Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Walaupun lebih simple tapi pas bagian rayhan ngena banget
ditunggu lagi updatenya suhu :ampun:
 
gw menunggu aisya digangbang temen2 reza hu, hehhe suka banget
 
kamis menanti.. menunggu kamis..
Besok udah Kamis om;)

Titip sendal hu,
Silakan:beer:
Mulustrasi nya on
Bayangin sndiri2 aja om;)
Walaupun lebih simple tapi pas bagian rayhan ngena banget
ditunggu lagi updatenya suhu :ampun:
Besok saya update suhu:ampun:
mampir buka lapak hu
Silakan:cendol:
gw menunggu aisya digangbang temen2 reza hu, hehhe suka banget
Gak tega Hu:((
Lanjutkan terus gan
Siap...
Ijin baca Hu :baca:
Sialakan :ampun:
Ijin baca hu...mantap nih
:beer:
 
Aya...aku menunggu kebinalanmu dg rayhan..wkwkwkwkw
Lanjutkan suhu
 
Maaf dopost hu...maafken kekhilafan newbie
 
Rentetan kejadian semalam membuat Rayhan tidak bisa fokus belajar di kelasnya. Ia masih tidak percaya kalau dirinya telah menyetubuhi Ustadza Andini, dan parahnya tadi pagi, ia menggauli Ustadza Andini seperti orang yang sedang kesurupan.

Terakhir ia menikmati hubungan terlarang dengan mantan kekasihnya dan itu sudah cukup lama.

Selain itu wanita yang ia gauli beberapa waktu yang lalu bukanlah wanita biasa, dia seorang guru yang Rayhan kenal sebagai wanita baik-baik, dari segi penampilannya, siapapun tidak akan menyangkah kalau Ustadzah Andini berzina dengan muridnya.

Di sisi lain Rayhan sangat senang, karena bisa meniduri gurunya, tapi di sisi lain, Rayhan merasa sebagai murid ia sudah sangat kurang ajar karena menggauli gurunya sendiri yang seharusnya ia hormati. Selain itu ia juga merasa sangat bersalah kepada Aya, yang sangat mempercayai dirinya.

Ingatannya kembali kepada sosok mungil yang akhir-akhir ini membuat hatinya bergetar. Rayhan tersenyum mengingat bagaimana gigihnya Asyifa ingin membuka cadarnya. Tidak bisa ia bayangkan kalau semalam Asyifa berhasil membuka cadarnya.

Dan sikap ketus Asyifa tadi pagi, membuatnya tidak habis pikir kalau ada wanita sejudes Asyifa.

"Ray..." Sentak Azam.

Rayhan tampak gelagapan. "Eh... Ada apa Zam?" Tanya Rayhan bingung.

"Kamu kenapa Ray? Dari tadi aku perhatikan kamu lebih banyak diam! Lagi mikirin apa?" Tanya Azam, sembari melirik kedepan, takut Ustadza Nurul mendengar obrolan mereka.

"Gak apa-apa kok!"

"Kalau ada masalah cerita dong." Celetuk Nico yang duduk di belakang mereka.

"Serius gak apa-apa!" Jawab Rayhan.

Mereka berdua kompak menghela nafas, dan kembali fokus mencatat tulisan Arab yang ada di papan tulis. Sementara Ustadza Nurul tidak seperti biasanya yang lebih banyak diam dari pada memberi arahan kepada muridnya.

Kejadian tadi pagi membuat Nurul shok, yang dia takutkan akhirnya benar-benar terjadi.

Ingin rasanya ia mengadukan perbuatan Mertuanya kepada Suaminya, tapi ia takut hal tersebut menyakiti Suaminya yang sangat percaya kepada Pak Bejo sebagai Bapak kandungnya. Nurul tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Suaminya kalau seandainya Ardi tau kelakuan Bapaknya yang tidak berubah.

Nurul menyandarkan punggungnya di sandaran kursinya, sembari melihat kearah muridnya yang duduk tepat di depannya. Mereka tampak asyik berbisik-bisik seperti biasanya, dan biasanya Nurul akan langsung menegur mereka dengan sorot mata yang tajam. Tapi kali ini Nurul lebih memilih diam, ia benar-benar dalam kondisi tidak seperti biasanya.

Teng... Teng... Teng...
Terdengar suara bel tanda jam Istirahat pertama, tampak anak-anak sibuk menyimpan kembali buku-buku mereka, begitu juga yang di lakukan Rayhan dan kedua temannya.

Dengan satu tarikan nafas, Nurul juga merapikan barang-barang bawaannya. "Kita akhiri pelajaran hari ini dengan membaca alhamdullah." Ujar Nurul tak bersemangat seperti biasanya.

"Alhamdulillah." Jawab mereka serempak.

#####

[Hide]Selepas mengajar Aya bergegas menuju meja Ustadza Andini yang kebetulan sedang berada di kantor. Setibanya, ia duduk di depan Andini dengan tatapan menyelidik, Andini hanya tersenyum kecil, ia mengerti kenapa sahabatnya yang cantik itu sudah datang menghampirinya dengan tatapan seakan ingin mengintrogasi dirinya.

"Ada apa cantik?" Goda Andini.

Aya menarik bibirnya dengan dengus nafas yang terdengar berat. "Semalam... Rayhan tidur dimana?" Tanya Aya, dia menatap curiga kearah Andini.

"Mau tau aja, apa mau tau banget." Ledek Andini.

"Serius Din?"

"Emangnya kenapa si Ay? Ada masalah?" Tanya Andini, dia memasang wajah tanpa dosa, membuat Aya gregetan melihat tingkah laku sahabatnya.

"Din... Kamu gak melakukan itu kan?" Tanya Aya khawatir.

Andini merenyitkan dahinya. "Apa? Ngentot maksud kamu Ay?" Tembak Andini.

"Astaghfirullah Din, kecilin suara kamu?"

"Hihihi... Kamu lucu deh Ay! Emangnya kenapa kalau aku ML sama Adik ipar kamu? Kamu cemburu Ay? Jangan bilang kalau kamu suka dengan Rayhan." Pancing Andini, membuat wajah Aya bersemu merah.

"Gila kamu Din!" Elak Aya. "Udah jawab, kamu gak ngelakuin itukan?" Tanya Aya.

"Kasih tau gak ya..."

"Dini... Nyebelin banget si!"

"Hahahaha... Cie... Yang penasaran." Andini mencolek dagu Aya. "Sory ya Aya sayang, aku harus pergi sekarang, sudah di tungguin soalnya." Ujar Andini, sembari beranjak dari tempat duduknya.

"Jawab dulu Din." Pinta Aya, tapi Andini tidak menggubrisnya.

"Dada... Aku pergi dulu ya sayang." Ujar Andini.

Aya hanya dapat menghela nafas melihat kepergian sahabatnya tanpa bisa mengorek keterangan sahabatnya. Ia berharap sahabatnya tidak sampai senekat itu hingga melakukan perbuatan tercela dengan Adik iparnya. Bukannya apa-apa, Aya hanya merasa sangat bersalah kalau Adiknya melakukan hubungan terlarang seperti itu.

Kembali ke Andini, ia tampak tersenyum puas karena telah berhasil membuat sahabatnya mati penasaran.

Dengan langkah perlahan ia keluar dari kantor menuju asramanya, ia hendak kembali melanjutkan tidurnya yang belum usai, pertempuran semalam yang di lanjutkan tadi pagi membuat Andini sangat kelelahan, ia tidak menyangkah kalau Rayhan yang terlihat polos itu ternyata sangat tau bagaimana membuat wanita menggelinjang diatas tempat tidur.

Tetapi baru beberapa langkah ia keluar dari kantor, ia melihat Rayhan yang berjalan menuju kantor dari komplek siswa putra.

Oh ya...
Komplek yayasan Tunas bangsa di bagi menjadi tiga, di sebelah kiri komplek siswa putra, ada bangunan kelas, asrama, prasarana olah raga dan sebagainya. Sementara di tengah adalah wilayah netral, ada perpustakaan, kantor penghakiman, tempat ibadah, kantor pusat, kantor sekolah tingkat SMA dan SMP. Sementara di sisi kanan adalah komplek Siswa putri.

Yang bisa menuju ke tempat netral hanya para guru dan siswa yang berkepentingan saja. Seperti yang di lakukan Rayhan, ia hendak mengantarkan kumpulan buku pr yang akan di serahkan kepada gurunya.

"Ray!" Sapa Andini.

Sejenak Rayhan terpaku dengan wajah pucat pasi. "I... Iya Ustadza!" Jawab Rayhan gugup, mengingat kejadian tadi malam dan pagi tadi.

"Ada perlu apa kamu ke kantor?" Tanya Andini basa-basi.

"Ini Ustadza, mau mengantarkan buku pr ke Ustad Jono, tadi dia minta untuk di bawakan." Jelas Rayhan, ia berusaha terlihat biasa-biasa saja.

"Oo... Ya udah, siakan." Ujar Andini.

Baru beberapa langkah, Rayhan segera menoleh kebelakang. "Ustadza!" Panggil Rayhan.

"Ada apa?" Andini merenyitkan dahinya.

"Soal semalam, tolong rahasiakan dari Kak Aya!" Pinta Rayhan, ia tidak ingin membuat Kakak iparnya tau keburukan dirinya.

Andini tersenyum kecil. "Baiklah... Tapi syaratnya kamu harus ke gudang putri, Ustadza tunggu kamu di sana ya!" Ujar Andini, lalu dengan santai ia berjalan meninggalkan Rayhan yang tampak kebingungan.

"Ustadza!" Panggil Rayhan.

Andini tidak memperdulikan panggilan muridnya, ia terus saja berjalan santai meninggalkan Rayhan yang terlihat kebingungan. Ia tidak habis pikir dengan Ustadza Andini yang begitu berani mengambil resiko.

Buru-buru Rayhan masuk kedalam kantor untuk meletakan buku teman-temannya di atas meja Ustad Jono.

Setelah itu Rayhan segera menuju gudang putri yang ada di komplek siswa putri. Sebenarnya wilayah putri terlarang bagi mereka siswa putra, tetapi ada pengecualian bagi mereka yang memiliki keperluan tertentu. Rayhan hanya berharap tidak ada masalah kali ini.

Dengan langkah tergesa-gesa sembari menundukkan wajahnya, ia berjalan memasuki komplek putri. Beberapa siswa putri melihat curiga kepada dirinya, tetapi Rayhan pura-pura tidak perduli.

"Kamu... Hei!" Langkah Rayhan terhenti.

Perlahan Rayhan menoleh ke samping, ia melihat ke empat siswa putri yang tadi menghardiknya. "Kamu tau kan ini komplek putri?" Ujar Asyifa berapi-api, saat tau siapa pria yang berani masuk ke dalam komplek siswa putri, masih teringat jelas bagaimana pemuda yang ada di hadapannya mempermalukan dirinya.

"Oh kamu Spongebob!" Ujar Rayhan enteng.

Ketiga temannya memandang Asyifa dengan tatapan bingung dengan panggilan Rayhan.

"Jangan sembarangan manggil nama orang!" Protes Asyifa.

Rayhan tersenyum kecil. "Lantas aku harus memanggil kamu dengan nama apa? Spongebob!" Pancing Rayhan, wajah Asyifa mendadak merah merona.

"Nyebelin kamu..."

"Hahahaha... Udah ya, aku harus pergi dulu." Ujar Rayhan enteng.

Tapi Latifa buru-buru menghentikannya. "Afwan Akhi... Ada keperluan apa Akhi kemari? Ini komplek putri, tentu Akhi mengerti maksud ana." Ujar Latifa.

"Gak perlu basa basi, kalau ngomong sama orang sombong kayak dia." Cetus Asyifa.

"Bener tuh!" Ujar Ria, sembari memeluk lengan Latifa.

"Ho oh." Timpal Popi.

Rayhan kembali tersenyum. "Maaf Uhkti! Saya di minta Ustadza Andini untuk mengambil beberapa bangku sekolah yang ada di gudang." Jelas Rayhan berbohong, agar ia bisa segera lewat dan bertemu dengan Ustadza Andini untuk menyelesaikan masalahnya.

"Bohong La... Gak usah percaya, dari tampangnya aja udah kelihatan!" Ujar Asyifa, dia melipat tangannya diatas dadanya, sembari membuang muka.

Latifa menggelengkan kepalanya. "Astaghfirullah... Gak boleh gitu Syifa." Tegur Latifa.

"Terserah kamu mau percaya atau tidak Spongebob! Saya masih ada urusan lebih penting, maaf ya... Saya harus pergi sekarang." Jelas Rayhan.

"Eh mau kemana." Protes Asyifa.

Rayhan menghela nafas. "Jadi aku gak boleh pergi ni." Rayhan mengangkat satu alisnya.

"Iya... Sana kembali ke habitatmu." Cetus Asyifa.

"Oke..." Rayhan segera berbalik badan, tapi sedetik kemudian ia kembali menoleh kearah Asyifa. "Berarti urusan bangku, aku serahin ke kalian ya... Jangan lupa Bawak bangkunya ke kantor!" Ujar Rayhan sembari menyunggingkan senyum.

"Apa-apaan kamu nyuruh kami."

"Ya betul." Timpal Ria.

"Loh... Yang nyuruh kalian siapa, aku bilang kamu... Jadi hanya kamu..." Ralat Rayhan.

"Kok aku?" Asyifa menunjuk dirinya sendiri.

"Ya... Kan kamu yang gak bolehin aku mengambil bangku di gudang, sementara yang nyuruh Ustadza Andini!" Rayhan tersenyum penuh kemenangan." Jumblahnya sekitar 10! Harus selesai sebelum jam masuk sekolah." Ujar Rayhan pelan.

Asyifa terdiam cukup lama, membayangkan kalau dirinya harus membawa bangku sekolah sebanyak sepuluh bangku. Tidak bisa ia bayangkan capeknya membawa bangku sebanyak itu.

Ria menyikut Asyifa menyadarkan Asyifa dari lamunannya, membuat Asyifa tergagap.

"Gimana Fa?" Tanya Ria.

"Udah biarin aja, nanti kita di hukum loh." Ujar Popi mengingatkan sahabatnya.

Asyifa masih tidak rela, padahal ia berniat ingin memberi pelajaran untuk Rayhan, tapi gak taunya ia malah kena batunya sendiri. "Ya udah... Kamu boleh pergi!" Lirih Asyifa, ia merasa sangat kesal.

"Begitu dong..." Ujar Rayhan senang. "Aku pergi dulu ya... Spongebob!" Bisik Rayhan ketika melewati Asyifa yang tampak mengeram marah.

Dengan tatapan tajam Asyifa memandangi punggung Rayhan yang perlahan menghilang dari pandangannya. "Ih... Nyebelin deh." Kesal Asyifa merajuk ketika Rayhan sudah pergi jauh dari mereka.

"Udah sabar..." Ujar Latifa.

"Ke kantin yuk! Lapar ni." Protes Popi.

Dengan langkah menghentak Asyifa segera mengikuti langkah ketiga temannya.

######

Di dalam gudang tampak seorang wanita sedang duduk diatas meja yang berjejer rapi yang sudah lama tidak gunakan. Tidak lama kemudian pintu gudang terbuka, dan sosok yang di tunggu akhirnya datang juga, membuat Andini merasa sangat senang.

Andini tersenyum manis menyambut Rayhan yang hanya bisa menundukkan wajahnya.

"Berani juga kamu Ray!" Ujar Andini.

"Maaf Ustadza, sebenarnya ada apa Ustadza menyuruh saya kemari?" Tanya Rayhan, ia tidak habis pikir dengan kelakuan gurunya.

Andini turun dari mejanya. "Masak kamu gak ngerti!" Perlahan Andini membelai wajah Rayhan.

"Ustadza!" Tolak Rayhan.

"Kenapa? Bukannya semalam kita sudah melakukannya, bahkan... Tadi pagi juga!" Bisik Andini dengan nada menggoda di telinga Rayhan.

"Maaf Ustadza, saya khilaf." Bela Rayhan.

"Puaskan saya sayang." Ujar Andini tidak perduli dengan jawaban Rayhan.

Perlahan Andini menanggalkan pakaiannya hingga ia telanjang bulat dihadapan Rayhan. Sebagai laki-laki normal tentu saja ia tergiur dengan lekuk tubuh Andini yang sangat menggoda, payudaranya yang berukuran sedang terlihat masih sangat kencang, dengan puttingnya yang berwarna coklat mudah.

Penis Rayhan perlahan bergejolak, mengeras membuat celananya terasa sesak dan deruh nafas Rayhan mulai memburu.

Andini berlutut di hadapan Rayhan, lalu dia membelai tonjolan di celana Rayhan yang kian membesar.

Ketika birahinya mulai memuncak, sejenak Rayhan teringat dengan masa lalu, ketika pertama kali ia tiba di Tunas bangsa.

"Ray... Kakak tau dan percaya, kamu anak baik!" Ujar Aya seraya tersenyum di hadapan Adik iparnya yang lebih banyak memilih diam.

"Terimakasih Kak, sudah percaya sama Ray!"

"Dari dulu Kakak selalu percaya sama kamu Ray, karena itu Kakak yang minta sama Mas Tio untuk membawamu ke sini." Aya menatapnya dengan tatapan meneduhkan hati Rayhan. "Kakak berharap kamu tidak mengecewakan Kakak!" Jelas Aya.

Rayhan mengangkat wajahnya, ia merasa sangat terharu mendengar ucapan Kakak iparnya. Di saat semua orang tidak lagi mempercayai dirinya, Aya datang bagaikan hujan di tengah kemarau, menyejukkan hatinya yang kering akan kepercayaan orang-orang di sekitarnya.

"Iya Kak." Di dalam hati Rayhan berjanji tidak akan mengecewakan Kakak iparnya.

"Astagfirullah..." Rayhan mundur selangkah ketika Ustadza Andini ingin membuka celananya

Andini menatapnya dengan bingung. "Maaf Ustadza, saya tidak bisa melakukannya, saya berharap Ustadza mau mengerti." Tolak Rayhan dengan suara bergetar.

"Yakin kamu gak mau?" Ujar Andini.

Rayhan menganggukkan kepalanya. "Iya Ustadza, maafkan saya." Jelas Rayhan.

"Kenapa?" Andini kembali berdiri.

"Saya sudah berjanji dengan Kak Aya, tidak akan mengecewakan kepercayaannya." Jawab Rayhan, ia takut Ustadza Andini marah kepadanya.

Ustadza Andini kembali duduk diatas meja, sembari membuka kedua kakinya, hingga tampak belahan vaginanya yang menggoda. Rayhan sempat meliriknya sejenak lalu kembali membuang pandangannya, ia takut terlalu lama melihat pemandangan indah tersebut.

Jemari Andini membelai bibir kemaluannya. "Yakin, kamu tidak mau!" Goda Andini belum menyerah.

"Yakin Ustadza." Jawab Rayhan.

"Kalau kamu menolak, Ustadza akan teriak ke semua orang kalau kamu ingin memperkosa Ustadza!" Ancam Ustadza Andini.

Rayhan menarik nafas pelan. "Silakan Ustadza! Soal semalam dan tadi pagi, saya benar-benar meminta maaf kepada Ustadza." Ujar Rayhan, lalu dia berjalan menuju pintu gudang komplek putri.

"Ustadza serius."

"Akan saya ambil resiko itu!" Rayhan menoleh kearah Ustadza Andini seraya tersenyum. "Maaf Ustadza, saya harus masuk kelas." Kata Rayhan, lalu dia melangkah pergi meninggalkan Andini.

Sementara Andini yang masih berada di tempatnya hanya tersenyum melihat anak didiknya. Ia tidak menyangkah kalau Rayhan lebih memilih menolak dirinya, dari pada mengabaikan janjinya terhadap Kakak iparnya.

########

"Ckckckck.... Kapan saya bisa menikmati tubuhmu Non!" Lirih Soleh, sang penjaga kantin.

Sembari melayani pembeli, mata Soleh tak pernah luput dari Asyifa dan kawan-kawannya yang tengah menikmati makannya. Dari dulu Soleh memang sudah mengincar Aysifa, tapi sayangnya ia selalu gagal, karena waktunya yang tidak tepat.

Dia melihat kebawah, dan tampak satu stel pakaian perempuan yang tergeletak di pojokan dinding kantinnya. Walaupun semalam ia nyaris tertangkap, tetapi Soleh sama sekali tidak trauma, dan ingin kembali melanjutkan aksinya, meneror siswa putri.

Ada kesenangan tersendiri bagi Soleh setiap kali berhasil menelanjangi siswa putri.

"Mang...."

"Eh..." Kaget Soleh ketika Ria memanggilnya. "Ada apa Non?" Tanya Soleh sedikit gugup.

"Teh botolnya satu mang." Ujar Ria.

"Sebentar ya."

Segera Mang Soleh mengambilkan pesanan Ria, lalu memberikannya kepada Ria. "Ada lagi Non?" Tanya Soleh sopan.

"Sudah Pak, ini saja! Terimakasih." Ujar Ria.

"Sama-sama Non."

Segera Ria kembali menemui para sahabatnya yang sedang berkumpul.

#######[/hide]
 
Terakhir diubah:
Bimabet
thank you update nya, hehe
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd