.
"Enggak, aku juga ngerokok ko... cuma enggak banyak... hanya untuk kopi yang enak." Kata Gresia, dia mengeluarkan kemasan rokok filter berwarna putih dari dalam tas tangannya.
"Kopinya enak." Kata Arman sambil mengecup bibir cangkir.
"Ya, ini kopi enak... jahenya juga terasa lembut... enggak pedas. Makasih, ya, Arman atas semua kebaikan ini."
"Tentu saja teteh yang baik dan cantik... " Jawab Arman, sekilas dia melirik ke arah wajah Gresia yang memerah karena pujian, "semuanya akan terbayar dengan cerita legenda Deni Valenko." Katanya.
"Bukan Deni Valenko... salah ih... Donny Kantono..."
"Tadi Arman dengarnya itu..."
"Sambil menunggu makanan datang... teteh ceritain semuanya ya... tapi awas... kamu enggak boleh tertidur..."
"Kalau tertidur?"
"Teteh akan gigit hidung kamu."
"Aduuh takut..." Kata Arman sambil tersenyum menyeringai. "Gigit bibir Arman aja teh biar Arman tambah pules."
"Ha ha ha... kamu lucu..." Kata Gresia sambil tertawa. Namun diam-diam, dia sangat menyukai dengan brondong yang satu ini. Tanpa sadar, ujung kemaluannya terasa berkedut.
"Hadeuuuhhh... belum apa-apa aku sudah terangsang." Kata Gres dalam hatinya.

(Bersambung)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd