Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ati Kelaran Rogo Kapiran (Oleh Arba'in)

Bimabet
Wah..cerita kya gini nih favorit ane..
Jgn lupa d translate ya suhu..he..

Di tunggu lanjutan nya..:hore:
 
Sikak....
Dienteni nang sejatining asmoro
Eh malah gawe crita anyar
Awas ae nek ngasi macet neh...
Tak untale, huahahaha

Komenku,
jian., lee... lee.. sing sabar ya le, pancen urip ki ra adil le, tp ojo salahke sing gawe urip le, tp salahke sing gawe crita wes gawe uripmu ngono.. hahaha
Ngenese kena pisan kang,, esmosi aku mocone
Pancen titisane bang lejen iki, muanteb
 
Judule gawe penasaran...

Izin nyimak suhu....

Jo lali up datean ne suhu....
 
Weh... baru tahu ane kalau :suhu: niabra buka toko baru... yo wes... tak melu menyimak dengan sabar dan riang gembira serta ikhlas....
:cendol: :cendol: :cendol:
 
2

Loro Tanpo Biso Diroso


~~~oo0oo~~~




Duh Gusti banyak banget cuciannya, lapar Gusti, berilah hamba kekuatan Gusti! Ini hanya lapar kenapa tubuhku gak mampu menahan? Kenapa Gusti? Padahal kan hamba sering teraniaya tapih tap.. hiks kenapah hanya karena lapar hamba tak mampu bertahan?

Batin mengaduh, sadar Aku hanyalah insan rapuh, tubuh tak mampu beraktifitas penuh hanya karena lapar.

Sebuah peringatan kenapa manusia begitu sombong? Padahal hanya karena lapar tubuh gemetar bukan?

"Oaalah lha anak asu iki"

Cuuuur

"Aish aissh, huweeek blueeh" Aku terkejut dan sadar, Aku tertidur dan tertidur? Di kamar mandi? Iya kamar mandi, ada air yang menyambangi telinga dan sebagian mukaku.

Tapi ini? Kok pesing? Mataku yang sayu karena lelah berusaha ku picingkan.
Hah? "Budhe?!"

"Heh anak haram, nih cucian belum selesai malah enak-enakan micek (tidur)"

Plak plak plak, pipiku ditampari namun posisi beliau? Hah? Sedang berjongkok tepat di mukaku yang bersandar pada pinggiran ember lebar dan itukan kemaluan Bude? Cuuuur.

Dengan tanpa manusiawi "Nyah rasain ompol dewo huahahahaha anak pemalas! di suruh nyuci belum kelar malah tidur?" Kembali dari lubang kemaluan Budeku mengalir air seninya dan tanpa perasaan di arahkan tepat di mukaku.

"Huehhh mmppleh" Pesing dan anyir, rasa lapar yang menyiksa dan sempat tertunda kini makin terasa, dibalut pusing sehingga mataku tak lagi dapat diajak kompromi.

Ayolah aku harus ku-kuaaaath hiks, Yono kamu pasti bisa ayo bangkit.

Kusemangati diri lemah dan lelah ini, tak perlu mengaduh karena itu hal yang percuma, Aku sudah cukup paham tabiat mereka, mereka yang ku anggap sebagai orang tua namun Aku harus terina kenyataan bahwa kehadiranku tak di inginkan, jadilah diriku tempat pelampiasan, sasaran amarah dan kekesalan. Setiap upayaku, setiap tindakanku yang mereka cari adalah kesalahan.

"Woe woe kencingi?"

"Iya"

"Sekeji itu kah?"

"Kamu lihat sendiri bukan?"

"Wajar saja dulu Kita beraliansi menolak tegas tentang penciptaan manusia"

"Iya jika satu di antara mereka ada yang kejam, kejamnya melebihi iblis"

"Ngeri juga"

"Tapi Tuhan punya rencana sendiri, rahasia besar dan hikmah di balik segala peristiwa"

"Yaa kita hanya perlu taat mengikuti-Nya bukan?"

"Benar"

Mika'il, Jibril, Roqib dan Atid menjadi saksi betapa terkadang manusia menjadi tak manusiawi. Manusia yang tercipta dengan sempurna namun tabiatnya tak lebih baik ketimbang binatang.

"Ayo bangun! Dasar celeng!"

Ayolah Yono! Kamu harus kuat!

Betapapun upaya hati menyemangati namun apalah daya!? raga yang lemah tanpa tenaga dan asupan gizi tak lagi bisa diajak kompromi.

"Aghhh aduuuuuh adu duuh Yaa Allah aduh!" Lelah dan lemah tak mampu berdiri namun telingaku, telinga yang berdengung kemasukan air seni Bude Sumini, kini dijewernya bahkan dengan kasar ditariknya telingaku memaksa untuk berdiri, dengan sisa tenaga yang ku punya Aku berusaha mengikuti alur kemana tangan itu berkehendak.

Yaa Aku harus berdiri agar siksaan di telinga ini berakhir, berakhir? Mustahil, selama nyawaku masih ada, telinga ini akan terus mendapat siksa, tak hanya aniaya fisik namun lewat tutur kata tajamnya yang bahkan lebih tajam ketimbang pedang, lebih menyakitkan dan menusuk pendengaran.

"Asu kowe yaa! Heh tangi leng!" Benar bukan? Lebih sakit mendengarnya.

Yah Aku berdiri, ayo Yono! harus kuat, pasti bisa.


Baru setengah berdiri dalam tarikan kencang yang ku rasa menyakitkan di telinga, panas dan perih. Breeeek tubuh mungilku terhuyung jatuh ketika tangan itu lepas dari telinga, menimpa ember lebar berisi pakaian yang ku rendam. Hiks hiks….! Sakiiit Tuhan sakiit!

"Bocah iki? kakekane! Ooo njaluk iki, njaluk tenan"
("Bocah ini? sialan! Ooo minta ini, minta dikasih beneran")

Hah? Mataku yang hanya mampu terbuka segaris merekam hal mengejutkan, hal hina yang sebelumnya telah ku terima. Kini anus? Ya anus berada tepat di muka ku yang di paksa menghadap ke arah anus itu, lubang anus itu mengejan dan hepphh hepph huaah huaah hidungku?! Hidungku tak mampu menghirup nafas, kenapa? Ahh iya ada tangan yang menutup paksa liang penentu berlangsungnya nyawa, lubang hidungku.

Terpaksa mulutku berusaha menganga mengambil alih tugas hidung tapi apa ini? Bau sekali, Bruoooooott! Oksigen kok bau? bukan ini?! ya ampun kenapa setega ini Bude?

Lubang anus tempat terhina pada diri manusia namun dengan tiada rasa berdosa di arahkan ke mulutku, bahkan dari dubur itu dikentutinya mulutku yang menganga, bukan nafas yang ku terima namun angin ampas.

Huah huaah hah hah ampun Gusti apa salah hamba Gusti? Kok tega sekali Engkau beri coba'an seperti ini?

Terengah dan lemah itu yang kurasa, meski sesaat siksa mereda namun siksa susulan segera menyapa diri tak berdaya ini.

Uaghhhh

"Ayoo tangi suu! bajingan tenan Kowe yaa? Opo njaluk tak cokoli tai he'e?"
("Ayo bangun njing! bener-bener bajingan Kamu yaa? mulutmu minta ku dijejali tahi ya?")

Lagi dan lagi saat tubuh lemas ini rebah karena payah, telingaku jadi sasaran, kenapa bukan lengan tangan yang ditarik? Kenapa bukan bahu yang diangkat?.

Akan tetapi, kok tidak lagi terasa? Aku sadar di tengah ketidakberdayaan raga ini, tarikan pada telinga memang lebih sadis dari sebelumnya, tubuh lemasku terhenyak mengikuti instruksi amarahnya, untuk berdiri.

Kenapa tak lagi sakit yang ku rasa? Apakah Aku sudah mati rasa?

Akhirnya Aku berhasil berdiri meskipun tak mampu tegak, terhuyung ke kanan ke kiri, ke depan dan ke belakang.

"HEH! LOL TOLOL dengar tidak haaa?"

"Aph….apah Bud…-de?" Suara lemah ku terbata menjawab bentakannya.

Sejurus kemudian, apa ini? Hitam, berkunang, ribuan bintang, ada banyak bintang berarak ria di depan mata dan….

Bleeeeeeng

Dentuman menggema tatkala badan terpelanting, terjatuh dan tersungkur di atas ubin kamar mandi.

"Haduuh PING SAAAAAN?" Sayup terdengar suara Bude yang terkejut akan apa yang dilihatnya. Bude?! Ini nyata Bude, sadarkan Bude? Aku tak sadarkan diri.

Laa ilaha illa anta

Ya hayyu ya qayyum

Subhanallah wabihamdihi

Subhanallah hiladzim

Ku buka jendela pagi di udara yang letih
Deru geram nyanyian jaman
Bersama berjuta wajah Ku arungi mimpi hari
Halalkan segala cara untuk hidup ini

Nafsu jiwa yang membuncah
Menutupi mata hati
Seperti terlupa bahwa nafas kan terhenti

Astaghfirullah, astaghfirullah,
Astaghfirullahal adzim

Kubuka jendela pagi dan dosapun menghampiri
Suara jerit hati kuingkari

Laa ilaha illa anta ya
Subhanaka inni kuntu
Minallahdholimin



~~~oo0oo~~~



10 Tahun yang lalu


Di sebuah pelataran rumah mewah, rerumputan hijau berbaris rapi dan terawat, menandakan pemiliknya peduli akan keindahan. Riuh angin bergemuruh, siul-siul sahut menyahut burung-burung menyanyi, simponi alam dan perkusi hayati beradu melantunkan irama yang menggetarkan jiwa, mengantarkan berjuta rasa.

"Aku pulang!"

Tak ada jawaban

"Loh kok sepi?"

Oekkk oeeek oeeek

Suara bayi? Loh bukannya anakku baru satu dan itu sudah berusia 3 tahunan kok nangisnya masih kayak bayi? Aneh?

"Bune, buneee?! Nih Pakne udah pulang Bune di kamar yaa?" Seorang Pria melangkahkan kaki menuju salah satu kamar di tempat tinggal mewahnya.

"Ehh Pakne? Ini loh anakku nangis?"

"Anakmu? Haa? Anakmu? Maksudmu apa? Anakku dan Kamu kan hanya Vina Aulia, jangan-jangan? Ini anak siapa haaa? Anak siapa? Ja-jangaaan Kamu?"

Waduuh…! "Eh-ehhh anu Pakne anu.. ee" Si Wanita yang tak lain istri dari Pria yang baru saja masuk ke kamar itu gugup dan gagap mendapati cercalan pertanyaan dengan intonasi tinggi pertanda mulai dikuasai amarah.

Plaaak plaaaaak "Kamu? Ka-kamu selingkuh kan? Iya kan? Ayo ngaku!" Dengan kalap telapak tangan melayang bebas mendarat di pipi istrinya yang seharusnya Ia sambut ciuman mesra.

Suasana yang seharusnya haru berubah mencekam "anjing Kamu Sumini? Kamu anjiing, tega Kau, kenapa Kamu bisa setega ini ha? Aku jauh-jauh mutasi kerja ke ibu kota untuk menghidupimu, agar engkau bisa membeli apa saja yang Kamu mau, agar dirimu bisa seperti wanita-wanita terpandang yang lain, tap-tapi kenapa Kamu malah main belakang dengan pria lain?"

"Hiks hiks Kamu itu yang ****** Din!"

"Anjing! bangsat Kamu ya?!"

Plak plak, bughh bughh duagh

Tamparan demi tamparan menyambangi rebahnya tubuh sang Istri yang tengah memeluk bayi mungil, tenaga wanita yang tak berdaya hanya mampu pasrah menerima perlakuan kasar Lakinya. Tak cukup hanya tamparan bahkan tendangan dilancarkan mengenai punggung, tengkuk hingga kepala. Sakit? Tentu, namun batin lebih sakit.

"Ampun mas, ampuuun!" Rengkuh dalam dekapan ketidakberdayaan hanya mampu mengaduh.

"Ampun ndasmu, asu Kamu yaa! Kamu lonte, kamu lonte Sumini! Kamu begenggek lacur murahan! bangsat modar aja Kamu"

"MAS DENGERIN!" Kini dengan tegas Ia berusaha mengambil pengertian Suaminya yang kalap.

Akan tetapi amarah terlanjur tersulut, meledak tanpa ada celah untuk dipadamkna "Dengerin apa haa? Dengerin apa? Dengerin kilahmu? Dengerin penjelasan dustamu ha? Ternyata benar apa kata tetangga, keluargamu emang keluarga lonte! Awalnya Aku tak percaya ketika banyak orang yang bergosip miring atas keluarga besarmu terutama Kamu, tapi kini….." Disaat angkara murka berapi-api, air mata penyesalan mengalir seketika, "Kini terungkap sudah isyu itu, huuuu haaaa" Tangis kekecewaan, tangis merasa dikhianati.

"Ini anak Aku mau bunuh saja!"

"Jangan mas jangan! hiks huaaa! Dia anak yang tak berdosa mas"

"Jadi benar kan? Kentara sudah Sumini, ini anak haram hasil benih pria lain dengan mu kan? IYA KAN? ANJIIING KAMU ANJIIIIIIIING!"

"Huaa Mas, mas makanya, huks huugz dengerin mas dengerin dulu, huuu uhuuu uuu" Dengan menangis sesunggukan wanita yang dipanggil Sumini mencoba menjelaskan sesuatu.

Meski pada akhirnya tak digubris karena sekenario iblis telah berhasil memanipulasi hati sehingga emosilah yang diikuti.

"Alahhhh omong kosong"

Bruaaaak….! Usai melampiaskan kekesalan Lelaki itu keluar kamar membanting pintu dengan sangat keras.

Air matanya masih mengalir, hati dengan berkubang berbagai rasa, di tariknya kembali koper yang tadi dibawanya, keluar rumah, menghampiri mobilnya. Tarik gas meninggalkan istana megah tempat dimana Ia biasa bermadu kasih dengan istrinya, tangisnya mengiringi kepergiannya, pergi yang entah kemana Lelaki ini akan pergi.

Ketika luka menyapa

Ketika rasa sakit mengetuk jiwa raga

Ketika itulah sadar apa itu nestapa?

Semua terasa hancur, semua terasa hampa

Ingin rasanya Ku akhiri semua

Namun aku akan kehilangan makna

Makna hidup di balik setiap peristiwa




~~~oo0oo~~~




BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Njiirrr sadiiss :takut:


Bener bikin emosi :marah:

Coba aja klo bukan cerita ta gebuki tu ibu2 :marah:
 
Ratapan anak Tiri kah.

Atu Ratapan anak angkat

Masih bingung. Tpi sedih gak ketulungann.

Ayo mari.
Mendingan jual tisu di sini

Tisu
Tisu
Tisu.

Monggo di borong.
 
Bimabet
sadis bener ibu Sumini yaa?!
Beneran idem ama suhu yg di atas, andai ini nyata ane hajar tuh buk sumini.

untung ini cuman cerita
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd