Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.
Maaf baru bisa update...


Clara


Santi


Vera

Teeeeetttt... Teeeeeettt... Teeeettt...

Suara tanda berakhirnya sekolah membuat kelas menjadi riuh. Anak-anak tampak sibuk membereskan buku-buku mereka, memasukannya kembali kedalam tas sekolah. Setelah sang guru memberi izin, mereka berhamburan keluar kelas.

Clara, Santi dan Vera keluar belakangan. Ketika Clara melewati Ustadz Reza. Gadis cantik itu mengedipkan matanya sembari tersenyum.

Reza segera mengemas barang-barangnya, lalu dengan langkah cepat ia menyusul ketiga anak muridnya yang baru saja meninggalkan kelas. Ketika sudah dekat, Reza memanggil mereka bertiga.

"Tunggu sebentar."

Clara tersenyum manis. "Ada apa Ustad?" Tanya Clara sopan kepada gurunya.

"Kalian bisa bantu Ustad?"

"Bantu apa Ustad?"

"Bantu Ustad ngoreksi tugas kalian barusan! Gak sulit kok." Pinta Ustad Reza.

"Hmm... Kalau soal itu Santi jagonya Ustad." Celetuk Clara. Santi menyenggol lengan sahabatnya. Jujur Santi masih merasa malu atas kejadian dua bulan yang lalu.

"Gimana Santi?"

"Anu Ustad."

"Kalau gak bisa gak apa-apa. Ustad tidak memaksa." Potong Reza.

"Bisa kok Ustad, bisa." Jawab Santi cepat.

"Terimakasih ya. Kalau gitu kamu ikut Ustad. Yang lain boleh pulang." Suruh Reza.

"Cie... Cie... Yang lagi pdkt." Ledek Clara.

"Clara..." Geram Santi.

Reza tertawa kecil. "Sudah sana kalian pulang." Usir Ustad Reza kepada mereka. Segera mereka pergi meninggalkan Ustad Reza bersama sahabatnya.

"Maaf Ustad, soal mereka."

"Iya, Ustad paham. Yuk..." Ajak Reza.

Santi dengan senang hati menganggukkan kepalanya. Entah kenapa ia merasa sangat senang sekali bisa membantu Ustad Reza. Dan lagi mereka hanya berdua saja, sehingga tidak ada gangguan dari siapapun.

Di dalam hati Santi bersyukur temannya tidak ada yang mau ikut membantu Ustad Reza. Dengan begitu ia bisa PDKT dengan Ustad idolanya.

#####

[Hide]Siang seperti ini kantin sekolah sangat sepi, sehingga kantin menjadi tempat yang bagus bagi mereka untuk mengobrol. Saat ini Aya sedang bersama sahabat karibnya Andini.

Mereka sedang membicarakan kejadian beberapa hari yang lalu. Andini merasa khawatir dengan keadaan Rayhan. Apa lagi kejadian tersebut tepat ketika ia baru saja sedang memadu kasih dengan adik ipar sahabatnya itu.

"Gimana keadaan Rayhan?" Tanya Andini, terlihat jelas dari raut wajahnya yang tampak khawatir.

Aya menghela nafas perlahan. Ia mengalihkan pandangannya kearah sebuah pohon kelapa yang menjulang tinggi. "Dia masih di rumah Ustadzah Erlina. Aku yang meminta Ustadzah Erlina untuk menjaga Rayhan." Jelas Aya, ia mengambil minumannya dan menyeruputnya.

"Kok bisa? Kenapa bukan kamu saja." Kaget Andini.

Lagi Aya menghela nafas. Dadanya terlihat sedikit membusung kedepan. Tampak payudaranya yang besar terlihat begitu ranum di balik gamis yang ia kenakan. "Di rumah masih ada mas Tio. Kamu tau sendiri seperti apa Mas Tio." Raut wajah Aya tidak memperlihatkan kalau dirinya merasa bahagia dengan kehadiran Suaminya. Sejujurnya ia sangat berharap Tio cepat-cepat pergi dari rumahnya.

"Kamu benar, Rayhan lebih baik di sana." Andini kembali teringat dengan curhatan Rayhan. "Ada yang ingin aku katakan, dan kuharap kamu tidak marah." Andini menggenggam tangan sahabatnya. Mata indahnya menatap mata bening Aya.

"Katakan saja."

Andini sempat terdiam sejenak. Lalu dengan perlahan ia menceritakan tentang Rayhan yang ke kamarnya. Ia menceritakan kalau Rayhan sempat curhat tentang diri Aya. Mendengar penuturan sahabatnya, Aya semakin merasa bersalah.

Tetapi di sisi lain Aya merasa senang saat tau kalau Rayhan ternyata mencintainya. Bukan hanya suka sebatas Adik dan Kakak.

Tapi yang menjadi masalahnya. Cinta Rayhan cinta terlarang. Ia sudah bersuami, dan Suaminya adalah Kakak kandung Rayhan sendiri. Walaupun harus di akui Aya kalau dirinyapun menaruh hati kepada Rayhan. Ia sendiri pun tidak tau, semenjak kapan perasaan itu ada.

"Terimakasih An, kamu sudah menceritakan semuanya." Lirih Aya. Entah ia harus sedih atau bahagia.

Andini meremas jemari Aya. "Kamu sudah dewasa, aku yakin kamu tau mana yang terbaik untukmu. Walaupun mungkin demi mencapai kebahagianmu, kamu harus melakukan dosa besar." Nasehat Andini.

"Maksud kamu An?"

"Kita sudah sama-sama dewasa Ay." Andini tersenyum manis.

"Gila..." Tawa Aya. Merekapun tertawa berbarengan.

#####

Di dalam ruangan tertutup itu, tampak seorang santriwati sedang sibuk memberi penilaian terhadap lembaran tugas sekolah dari Ustad Reza. Sesekali gadis cantik itu melirik kearah Ustad Reza yang juga tak kalah sibuknya dengan dirinya. Hati gadis itu berbunga-bunga, ia sangat senang bisa berada dekat dengan salah satu sosok pavoritnya.

Ustad Reza tengah memeriksa sala satu buku yang sampulnya sangat ia kenal.

"Gak ada yang benar?" Ustad Reza menoleh kearah Santi.

Gadis cantik itu tampak salah tingkah. "Salah semua ya Ustad?" Tanya Santi nyengir sembari menggaruk kepalanya yang di balik jilbab segi empat berwarna putih.

"Iya." Reza terlihat serius.

"Maaf Ustad."

Perlahan Ustad Reza meraih dan menggenggam jemari muridnya. "Sini duduk di pangkuan Ustad?" Suruh Reza, ia memulai aksinya, untuk anak nakal yang dulu pernah menggodanya.

"Eh." Santi semakin salah tingkah.

"Kok bengong. Sini biar Ustad ajarin." Reza sedikit menarik tangan Muridnya, sembari menatap mata Santi, hingga gadis cantik itu merasa terhipnotis oleh tatapan Reza yang menyejukkan hatinya.

Entah mimpi apa ia semalam bisa duduk di pangkuan guru favorit nya. Dengan malu-malu Santi duduk di pangkuan Ustad Reza. Sementara Reza sangat senang, karena ternyata tidak sulit untuk mendapatkan muridnya. Tetapi Reza tak ingin buru-buru, ia ingin memberikan kesan baik terhadap muridnya.

Jantung Santi berdetak tak karuan, ketika Reza memeluk pinggangnya dengan erat. Layaknya seorang fans, Santi merasa sangat bahagia sekali bisa di peluk oleh seorang guru favoritnya. Tanpa ia sadari, bahaya tengah mengintai dirinya saat ini. Tetapi walaupun ia menyadarinya, apakah ia akan perduli? Kekagumannya terhadap gurunya, telah menutup mata hatinya.

"Kamu gak belajar ya?" Tanya Reza. Santi menganggukkan kepalanya. "Kenapa? Malas..." Reza mendekatkan wajahnya ke wajah muridnya. Reza dapat merasakan nafas Santi yang terasa hangat di wajahnya.

"Hmmm... Maaf Ustad." Gugupnya.

Reza membelai jilbab putih yang di kenakan muridnya. "Wajar kok kalau kamu malas belajar, seusia kamu memang bagusnya main-main aja." Ujar Reza membela kemalasan anak didiknya. Gila... Memang sudah gila, mengingat status Reza yang seorang Ustad.

Memang aneh rasanya, seorang pendidik malah meminta muridnya malas belajar. Seharusnya yang ia lakukan adalah sebaliknya. Menasehati muridnya agar rajin belajar.

Reza membuka laptopnya, lalu ia memutar sebuah film di laptopnya. Santi tampak terkejut saat melihat film yang sedang di putar oleh gurunya. Tapi sedetik kemudian ia tersenyum senang. Ia tau betul apa yang di inginkan gurunya kepada dirinya, dan ia tidak perduli dengan masa depannya kelak.

"Kalau nonton film ini gak malas kan?" Goda Reza.

Wajah Santi merona merah. "Ustad kok malah nonton film gituan?" Santi menutup wajahnya, sembari menggoyang manja kepalanya. Sebagai tanda kalau dirinya tidak keberatan dengan perlakuan gurunya yang tidak biasanya itu.

Tingkah Santi malah membuat Reza semakin yakin kalau muridnya juga menginginkan dirinya. Tangan Reza yang berada di pinggang ramping Santi, bergerilya keatas paha muridnya. Dia mengelus lembut paha muridnya yang di balut rok hijau yang menutupi auratnya. Lalu dengan perlahan ia menarik rok tersebut, hingga terlihat betis muridnya yang terbungkus kaos kaki berwarna putih. Rok yang di kenakan Santi semakin naik, dan sang anak terlihat sama sekali tidak perduli.

"Buka dong matanya? Kamu pasti suka?" Bujuk Reza.

Santi memasang wajah cemberut di hadapan gurunya, lalu dia melempar pandangan ke layar laptop yang sedang menayangkan adegan seorang murid perempuan yang sedang bercinta dengan guru laki-lakinya.

Wajah Santi tampak merah padam ketika adegan di mana seorang guru tengah memompa memek muridnya. Sementara itu, tangan Reza semakin jauh masuk kedalam rok hijau yang di kenakan muridnya, membuat bulu kuduknya berdiri merinding.

"Aahkkk..." Santi berdesis lembut ketika jemari Reza menyentuh selangkangannya.

"Kamu suka Nak?" Bisik Reza lembut.

Santi menggigit bibirnya yang sensual. "Su... suka Ustad..." Lirihnya pelan. Lalu ia memejamkan matanya ketika Reza memanggut lembut bibirnya.

Sembari berciuman Reza menekan celana dalam Santi yang terasa semakin basah, lalu ia menyusupkan tangannya kedalam celana dalam muridnya. Dan jarinya dengan perlahan mencari clitorisnya. Tubuh Santi menikung kebelakang ketika ia merasakan sengatan kecil di klitorisnya yang membuat memeknya semakin berdenyut-denyut.

Tangan Reza yang menganggur ia gunakan untuk mempreteli kancing kemeja putih yang di kenakan muridnya itu. Lalu dia menyingkap bra yang melindungi salah satu aset berharga milik Santi.

Mengerti apa yang di inginkan gurunya. Santi menyingkap jilbabnya yang sedikit menutupi payudaranya.

"Indah sekali sayang." Puji Reza.

"Ustad suka."

Reza tersenyum, lalu ia langsung nyosor kepayudara muridnya yang ranum itu. Ia menghisap dan menggigit puting muridnya itu. Tubuh indah Santi telonjak kaget karena rasa nikmat yang menjulur di sekujur tubuhnya.

"Ustad Aahkk..." Erang Santi.

Reza semakin intens menyerang muridnya, hingga akhirnya ia berhasil membuat muridnya mencapai klimaks lebih cepat dari perkiraannya. Tubuh Santi tampak melemas, ia memandang sayu kearah gurunya yang baru saja mengantarkannya ke surga dunia.

Santi berdiri dari pangkuan Ustad Reza. Lalu dia berlutut di hadapan Reza. Jemari lentiknya dengan lihai membuka celana gurunya, berikut dengan celana dalamnya.

"Besar Ustad." Kagum Santi.

Reza membelai kepala muridnya. "Ini milikmu, kamu boleh menikmatinya." Bisik Reza.

Santi menggenggam kemaluan Reza, lalu ia mulai mengocoknya dengan perlahan. Reza tampak merem melek, ketika menikmati kocokan lembut dari muridnya. Rasa itu kian nikmat, tatkala Santi menjilati sekujur batang kemaluanku Reza. Bahkan gadis itu tak ragu menjilati setetes precum yang keluar dari lobang kencing sang Ustad.

Mulutnya terbuka, menyambut datangnya sang kontol di dalam mulutnya. Dia mulai menggerakkan kepalanya maju mundur, sementara lidahnya membelit liar batang kemaluan gurunya.

"Aaahkk... Enak sayang! Kamu hebat." Puji Reza.

Santi melepas kontol Ustad Reza. "Kontol Ustad juga enak." Bisik Santi. Lalu dia kembali mengoral kontol gurunya.

Setelah lima menit berlalu, Santi merasakan kontol Ustad Reza semakin panas. Lalu tak lama kemudian ia merasakan semburan hangat yang masuk kedalam mulutnya. Tanpa merasa jijik Santi menelan sperma yang ada di dalam mulutnya.

Ustad Reza membantu muridnya berdiri, dia menanggalkan celana dalam yang di kenakan muridnya. Lalu ia bentangkan kedua kaki anak tersebut, hingga terlihat cela mungil diantara lipatan bibir memeknya yang di tumbuhi rambut hitam yang tak begitu lebat.

Cup... Cup... Cup...

Ustad Reza mulai menciumi paha mulus muridnya, terus naik menuju selangkangan muridnya. "Oughk..." Santi melenguh nikmat, ketika lidah Ustad Reza menyapu bibir kemaluannya.

Daging lembut itu menyeruak masuk kedalam lobang sempit memeknya. Lalu berputar menggelitik memeknya yang kian banyak mengeluarkan cairan cintanya, membuat lidah sang Ustad semakin mudah mengorek-ngorek memeknya.

Lidah tak bertulang itu bergerak keatas, menyentil clitorisnya yang mulai membengkak. Sementara jari Ustad Reza membela dan menusuk cela mungilnya yang sudah tidak perawan lagi.

"Ustaaad... Aaahkkk..." Erang Santi keras.

Tangan Ustad Reza menggapai payudara muridnya, lalu meremasnya dengan keras. "Nikmatin Nak..." Ujar Reza sembari menyunggingkan senyumannya.

"Masukan sekarang Ustad, aku sudah gak tahan." Pinta Santi memelas.

Ustad Reza segera berdiri, lalu ia masuk diantar kedua kaki muridnya yang telah mengangkang. Dengan perlahan ia menggesek kemaluan Santi dengan senjatanya, dan dengan perlahan pula ia menekan pinggulnya, mendorong kontolnya masuk kedalam cela mungil memek muridnya.

Santi meringis kesakitan. Walaupun ia sudah tak perawan lagi dan sudah beberapa kali ML dengan mantan-mantannya dulu, tapi tetap saja cela kecil itu terlalu sulit di masukan oleh kontol Reza yang relatif besar.

"Sempit sekali memekmu Nak." Racau Reza.

Santi semakin melebarkan kedua kakinya untuk memudahkan Ustad Reza merobek memeknya. "Aaahk... Terus Ustad! Aaahkk..." Desahnya pelan.

"Kamu seperti perawan Nak." Puji Reza. Ia meraih payudara Santi dan mulai meremasnya.

Inci demi inci batang kemaluan Ustad Reza mulai menyeruak masuk kedalam memek Santi yang di paksa menelan kontol gurunya yang besar. Walaupun agak menderita, tetapi Santi tetap bertahan, karena ia tau rasa sakit ini tidak akan bertahan lama.

Tubuh indah Santi menegang ketika batang kemaluan Ustad Reza akhirnya benar-benar amblas kedalam memeknya sempit.

"Oughkk... Ustad." Erang Santi.

Tanpa memberi jedah. Reza mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur menyodok memek muridnya. Dan benar saja, tidak butuh waktu lama bagi santri itu untuk mulai menikmati kejantanan Ustad Reza di dalam memeknya yang makin basah.

Santi melingkarkan tangannya di leher Reza, sembari ikut menggoyangkan pinggulnya maju mundur menyambut kontol Ustad Reza.

"Hmmmppss.... Hmmmmppss..."

Mereka kembali berciuman. Lalu dengan perlahan Ustad Reza memutar tubuh muridnya. Kini Santi berada diatas sementara Ustad Reza berada di bawah. Dengan posisi ini Reza makin leluasa bermain dengan kedua payudaranya yang tampak melompat-lompat indah.

"Ustad, aku mau keluar." Erang Santi. Ketika badai orgasme itu mulai datang.

Pinggul Santi semakin cepat naik turun, sesekali ia melakukan gerakan memutar, dan memeknya mungilnya semakin kuat menghisap kontol gurunya.

Setelah beberapa detik berlalu. Gadis cantik itu melenguh panjang, menyambut orgasmenya yang luar biasa. "Ustaaaaaasd...." Pekiknya tak tertahankan.

Creetsss... Screeettsss... Screeeettss...

######

Nurul

Di dalam kamar mandi Nurul hanya bisa menangis. Tubuhnya sesekali terguncang. Sungguh hatinya saat ini begitu rapuh. Ia merasa telah melakukan dosa besar bersama Mertuanya. Telah mengkhianati cinta suci pernikahannya.

Sudah beberapa hari ini ia selalu di perkosa oleh Mertuanya tanpa di ketahui oleh siapapun. Ia menyimpan sendiri rahasia itu.

Entahlah, terkadang Nurul merasa dirinya tidak di perkosa. Karena berulang kali ia menikmati sentuhan Pak Bejo, walaupun hati kecilnya selalu menjerit.

Aku sudah kotor. Jerit Nurul di dalam hatinya.

Ia memandangi tubuhnya yang ada di cermin. Tampak beberapa bekas merah di sekitaran pundak, payudara, dan paha bagian dalamnya, memperlihatkan sisa-sisa pertempurannya barusan, yang masih menempel di tubuhnya. Perlahan air shower mulai membasuh tubuhnya yang kotor penuh dosa. Ia memejamkan matanya, sekelebat bayangan ketika dirinya mengerang setiap kali kontol besar milik mertuanya mengebor memeknya.

Saat ini Nurul tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Di sisi lain ia sangat marah terhadap Mertuanya, tapi di sisi lainnya ia sangat menikmati persetubuhan mereka.

#####

Andini

Andini berdiri di luar villa kecil yang ada di lingkungan pesantren, matanya memandang jauh melewati sungai hingga ke sebuah pulau kecil yang saat ini sedang di bangun sesuatu. Sepertinya sebuah asrama yang cukup besar.

Sejenak ia kembali teringat dengan kerbesamaannya bersama Rayhan, membuatnya sesekali tersenyum bahagia, dan sesekali ia terlihat murung. Entah semenjak kapan ia melabuhkan hatinya kepada sang murid. Dulu ia pikir hubungan mereka hanya sebatas sex, tetapi sekarang ia merasa hubungan tersebut telah berubah menjadi sebuah perasaan cinta.

Ia tau, mereka tidak mungkin berjodoh, mengingat status usia mereka yang jauh berbeda, dan lagi di hati Rayhan hanya ada Kakak iparnya.

"Ustadzah!"

Nurul menoleh kearah sumber suara tersebut, dan mendapatkan salah satu muridnya ada di sana. "Aldo! Kamu ngapain ke sini?" Tanya Nurul kepada muridnya.

"Ustadzah sendiri ngapain ke sini?"

"Jawab dulu pertanyaan Ustadzah, baru nanya." Protes Andini.

"Aku memang suka ke sini Ustadzah kalau lagi mau menenangkan diri." Jawab pemuda tersebut yang bernama Aldo. "Ustadzah lagi galau ya?" Tembak Aldo, seakan ia bisa membaca isi hati sang Ustadzah.

"Galau? Sok tau kamu."

"Kelihatannya si begitu, hahaha..." Goda Aldo.

Andini menggelengkan kepalanya. Untuk menghilangkan kejenuhan, mereka mengobrol ringan. Sesekali Andini menanggapi godaan dari muridnya, yang membuatnya terkadang tertawa, mengurangi sedikit rasa sedihnya. Dan tanpa mereka sadari, hari sudah semakin sore, dan matahari mulai beranjak pergi.

#####

Hidayah

Tiga hari sudah Rayhan tinggal bersama Ustadza Erlina. Dan hari ini ia memutuskan untuk pulang kerumah Saudaranya. Ah... Rasanya seperti pulang kampung bagi Rayhan. Tiga hari tidak melihat wajah Kakaknya, rasanya seperti sudah tiga tahun lamanya. Rayhan sangat senang bisa bertemu kembali dengan Kakak Iparnya.

Melihat Rayhan. Aya tidak bisa membendung rasa rindunya. Ia menjatuhkan sapu yang ada di tangannya, lalu berhamburan memeluk Adik iparnya. Tak terasa air matanya jatuh membasahi kedua pipinya yang mulus.

"Kakak!" Kaget Rayhan.

Setelah sekian tahun, baru kali ini Aya memeluk dirinya, membuat Rayhan merasa canggung, walaupun ia juga senang karena sudah lama tidak di peluk Kakaknya.

Aya sendiri juga sudah tidak perduli dengan status mereka sebagai Kakak dan Adik ipar.

"Maaf Ray!" Aya melepas pelukannya.

Rayhan menggaruk kepalanya. "Gak apa-apa kok Kak, peluk lagi aja kalau Kakak mau." Goda Rayhan, lalu dia menyapu air mata Aya di kedua pipinya.

"Huh... Itu mah maunya kamu Ray." Aya menoyor kepala Adik Iparnya. Lalu ia menyeka air matanya yang masih sedikit menetes, membuat Rayhan terharu. "Sana kamu ganti baju dulu, Kakak nyiapin makanan kamu dulu." Ujar Aya, ia tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya bisa berkumpul kembali dengan Adik iparnya.

Rayhan bergegas ke kamarnya. Rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat kamarnya. Setelah berganti pakaian, ia kembali menemui Aya yang tengah menyiapkan makan siang untuknya. Aya tersenyum manis di balik hijab hitam yang ia kenakan. Rayhan menarik satu kursi lalu duduk dengan tenang sembari menunggu Kakak iparnya selesai menyiapkan makan siangnya.

Aya meletakan piring yang terisi penuh di hadapan Rayhan, dan dengan lahap pemuda itu menyantap makanannya.

"Pelan-pelan Ray, kamu kayak gak makan sebulan." Cibir Aya.

Dengan mulut penuh makanan Rayhan tampak nyengir. "Kangen sama masakan Kakak." Ujar Rayhan, Aya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya.

"Dasar!" Aya mengucek-ngucek rambut Rayhan.

"Kakak gak makan?"

"Ngeliat kamu makan aja, Kakak udah kenyang Ray." Jawab Aya setengah menyindir. "Ya sudah, Kakak ke kamar dulu ya, habis makan langsung mandi ya.." Aya segera beranjak meninggalkan Adik iparnya.

#####

"Mana ya?" Rayhan terlihat bingung.

Ia mencari-cari handuk miliknya, tetapi tak juga menemukan handuknya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menanyakan handuknya kepada Kakak Iparnya. Baru saja ia hendak mengetuk kamar Kakak iparnya, sayup-sayup ia mendengar suara desahan dari dalam kamar Kakak iparnya.

Tentu saja Rayhan tau apa yang saat ini di lakukan Kakak iparnya, hanya saja suara desahan Kakak iparnya membuatnya tergelitik ingin melihat apa yang tengah di lakukan Aya.

Walaupun ada keraguan di hati Rayhan, tapi pada akhirnya rasa penasarannya mengalahkan rasa bersalahnya. Perlahan ia membuka sedikit daun pintu kamar Kakak iparnya. Tepat di hadapannya, sepasang kaki jenjang tengah terbuka lebar, memamerkan vagina Aya yang kemerah-merahan tanpa rambut kemaluan yang biasanya menghiasi pubik vaginanya.

Gleeek...
Rayhan menelan air liurnya yang terasa hambar, saat melihat bagaimana lobang mungil itu menelan kedua jari Kakak Iparnya.

"Aaahkk.... Aaahkk..."

Desahan Aya terdengar erotis, membangkitkan birahi Rayhan yang mendengarnya. Tanpa di komando, kontol Rayhan mengeras di balik celana yang ia kenakan, bahkan sedikit precum keluar dari dari lombang kencingnya.

Aya yang tak sadar sedang di perhatikan, tampak sangat menikmati masturbasi nya. Ia sendiripun tidak mengerti, kenapa ia begitu bernafsu hari ini. Tidak seperti Aya biasanya, yang selalu mampu menahan diri dari keinginan biologisnya.

"Eengkk... Ough... Aaahkk..." Desah Aya, ia terlihat berusaha untuk meredam desahannya dengan menggigit bibir bagian bawahnya. Membuatnya terlihat semakin menggairahkan di mata Rayhan.

Ia mengusap-usap biji kecil yang terselip diantara lipatan bibir kemaluannya. Pantat montoknya terangkat keatas ketika puncak birahinya perlahan datang menghampirinya. "Oughkkk..." Ia mendekap mulutnya, menahan erangannya ketika cairannya menyembur deras.

Aya memejamkan matanya, menikmati sisa-sisa orgasmenya barusan. Hingga akhirnya, ia kembali ke dunia nyata.

Saat matanya terbuka, ia melihat selulit bayangan Rayhan yang baru saja meninggalkan kamarnya. "Rayhan." Lirih Aya, ia tak menyangka kalau Adik iparnya akan memergoki perbuatannya yang sangat memalukan.

#####[/hide]
 
Thx updatenya om

Keknya gak lama lagi Rayhan bisa enaena dengan Aya... :D
 
Hauce hu makin ciamik terima kasih udh update hu, ga sabar nunggu lanjutannya :senam2:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd