Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Rayhan menghela nafas perlahan, ia melihat ke samping kearah seorang gadis yang tengah baru saja tertidur. Wajah cantiknya terlihat begitu damai, lalu mata Rayhan turun kebawah, memandangi payudara mungil Ria yang telah di jamahnya beberapa menit yang lalu. Pandangan Rayhan berhenti tepat di selangkangan Ria yang sedikit tertutup rok mini yang dikenakan Ria.

Seharusnya ia tidak melakukannya, memanfaatkan kerapuhan Ria. Belum lagi gadis yang baru saja ia nodai juga di sukai oleh sahabatnya sendiri, tidak bisa ia bayangkan, betapa marahnya Nico kalau tau dirinya telah meniduri Ria.

Perlahan Rayhan bangkit dan mengenakan kembali pakaian wanitanya.

"Semuanya sudah terjadi Ray..." Gumam Rayhan menyemangati dirinya. Kemudian Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang Ria.

Dengan langkah perlahan Rayhan meninggalkan kamarnya, rasa haus di tenggorokannya cukup menyiksa dirinya. Setibanya di dapur, ia melihat sesosok wanita cantik sedang duduk termenung di depan meja makan, entah apa yang sedang dipikirkannya hingga ia tidak menyadari kedatangan Rayhan.

Setelah menghilangkan dahaganya, Rayhan melihat toples kopi yang berjejer dengan toples gula, sehingga Rayhan memutuskan untuk membuat kopi. Sengaja Rayhan membuatkan dua gelas kopi, lalu ia menghampiri Ustadza Erlina, sembari memberinya secangkir kopi.

"Ustadza belum tidur?" Tanya Rayhan.

Erlina tampak sedikit terkejut. "Hani... Kamu sudah lama di sini?" Kaget Erlina, ia sama sekali tidak menyadari kehadiran Hani/Rayhan.

"Baru kok Ustadza! Ini saya buatkan kopi Ustadza." Rayhan menyodorkan segelas kopi kepada Ustadza Erlina.

"Terimakasih."

"Sama-sama Ustadza." Jawab Rayhan sembari menyeruput kopinya.

"Kenapa kamu belum tidur Han?" Tanya Erlina.

"Belum ngantuk Ustadza, rencananya saya mau keliling sebentar, siapa tau dia datang lagi. Ustadza sendiri kenapa belum tidur?" Tanya balik Rayhan.

"Kebangun Ray, tadi Ustadza kayak mendengar suara Ria teriak gitu!" Jelas Erlina, membuat Rayhan tersentak. "Tapi sepertinya hanya perasaan Ustadza saja." Sambung Erlina, sembari menatap Rayhan yang terlihat sangat gugup di balik cadarnya.

Sejenak Rayhan tersadar dengan permainan liarnya bersama putri kesayangan Erlina. Sanking asyiknya bercinta Rayhan sampai lupa kalau saat ini ia berada di rumah Ustadza Erlina, tidak bisa ia bayangkan kalau seandainya saja tadi Ustadza Erlina tau kalau dirinya telah menodai putri kesayangannya.

Rayhan kembali mengambil kopinya sembari mengangkat sedikit cadarnya agar ia bisa meminum kopinya untuk menghilangkan kegugupannya.

"Oh ya Han, soal Ria Ustadza benar-benar berterimakasih sama kamu!" Ujar Erlina, untuk kesekian kalinya ia mengucapkan terimakasih kepada Rayhan.

Rsyhan tampak menyesal dengan kalimat yang di ucapkan Ustadza Erlina. "Saya tidak melakukan apapun Ustadza, saya sangat menyesal karena terlambat." Jelas Rayhan, ia merasa sangat menyesal akan musibah yang menimpa Ria.

"Kamu tidak salah, ini sudah takdirnya Ria. Ustadza berharap Ria bisa menerima keadaannya saat ini." Jelas Ustadza seraya tersenyum tegar.

"Ria gadis yang kuat Ustadza." Ujar Rayhan yakin.

Ustadza Erlina kembali menyeruput kopinya. "Ustadza boleh minta tolong satu kali lagi gak sama kamu?" Tanya Erlina penuh harap.

"Boleh kok Ustadza!"

"Tolong jaga rahasia ini ya... Jangan sampai berita anak Ustadza yang di perkosa tersebar ke luar." Harap Erlina, ia tak ingin anaknya semakin terpuruk.

"Insyaallah Ustadza." Jawab Rayhan.

"Ngomong-ngomong kamu lucu juga ya Han?" Tegur Erlina.

"Lucu kenapa Ustadza?"

Erlina ikut menyeruput kopinya. "Malam-malam begini kamu masih mengenakan cadar, apa gak risih?" Ujar Erlina, membuat Rayhan mendadak gugup.

"Soalnya saya sudah terbiasa memakai cadar Ustadza, selain itu kan di rumah ini ada Aldi." Jawab Rayhan.

Erlina tersenyum manis. "Oh iya, Ustadza hampir lupa kalau ada anak laki-laki Ustadza di rumah ini." Ujar Erlina, Rayhan hanya tersenyum kecut di balik cadarnya.

Gilaaaaaa...
Rayhan tidak bisa membayangkan kalau seandainya tadi ia salah memberi jawaban, bisa-bisa Ustadza Erlina akan memintanya untuk melepaskan cadarnya. Bisa gawat kalau Ustadza Erlina mengetahui identitas aslinya.

Sejenak mereka kembali terdiam, dan dalam diam Rayhan memperhatikan Ustadza Erlina yang tampak sedang melamun.

Harus di akui, walaupun usia Erlina sudah tidak muda lagi tetapi tetap saja raut wajah Erlina masih memancarkan kecantikan yang luar biasa, membuat pria manapun akan terpesona oleh kecantikannya. Belum lagi lekuk tubuhnya yang telah matang, sungguh sangat menggoda, walaupun ukuran payudaranya tidak begitu besar.

Ustadza Erlina bangkit dari duduknya, ia berjalan menuju lemari es. Saat itu pandangan Rayhan jatuh ke betis Erlina yang tak terlindungi daster bermotif batik yang di kenakan Ustadza Erlina.

Pandangan Rayhan sedikit naik keatas, ketika Ustadza Erlina membungkuk, hingga menampakan bulatan pantatnya yang menggoda.

"Sial!" Gerutu Rayhan.

Ia meremas batang kemaluannya yang telah berdiri, Rayhan sendiri tidak mengerti, kenapa dirinya begitu muda terangsang semenjak tinggal di pesantren. Erlina kembali sembari membawa sebotol minuman mineral, lalu ia kembali duduk.

"Ustadza, saya pamit ke kamar dulu ya." Ujar Rayhan.

Erlina tersenyum sangat manis. "Iya Ray!" Jawab Erlina mengizinkan Rayhan meninggalkannya.

Setibanya di kamar, Rayhan segera menanggalkan pakaiannya hingga ia kembali telanjang bulat. Perlahan ia menyibak selimut yang menutupi tubuh Ria yang saat ini tengah tertidur lelap.

Perlahan Rayhan membuka kedua kaki Ria, hingga ia kembali dapat melihat belahan mungil memek Ria yang kemerah-merahan.

"Ray!" Ria terbangun dari tidurnya.

Rayhan tersenyum kecil. "Maaf ya Ria..." Bisik Rayhan, sembari dengan perlahan ia menekan kontolnya masuk kedalam memek Ria.

"Aahkk... Ray! Uhkkk..." Lenguhan Ria ketika kontol Rayhan keluar masuk menyodok memeknya.

#####

Pagi ini para Santri Wati terlihat bersemangat menyambut hari libur sekolah. Ada yang bermalas-malasan di kamar, bermain badminton di halaman depan asrama dan ada juga yang meminta izin keluar pondok untuk membeli kebutuhan di pasar, ataupun hanya sekedar jalan-jalan.

Seperti yang di lakukan Asyifa dan beberapa temannya, hanya saja kali ini mereka kedatangan sahabat baru, yang sebelumnya sangat di benci Asyfa.

Mereka memutuskan jalan-jalan ke mall untuk membeli pakaian dan sekalian makan-makan.

"Kita nonton yuk!" Celetuk Asyifa.

Latifa merenyitkan dahinya. "Aku gak mau cari perkara, bisa bahaya kalau sampai ketahuan pengurus atau Ustadz." Ujar Latifa memperingatkan sahabatnya yang memang terkadang rada bandel.

"Filmnya bagus loh!" Rengek Asyifa.

"Emang mau nonton film apa Fa?" Tanya Popi, sembari memakan cemilan yang ada di tangannya.

"Film horor, bukan film romantis kok!"

"Aku gak suka film horor!" Celetuk Ria.

Asyifa mendesah pelan, lalu melihat kearah Rayhan yang saat ini menyamar sebagai Hani. "Han... Temenin aku ya..." Mohon Asyifa, ia memasang wajah memelas membuatnya terlihat semakin manis.

"Eh..." Rayhan tanpa bingung.

"Udah Han, kamu temenin aja! Gak apa-apa." Ujar Latifa, ia pikir ini momen bagus untuk membuat hubungan keduanya semakin baik.

"Udah ah, gak usah banyak mikir Han!" Ujar Asyfa, ia memeluk lengan Rayhan sembari menariknya menuju tempat pembelian tiket.

Walaupun ia merasa enggan, tetapi Rayhan hanya bisa menuruti permintaan Asyifa. Selama di perjalanan menuju bioskop Rayhan sangat menikmati kekenyalan payudara Asyifa di lengannya.

Tidak perlu menunggu waktu lama mereka berdua sudah berada di dalam bioskop.

Ternyata Asyifa tidak sepemberani yang di kira, sepanjang di putarnya film, Asyifa tidak henti-hentinya berteriak ketakutan. Dan Rayhan menjadi tempat untuknya berlindung dari rasa takut. Ia memeluk pinggang Rayhan, sembari membenamkan wajahnya di pundak Rayhan.

Selama pemutaran film itu juga Rayhan menggerutu di dalam hatinya, bagaimana tidak, berulang kali payudara Asyifa menyentuh tubuhnya, membuatnya merinding geli menahan birahi.

Beruntung siksaan itu kurang dari dua jam, mereka kembali keluar dari dalam bioskop hendak menemui temannya yang lain.

"Mereka pada kemana ya?" Tanya Asyifa bingung.

Rayhan mencoba melihat sekelilingnya tetapi ia tidak menemukan Latifa dan yang lainnya. "Gak tau juga pada kemana, coba kamu telpon." Suruh Rayhan.

"Iya deh."

Asyifa mencoba menelpon teman-temannya, tetapi tidak ada jawaban dari mereka.

"Ya udah yuk, kita keliling aja." Ajak Rayhan.

"Eh... Temani aku beli dalaman yuk!" Pinta Asyifa, membuat Rayhan membisu.

Oh tuhan...
Mimpi apa dia semalam, sehingga harus menemani gadis mungil ini membeli pakaian dalam. Sekalipun tak pernah terlintas di benak Rayhan akan memasuki tokoh pakaian dalam wanita.

Lagi-lagi karena terpaksa Rayhan menemani Asyifa memasuki tokoh khusus pakaian dalam wanita. Beruntung ia dalam keadaan menyamar, seandainya saja ia tidak menyamar, tentu saja ia akan merasa sangat malu.

"Mau beli yang mana?" Tanya Rayhan.

Asyifa tampak sibuk memilah pakaian dalam yang tergantung tapat di hadapannya.

Selagi Asyifa sibuk memilih pakaian dalam, Rayhan memutuskan untuk ikut melihat-lihat koleksi pakaian dalam wanita yang ada di toko. Matanya kini beralih ke deretan pakaian tidur wanita dengan berbagai model, tetapi Rayhan lebih tertarik dengan lengerie yang di pajang di toko tersebut.

Ia membayangkan betapa seksinya Kakak iparnya kalau memakai lengerie yang terpajang di hadapannya saat ini, membuat tak ragu mengambil dua stell lengerie dan membawanya ke kasir.

"Gimana uda dapat?" Tanya Rayhan.

Asyifa menggelengkan kepalanya. "Gak ada yang bagus." Ujar Asyifa.

Rayhan tersenyum di balik cadarnya. "Mau aku pilihkan?" Tawar Rayhan.

"Boleh." Jawab Asyifa.

Rayhan dan Asyifa sekali lagi berkeliling melihat-lihat pakaian dalam. Hingga akhirnya Rayhan menemukan apa yang dia cari.

"Kalau yang ini gimana?" Tanya Rayhan.

Asyifa tampak senang melihat pilihan Rayhan. "Boleh... Kamu tau aja kalau aku suka motif cartoon." Ujar Asyifa senang saat melihat celana dalam yang di pilihkan Rayhan yang bergambar hello Kitty.

"Ini cocok buat kamu!" Ujar Rayhan yakin. "Mbak ini ada ukuran s gak?" Tanya Rayhan. Asyifa segera menyikut lengan Rayhan.

"Ukuran pinggulku M." Protes Asyifa.

Tetapi Rayhan tidak memperdulikannya, ia mengambil beberapa helai pakaian dalam lainnya dengan berbagai motif dengan satu ukuran. Tetapi kali ini Asyifa tidak protes, dan segera membayar barang belanjaannya.

Ketika mereka ingin keluar dari dalam tokoh, tanpa di sengaja mereka melihat sesosok wanita berhijab dengan seorang pria yang sedang memilih pakaian dalam.

Asyifa menarik tangan Rayhan untuk bersembunyi, membuat Rayhan kebingungan.

"Ada apa?" Tanya Rayhan kebingungan.

"Lihat tuh." Asyifa menunjuk kearah sepasang kekasih yang sedang memilih pakaian dalam.

Rayhan sedikit terkejut saat mengetahui kalau sepasang kekasih tersebut adalah Ustadza Aisya dan Ustad Reza. Mereka berdua terlihat begitu mesrah, membuat Rayhan merenyitkan dahinya.

"Bukannya Ustadza Aisya sudah bersuami?" Tanya Rayhan.

Asyifa menganggukkan kepalanya. "Mereka selingkuh Han!" Dari raut wajah Asyifa terpancar kebencian, ia menatap tajam kearah Ustadza Aisya.

"Sssttt... Belum tentu mereka selingkuh!" Bela Rayhan.

"Aku yakin mereka selingkuh!" Tegas Asyifa.

Diam-diam Rayhan sepakat dengan apa yang di katakan Asyifa, tetapi ia tidak ingin membahasnya lebih jauh. "Ustadza Aisya orang baik, tidak mungkin mereka seperti itu." Jelas Rayhan.

"Kenapa kamu jadi belain mereka Han?"

"Maaf Syifa, bukannya aku belain mereka, tapi...."

Asyifa memotong pembicaraan Rayhan. "Aku sama yang lain pernah melihat Ustadza Aisya berzina dengan Ustad Reza." Aku Asyifa, entah kenapa gadis cantik itu tampak kesal dengan sahabat barunya.

"Ya sudah biarkan saja!"

"Hah... Ini gak bisa di biarin, ayo kita ke sana, aku ingin membongkar kedok mereka." Ujar Asyifa, ia hendak berdiri tetapi di cegah oleh Rayhan.

"Jangan Syifa."

"Kenapa? Kamu mendukung mereka selingkuh?" Geram Asyifa karena ia di tahan.

"Fa..."

"Pokoknya aku mau melabrak mereka." Kesal Asyifa.

Dia melepas pegangan Rayhan, lalu hendak menghampiri Ustadza Aisya, membuat Rayhan sangat cemas, karena sikap keras Asyifa hanya akan membuat kegaduhan.

Tetapi sedetik kemudian Rayhan bernafas lega ketika mereka tidak lagi melihat keberadaan Ustadza Aisya bersama Ustad Reza. Ketika mereka sibuk berdebat, Ustadza Aisya telah meninggalkan tokoh tersebut.

"Ini semua gara-gara kamu Han!" Kesal Asyifa.

Rayhan hanya bisa menggaruk kepalanya sembari mengekor di belakang Asyifa yang tampak sangat marah kepada dirinya.

Ketiga sahabat Asyifa tampak kebingungan ketika Asyifa mengajak mereka bertiga untuk segera pulang. Ria sempat memberi kode ke Rayhan, tetapi pemuda yang sedang menyamar itu hanya mengangkat pundaknya, tanda ia tidak mengerti.

#####

Tok... Tok... Tok...

Tidak lama kemudian pintu kamar tersebut di buka, tampak seorang pria tersenyum senang ketika melihat siapa yang datang.

"Akhirnya datang juga!" Ujar Pria tersebut.

Reza tersenyum kecil. "Maaf ya bos, agak lama." Ujar Reza sopan kepada pria yang baru saja ia panggil dengan sebutan bos.

"Tidak masalah, menunggu satu dua jam apa artinya kalau untuk Ustadza Aisya." Ujar si Bos, dia menatap tubuh Aisya dari atas kebawah.

"Hahahaha... Bos bisa aja." Ujar Reza.

"Sebentar ya." Pria yang di panggil bos tersebut kembali masuk kedalam kamar, lalu tak lama kemudian ia keluar sembari membawa uang jutaan. "Ini buat kamu." Ujar Pria tersebut.

"Terimakasih bos."

"Ustadza nya sekarang boleh kami bawakan?" Ujar si Bos.

Reza tersenyum mengerti. "Oh tentu saja boleh, sialakan di Bawak bos, dan di nikmati sepuasnya." Ujar Reza.

Reza mengambil uang tersebut, lalu permisi pamit meninggalkan Aisya sendiri bersama si Bos. Selepas kepergian Reza, si Bos segera membawa Aisya masuk kedalam kamar.

Ternyata di dalam kamar sudah ada dua orang lainnya yang sudah menunggu kedatangan Aisya,. Tampak kedua pria tersebut tidak kalah senangnya ketika melihat Aisya wanita yang akan menghibur mereka, tentu saja Aisya berbeda di bandingkan wanita penghibur lainnya.

"Namanya siapa?" Tanya pria berkepala botak kepada Aisya, sembari menyodorkan tangannya, tetapi Aisya mendekap tangannya di depan dadanya.

"Saya Aisya Pak!" Jawab Aisya ramah.

"Hahaha... Saya sangat senang dengan wanita alim seperti ini." Ujar si kepala botak yang bernama Herman.

"Saya salut sama kamu Ded, tau aja yang kita mau." Ujar Rudi, sembari meremas kontolnya yang sudah berdiri tegak di balik celananya.

Pria yang bernama Dedi menarik tangan Aisya dan meminta wanita berhijab syar'i itu untuk duduk diatas pangkuannya. Di depan rekan-rekannya, Dedi melecehkan sang Ustadza.

Hati kecil Aisya jelas merontah, tetapi tubuhnya terpaksa melayani mereka.

Kedua tangan Dedi meremas payudara Aisya yang kenyal, membuat Aisya merintih menahan sakit di kedua payudaranya. Melihat Dedi yang mulai beraksi, salah satu temannya tidak mau ketinggalan, dia meletakan tangannya di atas paha Aisya.

"Saya paling suka wanita alim seperti Aisya, eh... Ngomong-ngomong kita panggil apa ni, Ais, Syah atau apa?" Tanya Herman.

"Saya biasa memanggilnya Ustadza, biar terkesan akrab." Ujar Dedi.

"Kalau begitu kita panggil Ustadza, hehe..." Herman menarik gamis yang di kenakan Aisya hingga naik keatas memperlihatkan betisnya yang tertutup kaos kaki panjang selutut, dan kulit mulus pahanya.

"Terserah Bapak-Bapak saja, mau panggil apa!" Jawab Aisya manja.

Kemudian Pak Herman meriah dagu Aisya, lalu dia melumat bibir manis Aisya yang kemerah-merahan. Mereka berciuman sangat panas selama beberapa detik. Sementara tangan Pak Herman terus naik menuju selangkangan Aisya.

Saat jemari kasar pria itu tiba menyentuh selangkangannya, Aisya menahan pergelangan tangan Pak Herman.

"Jangan ah Pak, Aisya malu itunya Aisya di pegang!" Ujar Aisya tersipu malu, membuat Pak Herman makin terbuai oleh dirinya.

Dengan lembut Herman menggesek jemarinya di selangkangan Aisya yang ternyata sudah basah.

Aisya menggigit manja bibir bawahnya, sembari menatap mata Pak Herman dengan tatapan menggoda membuat Pak Herman makin bernafsu kepada dirinya yang seorang ahkwat.

"Itu apa Ustadza, saya tidak mengerti." Ujar Pak Herman, sembari berusaha mencium kembali Aisya, tetapi Istri dari Ustad Rahmad malah membuang mukanya, membuat Pak Herman semakin gemas dengan tingkah Aisya yang malu-malu mau.

"Itu... Eehmm... Memek!" Jawab Aisya di sela-sela pagutan Pak Herman di bibirnya.

Ucapan Aisya semakin membangkitkan birahi Herman. "Saya ingin pegang memek Ustadza!" Ujar Herman, dia menyibak kesamping celana dalam Aisya.

Reflek Aisya membuka kakinya, mempermudah Herman menjamah memeknya. "Jangan Ustadz, uhkk... Dosa... Aahkk... Aahkk... Pak jarinya, aduuuuh... Masuk Pak, Ahkk... Aaahkk..." Erang Aisya panjang, pantatnya bergetar nikmat merasakan jari Herman di dalam memeknya.

Selagi Herman sibuk dengan memek Aisya, Dedi melepas kancing gamis Aisya, dia merabahi payudara Aisya yang sudah tak lagi memakai penutup.

Kedua jarinya secara bersamaan memilin puting Aisya, sementara bibirnya mencium leher Aisya di balik jilbab segi empat yang di kenakan Aisya, membuat Aisya semakin terbakar birahi.

Lalu mereka menuntun Aisya untuk berbaring, bersandar di tubuh Dedi yang duduk sembari menyandarkan punggungnya di dinding kamar.

"Aahkk... Aahkk..." Desah Aisya.

Kedua tangan Dedi kembali menjamah payudara Aisya, dia meremasnya dengan cukup keras. Sementara Herman menyingkap gamisnya sembari membuka kedua kaki Aisya, ia menekuk lutut Aisya agar bisa melihat selangkangan Aisya yang terlihat semakin jelas. Lalu Herman mulai menciumi paha Aisya.

Melihat kedua temannya sudah beraksi, Rudi tidak mau ketinggalan, pria berdarah Manado Jawa itu menanggalkan pakaiannya hingga ia telanjang bulat, memamerkan kontolnya yang belum di sunat di hadapan Aisya, lalu dia merangsek mendekati Aisya yang tengah di jamah oleh teman-temannya.

Dia meraih tangan Aisya, dan menenpelkan punggung tangan Aisya di kontolnya.

"Kocokin Ustadza lonte." Suruh Rudi.

Aisya memasang wajah enggan sembari menggelengkan kepalanya, tetapi setelah di suruh kedua kalinya, Aisya hanya menurut saja. "Besar sekali Pak!" Lirih Aisya, sembari mengocok kontol Pak Rudi.

"Aahkk... Nikmat sekali kocokannya." Racau Pak Rudi.

Sementara Herman sudah meloloskan celana dalam Aisya, hingga memeknya terlihat sangat menggoda. Lalu Herman membenamkan wajahnya dan menjilati memek Aisya yang tembem itu.

Lidahnya menari liar bagaikan ular, menjilati bibir kemaluan Aisya, menghisap lembut clitorisnya, membuat sang Ahkwat menggelinjang nikmat.

Rangsangan itu semakin bertambah tatkala Dedi mengemut payudaranya, seperti seorang bayi yang sedang menyusu ke Ibunya. Sementara payudara satunya di perah habis-habisan.

"Hisap kontolku Ustadza lonte!" Suruh Rudi.

Aisya memasukan benda haram itu kedalam mulutnya, lalu ia menghisapnya tanpa ragu, walaupun kontol yang ia kulum saat ini bukanlah milik Suaminya.

Di rangsang terus menerus oleh mereka bertiga, akhirnya Aisya menyerah atas birahinya. Tubuh menggelinjang, kedua tangannya mencengkram erat seprei tempat ia berbaring saat ini, sembari memuncratkan cairan bening dari dalam memeknya.

"Ohkk..."

Ploppps....

Rudi mencabut kontolnya dari mulut Aisya ketika tau kalau Aisya telah sampai lebih dulu.

Dedi menyingkir dari belakang tubuh Aisya, membiarkan sang Ustadza berbaring penuh diatas tempat tidur. Payudaranya yang ranum tampak naik turun mengikuti alunan nafasnya yang masih tampak tersengal-sengal, menandakan kalau birahinya belum sepenuhnya padam.

Herman mengait kedua kaki Aisya di lengannya, sembari mendekati selangkangan Aisya dengan kontolnya yang berukuran lebih besar di bandingkan milik Suami Aisyah. Dengan perlahan Herman menggesek kontolnya di depan bibir memek Aisya yang telah basah.

"Pak... Masukan sekarang!" Pinta Aisya manja.

Tetapi Herman tidak menggubrisnya ia ingin sedikit bermain-main dengan pelacur ahkwat nya. "Apanya yang di masukan Ustadza?" Tanya Herman, sembari mencongkel memek Aisya dengan kontolnya.

"Aahkk... Memek Aisya Pak, tolong masukan kontol Bapak... Sssssttt... Ke memek Aisya..." Rintih Aisya. Ia sudah tidak sabar ingin merasakan kontol Herman di dalam memeknya, yang seharusnya hanya ia berikan kepada Suami sah nya.

Herman yang juga sudah sangat terangsang, tidak ingin bermain-main lagi. Dia menekan kontolnya masuk kedalam memek Aisya.

"Oooo... Sungguh nikmat memekmu Ustadza!" Racau Herman, menikmati jepitan hangat nan basah didalam memek Aisya.

Kepala Ustadza Aisya sampai mendongak keatas sanking nikmatnya. "Aaaarrr... Besar sekali Pak! Ooohkkk... Memek saya rasanya sangat penuh." Histeris Aisya. Tubuh mulusnya terguncang hebat.

Dengan gerakan perlahan Herman melakukan penetrasi di dalam memek Ustadza Aisya. "Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss...." Terdengar suara benturan antara dua kelamin mereka.

Rudi segera naik keatas perut Aisya, ia meletakan kontolnya di tengah-tengah payudara Aisya, lalu menjepitnya dan menggerakan pinggulnya maju mundur seakan ia sedang menyetubuhi payudara Aisya yang berukuran 36B.

Dedi juga tidak mau ketinggalan, ia meminta sang Ahkwat yang telah bersuami itu untuk mengoral kontolnya.

Aisya menggapai kontol Dedi, dan mulai mengoral kontol Dedi dengan mulutnya. Dia mengecup lembut kepala kontol Dedi, menjilati lobang kencingnya, sehingga tubuh Dedi bergetar nikmat.

"Nikmat sekali memekmu lonte!" Racau Pak Herman. Dia semakin cepat mengocok memek Aisya, hingga akhirnya ia memuntahkan spermanya di dalam memek Aisya yang semakin becek.

Posisi Herman langsung di gantikan oleh Dedi, ia memposisikan tubuh Aisya ke samping. Sembari memeluknya dari belakang, Dedi memasukan kontolnya kedalam memek Aisya.

"Uhkk... Aaahkk... Aahkk... Sssssttt..." Desah Aisya.

Sembari menyodok memek Aisya, tangannya menggapai payudara Aisya, ia meremasnya dengan kasar. "Anjing... Aaahkk... Lonte... Sialaan..." Umpat Dedi sembari terus menyodok memek Aisya.

"Pelaaaaaannn... Pelaaaaaannn.... Aaaaahkk... Aaahkk..." Tubuh Aisya tersentak-sentak.

Tapi Dedi tidak menghiraukannya, ia memompa liar memek Aisya tanpa ampun, membuat Aisya kian menderita oleh rasa nikmat yang luar biasa ia rasakan saat ini.

Tidak butuh waktu lama, kali ini giliran Aisya yang melolong panjang, seiring dengan ledakan orgasmenya yang luar biasa.

Tubuh mulus itu kini telah bermandikan keringat, dan jilbab lebar segi empat yang ia kenakan sudah tidak lagi berbentuk, membuatnya terlihat semakin seksi dan menggairahkan di mata ke tiga predator tersebut.

"Hisap kontolku lonte!" Pinta Rudi.

Tanpa di suruh dua kali Aisya kembali mengoral kontol Rudi dengan penuh semangat.

Sementara itu Dedi memutar tubuh Aisya hingga menungging, tampak pantatnya yang berisi nan putih mulus terlihat begitu sempurna, mengundang Dedi untuk menampar pantatnya berulang-ulang.

Plaaak... Plaaak... Plaaak...

"Auw... Aahkk..." Pantat bahenol Aisya bergetar nikmat.

Dedi menarik dan membenarkan gamis Aisya yang tersingkap, hingga kembali menutupi punggung mulus Aisya, sehingga pakaian Aisya terlihat kembali utuh, hanya pantatnya saja yang terlihat.

Dengan sangat kasar Dedi kembali menghujami memek Aisya dengan kontolnya. Dia memompa memek sang Ustadza yang telah sangat basah, sementara mulut sang Ustadza tampak sibuk mengoral kontol Rudi yang membuat rahangnya harus berkerja keras.

Cukup lama Dedi menyodok memek Aisya, bahkan Aisya sempat kembali orgasme, sebelum akhirnya Dedi menumpahkan spermanya kedalam memek Aisya.

"Giliran saya sekarang." Ujar Rudi tidak sabar.

Pria bajingan itu berbaring diatas tempat tidur, lalu ia menuntun sang Ustadza duduk diatas selangkangannya. Aisya kembali menarik gamisnya, sembari mengangkangi selangkangan Rudi, lalu dengan perlahan Aisya menekan pinggulnya kebawah, menyambut kontol Rudi masuk kedalam memeknya dengan satu dorongan.

Tubuh indah Aisya kembali menggeliat, menikmati batang kemaluan pria lain di dalam tubuhnya.

Dengan gerakan perlahan Aisya mulai menaik turunkan pantatnya, menyambut setiap sodokan kontol Rudi di dalam memeknya.

"Lonte... Tolong bersihkan kontolku." Ujar Dedi.

Aisya tersenyum nakal di hadapan Dedi. "Aahkk... Pak, sini biar aku kulum kontolnya." Ujar Aisya manja, sembari mengoral kontol Dedi dengan mulutnya, tanpa merasa jijik, walaupun aroma kontol Dedi tercium sangat menyengat.

Dedi tampak meringis menikmati hisapan mulut Aisya, hingga akhirnya kontolnya menciut di dalam mulut Aisya.

Setelah menunaikan tugasnya, Aisya berkonsentrasi memuaskan birahi Rudi, hingga akhirnya secara bersamaan mereka mencapai puncaknya. Tubuh Aisya terkulai lemas, matanya menatap sayu kearah mereka bertiga yang telah membayar tubuhnya.

Penampilan Aisya benar-benar berantakan, jilbabnya nyaris lepas, dan gamis yang ia kenakan satu jam yang lalu masih terlihat rapi, kini terlihat lecek dan tersingkap kemana-mana.

"Nikmat banget memeknya." Racau Rudi.

Dedi melihat jam di dinding kamar hotel. "Masih ada waktu dua jam." Ujar Dedi.

"Hmm..." Gumam Herman yang tengah menikmati sebatang rokok di bibir hitamnya.

Suara di dalam kamar yang tadinya riuh kini tampak hening, mereka berempat sama-sama mengistirahatkan tubuh mereka setelah melakukan sebuah pertempuran panjang yang sangat melelahkan.

Setelah lima menit berlalu, Aisya meminta izin untuk melamar mandi. Ia sempat membawa kantung keresek bersamanya.

Cukup lama Aisya berada di dalam kamar mandi, ia membersihkan sisa-sisa pertempurannya barusan yang menempel di sekujur tubuhnya. Setelah mandi, ia segera mengenakan pakaian yang ia beli tadi di mall bersama Ustad Reza.

"Wow..." Kalimat pertama yang keluar ketika melihat Aisya keluar kamar mandi.

Aisya terlihat sangat cantik dengan jilbab lebar bermotif bunga yang ia kenakan, tanpa mengenakan bra. Sementara di bawah sana, ia mengenakan g-string berwarna kuning, sewarna dengan jilbabnya, dan sebuah stoking hitam setinggi pahanya.

Penampilannya sungguh sangat menggoda, membuat ketiga pejantannya tidak sabar untuk segera melanjutkan pertempuran mereka.

Sembari tersenyum manja, Aisya berjalan kearah mereka dengan gaya sensual, bak seorang model. Ia bergaya erotis di hadapan ketiga penjatannya, menari ringan memamerkan kemolekan tubuhnya.

Aisya memutar tubuhnya, tampak sedikit pipi pantatnya mengintip di balik jilbab lebarnya, lalu ia membungkukkan tubuhnya, membuat ujung jilbabnya ikut terangkat, memamerkan kemolekan pantatnya yang berisi nan putih mulus seperti pualam.

Tak tahan, mereka bertiga secara bergantian menampar pantat Aisya.

Plaaak... Plaaak... Plaaak...

"Gila ni lonte... Saya benar-benar puas Pak Dedi!" Ucap Pak Herman senang.

"Gak kebayang kalau seandainya kita bisa selalu di kelilingi oleh parah akhwat seperti Ustadza Aisya ini, bisa-bisa lutut saya lemas setiap hari, hahaha..." Tawanya yang di sambut tawa yang lainnya.

"Wah... Kalau saya malah membayangkan muridnya! Gurunya aja seperti ini apa lagi muridnya." Komentar Rudi, sembari mencubit pantat Aisya.

Dedi yang sudah tidak tahan segera berdiri, ia melingkarkan tangannya di pinggang Aisya, lalu melumat bibir Aisya dengan rakus. Mereka berciuman sangat panas, saling bertukar air liur.

Sementara tangannya meremasi gumpalan daging montok pantat Aisya.

Tubuh Aisya di sandarkan kedinding tepat di samping meja hias yang ada di dalam kamar, lalu satu kaki Aisya di angkat dan di naikan diatas kursi.

"Lonte." Lirih Dedi, ia menyibak kesamping celana dalam Aisya sembari membenamkan kepala kontolnya kedalam memek Aisya.

Aisya mencengkram erat pundak Dedi, ketika merasakan kontol Dedi melesat masuk kedalam memeknya. "Ughkk... Pak! Aaahkk..." Desah Aisya, matanya menatap sayu sembari menggigit bibir bawahnya.

"Nikmat sekali memekmu Ustadza." Racau Dedi.

Ia memompa memek Aisya dengan kecepatan perlahan, membangkitkan birahi Ustadza Aisya yang tadi sempat meredup.

Tusukan demi tusukan menghujami memek Aisya, hingga akhirnya Aisya kembali mencapai puncak terlarangnya, ia mengerang panjang seiring dengan orgasmenya. "Saya dapet Pak..." Rintih Aisya.

Bukannya berhenti Dedi semakin gencar menyodok memek Aisya yang tembem.

Kedua tangan Dedi dengan sigap mengait kedua lutut Aisya, hingga tubuh Aisya seakan terbang keuadara, kedua kakinya sama sekali tidak menapak.

"Ohkk... Pak! Aahkk... Aahkkk..." Desis Aisya.

Dedi mengayunkan tubuh Aisya hingga kontolnya masuk semakin dalam. "Hehehe... Enak ya Ustadza?" Goda Dedi, ia sangat senang melihat wajah Aisya yang tampak menderita keenakan.

Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss....

Siksaan Aisya kian bertambah ketika diam-diam Herman telah berdiri di belakangnya. Lalu dengan sigap Herman memeluk tubuh Aisya dari belakang, dan membenamkan kontolnya di dalam anus Aisya, membuat wanita alim itu tersentak kaget.

Aisya menggelengkan kepalanya, memohon untuk berhenti sejenak.

"Jangaaaaan.... Aaahkk..."

"Hajar pantatnya Pak Herman." Ujar Dedi memberi semangat.

Pak Herman tampak kesulitan menjejalkan batang kemaluannya di dalam anus Aisya. "Gila sempit banget Pak Dedi, hahaha..." Tawa senang Pak Herman karena merasakan sensasi jepitan di lobang anus sang Ustadza.

"Pak... Aaahkk... Uhgkkj... Aaahkk..."

Secara bersamaan mereka berdua memompa lobang memek dan anus Aisya. Hingga akhirnya sang Ustadza kembali di landa orgasmenya, yang kemudian di susul oleh Pak Dedi.

Ploppps...

Pak Dedi mencabut kontolnya, dan tampak lendir spermanya keluar dari dalam memek Aisya.

Lalu Pak Herman membawanya keatas tempat tidur, di sana sudah ada Rudi yang sedang terlentang sembari mengurut kontolnya. Dengan perlahan Herman memposisikan memek Aisya di depan kontol Rudi yang kemerah-merahan.

"Oughkk..." Lenguhan Aisya ketika untuk kedua kalinya ia di sandwich.

"Hajar terus Pak, hahaha..."

Secara bersamaan, mereka berdua memompa memek dan anus Aisya, membuat sang Ustadza yang selama ini di kenal santun dalam berprilaku berubah menjadi sangat liar, mengejar orgasme yang seakan tidak ada habisnya.

Semakin lama pertempuran mereka kian memanas, orgasme demi orgasme mereka capai bersama, seprei yang tadinya rapi dan wangi, kini terlihat berantakan dan berbau keringat yang bercampur sperma dan cairan cinta Aisya. Lolongan-lolongan panjang bak serigala terdengar sangat keras, memenuhi ruangan kamar mereka yang kedap suara, hingga akhirnya mereka tumbang satu persatu setelah merenggut kenikmatan duniawi.

######
 
Mantap gan, terima kasih di tengah libur lebaran masih mau update utk memanjakan fantasi fetish kita
 
gila suhu, lebaran gini menyuguhkan cerita dahsyat

kira kira siapa lagi bakal jadi binal

apalagi kalau di asrama itu di titipkan anak2 sma atau kuliahan yang nakal dan seperti preman. ortu nya berharap anaknya jadi lebih baik
tapi malahan ngentotin ustadzah ustadzah dan satriwati di sana
 
Mangstaffff ustadzah aisyah ternyata dijadiin lonte oleh riza
 
Pertamax kah?
Selamat om:beer:

Pertamax lanjut hu
Telat Om:p

Mantap gan, terima kasih di tengah libur lebaran masih mau update utk memanjakan fantasi fetish kita
Kebetulan lagi gak kemana2 Hu, jadi update aja dari pada bengong d rumah.:ampun:

Like terkirim untuk cerita bagus ini
Terimakasih:ampun:

Aisyah, aisyah

Fix jd lonte akhwat, menang banyak reza jd germo..
Dapat memek dapat uang..
:((kasian Aisya Om

gila suhu, lebaran gini menyuguhkan cerita dahsyat

kira kira siapa lagi bakal jadi binal

apalagi kalau di asrama itu di titipkan anak2 sma atau kuliahan yang nakal dan seperti preman. ortu nya berharap anaknya jadi lebih baik
tapi malahan ngentotin ustadzah ustadzah dan satriwati di sana
Terimakasih Om, atas masukannya:cendol:

makasih updetnya Gan... :beer:
Sama2 Gan:ampun:

Ditunggu cerita takluknya Nurul dengan pak bejo
Siap Om:beer:

Selamat Lebaaran suhu Rayhan..... Maaf Lahir Batin. Thx upx.
Mohon maaf lahir batin juga Om:ampun:

Buseet juara nih cerita:mantap::mantap:
:tegang::tegang:

Mangstaffff ustadzah aisyah ternyata dijadiin lonte oleh riza
Terimakasih Om

Buat tegang aja updetannya... Sempit celana2..
:Peace::Peace:

Ajib......
.
:beer:

Ijin baca dimari ya Gan (koment belakangan).............
Silakan om:beer:
 
Klo yg disini lathifa masih perawan ya hu? Kira kira lathifa, ria, ashifa akan jd lonte hu?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd