Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Tubuhnya makin tersentak-sentak ke depan hingga wajah ayunya itu menempel di kaca jendela. Terlihat oleh keduanya di seberang hotel itu ada bangunan yang masih dalam tahap pembangunan. Gedung apartment yang sama menjulangnya dengan hotel yang mereka tempati.

3aaf9a1370713549.gif

Bedanya, bangunan di seberang itu baru terbangun mungkin hanya 4 lantai, selisih satu lantai dengan hotel ini. Selama beberapa tahun terakhir, Daerah Istimewa ini memang pesat akan pembangunan Mall dan hotel-hotel baru yang menjulang menantang langit.

Splokk.. Splokk..

Bagas makin buas menggempur anus Fani. Tangannya mencengkeram pinggul Fani, membuat si gadis itu tak bisa banyak bergerak. Wajah fani yang kini semakin cantik karena terbalut jilbab syar'inya itu sesekali terpentok ke kaca jendela. Sorot sayu matanya menandakan bahwa Fani juga menikmati dirinya yang sedang disodomi.

Kepalanya ia geleng-gelengkan, ekspresi tanda kenikmatan ia lampiaskan saat kenikmatan menghampiri dirinya. Ketika wajahnya menunduk, alangkah kagetnya Fani saat mendapati apa yang ada di ujung pandangannya sana. Dia melihat ada beberapa tukang bangunan di lantai 4 gedung yang masih dibangun di seberang hotel ini.

"Hhgghh.. Maass, ituu.. Ada orang disana, Mas.." kata Fani memberi tau Bagas.

Fani langsung kikuk. Dia bingung akan apa yang harus ia lakukan. Apalagi Bagas yang baru saja dia beri tahu itu, tak menghentikan ayunan pinggulnya dan malah intens memompa kontolnya menggenjotnya lubang anus Fani.

Splokk.. Splookkk..

"Kamu nggak usah khawatir, Dek.. mereka lagi nukang dan jauh gitu, nggak bisa lihat kamu dengan jelas kok.. apalagi kamu pakai jilbab gini.. Urrgggghh.." kata Bagas sambil terus mengayun pinggulnya.

Entah setan mana yang merasuki Bagas hingga dia bisa bilang seperti itu. Nampaknya ini semua memang keinginan Bagas. Fani-pun tak bisa berkata-kata lagi. Mengikuti keinginan Bagas adalah pilihannya dan tak ada yang lain.

Splokk.. Splookkk..

Bagas makin intens menggenjot pantat Fani. Kontolnya semakin mantap tertancap di lubang sempit itu. Mata Fani terpejam, ia mulai menemukan kembali gairah yang ia dapat dan kembali mencoba larut menikmati anal seks itu.

"Shhhh.. Empphhhhh.." desah Fani.

Saat membuka matanya, pandangan Fani tertuju pada bangunan di seberang hotel itu. Kali ini Fani terkejut saat melihat beberapa tukang disitu melihat Fani. Beberapa tukang itu sudah selesai dan sedang merokok sambil melihat Fani dari seberang. Bahkan satu dari tukang yang berada di balkon itu nampak memanggil rekan-rekannya yang lain yang ada di dalam untuk ikut menonton live show dari kamar hotel di seberang bangunan tempat mereka bekerja.

“Wehhh, hey Dab.. liat tuh ada cewek kerudungan bugil ngentot di kamar hotel” mungkin begitu teriak si tukang tadi ke teman-temannya yang berada di dalam bangunan lantai 4 itu. Berbondong-bondong para pekerja kasar yang di dalam langsung keluar menuju balkon menyaksikan Fani yang sedang disetubuhi dari belakang.

Muka Fani langsung memerah melihat banyaknya tukang yang lalu melihati dirinya, meski itu dari seberang sana. Masih ada rasa malu yang tertinggal dari sisi keakhwatannya itu. Berhamburan banyak hingga balkon itu penuh oleh pekerja proyek yang notabene sore seperti ini adalah waktu santai selepas jam kerja mereka.

"Mass, ituu.. Ahhh..Shh.. Ada yang ngeliatin.. Gimana ini, Masshh.. Houughhh.." ujar Fani tersengal-sengal.

Bagas tak menjawab apapun, dan terus menggenjot Fani dari belakang. Dipompanya lubang kecil itu tak kenal henti. Nampak jelas kalau Bagas memang ingin membagi si gadis itu. Sejak di parkiran tadi, Bagas sepertinya rela dan bahkan bernafsu untuk memamerkan Fani.

Bagas lalu menarik ujung jilbab syar'i Fani yang menjuntai menutupi tubuh dan lengannya itu. Ia sampirkan melewati belakang hingga nampaklah pundak Fani yang seksi sebagai tumpuan tubuhnya. Bagas terus menarik jilbab lebar itu, sampai akhirnya nampaklah buah dada super milik Fani

"Ahh.. Shh.. Kok dibuka khimarku, Mass? SShhh.." ujar Fani seolah protes dan malu.

"Biarin aja toketmu kebuka gini, Dek.. tunjukin ke tukang-tukang itu.." kata Bagas terus terang, "Aset sempurnamu ini harus kamu bagi-bagi buat para lelaki.."

Toket bulat sempurna itu kini menggantung indah dan mulai berayun seirama dengan rojokan penis Bagas dari belakang. Peluh yang membasahi semangka kembar itu semakin membuatnya terlihat seksi apalagi terkena pantulan cahaya sore.

Fani tak menjawab apa-apa. Dia tak menyangka ternyata Bagas memang berniat membagi tubuhnya untuk dilihat lelaki lain. Dia kira hanya di parkiran tadi dia harus memperlihatkan tubuh telanjang, tapi ternyata itu belumlah selesai. Dia belum habis pikir apa maksud semua skenario Bagas ini.

Tukang-tukang bangunan di seberang sana makin banyak berkumpul dan mulai mengambil posisi menonton. Mereka pun makin melotot melihat toket segar yang menggantung berayun-ayun indah itu, meskipun belum tentu jelas karena jarak yang memisahkan dua gedung tinggi itu.

Bagas terus menggerakkan penisnya maju mundur dengan konsisten meresapi nikmatnya jepitan erat dari otot pantat Fani. Ia lalu meraih pundak Fani dari belakang dam membenamkan batang penisnya untuk menusuk semakin dalam.

“Ouuugghhhhh... ” erang Fani saat dirinya merasakan kembali dorongan batang Bagas makin dalam.

Splokk.. Splookkk..

"Ouhhh.. Ahhhh.. Ssshhhh.. Mmmhhaasss.. Ouuuuhhh.. Pe..Lan.. Pelan, Mhasss.." desah Fani

Rasa malu dan canggung Fani itu nampaknya hanya sebentar saja, saat dirinya kembali mendesah menikmati hujaman kontol Bagas di liatnya lubang anus Fani. Dirinya mulai tak menghiraukan banyaknya mata yang melihatnya dan perlahan mulai membiarkan saja.

Entah bagaimana, ada sensasi lain saat dirinya dijadikan objek banyak mata lelaki itu. Saat ia perhatikan lagi, beberapa pekerja kasar itu tak mengenakan kaos ataupun atasan karena ini jam istirahat selesai bekerja, sehingga menampakkan badan-badan mereka yang hitam dan kekar, yang itu malah membuat darah Fani semakin berdesir.

Splokk.. Splookkk..

Bagas makin buas menggenjot Fani dari belakang. Tubuh Fani pun dibuatnya tersentak-sentak ke depan, padahal tak ada ruang lagi di depannya. Tangan Fani yang tadinya menempel di lantai lalu ia pindahkan menempel ke kaca jendela. Bagas masih terus menyodok-nyodok pantat Fani itu makin kencang dan liar.


4f8ae21370713579.gif

Jadilah Fani kini memepet kaca itu, toket gede itupun ikutan menempel di kaca dan tertekan melawan kaca yang tembus pandang itu. Tubuhnya yang telanjang bulat hanya terbalut jilbab syar'i itu semakin terlihat jelas dari luar, sambil payudara besar sempurnanya itu terpampang jelas akibat tergencet kaca jendela bening, seolah-olah sengaja mengundang tukang-tukang di seberang sana untuk ikut menikmati tubuh Fani.

Fani pun sepertinya paham kondisinya kini. Tubuhnya yang setengah tegak itu pastilah menjadi santapan lezat bagi tukang-tukang bangunan itu. Saat Fani melihat ke seberang sana, ternyata beberapa tukang itu sudah membuka celananya dan mengocok kemaluannya sendiri. Memang karena jarak dua gedung itu membuat Fani tak terlalu jelas melihat kontol-kontol para tukang itu, tapi yang terlihat jelas adalah mereka sedang coli dan menjadikan tubuh sintalnya ini sebagai objek bahan coli mereka.

"Tuh, Dek.. Kamu bikin mereka sange, sampe mereka coli.." kata Bagas yang juga bisa melihat kondisi di seberang sana.

"Houuhhh..ahhh.. Shhh.." Fani hanya menjawab dengan desahan demi desahan.

Splokk.. Sploookkk..

"Kamu suka nggak dijadiin bacolan tukang-tukang itu Dek?" tanya Bagas.

"Sshhh.. Heehhgggg.. Mmhaass.." lagi-lagi hanya desahan yang keluar dari mulut Fani.

Fani kini sedang benar-benar menikmati rajaman kontol Bagas di lubang anusnya hingga tak begitu memperhatikan pertanyaan Bagas sebelumnya. Dengan posisi sedikit tegak terhimpit kaca jendela itu membuat penetrasi kontol Bagas kian dalam.

Sisi-sisi anus Fani dipaksa untuk memelar, membuat sang akhwat kian kelojotan. Bahkan tanpa disadarinya, pantatnya ikut ia gerakkan maju mundur, menyambut irama sodokan kontol Bagas dari belakangnya.

Plaaaak.. Bagas tiba-tiba menampar ringan pantat Fani..


1416be1370713586.gif

"Jawab Dek.." kata Bagas, "Kamu seneng nggak badan telanjangmu ini jadi objek coli mereka.."

Plaaakkk..

"Aiiihh.." jerit kecil dari mulut Fani, "Iyaahh suka Mmhaas.. Aku sukaa.. Houhhh.. Shhh.."

Splokk.. Splookkk..

Bagas semakin kencang mengayun-ayunkan pinggulnya. Meski ingin berlama-lama merasakan sempitnya jepitan lubang dubur Fani, namun energinya memang sudah habis setelah sejak pagi tadi dia berasik-asik dimulai dengan istrinya lalu dengan Fani.

Kini fani juga ikutan menggoyangkan pantatnya maju mundur seirama dengan genjotan Bagas, membuat Bagas semakin kelojotan dan makin dekat dengan puncaknya.

"Ugghhh.. Kamu dianal dan ditonton sama banyak tukang malah makin enak goyanganmu Dek.." celoteh Bagas, "Doyan eksib kamu, Dek.. Dasar akhwat binal.. Urrgghhh.."

Splookk.. Splookkk..

"Ahh.. Iyyaa mmasss.. Aku akhwat binall.. Huughhhh.. Emmmpphhh.." balas Fani dengan erangannya.

Toket besarnya itu semakin indah saja terhimpit di kaca jendela, hingga kaca itu mulai berembun akibat keringat di buah dada jumbo itu yang menempel di kaca. Tukang-tukang bangunan yang memelototi Fani pun makin semangat bersorak sorai melihat toket ranum itu terpantul-pantul melawan kaca seolah sedang disajikan untuk mereka, setidaknya itu yang ditebak Fani karena ruangan kamar Hotel yang kedap.

Bagas tak lagi bisa menahan ujungnya. Sensasi esibisionisme dari Fani yang baru saja ia temukan itu membuat jantungnya berdegup makin cepat.

"Urrghhh.. Keluar aku, dek.." kata Bagas.

"Ehh.. Uhh.. Bentar dulu Mmhass.. Ba...rengg hhgg.." pinta Fani tersengal-sengal.

"Nggak kuat aku.. Urrrgggghhhhh.."

Croott.. Crootttt.. Crooottt...

Beberapa kali ujung penis keras Bagas itu menyemburkan bermili-mili lahar kentalnya di dalam himpitan otot anus Fani. Fani bisa meraskan ada cairan hangat mengalir membasahi sisi dalam rectum nya.

"Hosshh.. Hosshh.." Bagas menyela nafas sambil tersengal-sengal.


9e1dc31370713589.gif

Tak lama menjelang ia merasa spermanya sudah habis terkuras saat penisnya diurut-urut oleh lubang dubur Fani yang super sempit itu. Dengan perlahan, dia tarik keluar penis itu lepas dari sempitnya lubang dubur yang kini sudah tak perawan lagi milik sang akhwat.

Plopp..

Fani sebetulnya sudah dekat dengan momen puncaknya, namun Bagas harus mendahuluinya karena memang tenaga Bagas yang sudah seharian dikuras membuatnya tak tahan untuk berlama-lama menggarap lubang dubur Fani.

Bagas begitu puas saat ini, saat dia berhasil merenggut keperawanan Fani meskipun itu hanyalah lubang anusnya, untuk saat ini. Bagas duduk di kursi tak jauh dari jendela, menikmati kepuasan batinnya sambil melepas rasa lemasnya.

Mimpinya untuk bisa menjebol pantat seorang akhwat akhirnya bisa ia wujudkan. Telah lama ia memimpikan nikmatnya anal seks, namun tak pernah terwujud karena istrinya selalu saja tak mau behubungan melalui pintu belakang bahkan sekedar bermain dengan lubang kecil itupun Sella selalu menolak. Tak disangkanya impian itu malah ia wujudkan dengan gadis dengan anus yang masih perawan seseksi Fani itu.

Di depannya, didapati Fani yang kini duduk bersimpuh menghadap jendela juga dengan nafas yang memburu. Toket jumbonya masih terpampang, malah makin seksi terlumuri peluh dan terkena pantulan cahaya sore. Bagas tau, atau lebih tepatnya bisa nebak jika sebenarnya Fani juga sudah hampir mencapai klimaksnya tasi. Namun, apa mau dikata jika energinya sudah tak bisa ia paksakan lagi.

Di gedung seberang, tukang-tukang bangunan masih pada melihat ke arah hotel, sambil mengocok penisnya masing-masing seraya melihat Fani beserta toket indahnya itu yang masih duduk tepat menempel di jendela, dengan wajahnya masih terhiasi jilbabnya yang mulai lecek. Beberapa tukang itu malah sudah mengeluarkan ponsel nya dan mengarahkannya ke arah kamar hotel itu. Entah sudah berapa lama mereka merekam atau mengambil gambar dan sebanyak apa yang sudah mereka abadikan.

"Kamu seneng ya diliatin banyak tukang-tukang itu, Dek..??" tanya Bagas memecah suasana hening.

Fani terkesiap, tak menjawab pertanyaan Bagas itu. Nafas nya juga berat karena rasa capek dipadu dengan nafsunya yang belum tuntas. Namun pertanyaan Bagas itu berputar di otaknya. Apa iya dia senang saat tubuh seksinya itu dilihat oleh banyak lelaki. Pandangan Fani langsung tertuju ke gedung yang baru dibangun di sana, memerhatikan banyak lelaki yang sedang balik memandanginya. Untuk sesaat pipi Fani yang berlesung itu langsung memerah.

"Hehe.. kamu seneng kan, Dek.. buktinya kamu masih tetep di situ dan nggak balik badan atau sekedar nutupin toketmu.." kata Bagas.

"Kamu nggak balik malah tetap nempel di kaca gitu hehehe.. sengaja pengen pamer ya hahaha.." ujar Bagas lanjut mensugesti Fani. “Kalau malu kan harusnya kamu langsung balik sambil berlari. Ini kamu kok tetep diem dan nantangin toketmu itu.. berarti kamu beneran suka yaa bodi seksimu itu ditonton banyak orang??" goda Bagas lagi.

Celotehan Bagas itu langsung berputar-putar di benak Fani. Hatinya mengiyakan, betul juga kenapa dia diam saja bahkan terpaku melihat mereka di seberang sana. Melihat para pekerja bangunan itu berteriak-teriak sambil bertepuk tangan seolah menyemangati Fani yang baru saja mengakhiri persetubuhannya dengan Bagas, namun agar tetap memberikan tontonan gratis kepada kuli-kuli bangunan itu. Makin banyak juga yang sudah mengeluarkan ponselnya entah itu merekam atau mengambil foto.

Tapi justru yang dirasakan oleh Fani kini adalah perasaan tegang yang menyenangkan dan merasa ada kebanggaan ketika banyak pasang mata menyaksikan dirinya dan tubuhnya itu telanjang, bahkan mulai saat tadi disetubuhi di lubang duburnya dari belakang.

Memikirkan hal itu malah membuat birahi Fani semakin meninggi. Memeknya berdenyut-denyut kuat, dan kembali mengeluarkan lendir-lendir cintanya.

“Hehehe.. itu namanya kamu suka eksibisionis, Dek.." lanjut Bagas mensugesti.

Fani semakin larut dalam fantasi dan pemikirannya sendiri. Meski dari jauh, ia bisa melihat para tukang bangunan itu saling berteriak ke arah Fani. Mereka memperlihatkan kontol mereka dan menyodorkannya ke arah Fani sambil memuaskan diri sendiri mengocok kontol masing-masing. Menjadikan toket besar Fani sebagai alat fantasi mereka. Kondisi itu semakin membuat Fani terangsang berat akibat live show ini. Putingnya bahkan sampai mengeras mengacung tegang.

"Sekarang coba kamu godain mereka, Dek.." lanjut Bagas memerintah.

Fani kurang paham apa maksud Bagas itu, hingga dia menolehkan wajah ayunya ke Bagas, dengan alisnya yang mengernyit.

"Hehe.. kamu remes-remes toketmu di depan mereka sekarang.." lanjut Bagas.

Fani terdiam untuk sesaat, namun nafsu syahwat membujuknya untuk menuruti perintah Bagas tadi. Fanipun lalu mulai meremas-remas toketnya. Dia sedikit bangun dari posisi bersimpuhnya hingga kini Fani berlutut di depan jendela. Kedua tangannya meremas bongkahan daging kembar itu kanan dan kiri.

Sesekali Fani membetulkan jilbabnya yang terkadang tak sengaja turun sedikit menutupi area atas dadanya. Seolah Fani ingin para tukang itu agar dapat seutuhnya menikmati keindahan tubuh Fani namun dengan tetap memakai jilbabnya.

Di seberang sana makin banyak tukang yang kemudian mengeluarkan hapenya. Mereka tak ingin melewatkan untuk mengabadikan momen langka di sepanjang hidup mereka itu, entah untuk mereka jadikan bahan onani atau mungkin mereka bagikan dengan teman-teman pekerja bangunan.


f6622b1370713594.gif

Mendapati itu malah membuat Fani semakin bergairah juga. Tangannya bergerak semakin liar meremas toket jumbonya. Daging bulat dan padat itu ia urut sisi-sisinya, membuat bulatan putih itu makin seksi karena tertekan. Lalu ia juga memiijat si kenyal kembar dari sisinya lalu menuju puncak gununnya hingga putingnya.

"Hssshhhh.. Emmmpphhhhh.." desah Fani sambil makin sayu menikmati jamahan tangannya sendiri. Semua rangsangan itu Fani lakukan dengan gestur sebinal dan semenggoda mungkin untuk penontonnya.

Kuli-kuli bangunan itupun semakin riuh berteriak. Dan itu tak pelak menambah kenikmatan dan rangsangan bagi tubuh Fani. Peluh demi peluh ikut keluar seiring nafsu yang semakin naik menghangatkan tubuh telanjang Fani itu.

Rasanya Fani ingin memberi godaan lebih kepada para tukang itu. Entah ide dari mana, Fani lalu memonyongkan bibirnya. Seolah menyerahkan bibirnya untuk dinikmati oleh pekerja-pekerja kasar itu. Fani juga kemudian berinisiatif dengan gerakan tangannya yg seolah-olah sedang mengocok kontol dan menghisapnya dengan mulutnya sambil lidahnya terkadang ia julurkan, sembari tangannya yang lain tetap meremas-remasi toketnya bergantian kanan dan kiri.

"Hmmmmhhh.. Emmmppphh.. Hoouuhhhhhhh.." desah Fani

Gadis cantik itu kini telah sepenuhnya melupakan norma dan etika. Akhwat yang rajin mengikuti kajian dan tak pernah absen liqo' sekaligus menjadi pengingat bagi teman-temannya itu kini malah berbalik memancing birahi pria-pria yang tak ia kenal sesebelumnya dengan tubuh telanjangnya.

Jilbab syar'i yang seharusnya menjadi mahkota keimanan Fani itu, kini seolah malah manjadi hiasan pemanis tubuh telanjangnya yang sintal dan ranum itu yang sedang ia jamah sendiri untuk mengundang birahi lelaki. Fani sesekali merapikan jilbabnya agar tetap terpasang menyelimuti kepalanya. Bagas tersenyum menyaksikan Fani yang makin menikmati itu semua.

"Hehehe.. Pinter.. Godain mereka terus, Dek.. Jangan sampai jilbabmu lepas.. Kasih lihat ke mereka kalau akhwat kaya kamu juga bisa binal" kata Bagas.

"Hmmmhhh… Shhhhhh.. Hoouhhhhh.." hanya desahan yang keluar dari mulut mungil sang gadis

Ejekan dari Bagas tadi itu entah mengapa seolah menjadi bara api yang menjadi bahan bakar tungku syahwat bagi tubuh Fani. Gairahnya makin mendidih dan membuatnya semakin liar meremas-remas toket ranumnya, tangan kirinya juga sesekali ia gunakan untuk memainkan memeknya.


4b52d51370713601.gif

Pekerja-pekerja proyek di seberang sana semakin ketagihan. Mendapati wajah ayu Fani yang terbalut jilbab syar'i yang meski sudah makin kusut itu, seolah menunjukkan bahwa gadis yang tadi disetubuhi di balik jendela kamar hotel itu adalah gadis alim yang berani menampakkan sisi liarnya. Hal yang tentunya jarang disaksikan oleh kuli-kuli bangunan itu.

Menggoda tukang-tukang di ujung sana itu semakin birahi Fani. Memeknya semakin becek dan banjir akibat stimulasi syahwatnya yang kian menderu-deru. Bagas yang memerhatikan Fani itu juga sepertinya mengerti kalau Fani kini malah dengan sendirinya yang menggoda tukang-tukang kasar itu, tanpa perlu instruksi lanjutan darinya.

"Sekarang kamu balik badan, Dek.. kasih liat pantatmu ke tukang-tukang itu.." lanjut Bagas memerintah lagi.

Tanpa perlu diminta dua kali, Fani lalu membalik badannya. Pantatnya kini menghadap jendela. Karena posisi lantai hotel yang lebih tinggi, Fani tak perlu terlalu menungging agar tukang-tukang itu bisa menikmati keindahan pantat Fani.


c963041370765589.gif

Fani lalu meremas-remas pantatnya sendiri. Ia juga menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga pantatnya ikut bergoyang-goyang. Dia sedang menggoda para pekerja itu untuk seolah-olah menyerahkan pantatnya untuk mereka setubuhi. Tak ayal itu membuat tukang-tukang itu makin riuh bersorak-sorak, meski tak terdengar di kedapnya kamar hotel yang Fani diami.

"Mainin memekmu, Dek.." kata Bagas lagi.

Fani yang mengerti maksud Bagas itu lalu menunggingkan pantatnya makin tinggi. Ia lalu menggunakan jari-jarinya untuk menggesek-gesek belahan kemaluannya dari bawah. Pantatnya ia gerakkan maju mundur hingga hampir menempel kaca jendela.

"Houuhhh.. Shhh.." desah Fani.

Kepalanya kini menempel di karpet, saat tangannya mulai memberi kenikmatan ketika bergesekan dengan kulit liang senggamanya. Sesekali pantatnya masih ia remas-remas juga untuk menggoda para pekerja proyek itu, yang kini dibelakanginya.

"Hssshhhh..mfffhhhhh.." desah Fani.

Cpekk.. Cpekkk..

Beceknya memek Fani itu membuat aksi masturbasi Fani itu menghasilkan bunyi kecipak nyaring. Sentuhan dan gesekan jemarinya makin cepat, seiring dengan nafsu birahi Fani yang juga makin terbakar hebat. Gelombang demi gelombang kenikmatan perlahan menghampirinya.

Tak cukup dengan satu tangan, kini Fani menggunakan kedua tangannya untuk bermain-main di area selangkangannya sendiri. Tangannya terampil dan lincah memainkan bibir kemaluannya. Satu tangannya yang lain ia gunakan untuk memilin-milin klitorisnya.

Deburan syahwat langsung mendera memecah ketika kelentit Fani itu ia mainkan. Tubuhnya semakin menggelinjang dan pantatnya bergoyang liar. Keringat terus mengucur membersamai birahi yang tak henti menetes juga.

Cpekkk..Cpeekkkk..

"Houuussshhhhh..Emmmpppphhh.." desah Fani.

Tadinya yang niatnya untuk menggoda tukang-tukang bangunan di gedung seberang, kini menjadi sedikit terabaikan saat Fani mencoba meraih sendiri kepuasaannya. Gelombang orgasme perlahan mulai datang menghampiri tubuhnya. Kepuasan yang tadi tak jadi ia dapatkan saat disodomi oleh Bagas.

Cpekk.. Cpeekkkk..

Saat tangannya mengobel-ngobel memeknya, pantatnya ia angkat makin tinggi. Dari lubang anus Fani, lalu meleleh sisa cairan sperma Bagas yang turun membasahi vagina Fani. Sperma itu lalu juga membasahi jari Fani yang sedak asik bekerja memuaskan birahinya.

Bagas bisa melihat itu dari sedikit pantulan kaca jendela ketika spermanya meleleh dari anus Fani dan membasahi jemari lentik di tangan kananya. Bagas lalu turun dari kursi dan menghampiri Fani.

"Ambil tangan kananmu terus emutin pakai mulutmu, Dek.."

Fani yang merasakan dekatnya garis finishnya itu tak berfikir dua kali dan segera memasukkan jari-jari telunjuknya ke dalam mulutnya dan menghisapnya. Barulah setelah beberapa waktu dia tersadar akan yang dilakukannya dan menarik keluar jarinya dari mulutnya.

"Woek.. Ini kan sperma yang dari anusku to, Mas.." kata Fani.

Bagas kini sudah berada beberapa senti dari wajah Fani.

"Pantes kok rasanya beda, kayak agak asem gimana gi... Hmmmmpppp.."

Belum selesai Fani berkata-kata, Bagas sudah menjejalkan kontolnya ke dalam mulut Fani.

"Hehe.. coba kamu rasain anusmu sendiri ini, Dek.." kata Bagas, "harus dibiasain,Dek.. hehe.."

"MMMMM.. HHMMMMPPP.."

Fani berontak, namun tak berdaya akibat pegangan kuat tangan Bagas di kepala Fani. Nuraninya masih menolak kalau batang yang baru saja menembus duburnya itu harus dia rasakan di mulutnya. Membayangkannya saja rasanya ingin mambuatnya muntah.

Namun rontaannya itu tak membuahkan apa-apa. Fani lalu mencoba pasrah dan diam saja menerima penis loyo Bagas itu di mulutnya. Dan pada beberapa saat setelahnya, mulutnya dan hidungnya mulai bisa menerima obsesi Bagas itu.

"Hehe.. Sekarang lanjutin mainin memekmu, Dek.."

Tak ada pilihan lain bagi Fani. Sambil menungging dan mulutnya tersumbat kontol, Fani melanjutkan menggesek-gesek memeknya kembali.

Cpekk.. Cpeekkk..

Sentuhan jarinya pada kelentitnya langsung memberikan sengatan birahi ke semua simpul syarafnya. Jemarinya makin intens bermain di memeknya, membuatnya kembali diliputi gairah membara.

Perasaan jijik karena kontol Bagas yang bersarang di mulutnya perlahan bisa ia abaikan dan berganti dengan rasa nikmat seiring cambukan syahwat yang mendera tubuhnya tersebab jamahan jarinya di klitoris dan labianya.

Cpekk.. Cpeekkk..

Gairahnya makin meninggi hingga Fani juga makin menikmati sumbatan kontol Bagas itu di mulutnya. Tangannya memainkan memeknya makin intens, hingga kembali dia teringat pantatnya yang molek itu tadi sedang dia pamerkan ke tukang-tukang bangunan di seberang sana.

Syahwatnya kembali memantik simpul-simpul syarafnya saat menyadari lagi banyaknya mata lelaki kasar di luar sana yang memandanginya. Mulutnya mulai menghisap-hisap kuat batang Bagas, sambil jemari halusnya memainkan sendiri memeknya. Sesekali mulutnya mendesis namun terhalang kontol Bagas di bibirnya.

"Urrggggghhhh.." Bagas mengerang ngilu, merasakan kontolnya yang lemas setelah crot itu dihisap kuat oleh mulut mungil si betina.

"Akhwat binal kamu, Dek.. pamer memek sama pantatmu gitu.. kamu mau ya memek sama anusmu dinikmatin kuli-kuli itu?? Urrgghhhh.." celoteh Bagas di tengah erangannya.

Fani tak menjawab apapun selain desahan yang tertahan. Ejekan Bagas itu lagi-lagi seolah menambah semangat bagi Fani untuk menggoyang-goyangkan dan memaju-mundurkan pantatnya, seolah mengundang siapa saja yang menyaksikan dari balik jendela, dan saat ini para kuli-kuli proyek itu penontonnya.

Fani malah mulai ikut hanyut kedalam fantasinya
akibat sugesti Bagas tadi. Dia membayangkan jika kuli-kuli kasar itu berada tepat di belakang pantatnya, pastilah mereka tak sanggup menahan nafsu mereka. Terbayang jika tangan-tangan kasar kuli proyek itu mulai menjamah tubuhnya yang putih terawat itu. Fantasi-fantasinya itu membuatnya makin kuat menghisap penis Bagas. Tangannya juga makin intens mengusel-usel bibir kemaluannya dan klitorisnya.

Fani kini benar-benar melupakan adabnya sebagai seorang akhwat. Dia mengabaikan semua wejangan dari Ustadzah-ustadazah nya dan materi liqo'nya, saat tubuhnya semakin panas dan didera kenikmatan saat memamerkan tubuhnya ke tukang-tukang bangunan di gedung sebelah itu.

Sambil menggoda lelaki-lelaki yang bahkan tak ia kenal itu, jemari-jemari lentiknya makin lincah dan liar menggesek-gesek liang peranakannya sendiri. Seluruh raganya telah menyerah pasrah pada nafsu birahi. Suami sahabatnya itu lagi-lagi menenggelamkannya pada jurang kenikmatan duniawi yang tak bisa ia pernah tolak.

Cpekk.. Cppeekkkk.. Cpeekkkkkk..

Lendir demi lendir kenikmatan terus keluar membasahi liang peranakan Fani. Jemarinya makin liar dan makin lincah mengubek-ubek bibir vaginanya dan memilin milin klitorisnya. Gelombang klimaks ia rasakan kembali mendekat.

"Hmmmmhhh... Hmmmmmhhhh.."

Fani mendesah namun desahan itu tersumpal oleh penis Bagas yang menyumbat mulutnya. Jemari lentiknya semakin intens dan cepat mengorek-ngorek memeknya. Peluh keringat semakin banyak membasahi tubuh dan jilbab syar'inya hingga nampak makin kusut.

Dan beberapa saat kemudian, tibalah momen puncak yang ia kejar sedari tadi itu.

"Hhmmmmmmmmmmppphhhhhhhh.."

Crrrttt... Crrrtttttt...Crrrrtttt..

Meski mulutnya tersumpal kontol Bagas dan mengahalangi jeritan klimaksnya, namun liang surgawi Fani itu mengeluarkan squirt yang panjang hingga menyembur membasahi jendela. Selama beberapa kali tubuhnya menghentak-hentak berbarengan dengan semburan cairan klimaksnya. Para tukang bangunan di seberang sana pun semakin bersorak sorai saat melihat gadis berjilbab itu mengalami klimaksnya sampai terkencing-kencing.

Bagas melepas kontolnya dari mulut Fani dan melepaskan pegangannya dari kepala Fani. Wajah cantik yang masih terbalut jilbab syar'i itupun langsung ambruk lemas di lantai yang beralas karpet, dengan pantatnya masih dalam posisi menungging. Matanya sayu terpejam kelelahan tapi tak bisa menghapus kecantikan alami sang akhwat, yang dihiasi rambut-rambut halus menghiasi pipi dan dahinya yang keluar dari sela-sela jilbab syar'i-nya.

Hari yang panjang dan melelahkan itupun berakhir, namun sekaligus permulaan dari babak baru Fani sebagai budak dari tuannya. Badan Fani didera kecapekan yang teramat sangat namun memberi secuil rasa penasaran akan kenikmatan selanjutnya yang akan ia dapatkan. Entah bagaimana bisa, rasa cintanya ke Bagas justru malah makin dalam.

Permintaannya pagi tadi untuk 'jangan lama-lama' dan 'ini yang terakhir' itu kini menjadi isapan jempol belaka, ketika Fani sejujurnya masih menginginkan ini semua. Dirinya sudah mulai bertransformasi dari akhwat alim solehah menjadi alat pemuas nafsu Bagas sekaligus mainan yang rela untuk diapakan saja oleh Bagas.

Matanya perlahan terpejam. Pantatnya yang molek itu masih menungging dengan dua lubang kemaluannya yang menyisakan cairan. Sisa sperma Bagas di lubang anusnya dan sisa lendir orgasme dari vaginanya, berbarengan menetes membasahi lantai hotel berkarpet. Momen yang disaksikan oleh cahaya sore hari di kota pelajar.



Flashback End..
------====@@@@@====------



POV Sella

Aku diliputi rasa kaget saat nama suamiku sendiri yang terucap dari mulut sahabatku itu. Sudah bisa kutebak dari beberapa video yang disimpan oleh Mas Bagas, tapi tetap saja aku kaget. Entah bagaimana aku harus bersikap ke suamiku itu. Tapi saat ini, rencanaku adalah untuk sahabatku dulu, si Fani.

"Gini, Say.." lanjutku, "Itu cuma cinta semu.. karena baru satu laki-laki yang masuk ke hatimu, kan.."

Aku menghela nafas, mencoba untuk memberi jeda.

"Aku tau kamu mungkin trauma sama Pak Broto karena baiknya dia hanya pura-pura. Begitu juga dengan Rio yang udah ninggalin kamu.."kataku,
"Dan memang kalau kamu merasakan kebaikan dari Mas Bagas, aku yakin itu emang tulus, Fan.."


78aceb1350878278.jpg

Arsella Hasna Hilyani

.....
.....

"Aku tau dan mengerti itu makanya, aku mau kenalin kamu ke sosok lelaki yang sama baiknya dengan Mas Bagas. Aku mau kamu percaya dulu sama aku, Say.." lanjutku.

"Kamu mau ya..??" bujukku.

Tak berselang lama, Fanipun membalas dengan anggukan. Entah itu anggukan tulus atau enggak, setidaknya dia sudah mau percaya denganku terlebih dahulu. Aku tak tau seberapa jauh perasaan Fani kepada Mas Bagas. Tapi firasatku berkata jodoh Fani ada di luar sana dan bukan Mas Bagas. Dan semoga ini jalan terbaik buat kamu, Fan.


------
------
------


------====@@@@@====------
"Ini pertanyaan terakhir ya.. Karena waktunya juga sudah hampir habis.." kata Ustadzah sembari mengambil secarik kertas berisi pertanyaan dari para peserta kajian muslimah. Ustadzah lalu membuka dan membacakan isi pertanyaan itu.

"Ustadzah, apakah benar bahwa seorang akhwat haram hukumnya memakai pakaian yang berwarna selain coklat dan hitam saja?" ucap Ustadzah.

Ustadzah tersenyum sesaat setelah membaca isi kertas itu, lalu beliaupun memberikan jawaban atas pertanyaan salah satu muslimah ini.

"Islam tidak pernah membatasi dan melarang soal warna pakaian. Namun, yang dilarang adalah berlebih-lebihan apalagi bagi seorang muslimah. Namanya tabarruj. Pengertian singkat dari tabarruj adalah bersolek ya Ukhti-ukhti semua.."

"Kita boleh bersolek, tapi hanya untuk suami kita, bukan untuk orang lain. Tabarruj ini adalah suatu hal yang bisa membuat mata para lelaki langsung memandangi kita. Lalu apa hubungannya dengan warna pakaian?"

"Sebagai seorang muslimah, begitu pula pakaian yang kita pakai agar tidak boleh mengundang atau memancing perhatian apalagi memancing syahwat. Jadi yang dilarang bukannya warnanya, tapi jika pakaian itu mengundang perhatian." kata Ustadzah mengakhiri kajiannya.

Lagi-lagi ilmu baru yang kali ini kudapat dari menemani menjadi asisten Ustadzah. Sungguh tak menyangka jika aku harus berpisah dengan Ustadzah. Entah siapa sosok yang membimbingku nanti jika Ustadzah sudah pergi.

Aku pun langsung berkemas merapikan laptopku. Aku memang sering mendampingi Ustadzah Azizah mengisi kajian atau menjadi pembicara seminarnya. Itung-itung dapat tiket gratis sekaligus mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Terlebih lagi ini adalah saat-saat terakhir aku bersama Ustadazah, sejak aku mengetahui kalau sebentar lagi Ustadzah harus pindah kota untuk beberapa lama dan tak lagi tinggal di kota ini.

"Assalamualaikumm..." aku mendengar sayup-sayup salam di tengah kerumunan panitia. Suara yang sepertinya tak asing tapi juga jarang kudengar.

"Assalamualaikum, Sella.."

"Waalaikumsalam.." refleks ku saat Aku mendengar lagi dan kali ini namaku yang dipanggil. Aku menolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri dan tak kujumpai sosok yang menghadapkan dirinya padaku. Hingga ketika aku berbalik ke belakang.

Sosok bercadar yang makin mendekat ke arahku. Kukernyitkan mataku mencoba mengulang memori akan siapa pemilik sorot wajah yang kurasa familiar itu. Ustadzah Azizah? Bukan!. Posturnya sangat tidak mirip. Hingga bohlam di samping kepalaku ini tiba-tiba menyala layaknya di komik jepang.

"Mashaallah.. Nurul..!??" kataku.

"Nuruuull.. !!!!"

Kali ini aku menjerit melampiaskan ekspresiku. Tubuhnya langsung aku tarik saat hanya berjarak beberapa jengkal dariku dan langsung kupeluk erat. Entah bagaimana aku bisa melupakan sorot mata sahabat masa kecilku itu.

"Selllaaaa...!!!!"

Katanya tiba-tiba yang seolah membalas jeritanku sebelumnya. Tawa-pun langsung pecah di antara kami. Aku dan Nurul lalu berjalan keluar dari belakang ruang kajian ini menyadari hanya tinggal kami disini.

"Nurul sama siapa disini?" tanyaku.

"Sama suamiku,Sel.. Mas Haris lagi nunggu di mobil, di parkiran.."

"Oooohh.. kok nggak ngabarin sih? Kapan balik ke Jogja? berapa lama di sini? nginep dimana disini? nanti malam kumpul-kumpul yuukk?"

Tanyaku membabi buta. Rasa rindu di dadaku rasanya mau lepas saja.

"Hihi pelan-pelan tanyanya,Sel.. Aku bakalan lama kok disini. Mas Harris kebetulan sekarang dapat penempatan disini untuk sementara waktu.. jadi kita bakalan bisa sering ketemuan deh.. Aku juga kangen kalian nih.." jelas Nurul, "Fani gimana kabarnya?"
......
......

bdd3981370770240.jpg

Nurul

Untuk beberapa menit selanjutnya, kami saling melepas kangen. Aku dan Nurul berteman sejak SMP. Waktu aku masuk SMA yang isinya muslimah semua, hanya Nurul satu-satunya orang yang kukenal. Sejak awal masuk SMA itulah kami jadi makin dekat dan sahabatan.

Aku dan Nurul bahkan kuliah di jurusan yang sama. Kami juga satu kelompok Liqo' dengan Ustadzah Azizah. Waktu semester 3, Nurul ternyata dilamar oleh suaminya sekarang, Mas Haris, dan harus pindah ke provinsi lain ikut suaminya. Kuliahnya pun dia transfer ke tempat barunya, dan sejak saat itu aku tak pernah bertemu lagi dengannya.

Kami disini mengobrol cukup lama, hingga akhirnya Ustadzah Azizah pun datang ikut bergabung melepas rindu. Namun tak lama kemudian, Nurul menerima telpon. Katanya dari suaminya yang sudah menunggunya di parkiran. Kamipun berpisah. Aku pulang bareng Ustadzah Azizah.
......
......


------​

Mobil Ustadzah Azizah melaju menembus jalanan sunyi. Langit kota masih menunjukkan kelabunya, pertanda tak lama lagi akan turun hujan. Sama seperti hatiku yang sendu dan masih tak percaya kalau aku harus berpisah dengan Ustadzah Azizah.

Alunan nasyid acapella terlantun di speaker mobil ustadzah, tapi lamunanku menuju luar jendela mobil. Kosong memandangi pohon demi pohon yang kami lalui.

"Jangan sedih gitu dong, Ukh.." kata Ustadzah.

"Ana harus pergi karena harus ikut suami. Kalau sudah menikah, kepatuhan utama seorang muslimah adalah buat suaminya."

"Iya, Ustadzah.. Ana paham kok.." balasku. "Semoga adik iparnya segera pulih ya Ukh.."

"Aaamiin.." kata Ustadzah, "Gitu dong.."

"Ana kan harus ikut menemani suami.. Mas Erwin harus pulang ke Solo karena adiknya lagi sakit, Ukh.. Sementara adiknya itu satu-satunya orang yang ngerawat orangtua Mas Erwin. Jadi kalau adiknya Mas Erwin lagi sakit gini, orang tua Mas Erwin nggak ada yang ngerawat.. kaya yang kemarin Ana cerita.." lanjut Ustadzah bercerita sambil tetap fokus menyetir mobilnya

"Jadi sementara Ana harus tinggal di Solo dulu untuk seengaknya beberapa bulan ke depan. Mas Erwin juga sudah set-up kantornya di sana. Sekaligus Mas Erwin juga ingin lebih deket sama orang tuanya biar bisa ikut merawat mereka, Ukh." jelas Ustadzah.

Memang tujuannya sungguh mulia sekali murobbiah-ku ini. Aku yang seharusnya tak boleh egois untuk tak ikhlas membiarkan Ustadzah berbakti pada suaminya seperti itu.

Tik.. tik.. tik.. rintik hujan mulai turun ke kaca mobil Ustadzah yang terpantul turun membasahi aspal jalanan kota ini.
------





End of PART 12 "Revelation"
Luar biasa... Mendidik fani jd eksib. Ahhahaha lanjutkan suhu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd