Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Arsella Hasna Hilyani [No Sara] [Update #48]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Haha, enggak Hu.. malu-maluin lah cerita receh gini pakai tokoh legend gitu...


Lhaiyo mosok makin pendek, Hu.. ;)
Wahhh..mantab kalau gitu Hu, saran ane wanitanya jangan dibuat terlalu mudah dirayu atau di ewe..kalau bisa ada sedikit perlawanan agar lebih menarik ceritanya😁..btw dua jempol buat ceritanya yg dahsyat☺️
 
Iyaa betul hu.....
Memang binor2 yg ada di kajian itu nafsunya luar biasa dan liar banget klo udah kenal
Justru cewek2 malem itu malah nafsunya biasa2 aja lho, dan kita sndiri ke doi juga ya gitu2 aja
Beda klo ama yg alim....sensasinya gimanaaa gitu
Wkwkwkwkwk

pernah punya kenalan binor akhwat hu doi sering bgt ditingal suaminya
suami kerjanya 2 minggu 1x pulangnya
doi dan temen2 akhwatnya kalau kajian suka bawa dildo yg geter diatur pke hp hu
saling pamer dildo dan alat2 bdsm
terkadang doi less sma temen akhwatnya
tapi doi juga selingkuh hu
katanya pengen coba selain suaminya
gokilnya lagi dia ketagihan dan sekarang pengen gb
dan temen2 akhwatnya juga selingkuh semua
 
pernah punya kenalan binor akhwat hu doi sering bgt ditingal suaminya
suami kerjanya 2 minggu 1x pulangnya
doi dan temen2 akhwatnya kalau kajian suka bawa dildo yg geter diatur pke hp hu
saling pamer dildo dan alat2 bdsm
terkadang doi less sma temen akhwatnya
tapi doi juga selingkuh hu
katanya pengen coba selain suaminya
gokilnya lagi dia ketagihan dan sekarang pengen gb
dan temen2 akhwatnya juga selingkuh semua
Lha itu dia....
Pokokna mah klo kita udah bisa masuk ke dalam lingkaran mereka, wah bener2 benefitnya oke punya
Fantasi mereka memang diluar nalar 😂😂😂
 
Part 3a

"Abi berangkat dulu ya Umi. Umi baik-baik ya di rumah."

"Iya, Abi. Oiya, nanti Umi ijin mau ketemuan sama temen-temen Liqo' Umi ya Abi.", kataku.

"Oh iya Umi. Sama siapa aja janjiannya?" Tanya suamiku.

"Sama Adinda, Hanna, dan Rif'ah aja kok Abi. Mungkin sama Ustadzah Azizah juga", jawabku.

"Oh iya. Yaudah Abi jalan dulu ya, sudah ditunggu mobil jemputan tuh. Assalamu'alaykum..."

"Wa'alaykumussalam, Abi.." jawabku berdiri di depan pintu rumah sambil melepas kepergian suamiku yang akan berangkat kerja keluar kota selama dua hari ke depan. Aku langsung berfikir selama dua hari ini aku bakal rindu belaian suamiku di tempat tidur. Padahal aku sedang ingin diajak berhubungan seks.

Akupun masuk rumah, dan daripada memikirkan hal itu, aku melakukan aktifitasku sehari-hari, seperti beres-beres rumah dan mencuci pakaian. Karena aku hanya tinggal berdua, rumah tinggal kami saat ini juga bukan rumah yang besar, hanya tipe 80 yang terdiri dari tiga kamar. Jadi kegiatan beres-beresku tidak terlalu lama. Aku lalu mengisi waktu dengan senam. Aku rutin melakukan senam sambil berjemur di halaman belakang. Karena di dalam rumah, aku biasanya senam hanya memakai tank top dan hotpants saja. Aktifitas senamku ini Tidak lama, hanya 30 menit saja, tapi sudah membuatku berkeringat banyak.

Selesai semua aktifitas pagiku, kemudian mandi dan bersiap-siap untuk pergi. Aku memilih menggunakan gamis warna hijau tua, dengan hijab warna hijau muda. Aku memang ada janji ketemuan siang ini, tapi bukan dengan teman-teman cewekku melainkan dengan Mas Diki. Kemarin sore aku janji ke Mas Diki kalau aku main ke rumahnya. Rencananya siang ini kami akan makan siang dulu di Mall A****.

Setelah memastikan rumahku terkunci aku jalan ke depan kompleks untuk mencari bis kota. Sambil jalan, aku chat Mas Diki.

Aku: Mas aku ini otw ya, lagi jalan naik Bis...
Mas Diki: Ooh.. iya, Sayang.. mau aku jemput nggak?
Aku: Nggak usah, Mas. Nggak enak kalau kelihatan temen atau tetangga. Ketemu di sana aja ya.
Mas Diki: Okeee.. kamu sih, males belajar naik Motor, jadi susah harus cari bis dulu kan kemana-mana..
Aku: Hihi, iyaaaa...
Mas Diki: Eh, Sayang.... Kamu pakai baju apa ini? Minta selfie mu dong...
Aku: Halah, aneh-aneh aja, wong lagi jalan ini lho. Bentar deh ya.

Akupun kemudian mengambil beberapa gambar dengan mode selfie. Lalu kukirim ke Mas Diki.
Sesampainya di depan kompleks ternyata bis jurusanku sudah datang, aku bergegas naik ke Bis menuju Mall A***



== skip skip ==

"Kenyang nggak kamu, Dek?" Tanya Mas Diki.

"Kenyang Mas. Kenapa emang, Mas?", balasku bertanya.

"Oh.. Iya, baguslah soalnya kan kamu habis ini kerja keras." jawab Mas Diki. Mendengar nya, aku langsung malu

"Apaan sih Mas.. ngawur deh.."kataku

"Eh iya, nggak kerja keras ding, tapi dikerjain dengan yang keras-keras, hahaha... Ayok Dek cabut.." lalu Mas Diki menarik tanganku berjalan keluar dari Mall A*** ini.
Di tengah saat kami sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar seperti namaku dipanggil seseorang.

"Sellaa.. Sel..."

Ternyata itu Adinda, wah kok bisa ya dia juga disini. Bisa gawat ini kalau aku kepergok Adinda sedang berkholwat bersama lelaki yang bukan muhrim. Bisa-bisa aku diceramahin Ustadzah Azizah tujuh hari tujuh malam, atau malah bisa-bisa aku dilaporkan ke suamiku.

Aku langsung menarik tangan Mas Diki lalu berjalan menjauh. Kami pun bergegas pergi menggunakan motor Mas Diki menuju rumahnya hingga sampailah kami di depan rumahnya. Mas Diki tinggal kontrak di rumah ini karena memang dia bukan asli orang sini. Rumahnya bentuknya seperti rumah petak, dengan dua rumah berdempetan. Kedua rumah ini memiliki satu pintu gerbang yang sama. Ini sebenarnya bukan kali pertama aku menginjakkan kaki disini, sebelumnya aku pernah main ke rumah Mas Diki hanya saja rame-rame bareng teman-temanku yang lain.

Setelah Mas Diki membuka pintu gerbang dan kami masuk di teras, ternyata ada penghuni kontrakan sebelahnya yang kebetulan sedang berdiri di depan pintu yang kuketahui bernama Pak Bejo.

"Wah, baru pulang nih Mas Diki?" Tanya Pak Bejo

"Eh, Pak Bejo. Iya, nih Pak.. habis jalan tadi..." Jawab Mas Diki

"Ini pacar baru lagi nih, Mas Diki?" tanya Pak Bejo sambil terus melihatku dengan tatapan khas lelaki dari ujung atas hijabku sampai ujung bawah gamis hijauku.

"Hehe, bisa aja Pak Bejo. Kenalin, ini Sella, Pak. Anak asli sini, kita temenan dah dari SMA Pak. Sella, kenalin ini Pak Bejo Suharso, penghuni kontrakan sampingku. Oh iya, Bu Alya kemana, Pak? Kok nggak kelihatan?" Tanya Mas Diki, yang kemudian kuketahui Bu Alya adalah istri Pak Bejo.

"Lagi keluar kota, Mas Diki. Ada orderan dari temennya. Jadinya saya sendirian deh ini."

"Oh gitu. Yaudah deh saya masuk dulu ya, Pak.."

"Iya, Mas Diki.. selamat menikmati ya, Mas. Hahaha." Kata Pak Bejo yang diikuti tawa lepasnya. Aku yang mendengarnya sungguh sangat malu. Apalagi kalau dia tahu bahwa aku sebenarnya sudah menjadi istri orang. Aku yang hanya bisa diam mendengarkan percakapan mereka sedari tadi, lalu segera masuk mengikuti Mas Diki.

Di dalam rumah Mas Diki, aku duduk di kursi panjang ruang depan. Mas Diki menawariku minum dan duduk di sebelahku. Kami kemudian ngobrol sana-sini. Karena kami nyambung, sehingga ketika kami saling ngobrol tidak berasa lama.

Entah bagaimana caranya, duduk kami semakin berdekatan, bahkan sedikit menempel. Tiba-tiba Mas Diki mencium bibirku. Aku yang kaget, hanya bisa diam saja. Aku lalu berusaha melepaskan ciumannya.

"Mas kok gini, sih. Aku ini dah punya suami.." kataku.

Tapi Mas Diki malah kembali menciumku sambil memepet tubuhku. Dan sekarang tangannya mencoba meremas-remas tetekku dari luar gamisku. Remasannya lembut tapi kuat dan intens.

Aku yang memang mudah terangsang karena sentuhan di tetekku ini, secara refleks mulai melemahkan perlawananku dan menikmati saja. Bahkan ciuman dari Mas Diki mulai aku balas.

Lama-kelamaan, gairahku bangkit. Aku sudah tidak memedulikan lagi bahwa lelaki yang sedang berusaha menodai aku ini bukan suamiku. Kami berciuman makin panas, sambil tangan kiri Mas Diki masih terus memainkan tetekku.

Tangan kanan Mas Diki kemudian menarik tanganku dan meletakkannya di atas penisnya yang masih tertutup celana. Kami masih terus berciuman, dan permainan tangan Mas Diki di tetekku makin intens dan ini membuatku makin terangsang. Secara tak sadar aku mulai menggerakkan tanganku mengelus-elus penisnya dari luar celana.

Setelah beberapa saat, tiba-tiba ciuman dan remasan di tetekku berhenti. Mas Diki kemudian berdiri di hadapanku melepas celananya hingga keluarlah penis coklatnya yang berurat tepat di depan mukaku. Walaupun aku sering melihat penisnya waktu vcs-an, tapi ini kali pertama aku melihat secara langsung penis Mas Diki, dan penis pertama selain suamiku.

"Sayang, sepongin kontolku, dong. Udah keras banget nih, pengen diemut bibirmu yang seksi itu." Sambil menempelkan penisnya di bibirku. Aku yang juga sudah terangsang hanya bisa membuka mulutku, dan sedetik kemudian, kepala penisnya sudah ada di dalam mulutku. Mas Diki menarik pundakku agak ke depan, sehingga kini aku duduk bersimpuh di lantai, dengan penis Mas Diki masih ada di mulutku.

Sejak beberapa Minggu terakhir ini Aku memang suka mengulum penis. Aku banyak belajar dari film bokep yang sering dishare oleh Mas Diki. Kemampuan blow jobku makin hebat. Suamikupun sering memuji keahlianku memanjakan batang penisnya menggunakan mulutku.

"Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.." Aku jilat-jilat batang penis Mas Diki dari atas ke bawah. Aku mainkan bola-bola zakarnya dengan lidahku. Lalu aku emut dan aku hisap kepala penisnya "Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.."

"Uggghhh.. Sayang, enak banget seponganmu.. kamu beneran praktekin film bokep yang aku kasih ya... Ugghhhhh.. terus Sayang.. iyaa, sedot yang kenceng.. ugghhh...." Erang Mas Diki keenakan.

"Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.."
"Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.." hanya suara itu yang keluar dari mulutku. Aku benar-benar menghayati peranku yang sedang mengoral penis Mas Diki ini. Kadang aku masukkan sampai dalam mulutku, kadang hanya kepala penisnya saja yang ada di mulutku, tapi aku sedot dengan kencang. Mas Diki hanya bisa mengerang keenakan.

Setelah sekitar 20 menit aku mengoral Mas Diki, tiba-tiba Mas Diki memegang kepalaku yang masih berhijab hijau ini. Kepalaku dipegang dengan kuat, sambil pinggul Mas Diki memompa mulutku maju mundur. Aku menebak Mas Diki sebentar lagi akan klimaks.

"Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Hmmmppph.." suara itu yang keluar dari mulutku. Lalu tiba-tiba meledaklah isi penis itu di dalam mulutku. "Cllrrtt.. clrrrttt..." Aku refleks mencoba mengeluarkan penisnya dari mulutku, karena aku tidak biasa merasakan sperma di dalam mutlut, dengan suamikupun bahkan tidak pernah. Tapi tangan Mas Diki menahan kepalaku, aku akhirnya hanya bisa diam saja menunggu. Lalu dia sendiri yang mengeluarkan penisnya dari mulutku. Sperma yang ada di dalam mulutku, aku keluarkan sebisaku, sehingga meleleh di dagu kanan kiriku.
"Crott.. crottt.. crootttt..." Ternyata semburan spermanya belum habis dan mengenai wajah dan hijabku.

"Uggghhh.. banyak banget pejuhku Dek.. kamu makin cantik kalau mulutmu penuh pejuh gitu, mukamu juga... Ugghhh,"
"Bersihin paka mulutmu dong, Sayang." Pinta Mas Diki.
Aku lalu menjilati batang penisnya, buah zakarnya. Ujung penis nya Aku hisap-hisap, dan lubangnya aku jilatin.

Mas Diki kemudian menarikku ke dalam kamarnya.

"Sayang, aku kan sudah keluar, sekarang giliranku yang puasin kamu dong. Sebagai ganti yang tadi..." Aku masih ragu dan bimbang. Di satu sisi, gairahku sudah sangat tinggi ingin rasanya aku juga mendapat klimaks. Di sisi lain aku masih ingat aku ini istri Mas Bagas.

"Mas mau apa? Aku sudah bersuami, Mas" kataku berargumen tapi tanpa perlawanan sedikitpun.

"Aku mau jilatin memekmu, Dek. Aku janji aku nggak akan minta masukkin kontolku ke memekmu. Kamu pakai hijab dan baju gamismu gitu aja, dalamannya aja yang dilepas." Mas Diki kemudian mendekatiku, mengangkat gamisku hingga sepinggang lalu menurunkan celana panjang dalamanku sekaligus celana dalamku. Aku hanya bisa diam dan pasrah. Mas Diki kemudian mendudukkanku di pinggir kasurnya, lalu mulai menciumi ujung kakiku dan mengelus-elus betisku..

"Hmmmpphh... Ahhh.." tak sadar akupun merintih antara geli dan nikmat.

Ciuman dan rabaan Mas Diki makinn ke atas mendekati vaginaku.
"Memekmu wangi dan indah, Dek.. Sempurna.." lalu diciuminya vaginaku itu, sambil diusap-usap menggunakan jarinya.

"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhhh..." Usapan, ciuman dan jilatan Mas Diki benar-benar nikmat. Dia tidak menyisakan satu sentipun untuk tidak dijilat dan dimainkan. Ketika lidahnya menggelitik klitorisku sambil jarinya mengusap-usap bibir vaginaku begitu terasa nikmat.
"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhhh... Ayanggg.." vaginaku saat ini sudah benar-benar becek dan basah tapi tampaknya Mas Diki malah makin menjadi-jadi memainkan vaginaku. Salah satu jarinya bahkan mulai mencolok-colok lubang vaginaku.
"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh..." Aku hanya bisa mendesah menikmati permainannya di bawah sana..
"Ohh... Cloppp.. Slurppp.." salah satu jari Mas Diki diarahkan ke bibirku, lalu aku refleks menghisap-hisap nya. Rasanya familiar, ya ini adalah cairan vaginaku sendiri. Selama beberapa menit aku menikmati menghisap-hisap jarinya, sambil vaginaku dimainkan oleh mulut Mas Diki.

Mas Diki kemudian bangkit lalu merebahkan dirinya di kasur. "Kontolku dah ngaceng lagi nih, Dek.. kamu diatas ya, aku jilatin memekmu, kamu sepongin kontolku." Aku hanya menurut saja dan memosisikan diriku di atasnya bersiap-siap mengoralnya lagi.

"Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Hmmmppph.."
"Hmmmppphhh.." suara desahan dari bibirku yang tersumpal penisnya. Aku kurang bisa maksimal memberikan service orallku ke penis Mas Diki karena dibawah sana aku sedang dikerjain habis-habisan dan ini terasa nikmat sekali. Aku merasa tidak lama lagi aku akan mencapai klimaks.

"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh... Ayaaangg.. aku mau sampaaiii..." ketika hampir di ujung orgasmeku, Mas Diki menghentikan jilatannya di memekku.
"Ohh.. kok berhenti, Mas.." kataku

"Aku masih mau nikmatin Memekmu, Dek. Aku kan janji nggak akan minta masukin kontolku ke sini, jadi aku harus puasin jilat-jilat memekmu ini."

Setelah rasa ingin orgasmeku mereda Mas Diki melanjutkan lagi rangsangannya di vaginaku.

"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh..." desahku. Aku juga makin cepat mengulum dan menghisap penisnya di mulutku. "Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Hmmmppph.." Setelah dirangsang selama beberapa menit, aku merasakan sensasi di ujung orgasmeku kembali.
"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh... Mhhaaaassss..." Tiba-tiba Mas Diki menghentikan lagi rangsangannya.
"Maaas, kok berhenti lagi sih.. hmmppph.. aku kan dah mau nyampe. Nanggung nih." kataku sambil memegang penisnya yang terlepas dari mulutku.

"Aku masih belum puas Dek jilatin memekmu. Kalau kamu mau dapet klimaks, kamu boleh kok pakai kontolku buat puasin memekmu, asal kamunya yang minta." kata Mas Diki.

"Hmmppph.. Iya, Mas.. aku mmhhauu.." kataku yang sudah tidak memedulikan yang lain bahwa aku adalah seorang istri shalihah yang menjaga adab dan perilaku sehari-hari. Saat ini yang ada di pikiranku hanya bagaimana caranya aku bisa orgasme.

"Bilang yang jelas dong, Sayang.." kata Mas Diki.

"Hmmppph.. Aku mau penismu Mas.." kataku sambil memegang penis Mas Diki.

"Itu bukan penis. Minta yang bener coba.."

"Aku mau kontol, Mas.. Aku mau kontolmu dimasukkin ke memekku.. hmmppph... " kataku yang diambang birahi tinggi.

"Oke, Sayang.. Kamu yang minta ya.. Karena aku di bawah berarti yang di atas kamu ya.."

Tanpa berkata-kata lagi, aku langsung memutar tubuhku. Aku angkat gamisku. Aku posisi kan selangkanganku di atas penis Mas Diki. Perlahan aku turunkan pantatku hingga bibir vaginaku bergesekan dengan kepala penisnya.
"Hmmppph.. ohhhh... Ahhh.." aku turunkan pelan-pelan tubuhku, hingga aku rasakan kepala penisnya sudah memasuki liang vaginaku..
"Ohh..ohhhh... Ahhh.." lalu aku turunkan tubuhku hingga pantatku menempel paha Mas Diki.
"Oooh.. Hmmmpphhhhh... Ahhh..." Rasanya penuh sekali penis Mas Diki mengisi vaginaku.

Tangan Mas Diki diarahkan ke tetekku, dan mulai bermain-main dengan tetekku dari luar gamisku.
"Oooh.. Hmmmpphhhhh... Ahhh...Maasss.." dengan masih mendiamkan penisnya di vaginaku, rasa ingin orgasme yang tadi hilang tiba-tiba kembali lagi.

"Ohhh.. Maaasss.. Aku kelluuuaarr..." Kataku
"Crtttt.. crtttt..."

Mas Diki menarik tubuhku hingga menempel ke badannya lalu mencium ku sambil memelukku. Pantatnya di tekan ke atas sehingga makin mendesak penisnya di vaginaku. Karena masih dalam rangkaian orgasme, Akupun hanya bisa melolong panjang keenakan.
"Ooohhh.. ooohh.... Hmmmmppppphh.. aaahhh....."
Mas Diki mendiamkan diriku beberapa saat, membiarkanku menikmati momen orgasmeku yang kudapat dari penis lelaki lain selain suami sahku.

Setelah beberapa menit kemudian Mas Diki melepaskanku dari pelukannya yang otomatis membuat penisnya lepas dari vaginaku lalu membaringkanku di sebelahnya. Aku hanya terbaring pasrah dengan masih memakai gamis hijau tua yang sudah terlihat kusut dan hijab yang berlumuran sperma yang sudah mengering.

"Dek, sudah sore nih, kamu mau tak antar pulang atau gimana.?" tanya Mas Diki.

"Nggak tau, Mas.. Aku capek banget nih ini.." jawabku.

"Kamu mandi aja dulu Dek, biar segeran. Habis itu tak anter pulang. Kasihan kamu kamu kalau pulang malam-malam terus dilihatin tetangga nanti." kata Mas Diki menawarkan.

"Iya Deh, Mas.." aku yang masih lemas ini lalu berdiri berjalan ke dalam kamar mandi. Aku lepas semua pakaianku lalu aku mulai menyirami badanku. Setelah bermain penuh nafsu sejak tadi siang dengan tetap memakai baju membuat keringatku menumpuk lalu tersiram air mandi, segar rasanya.

Saat sedang mandi aku mulai tersadar apa yang telah aku lakukan ini salah. Air mataku pun perlahan mulai menetes. Aku sudah mengucap janji suci kepada penghulu, bahwa aku akan setia dengan Mas Bagas sebagai kunci surgaku. Yang aku kecewakan lagi adalah aku menikmati permainan dari Mas Diki barusan. Aku sangat kecewa pada diriku saat ini.

Ketika sedang menggayung air, tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang yang pastilah ini Mas Diki. Tangannya kemudian meremas kedua tetekku. Berputar memijat-mijat, dan memilin putingku. Aku merasakan tengkukku dijilat-jilat oleh permainan lidahnya.
"Ohhh... Ahhh... Maasss... Udahhh, Mass... Aku ini istri oranggg.. oooohhhh... Ahhhh....." desahku yang sebisa mungkin menolak dengan kata-kata walaupun tanpa ada aksi penolakan sama sekali. Mas Diki yang juga tanpa sehelai pakaian ini terus saja memainkan tetekku bergantian sambil memelukku dari belakang.

"Aku masih belum puas sama tubuhmu, Dek.. lagian aku juga belum keluar..." Kurasakan lidahnya menjalar naik ke belakang telingaku. Ini membuatku menggelinjang dan tak bisa untuk tak mendesah.

"Ohhhh... Ahhh.... Maasss... " Aku akhirnya hanya bisa pasrah dan mendesah menikmati rangsangan lidahnya dan tangannya di tetekku.
Tangan kiri Mas Diki perlahan turun ke arah perutku, mengusap-usap disekitar pusarku kemudian turun ke arah vaginaku. Dengan jari-jarinya digesek-geseklah bibir vaginaku tak luput klitorisku juga dirangsang.
"Hmmmmppppphh.. ooohhh... Hmmmpph..."

Aku merasakan penis keras Mas Diki sudah menempel di pantatku. Pundakku didorong agak membungkuk, sehingga kini tanganku bertumpu pada pinggir bak mandi. Posisi ini memudahkan penisnya tepat berada di depan lubang vaginaku. Kurasakan perlahan kepala penis itu masuk makin ke dalam..
"Ohhhh... Ahhhh.." hanya desahan yang keluar dari mulutku sembari penis keras Mas Diki makin masuk mengisi vaginaku. Mas Diki lalu mulai memompa pelan-pelan penisnya keluar masuk vaginaku..

"Ceplakk... Ceplakk.." suara tumbukkan antara selangkangan Mas Diki dan pantatku begitu nyaring menggema di kamar mandi ini.
"Uggghhh... Memekmu enak banget Dek.. Ughhh... Sempit dan njepit tenannn.. Beruntung banget suamimu.. ugghhh.. kalau kamu jadi istriku bakalan tak entotin setiap saat kamu, Dek..."
"Ceplakk... Ceplakk.."

Tangan Mas Diki lalu meraih tetekku yang berayun-ayun ini, dimainkan dan diremas-remasnya.
"Ohhh..ahhhhh.... Ohhh...." Digenjot dari belakang dan dirangsang seperti ini membuatku mendesah tak karuan..

Setelah beberapa saat penis Mas Diki memompa vaginaku dari belakang, aku merasakan akan mencapai klimaks.
"Ooohh... Ahhh... Massa.. terusss, Mas.. sodok teruss, Mass.. ooogghh.. aahhh.."

"Ughhh.. ughhh... Ini namanya ngentot, Dek.. bilang yang Bener.. Ugghhh.."

"Oooggghhh.. iyyaa, Massshh.. Ngentot Mas... Entotin aku terus pakai kontolmu, Mas... Oogghhh.. agghhhhh... Ooohh...."

"Ugghhh.. dasar akhwat binal kamu, Dek.. uuggghh.. dah punya suami tapi masih minta kontol lainn... uggghhh... nih rasain kontolku.. Ugghhh..."

"Hmmmmppppphh... Ooohhh... Teruss, Mass.. Aggghhh.. Ohhh... aku mau nyampe Mass.. ooohhh... Aggghhhh..."

"Ugghhh.. Kamu boleh keluar asal keluarnya bareng sama aku, Dek.. Uggghhh.. aku juga sebentar lagi keluar... Tapi kamu harus terima pejuhku di dalam memekmu.. uughhhh..." kata Mas Diki sambil mulutnya memainkan telingaku. Aku yang juga di ambang klimaks tak mampu mengiyakan namun juga tak mampu untuk menolak. Aku hanya membalasnya dengan desahan-desahanku yang makin kencang..

"Aaagghhh.. Ooohhh... Maasss... Aku nyampe, Mass.. pipis aku ,Mass... Ooogghhhhh... Aahhhhh..."

"Uggghhh ahhh... Terima pejuhku ini, Dek... dasar akhwat binal kamu... Uggghhh..." Aku merasakan sperma hangat Mas Diki menyemprot dinding rahimku beberapa kali.

Beberapa saat kemudian aku yang lemas ini tak kuasa menahan tubuhku hingga terjatuh bersimpuh bersandar di samping bak Mandi. Penis Mas Diki terlepas dari vaginaku.
Mas Diki lalu melanjutkan mandi membasuh badan kami berdua. Aku hanya pasrah saja ketika dimandikan Mas Diki. Guyuran air segar ini membuat energi ku kembali perlahan-lahan. Aku pun mampu bangkit berdiri sendiri sambil terus melanjutkan mandi kami. Penis Mas Diki yang beberapa kali menyenggol tubuhku kurasakan mengeras lagi.

"Iihh, Mas.. kok kontolnya gede lagi siihh?" Kataku.

"Iyalah Dek, ada kamu telanjang gini mana bisa kontolku tidur. Seponging dong sini, Dek.." minta Mas Diki. Aku yang belum menjawab apa-apa langsung didorong duduk bersimpuh di lantai kamar mandi ini. Mas Diki mengusap-usapkan ujung kepala penisnya ke bibirku.
"Uuughhh.. bibirmu seksi banget, Dek. Apalagi basah-basah gitu.. Ugghhh.." Mas Diki lalu memasukkan penisnya ke mulutku yang langsung aku sambut. Aku hisap-hisap dan aku mainkan penis yang sudah membuat aku orgasme dua kali ini. Tangan Mas Diki memegang rambut panjangku dan menahan kepalaku. Lalu memompa penisnya di dalam mulutku.
"Cloppp.. Clopp.. Slurpp... Clopp.. Cloppp..."
"Uggghhhh Dekkk... Nikmat banget seponganmu.. Ughhh... Akhwat doyan kontol kamu ya.. Ugghhh..." Mendengar perkataan seperti itu malah membuat ku bergairah. Tak sadar akupun memainkan jari-jariku di vaginaku. Menggesek-gesekkan jariku di bibir vaginaku dan klitorisku.

Tiba-tiba Mas Diki menghentikan pompaanya di mulutku. "Ayo ke kasur Dek, biar lebih puas aku mainin mulutmu sama badanmu." Mas Diki lalu menarik tanganku keluar kamar mandi dan merebahkanku di atas kasur. Kami melanjutkan pergumulan kami di atas tempat tidur.


To be continued...
Anjiirrr pinter bgt diki bikin binal sela... Hahahahahaha.... Jangan2 tetangga diki ngikut nimbrung nih...
 
Part 3b

"Clopp.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrpp... Clopp.. Clopp.."
"Uggghhh.. Enak banget seponganmu, Dek.. ughhh.. nggak bakal bosen aku.. Ughh.."

"Clop.. Cloppp.."
"Slurpp.. Sluuurrrpppp.."
"Hmpphh.. Huaahhhh.. Mas, kok kontolnya dah tegang aja sih, semalaman kan dah keluar banyak, Mas" kataku yang melepas penisnya dari mulutku, dan memainkannya dengan tanganku.

"Kalau ada kamu kontolku nggak bisa nggak ngaceng, Dek.. apalagi kamu pakai mukena gini. Ughh.. Kamu juga semalaman merintih keenakan minta dipuasin kontolku sampe orgasme tujuh kali. Sini sepongin kontolku lagi.. Ugghhh..." Mas Diki memegang kepalaku yang terbalut mukena, lalu mulai lagi memompa penisnya keluar masuk mulutku.
"Clopp.. Cloppp... Glok.. Glok.."
"Glok.. Glokk.. Glokkk.." dengan kepalaku yang ditahan tangannya, aku hanya bisa pasrah menerima pompaan penisnya di mulutku. Semenjak selesai solat subuh tadi, sudah hampir satu jam mulutku menservis penis Mas Diki. Penis yang semalaman tadi membuatku orgasme tujuh kali, bahkan aku tak sungkan untuk meminta dipuaskan oleh penisnya. Rencanaku sebelumnya yang pulang ke rumah sebelum malam berubah menjadi persetubuhan tanpa henti..

"Clopp.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrpp.." suara penisnya yang keluar masuk mulutku. lama kelamaan aku terbiasa menikmati penisnya dalam mulutku. Kumainkan dan kujilati semua bagian penisnya tak terkecuali buah zakarnya. Mas Diki nampak keenakan ketika aku jilati dan sedot-sedot buah zakarnya.



Tangan Mas Diki perlahan mulai turun ke dadaku dan meremas pelan tetekku dari luar mukenaku. Aku sudah tidak memakai pakaian sama sekali sejak mandi kemarin sore. Dibalik mukena yang selalu aku bawa di tas ini aku tak memakai apa-apa. Tetekku yang memang dasarnya sangat sensitif langsung membuat ku keenakan ketika diremas oleh tangan Mas Diki.

"Slurpp.. slurppp.. Hmmppph.. hmmppphhhh.. "Remasan tangan Mas Diki lambat laun makin intens, membuatku mendesah disela-sela oral seks yang kulakukan dengan mulutku.
"hmmppph.. hmmppppphhh.."
"Slurp.. Slurppp.. Clop.. Cloppp.."

Tangan Mas Diki berpindah ke atas memegang kepalaku lagi, kali ini kurasakan lebih erat.
"ugghhh.. ngentotin mulutmu emang enak banget, Dek.. ugghhh.. dasar akhwat istri orang doyan kontol... pakai mukena tapi keenakan nyepongin kontol.. uggghhh.. binal banget, kamu Dek..."
"Glok..Glok..Glok.." penis Mas Diki semakin cepat keluar masuk di dalam mulutku.
"Ugghhh.. aku mau keluar, Dek.. kamu Telen pejuhku ya.. kamu nggak pernah nelen pejuh suamimu kan.. aku mau lihat akhwat binal kaya kamu nelen pejuhku.. uughhhh.."

"Glok..Glokk.. Clopp.. Glokk.."
"Ugghhhhh.. hhhhh... Keluar, Dek.. Telen!! " Aku rasakan penis Mas Diki menyemprotkan spermanya beberapa kali di mulutku. Tangannya yang masih memegang erat kepalaku membuat air maninya langsung tertelan masuk ke kerongkonganku. Setelah beberapa semburan di dalam mulutku, Mas Diki mengeluarkan penisnya.

"Crot.. Crot.. Crot.." penis Mas Diki ternyata masih menyemprotkan spermanya mengenai wajahku dan mukena motif bunga yang aku pakai ini.

"Ughhh.. seponganmu emang juara, Dek.. nggak bakal bosen aku sama mulut Ukhti binal ini. mukamu seksi banget kalau belepotan sperma gitu, Dek. Sini bersihin kontolku." Mas Diki kembali menempelkan penisnya yang setengah lemas ke bibirku. Aku membuka mulutku dan mulai membersihkannya menggunakan lidah dan bibirku.

"Slurpp.. Sluuurrrpppp.. Clop.. Cllooppp..."
Beberapa menit kubersihkan dan kumainkan penis Mas Diki di mulutku. Kurasakan perlahan penisnya mulai tegang kembali memenuhi rongga mulutku. Aku masih menghisap-hisap dan memainkan penisnya. Tak berapa lama, Mas Diki mengeluarkan penisnya dari mulutku.

"Sini, Dek.. aku mau kontolku dijepit toketmu.." Mas Diki menarikku. Dia duduk di pinggir kasur, dan mendudukkan aku bersimpuh di hadapannya. Mas Diki memintaku menjepit penisnya dengan tetekku, lalu tanganku menahan tetekku di samping kanan kirinya. Aku menaik turunkan badanku sehingga kini tetekku menjepit dan mengocok penisnya. Tangan Mas Diki tidak tinggal diam. Jari-jarinya memainkan ujung putingku, memilin-milinnya dengan lembut. Tak lama, akupun juga mendesah menikmati rangsangannya di putingku. Kadang putingku dipelintir dan ditarik ke depan. Ini membuatku menggelinjang dan mendesah.
"Uughhhh.. manteb tenan, Dek jepitan toketmu.. ugghhhhh.." erang Mas Diki.

Setelah cukup lama aku mainkan penisnya di tetekku, Mas Diki bangun lalu berpindah ke belakangku. Di dorongnya tubuh ku, sehingga kini posisiku menungging bertumpu di lantai sambil berpegangan pinggir kasur. Mas Diki menurunkan bawahan mukenaku, hingga pantatku kini ter-ekspos melihatkan belahan vaginaku dari belakang.
"Bagus banget memekmu, Dek.." kata Mas Diki sambil menggesek-gesekkan ujung penisnya nya di vaginaku. Tak lama, aku merasakan penisnya mulai masuk mengisi rongga vaginaku.

"Ooohh.. Ahhhhhh... Maasss... Penuh memekku, Maasss.." erangku.

"Ughhh.. Masih sempit aja memek binalmu, Dek.. padahal dah tak entotin semaleman.. Ughhh.. Memek akhwat istri orang memang beda.." Mas Diki mulai memompa penisnya di dalam vaginaku.

"Splok.. splok.. splokk.." suara selangkangan Mas Diki yang bertumbukkan dengan pantatku. Tangan Mas Diki tidak hanya diam saja lalu masuk ke balik mukenaku, dan meremas tetekku yang menggantung mengikuti irama sodokannya. Putingku dipelintir dan ditarik ke bawah.
"Ooohh.. Ahhh... Hmmmpph.. Oooohhhh..." Desahanku pun semakin keras menggema di rumah kontrakan ini.
"Splok.. splok.. splokk.."

"Uggghhh.. legit banget memekmu, Dek.. ugghhh.. dasar akhwat binal, nggak puas cuma sama kontol suamimu.. uuughhh.." kata Mas Diki disela-sela genjotannya sambil terus memainkan tetekku dan memencet-mencet putingnya.
"Splok.. Splok.. Splok.."

"Oohh.. Ahhh.. Ohhhhh.. Maaasss... Aku mau nyampe Mas.. Ohhh.." aku merasakan gelombang orgasmeku mulai datang.
"Splok.. Splok.. Splokk.."
"Ohh.. Ohhh.. Hmmmppph.. oohh.. teruusss, Mhaass.. entotin memekkuuuhh.. Ohhh.."

"Splok.. splok.. splok.."
"Splok.. splok.. splok.."
"Hmmmppph.. Ahhh... ooohhh.. Ooohhhhh.. aku keluar, Mmhass.. Pipisss akuuu... Ohhh..."
Orgasmeku pun akhirnya datang. Aku hanya bisa melolong semakin keras, tidak kupedulikan apakah ada orang lain yang mendengarnya, aku hanya merintih keenakan sekeras-kerasnya di ujung klimaks ini..
Tak lama kemudian kurasakan penis Mas Diki juga berkedut-kedut. Beberapa kali semprotan sperma hangat nya membasahi dinding rahimku. Sudah tak terhitung berapa mililiter sperma Mas Diki yang masuk ke dalam vaginaku sejak kemarin sore. Aku tak mau memikirkan hal itu saat ini.
Kurasakan lelehan sperma di pahaku saat Mas Diki mencabut penisnya. Aku lalu berbaring di kasur sambil menikmati sisa-sisa orgasmeku. Orgasmeku pertama di pagi ini, setelah bangun tidur dari pertempuran semalam.
Mas Diki lalu bergerak ke atas perutku. Dia membersihkan sisa-sisa cairan spermanya yang bercampur cairan vaginaku menggunakan tetekku. Diusap-usapkannya penisnya ke seluruh bagian tetekku, hingga tetekku kini agak mengkilap. Sebagian sisa-sisa cairan itu mengenai ujung mukenaku yang mulai terlihat kusut ini.

Di luar matahari sudah bersinar mulai meninggi. Tiba-tiba aku mendengar ketukan di pintu gerbang luar.

To be continued..
Wah.... Tetangga ngikut nimbrung abis ini..
 
Part 3c




"Teng.. Teng.."
"Pakeet.. Pakeeet.. Mas Dikiii.."
Aku mendengar dari gerbang luar ada kurir ekspedisi yang datang mengantar paket. Aku masih berbaring menuntaskan sisa orgasmeku beberapa saat yang lalu. Kukira Mas Diki yang akan keluar menemui kurir itu. Namun, ternyata Mas Diki memintaku yang keluar rumah.

"Dek, kamu ambil paketnya ya, pakai mukena itu aja, bajumu yang lain kan kusut semua. Eh bentar, pakai ini juga" aku mencoba menolak, tapi Mas Diki sudah beranjak mengambil sesuatu di lemarinya. Kulihat dia mengambil vibrator getar. Firasatku saat itu sudah tidak enak.

Mas Diki menarik tanganku untuk berdiri, lalu memasangkan vibrator itu di vaginaku. Dia juga memintaku memakai Celana dalamku. Dengan begini vibrator ini tak akan jatuh kalau aku berjalan. Tak lupa bawahan mukenaku aku pakai.

"Mas, Aku malu.. dibalik mukenaku ini aku kan telanjang, Mas. . Takut diapa-apain aku, Mas." Aku masih mencoba menolaknya, walaupun di hati kecilku aku penasaran akan sensasinya. Keluar ke tempat umum hanya mengenakan mukena dan celana dalam.

"Nggak papa, Dek. Aku kenal kok sama dia, biasa nganter paket. Dia nggak bakal berani ngapa-ngapain kamu. Udah sana keluar, kasihan dia nunggu." Lalu Mas Diki menyalakan remot vibratornya.
"drrtt.. drrttt.."

"Hmmpph.. hmmppph.. hmmmmppppphh.." sambil berjalan keluar aku merasakan vibrator ini seperti menggaruk-garuk klitorisku, membuatku menggelinjang kenikmatan. Cara jalankupun menjadi tidak sewajarnya.

Setelah kubuka pintu, aku mencoba berteriak ke arah Mas kurir, memberitahu kalau aku menuju ke gerbang, walaupun dengan kondisi ini, jalanku menjadi asal-asalan.

Udara pagi hari dan angin yang berhembus di luar langsung menusuk badanku yang hanya berlapis mukena tipis ini. Aku merasakan putingku langsung mengeras. Ditambah rangsangan vibrator di vaginaku, membuatku makin horny. Aku sungguh tak menyangka bisa berada dalam kondisi ini. Beberapa hari yang lalu aku wanita yang menjaga kesuciannya, yang selalu berpakaian rapat ketika keluar rumah. Tapi kini aku diluar hanya memakai mukena tipis tanpa dalaman yang berarti.

Perjalananku menuju gerbang luar terasa sangat lama sekali. Rangsangan udara di badanku disertai getaran vibrator yang serasa menggaruk-garuk vagina dan klitorisku membangkitkan gairahku. Aku tak bisa menolak untuk tidak menggelinjang kenikmatan sambil berjalan. Saat aku sudah di pintu gerbang dan berhadapan dengan Mas Kurir, tiba-tiba kurasakan badai orgasmeku hampir datang.

"Paket atas nama Diki.."

"Iya,.. Hmmmpphh.. Sssaya yang ambil, Mmhass.. Hmmmppphh.."sambil mendesah, tanganku meraih paket yang disodorkan Mas Kurir. Desahanku ternyata mengundang perhatiannya. Mas Kurir kemudian lama menatapku mengamati setiap jengkal tubuhku lalu melotot ke arah dadaku. Aku yang dipandangi seperti itu lalu menundukkan wajahku, menutupi mukaku yang memerah menahan orgasme. Saat menunduk itulah aku melihat ternyat putingku terlihat jelas dari balik mukena tipis ini. Mukena yang kupakai ini mencetak bentuk tetekku. Pantas saja dari tadi pandangannya tidak beralih dari dadaku.

"Mmaaf, Mbak. Saya foto putingnya,, eh,, paketnya dulu ya, sebagai bukti serah terima." Lalu Mas Kurir mengambil handphone dari sakunya. Tangan yang satunya lalu diarahkan ke depan celananya. Aku tidak bisa melihat karena di depan celananya tertutupi oleh tas selempang yang dia kenakan. Mas Kurir masih tetap melotot melihat ke arah dadaku. Sambil tangan kanan merogoh sakunya, dan tangan kirinya bergerak-gerak di depan celananya.

Setelah hapenya berada di tangannya, Mas Kurir mengarahkan hapenya ke arah badanku. Posisiku saat ini sedang memegang paket di tangan kananku yang berada di depan perutku, sambil tangan kiriku memegang pinggir pagar gerbang ini. Mas Kurir nampaknya tidak fokus mengambil foto atau mungkin juga merekam video, malah terus melotot memandangi sekitar dadaku sambil tangan kirinya terus melakukan sesuatu di balik tas selempangnya.

"Uhh.. Bulet banget toketnya, Mbak,, eh,, tombol kameranya yang Bulet maksudnya.. mbaknya diam disitu ya, kamera saya lemot ini." Suara Mas Kurir ini kudengar makin memberat. Tangan kanannya masih mengarahkan hapenya ke arahku dan tangan kirinya masih terus beraktivitas di sekitar depan celananya.

"Hmmmpph.. hhhhaaahh.. hhhmmmppphh..." Aku masih berusaha menahan gelombang orgasmeku. menunggu cukup lama.
Mas Kurir menyampingkan tas selempangnya ke pinggangnya. Alangkah terkejutnya aku, ternyata penisnya sudah keluar dari celananya. Penisnya panjang dan besar, melebihi milik Mas Bagas atau Mas Diki. Tangan kiri Mas Kurir terus mengocok penisnya sambil tangan kanannya masih mengarahkan hapenya ke badanku cenderung fokus ke arah tetekku yang tercetak bulat jelas dibalik mukenaku, apakah butuh selama ini mengambil foto. Parahnya, aku malah menikmati perlakuan ini.

"Ugghh.. Mbak nya jangan gerak dulu ya, ini susah banget e hape jadul. Ughhh.. Nganggo rukuh, tapi susune nyeplak.. Ughh.."kata Mas Kurir sambil terus mengocok penisnya.

"Hmmmpph.. hhhhaaahh.. hhhmmmppphh..." Aku mendesah antara menahan atau menyambut gelombang orgasmeku yang kurasakan hampir sampai. Aku merasakan celana dalam yang kupakai saat ini sudah sangat basah karena cairan vaginaku, bahkan aku mulai merasakan mengalir ke pahaku. Melihat penis Mas Kurir ini membuatku semakin terangsang. Penis ketiga yang kulihat secara langsung dengan mata kepalaku. Aku tak percaya dengan diriku saat ini. Beberapa hari yang lalu aku masih menjadi wanita Sholehah yang menjaga matanya, tapi kini aku membiarkan lelaki lain yang tidak kukenal beronani memainkan penisnya di depanku. Yang membuatku kecewa adalah aku menikmati bahkan aku merasa terangsang ketika dia menjadikanku objek onaninya. Aku memang sering melihat Mas Diki onani sewaktu vcs-an, tapi melihat secara langsung seperti ini memiliki sensasi yang berbeda.

"Hmmmppphhh.. Ooohhh.. Hmmmppphhh.." aku tiba-tiba merasakan getaran vibrator divaginaku bertambah lebih kuat. Mas Diki pasti menaikkan level getarannya, pikirku. Ini membuatku makin menggelinjang. Hingga tak lama kemudian aku mendapatkan orgasmeku.
"Oooohhh... Aaagghhh.. Mhhaaasss.. Ahhh..." Aku yang dilanda orgasme hampir saja ambruk di lantai teras ini, sekuat tenaga aku mencoba tetap berdiri sambil satu tanganku berpegangan pada pinggir gerbang. Tak lama kemudian penis Mas Kurir berkedut-kedut menyusul mencapai klimaks.

"Crot.. Crot.. Crot.." Mas Kurir menyemprotkan spermanya di lantai teras dan sebagian mengenai mukenaku. Mas Kurir tergesa-gesa membetulkan celananya, lalu pergi mengendarai motornya.

Aku yang masih lemas dari sisa-sisa orgasme, mencoba bangkit untuk berbalik masuk rumah. Aku tak ingin kembali menjadi objek onani lagi selagi masih di luar.

Saat aku berbalik, kulihat Pak Bejo ada di depan pintunya. Nampaknya dia sudah cukup lama berdiri di situ, entah apa yang sudah dilihatnya.

"Wah.. wah.. ternyata Mbaknya ini akhwat tapi berani nakal ya. Pakai mukena gitu tapi bisa nggodain mas-mas yang lagi nganter paket. Mas Diki beruntung banget bisa punya pacar kaya Mbak, akhwat tapi binal-binal gimana gitu.." kata Pak Bejo.
Mendengarnya, aku tak tahu harus membalas apa. Entah itu bentuk hinaan atau pujian. Aku yang masih di sisa-sisa orgasme tadi hanya tersenyum kecil sambil berlalu masuk ke rumah Mas Diki. Perkataan Pak Bejo tadi di satu sisi membuatku merasa terhina, tapi disisi lain nafsuku bangkit, badanku terasa panas dipenuhi gairah. Kalau kondisinya beberapa hari yang lalu, orang seperti Pak Bejo ini sudah kudamprat terlebih lagi membiarkan orang lain beronani di depanku. Tapi dengan kondisi saat ini, aku malah menikmati pujiannya itu bahkan gairahku naik menjalar ke seluruh tubuh.

Setelah masuk, ternyata Mas Diki dari tadi berdiri di balik pintu mengawasiku sambil masih telanjang. Di tangannya masih memegang remot vibrator yang ada di vaginaku. Mas Diki menutup pintu lalu mendudukkanku hingga kini aku menatap penisnya yang kembali tegang.

Aksi cabul Mas Kurir terhadapku tadi membuat penisnya sudah siap tempur. Aku paham apa yang harus aku lakukan. Tak lagi aku pedulikan statusku sebagai seorang akhwat dan juga seorang istri dari suamiku. Di hadapan penis Mas Diki aku serasa takluk oleh nafsuku sendiri. Kujilati batang penisnya hingga basah seluruh bagiannya, lalu kuturunkan mulutku mencari bola zakarnya dan kuhisap-hisap. Sesekali lidahku menyapu pinggir lubang duburnya.

"Ugghhhhh... Nakal banget kamu Dek.. tadi kamu sengaja nggodain kurir itu ya?? Dasar akhwat binal kamu, Dek.. Ugghhh.. jilat terus, Sayang... ugghhh...."

Puas menjilati batang dan buah zakarnya, aku memasukkan penis Mas Diki ke dalam mulutku. Penis ini serasa memenuhi rongga mulutku. Aku mulai memainkan penisnya. Aku memang sudah lihai soal oral seks, bahkan suamiku selalu memuji servis oralku. Aku maju mundurkan kepalaku di penis Mas Diki. Kadang aku masukkan penisnya sampai mentok menyentuh pangkal mulutku yang membuatku tersedak. Aku hisap-hisap kepalanya, dan memainkan menggunakan lidahku.

"Ugghhh.. Mulutmu emang cuma buat muasin kontol, Dek.. Ughhh... Enak banget seponganmu.. Ughhh..."

Mas Diki menarikku berdiri, membalikkanku dan mendorongku ke arah pintu. Mas Diki lalu menurunkan bawahan mukenaku. Melepas vibrator dan celana dalamku yang sudah sangat basah karena sisa orgasme tadi maupun karena gairah yang muncul setelahnya.

Aku yang menempelkan tangaku di pintu ini mulai merasakan ada penis keras yang menyentuh vagianku. Penis kerasnya perlahan-lahan masuk, mengisi rongga vaginaku.

Sudah sejak kemarin penis ini memasuki vaginaku, tapi vaginaku yang memang sempit ini masih terasa sesak dimasuki penis Mas Diki ini juga membuatku makin terasa nikmat. Mas Diki yang memang sudah terangsang dari saat aku menerima paket tadi langsung memompa penisnya dengan tempo cepat.

"Splok.. splok.. splokk.." suara selangkangan Mas Diki yang bertumbukkan dengan pantatku. Tangan Mas Diki lalu menampar pantatku.
"Plakk.. Plakk.."
"Uggghhhhh.. Dasar akhwat binal, udah punya suami tapi masih nakal ya kamu.. Ughhh... Pakai mukena tapi nggodain orang lain.. Ugghhh...
"Plakk.. Plakkk.." tamparannya di pantatku malah membuatku makin terangsang nikmat. Mungkin memang benar adanya bahwa aku ini adalah akhwat binal. Seluruh tubuhku seolah-olah mendukungku untuk mengeluarkan sisi binalku senakal mungkin.

"Aahhhh... Ohhhh... ahhhhhhhh... Mmaass... Ahhh.." desahku di tengah genjotannya. Badanku kini mandi keringat karena persetubuhan ini, mukena yang aku pakai juga basah karena keringat, membuat bentuk badanku makin tercetak jelas.

"Ughh.. kamu tadi sange nggak waktu kurir itu coli di depanmu, Dek.? Tanya Mas Diki.

"Ahhh.. Ooohhh... iyyaa, Mmhass.. Ohhh... Ahhhhhh.."

"Kamu mau dientot dia, Dekk?.. Ughhh.." tanya Mas Diki di tengah pompaan penisnya..

"Oohh.. Ahhh.. Iya, Mass.." kataku

"Ugghhh... Bilang yang jelas, Dek!!.. Ughhh.."

"Ohh.. Ahhhh... Iya, Mmhhhasss.. aku mau kontolnya... Ahhhh... oohhh... aku mmhhauu dientot kontolnya yang gedee.. Ohhh... Ahhh..." desahku yang terdengar binal ini. Tangan Mas Diki bergantian antara menampar pantatku dan meremas tetekku yang bergoyang-goyang karena sodokannya.

"Ugghh.. dasar akhwat binal kamu, Dek.. Ughhh..."
"Plak.. Plakk.. Plakkk.."

"Ahhh.. Ohhhhhh... ahhhhh... Mhaass.." tamparan di pantatku membuatku makin mendesah kenikmatan. Entah kenapa permainan kasar seperti ini membuatku merasa keenakan. Aku makin keras melolong dan mendesah. Tak kupedulikan bahwa kini aku berada di balik pintu yang kalau ada orang di luar di balik pintu ini pasti dapat mendengar teriakan-teriakan kenikmatanku.

"Splok.. splok.. splokk.."
"Plak.. Plakk.. Plakk" Mas Diki makin kuat memompa penisnya di vaginaku. Pantatku juga kini sudah memerah karena tamparan yang terus menerus. Aku merasakan akan orgasme lagi.

"Ohh.. Ahhh...Ohhh.. "
"Ohh.. Ohhh.. Hmmmppph.. oohh.. teruusss, Mhaass.. entotin memekkuuuhh.. Ohhh.." aku sudah tak malu lagi dalam desahanku. Sisi binalku sudah benar-benar menguasai tubuhku. Nafsuku sudah mengalahkan akalku sepenuhnya.

"Splok.. splok.. splokk.."

"Ooohhh... Aaaaggghhhhh.. Maaas... oooooohhh... Pipissh aku, Mass... Oooooohhhhhh....." badanku menggelinjang tak karuan dilanda orgasme. Hampir saja aku jatuh untungnya ada pintu di depanku tempatku bersandar. Mas Diki masih terus memompa penisnya keluar masuk vaginaku yang sudah sangat basah. Aku berhenti mendesah sejenak mencoba menuntaskan orgasmeku.

"Tok.. Tok.. Tok.." kudengar suara pintu ini diketuk dari luar. Aku menengok ke belakang ke arah Mas Diki yang masih saja memompa penisnya. Mas Diki hanya memberi isyarat memintaku untuk biasa saja. Dia malah memberiku amplop yang tadinya berada di atas meja.

"Hmmpph... Mas, itu siapaa??.. Hmmmhh... Hmmmppphh.." kataku yang mencoba menahan desahan agar tidak terdengar dari luar pintu.

"Ugghhh.. Buka pintunya Dek, terus kasih amplopnya.."

Aku menuruti permintaannya. Aku buka pintu depan, lalu aku melongokkan kepalaku keluar, sebagian badanku juga terlihat dari luar, tepatnya tetekku yang sebelah yang tercetak jelas dibalik mukena yang basah karena keringat ini.

"Mmm.. Permisi, Mbak.. saya Imron, saya mau ambil uang bulanan.. Glekk.." kulihat jakun Pak Imron naik turun, lalu matanya melotot memandangi mukenaku. Mukena yang kupakai ini sudah seperti tidak ada fungsinya, karena lekuk badan dan tetekku begitu jelas tercetak.

"Hmmpph.. Ooh, Iya, Pakk.. sebentar... Hmmmpphh.. Ini Pak.." kataku sambil menyodorkan amplop. Aku menahan desahanku sebisa mungkin.

Berinteraksi sambil disodok dari belakang seperti ini memberiku sensasi kenikmatan yang berbeda. Otot-otot vaginaku secara refleks makin memeras penis Mas Diki yang berada di dalamnya. Mas Diki yang juga merasakan vaginaku lebih menjepit ini semakin kuat memompa penisnya membuatku menumbuk-numbuk pintu. Aku sebisa mungkin juga menahan badanku yang menumbuk-numbuk daun pintu ini karena pompaan penis Mas Diki, walaupun tak sepenuhnya berhasil.

"Oiya, Makasih ya, Mbak. Mbaknya ini siapanya Mas Diki ya, kok saya baru lihat." Katanya sambil matanya terus melihat ke arah tetekku. Setelah amplopnya dia masukkan ke sakunya, tangannya lalu memegang hapenya dan diarahkan ke badanku yang walaupun hanya tampak sebagian dari balik pintu, tapi sangat menggoda.

"Hmpphh.. Saya adiknyaa, Pak.. hmpphh.." kataku. Melihat Pak Imron mengarahkan hapenya ke badanku, aku hanya berimajinasi nakal kalau saat ini dia sedang merekamku, seorang akhwat yang seharusnya menjaga dirinya tapi kini sedang di rumah laki-laki yang bukan suaminya memakai mukena yang mencetak bentuk badannya. Lalu Pak Imron menjadikan video itu untuk bahan onaninya. Berimajinasi seperti itu membuatku kembali bergairah, padahal belum lama tadi aku barusan orgasme.

"Hmm, Adik ketemu gede ya, Mbak.. Hahaha.." kata Pak Imron terkekeh. Sambil terus merekamku.
"Bilangin sama Mas Diki, barang yang kemarin itu bagus banget, saya puas.." kata Pak Imron diikuti senyumnya yang menyeringai menyiratkan banyak arti. Tak lama kemudian Pak Imron pamit pergi. Aku kemudian menutup pintu.

"Ahhh.. Ooohhhh.. Ahhh... Maaasss.. Teruuss, Mass... Entotin aku... oohh.. Ahhh.." aku kembali mendesah dengan kencang. Pompaan Mas Diki juga kembali dengan tempo cepat setelah pintunya tertutup.

"Uggghhh.. Kamu sengaja nggodain Pak Imron ya tadi, Dek... Ughhh... Akhwat nakal kamu... uggggghhhhh..."

Mas Diki kemudian berpindah berbaring di lantai.
"Kamu kejar klimaksmu sendiri, Dek..." Aku memosisikan diriku berada di atas penisnya. Aku turunkan tubuhku hingga penis Mas Diki kembali penuh kurasakan mengisi vaginaku yang masih terasa sesak ini. Tak berlama-lama aku segera menggoyang tubuhku. Tangan Mas Diki masuk ke balik mukenaku dan meremas-remas tetekku. Putingku dipelintir dan kadang ditarik ke depan.

"Ooh.. Aahhhh... Ohhh..."

"Plak.." Tetekku ditampar oleh tangan Mas Diki. Ada sensasi nikmat saat aku menerima perlakuan ini..
"Ugghhh.. Istri binal kamu Dek, ditampar gini malah goyanganmu tambah nikmat.. Uggghhh.. memekmu juga tambah sempit.. uugghhhh.."
"Plak.. Plakk.. Plakkk.."



"Ooohhh... Aahhhh.. oooooohhh.." Aku gerakan pantatku makin liar, kedepan belakang dan memutar-mutar.

"Ohhh.. Ahhh... ahhhh... aku sampai, Mmhaass... Ahh.."
"Oohhh... Ssshhh... Pipiiiss aku, Mass.. Ooohhhh.." Aku menyentak-nyentakkan pantatku makin ke bawah mencoba meraih klimaks maksimalku.

"Plakk.. Plakk.." Mas Diki menampar dan meremas tetekku sekencang-kencangnya. Membuatku makin menggelinjang menikmati orgasmeku. Badanku ambruk di dadanya.

Mas Diki masih memompa penisnya dari bawah. Penisnya masih terasa keras mengisi vaginaku. Lubang vaginaku yang sempit ini terasa penuh sesak. Pompaannya membuat dinding-dinding vaginaku bergesekan dengan batang penisnya. Perlahan-lahan gairahku bangkit kembali walapun aku masih terasa lemas. Mas Diki memintaku berputar membelakanginya. Aku lalu memutar tubuhku.

Aku yang lemas sehabis menikmati orgasme ini lalu naik keatas tubuh telentang Mas Diki sembari berjongkok dengan membelakangi Mas Diki. Aku memegang batang penis Mas Diki dengan tangan kananku.

Aku mengarahkan dan menuntun penis Mas Diki ke vaginaku. Perlahan aku menempelkan kepala penisnya sedikit, lalu mulai menurunkan pinggulku memasukkan penisnya ke lubang vaginaku ini.

“OUhhhh... memekku penuh, Mmaass...” Desahku. Perlahan-lahan, akhirnya penis tersebut pun ludes seperti sedang dimakan oleh vaginaku.

"Plakk.." Mas Diki menampar pantatku dengan gemas.

“Uggghhh.. goyang lagi, dek.." aku yang sedang mengejar orgasme, langsung memulai goyanganmu sebinal mungkin. aku menunggangi penis milik Mas Diki dengan pelan, menaik turunkan pantatku tak lupa untuk memutar pinggulku dengan liar.

"Aaahhh... Ooohhh.. Aaahhhh.." Desahan-desahanku kembali memenuhi rumah ini. Sembari begoyang, tanganku berpegangan pada lutut Mas Diki. Seluruh badanku seolah-olah sungguh lincah bersetubuh dengan posisi ini. Aku sudah paham dan tahu betul apa yang harus aku lakukan untuk bisa mendapatkan kepuasan.

“Ouhhhh... Ssssshhhh... Euhhhhh...... Ahhhh.., ” desahku penuh gairah sembari menggoyang penis Mas Diki didalam vaginaku. Sesekali aku arahkan wajahku ke belakang membuat eye contact dengan pemilik penis yang sedang mengaduk-aduk vaginaku.

Mas Diki sepertinya juga merasakan kenikmatan dari goyanganku ini.
“Uggghhhh.. enak banget ulekanmu, Dek.. ugghhh.. emang beneran akhwat binal kamu.. Uuggghhh..."

“Ooohh.. Aahh.. iyya, Maasss.. Akku akhwaatt binaall.. ooohhh....” desahku menimpali

Aku lalu memacu penis Mas Diki dengan goyangannku, Kadang pantatku naik turun dengan cepat, dan kadang melambat memainkan tempo, aku mencoba meliuk-liuk diatas batang penisnya ini.

"aaachhhh... Ooohh... Sshhhh..." Desahan-desahan nikmat dari mulutku menandai keluar masuknya penis Mas Diki di vaginaku.

Kurasakan penis ini menyodok semakin dalam bahkan hingga menyentuh dasar rahimku yang mampu membuatku menggelinjang ketika penisnya masuk seutuhnya.

Tubuhku sepertinya tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu, tetekku yang sudah menegang terayun-ayun ini mulai aku remas-remas sendiri untuk menambah rangsangan dan sensasi nikmat.

Mas Diki juga mulai membantu menyodok-nyodok penisnya ke atas, sehingga membuatku berteriak makin kencang. Sambil menyodok vaginaku, tangan Mas Diki tak tinggal diam dan meremas-remas pantatku. Malah terkadang dia membantu mengangkat pantatku lalu menurunkannya lagi dengan cepat.

“Ahh.... ahhh... terussss... Mmaasss.. hhaaahh.. ahhh...ooohhh...” jeritku seiring dengan naik-turun tubuhku. Kadang wajahku kubuat sangat binal dan menghadap kebelakang ke arah Mas Diki yang juga sedang memompa memekku.

Dari membelakangi Mas Diki, aku kemudian memutar tubuhku tanpa melepaskan penis Mas Diki yang tertancap di vaginaku, kini posisi ku saling berhadapan dengan Mas Diki.

Aku pun bergoyang-goyang dan naik turun seperti seorang cowgirl yang sedang menaiki seekor kuda, gerakanku kubuat sangat sensual dan penuh semangat dibarengi dengan senyum kenikmatan yang tergambar jelas di wajahku. Mas Diki menyingkapkan mukenaku ke belakang hingga Tetekku mengayun indah tepat didepan wajahnya. Pemandangan yang sangat indah bagi setiap lelaki yang melihatnya.

“Ahhhh.. eeemmhhh.... ahh.. sshhh..” desahku di tengah suara beradunya tubuhku, saat mulut Mas Diki melumat dan mengunyah-ngunyah sepasang tetek di dadaku ini secara bergantian. Sekejap kemudian tetekku yang putih mulus ini dipenuhi bercak kemerahan bekas gigitan Mas Diki.
“ooohh.. Mass, kok dicupang siiihh.. Ahhh.. nanti suamiku lihat.. Ugghhh.." kataku. Mas Diki tak membalas apapun dan malah meneruskan membuat cupangan yang berbekas di area lain di seluruh tetekku.

"Ahhh.. Ooohhh.. Geeeeelllliiihhh....ouhhh........... eeengghhh..." kataku penuh desahan saat kedua puting susuku dihisap dengan kuatnya dan penuh nafsu.

Goyanganku semakin liar, aku menaik-turunkan tubuhku, memutar-mutar pantatku, mencoba meraih gelombang orgasmeku sendiri yang sudah ingin kembali lagi.

"Uggghhh.. mantebb banget Dek goyanganmu.. Uggghhh.."

"Aaagghhh.. Ooohh.. Mmaasss... Ahhh.... Oooohhh..."

"Uggghhh.. kamu suka ya kalau kamu jadi bahan pemuas nafsu orang lain selain suamimu?.. Uggghhh..."

"Ahhh.. Ooohhh... Oohh.. iiyaa, Mhhasss.. aku sukaa.. Ahhh.. Oohh..." jawabku binal. Goyangan pantatku makin kupercepat. Aku sudah diujung orgasme..

"Uuughhh.. mulutmu cuma buat kontol, memekkmu juga cuma buat kontol... kamu itu diciptakan cuma buat muasin nafsu laki-laki lain Dek.. ngertii?? Uughh.."

"Oohh.. Aahhh.. Iya, Mhaasss.. Oooooohh.. Ahhh.." goyangan pantatku makin tak karuan.
"Ooohh.. Ahhh.. Mmhaass,, keluar akuuu... oooooohhhhhh.." Aku melolong tak terkendali menikmati orgasmeku. Aku langsung lemas ambruk di dada Mas Diki. Tak lama kemudian kurasakan penis Mas Diki berkedut-kedut di dalam vaginaku. Mengeluarkan cairan hangat yang membasahi dinding rahimku.


To be continued
Anjiirrr bakal rame rame di gangbeng nih sella, tetangga, kurir, imron, tentu sama diki. M.
 
Part 3d

"Uuuggghh.. enak banget seponganmu, Dek.." kata Mas Diki sambil memompa penisnya keluar masuk mulutku. Aku yang duduk bersimpuh di lantai kamar mandi ini menggunakan mulutku untuk menyedot penisnya makin kuat.
"Uuuggghh.. Hmmmppphh.." kurasakan penis Mas Diki makin mengeras di mulutku. Tangan Mas Diki makin erat memegang rambut basahku yang tergerai ini, menahan kepalaku agar penisnya masuk makin dalam ke pangkal mulutku. Tak berapa lama kurasakan penisnya berkedut-kedut di dalam mulutku.
"Uuugggghhhh.. telen pejuhku, Dek.. uughhhh.. akhwat binal kaya kamu harus biasa minum pejuh.. uugghhh.."

"Gluk.. Glukk.." aku menelan semprotan sperma yang keluar dari ujung penis ini sambil tetap menghisap penisnya dengan kuat. Selama tiga hari ini sudah puluhan kali aku memanjakan penisnya. Tak terhitung lagi berapa mililiter spermanya yang sudah aku telan. Aku semakin lihai dan mahir servis oral seks. Setelah spermanya habis kutelan, aku bersihkan penis Mas Diki. Aku jilat-jilat ujung penisnya, lalu turun ke batang penisnya sambil kumainkan dengan tanganku. Buah zakarnya juga tak luput dari sapuan dan hisapan bibirku yang basah ini. Setelah penisnya kubersihkan, kami berdua lalu melanjutkan mandi.

Sore nanti rencananya suamiku pulang dari kerja luar kotanya, jadi mau tak mau Mas Diki juga harus menyudahi "menyekapku". Selama tiga hari ini waktuku hanya diisi oleh seks dan seks saja. Tiga hari ini kami hanya di dalam rumahnya tanpa keluar sama sekali. Aku keluar hanya ketika menemui kurir paket atau kurir delivery makanan. Bau sperma sudah sangat menyeruak di rumah Mas Diki yang memang tidak terlalu besar ini. Mas Diki tak pernah ada puasnya dengan tubuhku. Dari ujung rambut hingga ujung kakiku sudah dijamahnya. Berapa kali aku kelelahan melayaninya hingga tertidur, tapi aku juga terbangun karena rasa nikmat ketika dijamah oleh Mas Diki. Yang membuatku kecewa karena saat-saat awal disetubuhi aku masih memiliki rasa penyesalan telah mengkhianati suami dan tekadku, lama-lama aku ternyata malah menikmatinya. Aku menikmati gaya bersetubuhnya, cara aku menikmati perkataan-perkataannya yang merendahkanku, dan yang pasti aku menikmati penisnya ketika berada di mulut dan vaginaku. Sensasi lain yang tidak pernah kudapatkan dari suamiku.

"Baju kamismu yang kemarin dah kotor dan kusut kan, Dek. Bentar, pakai ini aja.." kata Mas Diki sambil mengambil sesuatu dari lemarinya.

"Lho, kok kamu punya gamis, Mas? Kataku sambil menerima satu set baju gamis dari Mas Diki.
"Tau gitu kemarin-kemarin kan aku bisa pakai ini, Mas waktu terima paket sama makanan delivery. Nggak pakai mukena tipis itu.." kataku sambil agak merengut.

"Hehe. Iya.. Kemarin kan ada temenmu yang mergokin kamu di Mall.. Jadi mulai sekarang kalau kamu lagi jalan sama aku, kamu nggak boleh pakai jilbab lebar tok, kamu harus pilih antara pakai cadar sekalian atau nggak pakai jilbab sama sekali. Ini biar kamu nggak ada yang ngenalin, Dek.." aku mengangguk saja. Aku pernah beberapa kali mencoba bercadar tapi belum pernah benar-benar memakainya ketika pergi keluar rumah.
"Satu lagi, mulai sekarang kalau pas kita ketemu atau janjian, kamu nggak boleh pakai dalaman apapun.."

"Weh, emoh Aku, Mas.. Malu aku nggak pakai daleman.."

"Udah nggakpapa, nanti juga biasa.." kata Mas Diki meyakinkanku. Aku lalu memakai gamis krem ini beserta cadarnya. Baju gamis ini memiliki resleting di bagian depan yang membuka sampai sebatas perutku. Tak lupa aku pakai kaos kakiku untuk menutupi kakiku yang juga aurat ini. Ironis sekali ketika aku memikirkan harus menutup aurat dari ujung rambut hingga ujung kaki, tapi disisi lain aku malah merenggut kenikmatan dengan lelaki yang tidak halal buatku.

Mas Diki lalu juga bersiap-siap mengantarku pulang.


Arsella Hasna Hilyani


"Wuiihh.. cantik banget kamu cadaran gitu, Dek.." kata Mas Diki kepadaku sambil berjalan menuju luar.

Aku lalu membuka pintu depan. Tiba-tiba Mas Diki menutup pintu kembali dan mendorongku hingga aku bersandar di pintu. Handbag-ku pun ikutan jatuh diikuti hapeku yang tak sengaja keluar tergeletak di lantai.

"Maas.. udah mau siang lho ini, Mas.." kataku yang mencoba berargumen tapi tanpa memberi perlawanan yang berarti.

Mas Diki tak bergeming. Tangannya lalu menyingkap jilbab lebar yang kupakai, dan menuju ke arah dadaku, lalu mulai meremas tetekku dari luar gamis ini. Aku yang tidak memakai dalaman apapun dibalik baju gamis ini langsung merasakan remasannya di tetekku. Remasannya lambat laun makin menguat, membuatku makin terangsang. Putingku juga dimainkannya dari luar. Gesekan antara baju gamis dan kulit putingku memberiku sensasi kenikmatan tersendiri.

"Uggghhh.. pentilmu dah keras gini, Dek. Kamu dah sange banget ya.."

"Hhhmmmhhh... Ssshhhhh..." Aku hanya mampu membalasnya dengan desisan. Remasannya terasa sangat nikmat di tetekku. Putingku yang dipelintir-pelintir membuat tubuhku menggeliat keenakan.
"Hhmmmpphh.. Ssshhh... Hmmmpphh.."

Satu tangan Mas Diki lalu turun ke arah pahaku, mengelus-elus pahaku dari luar gamis. Tak berlama-lama, gamisku disingkap ke atas hingga tangan kanannya mulai meraba-raba pahaku dari dalam. Rabaan dan elusannya membuat tubuhku menggelinjang keenakan. Hingga akhirnya jari-jari tangannya mendarat di vaginaku, menggesek-gesek bibir vaginaku.

Rangsangan yang kurasakan bersamaan di tetek dan vagina ini membuat tubuhku menyerah kembali pada nafsu. Aku hanya bisa mendesah-desah keenakan. Bahkan kini tanganku ikut meremas-remas tetekku yang satunya.

"oohh.. Hmmmppphh.. Mmhaaass.." aku mendesah makin keras seiring dengan rangsangan yang kuterima di tetek dan vaginaku. Klitorisku yang merupakan titik sensitif ku tak luput juga dari rangsangan tangan Mas Diki. Aku makin menggelinjang kenikmatan. Tanganku juga makin intens memainkan tetekku sendiri.

"Oooh.. hhhmmmmppphh.. sshhh..." Kurasakan orgasmeku sudah mendekat.
"Ooohhh... Aaagghhh... hmmmmppppphh..." Saat aku ingin orgasme tiba-tiba Mas Diki menghentikan rangsangannya.

Badanku lalu diputar hingga kini aku menghadap pintu. Pantatku lalu ditariknya sedikit hingga posisiku kini agak menungging. Kain gamisku yang menjuntai lalu disibak oleh Mas Diki, hingga pantatku yang putih seperti pualam ini ter-ekspos. Kedua kakiku lalu direnggangkan Mas Diki, kemudian tangannya mengelus-elus liang sempit vaginaku.

Dengan gemas kurasakan Mas Diki menggigit-gigit bongkahan pantatku sambil tanganya mulai mengelus-elus vaginaku. Ciuman Mas Diki turun kebawah sampai menjilati anusku. Rangsangan ini membuatku makin menggelinjang.

“OUhhhh... Hssshhhh...” Hanya itu yang keluar dari mulut ku. Selama 5 menit Mas Diku terus mengerjai vagjnaku dengan jari-jarinya, sampai pantatku menggelinjang menahan kenikmatan. Cairan vaginaku sudah meluber membasahi tanggannya hingga menetes ke pahaku.

Puas bermain dengan mulut dan jarinya, Mas Diki lalu memosisikan penisnya tepat berada di depan liang vaginaku. Kepala penisnya lalu digesek-gesekkan di bibir vaginaku yang makin membuatku menggelinjang. Aku merasakan orgasmeku semakin dekat.

"Ooohhh.. Aaahhh.. Ooohhhh... Hhhmmmmppphh.." pelan-pelan kurasakan kepala penisnya mulai memasuki vaginaku. Entah karena masih sempitnya liang vaginaku, membuatku ku merasakan sesaknya vaginaku walaupun hanya sebatas kepala penisnya yang masuk.
"Hhmmmpphh... ooohhh... Aagghhhh.." lalu Mas Diki mengeluarkan penisnya dari vaginaku, lalu kembali memasukkannya lagi sebatas kepala penisnya. Begitu seterusnya selama beberapa menit. Ini membuatku panas dingin tak karuan.

"Oooh.. Aagghhhh.. Masukkinn, Mhhass.."

"Ughhh.. Bilang yang jelas, Dek.. aku nggak ngerti kamu mau apa.."

"Ooh.. Ssshhh.. Kontolnya, Mmaass.. masukiin ke memekkkuuuh.. Sshhh.. masukkin yang dalemmm.. Sshhh.." aku yang sudah diambang klimaks ini tak mampu lagi melawan nafsu dan menyerah pada kenikmatan, hingga aku tak malu lagi meminta kepuasan dari dia yang bukan muhrimku.

"Ugghhh.. dasar akhwat binal.. rasain nih kontol.. Uughhh.."
"Sploookk".. Mas Diki tiba-tiba memasukkan kontolnya sedalam mungkin. Liang vaginaku yang memang sempit ini dengan tiba-tiba langsung terisi penuh sesak oleh penisnya. Aku tak kuasa menahan orgasmeku yang memang sudah sejak tadi ingin muncul ke permukaan.

"Aaagghhh.. Ooohhh.. Aaahhh.. akkuu keluaaarr, Mmhhass.. Ooohhh.." tubuhku serasa ingin berontak menumpahkan semua sensasinya yang terpendam. Pantatku juga mengejang-ngejang menahan kenikmatan orgasme ini. Selama beberapa saat aku hanya diam menyerah menikmati orgasme ini sambil masih lemas bertumpu di pintu.

Mas Diki perlahan-lahan mulai memompa penisnya yang memang sudah berada di dalam vaginaku. Cairan vagina dari orgasmeku membantu proses keluar masuk penisnya di vaginaku. Aku masih lelah karena sisa-sisa orgasme yang barusaja kudapat. Akan tetapi kenikmatan gesekan penisnya di dalam vaginaku tak dapat kutolak. Aku hanya bisa mencoba mengayun pantatku seirama dengan sodokan penis Mas Diki yang memenuhi vaginaku.

"Plak.. Plak.." disela-sela genjotannya, Mas Diki menampar-nampar pantatku hingga terlihat kemerahan.

“Uughh.. memek akhwat istri orang emang beda.. nggak bakal bosen aku sama memekmu ini, Dek.. Ughhh.. Sempit bangett,.. Ugghhh...” Kata Mas Diki yang menggerakkan pinggulnya maju mundur. Ditarik perlahan, kemudian dilesakkan lagi dalam-dalam. Tarik perlahan-lahan lagi, lalu dibenamkan lagi sampai mentok.

Ini membuatku kembali mendesah, merasakan setiap inci dinding-dinding vaginaku beradu dengan penis Mas Diki yang keluar masuk. Makin membuatku mendesah keenakan.."

"Oooh.. terusss, Masss.. hah..hah.....hmmpppfffffhhh.." desahku yang mulai menikmati karena birahiku naik lagi tanpa bisa kutahan.

"plak.. plak.. plak.."
"Splok.. Splokk.."
Sambil sesekali menampar pantatku, Mas Diki nampaknya semakin bernafsu saja melihatku ikut menikmati persetubuhan ini. Vaginaku memang makin banjir, membuat suara berkecipakan. Mas Diki mempercepat tempo genjotannya.

"Ugghhh.. Enak tenan memekkmu, Dekk.. Ughhh.. masih sempit aja.. Ugghhh..." erung Mas Diki penuh nafsu menggenjot vaginaku yang juga kurasakan meremas-remas pantat putihku yang sudah terdapat bercak-bercak gigitan.

Akupun melenguh-lenguh kenikmatan sambil menggoyang-goyang pinggulku berusaha mengimbangi Mas Diki "Ouhh..ouhhh.. Hhahhhh... hahhh... Enaakk.. aahh.." lenguhku yang terdengar binal ini.

Tiba-tiba hapeku yang tergeletak di bawahku berdering. Aku masih terus saja menikmati persetubuhan ini. Tapi Mas Diki menyuruhku memungut hapeku itu.

[Fania Alina Khoirunnisa is Calling]
Ketika kulihat ternyata dari Fani, sahabatku yang juga teman taklimku. Aku lalu menoleh kebelakang sambil menunjukkan layar hapeku ke arah Mas Diki memberitahu siapa yang menelepon sementara Mas Diki masih terus menggoyang pinggulnya. Mas Diki memberiku isyarat untuk mengangkat telepon ini. Akupun lalu menerima panggilan itu.

"Hallo, Assalamu'alaykum Fani.. hhmmhh.." ketika aku sedang menjawab telepon, Mas Diki malah sengaja memompa penisnya keluar masuk lebih kuat, membuatku susah berkonsentrasi menerima telepon

"Hhhmmmmppphh... Astaghfirullah, aku lupa Fan kalau pagi ini ada Liqo'.. hhmmmpphh.. Ssshhh.." aku menoleh ke belakang memasang wajah setengah kesal ke arah Mas Diki. Bukannya melambat, kocokan penisnya justru malah makin cepat.

"Ahhh.. Aku lagi ada amanah dari suamiii, Fann.. Sshhh.. mmhhhppp.." aku makin susah berkonsentrasi. Urat-urat penis Mas Diki semakin giat menggesek-gesek dinding vaginaku. Pantatku pun juga ikut berayun semakin liar.

"Iyaahh.. lagi kepedesan ini.. aaaaggghhhh.."
"Hmmmpphh.. Salam buat Ustadzah Azizah, Adinda, Rif'ah dan yang lain ya, Ukh.. Hmmmppphh.. aagghhhh.." sodokan Mas Diki makin kencang memompa penisnya di vaginaku. Aku matikan saja panggilan telepon ku itu tanpa mengucap salam daripada menimbulkan kecurigaan di seberang sana.

Selang beberapa menit kemudian, Mas Diki menghentikan genjotannya. Mas Diki melepas penisnya dari vaginaku dan memintaku duduk di lantai. Aku lalu duduk bersimpuh menatap penisnya. Penis yang selama tiga hari ini sudah mengoyak-ngoyak vagina dan mulutku. Entah bagaimana perasaanku saat ini.

Mas Diki lalu memukul-mukulkan penis nya ke wajahku. Lalu menampar pipi kanan kiriku dengan penisnya. Aku sudah tak tahu harus merespon seperti apa hanya pasrah bersimpuh sambil masih dilanda gairah karena persetubuhan ini.

"Kocokin kontolku, Dek.. pakai cadar yang kamu pakai itu.." aku yang juga dilanda birahi hanya bisa mematuhi perintahnya. Cadar yang terikat tali ini lalu kulepas. Kuletakkan cadar ini ke penis Mas Diki yang mengacung keras, lalu aku kocok-kocok penisnya dengan tanganku.

"Uughh.. Jilatin pelernya, Dek.." minta Mas Diki

Sambil tanganku tetap mengocok penisnya, kepalaku lalu turun ke bawah batang penisnya. Kujilat-jilati pangkal penis Mas Diki, sambil kuhisap-hisap. Jilatanku makin turun ke bawah hingga ke buah zakarnya. Mas Diki terlihat keenakan oleh service mulutku ini. Aku hisap-hisap dan kujilati buah zakarnya bergantian yang kiri dan yang kanan, kadang aku memasukkan kedua-duanya ke dalam mulutku.

"Ugghhh.. Heggghhh.." hanya gerungan itu yang keluar dari mulut Mas Diki.

Sambil tetap penisnya kukocok aku juga hisap-hisap buah zakarnya, tangan Mas Diki perlahan turun lalu menyibakkan jilbab krem yang kupakai ini kebelakang. Lalu resleting depan gamis ini dibuka hingga perutku. Sisi depan gamisku lalu disingkapkan ke kanan dan ke kiri hingga kini tetekku terekspose. Tetekku yang putih membulat dan masih menyisakan banyak cupangan ini menantang untuk dimainkan. Tak tinggal diam, Tangan Mas Diki mulai meremas-remas tetekku. Putingku juga dimainkannya, ditekan-tekan dan dipelintir.

Rangsangan yang kuterima di tetekku ini membuat gairahku makin meninggi. Kocokan tanganku makin kupercepat. Jilatan-jilatanku juga makin liar di buah zakar Mas Diki. Terkadang aku jilat-jilat juga ujung lubang kencingnya. Ini membuat Mas Diki makin menggelinjang. Selang beberapa saat kemudian, kurasakan penisnya makin mengeras.

"Ugghhhhh.. Dek.. keluar akuu.. Uggghhhhh.. Hhheegghhhh.. " Mas Diki lalu sedikit mendorongku sehingga kini penisnya berada di depan mulutku sekaligus di atas tetekku sambil tanganku masih mengocoknya makin cepat.

"Crot.. Croottt.. Crootttt.." bermili-mili sperma yang memancar dari penis Mas Diki. Aku yang bersimpuh di depannya hanya pasrah layaknya anak kecil yang menunggu guyuran air hujan. Aroma khas sperma langsung menyeruak dalam hidungku. Aroma yang kini aku makin terbiasa atau malah ketagihan. Sebagian besar semprotannya membasahi cadar bagian dalam dan juga tanganku, sebagian lagi membasahi mulut, leher, dan tetekku.

Aku lalu beranjak ingin membersihkan sisa-sisa sperma di pakaianku, akan tetapi Mas Diki melarangku.

"Biarin gitu aja, Dek.. udah keburu siang lho ini.. ayo jalan, kamu tak anterin.." kata Mas Diki sambil merapikan celananya.
"Makin seksi kalau toket sama mulutmu belepotan pejuhku gitu.. Kan ketutup sama gamis dan cadarmu ini to.."

"Lha cadarku kan juga kena spermamu, Mas.." kataku yang pura-pura sewot tapi penasaran. Aku lalu memakai cadar yang penuh sperma tersebut. Karena bagian dalamnya yang aku gunakan untuk mengocok tadi, jadinya bagian dalam yang aku pakai ini yang belepotan sperma dan langsung menutup membasahi hidung dan mulutku. Membayangkan sepanjang jalan penampilanku tertutup gamis panjang dan cadar, tapi di baliknya aku tak mengenakan sehelai kain pun dan menyisakan noda-noda sperma di mulut, leher, dan tetekku. Membayangkannya saja sudah membuatku birahi tinggi. Oh tuhan, sudah securam inikah aku terpuruk dalam nafsu birahi.

Setelah aku mengenakan kembali gamis dan cadarku, tak berlama-lama lalu Mas Diki mengantarkanku pulang menggunakan motornya.

Sepanjang perjalanan, bau sperma yang menempel di cadar ini menyeruak masuk ke hidungku. Karena sudah tiga hari ini kami bersetubuh non stop, akupun familiar dengan bau khas ini. Leher, mulut, dan tetekku yang masih basah karena sperma Mas Diki juga masih bisa kurasakan lengketnya. Entah kenapa sensasinya malah membuatku horny.

Posisiku dudukku miring sepanjang perjalanan, karena banyak polisi tidur, sebelah tetekku kadang bergesekan dengan punggung Mas Diki. Putingku yang tidak berlapis bra ini juga sering tergesek-gesek, membuatnya makin mengeras. Mas Diki yang mengendarai motor di depan nampaknya sadar akan hal ini dan malah kadang dengan sengaja rem mendadak, sehingga tetek dan putingku makin sering bertumbukkan dengan punggungnya.

Ketika sudah tinggal seperempat perjalanan kami, tiba-tiba Mas Diki membelokkan motornya ke arah lain.

"Lho, Mas.. kok kesini.. bukan arah rumahku ini, Mas.."

"Sebentar Dek.."

Lalu Mas Diki memberhentikan motornya di sebuah proyek perumahan yang tampak terbengkalai. Mas Diki memintaku turun dari motornya. Lalu aku ditariknya ke pinggir dinding salah satu rumah. Di titik ini aku hampir yakin kalau aku akan dikerjai lagi disini.

"Mau ngapain kita disini, Mas?.. Sepi banget tempatnya.."

"Gara-gara kamu gesek-gesekin pentilmu, aku jadi ngaceng ini, Dek.. sepongin kontolku sini.."

"Di sini, Mas?? Ini kan di luar, Mas.. Nanti ada yang lihat lho, Mas.. emoh aku.. lagian Mas Bagas dah mau pulang juga.."

"Udah nggak papa, sebentar doang kok.. disini juga sepi banget nggak bakal ada yang Lihat.."
"Ayo, cepet, biar kamu cepet nyampai rumah juga."

Aku akhirnya pasrah saja. Semakin kesini aku semakin tak mampu menolak permintaan-permintaannya. Mulutku memang berucap kata-kata penolakan, namun badanku seolah-olah menyerah pasrah pada setiap keinginannya.

Aku lalu disuruhnya berjongkok.

"keluarin kontolku, Dek.." aku yang masih memasang mata pura-pura merengut ini lalu membuka resleting celana Mas Diki, mengeluarkan penis beruratnya yang sudah setengah tegang. Seperti terhipnotis oleh nafsu, aku lalu mulai memainkan penisnya dengan tanganku. Aku remas-remas lembut batang penisnya sambil tanganku yang lain mengelus-elus buah zakarnya. Aku kocok-kocok batang penisnya sambil kuelus-elus kepala penisnya hingga lubang kencingnya. Tak butuh waktu lama penis Mas Diki sudah mengeras penuh.

Batang penisnya yang sudah berdiri keras itu lalu diarahkan ke wajahku. Ditampar-tamparkannya penis itu ke mukaku yang masih bertabir cadar ini.

"Dek, mainin kontolku sambil kamu mainin memekmu sendiri pakai vibrator. Aku dah selipin tadi ke tasmu." aku yang mendengarnya entah kenapa langsung menuruti perintahnya. Aku setengah berdiri mengambil vibrator yang ada di tasku. Ternyata ini jenis vibrator tanpa remot. Aku angkat gamisku sebatas pinggulku, lalu memasukkan tanganku ke balik gamisku hingga vibrator yang sudah kunyalakan sebelumnya tersebut mulai menyentuh vaginaku. Akupun berjongkok kembali. Satu tanganku menggesek-gesek vibrator di vaginaku, sementara tanganku yang satunya kembali mengocok-ngocok penis Mas Diki.

"Hhmmmpphh..Sshhhh... Hhhmmmhhh.." desisku yang keenakan karena permainanku di vaginaku.

Mas Diki lalu mengangkat cadarku sebatas hidungku tanpa melepasnya. Tubuhku yang makin familiar dengan batang penisnya secara refleks langsung membuka lebar mulutku. Pelan-pelan batang penisnya yang berbulu itu masuk ke bibir mulutku. Batang penis itu sambil kukocok dengan cepat dan kepala penisnya langsung dijilati, diisap-isap dan diemut-emut oleh mulutku.

Sambil batang penisnya kuoral, aku masih memainkan vaginaku sendiri dengan tanganku yang dibantu vibrator. Rangsangan di vaginaku ini membuatku makin bernafsu menservice batang berbulu itu. Kadang penisnya kumasukkan ke mulut sampai hampir separoh dan kemudian kukenyot-kenyot dengan mulut dan lidahnya. Kadang juga sampai ku deep throat. Penis Mas Diki terasa penuh di mulutku. Walaupun sudah tiga hari ini mulutku membiasakan diri menghadapi penisnya, akan tetapi aku tetap harus melebarkan bibirku secara ekstra untuk bisa menampung penuh semua penisnya, lalu memainkannya, menyedot-nyedot penisnya.

“Uugghhh., sedotanmu enak banget, Dek.. bakal kangen sama mulutmu aku nanti.. Uughhh.."

Kepalaku yang berbalut jilbab krem ini lalu dipegangnya. Pinggul Mas Diki makin cepat memompa penisnya keluar masuk mulutku.

"Glok.. Glok..Glokk.." terkadang aku sampai tersedak karena sulit bernafas menerima gonjotan penisnya di mulutku. Tak kusadari bahkan air mataku ikut keluar. Selama sekitar 10 menitan mulutku pasrah menerima gempuran penisnya. Diperlakukan seperti ini entah kenapa membuatku malah makin bergairah. Aku memainkan vaginaku semakin liar. Vaginaku semakin becek karena rangsangan dari vibrator yang kumainkan. Pantatku bergerak-gerak menggelinjang menikmati terjangan syahwat ini.

Tak lama kurasakan penis Mas Diki makin mengeras di mulutku dan mulai berkedut-kedut.

"Uggghhh.. Telen pejuhku, Dek... Uugghhhh..." Sperma nya menyemprot berkali-kali di dalam mulutku.

"Glk.. gluk.." Mulutku yang penuh sesak akan penisnya ini mencoba menerima cairan ejakulasinya. Aku sedot-sedot terus kepala penisnya menguras isi di dalamnya yang langsung aku telan.

"Kresskk.. Kresseekkk.." aku mendengar ada suara-suara yang muncul. Mas Diki dan aku lalu menoleh dan melihat ada apa gerangan. Dan tanpa kami sadari ternyata ada sepasang mata yang memerhatikan aksi kami sedari tadi.

"Heh.. Sini kamu!!" Bentak Mas Diki. Lalu orang tersebut karena kaget ketahuan mengintip langsung mendekat ke arah kami. Aku yang juga kaget akan situasi ini hanya diam saja masih berjongkok, penis Mas Diki sudah lepas dari mulutku, sehingga kini mukaku tertutup cadar lagi.

"Maaf Pak, saya ndak sengaja lewat.. saya biasa mulung disini, Pak.. biasanya ini tempat sepi, tapi tadi ada suara-suara makanya saya kesini, Pak.." kata pemulung itu gemetaran sambil menyeret karung yang dibawanya. Usianya masih muda, kutaksir sekitar 18tahunan.

"Jenengmu sopo!?"

"Dado, Pak.." katanya. Pandangannya lalu diarahkan ke diriku yang sedang berjongkok ini.

"Kuwi kontolmu ngaceng yo!?" Tanya Mas Diki setengah membentak. Kuperhatikan memang ada tonjolan di depan celana pendeknya.

"Iya, Pak.. Maaf, Pak.."

"Dah dari kapan kamu disitu!?"

"Udah lumayan lama, Pak.. Lihat Bapak lagi main-main sama istri Bapak.. makanya kontol saya ngaceng, Pak.." katanya sambil menunduk, sesekali memandangiku yang masih berjongkok ini.

Mas Diki lalu terdiam selama beberapa saat.

"Istriku cantik nggak?" Pertanyaan Mas Diki itu sontak mengagetkankanku. Aku punya firasat buruk dari pertanyaannya itu. Aku langsung mencoba berdiri, tetapi Mas Diki tau, dan menahan bahu dan kepalaku agar tetap berjongkok.

"Cantik banget, Pak.. tadi ngemutnya juga jago.. ngeliatin istri Bapak ini aja bikin kontol saya tegang lagi ini.."

"Haha, dasar.. Kamu belum ngecrot tadi emangnya pas liatin kontolku disepong?

"Belum, Pak.. baru coli sebentar, terus ketahuan.."

"Hhmm.." Mas Diki nampak berpikir sejenak.
"Sini kamu.. kamu boleh lanjutin coli, sambil liatin istri saya yang lagi jongkok ini.."
"Tapi kamu nggak boleh pegang-pegang dia. Berani kamu sentuh ujung bajunya aja, tak sikat kamu.."

Tanpa bantahan apapun, Dado lalu menaruh karungnya dan langsung memelorotkan celana pendeknya. Terpampanglah kontolnya yang hitam dan besar itu walaupun masih setengah tegang. Dado langsung mengocok penisnya di depanku ini.

Aku yang bingung karena keadaan ini tak tahu harus bagaimana. Aku masih diam saja berjongkok. Perlahan-lahan kulihat penis Dado makin mengeras. Penis hitamnya kini sudah besar menjulang. Aku tak menyangka saat ini aku yang memakai pakaian lengkap tertutup bahkan memakai cadar dan hanya menampakkan kulit dahiku yang putih ini sedang dijadikan objek onani. Bahkan bisa membuat penis lelaki ini semakin besar. Sensasi aneh yang muncul ini malah membuatku merasakan gejolak birahi.

Mas Diki yang berada di belakangku membisik ke telingaku "Mainin vibratormu lagi, Dek.. beri anak ini permainan terbaikmu.."

Aku yang sedang didatangi birahi ini tak mampu menolak permintaannya. Tanganku yang masih berada di vaginaku lalu kembali memainkan vaginaku dengan alat vibrator ini. Aku rangsang bibir vaginaku, kugesek-gesek pelan, kumainkan juga klitorisku. Getaran vibrator ini juga mampu memberiku efek yang berlipat-lipat. Mataku makin terlihat sayu dilanda orgasme.

"Ssshhh... Hhhmmmmhh.. Sshhh..." Aku mendesis di sela-sela permainan tanganku di vaginaku.

Tangan Mas Diki lalu menyibakkan jilbabku ke belakang lalu menurunkan resleting depan gamisku. Belahan tetekku kini bisa terlihat oleh Dado. Tetekku yang putih bak pualam ini membulat sempurna, walaupun hanya terlihat sebagian karena putingnya masih terhalang gamisku. Wajah Dado kulihat makin girang membuat kocokan tangannya di penisnya makin kuat.

"hhhmmmpp.. Sshhh... Hhhmmmmppphh.." desisku seiring makin liarnya tanganku bermain di vaginaku.

Mas Diki tak tinggal diam. Tangannya diarahkan ke tetekku, lalu meremas-remasnya dari luar gamisku. Aku yang memang sudah terangsang ini makin menggeliat keenakan ketika tetekku diremas-remasnya. Putingku yang mengeras sedari tadi, kini tercetak jelas dari balik gamisku. Ini makin membuat Dado makin mempercepat kocokannya.

"Hhgghh. Mbake cadaran tapi pentilnya nyeplak.. putih mulusss.. Uugghhh.." kata Dado berkomentar sambil terus mengocok kontolnya. Entah bagaimana caranya, saat ini posisi Dado Sudah makin mendekatiku kontolnya hanya berjarak beberapa senti saja dari mukaku yang tertutup cadar ini. Keringat juga membasahi badanku termasuk belahan tetekku. Bulatan tetekku yang putih mulus inipun menyembul malu-malu.

"Ugghh.. Mbake cantik banget matanya.. Teteknya mengkel banget itu.. cadaran tapi nakal tenann.. Uuuggghh.." kata Dado yang menatap mukaku yang bercadar ini.

"Ssshhh.. Ahhhh... Ooohhh... Ahhh..." aku yang dirangsang di tetek dan vaginaku sudah merubah desisan yang keluar dari mulutku menjadi desahan-desahan.
"Ahhhh.. Hmmmmppphh.. Ooohhh... Aaahhh.." Mas Diki makin kuat meremas-remas tetekku, memelintir putingku dari luar gamisku.
"Ooohhh.. Hhaaahh.. Ooohh..." Aku mendesah makin keras menikmati rangsangan di tubuhku ini. Aku sudah tak memedulikan apapun lagi. Seorang istri yang seharusnya hanya taat pada suaminya, tapi kini malah sedang mencari kepuasan sendiri sambil dijadikan objek pemuas oleh lelaki lain.

"Ooohh.. Aaaahhhhh... Kkeeluuaarr.. Pipisss akuuuh.. Oooohhhh...." Pantatku mengejang-ngejang melampiaskan klimaksku. Tubuhku langsung lemas melepas orgasme ini. Untungnya ada Mas Diki di belakangku yang menopang punggungku dengan kakinya. Kulihat Dado masih terus mengocok penisnya. Hingga beberapa saat kemudian Dado juga mencapai puncaknya.

"Crot.. Crot.. Croott.." Dado menyemprotkan spermanya berkali-kali membasahi mukaku yang tertutup cadar ini dan gamisku. Beberapa semprotannya juga mengenai belahan dadaku yang terbuka ini.

"Ugghhh.. Puas banget.. Mbake ayu tenan.. maturnuwun, Pak.." ucap Dado ke Mas Diki, sambil membetulkan celananya.
"Oiya, Pak. Saya ijin moto Istrinya ya, Pak.. buat koleksi saya aja kok.."

Mas Diki diam beberapa saat lalu mengiyakan permintaan anak ini. "Jangan sampai kesebar tapi. Kerjaanku IT, kalau kesebar, bisa tak lacak terus tak hajar kamu.."
"Yaudah sana cepet, aku mau pulang.."

"Iya, Pak.."kata Dado
Cekrek.. ckrek.. ckrek.. beberapa gambar sepertinya sudah diambil Dado. Aku yang masih kelelahan karena orgasme ini pun hanya bisa pasrah. Saat ini aku masih berjongkok mengenakan cadar. Gamisku yang sudah mulai lusuh terbuka di bagian tengahnya dari leher hingga ke perutku, menampakkan sebagian tubuh putih mulusku. Tetekku juga menyembul di balik resleting gamis, walaupun tidak sampai menampakkan putingnya. Noda-noda sperma Dado membasahi mataku, cadarku, tetekku, dan sedikit meleleh ke perutku. Aku hanya bisa menduga dan membayangkan kalau gambar-gambarku tersebut akan dijadikan sebagai objek onani si pemulung ini.

Tak berapa lama, Dado pun pamit pergi. Aku dan Mas Diki kembali melanjutkan perjalanan pulang.



To be continued
Didikan diki.joss bgt... Bikin sella binal. Dan nurut saja
 
Hampir mirip ama cerita ane hu
Tapi gak sebinal itu
Gak main di tempat umum

Jadi ane punya binor, tampilannya alim banget, bahkan hijabnya yg syari gitu dan kadang pakai cadar
Dan hampir semua temen kumpulannya doi juga serupa

Tapi justru model kayak gini yg punya fantasi liar
Pernah ane ke kota doi, setelah perang di hotel, ane diajak jalan ama doi, ke tempat karaoke
Dan ternyata disana juga ada temen2 dia yg alim alim tadi
Pas enak enak nyanyi, doi tiba2 nyosor sange ke ane, ane bilang, gila ya kmu, ini ada temen2 mu
Dan ane kaget dg jawabannya, semua temen2 ku udah biasa kaleee sayang, semua juga punya selingkuhan
KAGET bukan kepalang....!!!!
Dan memang temen2 nya kayak cuek dan g peduli klo kita kissing di ruang karaoke tadi

Haduhhh memang binor alim punya sensasi tersendiri

Lanjut hu....!!
Ente bikin ane kangen ama doi aja
Gara2 corona ini ane gak bisa kesono
Dan satu lagi hu....
Doi pernah main ke kota ane
Tiba2 doi telpon, ane kaget banget
Doi lagi bertengkar ama bini nya, trs kabur ke kota ane
Ane disuruh nyamperin ke hotel
Wah batin ane, asyik nih bakal puassss

Pas ane sampek di hotel, doi buka pintu cm pake piyama bahan sutra tipis....., Ane otomatis ngaceng dongg, eh tapi begitu masuk kamar....... ternyata doi gak sendirian, doi ama sahabat nya
Sial....!!! Kaga jadi ngewe ini, batin ane

Yaudah cm ngobrol2 biasa ama doi dan sahabatnya juga
Sekitar 1 jam ngobrol, ane pamit pulang
Doi nangis peluk ane, ane gak enak ada sahabatnya
Terus sahabatnya bilang, yaudah deh saya tidur aja
Dan doi tiba2 ngelumat mulut ane, ciuman 10 menitan, ngaceng gak ketahan
Terus ane bilang, sahabat mu gimana
Kata doi, udah biarin aja

Skip skip
Kita ngewe di twin bed, satu sahabatnya lagi tidur (gw yakin dia g tidur beneran, lha wong kita berisik banget), satunya bed kita ngewe

Pengalaman ngewe paling gila menurut ane, ngewe di sampinh sahabat doi
Dan gak cuma 1 ronde, seinget ane, kita naik 4 ronde

Sekedar share hu.....lancrottt kan....!!!
Lhaiya sama Hu.. ane juga kalau ketemu sama do'i ngewenya entah di rumah atau ngamar. Nggak pernah di ruang publik juga. Ini cerita over-dramatisasi-hu, maklum cerita.... Kalau yang real nya Ane pernah pas ke mall minta sepong di kamar ganti (gamger nya ntar bisa ane share di trit sebelah), udah gitu aja. nggak pernah sampe ngewe, ane nggak senekat itu orangnya, wkwkwk.. sekali lagi ini bumbu cerita.

Ketemu di bandara bali pas sama sama transit hu, gegara gunung apa gitu dulu meletus beberapa tahun yg lalu
Jadi semua penerbangan delay
Lumayan 7 jam delay klo g salah

Berhubung ane gak jelek2 amat, jadi bisa ngobrol2, dan akhirnya tukeran nomer, dan gak nyangka lanjut sampai hari ini 😂😂😂

Waduh ane g bisa bikin cerbung hu, skill menilis ane parah 😂😂😂
Boleh dibikin cerita, Hu.. ane juga skill nulis nya payah Hu.. masih culun..

emng para akhwat itu banyak yg binal hu
apalagi status binor,krna mereka sma sperti kita punya nafsu dan rasa penasaran
disamping itu suaminya kadang gitu2 aja pas lg ngewe
jd bosen

dan emng akhwat2 yang punya grup kajian rata2 pda binal hu
dengan catatan grup yg orangnya itu2 aja..biasanya terbatas ga lebih dri 10 orang😁

mungkin suhu bsa sharing ke yg jago nulis
dan ceritakan kronologinya dijamin meledak hu cerbungnya
(sekedar saran)

Hihi.. bener banget ini.. ane pernah liat obrolannya Sella juga. Kalau sama temen-temen akhwatnya bisa liar obrolannya.. kacau, wkwkwkwk..
 
Sebenernya fantasi ane buat ngewe bareng ama salah satu sahabat doi
Tapi kapan hari doi kirim foto bareng2 ama temen2nya, ada yg bening 1, trs ane tanya, "itu siapa yank??"
Doi jawab, "oh itu namanya mawar (bukan nama sebenarnya), emang cantik anaknya"
Langsung setelah itu, chat ane 2 hari gak dibales
Doi cemburuuuu hu....
Alamat gak bisa terpenuhi fantasi ane 😂😂😂
Haha, ane juga pingin, tapi nggak pernah kesampean 3S sama Sella. Cuma ane tau do'i orangnya cemburuan, daripada ane nggak dijatah, jadinya ane nggak berani tanya-tanya soal temennya, padahal cuantik-cuantik, Dab...


Wahhh..mantab kalau gitu Hu, saran ane wanitanya jangan dibuat terlalu mudah dirayu atau di ewe..kalau bisa ada sedikit perlawanan agar lebih menarik ceritanya😁..btw dua jempol buat ceritanya yg dahsyat☺
Mungkin next part ini, Hu *spoiler.. Kalau nggak malas nulis.. hehehe..
 
Ketemu di bandara bali pas sama sama transit hu, gegara gunung apa gitu dulu meletus beberapa tahun yg lalu
Jadi semua penerbangan delay
Lumayan 7 jam delay klo g salah

Berhubung ane gak jelek2 amat, jadi bisa ngobrol2, dan akhirnya tukeran nomer, dan gak nyangka lanjut sampai hari ini 😂😂😂

Waduh ane g bisa bikin cerbung hu, skill menilis ane parah 😂😂😂
Wah,,ini barengan sama ane kayanya,ane pas itu juga bandaranya tutup gara2 gn agung mletus,,akirnya naik bus ke kota S hehehe
 
Part 4 Extended



⛤ ⛤ ⛤ POV Orang Ketiga. ⛤ ⛤ ⛤

"Ughhh.. gilaa.. memekmu masih sempit aja, padahal semalaman dah aku genjot." Kata si Lelaki sambil terus menyodok kontol hitamnya makin menusuk ke vagina si betina dari belakang.

"Ooohh.. Ssshhh.. Ppppaakkkkhh.. Sshhhh.." si Betina yang sedang dalam posisi merangkak itu hanya bisa mendesah keenakan. Liang memeknya yang sempit makin memeras dan memijat-mijat kontol si Lelaki.

"Splok.. Splokk.. Splokkk.." suara tumbukan antara pinggul si Lelaki dengan pantat sang Betina yang membulat indah sempurna. Rerumputan taman ini menjadi saksi bisu dua sosok yang bertolak belakang secara fisik ini sedang beradu kelamin.

Jilbab lebar yang dipakai sang Betina sudah semakin lecek karena keringat yang bercucuran. Jilbab itu kini ditarik oleh si Lelaki ke belakang, seolah-olah si Lelaki sedang menjambak rambut sang Betina. Sehingga kepala sang Betina pun menjadi agak mendongak, matanya menatap lurus ke hamparan melati yang bermekaran. Pompaan kontol besarnya di vagina sang Betina makin cepat.

Sang Betina hanya memakai jilbab lebar dan kaus kaki saja di tubuhnya. Sehingga kini buah dadanya yang sekal dan kencang itu berayun indah maju mundur seiring dengan ayunan pantat sang Betina karena pompaan kontol si Lelaki. Salah satu tangan si Lelaki pun akhirnya meremas bulatan indah menggantung itu dari belakang.

"Splok.. Splokk.. Splokkk.."

"Uughhh.. Enak nggak kamu dientotin telanjang gini di, Taman? Ugghhh.." tanya si Lelaki

"Oooohh.. Shhhhh.. Eennakk, Ppaakkkhh.. aaahh.. Entot yang dalemmmhhh.. ahhh.. oohhh..." Sang Betina hanya bisa mendesah keenakan. Memeknya yang sempit kini menerima batang kontol besar si Lelaki merogoh-rogoh setiap senti rongga liang senggamanya. Mata sang Betina setengah sayu, seolah pasrah dengan apa yang terjadi pada tubuhnya.

"Hahaha.. Dasar akhwat lonte.. uugghhh.. di taman gini telanjang cuma jilbaban keenakan dientot.. uugghhhh.. rasain kontol superku nih.." kata si Lelaki mengerang sambil menekan kontol jumbonya makin dalam masuk ke memek sang Betina.

"Splok.. Splokk.. Splokkk.." nyaring terdengar suara persetubuhan itu walaupun di ruang terbuka sekalipun.

Si Lelaki tiba-tiba mencabut kontolnya dari memek Sang Betina. Punggung sang Betina ditekan makin ke bawah hingga kini buah dadanya menempel tertekan di rumput hijau. Tangan si lelaki lalu mulai meremas-remas pantat sang Betina. Dan sesekali membelai lubang duburnya. Membuat sang Betina menggelinjang perasaan nikmat karena salah satu titik sensitifnya diserbu tangan hitam kekar itu.

Tiba-tiba sang Betina mendesah "Auuuuhhh... ooohhh.. Ppaakk... Kok??" Desah sang Betina dangan suara yang cukup keras. Ternyata si Lelaki memasukkan jarinya ke lubang anal sang Betina itu.

Sang Betina mengerang lebih heboh lagi saat si Lelaki memasukkan lebih dalam jari tengahnya ke dalam pantat sang Betina dan mulai mengocoknya.

"Ahhh... ahhh... Ppaakk.. pantatkuuuhh..." desah Sang Betina. Cairan pelumas memek sang Betina yang membanjir sampai ke lubang pantatnya dan posisi nunggingnya memudahkan si Lelaki mengocok pantat sang Betina.

Tiba-tiba si Lelaki menghentikan kocokannya dan mengeluarkan jarinya dari lubang pantat Sang Betina.

"Aku masih belum puas ngentotin silitmu semalem.." Kata si Lelaki.

Si Lelaki lalu mengarahkan kontolnya ke anus Sang Betina. Sang Betina terlihat nampak pasrah dengan apa yang akan terjadi pada tubuhnya ketika Si Lelaki mengarahkan penisnya ke lubang duburnya.

Si Lelaki membuka pantat Sang Betina lebar-lebar agar lubangnya menganga. Sang Betina terlihat setengah memberontak ketika merasakan kepala kontol si Lelaki mulai mendesak lubang pantatnya.

"Ahhh.. Ppakkk.. Pellannn... Kontolmu bessshhaarrr..." desah Sang Betina

"Hahaha.. nanti juga biasa. Kontol suamimu emang nggak segede kontolku.. hahaha.." balas si Lelaki masih mencoba menekan kepala kontolnya di lubang anus sang Betina. Sang Betinapun nampak agak kesakitan hingga bulir air mata nampak di ujung kelopak matanya. Tapi si Lelaki tampak tidak peduli.

Setelah tarik-dorong berapa saat akhirnya kontol besar hitam itu masuk juga ke pantat Sang Betina.

"Aaaahhhhhhhhh..... sakitttt...." pekik sang Betina kesakitan. Diremasnya rumput-rumput di bawahnya ini dengan kencang. Padahal belum semua batang Si Lelaki masuk.

"Asssuu... udah nggak perawan tapi masih enak aja silitmu ini.. sempit..."

Dengan tekanan kuat sekali lagi, kontol Si Lelaki langsung amblas ke dalam lubang pantat Sang Betina. Blessshh!

"Aiihhhhh... ahh.. ahhh.. ahhhhhhh" erang Sang Betina setengah kesakitan. Kali ini sangat panjang.

Si Lelaki mendiamkan batangnya didalam anus Sang Betina, untuk beradaptasi dulu. Lalu secara perlahan si Lelaki menarik kontolnya, kemudian memasukkannya pelan. Sang Betina mulai mendesah-desah. Ada sekitar 10 kali Si Lelaki melakukan tarik ulur kontolnya.

"Uugghh... Ugghhhhh.." si Lelaki juga ikut mengerang keenakan

Si Lelaki lalu merengkuh toket Sang Betina, dan langsung menggenjot pantatnya dengan kecepatan yang ditingkatkan. Si Lelaki agak kesusahan menggempur anus Sang Betina, mengingat masih sempit sekali lubang anusnya.

Erangan kesakitan Sang Betina hanya bertahan sebentar saja. Begitu pantatnya terbiasa dengan kontol si Lelaki, jeritan kesakitan Sang Betina sudah berubah menjadi erangan nikmat. Yang dirasakan Sang Betina saat ini adalah antara nikmat dan sedikit sakit. Desahan demi desahan kenikmatan kembali melanda sang Betina. Walau sesekali dia menggigit bibirnya, tanda kesakitan.

Sang Betina makin cepat mendapat genjotan dari kontol si Lelaki. Blingsatan pantat Sang Betina menggoyang-goyang pinggulanya merengkuh setiap kenikmatan yang dihasilkan setiap gesekan di lobang pantatnya.

"Heh Lonte.. enak kan disumpel kontol di silit?" Tanya si Lelaki.

Sang Betina hanya mengangguk pelan sambil menahan nikmat dan menggoyang pantatnya.

Tiba-tiba tubuh sang Betina diangkat berdiri tanpa melepas kontol di lubang anusnya, dengan betisnya ditahan oleh tangan kekar kanan dan kiri si Lelaki. Punggung Sang Betina disandarkan ke dada si lelaki. Kedua kaki sang Betina melayang, mengandalkan tumpuan tangan Si Lelaki di betisnya.

Dengan posisi digendong membelakangi si lelaki, sang Betina hanya bisa pasrah. Si Lelaki yang berdiri itu lalu mulai menaikturunkan badan Sang Betina. Badan kekarnya membuat seolah-olah menaikturunkan akhwat ini terlihat gampang saja bagi si Lelaki. Kontolnya keluar masuk di dalam lubang anus Sang Betina seiring dengan naik turunnya badan Sang Betina.

"Ouuuuhhh........ouhhhh.. ngahhhh... shhhhhhhhhhh... Pppaaakkk.. Oohhh.. Panntatkuuh ennaak.. Oohh.. terus..." lenguh Sang Betina yang mengejar klikmaksnya.

Si lelaki pun lebih cepat mengoyangkan batangnya. Badan sang Betina yang digendong itupun digoyanga-goyang naik turun. Si Lelaki dengan kecepatan maksimal memompa anus Sang Betina.

"Ohhhh.. enak aahhhhh... aduhhh.... terussss....genjottt terussshhhh....." Teriak Sang Betina di halaman rerumputan yang sepi ini.

Si lelaki yang akan mencapai klimaks juga makin menggila, anus Sang Betina yang sudah mulai terbiasa disodoknya dengan kasar. Si Lelaki memompa pantat itu makin liar mengejar puncaknya.

Tak lama, sang Betina merasakan gelombang orgasme, badannya kelonjotan dan tangannya blingsatan memainkan buah dadanya sendiri.

"OOoouuuuuughhhhh... Houuuhhhhhh... Yaahhhhh.. Kkeluaarrr akuuh Pakk....enak bangetttttt......." teriak Sang Betina penuh kenikmatan birahi dipuncak tertinggi. Hingga hanya bagian putih kelopak matanya yang kelihatan.

Cairan orgasme Sang Betina mengalir deras, squirt Yang berkepanjangan. Si Lelaki yang sudah nanggung, tetap memompa pantat Sang Betin, dia menekan dalam-dalam kontolnya ke pantat Sang Betina. Genjotan kontol besar itu membuat orgasme Sang Betina menjadi semakin panjang. ia menggelinjang-gelinjang seperti orang kesurupan. Kelojotan beberapa saat, lalu Sang Betina terjatuh menyandar lemas di dada Si Lelaki.

Selang tak berapa lama, Si Lelaki pun akhirnya melenguh pertanda dia mencapai ejakulasinya sendiri.

"Ouuuugghhhh.. Asssuu.. enak tenan silitmu.. Ugghhhh.. Akhwat Lonte.." teriaknya begitu nikmat penuh kepuasan.

Si Lelaki menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam liang anus Sang Betina. Tubuh kekar si Lelaki nampak masih kuat menopang seluruh badan Sang Betina walaupun baru saja mencapai klimaks.

Setelah ngos-ngosan selesai, Si Lelaki mencabut kontolnya dari pantat Sang Betina, lalu merebahkan tubuh sang Betina di rerumputan. Jilbab lebarnya sudah awut-awutan. Lelehan sperma Si Lelaki menetes keluar dari lubang anus Sang Betina membasahi pantatnya yang putih hingga menetes ke rumput yang melapisi Taman Kota ini.

Si Lelaki masih berdiri sambil tersenyum puas. Bidadari berjilbab yang dulu diidam-idamkannya kini sudah takluk pasrah. Sudah tak terhitung berapa kali spermanya mengisi semua lubang pemuas seksual Sang Betina itu. Cinta Sang Lelaki dulu dia tolak, tapi kini kontolnya menjadi pemuas nafsu birahi Sang Betina.

Pandangan Si Lelaki lalu diarahkan ke depan, menyapu seluruh taman melati ini. Matanya lalu melihat sesuatu yang cukup menarik. Sambil membetulkan celananya, si Lelaki berjalan mendekat pelan-pelan ke arah pendopo, yang tidak jauh dari tempat pertarungan kelaminnya tadi.

Dari dalam sakunya, dia mengambil smartphone model terbaru pemberian Bosnya dan mulai merekam adegan yang berada di depannya. Sambil berjinjit berharap tidak ada suara berisik yang muncul, si Lelaki mengabadikan momen itu. Senyum setan tersungging di bibirnya, sambil otaknya berputar memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan hasil rekaman itu.






Part 4 Ends
Sopir pak broto....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd