Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG ARMAN DONELLO

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Bagian Delapan
MISTERI HILANGNYA EMAS SEKEMIRUNG


Medio April 2018


Satu

Sudah hampir seminggu Imel merasa hampa. Hari-hari dilaluinya dengan rasa malas dan bosan. Dia selalu teringat kepada Arman dan merasa heran mengapa pemuda itu tidak pernah datang-datang lagi.

Satu bulan telah berlalu sejak mereka terlibat pertengkaran kecil. Imel selalu selalu berharap Arman datang dan memeluknya. Lalu berjanji akan mematuhi semua permintaannya. Serta berjanji, apa pun yang terjadi, jangan pernah meninggalkannya.

Malam itu, ketika Imel makan malam sendirian sambil menangis, bel pintu berdentang beberapa kali. Dia tersentak dan berharap yang memijit bel di luar adalah Arman.

Tapi Imel kecewa. Om Rudy, sahabat papanya, yang berdiri di teras.
"Ada apa, Om?"
"Boleh Om masuk?"
"Silakan, Om."

Imel mempersilakan Rudy Budiman duduk di sofa ruang tamu.
"Pemuda itu, siapa namanya? Herman ya? Apakah dia sudaj ke sini lagi?"
"Belum, Om."
"Mmm... sebetulnya Om ke sini bukan untuk memperlihatkan dokumen-dokumen dia pernah di penjara di Sukamiskin..." Kata Rudy dengan senyum jahatnya. "Tapi barangkali kamu penasaran terhadap apa yang pernah Om sampaikan dulu... ini, coba lihat. Semuanya lengkap. Dia telah terbukti menjadi kaki tangan seorang pengedar narkoba kelas internasional... maaf bukan pengedar, tapi pemilik pabrik penyulingan ***** terbaik di dunia setelah Kolumbia... dia kaki tangan Hendrik... selain menyuling *****, dia juga membuat berbagai jenis sabu dan aneka jenis pil amphetamin... untunglah si Hendrik ini diputus mati oleh pengadilan.... ah, Om sungguh merasa lega." Kata Rudy sambil matanya menatap Imelda dengan nanar.

"Selain bawain dokumen, Om juga bawain kamu coklat... kemarin kebetulan Om ke Swiss, beli oleh-oleh sedikit." Kata lelaki setengah baya itu sambil menyerahkan sebuang bungkusan. "Coba deh dibuka."
"Makasih Om, Om baik sekali." Kata Imel.
"Ah, enggak biasa aja. Om kan sahabat Papamu... oh ya, apakah papamu pernah menyebut-nyebut soal investasi batangan enggak ya? Barangkali Om boleh lihat sebentar."
"Enggak, Om. Papa memang dulu pernah cerita punya emas batangan 100 gram... tapi kata Papa semuanya udah dia kasiin sama mantan pacarnya... sebelum nikah sama mama."
"Oh, begitu."
"I ya Om."
"Ya udah, Om enggak lama-lama. Om permisi ya. Jangan lupa dimakan coklatnya, enak lo asli dari Swisserland."

dua

Sambil memakan coklat yang diberikan Om Rudy, Imel membaca dokumen-dokumen pengadilan itu dengan teliti. Dia menjadi sangat sedih dan merasa menyesal mengapa Arman menjadi penjahat.
"Tapi aku akan mengubur masa lalumu andai kamu berjanji tak membantah aku." Kata Imel dalam hatinya.

Ketika dia membaca dengan teliti dokumen dakwaan jaksa mengenai pelanggaran hukum yang dilakukan Arman, tiba-tiba matanya merasa pedih dan kepala pusing. Dia meneguk air putih sedikit lalu pergi ke kamar tidur... berbaring sambil membawa dokumen itu.

Langit-langit itu seperti berputar.
"Apa ini? Kenapa aku?" Bisik Imel dalam hatinya. Lalu tiba-tiba dia merasa melayang-layang, perasaannya mendadak riang dan dia merasa Arman datang ke kamarnya dan membuka lebar selangkangannya, menjilatinya hingga Imel muncrat berkali-kali...
"Ah, enak ayang...enakk... lagi ayang lagi..."

Tapi ketika Arman mengentotnya, mengapa kontolnya menjadi kecil? Imel tidak tahu mengapa kontol Arman bisa menjadi kecil begitu.
"Yang dalem ayang... yang dalem..."
"Kamu suka kan?" Terdengar sebuah suara. Tapi itu bukan suara Arman.

Imel membuka mata dan menjerit. Kamu siapa? Jangan... jangann...! Tapi sebelum Imel bisa berontak, dia sudah pingsan lebih dahulu.

Tiga

"He he he... memekmu enak juga...Besok jika kamu bangun kamu tidak akan ingat apa-apa." Kata Rudy sambil mengeluarkan pejuhnya di dalam memek Imel. "Arrghhh... Mungkin besok kamu cuma ingat bahwa kamu cuma mimpi ngentot dengan seseorang yang tak dikenal... he he he... memek sempit... enaaakkkkk."

Rudy mengenakan celana pantalon mahalnya kembali, lalu ke luar dari kamar Imel, dia memberi tanda kepada 5 orang anak buahnya untuk masuk ke dalam rumah dan menggeledah seluruh isi rumah.
"Kecuali kalian menemukan emas itu atau petunjuk apa pun tentang keberadaan emas itu, cepat ambil dan berikan kepadaku... Ingat! jangan ambil barang apa pun, mengerti? Kalau ketahuan kalian mencuri, aku akan membunuh kalian!" Kata Rudy dengan tegas.
"Siap, Bos."
"Ayo kerja, kerja, kerja."

Rudy kemudian melangkah menuju halaman belakang di mana seorang lelaki setengah baya yang lain tengah duduk sambil merokok.
"Kamu yakin Rud, dia mengetahui lokasi emas itu?" Tanya lelaki itu.
"Si Donny kan sering banyak cerita ke si Bas... yah... siapa tahu, Das."

Dasuki Tjandra Purnam menoleh ke arah Rudy Gunawan.
"Aku tidak yakin. Aku sudah menginterograsinya." Kata Dasuki.
"Seharusnya kau tidak membunuhnya."
"Harus, Rud. Dia sudah membeli tiket ke Singapur dan menemui Taipan itu. Dia sudah mengetahui kita."
"Harusnya kau tahan dulu dia."
"Tidak, itu tidak mungkin. Dia sudah menelpon asisten pribadi Tjeng Bok dan minta bertemu untuk membicarakan kematian Donny... terpaksa."
"Yang aku heran, mengapa bos kita, Tjeng Liu, bisa mati secara mengenaskan. Aneh. Padahal dia memegang senjata dan tak mungkin keok dalam pertarungan jarak dekat di dalam mobil... apa si Donny ada yang ngebantuin ya?"
"Tidak mungkin, mereka hanya berdua di dalam mobil. Harusnya ketika di Ciracas itu Tjeng Liu menembak kepala si Donny dan membawa kabur emas itu... hmmm... aku masih gagal paham sampai dengan saat ini, Rud."
"Aku juga." Jawab Rudy.
"Menurut beberapa saksi mata, Tjeng Liu dilempar ke luar dari Mobil oleh Donny dalam keadaan 2 sendi tulang lengan kiri kanannya putus... dia lalu mati karena terinjak-injak oleh massa yang memang sedang kalap... harusnya kau menguburnya, bukan membakarnya."
"Itu juga terpaksa, Das. Kalau Tjeng Liu menghilang, bos besar Tjeng Bok pasti akan menyusuri dia dan kita pasti kena... setelah Tjeng Liu ketahuan mati... bos besar langsung mencari Donny... i ya Kan? Dia fokusnya ke si Donny."
"Betul juga." Kata Dasuki.
"Kamu sudah menemukan perempuan yang bernama Sheila Supadio itu belum?" Tanya Rudi.
"Belum. Tapi aku yakin perempuan itu pasti sudah mati." Kata Dasuki dengan nada percaya diri. "Kamu ingat, dulu waktu kita mencari si Donny... aku bahkan bisa menemukannya dia sedang berada di Lahat... sedang menuju ke Batam... dari situ dia akan pergi ke Singapur."
"Ya, kau memang hebat dan teliti." Kata Rudy. "Sayangnya kau menembak bahunya..."
"Kamu gila ya... dia walau terkena luka tembak masih sempet kabur sampai pelabuhan panjang..." Jawab Dasuki.
"Di situ anak buahku menangkapnya dan dibawa ke rumahku yang di Jaktim... memang dia hebat dan ngotot... meski sudah disiksa dia tak membuka suara... dia menyembunyikan emas itu entah di mana." Jawab Rudy.
"Apa kamu sudah mengetahui, hubungan spesial antara si Donny dengan Tjeng Bok?"
"Belum. Menurut Tjeng Guan, bapaknya itu tidak pernah membahas soal si Donny lagi sejak mayatnya sudah dikuburkan..."

Mereka terus berbicara sampai anak buah Rudy datang dan melaporkan hasil pencarian yang nihil.

empat

Arman berdiri seperti patung di balik pagar benteng itu dan mendengarkan pembicaraan kedua orang itu dengan seksama. Gang di belakang benteng itu terasa sangat sepi dan orang-orang tidak ada yang lalu lalang. Mungkin karena gerimis yang turun tipis seperti kabut.

Selama mendengarkan pembicaraan itu dengan sefokus-fokusnya, hampir saja Arman mengikuti rasa amarah yang meledak-ledak di dalam dadanya, dia ingin langsung meloncati benteng dan menghajar ke dua orang itu. Tapi tentu saja itu adalah tindakan bodoh. Mereka jumlahnya banyak dan membawa senjata, dia cuma sendiri dan bertangan kosong.
"Itu sama saja bunuh diri." Bisiknya. "Besok, mau tidak mau aku harus menemui Imel dan mengingatkan bahayanya si Rudy."


Lima

Imelda Chang terbangun dan menangis. Semalam, dia tidak sepenuhnya terpengaruh oleh amphetamin yang dicampurkan Om Rudy ke dalam coklat yang dimakannya.

Tua bangka itu itu telah mengentotnya dan ngecrot di dalam memeknya.
"Anjiiiiiiinnngngngngng!!!!" Jerit Imel. Dia merasa terluka dan terhina.

Tapa pikir panjang, Imel mengambil pistol kecil yang dibelikan papanya, yang dia simpan dalam laci lemari riasnya. Menodongkan pistol itu ke kepalanya...
"Lebih baik aku mati." Katanya.

Beberapa detik sebelum dia meledakkan pistol itu, tiba-tiba Imel punya ide.
"Aku yang salah. Aku tidak boleh mati sia-sia." Katanya.

Imel kemudian berpakain kerja seperti biasanya lalu ke luar menaiki mode 250 cc itu. Beberapa saat setelah dia pergi, Arman datang ke rumah itu dan menemukan Imel tidak ada di rumah.

Arman kemudian pergi ke showroom. Tapi Imel juga tidak ada di sana.

"Ke mana si putih?" Tanya Arman dalam hatinya.

enam

Notaris Arga Kesuma baru saja memasuki kantornya ketika gadis cantik itu sedang duduk menunggu di sofa ruang tamu. Sekretarisnya, Tuti, memberitahu bahwa gadis itu akan membuat surat wasiat dan sesuai dengan petunjuk gadis itu, Tuti sudah membuat draft surat warisan itu.
"Bu Imel, ini serius?" Tanya Notaris Arga setelah membaca draft surat wasiat itu.
"Saya serius, Pak Notaris. Saya ingin semua harta kekayaan saya, semuanya tanpa sisa, diberikan untuk Arman Denello, pacar saya, kekasih saya, belahan jiwa saya. Kalau nanti Pak Notaris ketemu dengan Arman, sampaikan cinta kasih saya yang abadi kepadanya. Sampaikan juga rasa penyesalan saya yang sangat mendalam karena kesalahan saya."
"Memangnya Bu Imel mau kemana?"
"Saya tidak akan ke mana-mana."
"Apakah Bu Imel sedang menderita penyakit yang tak tersembuhkan?"
"Tidak. Saya sehat, Pak. Saya sangat sehat. Saya melakukan semua ini dalam keadaan sesadar-sadarnya... draft itu akan saya tandangan tangan sekarang juga di hadapan bapak." Berkata begitu Imel merebut draft surat warisan itu dari tangan Notaris Arga, lalu mengambil ballpoint yang ada di sudut meja. Dan dengan rasa percaya diri tinggi, Imel menandatanginya.
"Ini biayanya." Kata Imel sambil mengambil uang dari dalam tas tangannya dan menyodorkannya kepada notaris Arga.

Sang Notaris merasa bingung. Dia meraih uang itu dan menghitungnya.
"Seratus juta? Wah, ini lebih dari cukup bu Imel."
"Sekali lagi saya mohon Pak Notaris, sampaikan salam cinta abadi saya kepada Arman." Berkata demikian, Imel mengeluarkan tangannya yang merogoh tas tangan itu. Saat ke luar dari tas, tangan itu memegang pistol dan langsung dimasukkan ke dalam mulutnya.

Lalu...
DOR! DOR!

Imelda Chang mati seketika.

(Bersambung)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd