Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
luar biasa ceritanya 13456789 tidak ada duanya
 
Part 16e
Tag: Roleplay, Costume, Foursome, DP,





------====°°°°°°°====------


POV First person



Ckrriiiiiieeeekkk.. aku mendengar suara pintu yang terbuka.


"Weh weh weh.. Lha inii.."


ME4LZLF_o.jpg

Arsella Hasna Hilyani

Aku mendengar suara berat khas laki-laki dari arah pintu. Aku langsung syok, hingga aku segera turun dari meja. Beruntungnya, bajuku masih terpasang meskipun kusut sekali karena Karno meremas-remas tetekku. Akupun segera menurunkan rok abu-abu ku kembali.

Aku mundur beberapa langkah ke meja disampingnya, tempat terpasang banyak monitor cctv. Tubuhku gemetaran menyadari ada yang memergoki perbuatan kami barusan. Entah darimana datangnya energiku, padahal aku barusaja lemas sekali. Tapi aku harus bisa berdiri mencoba mengontrol diri.

"Karno.. Karno.. kebiasaan kamu yo, nggowo-nggowo lonthe ke pos kita.." kata bapak itu dengan seragam biru tuanya.

'kita??' aku mencoba mencerna kata-katanya.

Dan kemudian muncullah satu lagi temannya, juga mengenakan seragam biru tua khas petugas sekuriti yang ikut masuk ke dalam pos satpam ini.

"Hehe, numpang setor pejuh ae kok, Mas.." kata Karno seenaknya.

"Edan kowe, No.. Cah sekolah mbok ajak kenthu.." kata Bapak kedua.

"Hehe.. mumpung sepi, Mas.." kata Karno.

Karno sepertinya cukup sungkan dengan dua orang ini. Gayanya yang sok dan slengekan tak lagi nampak saat berbicara dengan dua orang pak satpam ini. Seperti ada rasa takut dari diri Karno.

"Wah, kita juga harus nyicipin nih Jo.." kata bapak kedua.

Tatapan si bapak ini memandangi tubuhku dari atas ke bawah, lalu ke atas lagi. Menyadari pakaian ku yang kusut yang mungkin juga nampak olehnya noda sperma di sana sini. Beberapa saat tatapan mesumnya menelanjangi tubuhku yang berbalut baju dan rok ketat menampakkan lekukan seksi badan sintalku ini.

"Iya nih Ton.." kata bapak yang dipanggil Jo itu.

Mereka berdua berjalan masuk ke dalam pos satpam ini dan menutup pintu. Aku yang mendengar percakapan dua orang satpam itu langsung dilanda kengerian. Apalagi keduanya makin maju mendekat. Aku bisa menebak apa yang mereka inginkan dariku, satu-satunya perempuan dengan penampilan menggoda seperti ini.

"Weh, mengko sikik.. Nggak gitu juga, Mas Parjo, Mas Tono.." kata Karno berjalan maju mendekat ke mereka,.

"Dia ini.. Dia ini cewekku, Mas.." kata Karno, mengaku-ngaku pacarku, entah apa lagi yang ia rencanakan itu.

"Lha emang opo urusan kami, memek ya tetep memek kan meskipun dia cewekmu opo bojomu sekalipun.. Kamu nggak cuma sekali ini lho ke-gep ngenthu disini, mau tak laporin menejemen po kowe?.."kata Pak Parjo

"Wah, ampun Mas.. Jangan.. Terserah cewekku aja lah Mas kalau gitu.." kata Karno.

Karno sepertinya takut dan tak berani melawan dua pak satpam ini. Aku terhenyak mendengar percakapan mereka. Aku seketika langsung menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Jangan, Pak.. Saya mohon.. saya mau pulang..." rengekku. Mataku mulai berkaca-kaca.

"Haha, enak aja. Emangnya kita minta ijin sama kamu.." kata Pak Parjo, "Kamu juga bisa kami laporin habis berbuat mesum di ruang publik.. atau mau tak laporin ke sekolahmu juga biar kamu di DO?.." lanjutnya mengancam.

"Lagian tadi kamu keenakan gitu sama si jelek ini. Dijamin tambah enak kalau sama aku sama Parjo. Hahahaha.." kata Pak Tono.

Aku lalu makin terisak mendengarkan perkataannya itu. Aku menyadari diriku yang lagi-lagi bernasib sial ini. Entah apa yang akan kedua orang itu lakukan padaku. Karno kulihat memberi tanda pada mereka untuk menunggu. Kemudian Karno mendekatiku dan berbicara padaku dengan berbisik-bisik. Kedua satpam itu membiarkan Karno berbicara padaku.

"Mbak, mereka ini sekuriti senior di sini. Mereka nggak segan main kasar lho.. Aku aja takut sama mereka.. Apalagi mereka dah ngancem gitu.." kata Karno pelan.

Nada bicara Karno sih terdengar seperti serius. Tak ada maksud bercanda atau aneh-aneh. Dalam hatiku aku menjadi takut dan khawatir juga. Apalagi dari tadi Karno memang nampak tak berani melawan. Kalau dilihat luarnya, memang tampang kedua security ini sangar-sangar.

"Mbak masih sayang nyawa, Kan?" lanjut bisik Karno, "Ikutin aja apa kata saya.. saya jamin Mbak bisa pulang dengan selamat nanti.. Kalau Mbak Sella nggak ngikutin, saya gak janji nasib Mbak Sella.."

Aku yang makin khawatir dengan pernyataannya itu merasa makin tak punya pilihan selain mengangguk pelan pada Karno. Apa lagi yang bisa kulakukan kalau seperti ini.

"Udahh, kelamaan rembugan e.." kata Parjo yang melihatku, "Mau dikeluarin dari sekolah, apa mau keluar bareng di sini?"

"Bwahahahaha" Pak Tono di sebelahnya terbahak-bahak saat ancaman Pak Parjo dengan makna mesum dilontarkan padaku.

"Mau dibikin enak kok nggak mau.." lanjut Pak Parjo.

"Gini.. gini.. Mas Parjo, Mas Tono.." kata Karno menyela, lalu mendekat ke arah mereka.

"Cewekku ini mau kok, tapi ada syaratnya.." kata Karno yang membuatku bingung.

"Halah nganggo syarat-syaratan mbarang ki lho.." kata Pak Parjo.

"Cuma dua kok Mas, syaratnya.." kata Karno yang membuatku makin bingung. Aku tak pernah menyebutkan syarat apapun.

"Yo opo, sebutkan!" kata Pak Tono.

"Yang pertama, plis jangan lama-lama, dia harus pulang, karena dicari orangtuanya, maklum masih pakai seragam gitu, Kan.. Mas-mas kan punya anak yang masih pada ppsekolah juga to? Jadi paham lah kalau di rumah banyak tugas dan PR dari sekolah to?.." kata Karno.

"Hmmmm.. Oke.." kata mereka sambil melihat jam tangannya, mungkin untuk memperkirakan waktu. Aku pun bisa memahami syarat Karno itu.

"yang kedua.. yang kedua.." kata Karno.

"Opo??" tanya Pak Tono.

"Hehe.. yang kedua.. utangku lunas yo ke kalian berdua, Kan kalian make cewekku.." kata Karno.

Duarr.. aku kaget mendengar syarat keduanya itu. Benar-benar kurang ajar ini Karno. Ia berani menggunakan 'aku' sebagai pengganti bayar hutangnya ke mereka. Setelah siang tadi dia lancang menjadikan aku sebagai pancingan blackmail untuk melunasi hutang makannya, kini ia terang-terangan memberikan aku layaknya barang untuk melunasi hutangnya.

"Eh, wegahh.." kilah Pak Parjo. "Utangmu akeh yo, Iyo nggak Ton?.. Mosok makek sekali langsung lunas gitu utangmu..

"Ho'o. utangmu satu jutaan lho ke aku.." Pak Tono menimpali, "Wes iso ngelonthe bola-bali itu pake duit segitu.."

"Mas-mas yang ganteng, dan baik.. Ini cewekku bukan lonthe yo.. Memeknya aku jamin paling rapet daripada semua lonthe yang pernah kalian embat.. Dan lagi cewekku ini masih belia, masih pakai seragam lho.." kata Karno.

Ia mempromosikan aku layaknya dia seperti mucikari dan aku adalah barang dagangannya. Aku betul-betul marah pada Karno, tapi aku tak berani terang-terangan, karena rasa takutku juga.

"Kalau kalian main embat, bisa-bisa dilaporin polisi gara-gara pencabulan di bawah umur lho, malah enggak enak to buat kalian ke depannya.." lanjut Karno, "kalau utangku lunas, aku jamin kita sama-sama enak.. Eggak ada lapor-melapor.. Dan kapan lagi kalian nyicipin jilbabers seragaman kaya gini.." kata Karno.

Setelahnya, Karno masih melanjutkan kalimatnya namun berbisik-bisik saja ke mereka yang aku tak mampu mendengarnya. Pak Parjo dan Pak Tono nampak berfikir dalam-dalam.

Aku sendiri merasa batinku benar-benar semakin kalut. Lelaki bejat bernama Karno yang baru kukenal ini begitu kurang ajarnya menjual tubuhku demi melunasi hutangnya. Sejak tadi di foodcourt, kemudian di parkiran yang dia menggunakan tubuhku sebagai bahan taruhan demi beberapa ratus ribu.

Batinku marah tak karuan, tapi aku masih tak berani bertindak apa-apa. Aku masih di bawah bayang-bayang ketakutan oleh dua sekuriti yang katanya ringan tangan itu.

"Oke, Deh No.. Utangmu yang sekarang lunas, tapi kamu paling nanti bakalan ngutang lagi kan, Hahaha.." kata Pak Tono melunak setelah sesaat tadi berdiskusi dengan Pak Parjo.

Karno pun hanya cengengesan mendengarkan kata-kata Pak Tono itu. Aku sendiri mulai menangis menyadari ini semua. Aku benar-benar harus terjerumus ke lembah nista gara-gara ini semua.

"Sini Sayang.." kata Karno padaku.

Karno mendekat lagi ke arahku. Aku pun lalu meluapkan emosiku meski hanya berbisik padanya.

"Mas, kurang ajar kamu! Berani-beraninya kamu jual aku buat bayarin utangmu! Dua kali sama yang tadi!!" kataku.

"Hehehe.." Karno hanya tertawa saja.

"Bajingan kamu, Mas!!" umpatku.

Aku tak peduli lagi saat kata-kata kotor itu keluar, yang tak sepantasnya diucapkan seorang akhwat dengan mulutnya yang rajin melantunkan ayat suci. Aku benar-benar marah pada lelaki kurang ajar ini.

"Udah.. nanti lagi marahnya.. Sekarang kan kita berdua pengen selamat to? Mbak Sella mau pulang ke suamimu lagi kan?" tanya Karno retoris, "Mbak Sella harus lanjutin perannya sebagai anak sma dan cewekku ya.. Biar ini cepat selesai dan mereka segera puas.." kata Karno sambil mengangkat satu alisnya naik.

Menambah dongkol hatiku saja kata-kata dan kelakuannya itu.

"Mbak kan dah sering ngentot sama laki-laki lain kan, apa bedanya nambah dua ini lagi, hahaha.." kata Karno yang membuatku terhenyak.

"Asu kamu, Mas!!" umpatku terakhir kalinya, sebelum Karno berjalan menjauh.

Karno nampak hendak pergi saat kakinya melangkah menuju pintu pos satpam ini.

"Aku tunggu di luar yo, Mas Parjo.. Sekalian jaga sikon.. Kasih tau aja kalau dah selesai.. Jangan lama-lama lho, inget.." kata Karno.

"Eh, kemana kamu! Nggak boleh..!" sanggah Pak Parjo. "Kamu disini. Kamu liatin kita ngentotin cewekmu, di depanmu, Hahaha.."

Karno lalu tidak melanjutkan lagi langkahnya dan hanya diam saja. Pak Karno dan Pak Tono tak berlama-lama, dan langsung mendekat ke arahku. Jantungku berdegup makin kencang. Dua orang bapak-bapak berseragam sekuriti berwajah sangar ini makin dekat denganku.

Keduanya lalu berdiri di samping kanan dan kiriku. Tubuhku rasanya kaku sekali. Air mataku makin banyak meleber dari kelopak mataku

"Rileks aja,Dek.." kata Pak Parjo. "Belum pernah main rame-rame ya?"

"Kita nggak akan melukaimu kok, malah kamu bakal enak.. Ya kamu akan teriak-teriak sih, tapi teriak keenakan.. Hahahaha." kata Pak Tono.

Aku terdiam saja mendengar kata-kata menjurus mesumnya itu. Badanku masih sesekali gemetar. Kurasakan di sebelah kanan dan kiriku ini kedua bapak-bapak ini makin mepet ke badanku. Aku yang diapit kanan kiri ini tak bisa kemana-mana.

Dan tak lama, dimulai Pak Parjo mulai berani memegang lenganku. Tangan kekarnya mengusap-usap lenganku yang terbalut baju lengan panjang ini. Pak Tono kemudian juga ikut aksi grepe-grepe yang sudah dimulai temannya tadi.

"pak.. udah Pak.. lepasin saya, Pak.. Jangan Pak.." rengekku pelan, mencoba peruntunganku.

"Jangan? Jangan berhenti to.. Bwahahaha.." kata Pak Tono.

Pak Parjo berada di samping kananku, dan Pak Tono ada di sebelah kiriku. Keduanya kutaksir seumuran mungkin. Usianya kira-kira awal 50an. Wajar saja kalau kata Karno mereka adalah sekuriti paling senior disini. Kedua orang ini masih memegang-megang lenganku. Pak Parjo mulai menjamah pundakku.

Aku hanya memejamkan mata menyadari tak mungkin mereka melepaskanku utuh-utuh. Kurasakan tangan Pak Parjo makin naik ke jilbabku, lalu mengusap pelan pipiku. Sejenak dia merasakan keringat yang membasahi wajahku. Keringat dingin akibat rasa takutku.

Tangan itu lalu memegang daguku, dan kemudian ia tolehkan wajahku menengok ke kanan. Saat aku membuka mataku, saat itu juga kurasakan bibir Pak Parjo langsung menempel di bibir merahku. Ia rasakan bibirku itu dengan menghisap pelan bibirku ini.

"Hmmm… Maniss.. Stroberiii.." kata Pak Parjo sambil melihat ke Karno.

Lalu ia kembali melumat bibirku. Aku setengah menolak ciumannya itu. Setengahnya lagi aku pasrah karena rasa takutku. Pak Parjo melumat-lumat bibir ******* ini dengan bibir hitamnya. Aroma pahit kopi bercampur rokok langsung kurasakan.

Pak Tono di sebelah kiriku memerhatikan rekannya yang mulai berani ambil inisiatif dan tak mendapat perlawanan berarti dariku ini. Kemudian Pak Tono ikut-ikutan menjamahku. Tangannya yang tadinya di lenganku lalu ia gunakan untuk menarik ujung jilbabku menyampir ke pundakku dan tak lagi menutupi dadaku. Tangan itupun lalu merambat menuju dadaku. Dan dari luar bajuku, ia mulai mengusap-usap tetekku.

Pak Parjo makin liar merasakan nikmatnya bibirku. Aku pasrah tak memberi respon saat bibir Pak Parjo mengulum, menghisap-hisap bibirku. Tangan Pak Tono di dadaku yang tadinya sebatas mengusap kini ia beranikan untuk mulai meremas-remas tetekku. Baju putih ketat yang kupakai ini makin kusut saja menerima remasan tangan kekarnya itu.

Tangan Pak Tono yang meremas-remas tetekku ini lambat laun memantik birahiku. Dibalik baju ketat yang kupakai aku hanya mengenakan bra berenda tipis hingga remasan tangannya begitu terasa di daging kenyalku ini. Tangannya seolah ahli memijat sampai-sampai kurasakan remasannya itu membuat akalku mulai pudar.

"Hmmhhhhh.." aku menggumam di sela-sela kuluman bibir Pak Parjo.

Pak Parjo kini menggunakan lidahnya juga untuk menjelajahi sisi dalam bibirku. Tangannya juga kini ikut ia arahkan menuju dadaku menyusul tangan Pak Parjo. Kini kurasakan tetekku diremas-remas oleh tangan-tangan dua satpam ini. Aku yang sesungguhnya belum lama tadi dibawa klimaks oleh Karno, kini merasakan lagi buaian birahiku.

Syahwatku mulai naik akibat rangsangan tangan kekar yang memijat dan meremas-remas tetekku dari luar bajuku ini. Pak Parjo juga semakin liar mengulum bibirku bahkan kini bibirku sekali-kali ikut menghisap saat kurasakan remasan kuat di tetekku.

"Seksi banget bibirmu, Dek.." kata Pak Parjo di sela ciumannya, sebelum ia melanjutkan lagi lumatannya di bibirku.

Aku makin pasrah merasakan rangsangan hebat di dua gunung kembarku yang membusung ini. Remasan demi remasan membuat baju ketatku kian menampakkan bentuk tetekku yang membulat sempurna.

Tak lama, Pak Tono gantian meminta servis bibirku. Ia tolehkan wajahku ke kiri, setelah Pak Parjo melepas bibirku mengakhiri gilirannya. Pak Tono langsung melumat bibirku. Lidahnya langsung saja masuk dan bermain-main menggelitik gigi depanku. Aku yang makin tersulut birahi akibat rangsangan di dadaku ini semakin hilang kontrol.

Lidahku mulai ikutan menyambut permainan lidah Pak Tono. Lidah kami saling berbelit seketika. Akal sehatku semakin pudar, kalah dengan nafsuku. Sebersit nuraniku masih menyala di sana. Ya tuhan, aku tak mau ini terjadi. Lindungi aku dari kenikmatan terlarang ini, jangan sampai aku terhanyut birahi lagi.

Namun itu semua kalah saat tetekku ini diremas-remas oleh dua satpam ini. Pak Parjo meremas dengan lembut, sementara Pak Tono meremas sedikit kuat, membuat tubuhku kelimpungan menerima sensasi ganda itu. Mereka menikmati setiap momen ini tanpa terburu-buru.

Aku sangka sebelumnya, permainan mereka akan kasar, tapi malah sebaliknya, mereka berdua memainkan tempo dengan lembut dan teratur hingga membuatku makin larut ke godaan birahi setan ini. Pak Parjo kini ganti lagi meminta jatah bibirku untuk ia lumat. Aku menoleh lagi ke kanan.

"Mmcchh.. Sssllllrrpp..Sslllrrppp.."

Bibir hitam Pak Parjo mengulum bibirku dengan lumatannya, yang meskipun bau rokok, tapi dengan telatennya ia lumat dan hisap bibir sensualku ini. Lidahku lalu malah menyambut dan ikutan mengait-ngait lidahnya.




-------
lanjut di bawah
 
Terakhir diubah:
"Mmcchh.. Sssllllrrpp..Sslllrrppp.."

Bibir hitam Pak Parjo mengulum bibirku dengan lumatannya, yang meskipun bau rokok, tapi dengan telatennya ia lumat dan hisap bibir sensualku ini. Lidahku lalu malah menyambut dan ikutan mengait-ngait lidahnya.

Pak Tono kemudian untuk sesaat asik bermain dengan tetekku. Tangannya menjelajah bulatan sekal ku itu. Ia remas-remas dan sesekali ia goncang-goncangkan daging bulat itu untuk menguji seberapa sekal dan kencang tetekku.

Mukaku menoleh lagi ke kiri saat gantian Pak Tono lagi yang menikmati bibir merahku ini. Air liurku makin banyak menetes hingga daguku, saat aku bolak-balik kanan dan kiri bergantian diciumi mereka. Meski sama-sama bau rokok, bau yang sangat kubenci itu, entah mengapa lumatannya tak aku tolak. Aku kini sudah tak menunjukkan tanda-tanda penolakan saat kedua bibir hitam itu bergantian menyosor bibir *******.

"No.. liat nih, cewekmu yang cantik ini kita cipokin.." kata Pak Parjo ke Karno..

"Bibir atasnya aja nikmat gini, apalagi bibir bawah.." kata Pak Tono, saat bibir ku lepas dari bibirnya dan pindah lagi ke Pak Parjo.

Mmmhh.. Slllrppp..

Keduanya masih meremas-remas makin kuat tetekku, meski tak melepas bajuku. Entah mengapa, secuil nafsuku malah menginginkan mereka untuk segera melepas bajuku. Sejujurnya, baju ketat ini sungguh tak enak menempel di badanku. Tapi sepertinya mereka menikmati aku yang terbalut seragam ini.

Tanganku mengepal menahan nafsuku. Wajahku makin sayu, bergantian menoleh ke kanan dan kiri. Pasrah menerima giliran antara bibir Pak Parjo atau bibir Pak Tono yang menikmati mulutku. Air liurku makin banyak menetes hingga membasahi jilbabku.

Mmmcchhh.. Slllllrrrrppp.. Mmmmhhmmm..

Pak Tono kemudian melepas satu kancing bajuku yang paling atas di tengah remasan-remasannya itu. Kemudian lanjut ke kancing yang kedua ia lepas, hingga kini menampakkan sedikit warna merah dari bra lingerie yang kupakai ini. Kulit dadaku yang putih pualam ini pun ikut terlihat.

Pak Tono lalu merogoh masuk ke dadaku dari atas bajuku dan meremas tetekku dari luar bra yang kupakai.

"Hggghh.. hhmmmppphh.."

Nafasku memberat membersamai gumaman desisanku di sela ciumanku dengan Pak Parjo saat aku terangsang hebat akibat sentuhan tangan kasar Pak Tono di sebagian kulit dadaku.

Kemudian Pak Parjo dan Pak Tono hampir secara bersamaan menurunkan resleting celananya dan mengeluarkan penisnya dari balik celana biru tua yang mereka pakai itu. Aku sempat menengok dua batang gelap yang gemuk dan besar itu mengacung, disamping batang pentungan satpam yang menggantung di ikat pinggang mereka.

Pak Parjo lalu kembali melumat bibirku. Kedua tanganku lalu diarahkan memegang dua batang hangat itu. Aku merinding sesaat ketika tangan halusku ini memegang penis mereka, penis yang haram buatku tapi kupegang juga karena nafsu syahwat yang tak mampu kubendung.

"Kocokin konthol kita, Dek.." perintah pak Tono sambil tetap meremas dadaku dari dalam bajuku ini.

Aku yang masih dilumat bibirnya oleh Pak Parjo ini tak bisa menjawab. Tapi kemudian tanganku dengan sendirinya mulai menggenggam kedua penis itu. Satu tanganku tak cukup untuk bisa menggenggam gemuknya penis itu. Perlahan, akupun mulai menggerakkan tangan kanan dan kiriku ini maju mundur.

Saat aku mulai mengocok pelan kedua ular kadut itu, kurasakan remasan tangan dua satpam ini makin liar di tetekku.

"Hhhggghhhh.. Sssssssggghhh.. Emmppphhh.. Mmmsmccchh.. Slllrppp.."

Aku mendesah di sela-sela pagutan antara bibirku dan bibir Pak Parjo. Berdiriku semakin lama semakin melemah akibat birahiku yang membuat kakiku makin lemas. Untungnya kedua satpam ini menopangku dengan terus menjamah tubuhku.

Pak Tono yang makin gemas dengan tetekku, lalu melepas kancing-kancing terakhir bajuku. Menyembullah sempurna tetekku tak terhalang lagi baju ketatku. Pak Tono lalu menurunkan bra merah ini, dan mengeluarkan melon kembarku dari sarangnya. Tetekku kini nampak tak berpenghalang apapun, diterpa dinginnya angin AC pos satpam ini.

Tetekku semakin membusung indah dengan BH yang masih menyangkut di bawah gunung kembarku dan menopang seksinya daging sekal ini. Pak Tono melanjutkan remasannya di tetekku. Tangannya yang kasar seperti parutan kelapa itu meremas kencang tetekku.

"Hhgghh.. Tangannya alus banget Dek,.. Dah sering ngocokin kontol ya.. Apalagi susunya juga montok gini.. Urrgghhh.." komentar Pak Tono

Aku tak membalasnya karena bibirku masih tersumpal bibir tebal Pak Parjo. Gumaman desahan sesekali terdengar dari mulutku. Birahiku semakin terbakar dengan remasan-remasan Pak Tono. Pak Parjo ikutan meremas tetekku juga. Tanganku juga mengocok makin liar dua penis pak satpam ini akibat terpacunya birahiku.

"Urrgghhh.. Seksi banget susumu, Dek.. gede, putih, mulus.." kata Pak Tono.

Pak Tono kemudian menunduk di depanku hingga penisnya terlepas dari tanganku. Wajahnya ia dekatkan ke dadaku. Kemudian ia mulai menggunakan lidahnya untuk mengusap tetekku.

"Hhhrrrggghhh.." desisku disela pagutanku.

Lidah Pak Tono menjilat-jilat tetekku hingga membuat tetekku makin mengkilap bercampur antara peluh dan liur satpam itu. Jilatan yang kadang-kadang berganti dengan ciuman dan cupangan itu meninggalkan bercak-bercak merah di tetekku. Lidahnya bermain-main liar, aku yang menggenggam penis Pak Parjo makin cepat mengocok penisnya dan sesekali kuremas penis gemuk itu.

Jilatan Pak Tono lalu berpindah ke ujung tetek sebelah kiriku, dan bermain-main di putingnya. Aku langsung menggeliat pelan. Putingku adalah titik tubuhku yang termasuk paling sensitif. Apalagi aku yang sudah beberapa kali klimaks hari ini membuatku makin luluh saat lidah nya bermain di putingku.

Sesekali dicium dan digigit pelan puting kiriku itu membuatku merem melek menahan nafsu.

"Ffuaahhh.. Hoouughh.. Jangann.. digigit.. Ouuughhh.. pentilkuu.. hhhgghh.. emmpphh.."

Aku lepas pagutanku dari Pak Parjo dan berganti dengan desahan yang keluar dari mulutku. Badanku semakin panas akibat birahi karena Pak Tono yang menjilat dan mengulum putingku. Tanganku yang mengocok penis Pak Parjo menjadi tak lagi fokus.

Pak Tono lalu menarik rok abu-abu yang kupakai ini ke atas hingga perutku. Dia memindahkan tangan kiriku untuk memegangi rok abu-abu ini. Akupun memegangi rok itu dengan tanganku sendiri, sementara tangan Pak Tono mulai turun menggerayangi tubuh bawahku dan kepalanya masih terus mendusel-dusel tetekku.

Pahaku seketika juga bergetar saat tangan kasar Pak Tono itu mulai mengusap lembut halusnya pahaku itu. Pak Parjo di sebelahku lalu bermain-main dengan tetekku kembali dan memagut mengulum bibirku lagi setelah tadi terlepas. Gairahku makin meninggi akibat permainan intens kedua satpam ini.

Aku yang belum lama tadi orgasme oleh sodokan penis Karno, kini bayang puncak itu mulai sedikit demi sedikit menyeruak. Pak Tono lalu makin turun dan berjongkok di depan selangkanganku. Wajahnya makin dekat dengan area vital yang seharusnya kujaga, tapi kini aku malah memegang Rok abu-abu dengan tangan kiriku seolah membuka selangkanganku untuk sengaja dinikmati oleh satpam gaek ini.

Pak Tono yang jongkok itu makin memajukan kepalanya. Lalu kurasakan lidahnya mulai menjilati pahaku. Jilatannya bermula dari lututku kemudian naik hingga pangkal pahaku. Aku menggumam tak jelas di tengah lumatan bibir tebal Pak Parjo di bibirku.

"hhhggghhh.. Mmmffhhhh.."

Lidah Pak Tono yang bermain di pahaku membuatku sangat geli. Tak pelak itu menambah rangsangan bagi tubuhku yang hampir di ujung nikmatku ini. Pak Tono memainkan lidahnya makin naik menuju selangkanganku.

Dengan tangannya, ia lalu menyingkap g-string yang kupakai. Makin terlihatlah bulu-bulu halus yang menghiasi selangkanganku. Tangannya makin turun dan mulai bermain di bibir vaginaku. Secara refleks, aku melepas pagutan Pak Parjo dan mengganti desahan keluar dari bibir ******* ini.

"hhhgggghhhh.. Fuuaahhhh.. Hhhggghh.. Hooooouugghhh.."

"Huummm.. Wangi banget memeknya, Dek.. Untung tadi Karno nggak ngecrot disini.. Slllrrpppp.. Slllrpppp.."

Belum selesai sampai situ, Pak Tono lalu ikut menggunakan mulutnya bermain-main di vaginaku. Tubuhku makin tak karuan. Bulir peluh kian deras keluar dari pori-pori kulit putihku ini. Lidah itu mengitari area vaginaku, sebelum kemudian membersamai tangannya bermain di bibir vaginaku.

Kemudian tangannya sedikit menguak ujung celah bibir vaginaku. Jemarinya liar menyusuri belahan bibir vaginaku, seperti sedang mencari sesuatu, hingga kurasakan jemari kasarnya itu menyentil klitorisku yang langsung membuatku melenguh panjang.

"Hgggghhh.. Hhooouughhh.."

Aku sudah tak kuat lagi menahan berdiriku. Tangan kananku sudah tak memegang penis Pak Parjo, dan mengepal kuat-kuat menahan gejolak terlarang yang membuaiku ini. Dan sesaat kemudian kurasakan lidah dan bibir Pak Tono bermain di biji kacangku itu.

Slllrrpp.. Mmmcchhh.. Slllrppppppp..

"hooouugghhh.. Aaaaahhhh.. Ooohhh… jangaann.. Disitttuuuuhhh.. Hoooouugghhhhh.. Oooooooooooooooooooohhhhhhhhh.."

Aku melolong panjang disertai sentakan kuat dari pinggulku saat aku mendapatkan orgasmeku ini.

Crrtt.. crrttt.. crrrtttt..

Tubuhku kaku untuk sesaat, mengejang-ngejang melepas klimaksku. Mengeluarkan seluruh cairan orgasmeku di mulut dan wajah Pak Tono. Sebelum kemudian tubuhku langsung lemas.

Untungnya Pak Parjo sigap menahanku agar tubuhku tak terjatuh. Seluruh tulangku rasanya lepas dari dagingku tak mampu menopang tubuhku yang cukup terbuka meski seragam putih abu-abu ini masih terpasang seadanya. Pak Parjo lalu menurunkan tubuhku pelan-pelan di lantai pos satpam yang dingin ini.

Akupun duduk bersimpuh, mataku terpejam didera rasa lemas yang menerpaku. Nafasku makin berat melepas semua panas yang ada di tubuhku. Keringat mengucur membasahi tubuhku, membuat lecek jilbab putih dan seragam yang kupakai, meskipun ruangan ini terhembus AC.

Saat aku membuka mataku, kulihat sekilas dua pak satpam ini sedang berdiri dan melepas celana biru tuanya. Terpampanglah selangkangan mereka yang berbulu lebat itu di depanku. Pentungan hidup dua satpam itu mengacung sempurna. Aku kini bisa melihat jelas dua penis itu. Penis Pak Parjo di sebelah kanan gemuk sekali, tapi tak terlalu panjang. Sementara penis Pak Tono tidak begitu besar, tapi panjang dan bengkok ke atas.

Darahku berdesir mendapati dua batang kelelakian di depanku ini. Aku masih lemas namun jantungku berdegup makin cepat saat bapak-bapak ini mendekat ke arahku. Paha-paha yang gelap itu mendekatiku, tubuh mereka yang besar itu seolah menutupi aku yang terduduk ini dari datangnya cahaya.

Selangkangan mereka tepat di atas wajahku. Aku yang entah keberapa kalinya dihadapi dengan situasi mesum tak bermoral ini sedikit banyak tau apa yang mereka inginkan.

Pak Parjo mengangkat daguku. Akupun mengangkat wajahku sedikit menghadap langit-langit. Dua orang bapak-bapak itu langsung bisa melihat wajahku yang menyemburkan aura kelelahan tapi masih menyimpan birahi ini.

Pak Parjo lalu menempelkan penisnya di atas wajahku. Tak lama, Pak Tono ikutan menempelkan penisnya yang cukup panjang itu di wajahku. Aroma keringat dan pesing menyeruak ke hidungku.

Dua penis lelaki sangar itu mampu menutupi wajahku yang putih cerah ini oleh gelapnya batang haram dua itu. Aku bisa merasakan hangatnya batang itu di wajahku.

"Urrrgghhhh.. Cah ayu, alus banget mukamu.. cantik, kaya artis yang di Instagram.." kata Pak Tono.

Penisnya lalu ia gesek-gesekkan di wajahku yang masih menengadah ke atas ini. Pak Parjo juga menggesek-gesekkan penisnya di atas pipi hingga kelopak mataku. Penis Pak Tono yang panjang menggesek-gesek hingga dahi dan tepian jilbab yang kupakai. Bibirku tak sengaja tergeseki oleh biji zakar Pak Parjo, membuatnya mengerang merasakan bibir ******* ini. Aku bisa merasakan urat-urat yang mengeras dari dua penis

"Urrghhh.."

Pak Tono lalu menggesek-gesekkan kepala penisnya di pipi kiriku. Sesekali ia sengaja menggesek-gesekkan kepala jamurnya itu di ujung bibirku. Gerakan penisnya melintang searah dengan belahan bibirku. Ia tekan cukup dalam batang penisnya, hingga sisi bibir dalamku ikut terbuka dan menggesek batang penisnya, memberi sedikit sensasi basah dari bibirku.

Pak Parjo yang mengangkat sebentar penisnya lalu memukul-mukulkan penisnya di wajahku. Aku langsung merem merasakan hantaman-hantaman pelan di wajahku oleh penis gemuknya itu. Pak Tono sempat terkekeh sesaat oleh ulah temannya itu. Tapi kemudian Pak Tono ikut-ikutan memukul-mukulkan penisnya di wajahku.

Puk.. Pukk.. Pukkk..

Pak Tono malah menjadikan mukaku sasaran dari ujung kepala penisnya yang ia pukulkan itu. Cairan pre-cum dua penis hitam itu langsung menetes di sekitaran wajahku. Bau anyir menyeruak saat beberapa tetesan itu jatuh di bawah hidungku. Aku yang masih lelah ini lagi-lagi mengalami desiran hebat.

Dua penis itu selama beberapa saat menggagahi wajahku sampai aroma bau penis itu hampir-hampir pindah ke wajahku. Pak Parjo dan Pak Tono lalu mundur satu langkah dan melepas pegangannya di daguku. Kali ini Pak Tono dulu yang maju dan menempelkan penisnya di bibirku.

"Sudah tau harus ngapain kan, Dek..?" kata Pak Tono. Lagi-lagi ia memukulkan kepala penisnya di bibirku.

Aku yang lemah, pasrah, dan tak punya pilihan ini cukup tau apa maunya saat penis itu ia tekan-tekan di depan bibir merahku. Tanpa disuruhnya lagi, aku membuka mulutku seperti huruf O. Secuil akalku berusaha menolak ini semua dengan memejamkan mataku, namun nafsuku yang masih menyisa mengalahkan perlawanan akalku.

Selanjutnya, aku hanya pasrah mengikuti semua permintaan Pak Tono.

"Hehe.. Pinter juga kamu.. Sekarang julurin lidahmu, Cantikk.." kata Pak Tono.

Aku langsung menjulurkan lidahku. Pak Tono lalu menggesek-gesekkan batang penisnya di lidahku ini. Kugerakkan lidahku menyusuri batang panjang itu mengikuti arah gerakan penisnya, naik dan turun.

"Nah iya.. Jilatin batangnya.. Urrrghhh.. Pinter.. Terus turuun.. Iya.. Urrghhhh.." erang Pak Tono.

"Urrghhh.. Iya.. Jilatin peler nya, Dek.. Urrgghhh.. Nah, iya.. Urrrggghhh.." erangnya lagi saat lidahku memainkan biji zakarnya. Bibirku juga entah mengapa secara nalurinya ikut menyedot-nyedot pelernya.

"urrrggghhh.. Enak banget sedotannya.. Terus, Dek.." erangnya saat aku menservis biji salak itu, sementara tangan Pak Tono mengocok penisnya sendiri.

"Jilatin lagi batangnya, Dek.. Iyaa gitu, pinter kamu.. Urrghhh.. Dapet nilai bagus nanti dari bapak kalau kamu pinter gitu.. Urrrggghhh.. Iya.. Jilat terus batang bapak.. Urrgghhh.. Terus naik, nih, jilat palkonnya sekarang.. Urrrgghhhh.. Aaarrrggghhhh.."

Pak Tono mengerang hebat saat lidahku memutar-mutar di atas kepala jamur itu. Suamiku saja geli tak karuan saat kulakukan hal ini. Semua penis normal pastinya merasa keenakan dengan rangsangan seperti ini. Deg. Aku tiba-tiba memikirkan suamiku. Maafkan aku, Mas Bagas. Lagi-lagi aku mengkhianati suamiku.

"Urrrgghhh.. Manteb banget jilatannya Jo.." kata Pak Tono ke Pak Parjo yang sedang menunggu giliran dengan mengocok sendiri batangnya.

"Iya.. Urrgghhh.. Turun lagi lidahnya dek.. Urrrggghhhh.. Enak nggak njilatin kontholku, Dek?" tanyanya.

Aku hanya mengangguk.

"Urrrggghhh.. Sukak ya kamu njilatin konthol?" tanyanya lagi.

Akupun hanya mengangguk lagi sambil masih menggerakkan lidahku.

"Hahaha.. Jilbaban tapi suka njilatin konthol.. Jadi lonthe aja kamu, Dek… Eh.. Jangan dulu, sekolah dulu sampai lulus, baru habis itu ngelonthe.. Hahahah.. Urrrggggghjhhh.." erangnya lagi.

Kepala penis Pak Tono lalu ia angkat dan arahkan ke bibirku. Aku hanya membuka lebar bibirku saat penisnya mulai merasakan hangatnya bibirku.

"Urrrggghhhh.. Enak banget bibirmu, Dek.. Disedot-sedot juga, Dek.. Nah iya gitu.. Urrrrgggghhhhh.. Manteb banget sedotannya Jo.. Urrrggghhhhh.. Akhirnya ngerasain bibir seksimu nyedotin kontholku.. Urrrggghhhh." celoteh Pak Tono diikuti erangannya itu.

Penis gelapnya itu mulai masuk bagian kepalanya di dalam sempitnya mulutku. Ia diamkan sejenak penisnya menikmati jepitan bibir ******* ini.

"uuuhhh.. Haaaahhhhh.." desisnya.

Aku bisa merasakan hangat penisnya itu beradi dengan sisi dalam bibirku. Entah mengapa sensasinya membuat birahiku mulai naik lagi. Pak Tono menarik sedikit penisnya, lalu ia tekan sedikit lebih dalam dari sebelumnya.

Clopp..

Baru sebentar gerakan itu, kawannya, Pak Parjo sudah meminta giliran. Nampaknya tak sabar ia menunggu giliran sejak dari tadi dia menservis sendiri batangnya. Pak Tono pun lalu menarik penisnya dar mulutku. Dia pengertian dan bergeser sedikit ke kiri. Pak Parjo langsung mendekatiku.

Penisnya mengacung tepat di depanku. Aku sedikit ngeri melihat penisnya yang tidak begitu panjang, tapi gemuk sekali itu. Penis itu nampak menegang sempurna karena sedari tadi ia mengocoknya sendiri. Dia melepaskan tangannya dari penisnya begitu penis itu berada di wajahku lagi seolah memberikannya padaku.

"Aku mau dijilatin juga dong dek.. Sambil dikocokin ya.. Hahaha.." kata Pak Parjo sambil memukulkan penisnya lagi ke pipiku.

Puk.. Pukk.. Pukk..

Aku yang tadi masih lemas, kini mulai memegang penis di depanku itu. Tak tau darimana datangnya energiku ini, mungkin dari nafsu setan yang membelengguku. Kupegang batang gemuk itu meski tak muat di genggamanku. Kukocok perlahan rudal kelelakiannya yang sudah mengeras itu.

Aku julurkan lidahku sambil kuangkat batang penisnya menempel di perutnya, lalu aku mulai menjilat pentungan gemuknya itu dari tengah. Jilatanku lalu naik hingga menuju kepala penisnya. Lalu turun lagi sampai pangkal batang gelap itu. Aku mainkan lidahku di situ sejenak.

"uurrgghh.. Enak bangettt.. Iya gitu.. Urrgghhh.. Jangan lupa pelernya juga, Dek.. Urrrghhhhh… Iyaaa.."

Slllrrpp.. Sllrrrppp.. Sslllrrrpppp..

Pak Parjo mengerang saat kujilati bola kembarnya yang penuh bulu itu. Aku angkat batangnya sambil masih kukocok, sambil kujilati makin dalam buah zakarnya. Bibirku lalu ikut bermain-main di bijinya dengan mulai mengulum bola itu bergantian satu dengan yang satunya. Mataku masih sayu setengah terpejam akibat kelelahan, tapi setan dalam diriku memberi energi pada mulut dan taganku untuk menservis batang haram ini.

"aaaarrrggghhhh.."

Pak Parjo makin mengerang keras. Entah mengapa darahku ikut berdesir hebat saat area kemaluan gelapnya itu kulayani dengan mulutku, menambah birahiku. Padahal setitik nuraniku tau ini salah dan menolak ini semua. Tapi nafsu sudah membutakan imanku.

Lidahku lalu bergerak lagi menjilat batang gemuknya. Pak Parjo kemudian memindahkan tangannya ke belakang kepalaku tepat di atas tengkukku. Ia memegangi kepalaku kuat-kuat hingga wajahku makin menempel dengan penis, seolah ia tak ingin aku lepas dari penisnya.

Slllrrpp.. Sllrrrppp.. Sslllrrrpppp..

Pak Parjo yang sepertinya makin tak sabar itu lalu menekan kepala penisnya di bibirku. Aku lalu membuka bibirku, dan mulai merasakan penis hangat itu perlahan mulai membelah bibir merahku ini. Penisnya yang berdiameter di atas rata-rata itu membuat mulutku menegang ekstra lebar.

Aku sempat merasa ngilu sesaat. Apalagi tangan kekarnya memegangi tengkukku, membuatku tak bisa bergerak-gerak. Pak Parjo terus mencoba membelah bibirku.

"Uurrggghhh.. uwenak tenan mulutmu Dek.. Diisep-isep juga Dek.. Iya gitu.. Urrgghhh.. Udah putih, cantik, pinter nyepong juga kamu, Dek.. Urrghhh.."

Pak Parjo mengerang merasakan hangat dan lembabnya bibirku ini. Akupun juga merasakan penisnya yang mengeras senpurna itu berdenyut di dalam bibirku. Pak Parjo mulai menarik sedikit batang itu, kemudian ia dorong lebih dalam lagi.

"Hgggkkkkkk.."

Hampir-hampir saja aku tersedak dibuatnya. Penis gemuknya membuatku susah untuk mengambil nafas meskipun ia hanya mendiamkan saja batang itu. Pak Parjo lalu menarik lagi batang gelapnya itu. Lalu ia tekan lagi, namun kali ini kepalaku ditolehkan olehnya ke kiri. Batang itupun terhimpit di gigiku dan menekan sisi samping mulutku.

Ia menekan terus, sampai-sampai pipiku makin menjendol akibat dorongan penisnya dari dalam itu. Beberapa lama diam ia menikmati bibirku itu, lalu ia tarik sedikit dan mendorong-dorong pinggulnya, membuat pipi kiriku ikutan kembang kembis. Aku lama-lama pegal juga di sisi kiri wajahku ini, sebelum kemudian Pak Parjo menarik lepas penisnya.

"Ffuuaahhh.."

Air liur di bibirku tertarik keluar menempel hingga kepala penis Pak Parjo saat penis itu ia tarik. Namun tak sampai beberapa detik, ia kembali menghunuskan penisnya menembus bibirku lagi.

"Hocccckkk.."

Kali ini ia tak memegangi kepalaku lagi, membuatku bisa sedikit menyesuaikan sendi leherku dengan gerakan pinggulnya. Pak Parjo beberapa saat menarik ulur penisnya. Belum semua penisnya bisa masuk ke mulutku karena bibirku yang mungil ini. Pak Tono di sampingnya kemudian memberi kode untuk bergantian. Ia berjalan mendekat hingga selangkangannya berada di samping selangkangan Pak Parjo, tepat di depan mukaku.

Penisnya ia sundul-sundulkan di pipiku, sengaja seolah meminta giliran padaku yang masih mengoral Pak Parjo. Pak Parjo lalu menarik sedikit penisnya. Aku seperti dikode, lalu melepas penis gemuknya itu. Wajahku lalu menoleh ke kiri dengan bibirku yang masih berliur dan belum terkatup saat Pak Tono mendorong penisnya masuk ke dalam bibirku.

Pak Tono kembali mulai menggoyangkan pinggulnya. Penisnya lalu perlahan mulai bergesekkan dengan rongga mulutku. Tak mengambil jeda, ayunannya ia arahkan cukup dalam menembus mulutku. Air liurku membuat maju mundurnya penis itu mengeluarkan suara mesum.

Clop.. Cloopp.. Cloooppp..

Penisnya yang tak begitu gemuk tapi panjang itu sesekali mampu menusuk hingga ujung mulutku, membuatku susah bernafas. Pak Tono lalu menarik penisnya sebatas kepala penisnya saja, dan memintaku menggunakan lidahku.

"Urrgghhh.. Iya... Sambil dijilatin, Dek.. iya gitu.. uurrgghhhh.."

Sambil masih berada di mulutku, lidahku kugunakan untuk menyapu kepala penisnya saat batang itu tak bergerak. Membuat Pak Tono mengerang makin keras. Kemudian ia pompa lagi mulutku sampai seujung nafsunya itu. Untuk beberapa saat mulutku menjadi ajang pelecehan penis gelapnya itu. Hingga Pak Parjo di sebelah kananku ganti meminta jatah.

Aku lalu melepas penis Pak Tono, dan berganti menoleh ke kanan. Penis gemuk Pak Parjo itu kemudian perlahan mulai menembus mulutku. Gemuknya penis pak Parjo membuat otot-otot rongga mulutku kembali meregang mengikuti ukuran batang haram itu.

"Urrrggghhh.. "

Pak Tono pun sesekali mengerang kenikmatan saat penisnya berayun maju mundur di dalam mulutku ini. Air liurku membuat penis itu kini tak lagi kesulitan untuk melecehkan mulutku. Belum lagi suara mesum yang muncul akibat ayunan batang panjang itu.

Clopp.. Clopp.. Clopppp..

Pak Parjo kembali meminta gilirannya lagi. Akupun memindahkan bibirku ke kanan dan kemudian penis gemuk itu kembali menikmati hangatnya bibirku. Selama beberapa saat kedua pentungan gelap milik dua satpam setengah baya itu bergantian menjejali mulutku.

Aku seperti wanita jalang yang memakai seragam SMA serba terbuka seperti ini. Wajahku bergantian menoleh ke kiri dan ke kanan, menerima giliran ayunan pentungan satpam hitam itu. Semua nilai akhlak dan etika seolah tak kuimani lagi ketika aku sedang berlutut dan menghisap dua batang haram ini bergiliran.

Clop.. Clopp.. Cloopppp..

Saat giliran Pak Tono yang sedang menggagahi mulutku, pinggulnya semakin mengayun hingga penis panjangnya itu makin dalam menusuk mulutku. Aku melihat Pak Parjo beranjak ke ujung ruang ini. Ia mengambil gumpalan yang ternyata adalah kasur kumal, dan menggelarnya di lantai.

Pak Tono lalu memegang kepalaku dan makin liar menggenjot mulutku. Penisnya kurasakan semakin membesar saja di dalam rongga mulutku dan terasa makin keras. Entah mengapa aku juga makin kuat menghisap-hisap batang itu hingga pipiku makin nampak mengempot.

"Karno, cewekmu jago banget ngemut kontol.. Urrggghhh.. Bejo banget kamu dapat cewek ini.. masih sekolahan pula.. Urrrgghhh.." erang Pak Tono.

Untuk sesaat aku lupa kalau masih ada Karno, pemuda kurang ajar itu di sudut pos satpam ini. Pak Tono seolah makin bernafsu saja saat menggagahi mulutku di depan Karno yang ia anggap pacarku. Aku lama-lama merasa pegal juga di lututku saat aku terus bersimpuh di lantai pos satpam ini.

Apalagi kepalaku yang tak bisa digerakkan akibat dipegang erat oleh tangan Pak Tono. Penis panjangnya semakin liar merojok-rojok mulutku. Sesekali aku hampir tersedak dan mengeluarkan air mataku saat pennis itu menusuk terlalu dalam. Dan beberapa detik kemudian kudengar suara erangan Pak Tono diikuti penisnya yang mengedut-ngedut kencang.

"Aaargggghhhhhhhhhhhhhhhh.."

Crott.. Crroott.. Crrooottt…

Semburan pertama penis panjang itu keluar membasahi kerongkonganku, sebelum ia tarik langsung. Semburan kedua dan setelahnya langsung berhamburan memancar membasahi tetekku. Baju putih yang masih menggantung di pundakku ini juga ternodai oleh spermanya.

Tangannya yang tak lagi memegangi kepalaku ia gunakan utnuk mengurut batangnya sendiri. Ia keluarkan seluruh isi batangnya itu tepat di atas tetekku yang membusung tertahan bra di bawahnya. Aku yang masih lemas, kembali duduk bersimpuh.

Pak Parjo yang nampak mengerti kalau aku kelelahan ini lalu menarik badanku dan membaringkannya di kasur kumal yang tadi ia gelar. Aku yang memang lemas inipun mengikuti saja, Padahal ini adalah awal dari malapetaka yang menimpaku saat aku rebahan tak berdaya di atas kasur kumal ini.

Aku yang terlepas dari belenggu dua penis itu dari wajahku, lalu mulai lagi muncul kewarasan di benakku. Rasa penyesalan kembali menyeruak di tubuhku yang lemas akibat dilanda kenikmatan demi kenikmatan haram ini. Mataku kembali berair menyadari apa yang terjadi padaku.

Pak Tono lalu membersihkan tetekku dari spermanya menggunakan tisu. Ia lalu beranjak naik ke atas dadaku. Penisnya yang mulai loyo itu menggantung tepat di atas wajahku. Ia menempelkan penisnya di bibirku.

"Bersihin, Dek.." perintahnya.

Penisnya yang walaupun lemas masih tetap menampakkan panjangnya yang di atas rata-rata. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, berusaha berontak tak mau lagi melayani ia dan batang gelap itu sambil menutup mulutku. Tapi malah itu membuat penisnya masih menitikkan sisa-sisa spermanya mengotori wajahku, hingga aku bisa mencium bau menyengat air mani saat hidungku juga terbasahi oleh sisa sperma Pak Tono.

Aku juga tak bisa bergerak karena pundakku dihimpit oleh paha kekar Pak Tono yang sedang mengangkang di atas dadaku. Aku lalu merasakan pahaku dielus oleh tangan kasar lelaki lain yang kutebak itu adalah Pak Parjo. Pahaku seketika itu langsung bergetar.

Aku sempat kaget untuk sesaat. Dan saat rasa kagetku itu, Pak Tono memanfaatkannya untuk menjejalkan penisnya di mulutku. Ingin aku berontak tapi terlambat saat penisnya sudah membelah bibir sensualku ini. Meski penisnya sudah setengah loyo tapi mulutku terasa penuh oleh penisnya.

Tangan Pak Parjo mengusap pahaku makin jauh menuju sisi dalam pahaku. Aku makin menggeliat merasakan kasarnya kulit tangan itu menuju area sensitifku ini. Tubuhku sendiri tak mampu berontak karena Pak Tono di atas badanku. Tangan Pak Parjo mengusap semakin jauh hingga menuju selangkanganku.

Ia segera menarik lepas celana dalam yang kupakai. Ingin kutahan dengtan pantatku agar celana dalam itu tak bisa lepas, tapi karena tipis dan kecilnya g-string itu membuat begitu mudah ditarik oleh Pak Parjo hingga lepas melewati tumitku. Tangannya kembali mengusap-usap selangkanganku.

"Hmmmpppppp…!!!"

Berontakku tertahan oleh penis Pak Tono, saat merasakan dengusan nafas hangat di kulit labia luarku. Dan sesaat kemudian aku merasakan daging lunak dan basah mengusap-usap vaginaku.

"Ho'o e Ton.. Wangi banget memeknya.. Masih rapet gini yoan…"

Slllrpppp… Sllllrrrpp…

Pantatku menggeliat tak karuan akibat usapan lidah basah itu. Dari posisiku yang berbaring telentang ini membuat selangkanganku terekspose persis di depan Pak Parjo apalagi kedua pahaku ia buka dan ia tahan dengan tangan kekarnya. Aku menggumam tak jelas meneriakkan desahan yang tertahan.

"hhhggghhh.. Hmmmmpppphhhh…"

Slllrpp.. Slllrrrpppp..

Tekadku yang memberontak lambat laun memudar seiring sapuan demi sapuan lidah nakal Pak Parjo yang membasahi selangkanganku. Lidahnya kini mulai mengusap garis liang vaginaku naik turun menyusuri belahan liang surgawiku yang masih rapat itu. Aku tak bisa menolak nafsu yang mulai naik perlahan.

Lendir kenikmatan mulai lagi keluar membasahi sisi dalam vginaku hingga merembes keluar, meskipun aku sudah beberapa kali orgasme hari ini. Sapuan lidah Pak Parjo membangkitkan birahi terlarang yang sedari tadi coba aku kubur dalam-dalam. Saat bibir tebal Pak Parjo sesekali menghisap vaginaku, mulutku dengan sendirinya menghisap penis Pak Tono yang masih menyumpal bibirku.

Slllrpppp… Sllllrrrpp…

"hhhggghhh.. Hmmmmpppphhhh…"

Aku kemudian merasakan wajah Pak Parjo tak lagi menutupi selangkanganku saat jilatan dan hisapannya ia lepas. Tapi tak lama kemudian aku langsung merinding seketika saat kurasakan ujung batang keras nan hangat menempel di bibir vaginaku. Aku langsung tersadar dan membayangkan kengerian saat vaginaku harus dinodai oleh penis lelaki lain untuk kesekian kalinya.

Aku berusaha berontak sebisaku. Akan tetapi, Pak Tono memegangi pundakku dengan masih menahan kepalaku, sementara pahaku dipegangi pleh Pak Parjo. Aku pukul-pukul paha Pak Tono sekuatku tapi ia malah makin dalam menyumpal mulutku dengan penisnya, membuatku susah bernafas.

Aku lagi-lagi tak memiliki daya upaya saat Pak Parjo c menggesek-gesekkan kepala penisnya di bibir vaginaku. Bulir air mata mulai mengumpul di sudut mataku. Kepala penisnya lalu ia pukul-pukulkan di bibir vaginaku hingga membunyikan suara kecipak karena beceknya vaginaku oleh lendir kenikmatan dan juga sisa orgasmeku tadi.

Kemudian kepala penis gemuknya mulai ia dorong melawan gerbang liang surgawiku. Aku langsung membelalak dan masih meronta meskipun tak banyak menolong. Sempitnya lubang mahkotaku itu membuat penisnya meleset. Kemudian Pak Parjo mencoba lagi, dan meleset lagi ke sisi atas vaginaku.

Percobaan penetrasinya yang meleset itu malah secara tak sengaja menggesek klitorisku dan malah melecutiku dengan sengatan birahi. Aku sungguh mudah menyerah saat klitorisku itu dirangsang, dan kini penis gemuk itu secara kebetulan menggesek kacang kecilku itu.

Pak Parjo kemudian menggunakan tangannya untuk sedikit menguak celah bibir vaginaku itu. Lalu dengan tangannya yang lain ia menyesuaikan kepala penisnya tepat di depan bibir vaginaku, sebelum sesaat kemudian ia mulai dorong penisnya maju. Aku langsung tercekat, nafasku tertahan.

"Heeeegggghhh.."

Bibir vaginaku seketika dipaksa untuk menelan batang gemuk itu. Pak Parjo terus mencoba usaha penetrasinya itu memasukkan pentungan satpamnya yang gemuk itu. Ia lakukan tarik ulur beberapa kali yang juga membuatku menahan nafas. Keringat dingin mengucur di seluruh tubuhku membayangkan lubang yang sekecil itu harus dimasuki batang haram sebesar itu.

Hingga butuh waktu untuk kemudian aku merasakan sesaknya vaginaku saat kepala penisnya berhasil masuk ke dalam vaginaku.

Sleppp..

Nafasku lagi-lagi tercekat. Seluruh tubuhku panas dingin merasakan respon dari vaginaku yang dipaksa meregang lagi.

"Heeeggghhh.."

Rontaanku masih tertahan oleh Pak Tono, yang dengan rasa solidaritasnya itu membantu rekan seprofesinya dengan cara menahan sisi atas tubuhku, agar rekannya dapat melakukan penetrasinya di mahkota surgawiku ini.

Air mataku makin deras membulir membasahi pipi dan jilbabku. Rasa penyesalan langsung hinggap di diriku. Terbayang sosok suamiku yang lagi-lagi harus kukhianati saat liang suciku yang seharusnya hanya kupersembahkan baginya, harus dinikmati oleh penis lain lagi saat ini. Rasanya tak cukup rasa maafku kepada Mas Bagas karena kotornya diriku ini.

Aku yang sehari-hari begitu menjaga auratku dan rajin menghadiri taklim ini kini seolah bukanlah perempuan dengan harga dirinya saat lagi-lagi vaginaku kemasukan penis lelaki lain untuk kesekian kalinya. Penis milik lelaki yang belum lama tadi membawaku ke orgasmeku.

Pak Parjo untuk sesaat mendiamkan penisnya yang mendiami vaginaku baru sebatas kepala penisnya itu.

"Urrrghhhh.. Sempit banget memeknya, Ton.. Njepit banget.. Memek perawan aja kalah ini.. Urrrgghhhh."

Hingga seteah beberapa saat, Pak Parjo mulai menekan makin jauh penisnya. Menyadari aku yang tak lagi memberontak ini, kemudian Pak Tono beranjak dari atas ku. Ia seperti ingin melihat ekspresi wajahku saat vaginaku dimasuki oleh penis gemuk milik teman bejatnya itu. Aku yang tadinya ingin berteriak minta tolong, tapi ternyata mulutku langsung mengeluarkan lenguhan, saat penis Pak Parjo mulai ia gerakkan.

"Hoouuuggghhhhhhhh.."

Pak Parjo pun kini lebih leluasa menggenjotku. Vaginaku terasa sesak menerima batang dengan ukuran di atas normal itu. Tapi rasa ngilu yang menderaku terkalahkan oleh rangsangan gesekan penis berurat itu di dinding vaginaku yang semakin sensitif akibat orgasme-orgasmeku sedari tadi. Pinggul Pak Parjo bergerak maju mundur, batang penis itupun makin jauh menggaruk-garuk rongga liang kawinku.

Kepalaku yang terbebas ini menggeleng ke kanan ke kiri, benakku masih bertarung antara kebenaran melawan kenikmatan yang menderaku. Penis Pak Parjo ia tarik ulur dengan tempo pelan, membuat mataku sesekali membelalak saat batang gemuk itu membelah vaginaku lebih jauh.

Pak Parjo seolah menikmati momen demi momen dan tak ingin terburu-buru, namun gerakannya intens merangsang sisi vaginaku yang meregang menyesuaikan diameter penis gemuknya itu.

"Hooouuugggghhhh.. Udaaahhhh.. Cuuukuupp, Paakkkhhh.. Hhhheeeggghhhhh.." desahku.

Bibir bawahku sesekali kugigit, menahan sensasi yang kuterima di tubuhku. Aku tak ingin membenarkan semua ini, tapi tubuhku tak kuasa menolak rangsangan di liang kawinku yang kuterima ini.

"Hehehe.. memekmu tambah becek gini i lho.. Urrggggghh.." kata Pak Parjo.

Pak Parjo membenarkan rok yang kupakai dan menyingkapnya lagi sebatas perutku, sambil masih mengayunkan pinggulnya maju mundur. Aku sudah tak kuasa lagi menolak birahi yang melandaku. Secuil akalku yang menolak ini semua sudah tak mampu lagi membendung sisi hasrat hewaniahku.

Pantatku yang tadi memberontak kini hanya pasrah menerima hujaman demi hujaman penis itu di vaginaku. Pahaku tak lagi kuusahakan untuk kututupi, dan terbuka seolah mempersilakan selangkangan Pak Parjo bergerak cabul dia antara dua paha putihku ini.

Pak Parjo lalu menurunkan tubuhnya sedikit menunduk, dan pinggulnya kurasakan berayun memasukkan penisnya semakin dalam, membuatku sesekali menjerit terlecut birahi.

"Hoouuuggggghhh.. Aaaaaaahhhh.. Ooohhhh.. Aaaaahhhh.."

"Urrggghhhh enak banget memek sma.. Urgrggghhhhh.."

Splok.. Splookk.. Sploookkk..


b35d101362689376.gif

Peraduan selangkangan berbulu lebat Pak Parjo dengan selangkangan putihku itu menghasilkan suara mesum yang mengisi pos satpam ini, akibat vaginaku yang tak henti mengeluarkan lendir kenikmatannya, membuat makin becek vaginaku. Tanganku menggenggam kasur kumal ini makin kencang seiring sodokan demi sodokan pentungan hangat satpam itu yang semakin intens.

Genjotannya itu membuat tubuhku ikut pula terayun di atas kasur kumal ini. Tetekku ikut pula berayun indah seiring genjotan Pak Parjo yang makin liar. Melon kembarku yang membusung melawan gravitasi itu begitu seksi terayun-ayun dan pastinya bisa membuat semua mata lelaki makin melotot, tak terkecuali Pak Tono di sebelahku.

Pak Tono kembali mendekatiku. Kini ia bermain-main di tetekku yang tergoncang indah ini. Ia mulai remas-remas tetekku ini. Tangan kasarnya kembali kurasakan menjamah tetekku dan mulai memijatnya. Keringat yang membasahi tubuhku membuat remasannya di tetekku terasa semakin memancing birahiku.

Aku sudah tak mampu lagi berfikir jernih saat tubuhku menjadi objek pencabulan dua satpam ini. Mulutku hanya bisa mengeluarkan desahan demi desahan. Terlebih lagi genjotan penis Pak Parjo terasa semakin intens saja.

Splok.. Splookk.. Splookkk..

"Karno, enak banget memek cewekmu.. Urrgghhh.." kata Pak Parjo, "Dek, Kamu kok mau jadi ceweknya Karno jelek itu sih.. Urgghhh.. Udah jelek, kere pula.. Urgghhh.. Mending jadi simpananku aja.. Nanti pas udah lulus, jadi istri keduaku kamu.. Uurrgghhh.." celoteh Pak Parjo.

Pak Tono hanya berkekeh dan terbahak-bahak mendengar erangan dan komentar temannya itu, sambil tangannya masih memijat tetekku dari samping. Pak Tono kemudian menurunkan wajahnya dan mulai menikmati tetekku dengan mulutnya.

Lidahnya bermain-main di areolaku, sebelum kemudian bibir tebalnya mulai menghisap puting tetekku. Hisapannya lembut tapi sangat terasa menarik puting sekaligus birahiku.


"Houuuuhhhh.. Aaaaarrghhhhh.. Janggaannn.. Pentilkuuuhhh.. Ouuuuggghhhhh.. "

Aku paling tidak kuat saat putingku dimainkan seperti itu. Apalagi ragaku yang sudah dibawa beberapa kali orgasme ini membuat ujung putingku itu makin sensitif. Beberapa saat lamanya Pak Tono memainkan tetekku itu dengan bibir tebalnya, layaknya anak kecil yang sedang tengkurap menyusu di dada ibunya.

Splokk.. Splookk.. Splookkkk..

Tubuh sintalku makin berayun di atas kasur ini seiring genjotan Pak Parjo yang makin liar. Pak Tono di atas tetekku sesekali menjulurkan ujung lidahnya tepat menyentuh puting tetekku, lalu ia mendiamkan lidah itu. Tapi karena tubuhku yang tergoncang, membuat putingku yang kini seolah menyentil-nyentil lidah Pak Tono. Tak bisa kutolak sengatan birahi dari perlakuan dua orang ini.

"hoouuuggghhh.. Aaaahhh.. Shhhhhh.. Hmmmmffff.." desahku.

Karno lalu berjalan mendekat dari sudut pos satpam ini. Ia membuka celananya, dan nampaklah penisnya yang sudah mengeras entah sejak kapan. Ia mendekat ke arah kepalaku, matanya memandangi wajahku seolah penisnya ingin dijejalkan ke bibir ******* ini.

Tapi kemudian Pak Tono enggan mengijinkan Karno.

"Ngganggu aja kamu, No.. Kamu kan bisa nanti-nanti.." kata Pak Tono.

Dia pikir aku ini beneran pacarnya Karno. Padahal kalau ini semua berakhir, aku tak sudi lagi bertemu dengan Karno lagi. Karno kemudian memohon dengan wajah memelas kepada Pak Tono.

Pak Tono lalu beranjak dari tetekku, dan membolehkan Karno berganti menikmati tetekku. Karno segera memosisikan tubuhnya di atas perutku. Penisnya yang mengacung keras itu ia taruh di tengah dadaku, kedua tangannya lalu meremas dan memencet tetekku hingga penisnya terjepit.

Aku yang masih terengah-engah di tengah birahi akibat sodokan penis Pak Parjo di lubang senggamaku, tak memiliki daya untuk memberontak dari perlakuan Karno di tetekku. Benakku terlalu dipenuhi kabut birahi.

Pak Parjo yang masih terus menggenjot vaginaku membuat tubuhku masih terus bergoncang-goncang juga. Penis Karno yang terjepit tetekku juga secara tak langsung serasa dikocok oleh si montok kembar di dadakku yang ikutan terguncang naik turun.

"Urrrgggghhhh.." Karno mengerang.

Wajahnya memancarkan kepuasan saat penis itu menodai lagi halusnya kulit tetekku, setelah sedari tadi ia hanya berdiam menonton di pojokan. Tangannya terus ia gunakan juga untuk meremas-remas tetekku.

Splook.. Splookkk.. Sploookkkk..

Tubuhku berayun hebat akibat sodokan penis Pak Parjo di vaginaku, dan genjotan penis Karno di tetekku. Suara mesum bertautan mengisi sunyinya ruangan pos satpam ini.


ME3UIBT_o.gif

Aku merasakan penis berurat Karno yang makin keras terjepit di tetekku. Pak Parjo kemudian menyuruh Karno untuk beranjak dari tubuhku. Karno menurut saja meskipun dengan wajah kecewa karena belum puas menikmati badanku. Pak Parjo lalu menarik penisnya hingga membuatku melenguh panjang merasakan batang gemuk itu tiba-tiba ia tarik.

"Hoouuuuuuuuuugghhh.."

Plopp..

Pak Parjo melepas penisnya, dan membalikkan tubuhku. Aku yang masih lemas ini hanya mengikuti saja keinginannya, disamping tubuhku yang juga sudah terbakar birahi. Tubuhku kini merangkak di atas kasur kumal ini. Pak Parjo menyingkap rok abu-abu yang mulai turun menjuntai hingga nampaklah pantatku oleh pandangannya.

Dari belakang seperti ini pasti nampak olehnya seksi dan bulatnya pantatku. Tubuhku yang sintal ini langsung menjadi santapan nafsu birahinya, dan tak menunggu lama, Pak Parjo kembali menusukkan penisnya ke vaginaku.

"Hhheegghhh.. Hoouhhh.."

Aku menahan nafas saat penis itu ia usahakan menembus lagi vaginaku. Sempitnya vaginaku tek membuat penis itu sebegitu mudahnya masuk.

"Urrhhh.. Kok masih sempit aja memekmu, Dek.. Manteb bangeet njepitt.. Heeegghhh.."

"Aiiihhhhhhh.." jeritku.

Pak Parjo menusukkan penisnya secara tiba-tiba dengan satu dorongan kuat hingga kepala penis gemuk itu berhasil menembus paksa bibir vaginaku lagi. Akupun kaget dan langsung berteriak. Untungnya vaginaku begitu becek dan basah, hingga rasa ngilu yang keluar tak begitu terasa sakit.

Pak Parjo mendiamkan sesaat ketika kepala penisnya mulai mendiami lagi hangat dan sempitnya vaginaku. Aku sesekali meringis sambil menggigit bibir bawahku merasakan campuran rasa ngilu, dan rangsangan birahi akibat sisi vaginaku yang sensitif ini beradu dengan penis satpam tua ini.

Pak Parjo lalu mulai menggerakkan pinggulnya. Penisnya mulai lagi menggesek ringga vagina sempitku yang langsung memantik birahkiku dengan hebat.

"houugghhh.. Ssshhhh.. Mmmffffhhhh.." desahku.

"Ediiann.. Manteb tenan memek anak sekolahan.." komentar Pak Parjo.

Mulutnya sesekali mengerang, sesekali berkomentar jorok akan sempit dan menjepitnya vaginaku ini. Aku juga tak fokus mendengar celotehannya karena otakku terpenuhi rangsangan. Peluh makin banyak keluar dari pori-pori kulit tubuhku yang putih bak pualam ini.

Pak Parjo sesekali membetulkan rok ku yang sesekali turun. Entah mengapa dia seolah nafsu untuk menyetubuhi aku yang memakai seragam ini, sehingga seragam yang kupakai tak ia lepas saja, dan terus menggenjotku.

Ayunan pinggulnya kembali menemukan ritmenya. Penisnya membuat vagina sempitku meregang ekstra lebar kembali, dan makin banyak mengeluarkan lendir kenikmatan. Pantatku beradu dengan pahanya semakin intens.

Splookk.. Sploookkk.. Sploookkkk..


e68f7f1362608633.gif

Pak Parjo makin sering mengerang seiring penisnya yang kurasakan makin mengeras. Dengusan nafasnya juga semakin berat dan beberapa kali meracau.

"Urrrggghhh.. Kamu kasih perawanmu sama Karno ya, Dek?" tanya Pak Parjo padaku.

Akupun refleks menggeleng.

"Aarrghhh.. Enggak.." jawabku cepat.

"Eh.. Lha terus sama siapa.." tanya Pak Parjo lagi.

Aku memang diminta bersandiwara seolah menjadi pacar Karno. Tapi aku tak sudi kalau harus berbohong bahwa perawanku lepas oleh Karno, di satu sisi aku tak mungkin menjawab kalau perawanku kuberikan kepada suami sahku. Dan kini aku terjebak oleh pertanyaan siapa yang mengambil perawanku. Aku tak bisa berfikir dan hanya menjawab sekenanya.

"Emmmpphh.. Ahh.. Itu.. Aahh.. Sama.. kepala sekolah.." jawabku asal.

"Hahahaha.. Binal juga kamu ya, Dek.. kudungan tapi kok Lonthe.." kata Pak Parjo. "kok bisa sama kepala sekolahmu..?" tanyanya lagi.

Splokk.. Sploookkk..

"Arrghhh.. Eeghh.. Anu. Urrghhhh.. Buat bayar SPP.. Ahh.. yang telatt.." balasku melanjutkan roleplay sebagai gadis sekolahan ini.

Pak Parjo malah makin kuat menggenjot vaginaku dari belakang ketika mendengarkan jawaban-jawabanku tadi. Tubuhku terguncang makin hebat. Tanganku tak lagi mampu menopang tubuhku, hingga tumpuanku berganti menjadi siku tanganku.

Alhasil, pantatkupun makin menungging. Penetrasi penis gemuk satpam bejat inipun makin terasa meregangkan vaginaku.

"Ouugghh.. Aaahh.. Aaahh.. Ssshh.. Ahhhh.. Peelan.. Pelaann.. Ahhhhhhh.."

Mulutku makin mendesah kencang setiap penisnya ia dorong maju. Tetekku berayun semakin menjadi-jadi akibat goncangan tubuhku. Peluh yang membasahi tubuhku ikutan menetes di kasur kumal ini.

Seolah lama sekali rasanya penis Pak Parjo menggenjotku. Staminanya seolah tak ada habisnya. Aku merasakan penisnya berkedut-kedut, tapi belum ada tanda ia mencapai klimaks, padahal temannya, Pak Tono, sudah keluar tadi. Aku yang merasakan penisnya makin kuat menggaruk-nggaruk vaginaku malah ikutan terbakar birahi. Aku bisa merasakan puncakku akan datang lagi.

Pak Parjo lalu menarik lepas penisnya. Aku yang sejujurnya sedang menunggu klimaksku langsung bergetar kena tanggung.

Ploopp..

"Heegggghhhh.." desisku saat penis gemuk Pak Parjo ia tarik.

Pantatku gemetaran saat vaginaku yang sedari tadi meregang tiba-tiba seolah merasakan kehampaan saat penis Pak Parjo keluar.

Pak Parjo kemudian pindah ke depanku. Ia selonjoran tepat di depan wajahku, dan kini meminta aku menservis penisnya dengan mulutku. Aku bisa melihat penisnya yang begitu dekat dengan wajahku itu kini basah terlumuri cairan vaginaku sendiri.

Aku lalu menjulurkan lidahku dan mulai menjilati batang tegak mengacung itu. Nafsu birahi yang memenuhi ragaku dan hampir membuatku klimaks tapi tak jadi, membuatku mematuhi perintahnya layaknya pelacur yang sedang ia pesan. Jilatan lidahku membelit batang itu.

Langsung terasa cairan vaginaku sendiri oleh mulutku. Jilatanku naik turun mengusap batang itu, dari bawah pangkal batang haram itu, lalu naik sampai ujung lubang kencingnya. Lidahku turun naik beberapa kali di tongkat gemuk itu. Lalu perlahan kubuka bibirku dan mulai memasukkan batang itu ke dalam mulutku.

Bibirku kubuka ekstra lebar agar batang gemuk itu bisa masuk. Aku mulai hisap-hisap kepala penisnya yang licin itu. Basahnya penis itu oleh cairan vaginaku dan air liurku penisnya makin mengkilap.

Clop.. Cloopp.. Clooppp..

Kepalaku mulai kugerakkan naik turun di atas selangkangannya. Aku benar-benar sudah kehilangan harga diriku. Aku yang memakai jilbab putih, dan baju seragam sma ini sedang mengoral batang haram milik lelaki yang baru kutemui beberapa saat lalu.

Karno yang berdiam tak jauh dari posisiku yang nampak mupeng itu lalu mendekat ke arah Pak Parjo. Ia lalu berbisik-bisik ke Pak Parjo seolah minta sesuatu. Pak Parjo berucap sesuatu yang tak bisa kudengar, tapi seperti tak mengijinkan Karno. Karno terus membujuk dan Pak Parjo pun akhirnya mengijinkannya, entah apa itu.

"Oke deh, sana buruan.. Nggak usah lama-lama.." kata Pak Parjo.

Karno lalu ke belakangku. Ia singkap lagi rok abu-abuku. Tangannya kurasakan mulai meremas-remas pantatku. Aku yang masih kesal padanya tak menginginkan tubuhku dinikmati olehnya. Aku gerak-gerakan pantatku, berusaha menghindar dari tangannya.

Aku beranjak ingin menoleh, dan saat itu tiba-tiba kepalaku dipegang oleh Pak Parjo. Hingga aku tak bisa menggerakkan kepalaku selain naik turun, menelan penis Pak Parjo.

Kurasakan lidah Karno mulai bermain di pantatku. Usapan lidah nakalnya langsung memantik birahiku. Lidahnya lalu ia jilatkan ke tengah menuju vaginaku. Seketika semua nafsuku bangkit lagi. Aku yang tadi gagal orgasme, begitu mudah terpancing dengan rangsangan Karno di vaginaku ini.

Slllrrpp.. Sllrrrrpppp.. Cuiihhh..

Sesekali ia meludahi vaginaku. Lidahnya bergerak-gerak mengitari vaginaku, sebelum kemudian bermain di garis belahan vaginaku.

"Hmmmmppphhhh.. Hhhhhhhh.."

Desahanku tertahan oleh penis Pak Parjo yang menyumpal mulutku. Pantatku menggeliat tak karuan menerima rangsangan jilatan Karno itu. Karno juga tak jijik menjilati dan menciumi vaginaku yang barusan tadi dipakai Pak Parjo.

Slllrrrppp.. Slllrrppp..

Aku benar-benar tak kuat menahan ini semua. Dan begitu lidah pemuda kurang ajar ini menguak celah vaginaku dan menjilati vaginaku, saat itu orgasmeku tak bisa kubendung lagi.

"Hhhhhhhggggggggghhh.. hmmmppphhh.."

Crrrttt.. Crrtttt..

Pantatku naik makin tinggi dan menyentak beberapa kali ke belakang saat klimaksku datang. Cairan orgasmeku keluar dan kurasakan membasahi wajah Karno.

Tubuhku langsung lemas. Lutut kakiku begitu lemah menopang pantatku, untungnya Karno masih memeganginya agar pantatku tak rubuh. Hisapanku berhenti sesaat di penis Pak Parjo. Tangan Pak Parjo tak lagi menahan kepalaku yang sudah lemas dilanda orgasme.

Karno ternyata belum selesai bermain di belakang sana. Kini tanganya ia gerakkan dan bermain-main di pantatku. Jarinya lalu turun ke vaginaku yang masih sangat becek lendir orgasmeku.

Jarinya mengambil sisa-sisa lendir klimaksku, lalu jari itu bermain di lubang pantatku. Batinku sudah merasa tak enak saat kemudian Karno memasukkan satu jarinya di lubang anusku.

"houugghhhh.."

Aku yang lemas ini langsung mendesis panjang, merasakan ngilu di lubang anusku. Jarinya itu menembus lubang pantatku atas bantuan lendir orgasmeku. Tubuhku yang barusan klimaks membuat lubang anusku menjadi sedikit lebih fleksibel hingga jari Karno mampu menembus lubang sempit itu.

Kepalaku sendiri tak lagi mengoral penis Pak Parjo dan melepas penis itu dari mulutku. Tapi aku terlalu lemas hingga tak bisa beranjak dari selangkangan Pak Parjo ini. Terlebih aku menahan ngilu di anusku. Karno menarik jarinya itu hingga hampir terlepas, sebelum ia masukkan dalam-dalam jarinya itu. Aku langsung berteriak.

"Aiiiiiihhhhhh.." jeritku..

"Lepasin, Mas.. Jangan disituuuh.. Ouuuhhhh.." lenguhku.

Karno terus mainkan jemarinya menembus lubang sempit itu.

"Cuihh.."

Karno meludah tepat di lubang pantatku. Ludahnya lalu ia gunakan untuk membantu melumasi jarinya yang bermain-main di anusku. Jari itu terus ia tarik ulur hingga satu jarinya dapat utuh bersarang di anusku. Aku meringis menahan ngilu.

Rasanya begitu drastis saat belum lama tadi aku orgasme, tapi kini aku menahan ngilu. Karno seperti sengaja mempermainkan gairahku ini. Pantatku yang mulai turun di atas kasur kumal ini lalu diangkat lagi oleh Karno, sambil jarinya ia mulai putar-putar di dalam anusku.

"hoooooooooohhh.." lenguhku.

Aku memejamkan mataku antara lemas dan menahan sensasi di anusku saat penis Pak Parjo menyundul-nyundul pipiku. Bibirku lalu di pegang oleh tangan Pak Parjo. Ia gunakan tangannya membuka bibirku dan mengangkat wajahku, hingga wajahku yang sayu kelelahan ini terlihat olehnya yang sedang duduk itu.

Ia tersenyum mesum melihat wajahku yang sayu setelah dibawa beberapa kali orgasme ini, sebelum kemudian wajahku ia tundukkan lagi. Penis gemuk Pak Parjo ia arahkan lagi ke bibir sensualku yang sedikit terbuka ini. Kepalaku mulai lagi ia pegangi dan ia gerakkan naik turun di selangkangannya.

Penis itupun kembali membelah bibirku lagi. Pantatku yang masih dicabuli oleh jari Karno di lubang pembuanganku itu memberi rangsangan hebat ke tubuhku. Sensasi ngilu bercampur birahi menjalari tubuhku seiring penis Pak Parjo yang mulai tertelan di mulutku. Vaginaku kembali mengeluarkan pelumasnya.

Di sebelahku entah sejak kapan sudah ada Pak Tono. Penisnya sudah mengeras kembali setelah tadi ia menyemburkan spermanya ke arahku. Pak Tono menarik tangan kananku untuk menggenggam penisnya dan kemudian memintaku untuk mengocok penisnya dengan tanganku.

Di belakangku Karno makin liar memutar-mutarkan jarinya di anusku membuatku panas dingin tak karuan. Kepalaku tak lagi dipegangi oleh tangan Pak Parjo dan layaknya pelacur rendahan, kepalaku malah naik turun sendiri di atas selangkangan Pak Parjo menghisap penisnya. Tanganku juga mengocok penis panjang Pak Tono.

Ketiga orang ini menggarap tubuhku yang makin memanas dan makin berkeringat ini. Seragam yang kupakai sudah begitu acak-acakan dan tak layak untuk bisa menutupi tubuhku. Pakaian putih abu-abu ini kini hanya sebagai hiasan dan tanda bahwa saat ini mereka sedang menggarap seorang gadis sekolahan.

Aku merasakan penis Pak Parjo makin hangat dan mengeras di mulutku. Pinggulnya ia gerakkan juga naik turun seirama dengan gerakan mulutku. Batang gemuk itu makin memenuhi saja rongga mulutku ini. Hingga tak lama, kudengar erangan kuat dari Pak Parjo sebelum ia mencabut penisnya.

"Urrrrggggggghhhh.." erang Pak Parjo.

Crott.. Croott.. Croootttt..

Penisnya akhirnya mengeluarkan isinya setelah sekian lama bertahan. Ia sengaja mengarahkan kepala penisnya di wajah cantikku ini. Beberapa semburan kuat lahar kentalnya itu langsung menutupi wajah cantikku dengan sperma nya.

Karno masih asik bermain-main dengan anusku. Aku merasa ngeri saat ia memainkan anusku, membayangkan otak kotornya pasti merencanakan sesuatu yang lebih dari hanya sebatas jari yang menusuk anusku. Namun aku merasakan sensasi lain yang membuat tubuhku terangsang.

Tubuhku yang masih lemas ini entah mengapa memanas lagi. Aku tak mengira ternyata anusku sesensitif ini. Semua ini gara-gara Mas Diki yang pernah menggarap anusku dua hari penuh hingga membuatku gampang tinggi saat lubang kecil itu dimain-mainkan. Dan kini jari Karno itu mampu melambungkan birahiku sampai aku mulai lagi terbuai hampir menuju puncakku lagi.

Dan saat aku merasa di ujung seperti itu, Pak Tono meminta Karno menyingkir. Lagi-lagi wajah kecewa Karno nampak tersurat tapi lagi-lagi rasa takut Karno itu membuatnya tak berani melawan perintah satpam berbadan besar itu.

Karno pun mundur dari atas kasur kumal ini, meninggalkan rangsangannya di anusku dan menghilangkan rasa puncakku lagi. Pak Parjo yang sudah menuntaskan tetesan terakhir spermanya di wajah putihku ini, juga ikutan bergeser. Ia seperti tau keinginan Pak Tono yang ingin menikmatiku.

Pak Tono yang penisnya sudah mengeras lagi itu lalu berbaring di atas kasur ini. Ia lalu memintaku untuk di atas tubuhnya. Aku yang terbakar birahi yang lagi-lagi nanggung ini tak bisa menolaknya dengan akal sehatku. Ketika aku berdiri, rok abu-abuku langsung menjuntai lagi.

Saat aku akan melepas rok itu, Pak Tono melarangnya.

"Seragamnya nggak usah dilepas, Dek.. kapan lagi ngentot anak sekolahan masih seragaman.." katanya sambil tersenyum mesum.

Dua satpam ini benar-benar mengira aku masih sma. Dan keduanya memilik fetish yang sama. Mereka makin bernafsu saat menggagahi gadis berseragam sepertiku.

Tanganku lalu menarik lagi rok abu-abuku sebatas perutku, hingga nampaklah lagi pahaku dan vaginaku dari bawah tempat Pak Tono berbaring. Aku lalu menurunkan pantatku tepat di atas selangkangan berbulu itu.

Rok abu-abu ini membuatku tak begitu bisa melihat posisi selangkanganku yang terhalangi kain ini. Pak Tono lalu membantuku dengan memegangi pinggangku dan menuntun pantatku turun. Hingga kurasakan kepala penisnya menyentuh selangkanganku.

Pak Tono menahan sesaat pantatku, tak langsung ia turunkan. Ia kemudian memainkan terlebih dahulu kepala penis itu di bibir vaginaku. Dengan memegangi penisnya sendiri, ia memukul-mukulkan kepala jamurnya itu di bibir vaginaku.

Tubuhku langsung menggeliat hebat. Setelah didatangi orgasme berkali-kali hari ini, membuat vaginaku kian sensitif. Sedikit saja sentuhan di vaginaku membuatku langsung lupa daratan. Apalagi yang menyentuhnya adalah batang hangat nan keras.

Pak Tono kemudian menggesek-gesekkan kepala penisnya maju mundur. Lubang kencingnya ia usapkan mengikuti garis belahan vaginaku, sedikit mengorek vaginaku. Aku makin dibuat terangsang hebat. Vaginaku makin lembab tak karuan, membasahi kepala penis Pak Tono itu.

"Hoouuuggghhhh.. Shhhh.."

Aku yang berada di atasnya ini tak kuasa lagi menahan birahiku. Permainan Karno di anusku tadi membuatku tanggung, dan kini gesekan penis Pak Tono membangkitkan rasa ingin klimaksku. Setan laknat yang memenuhi nafsuku membuatku ingin rasanya untuk langsung menduduki penis keras itu.

Tapi Pak Tono menahan pantatku dengan satu tangannya sambil penisnya ia gesek-gesekkan di bibir vaginaku. Aku makin panas dingin menahan birahi. Aku seolah tak puas dengan hanya bergesek-gesek saja. Aku ingin menelan penis itu dengan vaginaku dan meraih klimaksku.

Lendir kenikmatan makin banyak keluar saat penis Pak Tono menggesek-gesek seperti itu. Aku makin menggeliat tak karuan. Pak Tono begitu pintar memainkan birahiku dengan perlahan namun pasti, membuatku seolah yang menginginkan ini semua. Ia tersenyum mesum menyadari kalau aku juga sudah tak tahan.

"Dek.. Panggilan sayang kamu apa ke dia?.." tanya Pak Tono.

Akupun langsung menjawab cepat.

"Abi.. Arrgghhhh.." kataku keceplosan.

"hahahahaha.." kata Pak Tono, "Masih SMA udah abi umi an ya kamu.. Sama si jelek Karno gitu padahal.."

Degg.. Aku baru teringat kalau aku sedang bersandiwara. Aku tadi menjawab panggilan untukku dari suamiku yang sesungguhnya. Untungnya mereka tak tau, kecuali Karno yang hanya tersenyum, seolah bangga bisa membuatku berperan menjadi kekasihnya sampai-sampai memanggilnya 'Abi'.

Aku tak memedulikan itu lagi. Nafsuku sudah di ubun-ubun. Pak Tono lalu menaikkan sedikit penisnya hingga menguak makin jauh bibir liang kawinku itu. Tapi ternyata ia tarik lagi turun menjauh.

"Hooohh.. Aaaaahhh.."

Aku mendesis hebat. Rasanya betul-betul membuatku menggigil saat Pak Tono dengan nakalnya menggodaku. Wajahku sayu memandanginya. Ia tersenyum bangga bisa memainkan nafsuku seperti ini.

"Mau dimasukin, Dek..?" tanya Pak Tono.

Seolah ia mengejekku. Aku yang di benaknya anak sekolahan ini seolah tak mampu menahan birahiku di hadapannya. Tapi aku sendiri sudah tak memedulikan jatidiriku. Aku hanya mengangguk mengiyakan pertanyaannya, sambil wajahku memancarkan hasrat untuk disetubuhi.

"Hehehe.. Bilang dulu dong sama Abimu.."

"Aargghhh.. Abii.. aku mau jima' sama Pak Tono ya.." kataku seolah berucap ke Mas Bagas.

"Opo kuwi jima'?" tanya Pak Tono.

"Jima' ki ngentot, Mas.." kata Karno menimpali.

"OOO.. bilang ngentot dong, Dek.. Bilang lagi sana.." kata Pak Tono.

"Abi.. Umi mau ngentot sama Pak Tono, boleh ya.. Emmppfffhh.." kataku.

Aku benar-benar sudah melupakan siapa diriku dan menjadi jalang yang lepas kendali saat berucap seperti itu.

Pak Tono terkekeh untuk sesaat. Ia lalu menarik turun pinggangku. Penisnya langsung mendesak bibir vaginaku. Untung sekali bibir vaginaku becek sekali. Aku merasakan penis itu menembus perlahan menyeruak melawan sempitnya vaginaku.

"Urrrggghhhh.. Ija Jo.. Sempit banget memek pacarnya si jelek karno ini.. masih rapet kaya perawan.. Urrghhh.. Makan kontholku ini, Dek.. Urrrghhhh.."

Pak Tono mengangkat pantatnya membantu penisnya makin menusuk jauh. Aku makin blingsatan dan menurunkan juga pantatku.

Pantatku menyentak hebat saat orgasmeku datang lagi. Tanganku melepas pegangannya di rok abu-abu dan berganti meremas seragam Pak Tono sekencangnya.

"oooooooooooouuugghhhhh.. Aaaaaaarhhhhhhhhhhhh.. Hoooooooooooooooooohhhhh.."

Critt.. Criittt… Crrrttttttttt..

Pantat ku kaku dan mengejang beberapa kali di atas selangkangan Pak Tono. Vaginaku kian becek tak karuan yang malah membuat penis itu semakin dalam masuk ke dalam kemaluanku ini. Slepp..

"Hoouhhhhh.." lenguhku.

Pantatku yang lemas makin jatuh di selangkangannya. Sehingga, aku yang masih ngos-ngosan, malah merasakan penis panjang nya itu menusuk makin dalam. Tanganku mencengkram erat baju seragam Pak Tono yang masih ia pakai sambil melepas sentakan-sentakan orgasmeku.

Hingga fase orgasmeku selesai dan aku benar-benar lemas bersimpuh di atas selangkangan Pak Tono. Vaginaku yang semakin sensitif ini merasakan penis Pak Tono yang masih menyesaki vaginaku dengan urat-urat yang mengelilinginya itu.

"Uurrgghhhh.. pas keluar gini memekmu kok makin njepit, Dek.. kontholku kayak dipijet-pijet.. Urrgghhh.."

Pak Tono tersenyum mesum memperhatikan aku yang sedang dilanda klimaksku. Dia mendiamkan tubuhku untuk sesaat, membiarkan aku melepaskan puncak kenikmatan duniawi ku ini. Pandangannya makin menyiratkan nafsu memandangi wajah sayuku. Tetekku yang membusung makin indah tak terhalangi apapun dan makin seksi juga karena si kembar ini penuh peluh keringat.

Setelah beberapa saat, Pak Tono lalu menggerakkan sendiri pinggulnya maju mundur di atas kasur tipis ini. Aku yang memejamkan mata kelelahan hanya pasrah di atas selangannya saat penisnya itu mulai bergerak-gerak menggaruk vaginaku.

"Hooghhh.. Udaahh, Pakk.. Hhgg.. capeekk.. lepasin sayaa.. Emmppphhh.." desahku.

"Hehe.. memekmu makin njepit gini lho.. Urrgghhh.. Yakin mau udahan???" katanya.

"Houuugghhh.. Mmmfffhhhhh.. Aaaah.. Sssshhhhh.."

Aku tak menjawabnya, tapi mulutku malah mengeluarkan suara desahan ketika tangan Pak Tono memegangi pinggulku dan menggerakkannya seirama dengan gerakan selangkangan Pak Tono. Tubuhku ku pun mulai berayun. Tetek besarku dengan indahnya bergoyang, sering pantatku yang juga maju mundur di atas selangkangannya

"Ouuhh.. Ahhh.. Ahhh.. Ssshhhhhh..Emmpphhh.."

Keringat ku makin banyak keluar membasahi baju dan rok yang masih menggantung di badanku. Pak Tono masih menggerakkan pinggulnya dan penis itu juga terasa mengaduk-aduk vaginaku. Tangannya tak begitu kuat memegangi pinggulku karena pinggulku juga bergerak sendiri mengikuti alunan pinggul Pak Tono, entah darimana datangnya energiku ini.

Tubuhku rasanya lemas sekali, tapi rangsangan rojokan penis kerasnya itu memantik syahwatku semakin jauh. Penis gelapnya yang panjang itu makin lama menusuk makin dalam menembus rahimku, membuatku tak bisa menolak birahi yang memanas. Vaginaku terus mengeluarkan lendir, memperlancar penetrasi pentungan panjang itu.

"Houuugghhhh.. Aaaahhhh.."

Pantatku perlahan bergerak makin intens melawan ayunan pinggul Pak Tono. Saat pinggul nya mundur, aku ikut menarik pantatku. Dan saat pinggulnya maju, pantatku ikut kumundurkan sehingga penis itu terasa makin jauh menggaruk-garuk dinding rongga vaginaku.


ME3UIBN_o.gif

Kepalaku menengadah ke atas melepas syahwat yang menderaku saat pantatku bergerak maju mundur. Pak Tono sesekali mengerang merasakan sempitnya vaginaku. Apalagi dia merasakan jepitan vaginaku saat klimaksku yang makin memijat-mijat tongkat satpamnya itu.

"Uuurrggghh.. Enak enggak kontholku, Dek?" tanya Pak Tono.

"Hhgghhh.. Ssshhh.." desahan saja dan Aku hanya mengangguk.

"Dijawab dong, Dek.."

"Aahhh.. Iya... Enakk, pakkh.. Hhhssss.. Emmpphhh.."

"Enakan mana sama konthol Abimu?" tanyanya.

"Hhhgggh.. Emmpphh.. Enakk punyaa.. ahh.. Pak Tono.. Shhh.." balasku.

"Bilang Konthol gitu..!"

"Sshh.. Emmpphhh.. Konthol.. Ahhh.. Pak Tono lebih.. Sshh.. Lebih enak.. Houugghhh.."

"Hahaha.. Dasar jilbab lonthe.. masih ABG udah binal gini.. Urrgggghh.. Bilang sana sama Abimu..!!"

"Hougghhhh.. Aaahh.. Abii.. Kontholnya Pak Tono enaakkk.. Hoouuugggghhh.. Shhh.."

Pak Tono memandangi Karno dengan senyuman bangga. Pak Tono lalu menaikkan tempo gerakan pinggulnya. Pantatnya ia naik turunkan juga hingga penis itu menusuk makin dalam di relung vaginaku.

Splok.. Splookk.. Splookkkk..

"Aaaahhh.. Hoouugghhh.. Emppphhhhhh.." desahku.

Karno lalu beranjak ke belakang tubuhku. Ia mengusap-usap pantatku dengan tangan kasarnya. Sungguh kontras sekali tangan gelap yang biasa membersihkan WC karena pekerjaan nya itu kini sedang mengusap pantatku yang putih dan sekal ini. Ia lalu menampar pantatku.

PLAK..

"Aiiih...."

PLAK.. PLAKK..

"Hooouugghhhh.. Ssshhh.."

Aku ingin berontak, tapi Pak Tono masih terus menggerakkan pinggulnya. Batang penis berurat nya itu beradu gesekan dengan dinding vaginaku memberikan rangsangan yang tak terperi, apalagi vaginaku yang begitu sensitif paska orgasme. Tamparan tangan Karno pun malah menambah sensasi birahi bagiku.

Splokk.. Sploookkkk..

Tangan Karno lalu bermain-main di belahan pantatku. Jarinya ia gunakan lagi untuk menggelitik lubang anusku, sebelum ia kemudian berusaha menembus lubang pantatku dengan jarinya.

Cuihh..

Karno meludahi jarinya lalu ia kembali menusukkan jarinya di lubang pantatku. Aku berusaha menolak usahanya. Tapi usahaku tak berarti apa-apa ketika jarinya mulai masuk ke anusku dan mulai mengobel-ngobel lubang sempit itu.

"Houugghhh.. Jangan.. Udah.. Jangan disituuh. ohh.. HAPP.."

Ketika aku menoleh, tiba-tiba di depanku sudah ada Pak Parjo dengan penisnya. Batangnya itu langsung ia gunakan untuk menyumpal mulutku. Penis gemuknya itu ia paksa membelah bibirku. Lagi-lagi aku tak memiliki cukup daya untuk menolaknya.

Penis gemuk Pak Parjo itupun kembali merasakan hangatnya bibirku. Padahal belum lama tadi ia barusaja keluar, tapi penisnya itu kini sudah mengeras lagi dan meminta servis oral ku.

"Urrrggghhh.. Ediann.. Enak banget mulutnya.." erang Pak Parjo.

Kepala penisnya yang bersarang sempurna di bibir sensualku ini mulai ia dorong masuk. Mulutku dipaksa meregang lagi saat batang itu menyesak masuk mulutku. Di bawah Pak Tono masih menggerakkan pinggulnya menggaruk-garuk vaginaku, sementara di anusku tersumpal lagi jari Karno yang masih mengorek-ngorek lubang itu.

Tiga lelaki bejat ini bersama-sama melecehkanku. Seragam yang kupakai makin kusut tak berwujud dan makin lepek juga karena keringat tubuhku yang tak henti-hentinya keluar dari pori-pori kulitku, menghadapi panasnya perlakuan tiga orang ini sejak tadi.

Di mulutku, kurasakan penis Pak Parjo semakin menegang. Ukurannya makin terasa besar memenuhi setiap sudut mulutku. Dari bawahku, Pak Tono makin kuat mengayunkan pinggulnya. Tubuhku terguncang maju mundur hingga penis Pak Parjo di mulutku sesekali terlepas. Dan saat penis itu hinggap di hangatnya bibirku, Ia tak menggerakkan pinggulnya. Meskipun diam, tapi Pak Parjo tetap mengerang keenakan. Karno menarik jarinya dari anusku karena pantatku yang berayun juga makin kencang.

Splok.. Splookk.. Splookkk..

Pak Tono makin liar menggerakkan pinggulnya. Pantatnya menyentak ke atas menusuk makin dalam vaginaku. Aku bisa merasakan rongga vaginaku bergesekan dengan urat-urat batang gelap itu yang makin mengeras di dalam sempitnya liang senggamaku. Mulutku mendesah makin kencang.

"Huuufffhhh.. Sshhhhhh.. aahhh.. Hoouugghhh.. Aarrhhh.."

Penis Pak Parjo pun terlepas dari bibirku lagi padahal penis itu sudah menegang sempurna. Pak Parjo lalu mundur kembali membiarkan Pak Tono menggarapku terlebih dahulu. Di belakangku Karno masih sesekali mengusap-usap pantatku, walaupun agak kesulitan karena pantatku naik turun akibat sodokan penis Pak Tono dari bawah.

Birahiku rasanya semakin meninggi padahal tubuhku rasanya lemas sekali. Aku pasrah diperlakukan oleh Pak Tono di bawahku tapi hal itu malah menjadikan rangsangan yang kuterima semakin menjadi-jadi. Pak Tono lalu memintaku membuka seragam nya.

"Dek.. bukain bajuku.. Urrghh.." katanya sembari memelankan sentakannya.

Layaknya pembantunya, aku lalu mengarahkan tanganku melepas kancing seragam biru tuanya dari yang paling atas satu per satu ke bawah hingga semua kancing itu terlepas. Aku membuka seragam itu dan terlihat dada gelap Pak Tono yang bidang dan dipenuhi bulu-bulu lebat yang menyambung ke perutnya yang sedikit membuncit.

"Sekarang kamu yang goyang dong, Cah Ayu.." kata Pak Tono.

Lemas masih mendera sekujur tubuhku, tapi kemudian aku juga menuruti kemauan satpam bejat itu. Aku gerakkan pantatku maju mundur di atas selangkangannya setelah sejenak tadi rojokan penisnya berhenti.

"Hooouuggghhhh.. Nnggghhhhhhhh.."

Aku melenguh saat setiap sisi vaginaku kembali dirangsang oleh tongkat panjang Pak Tono itu. Apalagi aku yang menggerakkan sendiri pantatku. Meskipun tak bisa terlalu kencang karena rasa lelahku, tapi rangsang itu cukup membuat darahku makin memanas. Vaginaku kian basah melumuri batang panjang itu yang menyumpali liang kawinku.

Pantatku terus bergerak-gerak seolah-olah sedang menyetubuhi Pak Tono. Tubuhku juga ikut berayun-ayun tak terkecuali dua melon kembarku yang ikut bergoncang makin seksi. Tetekku yang masih tersangga bra yang tersangkut di bawahnya ini bergerak makin menggoda, seirama dengan gerakan tubuhku.

Pak Tono lalu tak kuat dengan sajian di depan matanya ini, dan menarik tetekku maju mendekat ke arah wajahnya. Aku pun makin menunduk saat tangan kasarnya mulai meremasi si kembar ini dan menariknya, mulutku mengeluarkan lenguhan panjang.

"Houuuuuhhhhhhhhhh.."

Tangan kasar itu bergerak memutar-mutar di tetekku yang kanan dan kiri. Gerakannya serasa seperti memijat tetekku yang ukurannya memang besar ini. Apalagi bulir-bulir peluh yang keluar membasahi tetekku seolah menjadi pelumas bagi tangannya untuk makin liar memijat tetekku.


240f981370713463.gif

Aku pun merespon rangsangan itu dengan makin cepat menggerakkan pinggulku di atas selangkangan Pak Tono. Pahaku juga ikut bergerak maju mundur membantu menjadi tumpuan pinggulku untuk berayun maju mundur. Pak Tono makin liar juga meremas-remas tetekku. Kadang remasannya sangat kencang bahkan seperti membetot tetekku.

"Ouuhhh... Aahh.. Pee..lann.. Aahhh.. Saaakiiit.. Houuhhh.."

Rengekanku itu tak diindahkan oleh Pak Tono. Bahkan tangannya semakin kuat meremasi tetekku. Tetekku juga ia tarik, membuatku makin menunduk. Hingga kemudian ketika dia membetot tetekku, mulutnya ikut menjamah daging sekal kembar ini.

"Hoouuhh.. Aaaaaahhh.." desahku. "Sshh.. Jangann.. Pentil nyaah.. Ooohhh.. sshhh.."

Aku mendesah di tengah rangsangan tangan dan bibir tebal Pak Tono yang membabi-buta menjamah tetekku. Layaknya anak kecil yang sedang menyusu, areolaku ia hisap kuat-kuat membuat tubuhku bergetar hebat. Pantatku semakin intens juga berayun di atas selangkangan Pak Tono.

Pak Parjo kulihat bergerak ke arah belakangku. Ia meminta Karno yang masih di belakang pantatku menjadi penonton itu untuk beranjak pergi, dan lelaki kurus itupun tak berani berkata-kata selain menuruti perintah Pak Parjo.

Pak Parjo lalu berjongkok di belakangku menggantikan posisi Karno. Aku bisa merasakan tangannya dengan jari-jari besar dan kasar itu memegangi pantatku, kontras dengan tangan Karno sebelumnya. Aku memperlambat gerakan pinggulku dan menoleh ke belakang.

Pak Parjo mengusap-usap pantatku seolah tangannya mengagumi bulatan besar yang kencang dan sekal itu. Ditambah keringatku juga yang membuat daging kenyal ku ini makin mengkilap seksi saat berayun di atas selangkangan Pak Tono.

"Seksi banget bokongmu, Dek.. ayo terusin.. jangan berhenti.." kata Pak Parjo.

Aku belum sempat melanjutkan gerakanku, tapi Pak Tono di bawahku sudah menggerakkan sendiri pinggulnya. Tangannya juga menarik pinggangku untuk ikut bergerak mengikuti alunan gerakannya. Mau tak mau pantat dan pinggul ku ikutan bergerak.

"Ssshhh.. Mmmfffhhh.."

Seketika juga aku mendesah kembali saat penis panjang Pak Tono menggaruk-garuk dinding vaginaku dengan intensnya. Pak Tono juga kembali merangsang tetekku dengan bibir hitamnya itu. Sesekali ia meninggalkan cupangan merah di tetekku.

Mataku kembali terpejam menerima sodokan penis Pak Tono dari bawahku itu, sementara Pak Parjo masih mengusap dan meremas-remas pantat sekal ku dengan gemasnya, membuatku makin gemetar, hingga tangan satpam itu menorehkan tanda merah di putihnya kulit pantatku.

Gerakan pantatku mulai menemukan iramanya bahkan pinggul rampingku ini mulai bergerak sendiri mengikuti gerakan pinggul Pak Tono. Dari belakang, Pak Parjo menjulurkan tangannya ke mulutku. Jari itu ia masukkan membelah bibirku dan menjelajah mulutku.

Sambil menggerakkan pinggul dan pantatku, jari-jari Pak Parjo semakin basah akibat liur dari mulutku. Hingga setelah jari-jarinya itu betul-betul basah, ia menariknya dari mulutku. Aku merasakan punggungku ditekan Pak Parjo hingga aku makin menunduk. Pak Parjo lalu memindahkan jari-jarinya tadi ke pantatku, dan aku lalu merasakn jari itu mulai ia tekan di lubang anusku.

"Oooh.. Aiiiihhh.. Jangan disituuh.. hooooohhh.." jeritku.

Naas nasibku, jari basahnya itu ia tekan terus dan terus sambil sesekali ia putar. Satu tangannya memegangi punggungku hingga aku tak bisa mengelak berontak. Pak Tono di bawahku juga menghentikan gerakannya, memberi kesempatan pada rekan bejatnya untuk melancarkan aksinya.

Jari Pak Parjo yang terus-terusan ia tarik ulur di lubang pantatku itupun akhirnya berhasil menembus jepitan lubang rektumku itu. Clopp..

"Aiiiiihhhh.." jeritku.

Jari yang ukurannya sama dengan mainan-mainan buttplug itu ia tekan dan mulai ia gerak-gerakkan di lubang anusku. Sesekali Pak Parjo meludahi lubang yang tersumpal jarinya itu.

Cuiihh..

Mataku terpejam sambil wajahku meringis merasakan ngilu saat anusku ditembus lagi oleh jari Pak Parjo, setelah beberapa waktu tadi Karno juga melakukan hal yang sama. Untuk beberapa saat lamanya, jari Pak Parjo bermain-main di lubang sempitku itu, membuatku makin menggeliat tertahan oleh tangannya yang satunya.

Hingga kemudian, Pak Parjo menarik jarinya. Dan aku merasakan batang hangat dan keras berada di pinggiran lubang anusku, bersiap menggantikan posisi jarinya sebelumnya. Aku langsung tersadar dan rasa takut langsung menghinggapiku. Aku langsung menoleh ke belakang lagi.

"Pak.. Ngapainn.. Ngghhh.. Jangan disituu.."

Aku tak ingin mimpi buruk ini terjadi, aku segera mencoba kabur beranjak. Tapi secepat kilat, Pak Tono memeluk erat badanku dan menariknya hingga tubuhku menempel di badannya. Badanku pun semakin menelungkup. Dan saat itu Pak Parjo melanjutkan usahanya.

Satu tangannya menguak lubang anusku, sementara tangan lainnya memegangi penisnya dan mengarahkan ke lubang kecil itu. Aku masih berusaha meronta, tak ingin penis sebesar itu masuk ke lubangku yang amat kecil itu. Tapi Pak Tono begitu kuat memelukku. Tetekku sampai-sampai tergencet di dadanya.

"Jangan disitu Pak.. pliiss.. lepasin saya..!! Aiiiiihhhhhhh.."

Aku meronta sebisaku dan berakhir dengan jeritan panjang saat penis Pak Parjo mulai dijejalkan di lubang anusku. Tak kenal lelah, Pak Parjo terus mengupayakan batang gemuknya menembus lubang anusku. Keringat dingin mengucur di tubuhku membersamai rasa ngeri yang merasuk diriku.

"Errrrggghhhg" erang Pak Parjo yang juga berkeringat saat melanjutkan sodominya itu.

"Aiiihhhhh.. Sakiiittt.. Lepasinnn.. Hougghhh.."

Aku menjerit makin keras saat kepala penis Pak Parjo mulai berhasil masuk ke dalam lubang anusku. Rasa ngilu tak terkira hinggap di pantatku.


ME80RE_o.gif

Slepp..

"Hyaaahh.. Sakiiiit.. Houuuuggghhhh.. Haaaahhh.. Ampuunnn.." jeritku.

"Urrgghhhh.. manteb banget silitnya, Ton.. nggak kalah nikmat sama memeknya.. Huufff.. angel banget iki melbune kontholku.. Urrgghhhh.." erang Pak Parjo sambul terus mendorong penisnya.

Ngilu yang kurasakan semakin bertambah saat penis Pak Parjo bertambah Mili demi Mili tertancap di anusku. Badanku terasa penuh sesak merasakan jejalan penisnya di lubang anusku itu.

"Arrggghhhhhhh.." erang Pak Parjo panjang. "Anget bangett.. enak tenan bokongmu, Dek.."

Kepala penis gemuknya itu sudah utuh masuk di sempitnya lubang pembuanganku itu. Ia diamkan sejenak batang gemuk itu menikmati hangatnya lubang anusku. Aku menitikkan air mata. Rasa sesal bercampur rasa sakit menghinggapi diriku. Diriku kini benar-benar hina saat batang haram itu masuk ke lubang anusku. Aku semalam menolak Mas Bagas bermain-main di anusku, tapi kini aku tak berdaya saat pantatku dimasuki oleh batang haram ini.

Pak Parjo kemudian mulai menggerakkan pinggulnya. Rasa ngilu makin menjadi-jadi menjalari tubuhku. Badanku terasa penuh sesak apalagi penis Pak Tono yang masih menyumpal di vaginaku dari bawah. Pak Tono belum menggerakkan penisnya, dan memberi kesempatan bagi Pak Parjo untuk menggoyang penisnya di anusku.

"Ouuughhh.." aku mendesis panjang.

Penis yang masuk ke anusku itu terasa semakin dalam. Otot anusku yang mencengkeram penisnya itu dipaksa melebar menyesuaikan ukuran batang gemuk satpam tua itu. Aku yang tak bisa bergerak ini hanya pasrah menerima ayunan pinggulnya.

Cuiihhh..

Pak Parjo sesekali meludah di penisnya untuk membantu sodokan batangnya itu. Di bawahku, Pak Tono kemudian mulai lagi menggerakkan pantatnya. Penisnya mulai lagi menggesek-gesek rongga vaginaku.


ME4MFHE_o.gif

"Hhgggggggghhhh.. Emmppphhh.. Hooouuuughh.."

Aku mendesis menerima rangsangan sodokan penis di vaginaku, sementara masih menahan ngilu di anusku. Garukan demi garukan penis panjang Pak Tono di vaginaku membangkitkan gairahku lagi dan mulai bisa menutupi rasa ngilu di anusku. Tetekku yang menempel di dadanya ini ikut bergesekan dengan bulu-bulu dadanya yang lebat itu, membuat putingku ikut mengeras karena terangsang.

Kekenyalan tetek besarku ini lagi-lagi menggoda Pak Tono yang dadanya serasa kupijat dengan melon kembarku ini. Tangan Pak Tono tak lagi menahan punggungku. Kedua tangan kasar itu lalu berpindah ke tetekku, dan mulai lagi meremas-remas tetekku setelah tadi terhenti karena menahan badanku.

"Ouugghhhhh..Aaahhhhh.."

Aku makin mendesah saat tangan kasarnya semakin kuat meremasi tetekku. Jari-jarinya sesekali mencubit daging putih sekal itu, selain juga bermain di putingku.

"Ssshhh.. Mmmffhh.. Jangan.. pentilnyaaa.. haaahhhh.. sshhh.."

Putingku yang merupakan titik sensitif badanku itu ia tarik-tarik membuatku terbakar birahi. Kedua penis Pak Tono dan Pak Parjo semakin intens menggaruk-garuk vagina dan anusku, apalagi menyadari aku yang sudah tak lagi berontak.

Dari belakang, tangan Pak Parjo melepas bra yang masih mengganjal di bawah tetekku, tapi tak melepas seragam putih yang kupakai. Tetekku pun semakin bebas berayun meski masih dijamah oleh tangan kasar Pak Tono. Pak Parjo lalu menundukkan badannya dan makin cepat menyodok-nyodok anusku.

"Ouugghh.. Ahhh.. aahhhhh.." desahku.

"Errrggghhh.." erang Pak Parjo.

Aku bisa merasakan dengusannya karena wajahnya begitu dekat dengan leherku. Tangannya kemudian menyingkap sisi jilbabku dan kemudian wajah satpam tua itu bermain-main di leherku.

"Mmmfffhhh.. Sssshhhh.."

Aku langsung digelitik sensasi hebat saat lidah dan bibirnya mencupangi leherku dari belakang. Ayunan penisnya di pantatku juga makin cepat. Bibirnya sesekali turun bergeser ke pundakku, menyingkap seragam putih yang menggantung di pundakku dan ikut meninggalkan bercak merah.

"Ouugghh.. Aiihhh.. Jangann digigitt.. Hsssshhh.." desahku.

Aku yakin gigitannya di pundakku pasti meninggalkan bercak yang cukup mendalam. Entahlah apakah tanda-tanda cupangan di tubuh ini bisa hilang saat Mas Bagas sudah pulang dari luar kota nanti. Atau aku harus berbohong mencari alasan darimana datangnya semua noktah merah di sekujur tubuhku ini. Yang jelas saat ini benakku sudah diliputi nafsu syahwat saat dua penis gelap itu kian liar mengobrak-abrik vaginaku dan anusku. Lendir kenikmatan kembali membanjiri vaginaku.

Nafsu lagi-lagi menutupi kembali akalku dan imanku. Aku makin larut pada birahi terlarang ini dan membiarkan dua satpam ini menumpukku seperti sandwich dari atas dan dari bawah. Dua penis itu berayun-ayun ke dua lubang kemaluanku. Gerakan penis mereka semakin lama semakin intens.

Tubuhku merespon dengan semakin berdesirnya setiap simpul syarafku. Vaginaku kian lembab mengeluarkan lendirnya, seiring rasa ngilu di anusku yang sudah berganti menjadi sensasi birahi. Selangkanganku semakin banjir dan alam bawah sadarku semakin membawaku terbuai. Sodokan dua batang laknat itu juga semakin intens.

Dua satpam itu seolah menemukan ritmenya sendiri saat sedang menyetubuhiku. Batang-batang itu bergantian berayun menusuk semakin dalam vagina dan anusku. Aku yang berada di tengah-tengah ini hanya pasrah diam saat digenjot dua penis itu, terlebih tetekku yang dijamah oleh Pak Tono membuatku tak kuasa menolak birahi. Bunyi peraduan tubuhku yang diapit dua satpam garang inipun mengisi sunyinya pos satpam ini.

Splokk.. Splookk.. Splookkkk..

"Sssshhhh.. Mmmfffhhh.. Houuuuggghhhhh.." desisku.

Setelah beberapa saat menggarapku di posisi ini, mereka kemudian kompak menghentikan gerakannya. Mereka memintaku untuk berbalik dari posisiku. Pak Parjo melepas penisnya terlebih dahulu dari anusku, dan kemudian menarikku dari atas badan Pak Tono.

Aku yang seperti boneka ini lalu dibaliknya menghadap Pak Parjo. Pak Tono mengganjal punggungnya dengan bantal sehingga posisinya setengah duduk. Pak Parjo lalu menyuruhku untuk turun berjongkok di atas selangkangan Pak Tono. Hingga kemudian, aku menurunkan pinggulku dan merasakan penis Pak Tono menyundul-nyundul pantatku.

"masukkin bokongmu, Dek.. pengen nyobain bokongmu yang semok ini.. Urrgghhhh.." kata Pak Tono yang kubelakangi ini.

Aku sempat ngeri sejenak dan tak berani memasukkan penis itu di anusku. Tapi lagi-lagi aku tak punya daya upaya saat Pak Parjo mendorong tubuhku turun. Ditambah Pak Tono juga menarik dari bawah pantatku makin turun hingga anusku mulai menelan penis Pak Tono.

"Aiiiiihhh.. Ngggggeeehhhhhhhhhhh.."

Meski tak sebesar penis Pak Parjo, tapi batang itu cukup membuat darahku berdesir menahan ngilu dan sensasi anal seks ini. Apalagi batang itu bengkok ke atas, seolah menggaruk lebih jauh lubang anusku. Akupun sesekali tercekat menahan nafas merasakan batang Pak Tono itu masuk makin dalam.

"Heeeegghh.. Enngggggghhhhh.."

Aku masih merasakan ngilu di anusku, saat dari depanku Pak Parjo mendorong tubuhku menjadi agak telentang. Pak Parjo mengarahkan penisnya di selangkanganku dan yang bisa kurasakan kemudian adalah batang gelapnya itu mulai ia penetrasi memasuki vaginaku.

"Emmmppppghh.. Hooouuuughh.." lenguhku panjang.

Lagi-lagi tubuhku rasanya penuh sesak saat dua pentungan satpam itu mulai memasuki badanku lagi. Penis Pak Parjo memaksa vaginaku untuk melar kembali menerima rojokan penisnya. Tarik ulur ia lakukan karena memang penisnya yang gemuk dan sulit menembus vaginaku sempitku.

"Uurrgghhhh.. Top markotop memekmu, Dek.. Urrrggghhh.." erang Pak Parjo.

Di bawah, Pak Tono juga terus mengusahan penisnya masuk makin dalam di anusku. Mulutku mendesis panjang membersamai pantatku yang makin bergetar seiring masuknya dua penis gelap itu.

Pak Tono dan Pak Parjo mendiamkan penisnya sesaat ketika sudah berhasil memasuki dua lubangku ini. Sebelum kemudian keduanya mulai mengayunkan pinggulnya melanjutkan penetrasi ganda menodai lubang anus dan lubang vaginaku ini.

Tak terperi rasa ngilunya ketika batang panjang Pak Tono memasuki lubang anusku. Tali gairahku juga makin meletup-letup saat penis gemuk Pak Parjo mulai mengobok-obok vaginaku. Urat-urat di batang Pak Parjo itu bergesekan dengan vaginaku, memantik api birahi yang tak bisa kupadamkan.

"Emmpppphhh.. Sssshshhh.. Hhhaaaagggghhh.."

Tubuhku yang terapit di antara dua badan gempal satpam ini seolah makin pasif saja menerima perlakuan mereka. Badanku setengah melayang karena tak punya tumpuan. Dan birahi yang mengumpul di darahku ini lama kelamaan membawaku menuju puncak sana. Ayunan dua batang itupun semakin liar dan intens.

Splokk.. Splookkkk.. Sploookkkk..

Dua lubang kemaluanku itu menjadi bulan-bulanan satpam ini. Pak Tono dari belakang meremas-remas tetekku. Ia masih belum puas menjamah tetekku meskipun sudah sejak tadi si kembar yang berukuran besar di dadaku ini juga sudah menjadi sasaran remasannya. Akupun tak kuat lagi membendung rangsangan yang menggelegak, hingga tak lama kemudian aku menghempaskan klimaksku lagi.

"Hhooooohhhh.. Aaaaarrrrhhhhhhhhh.. Oooooooooooooooohhhh.. hhhhaaaaaaaaaaaaahhhhh.."

Crrttt.. crrtttt.. ccrrrttttt..

Aku mendesah panjang melepas klimaksku. Pantatku sempat menyentak-nyentak, tapi Pak Parjo tak menghentikan ayunannya, dan terus menyodok-nyodokkan penis mereka di lubang anus dan lubang vaginaku.

Splokk.. Sploookk..

"Ahh.. ohh.. Udaahh, Pak.. sebentarrr.. capekkk.. houuhh.."

Splokk.. Sploookkkk.. Sploookkkk..

"Urrggghhh.. Aseemm.. bokongnya lebih njepit gini kok an, Dek.. Enak banget ini, Jo.." erang Pak Tono.

"Iya Ton.. Uurrgghhhh.. Ini memeknya juga malah mijet-mijet gini pas habis ngecrot Adikke.. uurrgghhhh.. memek anak sekolah jebule enak gini ya.."

Kedua penis itu malah semakin berayun cepat, masuk semakin dalam ke rongga anus dan rongga vaginaku. Aku tak sempat melepas lelahku dan kini selangkanganku dihajar lagi dua penis itu makin liar. Aku lagi-lagi hanya pasrah, sambil tubuhku setengah bersandar ke dada Pak Tono karena rasa lelahku.


ME4MFHK_o.gif

Apalagi Pak Parjo yang mendapati vaginaku makin basah kuyup karena cairan klimaksku yang membanjir ini, malah memanfaatkan momen itu untuk makin cepat menggenjot vaginaku sampai berbunyi sangat mesum mengisi sudut-sudut pos satpam ini.

Splokk.. Sploookkk.. Sploookkkk..

"Houugghhh.. Emmppphhh.. Hhgggghhh.." desahku.

Di sampingku, Karno yang sedari tadi hanya menjadi penoton dengan mupengnya itu kemudian mendekat ke tengah kasur kumal ini.

"Mas Jo.. aku pakai mulutnya ya.. Eman-eman bibir seksi kaya gini dianggurin.." kata Karno dengan penisnya yang masih mengacung.

"Hahaha.. Diijinin nggak nih, Ton..?" tanya Pak Parjo ke Pak Tono.

"Haha.. boleh, Deh.." kata Pak Tono, "Kasian dia, dari tadi cuma liat sambil ngocok sendiri.."

"Jangan sampai ngganggu kita tapi No.. awas kowe.." kata Pak Parjo

Kedua satpam itu melanjutkan lagi ayunannya di pantat dan vaginaku.

Mendengar permisinya dikabulkan, tanpa ba-bi-bu Karno langsung mendekatiku. Aku terlalu lemah untuk menolak perlakuan Karno. Ia tarik sedikit badanku yang agak menunduk ini. Ia pegang daguku dan mengangkat wajahku. Sebelum ia menggunakan bibirku, Karno berbisik-bisik padaku.

"Hehe.. kamu jago bersandiwara juga ya, Mbak Sella.. tadi bilangnya nggak mau tapi kok sekarang keenakan.. memang akhwat lonthe kamu, Mbak.. mereka berdua nggak tau aja lkalau kamu akhwat dan udah jadi istri orang.." kata Karno yang diakhiri kekehannya.

Hatiku miris mendengar ucapannya itu. Semua yang ia katakan seolah adalah fakta bahwa aku yang sekarang tak lebih dari perempuan murahan yang sedang digarap oleh dua batang haram di anus dan vaginaku.

Karno memegangi wajahku agar tidak ikut bergerak mengikuti tubuhku yang tersentak-sentak disetubuhi ini. Tangannya lain ia gunakan untuk memegang penisnya dan diarahkan ke wajah putihku ini. Ia pukul-pukulkan batang beruratnya itu di hidung dan pipiku.

Langsung tercium aroma khas penisnya yang bercampur bau keringat dan bau pesing itu. Lelehan precum nya menetes di pipiku saat kepala penisnya ia pukul-pukulkan seperti itu.

Puk.. puk.. pukk..

"Uurrrggghhh.. Umi seksi banget kalau lagi dientot dua konthol gini ya ternyata.." katanya bersandiwara seolah dia beneran suami halalku. "Abi baru tau kalau Umi ternyata binal juga.. Urrgghhh.."

"Buka bibirnya Umi.. nah iya.. makan konthol Abi nih sebagai hukuman buat Umi.. Urrgghhh.. "

Penis gelap itu lalu mulai membelah bibirku. Erangan langsung keluar dari mulut lelaki kurang ajar itu saat penisnya merasakan hangatnya bibirku.

"Urrgggggghhhh.. Umi emang paling enak sepongannya.. Urrgghhh.." erangnya

Kepalaku ia pegang sambil penisnya ia masukkan lebih dalam. Di anus dan vaginaku, dua penis satpam tua itu juga masih terus menggagahiku. Betapa memalukannya diriku saat ini ketika tiga lubangku digarap semua oleh tiga lelaki bejat di sudut mall ini. Harga diriku sudah hancur berkeping-keping.

Rasanya aku tak pantas lagi menjadi istri dari Mas Bagas, saat aku kini dengan pasrahnya dimasuki batang-batang haram itu. Rasa sesal sudah meluber tak terkendali. Namun yang kusayangkan, tubuhku menerima rangsangan ini semua. Vaginaku semakin becek akibat birahi yang semakin menggelora.

"Urrgghhhh.. Pakai lidahnya, Umi.. Urrrggghh.. Abi teken yang dalem ya Umi.. Urrrggghhhh.." erang Karno.

Ia memegangi kepalaku, kemudian menekan penisnya menusuk jauh hingga pangkal mulutku, membuatku hampir tersedak dan kehabisan nafas. Tapi Karno terus menjejalkan batang beruratnya itu, sambil mulutnya terus mengerang.

Hock.. hockk.. Glocckk.. Glocckkkk..

Mataku sampai memerah mencoba menahan nafas yang tercekat karena sumpalan penis Karno yang memaksa deepthroat ini.

"Urrrgghhhh.. doyan nyepong ya Umi.. Urrgghhh.. suka Konthol ya, Umi.. Urrggggghhh.. Lonthee.. bajunya jilboob ketat gitu, bodinya dipamerin buat nggodain laki-laki lain ya??.. Aaarrgghgggg.. dasar jilbab binal.. Uurrrggghhh.." erang Karno.

Clop.. Clop.. Cloppp..

Sementara di bawah sana, vaginaku dan anus makin menjadi bulan-bulanan dua tongkat hidup milik satpam-satpam itu. Tubuhku makin tersentak ke atas setiap kali dua penis itu dengan gerakan kompak menggenjot dua lubang bawahku. Pak Tono dan Pak Parjo tak menghiraukan aku yang sedang kesusahan bernafas karena Karno yang memaksakan deepthroat ini, dan malah mereka berdua semakin ganas menggarapku.

Splok.. Sploookkk.. Splooookkkk..

Pak Tono di bawah semakin gencar menusuk vaginaku sambil tangannya terus memainkan tetekku, dan Pak Parjo kian liar menggarap vaginaku yang makin lembab. Aku tak kuasa lagi menahan laju nafsu ketiga lelaki laknat ini. Tubuhku pasrah tergoncang-goncang mengikuti arahan libido tiga orang ini.

Tubuhku semakin menyandar di dada berbulu Pak Tono, dan pinggulku dipegangi oleh Pak Parjo membuat ku tak jatuh. Penis Karno pun kemudian sesekali terlepas karena pinggulku yang menghentak tersodoki oleh dua penis satpam-satpam di bawah. Aku merasakan dua penis yang menyumpal anus dan vaginaku itu semakin panas dan makin mengeras.

"Hougghhh.. Aaaahh.. Emmpphhh.. Sssshhhhh.." desahku saat mulutku tak lagi tersumpal penis Karno.

"Julurin lidahmu, Umi?" kata Karno.

Aku lalu menjulurkan lidahku dengan tubuhku terus berayun-ayun akibat penetrasi ganda yang kualami. Karno lalu mengocok sendiri batangnya sambil sesekali lidahku yang menjulur mengenai ujung lubang kencingnya, membuatnya mengerang kuat.

"Urrrggghhhh.. Dasar cewek binal.. Urrrghhhh.. Dientot anus sama memeknya malah keenakan gitu.. Urrrghhhh.. Enak ya dientot dua konthol gitu, Umi??"

"Houugghhhh.. Agghhhh.. Aarrrhhhh.." aku mendesah sambil menganggukkan kepalaku.

Alam bawah sadarku memberi jawaban itu, mengalahkan total tekadku. Tubuhku yang dilanda kenikmatan tak terkira membuat otakku berjalan hanya berdasarkan nafsu saja.

"Enakan mana sama konthol abi?" tanya Karno lagi.

"Ourrghhh.. Aaahhhh.. Enak punya merekaa.. Aarrghhhh.."

"Apanya?? Jawab yang lengkap dong Umi, enakan mana??"

"Ouuuggghhhhh.. Sshhhh.. Aaarggghhh.. Enakan konthol Pak Parjo dan.. Arrhh.. Pak Tono… Arrhh Urrrgghhh.. Lebih gede daripada konthol Abi.. Urrgghh.. Eemppphhhh.."

"Hahahahaha.." ketiga lelaki itu tertawa hampir bersamaan mendengar desahanku dan jawabanku.

"Dasar jilbab binal Umi.. Urrghhhh.." erang Karno yang kemudian mengakhiri kocokannya.

Karno yang menyadari dia tak bisa menikmati mulutku lagi kemudian mundur kembali dan lagi-lagi hanya menjadi supporter dua satpam gaek ini. Di depanku, Pak Parjo semakin brutal merojok-rojok vaginaku. Bunyi peraduan penisnya nyaring mengisi ruangan ini membersamai desahanku.

Splokk.. Splookk.. Sploookkkk..

"aaaahhh.. Ooohhh.. Emmphhh.. Nngghhhh.. Sssshhhh.."

Hingga Pak Parjo kemudian tak kuat lagi menahan puncaknya.

"Urrgghhh.. tempek SMA sempit gini.. aaarrrrrgggghhhhhh.." erangnya.

Pak Parjo kemudian menarik penisnya keluar dari vaginaku. Ia kemudian beranjak maju di dadaku dan mengocok penisnya sendiri. Aku kira ia akan menyembur di tetekku, tapi ternyata ia menutup baju putihku tanpa mengancingkan nya.

"Aarrgghhh.. aku keluarin di seragam mu, Dek.. Aaarrrrggghhhhh.. Dasar anak sekolah binal.. Aaarrrrggghhhhh.. jilbab lonthe... Terima pejuhku nih... Aaaaarrrrhhhhhhhhh.." erang Pak Parjo yang mulai diikuti semburan lahar kentalnya.

Cruuttt.. Crruuuutttt.. Cruuuttttttt..

Semburannya sengaja ia arahkan membasahi baju seragam yang kupakai. Sengaja ia arahkan semburan pertamanya mengenai emblem OSIS. Tubuhku yang masih tersentak-sentak akibat sodokan penis Pak Tono di anusku membuat semburan-semburan sperma Pak Parjo setelahnya mengenai area seragamku yang lain. Karena kancing bajuku yang terbuka, beberapa sperma itu mengenai juga kulit dadaku.

"Hoaaahh.. Kapan lagi ngecrotin anak SMA.. mana cantik banget kaya Selebgram gini.." kata Pak Parjo.

Tangannya mengurut-ngurut sendiri penisnya di atas badanku, menghabiskan sisa isi lahar kentalnya itu. Sisa-sisa si putih itu juga mengenai jilbab dan daguku. Sementara di bawahku, Pak Tono masih menggenjot anusku. Posisiku yang menyandar di dadanya membuatnya kurang bisa menikmati gerakannya.

Hingga kemudian dia mendorongku hingga aku menungging di depannya, tanpa dia melepas penisnya dari anusku. Aku menggunakan lutut dan siku tanganku sebagai tumpuan di kasur yang penuh keringat dosa ini saat Pak Tono melanjutkan lagi ayunannya doggy style.

Splokk.. Splookkk.. Sploookkkk..

"Anjing.. enak banget boolmu, Dek.. Urrgghhhh.."

"Ouuughhhhh.. Haaagghhhgg.."

Penisnya menusuk semakin dalam di anusku. Tapi kini yang kurasakan adalah rangsangan birahi, bukan lagi rasa sakit. Mulutku pun semakin kencang meneriakkan desahan demi desahan. Pantatku yang bulat dan besar ini bergoncang kuat beradu dengan paha Pak Tono, membuatnya semakin gemas. Tangannya meremas-remas pantatku.

"Urrgghh.. semok banget bokongmu, Dek.." erangnya yang diikuti dengan tamparannya.

Plakk..!!

"Aiihhhh.." jeritku.

Plakk.. Plaaakkkkk..!!

"Hhssshhh.. Eemppghhh.. Ngggghhhhhgg.." desisku.

Tamparannya barusan cukup keras dan meninggalkan bercak merah di pantatku yang putih. Tapi tamparan dan genjotannya di pantatku malah membangkitkan nafsuku. Aku mulai merasakan gelombang puncakku kian mendekat.

Pak Tono semakin menunduk, membuat penetrasi penisnya semakin dalam membelah anusku sampai sisi yang belum pernah terjamah. Membuatku menggeliat tak karuan. Peluh membanjiri tubuhku, menetesi kasur kumal yang menjadi saksi bisu penodaan terlarang terhadapku ini.

Splokk.. Splooookkk..

"Hhmmpphhhh.. Aaahhh.. Emmpppphhhhhh.." desahku makin kencang.

Sodokan Pak Tono yang semakin liar membuat tubuhku tergoncang-goncang maju mundur, termasuk melon kembar di dadaku ini. Ia memajukan tangannya meremas tetekku yang menggantung bebas dan ikut terayun-ayun indah seiring genjotan penisnya di lubang anusku.


d79c961370713543.gif

Vaginaku berkedut makin cepat meskipun yang disetubuhi bukanlah lubang itu melainkan lubang anusku. Kurasakan klimaksku makin dekat. Dan aku tak kuat menahannya lagi saat Pak Tono merangsang lubang anusku dan tetekku secara bersamaan.

"Hoooooooouuuugggggghhhhhhgg. Aaaaarrrrrrggghhhh.. Oooooooooooooooohhhh.." jeritku.

Crttt.. Crrtttt.. Crrrtttttt..

Tubuhku mengejang kaku saat orgasmeku datang entah yang keberapa kalinya hari ini karena perlakuan lelaki-lelaki laknat ini. Vaginaku berkedut makin cepat melepas puncaknya, dan bahkan diikuti lubang anusku. Hingga membuat Pak Tono juga tak kuat lagi.

"Uurrggghhhh.. boolmu kok ikutan njepit gini, Dek... urrrgghhhh.. Nggak kuat aku.. Aaargghhhhhh.." erang Pak Tono.

Dia langsung mencabut penisnya dari anusku. Akupun langsung tersungkur tertelungkup karena lemasnya tubuhku akibat fase orgasme yang sedang kualami. Wajahku kutolehkan ke samping untuk melepas nafas lelahku. Pak Tono beranjak maju ke depanku dan mengocok sendiri penisnya di atas wajahku dan sedetik kemudian, spermanya menyembur kencang sampai membasahi rok abu-abu yang kupakai dan juga pantat besarku.

Banyak sekali sperma nya ia keluarkan yang kemudian ia arahkan di wajahku dan banyak sekali menetes di sekitar pipi dan mataku, membuat penglihatanku sedikit tertutupi. Jilbabku dan baju putihku tak luput dari ceceran spermanya.

"Hosh.. Hosh.. seksi banget seragam sekolahmu kena pejuh gini, Dek.. Harusnya kamu ke sekolah penuh pejuh gini aja, ngasih tau kalau kamu itu Lonthe.!!.. Hosh.. Hossh.." kata Pak Tono.

Aku masih lemas untuk menanggapi hinaannya itu selain hanya meratapi dalam sesalnya hatiku. Aku tak menyangka aku barusan bisa orgasme gara-gara disetubuhi di lubang anusku. Hal yang seharusnya tak boleh bagi imanku, terlarang di agamaku. Tak kupercayai ternyata puncakku harus dicapai dari kenikmatan terlarang itu.

Saat sedang menyesali ini semua aku merasakan pantatku kembali diremas-remas. Suara ludah yang dikeluarkan. Dan kurasakan adanya batang hangat yang berusaha masuk di lubang anusku kembali. Setelah mataku melirik, aku melihat Karno di belakangku sedang menjejalkan batangnya.

"Uddaaahhh.. Hoooooouuuuuugghhhh.. Eeenggghhhhhhhhhh.."

Aku melenguh panjang ketika penis Karno itu mulai menyesaki lagi anusku. Dia menggunakan ludahnya sendiri untuk mempenetrasi anusku.

"Hsssshhhhh.. Mmmffffhhhhh.. Eengghhhh.."

Aku merasakan desiran darahku yang memanas saat lubang anusku kembali tersumpal batang keras. Mulutku langsung meneriakkan desahan demi desahan di tengah rasa lemas yang mendera badanku.

Karno ikutan menunduk seiring penisnya yang menggenjot anusku. Wajahnya hampir dekat dengan wajahku saat tubuhku tengkurap pasrah seperti ini. Karno lalu berbisik di telingaku.

"Urrrgghhhh.. Akhirnya ngerasain anusmu juga, Mbak.. Urrrghhh.. Kamu sering main anal sama suamimu?" tanyanya.

Aku hanya menggeleng di sela desahanku.

"Mosok? Suamimu belum pernah pakai anusmu, Ukh?? urgghhhh.." tanyanya lagi.

Aku lagi-lagi menggeleng sambil meneriakkan desahan karena desakan penis Karno yang semakin dalam. Karno hanya tertawa sinis saat tau bahkan suamiku sendiri tak kuijinkan bermain di lubang itu.

"Heeeghhhhh.. Hhrrrrhhggghh.. Eeemmmppphhh.." desahku.

Karno semakin kuat menggerakkan pinggulnya. Pantatku terpental-pental seiring pinggul Karno yang naik turun. Aku hanya bisa tengkurap pasrah menerima hujaman penis kerasnya. Erangan demi erangan juga keluar dari mulut lelaki jelek ini.

"Urrrgghhhh.. Dasar jilbab nakal.. Umi malah ngasih anus Umi buat konthol lain, padahal Abi belum pernah ngerasain.. Urrghhhhh… Sempit banget bool Umi.. Urrrghh.." erangnya keras, sambil terus bersandiwara.

Splokk.. Splookkkk.. Sploookkkk..

Tubuhku makin terguncang-guncang seirama dengan rojokan pinggul Karno yang makin liar. Tetekku makin tergencet, seperti balon yang hampir pecah menempel di kasur kumal ini. Di lemahnya kepasrahanku ini birahiku ikutan menyala-nyala.

Karno lalu memiringkan badanku, hingga kini aku disetubuhi dari samping, dengan satu kakiku ia angkat. Aku yang lelah, pasrah saja ia perlakukan seperti apa keinginannya. Penetrasi penisnya makin dalam membelah anusku dari belakang. Aku tak bisa untuk tak mendesah makin kencang.

"ooouuuuhhhh… Aaaahhhhhh.. Pee.. Lan… Masshh..Huugghhh.. Emmmpphhhhh.."

Tubuhku tersentak maju seirama goyangan pinggul Karno. Tetekku kembali terayun-ayun indah di posisi miring seperti ini yang langsung ia remas-remas dengan satu tangannya.

Hingga kemudian penisnya makin memanas kurasakan di lubang anusku. Dan tak lama kemudian penis itu tak kuasa lagi menahan puncaknya saat sedari tadi hanya dia servis menggunakan tangannya sebagai penonton.

"Urrrrgghhhh.. Abi keluar Umii… Urrrghhh.. Terima pejuh Abi di bo'ol umiii.. Urrrgghhhh.."

Crrott.. Crrooottt.. Crooooottt..

Aku bisa merasakan semburannya membasahi anusku. Beberapa kali penis itu berkedut kuat di dalam jepitan anusku. Karno kemudian menarik penisnya lepas. Ia masih menyisakan semburan lahar kentalnya dan langsung beranjak ke atas wajahku.

Aku yang langsung terbaring lemas dari posisi miringku barusan hanya pasrah menerima sisa-sisa semburan susu kental penuh laknat milik Karno itu sambil menutup mataku. Semua sisa spermanya ia tumpahkan di wajahku. Aku seketika merasa gelap di depan mataku.

Sperma lelaki-lelaki bejat itu membasahi semua tubuh dan baju yang kupakai. Termasuk pandanganku yang gelap tertutupi sperma, bagai kabut yang menutupi nasibku di pos satpam ini.



------====°°°°°°°====------




End of Part 16 "Dystopia".. Next on Part 17..
 
Terakhir diubah:
Update yang brutaaaal, mantap banget
Eman2 hu, dipirit2 jg gpp sing penting update terus
Arigato
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd